Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH K3 DAN PATIENT SAFETY

PERTOLONGAN PADA KORBAN TERTELAN ASAM,BASA DAN LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH :

EVA PRIYANTI

PO.71.34.0.17.053

Tingkat : 1 Reguler B
Mata Kuliah : K 3 dan patient safety
Dosen Pembimbin :Jndwi Adi Saputra, S,pd

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2017-2018


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Penanganan Terhadap Korban
Tertelan Asam,Basa dan Luka Bakar”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah K3 dan patient safety jurusan analis kesehatan Poltekkes Kemenkes Palembang 2017.

Dalam makalah ini membahas materi menganai upaya penolongan pertama pada
korban yang tertelan asam basa serta bagi orang yangterkena luka bakar.Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan maklah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca bagi
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palembang,21 Desember
2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Asam dan Basa ............................................................................................... 5

2.2 Sifat dan Penggolongan Zat Asam dan Basa ................................................................... 5

2.3 Gejala dan Pertolongan Pertama Menelan Asam-Basa .................................................... 6

2.4 Pertolongan Pertama Bila Tertelan Bahan Kimia Lain .................................................... 8

2.5 Pertolongan Pertama Lain ................................................................................................ 9

2.6 Pengertian Luka Bakar ................................................................................................... 11

2.7 Penyebab Luka Bakar..................................................................................................... 13

2.8 Jenis – Jenis Luka Bakar ................................................................................................ 19

2.9 P3k Terhadap Korban Luka Bakar ................................................................................. 21

BAB III. PENUTUP........................................................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25

2
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan peneliti melakukan
percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari kemungkinan bahaya dari
berbagai jenis bahan kimia dan peralatan yang ada di dalamnya. Karena itu diperlukan
pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya di laboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan
ataupun menderita luka serta kerusakan fasilitas kerja yang sangat mahal. Semua kejadian
ataupun kecelakaan di laboratorium sebenarnya dapat dihindari jika mereka selalu mengikuti
prosedur kerja yang aman di laboratorium.

Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan
instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan
cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan
kerja, ini dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan
kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja.

Pertolongan pertama adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang
mengalami kecelakan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari
tenaga medis. Tujuan dari memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa
penderita, mencegah cacat pada korban dan membantu proses penyembuhan serta
memberikan rasa nyaman bagi penderita.

Pertolongan pertama sangat penting diketahui oleh masyarakat umum, agar bila
terjadi keadaan yang tidak diinginkan dapat segera teratasi. Hal ini dikarenakan seseorang
yang mengalami cidera dapat terjadi dimana saja, seperti lingkungan rumah, sekolah, tempat
umum, dan tempat kerja.

Dalam lingkungan kerja tindakan pertolongan pertama sudah seharusnya para


karyawan memahami dan mengerti. Apalagi lingkungan kerja seperti laboratorium yang
sebagian besar ada bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan seseorang dan banyaknya

3
percobaan-percobaan yang dilakukan. Untuk itu seseorang patutnya waspada agar tidak
terjadi kecelakaan atau kelailain kerja yang dapat menimbulkan cidera bagi diri-sendiri
maupun orang sekitarnya.

Keselamatan kerja merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan
kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja yang aman dan selamat
akan mengurangi resiko kecelakaan kerja. Jika telah terjadi kecelakaan maka segera lakukan
pertolongan pertama pada korban dan memperkecil resiko yang terjadi agar tidak memparah
kondisi korban.

Didalam makalah ini akan dipaparkan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan
laboratorium. Dimana makalah ini akan membahas mengenai kecelakaan yang disebabkan
oleh tertelan asam, basa serta korban luka bakar.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari asam basa?
b. Apa Sifat dan penggolongan dari zat asam dan basa?
c. Bagaiman gejala dan pertolongan pertama pada korban tertelan asam-basa?
d. Apa pengertian luka bakar?
e. Apa penyebab luka bakar?
f. Apa jenis – jenis dari luka bakar?
g. Apa Pertolongan pertama terhadap korban luka bakar?

1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui apa itu asam - basa
b. Dapat mengetahui sifat dan penggolongan dari zat asam dan basa
c. Dapat mengetahui gejala dan pertolongan pertama pada korban tertelan asam – basa
d. Dapat mengetahui apa itu luka bakar
e. Dapat mengetahui penyebab terjadinya luka bakar
f. Dapat mengetahui jenis – jenis dari luka bakar
g. Dapat mengetahui prtolongan pertama terhadap korban terkena luka bakar

4
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asam dan Basa


Asam dan Basa sudah dikenal sejak zaman dulu dan dapat ditemukan di dalam
kehidupan sehari-hari. Di alam, Asam dapat ditemukan dalam buah-buahan misalnya
cuka yang mengandung asam asetat. Sedangkan, Basa yang terkandung dalam sabun
yang sering kita gunakan untuk mandi dan menyuci.
Istilah Asam berasal dari bahasa latin yaitu denfan ktaacidus yang artinya
masam. Menurut Arrhenius, Asam adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen
ketika larut dalam perlarut air. Kekuatan asam ditentukan oleh banyak-sedikitnya ion
hidrogen yang dihasilkan. Semakin ion H+ yang dihasilkan semakin kuat sifat
asamnya.
Dan Basa menurut Arrhenius adalah senyawa yang terlarut dalam air yang
sudah menghasilkan ion hidroksida (OH-). Semakin banyaknya jumlah ion OH- yang
dihasilkan maka semakin kuatlah sifat basanya. Basa juga dapa menetralisasikan H+
dan menghasilkan air (H2O).

2.2 Sifat dan Penggolongan Zat Asam dan Basa


Asam dan Basa merupakan zat kimia yang memiliki sifat-sifat yang dapat membantu
kita untuk membedakannya. Karena pada umumnya asam bersifat masam dan basa
berasa agak pahit. Suatu zat dikatakan Asam bila memiliki sifat sebagai berikut :
1) Memiliki rasa asam/masam/kecut jika dikecap.
2) Menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air.
3) Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7).
4) Bersifat korosif, artinya dapat menyebabkan karat pada logam.
5) Bereaksi dengan logam menghasilkan gas hydrogen.
Selain memiliki sifat diatas, zat Asam juga digolongkan berdasarkan kekuatanya
dalam menghasilkan ion hidrogen menjadi dua, yaitu :
1) Asam kuat, yaitu asam yang banyak menghasilkan ion yang ada dalam
larutannya (asam yang terionisasi sempurna dalam larutannya). Contohnya :

5
HCl (Asam klorida), HNO3 (Asam nitrat), H2SO4 (Asam sulfat), HBr (Asam
bromida), HI (Asam iodida), HClO3 (Asam klorat), HClO4 (Asam perklorat),
dan lain-lain.
2) Asam lemah, yaitu asam yang sedikit menghasilkan ion yang ada dalam
laarutannya (hanya terionisasi sebagian). Contohnya : CH3COOH,
C2H5COOH, HCN, HCOOH, H2C2O4, H2S, H2CO3, HF, dan lain-lain.
Sedangkan, zat dikatakan Basa memiliki sifat sebagai berikut :
1) Rasanya pahit dan terasa licin pada kulit.
2) Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan menghasilkan ion OH-
3) Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
4) Bersifat elektrolit.
5) Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil warna biru.

Seperti asam, basa juga dikelompokkan berdasakan kemampuannya untuk


melepaskan ion OH- menjadi dua, yaitu :

1) Basa kuat, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH- dalam jumlah yang
besar. Basa kuat biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contohnya : NaOH
(Natrium hidroksida), KOH (Kalium hidroksida), Ca(OH)2 (Kalsium
hidroksida), dan lain-lain.
2) Basa lemah, yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH- dalam jumlah kecil.
Contohnya : NH3(NH4OH) (Gas amoniak), Fe(OH)2 (Besi(II) hidroksida),
NH4OH (Amonium hidroksida), Al(OH)2 (Aluminium hidroksida), dan lain-
lain.

2.3 Gejala dan Pertolongan Pertama Menelan Asam-Basa


Tanpa sengaja tertelan bahan kimia seperti asam dan basa dapat menganggu
kelangsungan hidup. Karena bahan-bahan tersebut akan merusak jaringan tubuh
penting yang akan menimbulkan gangguan atau terhentinya fungsi jaringan tubuh.
Beberapa jaringan tubuh yang dapat terganggu bila tertelan asam dan basa seperti
mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, ginjal dan juga dapat
menyerang sumsum tulang.
Bagi seseorang yang tertelan asam dan basa perlu mendapatkan pertolongan
medis yang segera, tetapi sebelumnya perlu meminimalisir agar keadaan korban tidak

6
merusak jaringan tubuh lainnya. Pertolongan pertama secara umum yang dapat
diberikan pada orang yang menelan asam-basa yaitu pertama segera menghubungi
ambulance lalu lakukan tindakan, sebagai berikut :
• Usahakan agar dimuntahkan kembali dengan pemberian zat perangsang,
kecuali asam basa.
• Berikan oksigen atau pernapasan buatan jika perlu.
• Lakukan pembilasan lambung
• Berikan obat pelunak racun (anti dotum)
• Selimuti korban
• Bawa ke RS

Secara umum pertolongan pertama dapat dilakukan seperti itu. Namun, lebih baik
pertolongan pertama dilakukan sesuai dengan gejala yang ditimbulkan. Gejala
seseorang bila tertelan asam dan basa berbeda, maka pemberian pertolongan pertama
juga berbeda.

A. Asam
Gejala seseorang setelah menelan asam adalah muntah, nyeri ketika
menelan, keluar air liur (drooling), ketidaknyamanan pada orofaring dan nyeri
abdomen, rasa terbakar pada epiglotis dan vocal cord, penyumbatan laring,
dan perforasi pada lambung dengan abses mediastinal atau peritoneal.
Pertolongan pertama yang diberikan pada orang tanpa sengaja menelan
asam, sebagai berikut :
1) Panggil dokter atau menghubungi ambulans.
2) Pasien segar diberi :
a. Minum susu (alternatifnya, berikan dua putih telur dicampur
dengan 500 ml air). Dengan minta pasien minum susu sambil
berkumur-kumur
b. Bila tidak ada keduanya, pasien harus diberi minum air putih.
Pasien diberi minum air putih sebanyak tiga atau empat gelas.
3) Bila bibir dan lidah terasa terbakar larutan asam :
a. Bilas seksama dengan air, kemudian.
b. Basuh dengan larutan natrium bikarbonat 2% (bila tersedia).
4) Untuk batere yang tertelan :

7
a. Jika batere ada di esofagus, segera mengeluarkan batere
tersebut.
b. Jika batere ada di lambung atau usus, tidak perlu dikeluarkan
kecuali terjadi perforasi atau obstruksi.
B. Basa
Gejala seseorang setelah menelan basa adalah nyeri perut, muntah dan
diare, hipersalivasi (air ludah berlebihan), Mata mengalami miosis, nyeri
didalam mulut dan regio substernal, disfagia (kesulitan dalam menelan),
demam dan perdarahan dapat terjadi.
Pertolongan pertama yang diberikan pada orang tanpa sengaja menelan
basa, sebagai berikut :
1) Panggil dokter atau menghubungi ambulans.
2) Pasien segar diberi :
a. Meminta pasien meminum larutan asam asetat 5% (atau air
jeruk atau cuka yang diencerkan 1 bagian cuka dengan 3 bagian
air).
b. Minta pasien berkumur dengan larutan asam yang sama atau
berikan pasien tiga atau empat gelas air putih.

3) Bila bibir dan lidah terbakar oleh zat alkali :


a. Bilas seluruhnya dengan air, lalu
b. Basuh dengan larutan asam asetat 5 %.

2.4 Pertolongan Pertama Bila Tertelan Bahan Kimia Lain


Di laboratorium tidak hanya ada bahan-bahan yang berasal dari asam maupun basa.
Terdapat juga kation-kation logam seperti Plumbum (Pb), Raksa (Hg), Arsen (Ar),
dan logam lainnya. Kation tersebut juga dapat ditemukan dikehidupan sehari-hari.
a. Plumbum (Pb) dapat ditemukan dalam batu baterai, mainan anak-anak, cat,
dan lain-lain.
b. Raksa (Hg) bisa ditemukan dalam komestik (pemutih kulit).
c. Arsen (Ar) banyak ditemukan dalam air sumur, susu bubuk, saus, asap rokok
dan minuman keras.

8
Bila seseorang tanpa sengaja menelan kation-kation logam tersebut dapat dilakukan
pertolongan pertama :

1) Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan BAL, atau
putih telur.
2) Bila kondisi korban dalam keadaan sadar, maka usahakan untuk muntahkan isi
perutnya dengan pemberian zat perangsang. Perangsang muntah yang dapat
digunakan, seperti garam dapur, mustard, soda kue, dan teh sirup ipeac.

2.5 Pertolongan Pertama Lain


Memberikan pertolongan pertama pada kasus-kasus asam-basa dan kation
logam telah dijelaskan. Kemudian ada pertolongan pertama yang dapat dilakukan
pada orang yang mengalami tertelan bahan kimia lain. Pertolongan yang dapat
diberikan adalah memberikan Anti dotum pada korban. Anti dotum merupakan zat
penawar racun yang biasanya diberikan pada korban yang mengalami over dosis
maupun dosis toksik obat. Kasus over dosis sendiri dapat terjadi akibat dari meminum
baik sengaja maupun tanpa sengaja obat melebihi batas aman. Anti dotum yang sering
digunakan sebagai berikut.

Jenis Anti Dotum Indikasi Cara Pemberian

Nalokson Keracunan narkotika (opioid). 0,4-2,4 mg intravena ulangi


tiap 2-3 menit sehingga total
menjadi 10 mg, diberikan
bersama infuse
Atropin Keracunan obat/bahan 1,2-2,4 mg ulangi tiap 5-10
dengan efek muskarinik menit sampai tampak tanda
atropinisasi (mulut kering
Metion Keracunan parasetamol 2,5 mg per oral kemudian

9
diikuti 2,5 mg tiap 4 jam untuk
3 dosis (10 g dalam 12 jam)

Selain dengan menggunakan zat penawar racun atau anti dotu, bisa juga
melakukan bilasan lambung. Bilas Lambung (gastric lavage) proses kerjanya
membersihkan isi lambung dengan cara mengeluarkan air ke/dari lambung dengan
bantuan Naso Gastric Tube (NGT). Bilas Lambung pada kasus tertelannya bahan
kimia bertujuan untuk mencegah penetrasi zat toksik lebih jauh dan mengencerkan
racun, sehingga mengurangi konsentrasi zat toksik.

Indikasi melakukan Bilas lambung pada kasus :

1) Penanganan kasus keracunan, seperti keracunan obat-obat atau bahan


kimia sebagai berikut : antidepresan trisiklik, asetaminofen, fensiklidin,
jamur, orgnofosfat, sianida, over dosis narkotik, transquilizer.
2) Penanganan kasus perdarahan lambung hebat atau hematemesis seperti
pada klien dengan sirosis hepatic.

Dalam melakukan Bilas Lambung harus ditangani oleh tenaga medis yang
mengetahui kondisi korban dan cara mengerjakan Bilas Lambung. Agar tidak
memperparah kondisi korban. Keadaan korban yang diperbolehkan Bilas Lambung,
sebagai berikut :

1. Bila dilakukan pada klien yang sadar atau induksi muntahan dengan sirup
ipekak tidak berhasil.

2. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah, maka posisikan
klien miring pada satu sisi untuk memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.

3. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada, maka klien harus
dilakukan intubasi trachea sebelum dilakukan bilas lambung.

Setelah mengetahui kondisi korban dalam cara kerja melakukan Bilas Lambung
sebaiknya dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedur yang ada. Prosedur
melakukan Bilas Lambung :

10
• Baringkan pasien di sisi kiri dalam posisi tigaperempat tengkurap di atas
ranjang atau ranjang dorong dengan kepala miring ke bawah dan lepaskan
gigi palsu (jika ada).

• Gunakan pipa Naso Gastric Tube (NGT) berdiameter besar (24-28 F)


masukkan melalui mulut untuk memudahkan aliran irigasi cairan ynag
sebelumnya telah dilumasi.

• Pastikan pipa sudah masuk dalam lambung (dengan cara auskultasi di atas
lambung sementara meniupkan udara menuruni NGT).

• Gunakan larutan garam fisiologis untuk pembilasan.

• Lakukan bilasan dengan 10 ml/kgBB garam normal hangat. Jumlah cairan


yang diberikan harus sama dengan yang dikeluarkan, tindakan bilas lambung
dilakukan sampai cairan bilasan yang keluar jernih.

Bilas lambung boleh dilakukan bila telah diketahui apa penyebab keracunan,
karena tidak semua keracunan ditangani dengan Bilas lambung. Pada kasus tertelan
asam-basa tidak diperbolehkan melakukan Bilas Lambung akan menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh seperti kerongkongan, laring, dan mulut. Dan Bilas
Lambung hanya dilakukan oleh orang-orang yang memahami prosedurnya.

2.6 Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah kelainan kulit yang di sebabkan oleh agen termal, kimia, listrik
atau radioaktif. Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap
berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.
Luka bakar adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.

11
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis
luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis
jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat
luka tersebut. Jadi luka bakar yaitu kelainan kulit yang di sebabkan oleh agen
termal,kimia,listrik,radiasi ataupun radioaktif yang mengenai kulit hingga merusak
berbagai jaringan kulit.
Tingkat penanganan luka bakar tergantung dari jenis luka, tingkat keparahannya dan
memerlukan proses penyembuhan dalam jangka waktu yang lama.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada
kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga
keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita
dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai
dengan meningkatnya dieresis.

12
2.7 Penyebab Luka Bakar
A. Api Atau Benda Panas
Merupakan penyebab tersering dari luka bakar. Terjadi jika kulit kontak atau
terpapar dengan api, uap panas, air panas, minyak panas, atau logam panas.
Luka bakar akibat benda panas dapat terjadi akibat dari kebakaran, mobil yang
mengalami kecelakaan, kecelakaan akibat petasan, kecelakaan rumah tangga, ledakan
tabung gas, ledakan bom, menyentuh knalpot sepeda motor yang panas, dll.
Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga) unsur
yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan cahaya.

Luka bakar akibat panas seperti setrika, minyak atau air panas sangat sering
terjadi terutama di dalam rumah, namun masih banyak kesalahan fatal dalam
penanganan dini luka bakar tersebut yang berakibat pada bekas luka yang besar dan
membekas, nyeri yang amat sangat bahkan luka bakar yang menjadi semakin luas dan
dalam dan waktu sembuh yang lama.
Luka bakar akibat barang panas bila tidak ditangani secara tepat akan
menyebabkan luka di kulit semakin dalam dan penyembuhan yang lama karena sel-sel
kulit yang mati akan semakin banyak, bahkan bila sampai pada syaraf dapat
menyebabkan rasa sakit yang amat sangat. Penanganan awal yang tepat pada luka
bakar akibat panas dapat mengurangi nyeri pada luka, mencegah luka lebih luas, dan
mempercepat proses penyembuhan luka tersebut.

Bila anda terkena barang panas, segera aliri daerah yang terkena luka dengan air
kran atau air mengalir bersuhu sejuk (sekitar 2-25 derajat selsius) selama minimal 20
menit. Hal ini dilakukan agar luka bakar tidak meluas dan mengurangi nyeri akibat
luka bakar tersebut. Segera lakukan pengaliran air pada luka dalam 3jam pertama
setelah kejadian. Jangan beri kompres air es karena hal ini ditakutkan dapat
menyebabkan hipotermia pada penderita, terutama pada anak. Air es dapat membuat
pembuluh darah menciut dan memperburuk kondisi luka bakar. Pemberian minyak,
odol, ataupun mentega pada luka bakar justru sangat merugikan penderita karena
selain menutupi permukaan kulit juga dapat mengotori luka dan berakibat infeksi.

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan


suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan
sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C. Tubuh manusia mampu mengatur

13
suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C. Di luar suhu tersebut, respon
tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan
kehilangan panas dalam tubuh. Gejala hipotermia ringan adalah penderita berbicara
melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan
darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk
menghasilkan panas.
Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga
mencapai hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.Pada penderita hipotermia
parah, pasien tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pupilmengalami dilatasi,
terjadi hipotensi akut, dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kentara
(kelihatan).Hipotermi terjadi bila terjadi penurunan suhu inti tubuh dibawah 35 °C
(95 °F). Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga
panas tubuh.

B. Bahan Kimia

Terjadi jika kulit kontak dengan bahan-bahan kimia yang tergolong asam kuat
atau basa kuat yang dapat bereaksi menghasilkan panas, seperti senyawa kimia
kaustik (natrium hidroksida atau perak nitrat, dan asam seperti asam sulfat atau orang
sering menyebutnya dengan air keras).

C. Aliran Listrik Atau Sambaran Petir

Luka bakar karena aliran listrik dapat terjadi akibat menyentuh kabel maupun
sesuatu yang menghantarkan listrik dari kabel yang terpasang.
Tersengat listrik atau yang biasa disebut kesetrum adalah peristiwa dimana
terdapat aliran listrik yang mengalir pada tubuh kita. Hal ini dapat terjadi karena pada
dasarnya tubuh manusia merupakan konduktor yang baik, dimana tubuh manusia
sebagian besar merupakan cairan sehingga mampu menghantarkan listrik dengan
baik. Arus listrik dapat mengalir karena adanya beda potensial antara kedua titik
hubung, dimana arus listrik akan mengalir dari titik yang memiliki tegangan tingggi
ke tegangan yang lebih rendah. Pada kasus kesetrum, tubuh kita menjadi penghubung
antara peralatan elektronik (tegangan tinggi) dengan tanah/ground (tegangan rendah).
Oleh karena itulah arus listrik akan mengalir melalui tubuh kita, hal ini sesuai dengan

14
sifat alami listrik yang akan mancari jalan terdekat menuju bumi (dalam hal ini
merupakan tubuh kita).
Sebagai contoh saat terjadi petir dimana petir akan menyambar pohon atau
bangunan yang lebih tinggi karena itu merupakan jalan terdekat bagi arus listrik untuk
sampai ke bumi.
Mengapa burung yang bertengger pada kabel tiang listrik tidak
kesetrum? Karena mereka bukanlah jalur terdekat menuju bumi (ground). Mereka
diibaratkan sebagai jalur buntu karena tubuh mereka (kaki-kaki burung) tidak
terhubung secara langsung ke bumi sehingga tidak ada perbedaan potensial yang
dapat mengalirkan arus listrik.
Bagaimana mencegah agar tidak kesetrum? Untuk mencegah agar kita tidak
tersetrum caranya sangat mudah yaitu dengan “memotong” jalur arus listrik dengan
menggunakan sandal karet atau alas kaki lainnya yang bersifat isolator saat sedang
memegang peralatan listrik/elektronik sehingga tubuh kita tidak akan tehubung
langsung dengan tanah (gound).
Mengapa Kesetrum Itu Berbahaya? Kesetrum dapat membahayakan tubuh
manusia karena arus listrik yang mengalir dalam tubuh manusia akan menghasilkan
panas yang dapat membakar jaringan dan juga menyebabkan terganggunya fungsi
organ tubuh, terutama jantung, otot, dan otak.
Efek yang ditimbulkan oleh kesetrum antara lain kejang otot, nafas berhenti,
denyut jantung tidak teratur, luka bakar tingkat tiga, sampai yang terburuk adalah
kematian.
Berikut ini akan diberikan tips menangani korban kesetrum, mungkin saja anda
akan manjadi pahlawan yang dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Langkah-
langkah yang seharusnya anda lakukan saat menangani korban kesetrum antara lain:
a. Jika tubuh korban masih kontak dengan arus listrik, jangan menyentuhnya
dengan tangan telanjang! Bisa-bisa anda ikut kesetrum, segera matikan
sumber listrik atau memotong kabelnya, jika tidak berhasil gunakan benda
yang tidak dapat mengalirkan listrik (isolator) seperti kayu, karet, atau
plastic. Atau kalau anda tidak dapat menemukan benda-benda tersebut
segera tendang saja tubuh korban dengan sol sepatu anda.
b. Segera periksa tubuh korban. pastikan sumber listrik sudah tidak menempel
di tubuh korban, rebahkan tubuh korban hingga terlentang dan angkat
dagunya, segera hubungi ambulans jika memang kondisinya parah.
15
c. Sambil menunggu datangnya ambulans segera lakukan pertolongan pertama
pada korban dengan cara lihat dan dengar nafasnya, jika korban dalam
keadaan tidak bernafas, segera beri nafas bantuan. Coba tekan hidungnya
dengan jari anda dan tiupkan udara ke dalam mulutnya dua kali hingga
dadanya mengembang. Kemudian periksa denyut nadi di lehernya, jika
dalam waktu 5 detik tidak ada tanda-tanda, tekan dadanya sebanyak 5 kali
dengan kedua telapak tangan anda (telapak tangan kiri berada di atas dada
dan tangan kanan berada di atas punggung tangan kiri, posisi tangan anda
berada satu garis dengan putingnya) periksa lagi denyut nadinya, jita tetap
tidak ada, ulangi dari awal.
d. Jika ada luka terbuka di tubuh korban akibat sengatan listrik, segera tutupi
dengan benda yang tidak menghantarkan panas seperti kain atau perban.

Bahaya arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh kita dipengaruhi oleh jenis
dan kekuatan arus listrik, ketahanan tubuh terhadap arus listrik, jalur arus listrik ketika
masuk ke dalam tubuh serta lamanya arus listrik mengalir di dalam tubuh kita.
Semakin besar dan lama arus listrik yang mengalir di dalam tubuh kita maka semakin
besar juga bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap tubuh kita.
Berikut ini akan diberikan tabel batas arus dan pengaruhnya terhadap tubuh
manusia serta tabel besar dan lamanya tegangan sentuh maksimum.

16
Sedangkan kecelakaan akibat tersambar petir bisa terjadi jika seseorang secara
terbuka berdiri di lapangan luas saat ada petir, jika seseorang bersandar pada atau
berada di dekat batang pohon yang tersambar petir (paling jauh 2 meter dari pohon
tersebut) atau jika seseorang berdiri atau berjongkok dekat tanah yang tersambar petir.
Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu
begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas, dan bunyi yang sangat
kuat yaitu geluduk, guntur, atau halilintar.
Geluduk, guntur, atau halilintar ini dapat menghancurkan bangunan, membunuh
manusia, dan memusnahkan pohon. Sedemikian raksasanya sampai-sampai ketika
petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang
terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga
akan menimbulkan bunyi yang menggelegar.
Di lain kesempatan, ketika akumulasi muatan listrik dalam awan tersebut telah
membesar dan stabil, lompatan listrik (eletric discharge) yang terjadi pun akan

17
merambah massa bermedan listrik lainnya, dalam hal ini adalah Bumi. Besar medan
listrik minimal yang memungkinkan terpicunya petir ini adalah sekitar 1.000.000 volt
per meter.

D. Radiasi

Dapat terjadi jika terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama, radioterapi pada
pengobatan kanker atau akibat efek panas dari radiasi gelombang mikro.

18
2.8 Jenis – Jenis Luka Bakar
A. Luka Bakar Tingkat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.

B. Luka Bakar Tingkat II


Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis,
berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar,
dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah
atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
a. Tingkat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai
derajat II superficial setelah 12-24 jam. Ketika bula dihilangkan, luka tampak
berwarna merah muda dan basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan
akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu.

b. Tingkat II dalam (Deep)


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermi. Organ-organ kulit seperti
folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih
utuh.Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa. Juga
dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada
sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada
beberapa aliran darah ). Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu.

C. Luka Bakar Tingkat III

19
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat.
Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau
kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.

D. Luka Bakar Tingkat IV


Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan,
tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis
yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih
lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka.

20
2.9 P3k Terhadap Korban Luka Bakar
A. Luka Bakar Ringan atau Luka Bakar Tingkat I
Tujuan pertolongan pertama pada luka bakar adalah untuk mengurangi rasa
sakit, mencegah terjadinya infeksi, serta mengatasi peristiwa syok yang mungkin
dialami korban. Caranya adalah dengan menurunkan suhu di sekitar luka bakar
sehingga dapat mencegah luka pada jaringan di bawahnya berkembang lebih parah
lagi.
Berdasarkan keparahannya, ada 3 tingkatan luka bakar. Luka bakar tingkat I
adalah luka bakar ringan dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian luar
lapisan kulit. Contohnya adalah kulit terkena sengatan sinar matahari atau kontak
langsung dengan objek yang panas seperti air mendidih. Luka bakar seperti ini
umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit.
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul ‘First Aid,
Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat’, gejala luka bakar ringan
ini berupa kulit kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan, nyeri namun
kulit tidk terkoyak karena melepuh.
Ketika mengalami atau melihat korban luka bakar tingkat I, pertolongan pertama
yang dapat dilakukan adalah:
a. Siram bagian luka yang terbakar dengan air mengalir. Lakukan sampai
rasa sakit menghilang.
b. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
c. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar.
d. Jangan memberikan obat-obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan
dokter.

B. Luka Bakar Sedang atau Luka Bakar Tingkat II


Luka akibat api atau terpapar benda panas bisa sangat menyakitkan. Kulit yang
terkena bisa melepuh bahkan gosong jika terpapar pada suhu tinggi. Sel-sel yang
bersentuhan dengan panas pun akan mati. Oleh karena itu, luka bakar perlu mendapat
penanganan cepat.
Luka bakar sedang atau luka bakar tingkat II adalah luka bakar yang
menyebabkan kerusakan pada lapisan di bawah kulit. Contohnya adalah sengatan

21
sinar matahari yang berlebihan, cairan panas dan percikan api dari bensin atau bahan
lain.
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul ‘First Aid,
Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat’, gejala luka bakar tingkat
II ini berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama beberapa hari
dan kulit terlihat lembab atau becek.
Apabila terjadi luka bakar seperti ini, segera lakukan hal berikut:
a. Siram air pada daerah luka atau beri kompres dengan menggunakan
handuk kecil. Bisa juga menggunakan saputangan yang sebelumnya
dicelupkan ke dalam air.
b. Keringkan luka menggunakan handuk besih atau bahan lain yang lembut.
c. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi.
d. Angkat bagian tangan atau kaki yang terluka lebih tinggi dari organ
jantung.
e. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar
bibir atau kesulitan bernapas.
f. Jangan coba mengempiskan luka yang melepuh atau mengoleskan minyak,
semprotan atau ramuan lain tanpa sepengetahuan dokter.

C. Luka Bakar Berat atau Luka Bakar Tingkat III


Peristiwa bencana kebakaran atau ledakan berisiko menyebabkan terjadinya
luka bakar yang parah dan fatal. Sebelum membawa korban ke rumah sakit, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kerusakan tubuh yang terjadi.
Luka bakar parah atau luka bakar tingkat III adalah luka bakar yang
menghancurkan semua lapisan kulit. Kontak terlalu lama dengan sumber panas dan
luka bakar akibat tersengat listrik adalah penyebab utama luka bakar tingkat III.
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul ‘First Aid,
Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat’, gejala luka bakar tingkat
III berupa daerah luka tampak berwarna putih, kulit hancur dan sedikit nyeri karena
ujung saraf telah rusak.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan jika menemui kasus ini adalah:
a. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api menggunakan
selimut, bed cover, karpet, jaket atau bahan lain. Jangan melepaskan
pakaian yang melekat pada luka.
22
b. Terkadang korban mengalami kesulitan napas, khususnya bila luka
terdapat pada leher, wajah dan di sekitar mulut, bisa juga akibat menghirup
asap. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bisa bernapas

c. Tempelkan kain basah untuk menurunkan suhu pada daerah luka. Jangan
gunakan air es untuk luka di bagian wajah, tangan dan kaki sebab dapat
menyebabkan syok.

d. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal,
popok bersih atau bahan lain yang dapat ditemukan. Tetapi jangan
gunakan bahan yang mudah rontok seperti kapas atau kapuk. Jangan
oleskan minyak atau ramuan lain pada luka.
e. Segera telepon ambulans. Korban perlu mendapat penanganan medis
dengan segera.

23
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertolongan pertama pada kecelakan oleh bahan kimia harus ditangani dengan cepat
dan tepat. Menelan asam dan basa dari jenis zat yang sudah berbeda gejala dan
penanganannya juga harus berbeda. Bila dilakukan penanganan yang sama tidak akan
meredakan keracunan akibat menelan asam atau basa, melainkan akan memperparah kondisi
si korban. Penanganan yang umum dapat diberikan adalah meminum susu, air putih, norit,
dan air kelapa untuk mengencerkan konsentrasi zat asam atau basa. Bahan kimia lain diluar
asam atau basa seperti kation logam dan over dosis terhadap obat-obatan juga harus ditangani
dengan segera dan tepat. Korban yang telah ditangani secara umum langsung dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lanjut. Di rumah sakit dapat memperoleh anti
dotum dan penanganan seperti Bilas Lambung oleh tenaga medis.

Pertolongan pada korban terkena luka bakar dapat dilakukan sesuai dengan tingkatan
luka bakar itu sendiri, dimana ada 3 tingkat luka bakar berdasarkan pertolongannya, yaitu,
luka bakar tingkat 1 atau luka bakar ringan, luka bkar tingkat 2 atau luka bakar sedang dan
luka bakar tingkat 3 atau luka bakar berat .

24
DAFTAR PUSTAKA
Chairlan, Drs. dan Lestari, Dra. Estu. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan (Manual of Basic Techniques for A health Laboratory). Jakarta : EGC.

Haqqu, Ro’uufun Nisa dan Nuritasari, Rahayu Tri. 2013. Antidotum. Makalah. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Patria Husada Blitar.

Smeltzer, Suzzane, dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.

-. Penatalaksanan Umum Keracunan. Jurnal. Dapat diunduh


(http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40898/0ef442cd7a2656489416eddb02b
45054). Universitas Gajah Mada.

-. 2014. Bab 3 Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat. Website. Dapat diunduh
(http://barripandapa.wordpress.com/).

25

Anda mungkin juga menyukai