Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SITOHISTO TEKNOLOGI
JARINGAN SARAF

Disusun Oleh :

NURUL ANGGRAINI
PO.71.34.0.17.067
REGULER 1B

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
LAPORAN PRAKTIKUM
SITOHISTO TEKNOLOGI
Nama : Nurul Anggraini
Nim : PO.71.34.0.17.067
Hari, tanggal : jumat, 19 oktober 2018
Judul materi : pemeriksaan shitohosto teknologi jaringan saraf
Tujuan : Mengetahui tahapan-tahapan pemeriksaan histopatologi
pada jaringan
Landasan teori :
Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan
diagnosispenyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler
atas organ, jaringan, dan sel dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di
sekeliling sel Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit dan merupakan salah satu
pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan
terhadap jaringan yang diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan dengan
mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara)
atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan
membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui
apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Ilmu ini
dipelajari dalam semua bidang patologi, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Biologi sel atau disebut sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Sitologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu cytos dan logos. Cytos berarti sel dan logos
berarti ilmu. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis
sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan
antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga
kematian sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala
molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri
maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia.
Dengan demikian, sitologi merupakan ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk
susunan serta fungsi bagian-bagian yang ada pada sel makhluk hidup.
Histologi adalah ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk susunan serta
fungsi bagian-bagian yang ada pada jaringan makhluk hidup. Histologi adalah
bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi
dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Bidang biologi ini amat
berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang
sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.
Jaringan saraf (Nervous = dapat terangsang) adalah salah satu dari 4
jaringan dasar dalam tubuh kita yang disusun oleh sel saraf (neuron) dan sel
penyokong saraf (sel neuroglia) yang berfungsi untuk komunikasi. Jaringan saraf
secara mikroskopik disusun oleh sel-sel saraf (neuron) yang disokong oleh sel-sel
penyokong yang dikenal sebagai sel-sel neuroglia atau sel-sel glia.
Sel Saraf (Neuron) adalah Bangunan histologik sel saraf sangat khas
terdiri atas badan sel (soma atau perikarion) dan julurannya (prosesusnya) yang
terdiri atas satu akson dan beberapa dendrit. Secara histologis terdiri atas badan
sel saraf (perikarion) dan juluran saraf (prosessus saraf) yang terdiri atas akson
dan dendrit.
 Badan sel saraf
 Nukleus (inti sel)
 Sitoplasma
Jaringan saraf dapat dikelompokkan secara anatomis dan fungsional (fisiologis).
* Secara anatomis jaringan saraf dibagi menjadi 2 yaitu:
I. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Jaringan saraf yang dilindungi oleh tulang tengkorak dan vertebra.
Susunan saraf pusat ini terdiri atas otak (brain) dan medulla spinalis (spinal cord).
Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis.
II. Susunan Saraf Tepi (SST)

Susunan Saraf Tepi (SST) yaitu seluruh jaringan saraf diluar SSP (selain otak
dan medulla spinalis), ganglia dan reseptor.
Pada tahap penanganan bahan pemeriksaan dalam fase pre-analitik ini
merupakan tonggak pertama yang merupakan syarat utama agar hasil
pemprosesan bahan pemeriksaan dan penanganan selanjutnya dapat berlangsung
dengan baik. Tahapan ini meliputi :
a. Kelengkapan identitas pasien dan keterangan klinik yang relevan; dan
b. Penanganan jaringan dan cairan pasca tindakan operasi ataupun biopsi.
Tahap penanganan bahan pemeriksaan dalam fase analitik, dimulai sejak
bahan pemeriksaan diterima di laboratorium untuk dilakukan pengolahan bahan
pemeriksaan atau sampel sampai menjadi blok paraffin dan sediaan sampai siap
dibaca dokter spesialis Patologi Anatomi.
Tahap analitik dibagi atas :
a. Penerimaan sampel;
b. Pemotongan dan pencatatan makroskopik;
c. Pengolahan sampel secara manual ataupun otomatis; dan
d. Pembuatan blok paraffin yang sesuai standar.

Prosedur Pemeriksaan Histologi Jaringan Saraf


1. Identifikasi
a. Verifikasi formulir pemeriksaan dengan sampel yang diterima (nama,
jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, lokasi jaringan, instansi atau
dokter pengirim dan diagnosa klinik).
b. Pastikan sampel yang diterima telah difiksasi dengan larutan buffer
formalin 10% (kecepatan daya serap formalin ke jaringan ± 2 cm/24
jam).
- Pada sampel jaringan saraf :
Diterima dua potong jaringan masing-masing ukuran 20x15x7 cm dan
12x10x5 cm, warna putih, konsistensi kenyal .
- Pada sampel jaringan umumnya Jika jaringan terlalu besar, lakukan proses
lamilasi yang bertujuan untuk menyempurnakan proses fiksasi dan
mempermudah jaringan menyerap formalin.
Tahapan proses lamilasi :
 Jaringan dipotong atau disayat dengan ketebalan 1-2 cm;
Sayatan dilakukan dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya dan
jangan sampai sayatan tersebut putus.
Tahapan proses lamilasi :
 Jaringan dipotong atau disayat dengan ketebalan 1-2 cm;
 Sayatan dilakukan dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya dan
jangan sampai sayatan tersebut putus.
c. Data semua identitas pasien pada formulir pemeriksaan pada buku PA
Histopatologi.
d. Nomor urut pada buku PA Histopatologi dicatat pada lembar formulir
bagian atas sebagai nomor registrasi dan dijadikan sebagai kode sampel
pada preparat.
e. Formulir diletakkan di tempat pemotongan gross.
Tujuan Identifikasi:
a. Menghindari tertukarnya sampel;
b. Memverifikasi sampel dan formulir;
c. Membantu diagnosa.

2. Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan makaroskopis dilakukan oleh dokter tugas analis
kesehatan/teknisi laboratorium mendampingi dokter, melakukan
pencatatan hasil pemeriksaan dokter. Pada tahap ini dokter juga akan
memotong jaringan yang dicurigai
3. Processing Jaringan
Untuk prosessing jaringan memakai alat tissue prosessor automatic yang
bekerja ± 18,5 jam(bisa diubah sesuai kebutuhan). Tahapan
prosessing jaringan yaitu, Fiksasi, Dehidrasi, clearing, dan infiltrasi
paraffin.

Foto : Tissue Automatics Prosessor


Tahapan kerja pada Tissue Automatics Prosessor

a) Fiksasi
Tujuan : Untuk mempertahankan struktur sel sehingga menjadi stabil secara fisik
dan kimiawi dan mencegah terjadi dialysis atau pembengkakan pada rupture.
Botol 1. Buffer Formalin 10% 2 jam
b) Dehidrasi
Tujuan : untuk menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara mulai
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tinggi.
Botol 2. Alkohol 70% 1,5 jam
Botol 3. Alkohol 80% 1,5 jam
Botol 4. Alkohol 95% 1,5 jam
Botol 5. Alkohol absolute I 1,5 jam
Botol 6. Alkohol absolute II 1,5 jam
Botol 7. Alkohol absolute III 1,5 jam
c) Clearing
Tujuan : Menarik keluar kadar alcohol yang berada dalam jaringan,
memberi warna yang bening pada jaringan dan juga sebagai perantara mesuknya
kedalam paraffin. Zat yang sering dipakai Xylol, tapi bisa juga dipakai : benzol,
benzene, toluol,dll.
Botol 8. Xylol I 1 Jam
Botol 9. Xylol II 1,5 Jam
Botol 10. Xylol III 1,5 Jam
d) Infiltrasi paraffin
Tujuan : Mengisi rongga atau pori-pori yang ada pada jaringan setelah setelah
ditinggal cairan sebelumnya(xylol).
Jumlah waktu : 18,5 Jam
Botol 11. Paraffin cair I 1,5 jam
Botol 12. Paraffin cair II 2 jam

4. . Pengeblokkan

Tujuan : Agar mudah dipotong menggunakan mikrotom untuk mendapatkan irisan


jaringan yang sangat tipis (sesuai yang diharapkan).
Foto : Cetakan

Cara Kerja :

1) Hangatkan paraffin cair, pinset, dan penutup cetakan

2) Parafin cair dituangkan kedalam cetakan

3) Jaringan dari prosessing dimasukan kedalam cetakan yang telah disi


paraffin cair, tekan jaringan agar semakin menempel di dasar cetakan.

4) Tutup cetakan diambil, letakkan diatas cetakan dan di tekan.Pasang etiket


di pinggir.

5) Biarkan sampai membeku

6) Setelah beku, keluarkan dari cetakan. Rapikan sisi-sisi blog. Ganti etiket
dengan yang permanen

Foto : cetakan yang telah diisi jaringan dan paraffin


Foto : Blok jaringan

5. Pemotongan dengan Mikrotom

Foto : Mikrotom dengan blok jaringan saraf

1) Sebelum pemotongan Masukan kedalam plastik yang diisi air dan


letakkan di freezer ±15 menit atau diberi batu es.
2) Blok dijepit pada mikrotom kemudian dipotong dengan pisau mikroto.
Kemiringan : ±300 , Tebal blok paraffin ±2-5mikron.
3) Hasil pemotongan (berupa pita/irisan tipis yang saling bersambung)
dimasukkan kedalam waterbath yang diisi air yang sudah dihangatkan
50 0 C, kemudian diambil dengan kaca objek (Meletakkan potongan di
waterbath tidak boleh terbalik).

Foto : Waterbath
Cttn : Pisau dan waterbath bisa diberi alcohol 50% untuk menurunkan tegangan
permukaan yang membantu merentangkan pita.Objek glass jangan diolesi
albumin gliserin karena biasanya albumin bila diinkubasi akan mengeras.menjaga
agat jangan lepas saat pengecatan

6. Inkubasi

Kaca objek diletakkan di atas hot plate selama 30-45 menit dengan suhu 60-80oC.
Tujuannya untuk lebih merekatkan jaringan pada preparat dan menghilangkan
kadar paraffin.

7. Pewarnaan jaringan (Hematoxilin Eosin)


Waktu
Reagen Proses Tujuan Proses
Pemrosesan
Xylol 1 10 menit Menghilangkan
Xylol 2 10 menit Deparafinisasi paraffin dan
basah menjadikan jaringan
Xylol 3 10 menit
transparan.
Alkohol absolute 2 menit
Menghilangkan sisa-
Alkohol 96% 2 menit
Rehidrasi sisa xylol dan menarik
Alkohol 80% 2 menit
kadar air ke jaringan.
Alkohol 70% 2 menit
Cuci dengan air
3 menit - Menetralkan jaringan
mengalir
Memberikan warna
HE 15 menit -
biru pada inti sel
Cuci dengan air Membersihkan sisa-
5-7 menit -
mengalir sisa zat warna
Memberikan warna
Eosin 1-2 celup -
merah pada sitoplasma
Cuci dengan air sampai warna Membersihkan sisa-
-
mengalir eosin hilang sisa zat warna
Alkohol 70% 3 celup
Alkohol 80% 3 celup Menghilangkan kadar
Dehidrasi
Alkohol 96% 3 celup air dalam jaringan
Alkohol absolute 3 celup
Xylol 1 5 menit Clearing Menghilangkan kadar
Xylol 2 5 menit alkohol dalam jaringan.
Xylol 3 5 menit

Ketika proses di atas selesai, lakukan mounting entelan. Tujuannya untuk menjaga
kualitas sediaan, merekatkan kaca objek dan kaca penutup.

9. Pemeriksaan Sediaan
- Sediaan jaringan saraf
Dari hasil pewarnaan Hematoxilin-Eosin pada sediaan tampak sel-sel bentuk
spindel dengan kedua ujung tajam dan pada beberapa tempat memberikan
gambaran palisading yang menunjukkan hasil jaringan abnormal atau adanya
schwannoma.
Benign Schwannoma merupakan suatu tumor dengan pertumbuhan lambat dan
berasal dari sel-sel Schwann yang merupakan saraf periferal dan dominan
dijumpai pada wanita dekade dua sampai dekade lima. Tumor berbatas tegas
disertai dengan kapsul. Untuk penangan dapat dilakukan dengan eksisi lokal.

Gambar 1. Tampak gambaran sel-sel spindel hiperseluler dan hiposeluler


(HE,x100)

Gambar 2. Sel-selyang memberikan gambaran palisading (HE,x400)


- Sediaan jaringan tulang rawan
Berdasarkan pembacaan hasil dari mikroskop pada sediaan jaringan ini dengan
pewarnaan HE ditemukan ukuran lesi dan staining inti (hiperkromasia).
Kondrosarkoma merupakan bentukan tumor ganas dari kartilago hialin dengan
pembesaran yang lambat1,2 . Kondrosarkoma berasal dari kartilago primitif yang
membentuk mesenkim, memproduksi kartilago hialin dan menghasilkan
pertumbuhan yang abnormal dari tulang atau kartilago dan seluleritasnya derajat
kondrosarkoma dibagi dalam skala 1-3 (gambar 3). Derajat kondrosarkoma
tersebut mencerminkan agresifitas lesi
 Derajat 1 merupakan tumor derajat rendah

Tumor derajat 1 mempunyai kondrosit dengan inti tebal, meskipun beberapa


inti membesar (ukuran > 8 mikro) dan sedikit sel dengan multinucleated
(kebanyakan binucleated). Stroma lebih dominan dengan area miksoid sedikit atau
bahkan tidak ada.
 Derajat 2 merupakan tumor derajat sedang

mempunyai matriks kondroid yang sedikit dan lebih banyak mengandung sel.
Peningkatan sel lebih dominan di tumor perifer dengan matriks kondroit yang
hampir tidak ada dan jarang ditemukan gambaran mitosis.
 Derajat 3 merupakan derajat tinggi

menampilkan sel-sel yang lebih besar dan inti lebih pleomorfisme dibandingkan
derajat 2. Matriks kondroit jarang bahkan hampir tidak ada dengan material
interseluler sedikit dan sering berupa mixoid. Selnya umumya bentuk stellat atau
ireguler. Fokus nekrosis sering tampak dan sering meluas. Inti sel sering
berbentuk spindle dengan ukuran bisa lebih besar 5-10 kali dibandingkan dengan
ukuran normal3 .

-
- Gb 3. Histologi kondrosarcoma. Seluleritas rendah pada grade I
chondrosarcoma (A) dg matrik kondroit dan absennya mitosis. Grade II
chondrosarcoma (B) mitoses ditemukan (inset). Grade III chondrosarcoma
(C) seluleritas tinggi dengan matrik mucomiksoid yg berubah terlihat
cytonuclear yg atypia (hematoxylin and eosin staining).

a. Formulir, catatan makroskopis dan preparat diserahkan ke dokter


pemeriksa.
b. Hasil pemeriksaan dokter diserahkan ke bagian administrasi kemudian
di print out.
c. Hasil print out dikoreksi kembali oleh petugas dan diserahkan kembali
ke dokter.
d. Hasil pemeriksaan di print out sebanyak 3 lembar (untuk pasien, dokter,
dan arsip).

10 Pengarsipan
 Arsip jaringan (penyimpanan basah) maksimal 3 bulan
 Arsip block paraffin waktunya 5-10 tahun
 Arsip slide (preparat) waktunya 5-10 tahun dan
 Arsip hasil pemeriksaan.
Kesimpulan :
Bahan pemeriksaan harus diproses dengan langkah-langkah yang berurutan dan
dalam waktu yang tepat. Langkah-langkah yang dilakukan dengan tidak sesuai
prosedur akan menyebabkan rusaknya jaringan atau sel yang akan mempengaruhi
hasil diagnosa. Pentingnya pengetahuan dan pemahaman prosedur yang tepat
menghasilkan preparat yang baik dan bersih.

Daftar pustaka
1. Janqueira, L. Carlos, Jose Carneiro, Robert O. Kelley. 1997. Histologi
Dasar. Edisi 8. Jakarta : EGC.
2. http://www.ebiologi.com/2017/08/jaringan-saraf-fungsi-ciri-struktur.html
3.

Mengetahui Palembang, 19 oktober 2018


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Drs Refai M.Kes Nurul anggraini


PO.71.34.0.17.067

Anda mungkin juga menyukai