SITOHISTO TEKNOLOGI
JARINGAN SARAF
Disusun Oleh :
NURUL ANGGRAINI
PO.71.34.0.17.067
REGULER 1B
Susunan Saraf Tepi (SST) yaitu seluruh jaringan saraf diluar SSP (selain otak
dan medulla spinalis), ganglia dan reseptor.
Pada tahap penanganan bahan pemeriksaan dalam fase pre-analitik ini
merupakan tonggak pertama yang merupakan syarat utama agar hasil
pemprosesan bahan pemeriksaan dan penanganan selanjutnya dapat berlangsung
dengan baik. Tahapan ini meliputi :
a. Kelengkapan identitas pasien dan keterangan klinik yang relevan; dan
b. Penanganan jaringan dan cairan pasca tindakan operasi ataupun biopsi.
Tahap penanganan bahan pemeriksaan dalam fase analitik, dimulai sejak
bahan pemeriksaan diterima di laboratorium untuk dilakukan pengolahan bahan
pemeriksaan atau sampel sampai menjadi blok paraffin dan sediaan sampai siap
dibaca dokter spesialis Patologi Anatomi.
Tahap analitik dibagi atas :
a. Penerimaan sampel;
b. Pemotongan dan pencatatan makroskopik;
c. Pengolahan sampel secara manual ataupun otomatis; dan
d. Pembuatan blok paraffin yang sesuai standar.
2. Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan makaroskopis dilakukan oleh dokter tugas analis
kesehatan/teknisi laboratorium mendampingi dokter, melakukan
pencatatan hasil pemeriksaan dokter. Pada tahap ini dokter juga akan
memotong jaringan yang dicurigai
3. Processing Jaringan
Untuk prosessing jaringan memakai alat tissue prosessor automatic yang
bekerja ± 18,5 jam(bisa diubah sesuai kebutuhan). Tahapan
prosessing jaringan yaitu, Fiksasi, Dehidrasi, clearing, dan infiltrasi
paraffin.
a) Fiksasi
Tujuan : Untuk mempertahankan struktur sel sehingga menjadi stabil secara fisik
dan kimiawi dan mencegah terjadi dialysis atau pembengkakan pada rupture.
Botol 1. Buffer Formalin 10% 2 jam
b) Dehidrasi
Tujuan : untuk menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara mulai
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tinggi.
Botol 2. Alkohol 70% 1,5 jam
Botol 3. Alkohol 80% 1,5 jam
Botol 4. Alkohol 95% 1,5 jam
Botol 5. Alkohol absolute I 1,5 jam
Botol 6. Alkohol absolute II 1,5 jam
Botol 7. Alkohol absolute III 1,5 jam
c) Clearing
Tujuan : Menarik keluar kadar alcohol yang berada dalam jaringan,
memberi warna yang bening pada jaringan dan juga sebagai perantara mesuknya
kedalam paraffin. Zat yang sering dipakai Xylol, tapi bisa juga dipakai : benzol,
benzene, toluol,dll.
Botol 8. Xylol I 1 Jam
Botol 9. Xylol II 1,5 Jam
Botol 10. Xylol III 1,5 Jam
d) Infiltrasi paraffin
Tujuan : Mengisi rongga atau pori-pori yang ada pada jaringan setelah setelah
ditinggal cairan sebelumnya(xylol).
Jumlah waktu : 18,5 Jam
Botol 11. Paraffin cair I 1,5 jam
Botol 12. Paraffin cair II 2 jam
4. . Pengeblokkan
Cara Kerja :
6) Setelah beku, keluarkan dari cetakan. Rapikan sisi-sisi blog. Ganti etiket
dengan yang permanen
Foto : Waterbath
Cttn : Pisau dan waterbath bisa diberi alcohol 50% untuk menurunkan tegangan
permukaan yang membantu merentangkan pita.Objek glass jangan diolesi
albumin gliserin karena biasanya albumin bila diinkubasi akan mengeras.menjaga
agat jangan lepas saat pengecatan
6. Inkubasi
Kaca objek diletakkan di atas hot plate selama 30-45 menit dengan suhu 60-80oC.
Tujuannya untuk lebih merekatkan jaringan pada preparat dan menghilangkan
kadar paraffin.
Ketika proses di atas selesai, lakukan mounting entelan. Tujuannya untuk menjaga
kualitas sediaan, merekatkan kaca objek dan kaca penutup.
9. Pemeriksaan Sediaan
- Sediaan jaringan saraf
Dari hasil pewarnaan Hematoxilin-Eosin pada sediaan tampak sel-sel bentuk
spindel dengan kedua ujung tajam dan pada beberapa tempat memberikan
gambaran palisading yang menunjukkan hasil jaringan abnormal atau adanya
schwannoma.
Benign Schwannoma merupakan suatu tumor dengan pertumbuhan lambat dan
berasal dari sel-sel Schwann yang merupakan saraf periferal dan dominan
dijumpai pada wanita dekade dua sampai dekade lima. Tumor berbatas tegas
disertai dengan kapsul. Untuk penangan dapat dilakukan dengan eksisi lokal.
mempunyai matriks kondroid yang sedikit dan lebih banyak mengandung sel.
Peningkatan sel lebih dominan di tumor perifer dengan matriks kondroit yang
hampir tidak ada dan jarang ditemukan gambaran mitosis.
Derajat 3 merupakan derajat tinggi
menampilkan sel-sel yang lebih besar dan inti lebih pleomorfisme dibandingkan
derajat 2. Matriks kondroit jarang bahkan hampir tidak ada dengan material
interseluler sedikit dan sering berupa mixoid. Selnya umumya bentuk stellat atau
ireguler. Fokus nekrosis sering tampak dan sering meluas. Inti sel sering
berbentuk spindle dengan ukuran bisa lebih besar 5-10 kali dibandingkan dengan
ukuran normal3 .
-
- Gb 3. Histologi kondrosarcoma. Seluleritas rendah pada grade I
chondrosarcoma (A) dg matrik kondroit dan absennya mitosis. Grade II
chondrosarcoma (B) mitoses ditemukan (inset). Grade III chondrosarcoma
(C) seluleritas tinggi dengan matrik mucomiksoid yg berubah terlihat
cytonuclear yg atypia (hematoxylin and eosin staining).
10 Pengarsipan
Arsip jaringan (penyimpanan basah) maksimal 3 bulan
Arsip block paraffin waktunya 5-10 tahun
Arsip slide (preparat) waktunya 5-10 tahun dan
Arsip hasil pemeriksaan.
Kesimpulan :
Bahan pemeriksaan harus diproses dengan langkah-langkah yang berurutan dan
dalam waktu yang tepat. Langkah-langkah yang dilakukan dengan tidak sesuai
prosedur akan menyebabkan rusaknya jaringan atau sel yang akan mempengaruhi
hasil diagnosa. Pentingnya pengetahuan dan pemahaman prosedur yang tepat
menghasilkan preparat yang baik dan bersih.
Daftar pustaka
1. Janqueira, L. Carlos, Jose Carneiro, Robert O. Kelley. 1997. Histologi
Dasar. Edisi 8. Jakarta : EGC.
2. http://www.ebiologi.com/2017/08/jaringan-saraf-fungsi-ciri-struktur.html
3.