Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. TKG TEAKWANG INDUSTRIAL INDONESIA

BIDANG PETUGAS K3 KIMIA, PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN


KERJA, BAHAN KIMIA BERBAHAYA & BERACUN DAN KESEHATAN
KERJA

PELATIHAN CALON PETUGAS K3 KIMIA

NAMA-NAMA :

1. Indra Permana
2. Ernest Yulian
3. Tiara Diyani
4. Siti Rahayu
5. M.Irfan Al Gifari

PENYELENGGARA

PT. SYNERGY SOLUSI


Jakarta, 20 – 25 Februari 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau di Indonesia disebut Lembar
Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai
potensi bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang
aman dengan produk kimia.

MSDS adalah titik awal yang penting untuk pengembangan program keselamatan
dan kesehatan yang lengkap. MSDS juga berisi informasi tentang penggunaan,
penyimpanan, penanganan dan prosedur darurat semua yang terkait dengan material.
MSDS berisi lebih banyak informasi tentang materi daripada label. MSDS dipersiapkan
oleh pemasok atau produsen bahan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tahu apa bahaya
dari produk, cara menggunakan produk dengan aman, apa yang akan terjadi jika
rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, bagaimana
mengenali gejala overexposure, dan apa yang harus dilakukan jika insiden terjadi.

Berdasarkan peraturan pemerintah no.74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3 pasal


11 yang berbunyi setiap orang yang memproduksi B3 wajib menyediakan MSDS. Pada
pasal 12 menyatakan setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan
pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet).

Bagi kebanyakan orang yang bekerja dengan produk dikendalikan, ada beberapa
bagian dalam MSDS yang lebih penting daripada yang lain. Anda harus selalu membaca
nama kimia, tahu bahayanya, memahami penanganan dan penyimpanan yang aman
petunjuk, serta memahami apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dilakukan praktek kerja lapangan ini adalah sebagai
berikut:
Bahan seminar dalam pelaksanaan pelatihan calon Petugas K3 Kimia dalam lingkungan
kerja.
1. Identifikasi terhadap produk dan pembuat
2. Bahaya terkait dengan bahaya fisik (kebakaran dan reaktivitas) dan kesehatan
3. Pencegahan terkait dengan hal-hal yang harus dilakukan untuk berkerja dengan
aman, mengurangi atau mencegah pajanan atau hal yang dilakukan dalam sebuah
keadaan darurat.
4. Respons yang sesuai untuk dilakukan dalam berbagai situasi (misalnya kecelakaan,
kebakaran dan situasi yang memerlukan pertolongan pertama)

3. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dari pelaporan praktek kerja lapangan ini adalah untuk
mengetahui dan menerapkan prosedur keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja
khususnya pada K3 kimia di lingkungan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tindakan Preventive PAK

Penyakit akibat kerja penting untuk diketahui, karena banyak orang tidak sadar bahwa
keluhan yang mereka alami bisa jadi merupakan dampak dari pekerjaan mereka sehari-hari. PAK
atau Penyakit Akibat Kerja berdasarkan peraturan terkait memiliki defenisi:

1. Permennaker No. Per. 01/Men/1981; PP No.44 Tahun 2015; dan Permenaker No.26
Tahun 2015 : Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
2. ILO, 1996 : Penyakit yang diderita sebagai akibat pemajanan faktor-faktor yang
timbul dari kegiatan pekerjaan
3. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019: Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/atau lingkungan kerja.

Selain Penyakit Akibat Kerja (PAK), juga dikenal istilah Penyakit Terkait Kerja yaitu,
penyakit yang dcetuskan, dipermudah dan diperberat oleh pekerjaan. Berikut adalah perbedaan
keduanya:

Penyakit Akibat Kerja Penyakit Terkait Kerja


Ada penyebab ditempat kerja Ada trigger di tempat kerja
Disebabkan oleh pekerjaan dan atau Dicetuskan, dipermudah, atau diperberat
lingkungan oleh pekerjaan
Mendapat kompensasi JAMSOSTEK Tidak mendapat kompensasi
JAMSOSTEK
Contoh: Tuli akibat bising, leukemia Contoh: Ambeien, Hernia, Asma
akibat benzene

PAK disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:


1. Faktor Bahaya Fisik, seperti suhu tinggi, dingin, kebisingan, getaran dll
2. Faktor Bahaya Kimia, seperti Berilium mengakibatkan brongkitis
3. Faktor Bahaya Biologi, akibat bakteri seperti: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis,
TBC, Tetanus
4. Faktor Bahaya Ergonomi, beban angkat mengakibatkan Hernia dan Ambeien
5. Faktor Bahaya Psikologi

Pengendalian PAK dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, mulai dari promotorif
sampai dengan tahapan rehabilitasi. Berikut adalah tahapan tahapan pengendalian PAK.
1. Promotorif, seperti: Pembinaan,
2. Preventif, seperti: Medical Check Up, Rotasi Kerja
3. Kuratif, seperti: Pengobatan, P3K
4. Rehabilitasi, seperti: Alat bantu dengar bagi yang sudah terdampak

2. Efek Potensial Bahan Kimia Terhadap Kesehatan

2.1. LPG
1. Kontak dengan mata : dapat menyebabkan iritasi. Kontak langsung dengan semburan gas
dapat menyebabkan kerusakan mata permanen karena freezer burn (mata
mengering/kehilangan cairan karena suhu dingin).
2. Iritasi Kulit : tidak korosif dan tidak menyebabkan iritasi menurut standard OSHA.
Apabila terkena dalam jangka waktu lama dapat menghilangkan lapisan minyak pada
kulit yang menyebabkan dermatitis (peradangan).
3. Terhirup : apabila terhirup dapat mengurangi kadar oksigen yang menyebabkan susah
bernafas, disorientasi, tidak sadarkan diri hingga kematian.
4. Tertelan : dapat menyebabkan terbakar.
5. Karsinogenisitas : tidak menyebabkan kanker

2.2. Amonium Nitrat


Methaemoglobinaemia dengan sakit kepala, aritmia jantung, tekanan darah turun, dyspnoea
dan sesak , gejala kuncinya : cyanosis (darah berwarna biru). Dapat menyebabkan iritasi.
3. Prosedur P3K
3.1. LPG
1. Terhirup : jauhkan korban dari area kebocoran dan letakkan di area yang sejuk dan aliran
udara lancar. Berikan oksigen bila ada.
2. Kontak dengan kulit : bilas dengan air mengalir selama 15 menit. Bila terjadi iritasi
hubungi dokter.
3. Kontak dengan mata : bilas mata dengan air mengalir selama setidaknya 15 menit. Bila
terjadi iritasi dan cairan masuk ke dalam mata hubungi dokter.
4. Tertelan : cairan jangan dimuntahkan, segera hubungi dokter.

3.2. Amonium Nitrat

1. Setelah menghirup : hirup udara segar.


2. Bila terjadi kontak kulit : tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah
kulit dengan air/ pancuran air.
3. Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.
Lepaskan lensa kontak.
4. Setelah tertelan : segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak).
Periksakan ke dokter.

4. Alat Pelindung Diri

a. Umum

1. Helm
2. Safety shoe

b. LPG (khusus)

1. Pelindung mata : kacamata safety, goggles, atau face shield.


2. Pelindung kulit : insulated gloves
3. Pelindung pernafasan : dimana konsentrasi di udara dapat mengurangi level Oksigen dibawah
18 % atau lebih, diperlukan alat bantu pernapasan mandiri.
c. Amonium Nitrat (khusus)

1. Pelindung mata : kacamata safety, atau goggles


2. Pelindung kulit : Sarung tangan pelindung yang dipilih harus memenuhi spesifikasi dari EU
Directive 89/686 / EEC dan standar EN 374 berasal dari itu.
3. Pelindung pernafasan : diperlukan ketika debu dihasilkan. Jenis filter yang direkomendasikan:
Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair bahan berbahaya.

5.Tindakan Preventive Kecelakaan Kerja

Penyebab Kecelakaan Kerja penting untuk diketahui dan di buat Analisa serta
pengendalian terhadap resiko yang terjadi yang bisa menyebabkan Kecelakaan kerja. Oleh sebab
itu diperlukan pengendalian dan control yang sesuai dengan Hierarki pengendalian yang meliputi
: Subtitusi, Eliminasi, Enginering Control, Administratif dan APD yang disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan.

Adapun Tindakan Preventiv yang dilakukan Meliputi :

1. Identifikasi bahaya
2. Analisa resiko di setiap bidang pekerjaan
3. Zonasi area
4. Pembuatan Tool Emergency
5. Penentuan Zona Aman (Titik Berkumpul)
6. Penentuan Langkah Kerja
7. Pembuatan Label Peringatan
8. Sosialisasi Rutin
9. Toolbox meeting sebelum melakukan Pekerjaan dll.

6. Lembar Dokumen Keselamatan Bahan & Label

6.1. Lembar Dokumen Keselamatan Bahan


Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri Perindustrian No
87/M-IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan
informasi lain yang diperlukan.
Sebuah Material Safety Data Sheet (MSDS) atau disebut Lembar Data Keselamatan
Bahan (LDKB) adalah dokumen yang berisi informasi mengenai potensi bahaya (kesehatan,
kebakaran, reaktifitas dan lingkungan) dan cara bekerja yang aman dengan produk kimia. Ini
adalah titik awal yang penting untuk pengembangan program keselamatan dan kesehatan yang
lengkap. MSDS juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan
prosedur darurat semua yang terkait dengan material. MSDS berisi lebih banyak informasi
tentang materi daripada label. MSDS dipersiapkan oleh pemasok atau produsen bahan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberi tahu apa bahaya dari produk, cara menggunakan produk dengan
aman, apa yang akan terjadi jika rekomendasi tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi
kecelakaan, bagaimana mengenali gejala overexposure, dan apa yang harus dilakukan jika
insiden terjadi..

Isi dalam MSDS menurut KepMenaker No. 187/MEN/1999


1. Identifikasi Senyawa bahan
2. Komposisi bahan
3. Identifikasi bahaya
4. Tindakan Emergency
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
6. Tindakan mengatasi tumpahan dan kebocoran
7. Penyimpanan dan penanganan bahan
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan reaktifitas bahan
11. Pembuangan Limbah
12. Pengangkutan bahan
13. Informasi Peraturan Perundangan
14. Informasi Lain.
6.2. Label

Label adalah tulisan yang menunjukkan karakteristik dan jenis Bahan. Label merupakan
penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar mengenai kondisi kualitatif
dan kuantitatif dari suatu bahan yang digunakan dalam Suatu perusahaan yang menggunakan dan
menyimpan bahan. Ada beberapa jenis label yang digunakan :

1. Label versi Permen LH No. 03 2008


Label dengan kotak bergambar yang menjelaskan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
bahan kimia. Contoh :

= Mudah meledak

= Iritasi

= Pengoksidasi
2. Label Versi NFPA
Label ini menggunakan kotak yang diberi warna : biru (Kesehatan), merah (bahaya
terhadap kebakaran), kuning (bahaya terhadap reaktivitas), dan putih (khusus) dan angka yang
menunjukkan tingkat bahaya.

Contoh label NFPA pada LPG :

Contoh label NFPA pada Amonium nitrat :


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja K3 kimia ini sangat di perlukan
disemua perusahaan dalam lingkungan kerja yang berhubungan dengan banyaknya bahan
kimia, oleh karena itu setiap perusahaan wajib memiliki LDKB/MSDS pada setiap bahan
kimia.
Pada kesimpulan ini bahwa setelah kami melakukan analisa terhadap perusahaan
PT. TKG Teakwang Industrial Indonesia, telah cukup memiliki standar LDKP/MSDS
yang berlaku sesuai dengan PER UU. Kebijakan K3.
Berdasarkan data pengamatan dalam proses PKL ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Perusahaan telah memperahatikan prosedur penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja secara maksimal dibuktikan dengan telah dibentuknya struktur P2K3,
Pemantauan K3,SOP penggunaan bahan kimia lingkungan kerja, peralatan
penanganan tanggap darurat yang mumpuni.
b. Perusahaan memiliki karyawan yang telah tersertifikasi sebagai Ahli K3 Kimia dan
Petugas K3 Kimia yang mana hal ini sangat penting terkait PT. TKG Teakwang
Industrial Indonesia ini banyak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya &
beracun B3 serta mengahasilkan pula limbah kimia B3.

2. SARAN
Sebagai saran dan bahan pertimbangan akan pentingnya peran tenaga Ahli K3
Kimia dan petugas K3 kimia di PT. TKG Teakwang Industrial Indonesia, diharapkan
segera melakukan penambahan tenaga ahli mengingat, pada keputusan menteri tenaga
kerja No. KEP.187/MEN/1999 pasal 16 tentang kewajiban pengusaha atau pengurus,
a. Mempekerjakan petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan dengan
system nonshift sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan apabila dipekerjakan dengan
system kerja shift sekurang-kurangnya 5 (lima) orang.
b. Mempekerjakan Ahli K3 Kimia sekurang-kurangnya 1 (satu) orang.

Anda mungkin juga menyukai