Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri besar maupun industri kecil dalam pelaksanannya memiliki
komponen penting seperi bahan baku, pekerja, modal dan lain sebagainya.
Akan tetapi, dalam hal ini sumber daya manusia atau pekerja sebagai salah
satu komponen yang sangat penting perananannya dalam sebuah industri.
Pekerja sebagai komponen yang penting yang akan mempengaruhi jalan
tidaknya sebuah kegiatan produksi pada suatu industri. Oleh karena itu,
komponen pekerja sangat perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh
yang sangat besar pada produktivitas suatu industri.
Industri biasanya sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan
pekerja, hal ini dilakukan untuk menjaminnya kesejahteraan pekerja dan
produktivitas yang dihasilkan tetap berjalan dengan baik. Keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh suatu
perusahaan guna menciptakan kondisi yang aman jauh dari segala macam
bahaya yang nantinya menciptakan suatu sistem kerja yang amandan
nyaman. Keselamatan dan kesehatan kerja sudah tidak asing lagi ditetapkan
pada sebuah perusahaan dan menjadi perhatian khusus karena akan
berpengaruhnya juga pada lingkungan sosial pekerja.
Salah satu penerapan K3 yaitu dengan mengidentifikasi potensi bahaya
yang disebabkan oleh faktor kimia seperti dari bahan-bahan kimia yang
biasa digunakan. Bahaya faktor kimia dapat mengakibatkan cedera pada
manusia seperti iritasi, luka bakar, kebutaan, bahkan kematian untuk efek
yang paling berbahayanya. Mengingat bahaya dari faktor kimia memiliki
efek yang serius pada pekerja, maka diperlukan identifikasi khusus untuk
mengetahui karakteristik dan penanganan dari bahan-bahan kimia yang
dapat menyebabkan bahaya tersebut. Identifikasi tersebut meliputi sifat fisik
senyawa, toksisitas, efek kesehatan, pertolongan pertama, reaktivitas,
penyimpanan, pembuangan limbah, kelengkapan pengaman, dan prosedur
pengaman. Oleh karena itu, mengingat pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja pada sebuah perusahaan, dan perlunya identifikasi dan
evaluasi mengenai potensi bahaya faktor kimia oleh bahan-bahan kimia,
maka sangat diperlukan praktikum pada acara kali ini mengenai potensi
bahaya faktor kimia.

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan memahami Material Safety Data Sheet atau MSDS
2. Praktikan mampu mengidentifikasi simbol bahaya untuk bahan kimia
3. Praktikan mampu mengidentifikasi klasifikasi dan bahaya bahan kimia
BAB II
LANDASAN TEORI

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak
saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Visi dari pembangunan kesehatan
di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia sehat 2010 di mana penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu secara asil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Irzal, 2016).
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial
yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Kesehatan
kerja adalah bidang perawatan kesehatan multidisiplin yang berkaitan dengan
memungkinkan seseorang melakukan pekerjaan mereka, dengan cara yang paling
tidak membahayakan kesehatan mereka. Fokus utama kesehatan kerja di industri
seperti pemeliharaan dan promosi kesehatan pekerja dan kapasitas kerja dan
perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan menjadi kondusif bagi keselamatan dan
kersehatan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja untuk pengembangan organisasi
kerja dan budaya ke arah yang mendukung dan keselamatan di tempat kerja (Reese,
2013).
Cara lain melihat zat-zat berbahaya adalah dari sifat kimianya dan membagi
dalam kelompok-kelompok kimia. Sejumlah bahan digunakan dalam industri
dalam bentuk elemen, dalam berbagai kasus untuk keperluan sintesis kimia.
Beberapa dari elemen ini menyebabkan bahaya kemudahan terbakar, korosivitas,
reaktivitas, ataupun keracunan. Elemen hydrogen H2 sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan bersinggung dengan udara. Tiga macam halogen-fluorine,
chlorine, dan bromine diproduksi sebagai elemen F2, Cl2, dan Br2 (Riyanto, 2014).
Semua bahan kimia yang digunakan harus mempunyai MSDS, ini
memberikan informasi potensi bahaya zat komersial yang akan dipakai dan
tindakan keselamatan atau penanggulangan yang perlu diikuti pengguna atau
pemakai. Lembaga atau institusi harus menyimpan MSDS yang disediakan oleh
pemasok atau distributor dan tersedia untuk mahasiswa atau pekerja, lembaga
penanggulangan keadaan darurat, dan lainnya. Setiap orang harus memeriksa
dengan seksama MSDS atau Material Safety Data Sheet tiap bahan kimia tak
dikenal sebelum mulai bekerja. Banyak laboratorium yang saat ini mengakses
MSDS secara elektronik (Soeharto, 2013).
BAB III
LANGKAH KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat Tulis (1 Buah)
b. Handphone (1 Buah)
c. Masker fiber (3 Buah)
d. Masker kertas (3 Buah)
e. Kacamata Gogglas (1 Buah)
f. Sarung tangan cotton (1 Buah)
g. Sarung tangan latex (1 Buah)
h. Sarung tangan karet (3 Buah)
i. Gelas bekker (3 Buah)
j. Kompor (1 Buah)
k. Panci (1 Buah)
2. Bahan
a. Kertas HVS (Secukupnya)
b. Modul (1 Buah)
c. Alkohol (Secukupnya)
d. HCl (Secukupnya)
e. NaOH (Secukupnya)

B. Prosedur Praktikum
1. Praktikan membaca dan membuat summary MSDS bahan-bahan yang
berbahaya meliputi HgSO4, Alkohol, Air raksa, HNO3, HCl, dan
NaOH. Summary yang dibuat mencakup
a. Sifat-sifat fisik senyawa
b. Toksisitas
c. Efek kesehatan
d. Pertolongan pertama pada kecelakaan
e. Reaktivitas
f. Penyimpanan
g. Pembuangan limbah
h. Kelengkapan pengamanan
i. Prosedur pengamanan
2. Mengumpulkan summary sebagai pra syarat pelaksanaan praktikan K3
acara lima
3. Menjelaskan karakteristik masing-masing bahan, potensi bahaya, dan
pertolongan pertama yang perlu dilakukan
4. Mempraktekkan cara penyimpanan, penanganan, pembuangan, dan
pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan akibat bahan-bahan kimia
tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Material Safety Data Sheet atau MSDS adalah dokumen yang berisi informasi
tentang potensi bahaya seperti kesehatan, kebakaran, reaktivitas dan lingkungan
dan bagaimana bekerja dengan aman dengan produk kimia. Ini adalah titik awal
yang penting untuk pengembangan program kesehatan dan keselamatan yang
lengkap. Hal ini juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan,
penanganan dan prosedur darurat semua yang berkaitan dengan bahaya material.
MSDS berisi informasi lebih banyak tentang materi dari label, MSDS disusun oleh
pemasok atau produsen material.
Hal ini dimaksudkan untuk mengatakan apa bahaya dari produk, bagaimana
untuk menggunakan produk dengan aman, apa yang diharapkan jika rekomendasi
tidak diikuti, apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, bagaimana
mengenali gejala over exposure, dan apa yang harus dilakukan jika seperti insiden
terjadi. MSDS dapat dibuat oleh siapa saja yang bekerja dengan zat kimia tersebut.
Antara pihak yang satu dan pihak yang lain kadang terdapat perbedaan dalam
pembuatan MSDS. Walaupun kadang terdapat perbedaan, namun ada pokok-pokok
hal yang harus ada dalam MSDS tersebut.
Terdapat Sembilan kategori informasi yang harus ada pada MSDS apabila
mengacu pada negara Kanada. Kategori ini ditetapkan dalam Peraturan Produk
Terkendali meliputi Informasi Produk identifier produk atau nama, produsen dan
pemasok nama, alamat, dan nomor telepon darurat. Selanjtnya yaitu Bahan
Berbahaya, Data fisik dan Kebakaran atau ledakan Hazard data. Lalu, Reaktivitas
data seperti informasi tentang ketidakstabilan kimia produk dan zat itu dapat
bereaksi dengan Properti Toksikologi: efek kesehatan. Setelanjutnya Tindakan
pencegahan, Tindakan Pertolongan Pertama dan Informasi Persiapan seperti siapa
yang bertanggung jawab untuk persiapan dan tanggal penyusunan MSDS.
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang
dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan
orang yang bekerja. Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia,
Biologi, Fisika, Fisiologi dan Psikologi. Praktikum kali ini membahas terkait
bahaya yang disebebkan oleh faktor-faktor kimia, bahaya faktor kimia disebabkan
oleh bahan-bahan kimia yang biasa digunakan pada industri seperti HCl, HgSO4,
Alkohol, Air raksa dan lain sebagainya. Bahaya kimia dapat terjadi apabila
masuknya bahan kimia ke dalam tubuh seperti pernapasan atau inhalation, Kulit
atau skin absorption, Tertelan atau ingestion, selain itu racun dapat menyebabkan
efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.
Efek lainnya yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yaitu Korosi, bahan
kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat
dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena, Contohnya seperti konsentrat asam dan basa , fosfor.
Selanjutnya Iritasi, iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak, iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi
pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan
dan oedema atau bengkak. Contohnya pada Kulit yaitu asam, basa,pelarut, minyak,
dan pernapasan seperti aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone. Efek lainnya yaitu Kanker, karsinogen pada
manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia,
kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah
terbukti menyebabkan kanker pada hewan. Praktikum kali ini melakukan
identifikasi bahan-bahan kimis tertentu diantaranya HCl, HgSO4, HNO3, Alkohol,
Air raksa dan NaOH, identifikasi dilakukan sesuai dengan MSDS yaitu diantaranya
mengidentifikasi sifat-sifat fisik senyawa, toksisitas, efek kesehatan, pertolongan
pertama pada kecelakaan, reaktivitas, penyimpanan, pembuangan limbah,
kelengkapan pengaman, dan prosedur pengaman.
A. HCL
1. Sifat Fisik
a. Wujud : Cair
b. Warna : Tidak berwarna hingga kuning muda
c. Bau : Menyengat
d. Titik lebur : -32 ℃
e. Titik didih : 121 ℃
f. Tekanan uap : 9,4 HPa (20℃)
g. Densitas : 1,39 gr/cm3 (20℃)
h. Ph : < 1 (20℃)
2. Toksisitas
a. Toksisitas organ target spesifik – paparan tunggal
b. Toksisitas organ target spesifik – paparan berulang
3. Efek Kesehatan
a. Bila termakan menyebabkan luka bakar di mulut dan kerongkongan
b. Iritasi mukosa, batuk, napas tersengal dan kerusakan saluran
pernapasan
c. Mengakibatkan luka bakar
d. Menyebabkan kerusakan mata berat dan mengakibatkan kebutaan
4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a. Melepaskan semua pakaian yang terkontaminasi
b. Bila terhirup sediakan udara udara segar. Jika pernapasan tidak teratur
atau tehenti segera cari bantuan medis
c. Bila kontak dengan kulit segera tangani oleh dokter karena iritasi yang
tidak ditangani dapat menyebabkan luka parah
d. Bila kontak dengan mata segera cuci dengan air sebanyak mungkin
selama 10-15 menit
5. Reaktivitas
Material ini tidak reaktif dibawah kondisi ambien normal
6. Penyimpanan
a. Wadah tidak mengandung logam
b. Wadah tertutup rapat
c. Simpan di wadah aslinya di tempat sejuk berventilasi baik
d. Suhu penyimpanan disarankan 15 – 25 ℃
7. Pembuangan Limbah
Jangan membuang limbah ke saluran air
8. Kelengkapan Pengamanan
a. Gunakan kacamata goggles dengan perlindungan samping
b. Menggunakan sarung tangan yang sesuai
9. Prosedur Pengamanan
Jangan menghirup uap aerosol, hindari kontak dengan bahan, pastikan
ventilasi memadai, evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur darurat dan
hubungi ahli
Hasil praktikum yang pertama yaitu identifikasi bahan kimia berupa
HCl, Asam klorida atau HCl adalah senyawa kimia bersifat asam kuat, yang
terdiri dari ikatan kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Asam klorida
atau HCl adalah larutan dari gas hidrogen klorida atau HCl dan merupakan
asam kuat, serta emmeiliki komponen utama dalam asam lambung, senyawa
ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida memiliki beberapa
nama lain, antara lain hydrochloric acid, muriatic acid, hydrogen chloride
atau hidrogen klorida, dalam keseharian larutan asam ini sering disebut
dengan ejaan Ha-se-el, yang dieja dari huruf HCl. Terdapat enam asam
mineral yang kuat dan dari enam asam mineral kuat yang umum dalam
kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling tidak
mungkin menjalani reaksi reduksi-oksidasi. HCl merupakan salah satu dari
asam kuat paling berbahaya untuk ditangani, terlepas dari keasamannya,
asam ini terdiri dari ion non reaktif dan non-toksik. Larutan asam klorida
dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil pada penyimpanan,
mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu, atribut ini, ditambah
fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam klorida
reagen pengasaman yang baik.
Asam hidroklorida sering kali digunakan dalam analisis kimia untuk
menyiapkan atau menghancurkan sampel untuk analisis. Asam klorida
begitu sering disebut dapat melarutkan banyak logam dan menjadi logam
klorida dan gas hidrogen, dan asam ini bereaksi dengan senyawa basa
seperti kalsium karbonat atau tembaga(II) oksida, yang membentuk klorida
terlarut yang dapat dianalisis. Sifat-sifat fisika dari asam klorida, seperti titik
didih dan titik lebur, densitas, dan pH, bergantung pada konsentrasi atau
molaritas HCl dalam larutan berair. Molaritasnya berkisar dari larutan
dalam air pada konsentrasi sangat rendah yang mendekati nol persen HCl
hingga nilai bagi asam klorida berasap pada konsentrasi melebihi 40 persen
HCl. Aplikasi penggunaan HCl dalam industri diantaranya untuk
pengawetan baja, produksi senyawa organik, produksi senyawa anorganik,
kontrol pH dan netralisasi, regenerasi penukar ion dan lainnya.
Efek kesehatan apabila terkena HCl diantaranya sangat berbahaya
jika terjadi kontak kulit seperti korosif, iritan, permeator, kontak mata
seperti iritan, korosif, tertelan,. sedikit berbahaya jika tertelan paru
sensitive, non korosif untuk paru-paru, cairan dapat menghasilkan
kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran
pernapasan. Kontak kulit dapat menghasilkan luka bakar, menghirup Cairan
dapat menghasilkan iritasi parah pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan
batuk, tersedak, atau sesak napas. Paling parah dapat mengakibatkan kematian.
Radang mata ditandai dengan kemerahan, berair, dan gatal-gatal.
peradangan Kulit ini ditandai dengan gatal, scaling, kemerahan, atau
kadang-kadang, terik. Sedangkan toksisitas, yaitu toksisitas organ target
spesifik paparan tunggal dan paparan berulang, airan mungkin beracun
untuk ginjal, hati, selaput lendir, saluran pernafasan, kulit, mata, Sistem
peredaran darah, gigi. Paparan yang berkepanjangan dapat menghasilkan
kerusakan organ, berulang atau berkepanjangan kontak dengan semprotan
dapat menghasilkan iritasi mata kronis dan iritasi kulit yang parah.
Berulang atau kontak yang terlalu lama dengan semprotan dapat
menghasilkan iritasi saluran pernafasan menyebabkan infeksi bronkial,
paparan berulang bahan yang sangat beracun dapat menghasilkan kerusakan
umum kesehatan oleh akumulasi dalam satu atau banyak organ manusia.
Selanjutnya tindakan pertolongan pertama apabila kontak dengan
mata periksa dan lepaskan lensa kontak, dalam kasus terjadi kontak, segera
basuh mata dengan banyak air selama minimal lima belas menit, air dingin
dapat digunakan, dapatkan perawatan medis dengan segera. Apabila kontak
dengan kulit, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal lima
belas menit, melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi, tutupi
kulit yang teriritasi dengan yang melunakkan, air dingin mungkin dapat
digunakan, cuci sebelum digunakan kembali dan apabila kulit serius maka
cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan
krim anti-bakteri. Selanjutnya apabila terhirup jika terhirup, pindahkan ke
udara segar, jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan, jika sulit
bernapas, berikan oksigen, dapatkan perawatan medis segera. Apabila
terhirup dengan serius maka evakuasi korban ke daerah yang aman sesegera
mungkin dan kendurkan pakaian ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau
pinggang, jika sulit bernafas, berikan oksigen, jika korban tidak bernafas,
beri nafas buatan. Terakhir apabila tertelan jngan memaksakan muntah
kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh tenaga medis, dilarang
memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
Asam klorida untuk reaktivitas yaitu material ini tidak reaktif
dibawah kondisi ambien normal. Selanjutnya penyimpanannya dapat
dilakukan dengan wadah tidak mengandung logam, wadah tertutup rapat,
simpan di wadah aslinya di tempat sejuk berventilasi baik, suhu
penyimpanan disarankan 15 sampai 25 derajat celcius. Selanjutnya untuk
pembuangan limbahnya yaitu jangan dibuang langsung ke saluran air.
Asam klorida pekat atau asam klorida berasap membentuk kabut asam.
Baik kabut asam maupun larutannya mempunyai efek korosif terhadap
jaringan tubuh manusia, dengan berpotensi terhadap kerusakan organ
pernafasan, mata, kulit, dan usus secara irreversibel. Peralatan pelindung
diri seperti sarung tangan karet atau PVC, kaca mata pelindung seperti
kacamata gogglas, dan pakaian tahan-zat kimia dan sepatu harus digunakan
untuk meminimalkan resiko ketika menangani asam hidroklorida.
Selanjutnya prosedur pengamanan yaitu diantaranya jangan menghirup uap
aerosol, hindari kontak dengan bahan, pastikan ventilasi memadai, evakuasi
dari daerah bahaya, amati prosedur darurat dan hubungi ahli
B. HNO3
1. Sifat fisik
a. Memiliki bentuk yang cair
b. Tidak berwarna
c. Memiliki bau yang pedih
d. Titik lebur -41 derajat celcius
e. Titik didih 122 derajat celcius
f. Tekanan uap 9,4 hPA
g. Densitas 1,41 gr/cm3
2. Toksisitas
a. Toksisitas oral akut, bila termakan luka bakar hebat di mulut dan
kerongkongan dan bahaya berlubangnya esofagus dan perut
b. Toksisitas inhalasi akut terbakar pada membrane mukosa, batuk,
nafas tersenggal dan kerusakan saluran pernafasan
3. Efek kesehatan
a. Iritasi dan korosi
b. Batuk
c. Nafas tersenggal
d. Muntah berdarah
e. Kematian
f. Risiko kebutaan
4. Pertolongan pertama pada kecelakaan
a. Setelah terhirup, hirup udara segar dan panggil dokter
b. Bila terjadi kontak dengan kulit tanggalkan semua pakaian yang
terkontaminasi
c. Bila kontak dengan mata bilaslah dengan air yang banyak
d. Setelah tertelan beri air minum, jangan mencoba menetralisir
5. Reaktivitas
Zat pengoksidasi kuat
6. Penyimpanan
a. Wadah jangan terbuat dari logam
b. Wadah tertutup sangat rapat
c. Jangan simpan di dekat bahan yang mudah terbakar
d. Suhu penyimpanan 2 sampai 30 derajat celcius
7. Pembuangan limbah
Tinggalkan pada wadah aslinya, jangan dicampur dengan limbah
lain dan tangani wadah kotor seperti produknya sendiri
8. Kelengkapan pengamanan
a. Pernafasan = masker atau respirator
b. Kulit = jas laboratorium berbahan karet butyl
c. Mata = safety goggles
9. Prosedur pengaman
a. Simpan dalam wadah
b. Menggunakan APD,
c. Setelah digunakan tidak langsung dibuang dan dicairkan dengan air
es
d. Simpan kembali dalam wadah tertutup rapat
Hasil selanjutnya yaitu bahan kimia berupa HNO3, Asam nitrat
dengan rumus kimia HNO3 adalah salah satu asam anorganik yang paling
penting dan merupakan asam yang sangat korosif dan beracun yang dapat
menyebabkan luka bakar yang parah. Berwarna ketika murni, sampel yang
tersimpan lama cenderung memperoleh bewarna kuning karena akumulasi
oksida nitrogen. Asam nitrat larut dalam air di semua perbandingan,
membentuk hidrat pada suhu rendah, asam nitrat ini adalah reagen
laboratorium umum dan komoditas industri yang penting. Hal ini terutama
digunakan dalam pembuatan amonium nitrat atau NH4NO3 untuk pupuk,
selain itu asam juga digunakan untuk pembuatan bahan peledak seperti
nitrogliserin, nitrocotton atau guncotton, plastik, dan pewarna.
Sifat fisik HNO3 yaitu pereaksi asam nitrat di laboratorium hanya
mengandung 68 persen berat HNO3, konsentrasi ini sesuai dengan
campuran konstanta titik didih HNO3 dengan air, yang memiliki tekanan
atmosfer dari 68,4 persen berat, mendidih pada 121,9 derajat celcius. Asam
nitrat anhidrat murni atau 100 persen adalah cairan tak berwarna dengan
kepadatan 1.522 kg per m3 pada 25 derajat celcius, yang membeku pada
minus 41,6 derajat celcius umembentuk kristal putih dan mendidih pada 86
derajat celcius. Asam nitrat umumnya digunakan sebagai reagen
laboratorium, asam nitrat digunakan dalam pembuatan bahan peledak
termasuk nitrogliserin, trinitrotoluena atau TNT, dan
cyclotrimethylenetrinitramine atau RDX, serta pupuk seperti ammonium
nitrat. Selanjutnya toksisitas ada dua yaitu toksisitas oral akut, bila termakan
luka bakar hebat di mulut dan kerongkongan dan bahaya berlubangnya
esofagus dan perut dan toksisitas inhalasi akut terbakar pada membrane
mukosa, batuk, nafas tersenggal dan kerusakan saluran pernafasan
Berdasarkan identifikasi bahaya Global Harmony Syistem atau GHS
Bahan kimia Asam Nitrat 65 persen ekstra murni ini memiliki klasifikasi
sebagai cairan-cairan pengoksidasi dengan tingkat kategori tiga, dimana
oksidasi yang terjadi dapat memperhebat api. Bahan ini juga dapat
menyebapkan luka bakar yang serius pada kulit dan mata hingga dapat
menyebapkan luka bakar permanen dan kebuataan, pada beberapa kasus
kontak dengan logam HNO3 dapat menyebapkan karat. Efek kesehatan dari
bahan kimia ini yaitu iritasi dan korosi, batuk, nafas tersenggal, muntah
berdarah, kematian dan resiko kebutaan. Tindakan pertolongan pertama
pada kecelakaan atau P3K, Setelah terhirup uap dari bahan , maka segera
hirup udara segar, kemudian segera minta bantuan dokter ,setelah kontak
dengan kulit, segera cuci dengan air dalam jumlah banyak untuk
menghindari terjadinya dampak sistemik yang ditimbulkan oleh bahan. Oles
dengan polyethylene glycol400, segera lepaskan pakaian yang
terkontaminasi dan kemudian segera minta bantuan dokter, setelah kontak
pada mata, bilaslah dengan air yang banyak, pada kondisi tumpahan yang
tidak ditangani segera dapat mengakibatkan kebutaan, segera hubungi
dokter mata. Selanjutnya setelah tertelan segera beri air minum kepada
korban paling banyak dua gelas dan hidari muntah resiko perforasi segera
panggil dokter dan jangan mencoba menetralisir.
Selanjutnya penanggulangan kebakaran, apabila terjadi kebakaran
adalah sangat penting untuk menggunakan alat pemadam kebakaran yang
sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi dan lingkungan sekeliling. Saat
terjadi kebakaran api ambient dapat melepaskan uap yang sangat berbahaya
sebingga petugas pemadam kebakaran harus dilengkapi dengan alat bantu
pernapasan dan alat pelindung lain untuk menghindari dampak sampingan
yang tidak diinginkan. Sifat oksidator dari bahan ini dapat memperhebat api
karena kemampuanya menghasilkan oksigen pada proses reaksinya, cara
penanggulangnan yang paling efektif adalah dengan mengisolasi daerah
terbakar, dan mendinginkan container sehingga api tidak merambat ke
tempat lain. Selanjutnya tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran dan
penanganan limbahnya, tindakan pencegahan pribadi, disarankan untuk
menghindari kontak langsung dengan tubuh karena bahan ini bereaksi cepat
dengan kulit dan dapat menyebapkan luka bakar yang parah. Jangan
menghirup uap-uap aerosol karena pengaruh yang akut terhadap pernapasan
sehingga penting untuk bekerja di ruang asam atau ruangan dengan fentilasi
yang memadai. Tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan. Jangan
membuang bahan ke saluran pembuangan karena sifat asamnya dapat
menyebapkan rusaknya ekosisten air, alam metode pembersihan dapat
digunakan bahan penyerap cairan dan penetral seperti chemizorb, merck art
No. 101595 dan lain sebagainya, setelah bahan diserap kemudian dapat
diteruskan ke pembuangan.
Selanjutnya reaktivitas pada bahan kimia ini yaitu beresiko meledak
dengan bahan- tertentu dan mudah sekali bereaksi dengan bahah-bahan
organic, alcohol, logam dan basa, pada proses penguraian dan reaksi dapat
melepaskan gas nitrouas dan hydrogen. Sedangkan untuk penyimpanan
bahan kimia ini yaitu sebaiknya disimpan dalam keadaan tutup sangat rapat
untuk menghindari adanya uap yang lepas ke udara, suhu penyimpanan pada
2 derajat celcius hingga 25 derajat celcius. Selanjutnya alat pelindung diri
yang digunakan untuk antisipasi yaitu pelindung pernapasan, untuk
melindungi pernapasan dari uap atau aerosol yang terbentuk, pelindung
tangan untuk menghindari tumpahan pada daerah tangan. Selanjutnya
pelindung mata berfungsi melindungi mata dari percikan bahan yang dapat
masuk ke mata, pelindung lainya seperti jas laboratoriun , sepatu safety dan
lain sebagainya yang kesemuanya diharapkan dapat melindungi individu
dari paparan bahan.
C. NaOH
1. Sifat Fisik
a. Berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jernih 50%
b. Bersifat lembab cair
c. Titik leleh 318 ̊ C
d. Titik didih 1390 ̊ C
e. Padatan berwarna putih dan sangat basa
2. Toksisistas
Menyebabkan kerusakan pada organ paru-paru
3. Efek Kesehatan
a. Kulit : menyebabkan iritasi, luka bakar, dan menyebabkan bisul
penetrasi
b. Mata : iritasi dan luka bakar parah dan kerusakan kornea
c. Tertelan : kerusakan parah dan permanen, iritasi berat, luka bakar,
serta perforasi pada saluran pencernaan
4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
a. Tertelan : membilas mulut, tidak menginduksi muntah, dan
memberikan minum air atau susu
b. Terhirup : memindahkan korban ke tempat yang udaranya lebih segar,
istirahat dengan posisi setengah tegak, serta menggunakan bantuan
pernapasan jika diperlukan
c. Kulit : menanggalkan pakaian yang terkontaminasi, membilas
kulit dengan air dingin atau mandi apabila diperlukan
d. Mata : membilas mata dengan air kemudian langsung mencari
bantuan medis
5. Reaktivitas
Bereaksi dengan garam amonimum untuk menghasilkan amonia, sehingga
menyebabkan bahaya kebakaran dan bereaksi dengan loga, seperti Zn.
6. Penyimpanan
Wadah tertutup rapat, dijauhkan dari panas, dijauhkan dari percikan api
atau sumber api, menyimpan di tempat yang sejuk dan kering serta
mempunyai ventilasi yang baik.
7. Pembuangan Limbah
Dinetralkan dengan asam sulfat sampai PH menjadi 6-9, kemudian dibuang.
8. Kelengkapan Pengamanan
Menggunakan masker debu atu fiber, kaca mata, sarung tangan karet,
neoprene atau PVC, jas laboraturium, dan sepatu tertutup.
9. Prosedur Pengamanan
a. Menjauhkan bahan dari sumber api
b. Menyimpan di tempat kering dan sejuk
c. Menjauhkan dari incompatibles seperti oksidator, mengurangi agen,
kelembapan logam, asam dan alkali
Natrium Hidroksida atau NaOH merupakan salah satu senyawa
ion yang bersifat basa kuat, kaustik dan memiliki sifat korosif dan
higroskopik atau suka menyerap air. Senyawa ini biasa kita sebut
dengan nama soda api atau kaustik soda ,namun untuk nama resmi atau
nama perdagangnganya senyawa ini biasa disebut dengan nama Sodium
Hidroksida. Tingkat kelarutan senyawa natrium hidroksida di dalam air
cukup tinggi, pada suhu nol celcius, kelarutan natrium hidroksida berada
pada kisaran 418 gram per liter, pada suhu 20 celcius, kelarutan natrium
hidroksida berada pada kisaran 1150 gram per liter, jika dilihat dapat
menyimpulkan bahwa senyawa ini memiliki tingkat kelarutan yang
sangat tinggi ketahui. Natrium Hidroksida memiliki wujud padat pada
suhu kamar, bentuknya bisa seperti kristal atau bubuk tergantung pada
tujuan atau kegunaan analisisnya. Senyawa ini bewarna putih metalik
dan tidak berbau, tingkat kelarutanya di dalam air juga cukup tinggi
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ketika senyawa ini
dilarutkan ke dalam air, maka suhu air akan naik dan suhu disekitarnya
akan terasa panas, hal ini terjadi karena pelarutan senyawa ini bersifat
eksotermik sehingga sejumlah kalor akan dilepaskan.
Selanjutnya toksisitas pada bahan kimia ini yaitu menyebabkan
kerusakan pada organ paru-paru. Efek kesehatan diantaranya iritasi
berat bila terhirup, bersin, radang tenggorokan atau pilek, bahkan
pneumonitis berat, tertelan seperti luka bakar serius pada mulut,
tenggorokan dan perut. Kerusakan pada jaringan dan kematian,
pendarahan, mual, diare, tekanan darah rendah, kontak pada mata seperti
korosif, iritasi dan luka bakar yang dapat berakibat pada kerusakan
penglihatan secara permanen, bahkan pada kebutaan. Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan yaitu apabila tertelan membilas mulut,
tidak menginduksi muntah, dan memberikan minum air atau susu,
apabila terhirup memindahkan korban ke tempat yang udaranya lebih
segar, istirahat dengan posisi setengah tegak, serta menggunakan
bantuan pernapasan jika diperlukan. Apabila terkena kulit
menanggalkan pakaian yang terkontaminasi, membilas kulit dengan air
dingin atau mandi apabila diperlukan dan apabila terkena mata
membilas mata dengan air kemudian langsung mencari bantuan medis.
Senyawa NaOH bisa dikatakan sebagai salah satu senyawa yang
paling umum dan paling kita kenal dalam reaksi asam basa seperti
misalnya reaksi penetralan. Senyawa ini bisa bereaksi dengan asam kuat
dan asam lemah untuk membentuk garam, selain bisa bereaksi dengan
asam kuat maupun asam lemah, senyawa natrium hidroksida juga bisa
bereaksi dengan oksida-oksida pembentuk asam seperti gas CO2
maupun SO2. Selain itu reaktivitas NaOH yaitu mampu bereaksi dengan
garam amonimum untuk menghasilkan amonia, sehingga menyebabkan
bahaya kebakaran dan bereaksi dengan loga, seperti Zn. Selanjutnya
untuk penyimpanan senyawa ini yaitu dengan wadah tertutup rapat,
dijauhkan dari panas, dijauhkan dari percikan api atau sumber api,
menyimpan di tempat yang sejuk dan kering serta mempunyai ventilasi
yang baik.
Pembuangan limbah senyawa ini tidak dapat dibuang langsung ke
lingkungan tanpa adanya penetralan, maka dilakukan penetralan dengan
asam sulfat sampai PH menjadi enam sampai sembilan, kemudian
dibuang ke lingkungan. Pengamanan yang dapat dilakukan untuk
menghindari bahaya dari senyawa ini cukup banyak karena senyawa ini
memiliki bahaya yang cukup besar dan termasuk dalam basa kuat, APD
yang digunakan diantaranya masker debu atu fiber, kaca mata, sarung
tangan karet, neoprene atau PVC, jas laboraturium, dan sepatu tertutup.
Selanjutnya untuk prosedur pengaman, yaitu langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menghindarkan dari potensi-potensi bahaya.
Prosedur pengamanan tersebut diantaranya menjauhkan bahan dari
sumber api yang dapat menyebabkan kebaran, menyimpan di tempat
kering dan sejuk supaya tidak menguap ataupun meledak, menjauhkan
dari incompatibles seperti oksidator, mengurangi agen, kelembapan
logam, asam dan alkali.
D. Air Raksa
1. Sifat Fisika
a. Keadaan fisik : Logam berat berbentuk cairan, sedikit
menguap pada suhu
b. Titik leleh : Kamar, berwarna mengkilap seperti perak,
tidak berbau
c. Titik didih : -39 ̊ C
d. Tekanan uap : 357 ̊ C
e. Kerapatan uap : 0,002 mmHg pada 25°C
f. Berat jenis : 1,009 (udara = 1)
g. Tegangan permukaan : 13,5 pada 25°C (air = 1)
h. Viskositas : 470 dynes/cm pada 20°C
i. Kelarutan : 1,55 mPa.detik pada 20°C
Dalam air 0,28 μmol/L pada 25°C; larut dalam asam sulfat panas, asam
nitrat dan lemak; tidak larut dalam alkohol, eter, asam hidroklorat,
hidrogen bromide dan hidrogen iodida
2. Toksisitas
a. TDLo manusia (pria) – subkutan 254 mg/kg
b. TDLo manusia (pria) – oral 43 mg/kg
c. TCLo manusia (pria) – terhirup 44300 µg/m3 selama 8 jam
d. TCLo manusia (wanita) – terhirup 150 µg/m3 selama 46 hari
3. Efek kesehatan
a. Terhirup : Menghirup uap air raksa dalam konsentrasi yang tinggi
dapat menyebabkan sesak napas seketika, batuk, demam, mual, muntah,
diare, sakit kepala, radang perut, pengeluaran air liur, radang gusi,
menimbulkan rasa logam pada mulut, dan ketidaknormalan jantung
b. Tertelan : Dapat menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan
tenggorokan, rasa haus, mual dan muntah
c. Kontak mata : Kontak langsung dengan cairan dapat menyebabkan
iritasi dan kemerahan
4. Pertolongan pertama
a. Terhirup : Menjauhkan korban dari paparan. Gunakan masker
berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan
(pernafasan keselamatan) jika diperlukan. Pertahankan suhu tubuh
korban dan istirahatkan
b. Terkena mata : Membasuh mata segera dengan air yang banyak
atau menggunakan larutan garam fisiologis, sambil sesekali membuka
kelopak mata atas dan bawah hingga tidak ada bahan kimia yang
tertinggal
c. Terkena kulit : Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu
yang terkontaminasi
5. Reaktivitas
Tidak terjadinya polimerasi dan dapat membentuk amalgam dan logam
6. Penyimpanan
Simpan dalam kemasan asli dan tertutup rapat pada ruangan yang
berventilasi dan pada suhu sekitar (ambient temperature). Pisahkan dari
makanan dan pakan hewan.
7. Pembuangan limbah
Sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Meninggalkan
bahan kimia dalam wadah artinya jangan dicampurkan dengan limbah lain.
Menangani wadah kotor seperti produk aslinya.
8. Kelengkapan pengamanan
Alat pelindung diri seperti respirator, pelindung mata, pekaian
laboratorium, sarung tangan dan sepatu tertutup.
9. Prosedur pengamanan
Melihat batas paparan yang ada, memastikan sesuai dengan batas paparan
yang ditetapkan. Menggunakan kacamata keselamatan dan menggunakan
pakaian pelindung.
Bahan kimia selanjutnya air raksa, yang merupakan salah satu unsur
kimia dengan simbol kimia Hg, dimana simbol Hg diambil dari kata
hydrargyrum dalam bahasa latin yang berarti cairan perak. Air raksa atau
merkuri ini temasuk ke dalam golongan logam berat dalam sistem periodik
unsur., dibandingkan dengan logam lainnya, air raksa tergolong penghantar
panas yang buruk, namun air raksa atau merkuri ini cukup baik dalam
menghantarkan listrik. Adapun sifat-sifat fisika dari senyawa ini yaitu
berupa cairan atau fluida dengan warna metalik dan tidak berbau, dimana
titik cair atau titik bekunya minus 39 derajat celcius pada 1.013 hPa, titik
didih awal dan rentang didih 357 derajat celcius pada 1.013 hPa dan pada
kondisi mudah menyala padat atau gas akan tidak relevan karena berupa
fluida. Air raksa ini memiliki tekanan uap air sebesar 0,003 hPa pada 25
derajat celcius atau 0,002 hPa pada 20 derajat celcius dengan densitas
sebesar 13,55 gram per meter kubik pada 20 derajat celcius dan densitas uap
air sebesar 6,93, serta densitas udara sebesar satu.
Selanjutnya toksisitas pada air raksa ini sangat toksik pada
kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.sehingga akan sangat
toksik pada makhluk air dan akan membahayakan lingkungan air. Selain itu
juga, air raksa bersifat toksisitas terhadap reproduksi yang dapat merusak
janin, toksisitas organ target spesifik paparan tunggal dan paparan berulang
yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ melalui paparan yang lama
atau berulang jika terhirup. Selanjutnya efek kesehatan apabila terkena
bahan kimia air raksa dimana gejala dan efek paling penting, baik akut
maupun lambat berupa sakit perut, mual, muntah-muntah, diare, aritmia
kardiak, kesulitan bernapas, kegagalan peredaran, dan gagal ginjal. Adapun
efek kesehatan apabila air raksa ini tertelan dapat menyebabkan sakit perut,
mual, muntah-muntah, diare, jika terkena mata dapat menyebabkan risiko
kerusakan serius pada mata, jika terhirup dapat menyebabkan keracunan
terhadap sistem saraf pusat dapat menyebabkan kejang, sukar bernapas,
batuk, demam, mual, muntah, diare, sakit kepala, radang perut, pengeluaran
air liur, radang gusi, menimbulkan rasa logam pada mulut, dan
ketidaknormalan jantung dan hilang kesadaran dan kematian serta jika
terkena kulit dapat menyebakan risiko penyerapan melalui kulit. Efek
kesehatan apabila kontak dengan mata yaitu kontak langsung dengan cairan
dapat menyebabkan iritasi dan kemerahan
Pertolongan pertama pada kecelakaan akibat terkena bahan kimia air
raksa apabila terhirup adalah dengan menyediakan udara segar dan pada
kasus kesulitan bernafas atau nafas berhenti, berikan pernafasan buatan
dengan segera memanggil dokter. Apabila kontak dengan kulit maka segera
cuci dengan banyak air dan menghubungi dokter jika merasa tidak sehat,
dan apabila setelah kontak dengan mata segeralah untuk membilas mata
dengan saksama dan menyeluruh dengan air yang mengalir dan
mengkonsultasikan pada dokter mata. Apabila setelah tertelan segera untuk
membilas mulut dan minum air yang banyak dan memanggil dokter.
Adapun catatan umum untuk pertolongan pertama pada air raksa yaitu
dengan hindari paparan dan dapatkan petunjuk khusus sebelum penggunaan
serta perlindungan diri untuk pertolongan pertama.
Selanjutnya reaktivitas pada bahan kimia air raksa yaitu tidak reaktif
di bawah kondisi ambien normal dan kemungkinan reaksi berbaya dengan
reaksi eksotermis seperti metals, oksigen, asam nitric, asetilena, logam
alkali, aluminium, amine, amoniak dan perklorat, Kondisi yang tidak cocok
untuk air raksa adalah terkena panas secara langsung dan material yang
tidak cocok yaitu aluminium, zink, timah putih dan tembaga. Penyimpanan
pada air raksa sendiri lebih baik disimpan di tempat berventilasi baik dengan
suhu penyimpanan yang disarankan 15 sampai dengan 20 derajat celcius.
Air raksa juga harus disimpan dalam wadah asli serta menjaga wadah untuk
selalu tertutup kedap atau rapat setelah digunakan.
Pembuangan limbah pada air raksa yaitu bahan ini dan wadahnya
harus dibuang sebagai limbah berbahaya dan membuang isi atau wadah
sesuai dengan regulasi lokal atau regional atau nasional atau internasional.
Setelah digunakan jangan dibuang ke saluran air dan hindari pelepasan ke
lingkungan secara bebas karena dapat membahayakan sehingga harus
melihat instruksi khusus atau lembar data keselamatan pada air raksa. Air
raksa merupakan limbah yang berbahaya, dimana hanya kemasan yang telah
disetujui yang dapat digunakan. Akibatnya limbah harus dipisahkan dalam
kategori-kategori yang dapat ditangani secara terpisah oleh fasilitas
pengelolaan limbah lokal atau nasional.
Kelengkapan pengamanan pada air raksa sendiri dimulai dari
pelengkapan pada mata atau wajah dengan menggunakan katamata goggle
pengaman dengan perlindungan samping dan perlindungan tangan
menggunakan sarung tangan yang sesuai dimana sarung tangan pelindung
dari bahan kimia yang cocok, yang teruji menurut EN 374. Sedangkan
pengaman atau perlindungan pernapasan diperlukan pada aerosol atau
formasi kabut dengan jenis Hg P3 yaitu filter gabungan terhadap uap
merkuri dan partikel, dengan kode warna merah atau putih. Prosedur
pengaman jika menggunakan bahan kimia air raksa ini yaitu jika secara
personel jangan bernapas dalam uap air atau semprotan dan hindari kontak
dengan kulit dan mata serta pemakaian peralatan pelindung yang cocok.
Sedangkan untuk lingkungan usahakan jauhkan dari saluran air, air
permukaan dan air tanah agar tidak merusak lingkungan dan menjaga air
cucian yang terkontaminasi dan buang agar tidak membahayakan.
E. Alkohol
1. Sifat Fisika
a. Wujud : Cair
b. Warna : Tidak berwarna atau bening
c. Bau : Tidak menyengat
d. Titik lebur : -114 ℃
e. Titik didih : 78 ℃
f. Tekanan uap : 5,8 hPa (20℃)
g. Densitas : 0,789 gr/cm3
h. Viskositas : 1,200 cP (20℃)
2. Toksisitas
a. Gejala toksisitas pada dosis rendah menyebabkan bicara tidak jelas,
sulit berjalan, dan muntah.
b. Gejala toksisitas pada dosis ekstrem menyebabkan tingkat pernafasan
rendah, koma dan kematian.
c. Efek keracunan alkohol lain dapat memabukkan, merusak otak,
penurunan fungsi jantung dan pembuluh darah.
3. Efek Kesehatan
a. Jangka pendek
Dapat mengakibatkan diare, muntah- muntah, perasaan mengantuk,
sakit kepala, sulit bernafas, ketidaksadaran, penglihata kabur, sakit
lambung, hilang ingatan, koma dan anemia.
b. Jangka panjang
Dapat mengekibatkan kecelakaan tidak disengaja maupun disengaja,
penyakit hati, kerusakan saraf, kanker dam kekuranga gizi.
4. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Alkohol tidak cocok bagi kulit, lebih tepat untuk desinfektan peralatan
medis, jika alkohol digunakan untuk membersihkan luka maka sel- sel
disekitar luka bisa ikut rusak dan menggangu proses penyembuhan. Untuk
pertolongan pertama kecelakaan luka dapat menggunakan air steril.
5. Reaktivitas
Alkohol merupakan sejenis gugus fungsi hidrokarbon dengan gugus –OH
yang terikat pada atom karbon, reaksi alkohol dibedakan menjadi reaksi
primer teroksidasi menjadi aldehid, rekasi sekunder teroksidasi menjadi
keton, reaksi tersier tidak dapat teroksidasi.
6. Penyimpanan
a. Menjauhkan dari panas dan sumber api.
b. Menyimpan dalam wadah tertutup.
c. Menjauhkan dari kontak dengan oksidasi bahan.
d. Menyimpan ditempat sejuk, kering serta berventilasi baik.
7. Pembuangan Limbah
Sebelum dibuang ke lingkungan dilakukan penyisihan pada alkohol dengan
penyerapan atau absopsi, penguapan atau evaporasi, pengkristalan atau
kristalisasi, pelarutan atau leaching, dan ekstraksi atau solvent extraction.
8. Perlengkapan Pengamanan
Alkohol dapat kontak langsung dengan tubuh, mata dan lainnnya maka
dapat menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, seperti :
a. Mata : menggunakan kaca mata pelindung.
b. Muka : menggunakan masker kertas.
c. Tangan : menggunakan sarung tangan karet.
d. Tubuh : menggunkaan jas laboratorium.
9. Prosedur Pengamanan
Jangan menghirup alkohol, meminimalisasi penggunaan alkohol agar tidak
keracunan, tidak menggunakan alkohol sebagai pertolongan pertama di area
luka, hindari kontak dengan bahan, pastikan ventilasi memadai, melakukan
evaluasi, mengamati prosedur darurat dan tidak membuang langsung bahan
ke lingkungan.
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau
lebih gugus fungsi hidroksil pada suatu senyawa alkana dimana merupakan
salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari
dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Adapun sifat fisik dari senyawa
alkohol ini adalah bentuknya yang berupa cairan atau fluida yang kental,
tidak memiliki warna dan memiliki bau yang khas, memiliki berat molekul
46 dan titik didih 78 derajat celcius. Toksisitas pada alkohol sendiri jika
digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan kerusakan jaringan
pada hati melalui berbagai mekanisme seperti induksi enzim dan lainnya,
secara umum toksisitas penggunaan alkohol ini dapat memengaruhi
pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh, dan gangguan saraf. Selain itu
dapat menyebabkan bicara tidak jelas, sulit berjalan, dan muntah pada dosis
rendah, dosis ekstrem menyebabkan tingkat pernafasan rendah, koma dan
kematian, keracunan alkohol lain dapat memabukkan, merusak otak,
penurunan fungsi jantung dan pembuluh darah. Efek kesehatan
menggunakan bahan alkohol sendiri dibagi menjadi dua yaitu jangka
pendek dan jangka panjang, dimana jangka pendek dapat menyebabkan
berbicara menjadi cadel, mengantuk, muntah-muntah, diare, dan sakit
lambung sedangkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan keracunan,
penyakit hati, masalah syaraf dan seksual, berhentinya napas, dehidrasi
berat, kejang-kejang, dan suhu tubuh rendah yang dapat menyebabkan
jantung berhenti berdetak, kerusakan otak, hingga kematian.
Pertolongan pertama apabila melihat korban akibat penggunaan
alkohol yaitu apabila korban tertidur maka diletakkan di tempat aman dan
mencoba untuk membangunkan korban dan jika tidak sadarkan diri maka
dilakukan penjagaan pada saluran pernapasannya dan segera dibawa ke
rumah sakit terdekat. Pertolongan dapat dilakukan dengan pemberian
oksigen, cairan, vitamin, dan cairan gula untuk mencegah komplikasi serius
dari keracunan alkohol dan untuk keracunan alkohol yang sangat berat, bisa
saja dibutuhkan pencucian darah untuk membuang racun dan zat berbahaya
dari tubuh karena pembuangan alkohol bisa berlangsung lebih cepat. Perlu
diketahui bahwa keracunan alkohol tidak dapat diatasi dengan minum kopi
hitam, mandi air dingin, dan tidur karena hal ini dapat sangat berbahaya dan
memperburuk keadaan. Reaktivitas pada alkohol sendiri terbagi menjadi
lima hal dimana yang pertama akan bertindak sebagai reaksi oksidasi
dimana sebagai pembeda secara primer, sekunder, dan tersier, Alkohol
merupakan sejenis gugus fungsi hidrokarbon dengan gugus –OH yang
terikat pada atom karbon, reaksi alkohol dibedakan menjadi reaksi primer
teroksidasi menjadi aldehid, rekasi sekunder teroksidasi menjadi keton,
reaksi tersier tidak dapat teroksidasi.
Selanjutnya reaksi pembakaran yang dapat menghasilkan gas
karbon dioksida dan air, reaksi asam sulfat pekat yang dapat menghasilkan
produk yang berbeda-beda, reaksi dengan gas karbosiklat dan terakhir reksi
dengan halida. Penyimpanan pada alkohol sendiri dilakukan di tempat yang
kering karena akan merusak apabila terpapar sinar matahari sehingga
utamakan terhindar dari matahari secara langsung dan jauhkan dari benda-
benda yang berbau tajam serta benda-benda yang dapat memicu timbulnya
api. Pembuangan limbah pada alkohol sendiri dilakukan dengan cara
membawa alkohol ke lokasi instalasi pengolahan limbah untuk dilakukan
pengolahan kembali agar tidak mencemarkan lingkungan apabila dibuang
secara langsung dan percuma.
Kelengkapan pengaman saat menggunakan limbah sendiri dengan
menggunakan jaslab atau pakaian yang dapat melindungi dari bahan kimia,
menggunakan kacamata safety googles agar dapat melindungi mata, sepatu
yang sesuai dengans standar kesehatan dan keselamatan kerja,
menggunakan pelindung muka atau faceshield, menggunakan sarung
tangan, dan masker atau respirator untuk melindungi pernapasan. Prosedur
pengaman sendiri dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama
menggunakan alat pelindung diri pada kelengkapan pengaman agar pekerja
yang menggunakan bahan alkohol dapat terhindar dari bahaya bahan yang
bisa menimbulkan kecelakaan kerja dan yang kedua dengan menyimpan
alkohol di tempat dengan ventilasi yang baik dan terhindar dari paparan
sinar matahari secara langsung
F. HgSO4
1. Sifat-sifat fisik senyawa
Berbentuk bubuk Kristal, tidak berbau, tidak berwarna, titik didih 180℃,
tidak ada tekanan uap.
2. Toksisitas
Korosif tinggi, dapat menembus jauh dan menghancurkan jaringan, jika di
telan menyebabkan rasa sakit di daerah selaput lendir atau pendarahan
selaput lendir.
3. Efek kesehatan
Terhirup dapat menyebabkan kerusakan saluran pernafasan parah, gejala
sakit tenggorokan, batuk, nyeri, sesak, kesulitan bernafas. Tertelan dapat
menyebabkan pembengkakan di mulut, sakit perut, muntah, diare berdarah.
Kontak mata menyebabkan luka bakar pada mata dan paparan kronis
menyebabkan kerusakan system saraf.
4. Pertolongan pertama
Inhalasi dengan membawa ketempat cukup udara, tertelan usahakan korban
muntah, jangan memberikan apapun melalui mulut. Kontak kulit dapat
menyiram kulit dengan banyak air. Kontak mata dapat membilas dengan
air, periksa dan lepas lensa kontak
5. Reaktivitas
Ketidakcocokan acetylene, ammonia, asam kuat, korosif terhadap besi,
magnesium, cahaya dan panas.
6. Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup, berfentilasi baik maksimal 25℃,
7. Pembuangan limbah
Ditangani sebagai limbah berbahaya dan dikirim ke RCRA disetujui, buang
wadah da nisi yang tidak terpakai sesuai peraturan.
8. Kelengkapan pengamanan
Menggunakan peralatan tahan assam, pakaian kedap udara, dan peralatan
terisolasi dan di segel, menggunakan kacamata pengaman kimia, dan
sarung tangan karet.
9. Prosedur pengamanan
Lanjutan perawatan medis dan antisipasi kebakaran, serta
mengadministasikan kasus-kasus.
Mercury (II) sulfate atau nama lainnya mercury bisulfate adalah
senyawa kimia berbentuk serbuk berwarna putih dan tidak berbau,
berbentuk kristal, titik didih 180 derajat celcius, Mercury (II) Sulfat
memiliki rumus molekul HgSO4. Berdasarkan simbol berbahaya pada botol
kemasan mercury (II) sulfat ini bersifat toxic atau beracun, dapat merusak
paru-paru, dapat mencemari dan merusak lingkungan. Selanjutnya
toksisitas dari senyawa ini yaitu korosif tinggi, dapat menembus jauh dan
menghancurkan jaringan, jika di telan menyebabkan rasa sakit di daerah
selaput lendir atau pendarahan selaput lendir. Senyawa ini termasuk pada
senyawa asam kuat dan memiliki efek kesehatan yang berbahaya,
diantaranya apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan saluran
pernafasan parah, gejala sakit tenggorokan, batuk, nyeri, sesak, kesulitan
bernafas, hal ini disebabkan karena asal yang terlalu tinggi. Apabila tertelan
dapat menyebabkan pembengkakan di mulut, sakit perut, muntah, diare
berdarah dan bahkan menyebabkan luka bakar dia area mulut. Selanjutnya
jika kontak mata menyebabkan luka bakar pada mata dan paparan kronis
menyebabkan kerusakan sistem saraf.
Selanjutnya pertolongan pertama yang dilakukan apabila sudah
terkena senyawa ini yaitu dengan inhalasi dengan membawa ketempat
cukup udara yang membuat korban mampu menetralkan senyawa yang
telah terhirup. Apabila tertelan usahakan korban muntah supaya semua
senyawa dapat keluar dari tubuh dan tidak menyebabkan efek kesehatan
lainnya dan jangan memberikan apapun melalui mulut. Apabila Kontak
kulit dapat menyiram kulit dengan banyak air, kontak mata dapat membilas
dengan air, periksa dan lepas lensa kontak. Hasil selanjurnya berupa
reaktivitas yaitu ketidakcocokan acetylene, ammonia, asam kuat, korosif
terhadap besi, magnesium, cahaya dan panas.
Selanjutnya untuk penyimpanan senyawa ini agar tidak
menyebabkan bahaya dan kontaminasi lainnya adalah dengan disimpan
dalam wadah tertutup, berfentilasi baik maksimal 25 derajat celcius, dan
wadah yang digunakan wadah asli untuk penggunaan senyawa tersebut
tanpa dicampur dengan senyawa lainnya. Sedangkan untuk pembuangan
limbahnya adalah dengan dikirim ke RCRA disetujui karena limbah
senyawa ini merupakan limbah berbahaya, buang wadah dan isi yang tidak
terpakai sesuai peraturan dan akan lebih baik jika senyawa ini dinetralkan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan dan jangan dibuang pada
saluran air karena dapat menyebabkan kontaminasi pada air yang
tercampurnya. Kelengkapan pengamanan yang digunakan, salah satunya
dengan menggunakan APD untuk menghindari bahaya-bahaya yang dapat
menyebabkan efek kesehatan, dengan menggunakan peralatan tahan asam,
pakaian kedap udara, dan peralatan terisolasi dan di segel, menggunakan
kacamata pengaman kimia seperti kacamata goggles, dan sarung tangan
karet, dan masker fiber dan alat pelindung lainnya. Terakhir yaitu prosedur
pengamanan dengan melanjutkan perawatan medis apabila telah
terkontaminasi senyawa tersebut dan antisipasi kebakaran dengan
penyimpanan yang sesuai dan tepat, serta mengadministasikan kasus-kasus
yang telah terjadi akibat senyawa ini.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Material Safety Data Sheet atau MSDS adalah dokumen yang berisi
informasi tentang potensi bahaya seperti kesehatan, kebakaran,
reaktivitas dan lingkungan dan bagaimana bekerja dengan aman dengan
produk kimia. Ini adalah titik awal yang penting untuk pengembangan
program kesehatan dan keselamatan yang lengkap. Hal ini juga berisi
informasi tentang penggunaan, penyimpanan, penanganan dan prosedur
darurat semua yang berkaitan dengan bahaya material.
2. Identifikasi simbol bahaya untuk bahan kimia dilakukan dengan
mengetahui sifat dan karaketer bahan-bahan kimia dan pengetahui
proses penangannanya untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, sehingga penggunaan simbol untuk membedakan bahaya dari
klasifikasi masing-masing bahan kimia yang digunakan pada
lingkungan pekerjaan
3. Klasifikasi bahan kimia disesuaikan dengan simbol yang digunakan
untuk menunjukan bahaya bahan kimia, diantaranya Simbol bahaya
untuk bahan kimia diantaranya simbol explosive atau mudah meledak
yang menunjukan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar atau
kebakaran pada area kerja, simbol oxidizing atau mudah teroksidasi,
simbol flammable atau mudah terbakar, simbol toxic atau beracun yang
menunjukan bahaya berupa efek kesehatan seperti muntah-muntah atau
diare dan lain sebagainya, simbol harmful irritant atau bahaya iritasi
seperti pada kulit dan lainnya, simbol corrosive atau korosif, dan simbol
dangerous for environmental atau bahan berbahaya bagi lingkungan.
B. Saran
1. Sebaiknya identifikasi bahan kimia dilakukan dengan praktek yang
lebih mendalam lagi mengingat bahaya yang begitu besar dan
penggunaannya yang begitu sering
2. Sebaiknya pengetahuan mengenai masing-masing bahan lebih detail
lagi agar lebih memahami masing-masing bahan dan mengetahui secara
detail penanganannya
3. Sebaiknya praktikan diperlihatkan masing-masing bahan kimia satu
persatu agar dapat mengidentifiksi bahan-bahan kimia dengan baik dan
lebih jelas sesuai aslinya
DAFTAR PUSTAKA

Irzal. 2016. Dasar-dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kencana. Jakarta

Reese, Charles D. 2013. Occupational Health and Safety Management. Lewis


Publishers. USA

Riyanto. 2014. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Deepublish. Yogyakarta

Soeharto, Faizal Riza. 2013. Bekerja Dengan Bahan Kimia Melalui Manajemen
Bahan Kimia dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Laboratorium Kimia. Jurnal Info Kesehatan Vol 11 No 2
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai