Anda di halaman 1dari 105

TUGAS AKHIR – PL 1603

PERENCANAAN PENGEMBANGAN
SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
KOTA SURAKARTA

JOKO SULISTYONO
NRP 3300 109 023

DOSEN PEMBIMBING
Ir. JONI HERMANA, MSc. Es, PhD

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2007
FINAL PROJECT – PL 1603

DESIGN OF SEWERAGE DEVELOPMENT IN SURAKARTA


CITY

JOKO SULISTYONO
NRP 3300 109 023

SUPERVISOR
Ir. JONI HERMANA Msc. Es, PhD

DEPARTMENT OF ENVIROMENTAL ENGINEERING


FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
INSTITUT OF TECHNOLOGY SEPULUH NOFEMBER
SURABAYA 2007
LEMBAR PENGESAHAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN
SISTEM PENYALURAN AIR BUANGAN
KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :
JOKO SULISTYONO
Nrp. 3300 109 023

Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir :

Ir. Joni Hermana, MSc. Es. PhD ……………

SURABAYA, MARET, 2007


PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM
PENYALURAN AIR BUANGAN
KOTA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Joko Sulistyono


NRP : 3300 109 023
Jurusan : Teknik Lingkungan FTSP – ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Joni Hermana, MSc.Es, PhD

Abstrak
Kota Surakarta telah mempunyai sarana pengelolaan air
buangan eksisting secara terpusat, dengan prosentase layanan
sebesar 10,78 %. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk
dan aktivitas kota yang menjadi sentra bagi kota sekitarnya,
dirasakan perlu adanya optimalisasi dan pengembangan
prosentase layanan air buangan. Kebutuhan terhadap
pengembangan bertitik tolak dari analisis dari kapasitas
interseptor (pipa utama) eksisting.
Pengembangan prosentase layanan sampai dengan akhir
tahun 2015 akan meningkatkan tingkat pelayanan total menjadi
40 %, meliputi perluasan jaringan perpipaan dan penambahan
jumlah layanan sambungan rumah. Jenis pipa yang digunakan
adalah pipa PVC dengan diameter 200 mm, 250 mm. Biaya yang
diperlukan dalam pengembangan adalah Rp 8.955.156.353,00

Kata Kunci : Air Buangan, Analisis Eksisting, Desain


Pengembangan
DESIGN OF SEWERAGE DEVELOPMENT IN SURAKARTA
CITY

Name : Joko Sulistyono


NRP : 3300 109 023
Department of : Teknik Lingkungan FTSP – ITS
Supervisor : Ir. Joni Hermana, MSc.Es, PhD

Abstract
Surakarta have an existing centrallized sewerage system
(off-site system), with coverage service area of 10,78 %. In
accordance with the increasing number of population and
activities within the city which serves as the centre for its
surrounding cities, it is then necessary to design the increase in
service coverage area of sewerage system. The need for
development is based on the analysis of the existing interceptor
(main pipe) capacity.
Coverage service area of until the end 2015 and it is
expected to increace the service coverage up to 40 %, including
the extention of sewerage and additional number of house-
connecting services. The pipe type used is PVC with diameter of
200 mm, 250 mm. Total cost budgeted for sewerage development
plan is Rp. 8.955.156.353,00

Keywords : Wastewater, analysis of existing sewerage, sewerage


development plan
KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Allah SWT atas karunia-Nya


sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penyusun yakin bahwa terselesainya penyusunan tugas akhir
ini merupakan kemurahan yang diberikan Allah SWT
kepada penyusun.
Tugas akhir dengan judul Perencanaan
Pengembangan Sistem Penyaluran Air Buangan Kota
Surakarta ini disusun untuk memperoleh gelar S1 dari
Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS.
Penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini tidak
akan selesai apabila tanpa pertolongan Allah SWT dan dari
pihak lain. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Joni Hermana MSc. Es. PhD, selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. M. Razif, MM, selaku dosen penguji,
dosen wali dan koordinator Tugas Akhir.
3. Bapak Ir. Didik Bambang S, MT, selaku dosen
penguji.
4. Bapak Abdu Fadli Assomadi, SS, MT, selaku dosen
penguji.
5. Bapak Ir. Agus Slamet, MSc, selaku Ketua Jurusan
Teknik Lingkungan FTSP-ITS.
6. Bapak dan Ibu Dosen atas segala pengajaran,
bimbingan, dan kesabarannya selama ini.
7. Ibu yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta
doa dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
8. Almarhum bapak, semoga sekarang dapat
beristirahat dengan tenang untuk selamanya.
9. Kakak-kakakku yang selalu membantu dalam setiap
kehidupannku
10. Dwita-ku yang selalu setia dan selalu memberikan
dukungan serta atas doanya.
11. Bapak Nanang yang ada di PDAM Surakarta yang
selalu sabar dalam memberikan bimbingan.
12. Yuswan, Danang, Adi, Mas Tutut, Anjar, Heri,
Alfan, Ervin, Sinta, Agus (jemblung), Anang tarima
kasih banyak atas segala bantuannya.
13. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak


kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu penyusun
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna
pengembangan di masa yang akan datang.

Februari 2007

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………….… 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………….…… 2
1.3 Tujuan ……………………………………………….. 2
1.4 Ruang Lingkup ………………………………………. 3
1.5 Manfaat ........................................................................ 3

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH


PERENCANAAN
2.1 Kondisi Fisik Kota Surakarta ………………………...5
2.1.1 Letak, Luas dan Batas Administratif ……………… 5
2.1.2 Topografi ………………………………………….. 7
2.1.3 Hidrologi ………………………………………….. 7
2.1.4 Klimatologi ……………………………………….. 7
2.1.5 Tata Guna Lahan …………………………………….. 8
2.2 Kondisi Non Fisik Kota Surakarta ………………..…… 8
2.2.1 Demografi ……………………………………………. 8
2.3 Kondisi Eksisting ………………………….………….. 14
2.3.1 Daerah Pelayanan …………………………………… 14
2.4 Komposisi Pelayanan Penyaluran Air Buangan …..….. 17
2.5 Jaringan Perpipaan Air Buangan Eksisting …………… 14
2.6 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran Air Buangan
Eksisting ………………………………………………. 15

BAB III METODE PERENCANAAN


3.1 Uraian Rangkaian Kegiatan Perencanaan ……………. 17
3.1.1 Identifikasi Wilayah Perencanaan ………………….. 17
3.1.1.1 Kondisi Fisik ……..………….…………………… 17
3.1.1.2 Kondisi Non Fisik ………………………………... 18
3.2 Pengembangan Tingkat Pelayanan …………………… 18
3.3 Pengembangan Daerah Pelayanan …………………….. 19
3.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap ……………………. 19
3.5 Tinjauan Pustaka ………………………………………. 22
3.6 Pemakaian Air ……………………………………….… 22
3.7 Fluktuasi Debit Air Buangan ………………………….. 22
3.8 Infiltrasi ………….. …………………………………… 22
3.9 Langkah-Langkah Perhitungan Debit Air Buangan …… 23
3.10 Perhitungan Dimensi Pipa ……………………………. 24
3.11 Jenis-Jenis Pipa Dan Bangunan Pelengkap ……… 26
3.11.1 Jenis Pipa ………………………………………. 26
3.11.2 Bangunan Pelengkap …………………………… 27

BAB IV ANALISIS KAPASITAS PERPIPAAN


EKSISTNG DAN PERENCANAAN
PENGEMBANGAN SISTEM PENYALURAN
AIR BUANGAN
4.1 Analisis Kapasitas Perpipaan ………………...…… 33
4.2 Proyeksi Penduduk ………………………………... 34
4.3 Debit Air Domestik ……………………………….. 39
4.3.1 Debit Air Bersih Domestik ……………………… 39
4.3.2 Debit Air Buangan Domestik …………………… 43
4.4 Proyeksi Non Domestik …………………………… 45
4.5 Debit Air Bersih Non Domestik …………………... 47
4.6 Pemilihan Daerah Pengembangan ………………… 55
4.7 Debit Air Buangan Tiap Kelurahan Daerah
Perencanaan ………………………………………. 59
4.8 Perhitungan Dimensi Saluran ……………….…….. 65
4.9 Penanaman Pipa Saluran Air Buangan ……………. 69
4.10 Bangunan Pelengkap …………………………….. 75
BAB V OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN
5.1 Operasional Dan Pemeliharaan Saluran Air
Buangan …………………………….……………........ 79
5.2 Masalah Operasional ………………………………….. 81
5.3 Jenis-Jenis Pemeliharaan ……………………………… 83
5.4 Operasional Dan Pemeliharaan Penggelontoran ……… 84
5.4.1 Pemeliharaan Pada Musim Kering ………………….. 84
5.4.2 Pemeliharaan Pada Musim Hujan …………………… 85
5.4.3 Pemeliharaan Pada Daerah Atusan ………………….. 85

BAB VI BOQ DAN RAB


6.1 BOQ ………………………………..…………………. 87
6.2 RAB …………………………………………………... 95

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………… 104


7.1 Kesimpulan ………………………………………….. 104
7.2 Saran ………………………………………………….104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Adminstrasi ………………………….. 11


Gambar 2.2 Peta Topografi …………………………….. 12
Gambar 3.1 Tahapan Perhitungan Debit Air Buangan …..19
Gambar 3.2 Skema Metodologi Perencanaan ……………21
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Tiap Kecamatan Tiap Kecamatan


Kota Surakarta Tahun 2004 .................................6
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan ….…9
Tabel 3.1 Sope Untuk Saluran Air Buangan Dengan
Sistem Gravitasi .................................................25
Tabel 4.1 Kapasitas Dan Prosentase Pelayanan ………….33
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Dan Tingkat Kepadatan ……34
Tabel 4.3 Pertumbuhan Penduduk Pertahun Tiap
Kecamatan .........................................................35
Tabel 4.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2015 ………37
Tabel 4.5 Kebutuhan Air Bersih Tiap Kecamatan Tahun
2015 …………………………………………....41
Tabel 4.6 Debit Air Buangan Tiap Kelurahan Tahun
2015 ……………………………………………44
Tabel 4.7 Asumsi Besarnya Jumlah Pemakaian Air
Bersih Untuk Kebutuhan Non Domestik ……...45
Tabel 4.8 Jumlah Fasilitas Tiap Kecamatan ……...…...…46
Tabel 4.9 Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Tiap
Kecamatan …………………............................49
Tabel 4.10 Kondisi Tiap-Tiap Kelurahan ………….……57
Tabel 4.11 Debit Air Limbah Rata-Rata Tiap
Kelurahan …………………………………….60
Tabel 4.12 Perhitungan Debit Peak Total, Bebit
Minimum ………………………………….….63
Tabel 4.13 Perhitungan Dimensi Pipa Air
Buangan ……………………………….……...67
Tabel 4.14 Penanaman Pipa Saluran Air
Buangan …………………………………...…71
Tabel 4.15 Jumlah Manhole Lurus, Belokan Cabang,
Dan Drop Manhole …………………….....….76
Tabel 6.1 Panjang Dan Jumlah Pipa Ukuran
200 mm …………………………….....…….…87
Tabel 6.2 Panjang Dan Jumlah Pipa Ukuran
250 mm ………………………………….….....88
Tabel 6.3 Jumlah Dan Jenis Asesoris Pipa ……...……… 89
Tabel 6.4 Jumlah Manhole Yang Dibutuhkan …………...89
Tabel 6.5 BOQ Sistem Penyaluran Air Buangan ………..93
Tabel 6.6 Biaya Pengadaan Pipa …………………....…...97
Tabel 6.7 Biaya Penggalian ………………………….......98
Tabel 6.8 Biaya Pengurugan Pasir ….....………………...99
Tabel 6.9 Biaya Pengurugan Tanah ………….....……....100
Tabel 6.10 RAB Prpipaan Dan Asesoris .........................101
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembuangan limbah domestik ada 2 sistem, yaitu sistem
setempat (on-site sanitation) dengan menggunakan septik
tank, dan sistem terpusat (off-site sanitation) dengan cara
limbah dialirkan melalui perpipaan. Pengelolaan terhadap
sistem sanitasi khususnya air limbah rumah tangga, menjadi
suatu kebutuhan yang mendesak, ketika dampak negatif mulai
dirasakan seperti ancaman terhadap kesehatan manusia,
pencemaran air tanah dangkal, pencemaran badan air (sungai)
dan lain sebagainya.
Seiring dengan pertambahan kebutuhan akan penyediaan
air untuk masyarakat, maka pihak pengelola air bersih dan
limbah perkotaan, dalam hal ini Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), tidak hanya memanfaatkan sumber air
bersih dari air tanah dan mata air, melainkan mengambil air
permukaan, seperti sungai sebagai alternatif untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penanganan/ pengolahan air limbah yang lebih
seksama dan terpadu, agar kualitas air permukaan yang akan
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air dapat memenuhi
standar kualitas badan air yang berlaku di Indonesia.
Dari kegiatan masyarakat kota Surakarta menghasilkan
limbah rumah tangga sebesar 89% dari kebutuhan air bersih
domestik. Sedangkan Kota Surakarta telah mempunyai sarana
pengelolaan air limbah secara eksisting secara terpusat
dengan prosentase pelayanan sekitar 10,78%. Seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan aktivitas kota yang
menjadi sentra bagi kota sekitarnya, dirasakan perlu adanya
pengembangan yang berkelanjutan. Disamping itu juga
dikarenakan sebagian masyarakat kota Surakarta masih
menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Karena
jika air tanah yang digunakan nantinya tercemar oleh limbah,
maka hal ini akan merugikan masyarakat pengguna air tanah.
Yang nantinya akan menjadi ancaman terhadap kesehatan
masyarakat itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang ada dalam perencanaan
pengembangan sistem penyaluran air buangan Kota Surakarta
adalah:
a. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat yang menuntut
adanya perbaikan dan penyediaan sarana dan prasarana
yang memadai.
b. Tingkat pelayanan pengelolaan air limbah yang masih
relatif kecil bila dibandingkan dengan perkembangan dan
pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat.
c. Penataan lingkungan agar terbebas dari pencemaran
limbah, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
manusia.
d. Perbaikan kualitas air tanah, karena masyarakat Kota
Surakarta masih banyak yang mengkonsumsi air tanah
dangkal.

1.3 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini antara lain:
a. Mengatasi masalah limbah yang dihasilkan masyarakat
b. Memperbaiki dan mengembangkan sarana dan prasarana
sistem penyaluran air buangan dengan sistem terpusat
(off-site)
c. Menata lingkungan sedemikian rupa agar terbebas dari
pencemaran limbah
d. Dapat memperbaiki kualitas air tanah yang banyak
digunakan oleh masyarakat
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari tugas akhir ini adalah:
1. Wilayah Perencanaan
ƒ Wilayah Perencanaan adalah Kota Surakarta.
Dimana dalam wilayah perencanaan terdapat 5
kecamatan. Waktu perencanaan yaitu 10 tahun
dengan periode perencanaan 5 tahunan.
2 Data meliputi:
a. Jumlah Penduduk tahun 2004
b. Peta topografi,
c. Peta administrasi,
d. Peta jalan,
e. Peta kependudukan,
f. Peta jaringan perpipaan,
g. Bill Of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) untuk pengembangan sistem
penyaluran air buangan,
h. Gambar detail perencanaan.

1.5 Manfaat
Manfaat dari tugas akhir ini adalah :
a. Dapat memberikan masukan kepada PDAM mengenai
perencanaan pengembangan sistem penyaluran air
buangan
b. Sebagai pembelajaran studi mengenai permasalahan
sistem penyaluran air buangan
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB II
GAMBARAN UMUM
WILAYAH PERENCANAAN

Surakarta merupakan pusat bagi kota yang ada di sekitarnya,


yang sekaligus menjadi pusat kegiatan pemerintahan, pendidikan
dan kebudayaan. Oleh karena itu diperlukan peningkatan fasilitas-
fasilitas kota sebagai penunjang fungsi dan peranan Kota
Surakarta, antara lain sektor sanitasi.

2.1.Kondisi Fisik Kota Surakarta


2.1.1.Letak, Luas dan Batas Admnistratif
Secara administratif , Kota Surakarta terbagi atas 5
wilayah kecamatan dan 51 kelurahan. Letak Kota Surakarta
secara geografis berada pada:
- 110°45’15” - 110°45’35” Bujur Timur
- 7°36’00” - 7°56’00’’ Lintang Selatan
(Surakarta Dalam Angka, 2004)
Luas wilayah Kota Surakarta adalah 4404 Ha.
(Surakarta Dalam Angka, 2004)
Kota Surakarta mempunyai batas-batas wilayah, yaitu:
¾ Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Boyolali
¾ Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar
¾ Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
¾ Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar
(Surakarta Dalam Angka, 2004)
Tabel 2.1. Luas Wilayah Tiap Kecamatan
Kota Surakarta Tahun 2004

Kelurahan Luas Luas


Wilayah Kelurahan Wilayah
(Ha) (Ha)

I. Kec. Laweyan 863,8 IV. Kec. Jebres 1258,2


155,3 1. Kepatihan Kulon 17,5
1. Pajang
24,8 2. Kepatihan Wetan 22,5
2. Laweyan
37,3 3. Sudiroprajan 23
3. Bumi
54,4 4. Gandekan 35
4. Panularan
50,3 5. Sewu 48,5
5. Penumping
51,3 6. Pucang Sawit 127
6. Sriwedari
84,3 7. Jagalan 65
7. Purwosari
78,5 8. Purwodiningratan 37,3
8. Sondakan
92,1 9. Tegalharjo 32,5
9. Kerten
105,5 10. Jebres 317
10. Jajar
130 11. Mojosongo 532,9
11. Karangasem
319,4 V.Kec. Banjarsari 1481,1
II.Kec. Serengan
45,9 1. Kadipiro 508,8
1. Joyotakan
50,8 2. Nusukan 206,3
2. Danukusuman
64 3. Gilingan 127,2
3. Serengan
64 4. Stabelan 27,2
4. Tipes
32,4 5. Kestalan 20,8
5. Kratonan
29,3 6. Keprabon 31,8
6. Jayengan
33 7. Timuran 31,5
7. Kemlayan
8. Ketelan 25
9. Punggawan 36
III.Kec.Pasar
481,5 10. Mangkubumen 79,7
Kliwon
54
1. Joyosuran
166,8
2. Semanggi
36
3. Pasar Kliwon
Kelurahan Luas Luas
Wilayah Kelurahan Wilayah
(Ha) (Ha)

4. Gajahan 33,9 11. Manahan 128


5. Baluwarti 40,7 12. Sumber 133,3
6. Kampung 30,6 14. Banyanyar 125
Baru 55,1
7. Kedung 45,2
Lumbu 19,2
8. Sangkrah
9. Kauman

Jumlah 4409
Sumber : BPS Surakarta, 2004

2.1.2 Topografi
Elevasi (ketinggian tanah) di kota Surakarta pada umumnya
rata, yaitu ± 100 m diukur dari permukaan laut.

2.1.3 Hidrologi
Kota Surakarta secara umum merupakan dataran rendah
yang berada diantara pertemuan Kali/Sungai Pepe, Jenes
dan Bengawan Solo.
Sungai-sungai yang melintasi tiap kecamatan adalah
sebagai berikut:
- Sungai Bengawan Solo
Melintasi Kecamatan Pasar kliwon sampai
dengan Kecamatan Jebres.
- Kali Anyar
Melintasi Kecamatan Banjarsari sampai dengan
Kecamatan Jebres.
- Kali Pepe
Melintasi Kecamatan Banjarsari, perbatasan
Jebres sampai dengan Kecamatan Pasar Kliwon.
- Kali Tanggul
Melintasi Kecamatan Laweyan – Kecamatan
Serengan sampai dengan Kecamatan Pasar
Kliwon
(Surakarta Dalam Angka 2001)
Wilayah Kota Surakarta secara umum keadaannya datar,
hanya bagian utara dan timur agak bergelombang dengan
ketinggian kurang lebih 92 meter diatas permukaan laut.
(Surakarta Dalam Angka,2001)

2.1.4 Klimatologi
Kota Surakarta beriklim tropis. Suhu udara maksimum
32,5 °C dan minimum 21,9 °C. Kelembaban udara rata-rata
82%. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan
November – Desember. Rata-rata tekanan udara 1009,8
Mbs. Kecepatan angin rata-rata 4,7 knot.

2.1.5 Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat dibedakan
menjadi penggunaan lahan untuk pemukiman, non
pemukiman, fasilitas kota, daerah terbuka, industri sebagai
daerah penghijauan dan jaringan transportasi.

2.2 Kondisi Non Fisik Kota Surakarta


2.2.1 Demografi
Data mengenai kondisi demografi yang akan
ditampilkan dalam subbab ini meliputi jumlah penduduk,
tingkat kepadatan penduduk.
Ditinjau dari jumlah penduduk, Kota Surakarta dapat
digolongkan sebagai kota besar, karena mempunyai jumlah
penduduk lebih dari 500.000 jiwa
Berikut adalah jumlah penduduk Kota Surakarta :
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kota Surakarta Tahun 2004
Jumlah Tingkat Jumlah Tingkat
Kelurahan Penduduk Kepadatan Kelurahan Penduduk Kepadatan
(jiwa) (jiwa/Ha) (jiwa (jiwa/Ha)
Kec Laweyan 107200 124,1 85375 177,31
1.Pajang 23026 148,27 Kec Pasar 11437 211,8
2.Laweyan 2404 96,94 Kiwon 31128 186,62
3.Bumi 6697 179,54 1.Joyosuran 7049 195,81
4.Panularan 9611 176,67 2.Semanggi 5042 123,88
5.Penumping 5586 108,89 3.Pasar Kliwon 7188 212,04
6.Sriwedari 4959 98,59 4.Gajahan 3969 72,03
7.Purwosari 13430 159,31 5.Baluwarti 5139 113,69
8.Sondakan 12265 156,24 6.Kampung Baru 11080 577,08
9.Kerten 11359 123,33 7.Kedung Lumbu 3343 109,25
10.Jajar 9245 87,63 8.Sangkrah
11.Karangasem 8618 66,29 9.Kauman
Kelurahan Jumlah Tingkat Kelurahan Jumlah Tingkat
Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan
(jiwa) (jiwa/Ha) (jiwa) (jiwa/Ha)
61756 193,35 162383 109,64
Kec. Serengan 7894 171,98 Kec. Banjarsari 35552 69,87
1. Joyotakan 11966 235,55 1. Kadipiro 29170 141,4
2. Danukusuman 11976 187,13 2. Nusukan 21880 172,01
3. Serengan 12725 198,83 3. Gilingan 4971 179,46
4. Tipes 6352 196,05 4. Stabelan 4087 196,49
5. Kratonan 5844 199,45 5. Kestalan 3955 124,37
6. Jayengan 4999 154,48 6. Keprabon 4539 144,09
7. Kemlayan 7. Timuran 4384 175,36
8. Ketelan 5346 148,5
9. Punggawan 10386 130,31
10. Mangkubumen 12544 98
11. Manahan 15796 118,5
12. Sumber 9773 78,18
13. Banyanyar
Jumlah Tingkat
Kelurahan Penduduk Kepadatan
(jiwa) (jiwa/Ha)
136866 108,78
Kec. Jebres 3096 176,91
1. Kepatihan Kulon 3222 143,2
2. Kepatihan Wetan 10956 476,35
3. Sudiroprajan 9580 273,71
4. Gandekan 7590 156,49
5. Sewu 12647 99,58
6. Pucang Sawit 13432 206,65
7. Jagalan 5571 149,36
8. Purwodiningratan 6624 203,82
9. Tegalharjo 30643 96,67
10. Jebres 39592 74,3
11. Mojosongo

Sumber : BPS Surakarta, 2004


LEGENDA :

Kantor Walikota

Kantor Kecamatan

Kantor Kelurahan

Batas Kota

Batas Kecamatan

Batas Kelurahan
2.3 Kondisi Eksisting
2.3.1 Daerah Pelayanan
Daerah pelayan meliputi seluruh wilayah Kota Surakarta
yang terdiri atas 5 kecamatan. Luas terbesar adalah
kecamatan Banjarsari, yaitu 1481,1 Ha dan luas terkecil
adalah kecamatan Serengan, yaitu 319,4 Ha.
Secara keseluruhan, prosentase pelayanan pengelolaan air
limbah terpusat (off-site system ) di Kota Surakarta baru
mencapai angka 10,78%, yang berarti hanya sebesar 10,78%
dari jumlah rumah yang ada di Kota Surakarta yang sudah
menyalurkan limbahnya untuk dikelola secara terpusat.

2.4 Komposisi Pelayanan Penyaluran Air Buangan


Sesuai dengan perencanaan pengembangan, sistem
sanitasi Kota Surakarta terbagi menjadi:
a. Sistem Sanitasi Setempat (on-site sanitation)
Komposisi pelayanan dengan sistem ini adalah 71% dari
jumlah penduduk seluruh Kota Surakarta. Sistem ini
menggunakan tangki septik sebagai sarana pengelolaan
air limbah domestik. Pengelolaan lanjutan dari tangki
septik adalah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
b. Sistem Sanitasi Terpusat (off-site sanitation)
Sistem sanitasi terpusat menggunakan sistem perpipaan
sebagai sarana pengumpulan air limbah untuk diolah ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

2.5. Jaringan Perpipaan Air Buangan Eksisting


Sistem jaringan saluran eksisting air buangan lama di
Kota Surakarta merupakan bagian dari rencana jaringan
saluran air limbah Kota Surakarta pada jaman kolonial
Belanda, dengan daerah layanan hampir 40% luas Kota
Surakarta. Sesuai dengan Program Jangka Menengah (PJM)
Kota Surakarta tahun 1995 sistem jaringan saluran eksisting
air buangan Kota Surakarta meliputi 3 jaringan dalam 2
sistem pelayanan, yaitu:
1. Sistem Selatan
a. Jaringan Kasunanan (selatan jalan Slamet Riyadi)
Jaringan ini melayani hampir seperlima dari wilayah
Kota Surakarta, yang meliputi 3 kecamatan, yaitu:
- Kecamatan Laweyan
- Kecamatan Serengan
- Kecamatan Pasar Kliwon
b. Jaringan Mangkunegaran (utara jalan Slamet Riyadi-
selatan Kali Pepe)
Jaringan ini melayani sebagian dari Kecamatan
Banjarsari dan Kecamatan Pasar Kliwon.
c. Jaringan Jebres (utara Kali Pepe-selatan kali Anyar)
Jaringan ini melayani sebagian dari kecamatan
Banjarsari dan kecamatan Jebres.
2. Sistem Utara
Selain ketiga jaringan tersebut diatas, Kota Surakarta
mempunyai jaringan Mojosongo yang hanya melayani
penduduk yang tinggal di daerah Mojosongo dan
sekitarnya.

2.6 Bangunan Pelengkap Sistem Penyaluran Air


Buangan Eksisting
Bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan
yang ada saat ini adalah:
a. Manhole
Manhole dipasang pada perubahan aliran, perubahan
kemiringan, perubahan elevasi, perubahan diameter pipa
dan pertemuan cabang-cabang pipa utama.
b. Bak kontrol dan Terminal Clean Out
Bak kontrol dipasang pada pipa sambungan rumah.
Sedangkan terminal clean out dipasang pada pertemuan
pipa lateral dengan pipa sekunder.
c. Shypon
Shypon dalam sanitasi Kota Surakarta dipasang pada
daerah yang melintasi sungai (cross river) dan rel kereta
api.
d. Bangunan Penggelontoran
Bangunan penggelontoran yang ada saat ini berasal dari
Bendung Kleco dan Kolam Balekambang (sistem selatan)
dan Kali Sumber (sistem utara). Bendung Kleco terletak
di kelurahan Jajar, dengan daerah pelayanan adalah
jaringan perpipaan Kasunanan.
Kolam Balekambang terletak di Kelurahan Manahan
yang dimanfaatkan sebagai penggelontor jaringan
perpipaan Mangkunegaran.
BAB III

METODE PERENCANAAN

Metode yang sistematis dimulai dari awal sampai akhir


perencanaan sangat diperlukan dalam pekerjaan Rencana
Pengembangan Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan agar
diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dan ruang
lingkup perencanaan.
Metode perencanaan terdiri atas beberapa urutan pekerjaan,
dimulai dengan identifikasi kondisi wilayah perencanaan dan
sistem penyaluran air buangan eksisting Kota Surakarta, analisis
sistem penyaluran air buangan eksisting, desain pengembangan
sistem penyaluran air buangan, operasional dan pemeliharaan dan
rencana anggaran biaya. Debit air buangan untuk kota kecil dan
sedang adalah 60%, kota sedang adalah 70%, kota besar dan
metropolitan adalah 80%. Kota Surakarta dapat dikategorikan
sebagai kota besar, karena jumlah penduduknya lebih dari
500.000 jiwa. Sehingga Kota Surakarta dapat diasumsikan untuk
debit air buangannya adalah 80% dari total pemakaian air bersih.

3.1Uraian Rangkaian Kegiatan Perencanaan


3.1.1 Identifikasi Wilayah Perencanaan
Identifikasi wilayah perencanaan meliputi kondisi fisik
dan non fisik yang terdapat pada wilayah perencanaan,
yaitu Kota Surakarta.

3.1.1.2 Kondisi Fisik


Kondisi fisik suatu wilayah adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan keadaan fisik kota. Kondisi fisik suatu
wilayah meliputi:
1. Luas dan batas wilayah
2. Topografi wilayah
3. Hidrologi dan hidrogeologi wilayah
4. Klimatologi
5. Tata guna lahan

3.1.1.3 Kondisi Non Fisik


Kondisi non fisik suatu wilayah adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan kondisi kependudukan, sosial
ekonomi di wilayah tersebut. Kondisi non fisik suatu
wilayah meliputi:
1. Demografi atau kependudukan, yaitu jumlah penduduk,
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk.
2. Kondisi ekonomi penduduk, yang ditinjau berdasarkan
mata pencaharian dan pendapatan per kapita penduduk.
3. Kondisi sosial wilayah, yaitu sarana dan prasarana dan
fasilitas umum.
Data-data yang digunakan untuk identifikasi kondisi
wilayah tersebut merupakan data sekunder yang dapat
diperoleh dari instansi-instansi pemerintah, antara lain
BPS, Bappeko, BPN, Bakorsutanal dan Dinas Kesehatan
yang berupa data tertulis dan gambar/peta. Peta-peta
yang dapat dibutuhkan antara lain:
1. Peta administratif
2. Peta topografi
3. Peta tata guna lahan
4. Peta jalan
5. Peta jaringan perpipaan

3.2 Pengembangan Tingkat Pelayanan


Pengembangan tingkat pelayanan penyaluran air buangan
Kota Surakarta sangat bergantung pada kapasitas pipa utama
air buangan yang masih dapat menerima tambahan debit air
buangan. Pengembangan tingkat pelayanan merupakan tindak
lanjut hasil analisis perhitungan kapasitas utama sehingga
diperoleh angka kebutuhan pengembangan yang akurat
sampai dengan periode perencanaan. Pengembangan tingkat
pelayanan diprioritaskan pada penduduk yang belum
mengelola air buangannya secara individu (on site sanitation)
maupun belum mendapat pelayanan penyaluran air buangan
(off site sanitation).

3.3 Pengembangan Daerah Pelayanan


Pemilihan kriteria pengembangan daerah pelayanan
didasarkan atas:
1. Kondisi demografi penduduk
2. Debit air buangan.
3. Kepadatan penduduk dan prosentase pengelolaan air
buangan
4. Jangkauan suatu daerah terhadap perpipaan air buangan
eksisting

PROYEKSI KONDISI KOTA

PROYEKSI KEBUTUHAN

PROYEKSI DEBIT

AIR BUANGAN
- Debit Rata-Rata
- Debit Maksimum
- Debit Minimum
- Debit Puncak

Gb3.1 Tahapan Perhitungan Debit Air Buangan


3.4 Perencanaan Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan pelengkap yang dibangun dalam
perencanaan penyaluran air buangan meliputi:
1. Manhole dan drop manhole
2. Terminal cleanout
3. Sambungan pipa
4. Belokan pipa
5. Bangunan lintas (siphon)
Perencanaan siphon akan dibuat apabila dalam pengerjaan
pengembangan jaringan perpipaan melintasi sungai, saluran
irigasi, jalan raya rendah dan rel kereta api.
Perencanaan bangunan penggelontoran diperlukan apabila
perhitungan kedalaman minimum aliran dalam pipa kurang dari
kedalaman berenang. Dalam perencanaan bangunan
penggelontoran diperlukan perhitungan debit penggelontoran.
Debit penggelontoran berpengaruh pada pemilihan sumber air
penggelontoran, sehingga kebutuhan penggelontoran dapat
dipenuhi, baik pada saat musim penghujan maupun pada musim
kemarau.
Pengembangan Sistem Penyaluran
Air Buangan Kota Surakarta

Identifikasi Wilayah Identifikasi Sistem Penyaluran


Perencanaan Air Buangan Eksisting

Data penunjang :
- Kondisi fisik Gambaran Umum Data penunjang :
- Luas dan batas Wilayah Perencanaan
wilayah
- Daerah pelayanan
- Topografi - Tingkat pelayanan
wilayah - Jaringan perpipaan
- Geohidrologi Analisis Sistem - Sistem pelayanan
- Hidrologi Penyaluran Air Buangan - Bangunan pelengkap
- Curah Hujan Eksisting
- Tata guna lahan
- Kondisi non fisik Meliputi :
Demografi - Wilayah pelayanan
Fasilitas umum - Tngkat pelayanan
- RURTK - Jaringan perpipaan
- Tingkat pelayanan - Bangunan pelengkap
air minum

Dasar Perencanaan

Desain Pengembangan
Data - data :
- Peta administratif Meliputi :
- Peta topografi - Tingkat pelayanan Gambaran
- Peta tata guna lahan - Daerah peayanan Umum
- Jaringan perpipaan Wilayah
- Peta jalan
- Bangunan pelengkap Perencanaan
- Demografi - Spesifikasi daerah
perencanaan

Operasional dan
Pemeliharaan

Rencana Anggaran
Biaya

Gambar 3.2 Skema Metodologi Perencanaan


3.5 Tinjauan Pustaka
Air yang ada di bumi ini tidak pernah dalam keadaan
murni bersih, tetapi selalu ada senyawa yang terlarut di
dalamnya yang kadarnya melebihi ambang batas bagi
kesehatan manusia. (Sugiharto, 1987)

3.6 Pemakaian Air


Air buangan kota sebagian besar diperoleh dari
pembuangan air bersih, meskipun tidak seluruh penduduk
kota mendapat pelayanan penyaluran air buangan. Menurut
beberapa sumber, prosentase air buangan adalah :
• 60 – 80 % dari jumlah total pemakaian air bersih (dengan
mengabaikan debit infiltrasi) (Metcalf, 1972)
• 50 – 80 % dari total pemakaian air bersih (Masduki,
2000)
• 60 – 70 % dari total pemakaian air bersih (Fair, 1966)

3.7 Fluktuasi Debit Air Buangan


Fluktuasi debit air buangan lebih kecil dibandingkan
dengan fluktuasi debit air bersih. Fluktuasi air buangan
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
• Jam-jam puncak pemakaian air
• Hari-hari puncak pemakaian air
• Faktor infiltrasi
(Masduki, 2000)

3.8 Infiltrasi
Untuk sistem penyaluran air buangan ini harus
dipehitungkan air yang masuk ke jaringan perpipaan yaitu
adanya infiltrasi. Infiltrasi merupakan sejumlah air tanah
yang masuk kedalam pipa air buangan
Infiltrasi yang terjadi tidak dapat dihilangkan 100 %
karena :
- Pekerjaan sambungan tang tidak sempurna
- Jenis material yang digunakan
- Tinggi muka air tanah
- Adanya air yang masuk dari atas seperti tutup
manhole, rembesan dinding manhole dan sebagainya.

3.9 Langkah-Langkah Perhitungan Debit Air Buangan


Langkah-langkah untuk memperkirakan debit air
buangan adalah sebagai berikut :
1. Perkiraan jumlah penduduk untuk tahun perencanaan.
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat
menggunakan metode geometrik, yaitu:
Metode Geometrik
Pn = Po ( 1 + r )dn ………………………………….(2.1)
Keterangan:
Pn : jumlah penduduk pada akhir tahun periode
(jiwa)
dn : kurun waktu
Pn : jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Po : jumlah penduduk awal proyeksi
r : rata-rata prosentase pertambahan penduduk
2. Berdasarkan kebutuhan air per kapita dan proyeksi
kebutuhan air, data pemakaian air pada tahun
perencanaan dapat diketahui.
3. Debit air buangan rata-rata diperoleh dari debit
pemakaian air. Jumlah air buangan yang dikumpulkan
dalam sistem jaringan perpipaan air buangan kota
berbeda dengan jumlah kebutuhan air bersih. (Qasim,
1985)
Debit satuan air buangan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Qave = (60 – 80 %) x Qr………………...……….. (2.2)
Keterangan:
Qave : debit air buangan rata-rata perhari (l/org.hr)
Qr : debit kebutuhan air bersih (l/ogr.hr)
(Metcalf & Eddy, Wastewater Engginering, Collection
and Pumping of Wastewater , McGraw Hill, 1981))
4. Penentuan daerah pengembangan sangat diperlukan guna
mengetahui daerah mana saja yang akan dikembangkan.
Penentuan ini berdasarkan pada daerah yang belum
terlayani oleh sistem air buangan, namun memiliki
kepadatan yang tinggi.
Dalam perencanaan ini dipakai persamaan-persamaan
sebagai berikut :
Fpk : 5/(3.348 x Qave)0,2.....................(2.3)
Qpk : fpk x Qave ................................(2.4)
Qinfiltrasi : Finf x luas wilayah (Ha)............. (2.5)
Qpk tot : Qpk + Q infiltrasi ...........................(2.6)
0.2
1⎛ P ⎞
Qmin : .⎜ ⎟ .Qave ...………..….(2.7)
5 ⎝ 1000 ⎠
Keterangan:
Qpk : debit puncak
fpk : faktor puncak
Qave : debit rata-rata
Fpi : faktor puncak infiltrasi
Qinfiltrasi : debit infiltrasi
Qpk tot : debit puncak total
Qmin : debit minimum
P : jumlah penduduk

3.10 Perhitungan Dimensi Pipa


Perhitungan dimensi saluran air buangan didasarkan
kebutuhan sampai akhir periode desain yang direncanakan.
Batasan-batasan yang dijadikan pedoman untuk penentuan
diameter saluran antara lain :
a. V max dalam maksimum adalah 3 m/dt
b. V min dalam pipa adalah 0,6 m/dt
c. Tinggi renang minimum adalah 7 cm
(saat Qmin terjadi)
d. Tinggi renang pada saat Qmax antara 60% - 80% dari
diameter pipa. Karena itu dalam penentuan diameter
pipa dipakai d/D antara 60% - 80%
e. Untuk medan yang relatif datar, dibutuhkan
penanaman jaringan pipa dengan kemiringan minimal
yang dapat memberikan kecepatan pengaliran dengan
daya pembilasan sendiri.
Berikut tabel slope minimum berdasarkan diameter
pipa :
Tabel 3.1 Slope untuk Saluran Air Buangan dengan Sistem
Aliran Gravitasi

Ukuran Pipa (mm) Slope Pipa (m/m)


150 0,0060
200 0,0040
250 0,0028
310 0,0022
360 0,0017
380 0,0015
410 0,0014
460 0,0012
530 0,0010
610 0,0008
690 0,00067
760 0,00058
910 0,00046
1050 0,00038
1200 0,00032
1370 0,00026
Sumber : Qasim,Syed R. 1985

Untuk mencari diameter pipa dapat digunakan rumus :


Afull = Qfull/Vfull ...................................(2.8)
D = (4 x Afull / 3.14)0,5........................(2.9)
Vmin = (Vmin/Vfull) x Vfull ..................(2.10)
Dmin = (dmin/D) x D ..............................(2.11)
Kererangan :
D : diameter pipa
Dmin/D : dari grafik ” ”Hydraulic
Elements for Circular Sewer”

Vmin/Vfull : dari grafik ” ”Hydraulic


Elements for Circular Sewer”

Nilai D ini disesuaikan dengan diameter yang ada di


pasaran, dan sesuai dengan ruang lingkup perencanaan ini
dan jenis salurannya.
Diameter minimum air buangan disarankan sebesar 200
mm untuk saluran dengan aliran gravitasi. Acuan lainnya
adalah bahwa kecepatan minimumnya juga haruslah
memenuhi untuk melakukan pembersihan sendiri.
Kegunaan lainnya adalah apabila akan diadakan
penambahan daerah pelayanan, maka pipa masih dapat
menampung, sehingga tidak perlu dalakukan penggantian
pipa.

3.11 Jenis-Jenis Pipa Dan Bangunan Pelengkap


3.11.1 Jenis Pipa
Jenis pipa yang digunakan untuk saluran air limbah
bermacam-macam, antara lain tanah liat, beton, asbestos semen,
besi tuang serta jenis plastik. Pada prakteknya, pipa yang
digunakan tidak hanya satu jenis pipa saja, akan tetapi perlu
disesuaikan dengan kebutuhan setempat. (Sugiharto, 1987)
a. Pipa Beton
Pipa beton yang sering digunakan adalah pipa beton
biasa, pipa beton bertekanan dan pipa beton bertulang.
Pipa dengan bahan beton bertulang mempunyai
keunggulan yaitu pemilihan lokasi penempatan pipa yang
relatif mudah, namun rentan terhadap korosi pada bagian
dalam pipa apabila air buangan mengandung hidrogen
sulfida (H2S), atau bagian luar apabila ditempatkan pada
lingkungan yang banyak mengandung asam dari sulfat
pekat. (Peavy, 1985)
b. Ductile Iron Pipe (DI)
Pipa jenis ini banyak digunakan untuk melintasi sungai
(sebagai jembatan pipa), dimana dibutuhkan kekuatan
dan tahan terhadap kebocoran yang tinggi. Pipa jenis ini
rentan terhadap korosi dan tidak sesuai untuk air yang
bersifat payau. (Qasim, 1985)
c. Cost Iron Pipe (CI)
Pipa ini mempunyai sifat yang hampir sama dengan pipa
ductile iron. Keunggulan dari pipa ini adalah tahan
terhadap tekanan yang tinggi, namun tidak tahan terhadap
korosi. (Qasim, 1985)
d. Asbestos Cement (AC)
Pipa jenis ini mempunyai keunggulan yaitu berat relatif
ringan dibandingkan jenis yang lain dan mudah dalam
operasional dan pemeliharaannya. Pipa jenis ini tidak
tahan terhadap korosi. (Qasim, 1985)
e. Vitrified Clay (VC)
Pipa jenis ini tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh
asam maupun alkali dan tidak rentan terhadap hidrogen
sulfida (H2S). Keburukan dari pipa jenis ini adalah mudah
masuknya infiltrasi dan rapuh, sehingga rentan terhadap
kerusakan. (Peavy, 1985)
f. Polyvinyl Chloride (PVC)
Pipa PVC mempunyai banyak keunggulan yaitu berat
yang relatif ringan, kualitas sambungan pipa yang baik
dan ketahanan terhadap korosi yang tinggi. Pipa PVC
kurang baik untuk arah yang berbelok dan rentan
terhadap sinar matahari dan temperatur yang tinggi.
(Peavy, 1985)
3.11.2 Bangunan Pelengkap
a. Lubang pemeriksaan (manhole)
Mamhole merupakan suatu bangunan tempat masuknya
petugas untuk memeriksa, membersihkan dan
memperbaiki saluran (Sugiharto, 1987)
Pembuatan manhole dalam jaringan air buangan
memerlukan syarat-syarat sebagai berikut:
- mudah dalam pengoperasian
- kuat menahan beban, baik beban vertikal maupun
beban horisontal
- kedap air
- tidak menimbulkan perubahan hidrolika air
(Supeno, 1987)
Penempatan manhole dibangun pada titik saluran dimana
terjadi :
- perubahan aliran (belokan > 22,50)
- perubahan kemiringan
- perubahan elevasi pipa
- perubahan diameter pipa
- pertemuan cabang-cabang pipa utama
- pada jarak-jarak tertentu yang disesuaikan dengan
diameter pipa yang dilayani
(Supeno, 1987)
b. Bangunan lintas (shipon)
Shipon dibangun apabila saluran air buangan melintasi
sungai, jalan raya, rel kereta api atau lembah. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membangun shipon:
- kecepatan alirannya > 1 m/dt, agar dapat mengalirkan
kotoran-kotoran yang yang terkandung dalam air
buangan
- lamanya pengaliran < 10 menit, agar air buangan tidak
berubah menjadi septik
- kehilangan tekanan kecil
- pipa shipon harus terisi penuh
- terdiri atas tiga buah pipa yang dapat mengatasi aliran
pada saat kondisi minimum, rata-rata dan maksimum
- diameter minimum 6 – 8 inchi (15 – 20 cm)
- lengkungan pada pipa shipon tidak terlalu tajam : ± 15
%
- pada bagian inlet dan outletnya dibangun manhole
Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan shipon
adalah pipa besi dan pipa beton. Perlengkapan-
perlengkapan yang ada pada shipon adalah:
- pipa shipon
- inlet chamber dan outlet chamber
- manhole
- pipa drain dan bak pengumpul kotoran
(Supeno, 1987)
c. Bangunan penggelontor
Fungsi bangunan penggelontor adalah memberi aliran
tambahan di saat kondisi aliran minimum, yang digunakan
untuk:
- mencegah terjadinya pengendapan kotoran dalam
saluran
- menjaga agar kedalaman berenang (dmin > 10cm)
terpenuhi
- pencegahan terhadap proses pembusukan kotoran yang
mengendap
Persyartan pembuatan bangunan penggelontor adalah:
- alirannya tidak merusak saluran, baik karena
penggerusan maupun tenaga arus balik (water hammer)
- air penggelontor mengandung pasir dan lumpur yang
rendah serta tidak korosif
(Supeno, 1987)
d. Ventilasi
Fungsi ventilasi adalah untuk melangsungkan proses
sirkulasi udara dalam perpipaan air buangan, meliputi:
1. Mencegah timbulnya gas korosif, seperti H2S akibat
dekomposisi mikroba aerobik.
2. Menjaga keseimbangan tekanan udara agar aliran
berlangsung secara gravitasi dan terbuka.
3. Mencegah terjadinya keadaan septik setelah air
buangan mengalir selama 18 jam.
4. Mengeluarkan gas yang dihasilkan oleh air buangan
Lubang ventilasi dapat dipasang pada tutup
manhole, tapi jenis ventilasi ini banyak merugikan bagi
sistem perpipaan akibat masuknya air hujan, pasir dan
lumpur ke dalam perpipaan. Cara ventilasi yang lainnya
adalah dengan memanfaatkan alat vent pada fasilitas
plambing gedung, namun cara ini mengakibatkan bau
dalam saluran air buangan masuk ke dalam pipa plambing.
Untuk mengatasinya, pada sambungan rumah dipasang pipa
leher angsa. (Supeno, 1987)
e. Terminal clean out
Fungsi dari terminal clean out adalah:
1. Tempat memasukkan alat pembersih dan air
penggelontor
2. Tempat memasukkan alat penerangan sewaktu
dilakukan pemeriksaan
3. Membantu melangsungkan sirkulasi udara (sebagai alat
vent)
4. Menunjang kerja manhole dan bangunan penggelontor
(Supeno, 1987)
Peletakan terminal clean out yaitu:
- pada ujung awal saluran
- dekat dengan fire hydrant agar memudahkan
penggelontoran
- pada jarak 150 – 200 ft dari bangunan manhole untuk
menunjang kerja manhole
- jarak clean out sama dengan diameter pipa air buangan
(Peavy, 1985)
f. Belokan
Dalam perencanaan belokan pipa, yang perlu
diperhatikan adalah kehilangan tekanan yang cukup besar.
Persyaratan dalam merencanakan belokan pipa adalah:
1. Pada belokan tidak terjadi perubahan penampang
melintang
2. Dinding belokan selicin mungkin
3. Bentuk saluran harus unform, baik radius maupun sudut
belokanya
4. Pada setiap belokan harus dibangun manhole
5. Dipilih belokan dengan radius lengkung besar
(Supeno, 1987)
g. Junction dan Transition
Junction diperlukan apabila terjadi pertemuan beberapa
cabang pipa. Transition diperlukan apabila terjadi
perubahan diameter pipa dari ukuran kecil ke ukuran besar.
Kehilangan tekanan pada junction maupun pada transition
relatif besar. Kriteria perencanaan:
1. Dinding harus licin
2. Kecepatan-kecepatan aliran yang bersatu pada junction
diusahakan seragam
3. Sudut pertemuan pada junction harus lebih kecil dari
pada 300 – 450
4. Pada setiap junction dan transition dibangun manhole
5. Tidak menimbulkan penurunan kecepatan ataupun
aliran turbulensi
(Supeno, 1987)
BAB IV
ANALISIS KAPASITAS PERPIPAAN EKSISTING DAN
PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM
PENYALURAN AIR BUANGAN

4.1 Analisis Kapasitas Perpipaan


Analisis terhadap kapasitas perpipaan merupakan analisa
kuantitatif dengan memperhitungkan kemiringan pipa (slope),
panjang pipa (L.), diameter (D) dan bahan pipa, sehingga
dapat dihitung daya tampung (Q pipa) terhadap debit air
buangan puncak (Q peak).

Tabel 4.1 Kapasitas dan prosentase pelayanan

Keterangan Sistem Selatan Sistem Utara


1. Diameter (mm) 1300 500
2. Pan.jang pipa (m) 1271,4 937,80
3. Kemiringan 0,0009 0,0029
4. Dibit puncak SR Eksisting (L/dt) 0,06450 0,06450
5. Kapsitas pipa (L/dt) 1803,1 278,6
6. Kapasitas Tampungan (SR) 27954 4319
7. Jumlah SR Terlayani 5198 4200
8. Prosentasi pelayanan (%) 18,595 97,245
Sumber : PDAM Surakarta

Berdasarkan perhitungan kapasitas tampungan pipa


eksisting terhadapsambungan rumah, dapat disimpulkan
bahwa pengembangan difokuskan pada sistem selatan, karena
kapasitas perpipaan eksisting pada sistem utara hampir
mencapai kapasitas penuh.
4.2 Proyeksi Penduduk
Metode proyeksi pertumbuhan penduduk yang digunakan
adalah metode geometrik. Digunakannya metode geometrik, hal
ini menyesuaikan dengan yang digunakan oleh BPS Surakarta.
Sedangkan untuk jumlah penduduk dari tahun 2000 – 2004
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan


Kota Surakarta
Tahun Jumlah Pertambahan Prosentase
Penduduk Penduduk Pertambahan
(jiwa) (jiwa) (%)
2000 536.005 - -
2001 539.387 3.382 0.63
2002 542.832 3.445 0.63
2003 546.469 3.637 0.67
2004 553.580 7.111 1.28
Rata-rata 4.39375 0.032
Sumber : Surakarta dalam angka 2001, BPS Surakarta

Menggunakan data sampai tahun 2004 karena dalam


pengambilan data di BPS Surakarta dilakukan pada tahun 2004.
Sedangkan untuk perhitngan proyeksi jumlah penduduk
adalah sebagai berikut :

Persamaan proyeksi penduduk adalah :


Pn = P0 x (1 + r )dn
Metode ini sesuai yang digunakan oleh BPN Kota Surakarta.
Contoh perhitungan untuk Kelurahan Kerten :
P2015 = P2004 x (1 + r)11
= 11359 x (1 + 0,032)11
= 11359 x 1,4156
= 16080 jiwa
Hasil perhitungan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk
sampai dengan tahun 2015 adalah seperti tabel berikut:
Tabel 4.3 Pertumbuhan penduduk pertahun tiap kecamatan
Kelurahan/tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Kec Laweyan 107200 107234 114193 117858 121642 125546


Kec Pasar
Kiwon 85575 85602 91157 94083 97103 100220
Kec. Serengan 61756 61776 65784 67896 70076 72325
Kec. Banjarsari 162383 162435 172975 178528 184259 190173
Kec. Jebres 141753 141799 151000 155847 160849 166013
Jumlah 558667 558846 595109 614212 633928 654277

Kelurahan/tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kec Laweyan 129576 133736 138029 142459 147032 151752


Kec Pasar
Kiwon 103437 106758 110185 113722 117372 121140
Kec. Serengan 74647 77043 79516 82068 84703 87422
Kec. Banjarsari 196278 202578 209081 215793 222720 229869
Kec. Jebres 171342 176842 182518 188377 194424 200665
Jumlah 675280 696956 719328 742419 766251 790847
Tabel 4.4 Proyeksi jumlah penduduk tahun 2015 (jiwa)

Tahun Tahun
Eksisting Eksisting
NO Kelurahan Perencanaan NO Kelurahan Perencanaan
2004 2004
2015 2015
Kecamatan Laweyan Kecamatan Jebres
1 Pajang
23026 32596 1 Kepatihan Kulon
3096 4383
2 Laweyan
2404 3403 2 Kepatihan Wetan
3222 4561
3 Bumi
6697 9480 3 Sudiroprajan
10956 15509
4 Panularan
9611 13605 4 Gandekan
9580 13561
5 Penumping
5586 7908 5 Sewu
7590 10744
6 Sriwedari
4959 7020 6 Pucang Sawit
12647 17903
7 Purwosari
13430 19011 7 Jagalan
12232 17316
8 Sondakan
12265 17362 8 Purwodiningratan
5571 7886
9 Kerten
11359 16080 9 Tegalrejo
6624 9377
10 Jajar
9245 13087 10 Jebres
30643 43378
11 Karangasem
8618 12200 11 Mojosongo
39592 56046
Jumlah
107200 151752 Jumlah
141753 200665
Kecamatan Serengan Kecamatan Banjarsari
1 Joyotakan
7894 11175 1 Kadipiro
35552 50327
2 Danukusuman
11966 16939 2 Nusukan
29170 41293
3 Serengan
11976 16953 3 Gilingan
21880 30973
4 Tipes
12725 18013 4 Stabelan
4971 7037
5 Kratonan
6352 8992 5 Kestalan
4087 5786
6 Jayengan
5844 8273 6 Keprabon
3955 5599
7 Kemlayan
4999 7077 7 Timuran
4539 6425
Jumlah
61756 87422 8 Ketelan
4384 6206
Kecamatan Pasar Kliwon 9 Punggawan
5346 7568
1 Joyosuran 10 Mangkubumen
11437 16190 10386 14702
2 Semanggi 11 Manahan
31128 44065 12544 17757
3 Pasar Kliwon 12 Sumber
7049 9979 15796 22361
4 Gajahan 13 Banyuanyar
5042 7137 9773 13835
5 Baluwarti Jumlah
7188 10175 162383 229869
6 Kampung Baru
3969 5619 Jumlah total 558667 790847
7 Kedung Lumbu
5339 7558
8 Sangkrah
11080 15685
9 Kauman
3343 4732
Jumlah
85575 121140
Sumber : Hasil Perhitungan
4.3 Debit Air Domestik
4.3.1 Debit Air Bersih Domestik
Perkembangan jumlah penduduk dan usaha target
pemenuhan target prosen pelayanan tahun 2015
mengakibatkan peningkatan kebutuhan air yang harus
dipenuhi.
Contoh perhitungan kebutuhan air bersih untuk Kelurahan
Kerten adalah :
Jumlah penduduk : 16080 jiwa
Jumlah kebutuhan air bersih :
= (jumlah pend x 150 l/hr) / 86400
= 2412000 l/hr : 86400
= 27,92 l/dt
Target pelayanan adalah = 40 %
Maka kebutuhan air bersihnya adalah = 22,363 l/dt x 40 %
= 11,17 l/dt
Untuk kebutuhan air bersih kelurahan yang lain dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Kebutuhan air bersih tiap kelurahan tahun 2015
Kelurahan Persentase Q Air Bersih Kelurahan Persentase Q Air Bersih
Pelayanan Tahun 2015 Pelayanan Tahun 2015
(%) (L/dt) (%) (L/dt)
Kec Laweyan Kec. Banjarsari
1.Pajang 70 39.61 1.Kadipiro 50 43.69
2.Laweyan 50 2.95 2.Nusukan 50 35.84
3.Bumi 70 11.52 3.Gilingan 70 37.64
4.Panularan 70 16.53 4.Stabelan 90 11.00
5.Penumping 50 6.86 5. Kestalan 90 9.04
6.Sriwedari 50 6.09 6. Keprabon 50 4.86
7.Purwosari 80 26.40 7.Timuran 90 10.04
8.Sondakan 70 21.10 8.Ketelan 70 7.54
9.Kerten 40 11.17 9.Punggawan 50 6.57
10.Jajar 50 11.36 10.Mangkubumen 50 12.76
11.Karangasem 50 10.59 11.Manahan 50 15.41
12.Sumber 50 19.41
Kec Pasar Kiwon 13.Banyanyar 50 12.01
1.Joyosuran 70 19.68
2.Semanggi 80 61.20 Kec. Jebres
3.Pasar Kliwon 70 12.13 1.Kepatihan Kulon 70 5.33
4.Gajahan 50 6.20 2.Kepatihan Wetan 50 3.96
5.Baluwarti 70 12.37 3.Sudiroprajan 90 29.08
6.Kampung Baru 80 7.80 4.Gandekan 90 24.02
7.Kedung Lumbu 90 11.81 5.Sewu 70 13.06
8.Sangkrah 90 24.51 6.Pucang Sawit 70 21.76
9.Kauman 50 4.11 7.Jagalan 60 13.03
8.Purwodiningratan 70 9.58
Kec. Serengan 9.Tegalharjo 70 11.40
1.Joyotakan 70 13.58 10.Jebres 70 52.72
2.Danukusuman 90 26.47 11.Mojosongo 50 48.65
3.Serengan 70 20.60
4.Tipes 70 21.89
5.Kratonan 70 10.93
6.Jayengan 70 10.05
7.Kemlayan 80 9.83

Sumber : Hasil Perhitungan


4.3.2 Debit Air Buangan Domestik
Jika kebutuhan air bersih domestik diketahui, maka debit
untuk air buangan domestik dapat pula diketahui. Yaitu
diambil 80 % dari kebutuhan air bersih.
Contoh perhitungan kebutuhan limbah domestik untuk
Kelurahan Kerten :
Kebutuhan air bersih : 11,17l/dt
80 % dari air bersih menjadi air buangan
Debit air buangan = 11,17 l/dt x 0,8
= 8,93 l/dt
Untuk selanjutnya kebutuhan air buangan kota
Surakarta di tiap-tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut :
4.6 Tabel debit air buangan tiap kelurahan tahun 2015
Kelurahan Q Air Buangan Kelurahan Q Air Buangan
Pend Tlayani (l/dt) Pend Tlayani (l/dt)

Kec Laweyan Kec. Banjarsari


1.Pajang 31.6901 1.Kadipiro 34.9495
2.Laweyan 2.3633 2.Nusukan 28.6757
3.Bumi 9.2169 3.Gilingan 30.1129
4.Panularan 13.2274 4.Stabelan 8.7962
5.Penumping 5.4913 5. Kestalan 7.2319
6.Sriwedari 4.8750 6. Keprabon 3.8880
7.Purwosari 21.1238 7.Timuran 8.0317
8.Sondakan 16.8800 8.Ketelan 6.0336
9.Kerten 8.9332 9.Punggawan 5.2554
10.Jajar 9.0883 10.Mangkubumen 10.2100
11.Karangasem 8.4720 11.Manahan 12.3314
12.Sumber 15.5283
Kec Pasar Kliwon 13.Banyanyar 9.6074
1.Joyosuran 15.7405
2.Semanggi 48.9608 Kec. Jebres
3.Pasar Kliwon 9.7014 1.Kepatihan Kulon 4.2609
4.Gajahan 4.9566 2.Kepatihan Wetan 3.1674
5.Baluwarti 9.8927 3.Sudiroprajan 23.2639
6.Kampung Baru 6.2428 4.Gandekan 19.2120
7.Kedung Lumbu 9.4473 5.Sewu 10.4459
8.Sangkrah 19.6060 6.Pucang Sawit 17.4057
9.Kauman 3.2863 7.Jagalan 10.4214
8.Purwodiningratan 7.6672
Kec. Serengan 9.Tegalharjo 9.1164
1.Joyotakan 10.8643 10.Jebres 42.1732
2.Danukusuman 21.1738 11.Mojosongo 38.9210
3.Serengan 16.4823
4.Tipes 17.5131
5.Kratonan 8.7421
6.Jayengan 8.0429
Sumber : Hasil perhitungan
4.4 Proyeksi Non Domestik

Banyaknya kebutuhan air bersih non domestik


disesuaikan dengan banyaknya fasilitas yang ada di kota
tersebut.
Tabel 4.7 Asumsi besarnya jumlah pemakaian air bersih
untuk kebutuhan non domestik:
Jenis Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih
Tampungan (org) (l/org/hr)
Sekolah 300 10
Masjid 100 30
Gereja 100 15
Pura 100 15
Vihara 100 15
Rumah Sakit 800 50
Puskesmas 80 50
Rumah Bersalin 30 50
Perkantoran 50 30
Niaga 30 30
Hotel 600 80
Sumber :Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
(1985)
Dalam memproyeksikan fasilitas umum digunakan
persamaan sebagai berikut :
∑ pend th ke − n = ∑ fasilitas th ke − n
∑ pend th awal ∑ fasilitas th awal
Sehingga didapatkan jumlah fasilitas tahun
perencanaan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Jumlah fasilitas tiap kecamatan
Jml Jml Jml Jml
Jenis Fasilitas Fasilitas Fasilitas Jenis Fasilitas Fasilitas Fasilitas
Tahun Tahun Tahun Tahun
Kec Laweyan 2004 2015 Kec Serengan 2004 2015
Sekolah 104 112 Sekolah 47 51
Masjid 91 98 Masjid 41 44
Gereja 18 19 Gereja 19 20
Pura 1 1 Pura 0 0
Vihara 0 0 Vihara 1 1
Rumah Sakit 3 3 Rumah Sakit 1 1
Puskesmas 5 5 Puskesmas 4 4
Rumah Bersalin 3 3 Rumah Bersalin 1 1
Perkantoran 16 17 Perkantoran 7 8
Niaga 6 6 Niaga 3 3
Hotel 2 2 Hotel 1 1
Jumlah 249 268 Jumlah 125 135

Jml Jml Jml Jml


Jenis Fasilitas Fasilitas Fasilitas Jenis Fasilitas Fasilitas Fasilitas
Kec Pasar Tahun Tahun Tahun Tahun
Kliwon 2004 2015 Kec Jebres 2004 2015
Sekolah 77 83 Sekolah 90 97
Masjid 68 73 Masjid 94 101
Gereja 10 11 Gereja 42 45
Pura 1 1 Pura 1 1
Vihara 0 0 Vihara 4 4
Rumah Sakit 3 3 Rumah Sakit 1 1
Puskesmas 5 5 Puskesmas 7 8
Rumah Bersalin 1 1 Rumah Bersalin 2 2
Perkantoran 15 16 Perkantoran 5 5
Niaga 2 2 Niaga 1 1
Hotel 2 2 Hotel 0 0
Jumlah 184 198 Jumlah 247 265
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Jml Fasilitas
Kec Banjarsari Tahun 2004 Tahun 2015
Sekolah 144 155
Masjid 125 135
Gereja 34 37
Pura 0 0
Vihara 2 2
Rumah Sakit 4 4
Puskesmas 5 5
Rumah Bersalin 3 3
Perkantoran 12 13
Niaga 1 1
Hotel 2 2
Jumlah 332 357
Sumber : Hasil Perhitungan

4.5 Debit air bersih non domestik


Contoh perhitungan debit non domestik untuk jenis
fasilitas sekolahan Kecamatan Laweyan :
Qnd = (Jml fasilitas x kapasitas tampungan (org) x
asumsi air bersih (l/org/hr)) / 86400
= (112 x 300 x 10) / 86400
= 3,89 l/dt
Dari hasil perhitungan didapatkan kebutuhan air bersih
non domestik sebagai berikut:
Tabel 4.9 Kebutuhan air bersih non domestik tiap kecamatan
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih Keb Air Bersih Q Air Buangan Q Air Buangan
Kec Laweyan Tahun 2015 Tampungan (l/org/hr) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Sekolah 112 300 10 3.89 3.11 0.0031085
Masjid 98 100 30 3.40 2.72 0.0027200
Gereja 19 100 15 0.34 0.27 0.0002690
Pura 1 100 15 0.02 0.01 0.0000149
Vihara 0 100 15 0.00 0.00 0.0000000
Rumah Sakit 3 800 50 1.49 1.20 0.0011956
Puskesmas 5 80 50 0.25 0.20 0.0001993
Rumah Bersalin 3 30 50 0.06 0.04 0.0000448
Perkantoran 17 50 30 0.30 0.24 0.0002391
Niaga 6 30 30 0.07 0.05 0.0000538
Hotel 2 600 80 1.20 0.96 0.0009564
Jumlah 11.00 8.80 0.0088015
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih Keb Air Bersih Q Air Buangan Q Air Buangan
Kec Serengan Tahun 2015 Tampungan (l/org/hr) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Sekolah 51 300 10 1.76 1.40 0.001405
Masjid 44 100 30 1.53 1.23 0.001226
Gereja 20 100 15 0.35 0.28 0.000284
Pura 0 100 15 0.00 0.00 0.000000
Vihara 1 100 15 0.02 0.01 0.000015
Rumah Sakit 1 800 50 0.50 0.40 0.000399
Puskesmas 4 80 50 0.20 0.16 0.000159
Rumah Bersalin 1 30 50 0.02 0.01 0.000015
Perkantoran 8 50 30 0.13 0.10 0.000105
Niaga 3 30 30 0.03 0.03 0.000027
Hotel 1 600 80 0.60 0.48 0.000478
Jumlah 5.14 4.11
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih Keb Air Bersih Q Air Buangan Q Air Buangan
Kec Pasar Kliwon Tahun 2015 Tampungan (l/org/hr) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Sekolah 83 300 10 2.88 2.30 0.002301
Masjid 73 100 30 2.54 2.03 0.002032
Gereja 11 100 15 0.19 0.15 0.000149
Pura 1 100 15 0.02 0.01 0.000015
Vihara 0 100 15 0.00 0.00 0.000000
Rumah Sakit 3 800 50 1.49 1.20 0.001196
Puskesmas 5 80 50 0.25 0.20 0.000199
Rumah Bersalin 1 30 50 0.02 0.01 0.000015
Perkantoran 16 50 30 0.28 0.22 0.000224
Niaga 2 30 30 0.02 0.02 0.000018
Hotel 2 600 80 1.20 0.96 0.000956
Jumlah 8.88 7.11
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih Keb Air Bersih Q Air Buangan Q Air Buangan
Kec Jebres Tahun 2015 Tampungan (l/org/hr) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Sekolah 97 300 10 3.37 2.69 0.002694
Masjid 101 100 30 3.51 2.81 0.002806
Gereja 45 100 15 0.78 0.63 0.000625
Pura 1 100 15 0.02 0.01 0.000014
Vihara 4 100 15 0.07 0.06 0.000056
Rumah Sakit 1 800 50 0.46 0.37 0.000370
Puskesmas 8 80 50 0.37 0.30 0.000296
Rumah Bersalin 2 30 50 0.03 0.03 0.000028
Perkantoran 5 50 30 0.09 0.07 0.000069
Niaga 1 30 30 0.01 0.01 0.000008
Hotel 0 600 80 0.00 0.00 0.000000
Jumlah 8.71 6.97
Jenis Fasilitas Jml Fasilitas Kapasitas Asumsi Air Bersih Keb Air Bersih Q Air Buangan Q Air Buangan
Kec Banjarsari Tahun 2015 Tampungan (l/org/hr) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Sekolah 155 300 10 5.38 4.30 0.004304
Masjid 135 100 30 4.67 3.74 0.003736
Gereja 37 100 15 0.64 0.51 0.000508
Pura 0 100 15 0.00 0.00 0.000000
Vihara 2 100 15 0.04 0.03 0.000030
Rumah Sakit 4 800 50 1.99 1.59 0.001594
Puskesmas 5 80 50 0.25 0.20 0.000199
Rumah Bersalin 3 30 50 0.06 0.04 0.000045
Perkantoran 13 50 30 0.22 0.18 0.000179
Niaga 1 30 30 0.01 0.01 0.000009
Hotel 2 600 80 1.20 0.96 0.000957
Jumlah 14.45 11.56
Sumber : Hasil perhitungan
4.6 Pemilihan Daerah Pengembangan
Penentuan daerah pengembangan didasarkan atas kriteria :
1. Kondisi demografi (kepadatan penduduk, proyeksi
jumlah penduduk, kondisi sosial penduduk dan kebutuhan
akan penurunan tingkat penyakit menular yang
disebabkan oleh air)
2. Debit air buangan yang tinggi
3. Daerah berkepadatan penduduk tinggi dan prosentase
pengelolaan air buangan yang masih rendah
4. Jangkauan/jarak suatu daerah terhadap perpipaan air
buangan eksisting

Analisis terhadap pemilihan daerah pengembangan


layanan disajikan dalam bentuk tabel yang menggambarkan
kondisi-kondisi tiap kelurahan sesuai dengan kriteria-kriteria
tersebut diatas.
Tabel 4.10 Kondisi tiap-tiap kelurahan
Kecamatan/ Luas Kepadatan Pelayanan Jangkauan Sistem Keterangan
Kelurahan (Ha) (Jiwa/Ha) Off-site Perpipaan Penyaluran
Sistem Eksisting
Kecamatan Laweyan
Pajang 155.3 159.5 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Laweyan 24.8 104.3 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Bumi 37.3 193.2 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Panularan 54.4 190.1 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Penumping 50.3 119.5 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Sriwedari 51.3 104 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Purwosari 84.3 171.4 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Sondakan 78.5 168.1 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Kerten 92.1 132.7 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Jajar 105.5 94.3 Tidak Ada Ya Selatan Jarak memungkinkan
Karangasem 130 71.3 Tidak Ada Ya Selatan Jarak memungkinkan
Kecamatan Serengan
Joyotakan 45.9 185.1 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Danukusuman 50.8 253.5 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Serengan 64 201.4 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Tipes 64 213.9 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Kratonan 32.4 211 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Jayengan 29.3 214.6 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Kemlayan 33 163 Ada Ya Selatan Sudah dilayani, kepadatan tinggi
Kecamatan Pasar Kliwon
Joyosuran 54 227.9 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Semanggi 166.8 200.8 Ada Ya Selatan Sudah dilayani, kepadatan tinggi
Pasar Kliwon 36 210.7 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Gajahan 33.9 160 Tidak Ada Ya Selatan Dilewati lateral, perlu trunk sewer
Baluwarti 40.7 190 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Kampung Baru 30.6 139.6 Ada Ya Selatan Sudah dilayani, kepadatan tinggi
Kedung Lumbu 55.1 100.4 Ada Ya Selatan Sudah dilayani, kepadatan tinggi
Sangkrah 45.2 263.8 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Kauman 19.2 187.4 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Kecamatan/ Luas Kepadatan Pelayanan Jangkauan Sistem Keterangan
Kelurahan (Ha) (Jiwa/Ha) Off-site Perpipaan Penyaluran
Sistem Eksisting
Kecamatan Mojosongo
Kepatihan Kulon 17.5 190.4 Tidak Ada Tidak Selatan Jarak tidak memungkinkan
Kepatihan Wetan 22.5 154.1 Tidak Ada Tidak Selatan Jarak tidakmemungkinkan
Sudiroprajan 23 227.8 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Gandekan 35 294.5 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Sewu 48.5 168.4 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Pucang Sawit 127 107.2 Tidak Ada Tidak Selatan Jarak tidak memungkinkan
Jagalan 65 222.4 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Purwodiningratan 37.3 160.7 Tidak Ada Tidak Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Tegalharjo 32.5 219.3 Tidak Ada Ya Selatan Jarak tidak memungkinkan
Jebres 317 104 Tidak Ada Ya Selatan Jarak tidak memungkinkan
Mojosongo 532.9 79.9 Ada Ya Utara Termasuk dalam sistem utara
Kecamatan Banjarsari
Kadipuro 508.8 75.2 Ada Ya Utara Termasuk dalam sistem utara
Nusukan 206.3 152.1 Ada Ya Utara Termasuk dalam sistem utara
Gilingan 127.2 185.1 Tidak Ada Ya Utara Termasuk dalam sistem utara
Stabelan 27.2 196.7 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Kestalan 20.8 211.4 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Keprabon 31.8 133.8 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Timuran 31.5 155.1 Ada Ya Selatan Sudah dilayani, kepadatan tinggi
Ketelan 25 188.7 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Punggawan 36 159.8 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Mangkubumen 79.7 140.2 Ada Ya Selatan Sudah dilayani eksisting
Manahan 128 105.5 Tidak Ada Ya Selatan Belum dilayani,kepadatan tinggi
Sumber 133.3 127.5 Tidak Ada Tidak Utara Termasuk dalam sistem utara
Banyuanyar 125 84.1 Tidak Ada Tidak Utara Termasuk dalam sistem utara
Sumber : PDAM Surakarta
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah yang ditulis
dengan tulisan tebal adalah daerah yang nantinya akan
dikembangkan. Dimana daerah-daerah tersebut layak untuk
memperoleh pengembangan pelayanan air buangan. Untuk
Kelurahan Gajahan memang dilewati jaringan
perpipaan. Namun itu adalah pipa lateral eksisting.
Sedangkan yang dibutuhkan Kelurahan Gajahan adalah
pipa trunk sewer. Sedangkan dalam perencanaan ini
hanya merencanakan lateral sewer saja.

4.7 Debit Limbah Tiap Kelurahan Perencanaan


Selanjutnya dari debit air limbah domestik dan non
domestik diatas, dapat dihitung debit limbah rata-rata (QAve).
Dalam hal ini akan dihitung pada daerah yang akan dilayani
saja.

Contoh perhitungan debit limbah rata-rata untuk Kelurahan


Kerten :
- Q limbah domestik : 8,93 l/dt
- Q limbah non domestik : 1,1656 l/dt
- Q Ave : 8,93 l/t + 1,1656 l/dt
: 10,0956 l/dt
: 0,0100956 m3/dt
: 872,53 m3/hr
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.11 Debit air limbah rata-rata tiap kelurahan
Kelurahan Q non dom Q domestik Q Ave Q Ave
(l/dt) (l/dt) (l/dt) (m3/dt)
Kemlayan 0.4161 7.8629 0.0083 715.30
Kedung Lumbu 0.5345 9.4473 0.0100 864.12
Joyotakan 0.6570 10.8643 0.0115 995.44
Semanggi 3.2377 48.9608 0.0522 4509.29
Karangasem 0.8843 8.4720 0.0094 808.38
Jajar 0.9487 9.0883 0.0100 867.19
Kerten 1.1656 8.9332 0.0101 872.53
Purwosari 1.3781 21.1238 0.0225 1944.17
Manahan 0.6311 12.3314 0.0130 1119.96
Kestalan 0.2056 7.2319 0.0074 642.61
Stabelan 0.2501 8.7962 0.0090 781.60
Timuran 0.2284 8.0317 0.0083 713.67
Kampung Baru 0.4129 6.2428 0.0067 574.96
Purwodiningratan 0.5882 7.6672 0.0082 711.51
Jagalan 1.4181 10.4214 0.0133 1146.67
Sewu 0.8013 10.4459 0.0112 969.38
Gadekan 1.0114 19.2120 0.0179 1549.01
Sudiroprajan 0.5140 23.2639 0.0205 1771.50
Sangkrah 1.1524 19.6060 0.0208 1793.30
Sumber : Hasil perhitungan
Setelah diperoleh debit rata-rata air buangan di tiap
kelurahan, maka dicari debit minimum dan debit peak total.
Contoh perhitungan untuk Kelurahan Kerten adalah sebagai
berikut:
- Luas daerah layanan : 92,1 ha
- Q ave : 872,53 m3/hr
- fp = 5 / (3,348 x (Q ave/1000))0,2
= 5 / (3,348 x 0,87253)0,2
= 4,0351
- Q peak = fp x Qave
= 4,0531 x 872,53 m3/hr
= 320,8 m3/hr
= 0,0407 m3/dt
Dengan luas wilayah 92,1 Ha, maka dari grafik ”Peak
Infiltration Allowance” didapatkan harga faktor peak
infiltration (Fpi) adalah : 7 (m3/ha . hr)
- Q infiltrasi (Q inf) = Fpi x luas wilayah (Ha)/86400
= 7 (m3/ha.hr) x 92,1 Ha / 86400
= 0,00746 m3/dt
- Q peak total = Q peak + Q inf
= 0,0407 m3/dt + 0,00746 m3/dt
= 0,0482 m3/dt
0.2
1 ⎛ P ⎞
- Qmin = x⎜ ⎟ x Qave
5 ⎝ 1000 ⎠
0.2
1 ⎛ 6432 ⎞
= x⎜ ⎟ x 0.0101 m3/detik
5 ⎝ 1000 ⎠
= 0.0029 m3/detik
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Tabel perhitungan debit peak total, debit minimum
Luas luas Q peak
Penduduk wilayah Prosen No layanan Q ave Q ave f peak Qp Fpi Q inf tot Q min
Kelurahan Terlayani (ha) pelayanan pipa (ha) (m3/hr) (m3/dt) (m3/dt) (m3/ha.hr) (m3/dt) (m3/dt) (m3/dt)
Kemlayan 3765 33 80 1 26.4 715.2991 0.0083 4.1987 0.0348 8.75 0.0033 0.0381 0.0023
Kedung Lumbu 1383 27.55 45 2 24.79 432.0600 0.0050 4.6441 0.0232 6.56 0.0021 0.0253 0.0013
Kedung Lumbu 1383 27.55 45 3 24.79 432.0600 0.0050 4.6441 0.0232 6.56 0.0021 0.0253 0.0013
Joyotakan 5946 45.9 70 4 32.13 995.4434 0.0115 3.9302 0.0453 8.75 0.0046 0.0499 0.0035
Semanggi 7816 55.6 26.67 5 44.48 1503.0900 0.0174 3.6192 0.0630 8.5 0.0055 0.0684 0.0057
Semanggi 7816 55.6 26.67 6 44.48 1503.0900 0.0174 3.6192 0.0630 8.5 0.0055 0.0684 0.0057
Semanggi 7816 55.6 26.67 7 44.48 1503.0900 0.0174 3.6192 0.0630 8.5 0.0055 0.0684 0.0057
Karangasem 4637 130 40 8 65 808.3811 0.0094 4.0972 0.0383 6.48 0.0098 0.0481 0.0027
Jajar 4974 105.5 50 9 52.75 867.1947 0.0100 4.0401 0.0406 6.9 0.0084 0.0490 0.0029
Kerten 6112 92.1 50 10 36.84 872.5338 0.0101 4.0351 0.0407 7 0.0075 0.0482 0.0029
Purwosari 3372 28.1 30 11 25.29 648.0600 0.0075 4.2824 0.0321 8.75 0.0028 0.0350 0.0021
Purwosari 3372 28.1 30 12 2529 648.0600 0.0075 4.2824 0.0321 8.75 0.0028 0.0350 0.0021
Purwosari 3372 28.1 30 13 25.29 648.0600 0.0075 4.2824 0.0321 8.75 0.0028 0.0350 0.0021
Manahan 6749 128 50 14 25.29 1119.9642 0.0130 3.8386 0.0498 6.8 0.0101 0.0598 0.0040
Kestalan 3079 20.8 90 15 18.72 642.6052 0.0074 4.2897 0.0319 8.75 0.0021 0.0340 0.0021
Stabelan 1872 13.6 45 16 12.24 390.3000 0.0045 4.7395 0.0214 8.75 0.0014 0.0228 0.0011
Stabelan 1872 13.6 45 17 12.24 390.3000 0.0045 4.7395 0.0214 8.75 0.0014 0.0228 0.0011
Timuran 3419 31.5 90 18 28.35 713.6738 0.0083 4.2006 0.0347 8.75 0.0032 0.0379 0.0023
Kampung Baru 2136 30.6 80 19 24.48 574.9608 0.0067 4.3862 0.0292 8.75 0.0031 0.0323 0.0018
Purwodiningratan 4197 37.3 70 20 26.11 711.5145 0.0082 4.2032 0.0346 8.75 0.0038 0.0384 0.0023
Jagalan 13008 65 50 21 39 1008.1427 0.0117 3.9202 0.0457 7.95 0.0060 0.0517 0.0036
Sewu 5717 48.5 70 22 33.95 969.3763 0.0112 3.9511 0.0443 8.75 0.0049 0.0492 0.0034
Gadekan 3092 11.67 30 23 10.5 581.4300 0.0067 4.3764 0.0295 8.75 0.0012 0.0306 0.0018
Gadekan 3092 11.67 30 24 10.5 581.4300 0.0067 4.3764 0.0295 8.75 0.0012 0.0306 0.0018
Gadekan 3092 11.67 30 25 10.5 581.4300 0.0067 4.3764 0.0295 8.75 0.0012 0.0306 0.0018
Sudiroprajan 1222 7.67 30 26 6.9 702.1700 0.0081 4.2143 0.0342 8.75 0.0008 0.0350 0.0022
Sudiroprajan 1222 7.67 30 27 6.9 702.1700 0.0081 4.2143 0.0342 8.75 0.0008 0.0350 0.0022
Sudiroprajan 1222 7.67 30 28 6.9 702.1700 0.0081 4.2143 0.0342 8.75 0.0008 0.0350 0.0022
Sangkrah 10730 45.2 90 29 40.68 1793.2987 0.0208 3.4937 0.0725 8.75 0.0046 0.0771 0.0070
Sumber : Hasil perhitungan
4.8 Perhitungan Dimensi Saluran

Dalam penentuan dimensi pipa untuk saluran air limbah,


maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. d/D = 0.8 , dengan artian bahwa 20 % dari diameter pipa
tersebut terisi udara, yang bertujuan agar pada saluran
tersebut dapat terjadinya suasana yang aerobik
b. n = 0.013 , kekasaran pada pipa PVC
Contoh perhitungan untuk pipa no 10 :
• Harga d/D ditetapkan 0,8, kemudian dari plot harga d/D
pada ”Hydraulic Elements for Circular Sewer”,
diperoleh nilai :
Q/Qf = 0,975
V/Vf = 1,18
Untuk kurva titik belok pengeplotan pada grafik dipakai
garis kurva untuk harga ”n” yang konstan.
• Kemudian setelah nilai Q/Qf dan V/Vf ditentukan, dapat
dicari Q full pipa dan V full pipa, yaitu sebagai berikut :
Qfull = Qpeak tot / (Q/Qf)
= 0,048 / 0,975
= 0,049 m3/dt
Ditetapkan V asumsi (nilai asumsi diusahakan tidak
terlalu berbeda jauh dengan kecepatan jika pipa penuh,
dan masih dalam batas kecepatan minimum dan
maksimum, 0.6 ≤ V ≤ 3 m/dt)
V asumsi = 1,98
Vfull = V asumsi / (V/Vf)
= 1,98 / 1,18
= 1,678
Setelah nilai V full didapat, kemudian dapat ditentukan
nilai dari A full untuk menentukan diameter pipa dari Q
full.
Perhitungannya sebagai berikut :
A full = Q full / V full
= 0,049 /1,78
= 0,028 m2

D = (4 x Afull / 3.14)0,5
= (4 x 0,028 / 3.14)0,5
= 0,19 m
Maka diameter terpakai adalah = 200 mm
• Dicari niali Qmin / Qfull untuk menentukan nilai dmin/D
dan Vmin/Vfull. Contoh perhitungannya adalah :
Qmin/Qfull = 0,0029 / 0,049
= 0,0593 m3/dt
• Kemudian harga Qmin / Qfull ini diplot pada grafik
”Hydraulic Elements for Circular Sewer” dan didapatkan
:
d min / D = 0,39
V min / V full = 0,62
Sehingga V min dapat dicari, yaitu sebagai berikut :
V min = (Vmin / Vfull) x Vfull
= 0,62 x 1,193
= 0,740 m/dt > 0,6 m/dt (batas Vmin)
Dapat juga dicari nilai d min, yaitu sebagi berikut :
d min = (dmin / D) x D
= 0,39 x 20 cm
= 7,8 cm > 7 cm (batas d min)
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.:
Tabel 4.13 Perhitungan dimensi pipa air buangan

No Node d/D L pipa h Qp/Qf Qp Qf n V/Vf V asumsi


Pipa Dari Ke (m) (m) (m3/dt) (m3/dt)
1 81 17 0,8 211.54 1.31 0.975 0.038 0.039 0.013 1.18 1.98
2 84 83 0,8 702.58 3.57 0.975 0.025 0.026 0.013 1.18 1.98
3 84 85 0,8 608.73 3.66 0.975 0.025 0.026 0.013 1.18 1.98
4 86 87 0,8 1682.73 4.55 0.975 0.050 0.051 0.013 1.18 1.98
5 88 90 0,8 877.18 3.65 0.975 0.068 0.070 0.013 1.18 1.98
6 89 90 0,8 745.87 2.95 0.975 0.068 0.070 0.013 1.18 1.98
7 90 91 0,8 638.22 2.38 0.975 0.068 0.070 0.013 1.18 1.98
8 92 93 0,8 1647.47 1.77 0.975 0.048 0.049 0.013 1.18 1.98
9 94 95 0,8 895.66 3.34 0.975 0.049 0.050 0.013 1.18 1.98
10 96 97 0,8 1180.22 3.65 0.975 0.048 0.049 0.013 1.18 1.98
11 98 100 0,8 399.02 1.59 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
12 99 100 0,8 475.54 2.09 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
13 100 53 0,8 396.86 1.58 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
14 101 102 0,8 874.91 3.64 0.975 0.060 0.061 0.013 1.18 1.98
15 103 104 0,8 684.1 3.35 0.975 0.034 0.035 0.013 1.18 1.98
16 105 104 0,8 751.17 3.88 0.975 0.023 0.023 0.013 1.18 1.98
17 104 106 0,8 417.08 2.01 0.975 0.023 0.023 0.013 1.18 1.98
18 108 109 0,8 1427.02 4.14 0.975 0.038 0.039 0.013 1.18 1.98
19 110 111 0,8 602.67 2.52 0.975 0.032 0.033 0.013 1.18 1.98
20 117 116 0,8 782.9 4.35 0.975 0.038 0.039 0.013 1.18 1.98
21 117 119 0,8 840.99 4.47 0.975 0.052 0.053 0.013 1.18 1.98
22 120 119 0,8 562.59 2.66 0.975 0.049 0.051 0.013 1.18 1.98
23 123 122 0,8 227.73 0.48 0.975 0.031 0.031 0.013 1.18 1.98
24 121 122 0,8 314.11 0.88 0.975 0.031 0.031 0.013 1.18 1.98
25 122 118 0,8 180.08 0.07 0.975 0.031 0.031 0.013 1.18 1.98
26 113 114 0,8 256.54 0.80 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
27 119 114 0,8 845.45 4.49 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
28 114 78 0,8 390.83 2.76 0.975 0.035 0.036 0.013 1.18 1.98
29 125 124 0,8 1062.95 4.10 0.975 0.077 0.079 0.013 1.18 1.98
No V full A full D hitungan D terpakai S pipa Qmin/Qfull dmin/D Vmin/Vfull Vmin dmin
Pipa (m/dt) (m2) (m) (m) (m3/dt) (m/dt) (cm)
1 1.678 0.023 0.17 0.2 0.0040 0.060 0.39 0.63 0.751 7.80
2 1.678 0.015 0.14 0.2 0.0040 0.049 0.39 0.58 0.692 7.80
3 1.678 0.015 0.14 0.2 0.0040 0.049 0.39 0.58 0.692 7.80
4 1.678 0.031 0.20 0.2 0.0012 0.068 0.39 0.64 0.763 7.80
5 1.678 0.042 0.23 0.25 0.0028 0.081 0.39 0.66 0.787 9.75
6 1.678 0.042 0.23 0.25 0.0028 0.081 0.39 0.66 0.787 9.75
7 1.678 0.042 0.23 0.25 0.0028 0.081 0.39 0.66 0.787 9.75
8 1.678 0.029 0.19 0.2 0.0010 0.054 0.39 0.58 0.692 7.80
9 1.678 0.030 0.20 0.2 0.0028 0.058 0.39 0.62 0.740 7.80
10 1.678 0.029 0.19 0.2 0.0018 0,061 0.39 0.62 0.740 7.80
11 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.058 0.39 0.62 0.740 7.80
12 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.058 0.39 0.62 0.740 7.80
13 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.058 0.39 0.62 0.740 7.80
14 1.678 0.037 0.22 0.25 0.0028 0.065 0.39 0.64 0.763 9.75
15 1.678 0.021 0.16 0.2 0.0040 0.059 0.39 0.62 0.740 7.80
16 1.678 0.014 0.13 0.2 0.0040 0.049 0.39 0.58 0.692 7.80
17 1.678 0.014 0.13 0.2 0.0040 0.049 0.39 0.58 0.692 7.80
18 1.678 0.023 0.17 0.2 0.0018 0.060 0.39 0.63 0.751 7.80
19 1.678 0.020 0.16 0.2 0.0040 0.054 0.39 0.58 0.692 7.80
20 1.678 0.023 0.17 0.2 0.0040 0.059 0.39 0.62 0.740 7.80
21 1.678 0.032 0.20 0.2 0.0040 0.068 0.39 0.62 0.740 7.80
22 1.678 0.030 0.20 0.2 0.0040 0.067 0.39 0.64 0.763 7.80
23 1.678 0.019 0.15 0.2 0.0040 0.057 0.39 0.61 0.728 7.80
24 1.678 0.019 0.15 0.2 0.0040 0.057 0.39 0.61 0.728 7.80
25 1.678 0.019 0.15 0.2 0.0040 0.057 0.39 0.61 0.728 7.80
26 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.062 0.39 0.63 0.751 7.80
27 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.062 0.39 0.63 0.751 7.80
28 1.678 0.021 0.17 0.2 0.0040 0.062 0.39 0.63 0.751 7.80
29 1.678 0.047 0.25 0.25 0.0028 0.089 0.39 0.67 0.799 9.75
Sumber:HasilPerhitungan
4.8 Penanaman Pipa Saluran Air Buangan
Penanaman pipa diusahakan sedapat mungkin pada slope
medan dan penanamannya diusahakan seemikian rupa,
sehingga pemompaan tidak diperlukan. Pemompaan diperlukan
apabila penanaman pipa mencapai 7 m (batas air tanah) atau
elevasi dasar saluran bernilai negatif. Untuk beberapa saluran
yang bertemu dalam satu manhole dan mempunyai beda
ketinggian kurang lebih 1 meter dapat digunakan drop manhole.
Penempatan saluran air buangan perlu juga
dipertimbangkan dengan keadaan di lapangan. Keamanan
sistem jaringan itu sendiri dan pengaruhnya terhadap jaringan
pipa distribusi air minum yang ada.

Contoh perhitungan penanaman saluran air buangan untuk


saluran no 10 :
¾ Elevasi tanah awal : + 108,0
¾ Elevasi tanah akhir : + 105,4
¾ Beda elevasi (H) : 3,4 m
¾ Panjang pipa (L) : 1180,22 m
¾ Ssaluran : 0,00214
¾ Spipa : 0,0018
¾ Head loss yang terjadi Hf = L x S
= 1180,22 x 0,0018
= 2,1243
¾ Diameter pipa : 200 mm ≈ 0,2 m
¾ Kedalaman saluran :1m

A.Keadaan awal
Elevasi tanah awal = 108,00 m
Elevasi bawah pipa = 108,00 - 0.200 = 107,8 m
Elevasi atas pipa = 108,00 - 1= 107,00 m
B. Keadaan akhir
Elevasi tanah akhir = 105,4 m
Elevasi bawah pipa = 105,4 - 0.200 = 105,2 m
Elevasi atas pipa = 105,4 – 2,1243 = 103,32
Kedalaman penanaman pipa
¾ Kedalaman awal = (elevasi tanah awal – elevasi atas
pipa awal)
= 108,00 – 107,00
= 1m
¾ Kedalaman akhir = (elevasi tanah akhir - elevasi atas
pipa akhir)
=105,4 – 103,32
= 2,1243 m
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 4.14 Penanaman pipa saluran air buangan

No Node Panjang Slope Head Elevasi Tanah


Pipa dari ke Pipa Pipa loss awal akhir
1 81 17 211.54 0.0040 0.846 99.7 98.3
2 84 83 702.58 0.0040 2.810 97.1 95.3
3 84 85 608.73 0.0040 2.435 97.1 94.8
4 86 87 1682.73 0.0012 2.019 97.5 94.2
5 88 90 877.18 0.0028 2.456 96.7 94.5
6 89 90 745.87 0.0028 2.088 96.4 94.5
7 90 91 638.22 0.0028 1.787 94.5 92.9
8 92 93 1647.47 0.0010 1.647 108.1 107.0
9 94 95 895.66 0.0028 2.508 108.1 106.3
10 96 97 1180.22 0.0018 2.124 108.0 105.4
11 98 100 399.02 0.0040 1.596 100.6 99.6
12 99 100 475.54 0.0040 1.902 100.8 99.6
13 100 53 396.86 0.0040 1.587 99.6 98.6
14 101 102 874.91 0.0028 2.450 104.6 102.4
15 103 104 684.1 0.0040 2.736 100.5 98.9
16 105 104 751.17 0.0040 3.005 100.7 98.9
17 104 106 417.08 0.0040 1.668 98.9 97.5
18 108 109 1427.02 0.0018 2.569 99.2 96.7
19 110 111 602.67 0.0040 2.411 97.9 96.8
20 117 116 782.9 0.0040 3.132 102.1 99.9
21 117 119 840.99 0.0040 3.364 102.1 100.0
22 120 119 562.59 0.0040 2.250 101.4 100.0
23 123 122 227.73 0.0040 0.911 100.9 100.3
24 121 122 314.11 0.0040 1.256 100.9 100.3
25 122 118 180.08 0.0040 0.720 100.3 100.0
26 113 114 256.54 0.0040 1.026 98.7 97.9
27 119 114 845.45 0.0040 3.382 100.0 97.9
28 114 78 390.83 0.0040 1.563 97.9 95.7
29 125 124 1062.95 0.0028 2.976 97.8 95.7
kedalaman
No Kedalaman Diameter Elevasi Atas pipa Elevasi bawah pipa Penanaman
Pipa Saluran (m) Pipa (m) awal akhir awal akhir Awal akhir
1 1.0 0.2 98.7 97.44 98.5 97.24 1.0 1.5
2 1.0 0.2 96.1 92.51 95.9 92.31 1.0 2.8
3 1.0 0.2 96.1 92.41 95.9 92.21 1.0 2.4
4 1.0 0.2 96.5 92.23 96.3 92.03 1.0 2.0
5 1.0 0.25 95.7 92.04 95.4 91.79 1.0 2.5
6 1.0 0.25 95.4 92.40 95.1 92.15 1.0 2.1
7 1.0 0.25 93.5 91.11 93.2 90.86 1.0 1.8
8 1.0 0.2 107.1 105.35 106.9 105.15 1.0 1.6
9 1.0 0.2 107.1 103.78 106.9 103.58 1.0 2.5
10 1.0 0.2 107.0 103.32 106.8 103.12 1.0 2.1
11 1.0 0.2 99.6 97.97 99.4 97.77 1.0 1.6
12 1.0 0.2 99.8 97.66 99.6 97.46 1.0 1.9
13 1.0 0.2 98.6 96.98 98.4 96.78 1.0 1.6
14 1.0 0.25 103.6 99.91 103.3 99.66 1.0 2.4
15 1.0 0.2 99.5 96.13 99.3 95.93 1.0 2.7
16 1.0 0.2 99.7 95.86 99.5 95.66 1.0 3.0
17 1.0 0.2 97.9 95.85 97.7 95.65 1.0 1.7
kedalaman
No Kedalaman Diameter Elevasi Atas pipa Elevasi bawah pipa Penanaman
Pipa Saluran (m) Pipa (m) awal akhir awal akhir Awal akhir
18 1.0 0.25 98.2 94.11 98.0 93.91 1.0 2.6
19 1.0 0.2 96.9 94.36 96.7 94.16 1.0 2.4
20 1.0 0.2 101.1 96.75 100.9 96.55 1.0 3.1
21 1.0 0.2 101.1 96.64 100.9 96.44 1.0 3.4
22 1.0 0.2 100.4 97.75 100.2 97.55 1.0 2.3
23 1.0 0.2 99.9 99.40 99.7 99.20 1.0 1.7
24 1.0 0.2 99.9 99.06 99.7 98.86 1.0 1.3
25 1.0 0.2 99.3 99.24 99.1 99.04 1.0 1.4
26 1.0 0.2 97.7 96.87 97.5 96.67 1.0 1.3
27 1.0 0.2 99.0 94.51 98.8 94.31 1.0 3.4
28 1.0 0.2 96.9 94.13 96.7 93.93 1.0 1.6
29 1.0 0.2 96.8 92.68 96.5 92.43 1.0 3.0
Sumber : Hasil Perhitungan
4.9 Bangunan Pelengkap
a. Manhole
1. Penempatan Manhole
Sesuai dengan kriteria, manhole dipasang pada
perubahan aliran, kemiringan, perubahan elevasi,
perubahan diameter, dan pertemuan cabang-cabang
pipa.
Perpipaan yang direncanakan dalam desain
pengembangan mempunyai diameter 200 – 250 mm,
sehingga penempatan manhole pada setiap jarak 50
meter agar memudahkan pemeliharaan jaringan.
2. Bentuk dan dimensi
Manhole yang direncanakan berbentuk bulat, karena
kedalaman manhole lebih dari 1 meter.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan dinding
manhole adalah konstruksi beton dan pasangan batu
kali.
3. Penutup manhole
Penutup manhole terbuat dari baja. Diameter
penutup disesuaikan dengan diameter manhole.
Bagian atas penutup dibuat berpola agar tidak licin
dan dilengkapi dengan lubang ventilasi untuk
sirkulasi udara yang sekaligus berfungsi sebagai
pembuka lubang.
4. Tangga manhole dibuat dari aluminium agar
terhindar dari korosi yang disebabkan oleh gas-gas
korosif yang terkandung dalam air buangan.
Berdasarkan perincian diatas, maka jumlah seluruh
manhole yang direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Jumlah manhole lurus, belokan, cabang dan drop
manhole
Manhole Manhole Drop Manhole
No L pipa Lurus Belokan Manhole Cabang
Pipa (m) (buah) (buah) (buah) (buah)
1 211.54 4 2 - 2
2 702.58 14 3 1 -
3 608.73 12 1 1 -
4 1682.73 34 6 1 -
5 877.18 18 3 1 -
6 745.87 15 2 - -
7 638.22 13 - 1 -
8 1647.47 33 2 1 -
9 895.66 18 - 1 -
10 1180.22 24 3 1 -
11 399.02 8 1 - -
12 475.54 10 2 - -
13 396.86 8 2 2 -
14 874.91 17 - 1 -
15 684.1 14 4 - -
16 751.17 15 3 - -
17 417.08 8 - 1 1
18 1427.02 29 2 2 -
19 602.67 12 2 1 -
20 782.9 16 3 1 -
21 840.99 17 1 1 -
22 562.59 11 4 - -
23 227.73 5 - - 1
24 314.11 6 1 - 1
25 180.08 4 1 - 1
26 256.54 5 - 1 -
27 845.45 17 - 2 -
28 390.83 8 - 1 -
29 1062.95 21 5 1 -
Jumlah 414 55 22 6
Sumber : Hasil perhitungan
b. Bangunan lintas sungai (shipon)
Pada jaringan perpipaan yang direncanakan, beberapa
ruas perpipaan melewati sungai, seperti pipa no 28 yang
melewati Kali Pepe. Letak Kali Pepe kurang lebih 2 m
dibawah permukaan tanah.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dibangun sebuah
talangan pipa yang menyeberangi sungai dan letaknya
dibawah jembatan.
Dalam perencanaan ini terdapat tiga buah pipa yang
melewati sungai, yaitu pipa no 17, 21 dan pipa no 29.
Diameter pipa lintas sungai adalah 400 m (16 inchi).
BAB V
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN

Pembangunan jaringan perpiapaan air buangan adalah


dibawah jalan, maka dapat timbul masalah seperti:
1. Menurunnya kapasitas, menimbulkan bau yang mengganggu
dan gas yang berbahaya yang disebabkan oleh akumulasi
(penyumbatan) tanah, pasir, sampah, pembuangan lemak, dan
sebagainya.
2. Pertambahan volume air buangan yang disebabkan oleh adanya
infiltrasi/inflow.
3. Polusi air tanah yang disebabkan oleh exfiltrasi.
4. Terjadinya kerusakan pada badan jalan yang mengakibatkan
rusaknya jaringan perpipaan air buangan.
Oleh karena itu, diperlukan sistem operasional dan
pemeliharaan yang baik, agar mencapai tujuan, yaitu pemanfaatan
modal investasi yang baik dan efisiensi kinerja yang optimum.
Lingkup pekerjaan operasional dan pemeliharaan meliputi:
- Ketentuan-ketentuan operasional dan pemeliharaan
- Prosedur operasional dan pemeliharaan

5.1 Operasional Dan Pemeliharaan Saluran Air Buangan


Salah satu kegiatan yang penting dalam operasional dan
pemeliharaan saluran air buangan adalah inspeksi, yang dapat
dilakukan secara bergiliran. Inspeksi secara bergiliran
bermanfaat untuk menjaga agar saluran tetap dapat
mengalirkan air buangan dengan baik. Selain itu, inspeksi
bergiliran terhadap saluran dapat mencegah kerusakan fisik
saluran, overflow dari manhole sebagai lubang inspeksi, bau
yang mengganggu saluran, polusi air tanah, dan sebagainya.
Inspeksi bergiliran sebaiknya dilaksanakan secara periodik
agar permasalahan yang terjadi pada saluran dapat segera
diketahui dan dapat diambil langkah untuk perbaikan. Jika
telah diketahui kerusakan dan permasalahan pada saluran,
maka segera dilakukan penyelidikan terhadap komponen
saluran, pengecekan saluran, pengetesan kuantitas perbaikan,
kondisi lingkungan dan pengetesan saluran. Oleh karena itu,
diperlukan penyelidikan pendahuluan, penyelidikan aktual
dan penyelidikan detail agar penyelidikan dan perbaikan
terhadap saluran dapat berjalan secara efektf.
Salah satu komponen penting dalam operasional dan
pemeliharaan adalah adanya buku operasional dan
pemeliharaan. Buku operasional dan pemeliharaan berfungsi
untuk:
- Mengkoordinasikan saluran (perpipaan) dengan pekerjaan
konstruksi bawah tanah yang lain.
- Menanggapi komplain tentang saluran air buangan
- Mengatasi kerusakan pada saluran
Data mengenai pembersihan, penyelidikan,
perbaikan/renovasi, kerusakan dan klaim yang ada
hubungannya dengan saluran air buangan harus dicatat dalam
buku tersebut.
Penyelidikan diklasifikasikan menjadi:
1. Penyelidikan Pendahuluan
Penyelidikan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
kondisi aktual dan untuk menentukan daerah penyelidikan,
yang meliputi:
- pengumpulan data dan catatan penting
- analisa data dan catatan
- survei lapangan, jika diperlukan
2. Penyelidikan Aktual
Penyelidikan aktual dilakukan untuk dapat
memprioritaskan pelaksanaan penyelidikan detail terhadap
bagian-bagian yang rusak.
3. Penyelidikan Detail
Penyelidikan detail dilakukan untuk menentukan
metode perbaikan/renovasi.
Dalam tata cara penyelidikan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan penyelidikan harus dilakukan dengan prinsip
mendahulukan keselamatan.
2. Inspeksi (penyelidikan) saluran hendaknya dilaksanakan
secara reguler, terutama kondisi perpipaan yang sudah
sangat tua dan juga bangunan manhole shypon.
3. Selama musim hujan, volume air buangan seringkali
bertambah secara drastis karena adanya hujan. Maka
penyelidikan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.
Sedangkan pekerjaan pembersihan saluran seharusnya
dilakukan sebelum musim hujan, untuk menjaga saluran
tetap mempunyai kapasitas yang mencukupi.
4. Penyelidikan dilakukan pada saat lalu lintas sedang tidak
padat. Pada waktu penyelidikan dilakukan, tanda-tanda
dan brikade harus dipasang sebagai tindakan
pengamanan.
5. Pengukuran kepadatan gas oksigen dan gas berbahaya
sebelum petugas memasuki manhole adalah tindakan
yang sangat penting bagi keselamatan petugas. Apabila
ada masalah yang terdeteksi, maka hendaknya tutup
manhole segera dibuka untuk mendapatkan udara segar.
Alternatif lainnya dengan menggunakan kipas angin.
6. Pengecekan terhadap kondisi tangga dan anak tangga
pada manhole sangat diperlukan, untuk menghindari
jatuhnya petugas karena kondisinya yang rapuh akibat
korosi.

5.2 Masalah Operasional


Permasalahan operasional yang sering terjadi antara lain:
a. Permasalahan Hidrolis
Air penggelontor tidak selalu dapat menghanyutkan
tinja, melainkan sebagian tertinggal di dasar saluran, yang
mengakibatkan kekasaran pipa menjadi besar dan ruang
didalam pipa menjadi lebih sempit. Disamping itu, emisi
gas H2S akibat pembusukan tinja tidak dapat dihindari.
Sebagai alternatif penanganan yaitu:
1. Pemeliharaan yang baik, yang dimulai dari
tingkat sambungan rumah, yaitu dengan sistem
penyentoran (flushing) pada masing-masing WC,
ditetapkan ≥ 15 L.
2. Menjaga agar kotoran kasar tidak masuk kedalam
pipa air buangan, dengan membuat saringan pada
setiap inlet pemasukan.
3. Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pada
terminal clean out.
4. Elevasi bak kontrol dibuat lebih tinggi dari
elevasi lahan disekitarnya, agar tidak terbenam
limpasan air hujan yang akan masuk dan
membawa kotoran kedalam saluran air.
5. Sistem drainase yang dilalui jalur perpipaan air
buangan diperbaiki, agar inflow yang tinggi pada
saat musim hujan yang masuk melalui celah-
celah lubang tutup manhole dan membawa
kotoran yang dapat menyumbat saluran dapat
diminimalisasi.
b. Permasalahan Endapan dan Sampah
Permasalahan endapan dan sampah terjadi pada lajur
pepipaan yang melewati sistem drainase yang kurang baik,
sehingga limpasan air hujan seringkali membawa hanyutan
suspensi padatan diskrit dan sampah. Hal ini berpotensi
untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran dan emisi gas
H2S, CO2 dan metan, yang dapat membahayakan operator.
Untuk itu, perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu
sebelum masuk ke dalam lubang manhole. Beberapa
alternatif penanganannya, yaitu:
1. Drainase jalan diperbaiki
2. Kebersihan jalan dijaga
3.Tutup manhole dikunci, sehingga tidak dapat
digunakan untuk membuang sampah.
4. Inspeksi rutin untuk tiap tutup manhole
c. Permasalahan Akar Pohon
Pepohonan yang terdapat disekitar lajur perpipaan air
buangan berpotensi menimbulkan beberapa masalah,
yaitu:
1. Masuk kedalam celah-celah sambungan, oleh
akar serabut, sehingga dapat mengakibatkan
kebocoran pipa dan penyumbatan.
2. Mengubah kedudukan peletakan pipa, yang
berakibat pipa menjadi patah atau sambungannya
terlepas.
Alternatif penanganan adalah:
1. Mencegah penanaman pohon disekitar lajur
perpipaan, terutama jenis pohon yang mempunyai
akar panjang dan berserabut.
2. Pemeliharaan yang rutin, sehingga hal tersebut
diatas dapat dihindari.

5.3 Jenis-jenis Pemeliharaan


a. Pemeliharaan Pencegahan (preventive Maintenance)
Pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin yang
terjadwal mengenai pengawasan dan pembersihan
saluran, dimulai dari pengawasanmula (pre-inspection),
sehingga diperoleh metode dan jenis pemeliharaan
berikutnya, sehingga dapat diketahui peralatan yang
diperlukan.
b. Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance)
Pemeliharaan perbaikan meliputi normalisasi pipa air
buangan dan reparasi alat-alat mekanik.
c. Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping
Maintenance)
Pemeliharaan urusan rumah tangga dapat dilakukan
dengan menjaga kebersihan dan keindahan semua unit
fasilitas yang ada.
d. Pendataan dan Pelaporan (Records and Report)
Pendataan dan pelaporan perlu dilaksanakan dengan
jadwal yang periodik dan disusun secara rapi dan
informatif. Pendataan dan pelaporan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Data intern, yaitu data sistem organisasi, desain
dan pelaksanaan pembangunan, investasi,
pelaksanaan dan pembiayaan operasi dan
pemeliharaan.
2. Data ekstem, yaitu dampak operasional
perpipaan air buangan terhadap lingkungan
sekitar.

5.4 Operasional Dan Pemeliharaan Penggelontoran


Penggelontoran pada sistem jaringan perpipaan air
buangan dikota Surakarta berasal dari 3 sumber (Bendung
Kleco, Kolam Balekambang dan Kolam Tirtomoyo) dengan
debit sebesar 84,6 L setiap harinya. Angka tersebut dapat
dikatakan kecil, mengingat cakupan area jaringan perpipaan
yang luas. Oleh karena itu, penggelontoran penuh dapat
dilakukan setiap 1-2 kali dalam satu bulan untuk
pemeliharaan rutin atau apabila pipa lateral mengalami
penyumbatan. Penggelontoran penuh dilakukan pada malam
hari antara jam 23.00 sampai dengan 02.00, karena pada saat
itu terjadi debit minimum pada pipa air buangan.
Penggelontoran penuh dapat dilakukan selama 1-2 jam.
Selain itu, apabila sesudah penggelontoran masih terdapat
sumbatan pada beberapa ruas jaringan, maka pembersihan
dapat dilakukan dengan High Pressure Cleaner (ROM
Combi) pada diameter pipa < 800 mm. Sedangkan pada pipa
dengan diameter ≥ 800 mm, pembersihan dapat dilakukan
secara manual.

5.4.1 Pemeliharaan Pada Musim Kering


Pada musim kering, debit air buangan dalam saluran
mengalami penurunan dari debit rata-rata. Penurunan debit air
buangan pada musim kering disebabkan karena debit infiltrasi
dan inflow sangat kecil.
Debit yang minimum dapat mengakibatkan kedalaman
minimum berenang tinja dalam pipa tidak terpenuhi. Oleh
karena itu, diperlukan penggelontoran agar kedalaman aliran
dalam pipa air buangan dapat mencapai ketinggian
minimumnya.

5.4.2 Pemeliharaan Pada Musim Hujan


Pada musim hujan, dapat diperkirakan debit air
buangan meningkat sangat drastis. Pada kondisi musim hujan
debit air buangan dapat mencapai 100-200%. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya bocoran-bocoran drainase air
hujan kedalam pipa, terutama pipa eksisting.
Debit yang masuk dalam IPAL tidak boleh melebihi
kapasitas IPAL itu sendiri. Untuk mengurangi kelebihan debit
yang masuk ke IPAL Semanggi, adalah dengan membuang
kelebihan air di wash-out. Oleh karena itu, pada musim hujan
tidak diperlukan pekerjaan penggelontoran.

5.4.3 Pemeliharaan Pada Daerah Atusan (Catchment Area)


Pemeliharaan daerah atusan, terutama pada Bendung
Kleco yang dipakai sebagai sumber air penggelontor adalah
sangat penting, mengingat sumber air yang digunakan berasal
dari Kali Larangan yang banyak mengandung pencemar yang
berasal dari industri dan rumah sakit.
Pengelolaan daerah atusan atau ruas sungai sebelum
masuk ke Bendung Kleco antara lain:
1. Pemeliharaan badan sungai dari
pembocoran/penyudetan dan pencemaran
2. Penghijauan daerah atusan
3. Pemeliharaan fasilitas penggelontoran
4. Kerjasama dengan Pemda terkait atas pemanfaatan
air penggelontor
BAB VI
BOQ DAN RAB

Bill of quantity (BOQ) bertujuan untuk mengetahui jumlah


bahan atau material yang dibutuhkan untuk membangun SPAB.
BOQ terdiri atas BOQ saluran dan BOQ asesoris.
Rencana anggaran biaya (RAB) dibuat dengan maksud
untuk mengetahui biaya invstasi yang diperlukan untuk
merancang sistem penyaluran air buangan tersebut.

6.1 BOQ
a. Jumlah Pipa
Pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan panjang
meter pada tiap pipa. Untuk jumlah pipa yang digunakan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.1 Panjang dan jumlah pipa ukuran 200 mm
No L pipa Diameter Satuan Panjang Jumlah Batang
Pipa (m) (mm) Pipa (m) Pipa (buah)
1 211.54 200 6 35
2 702.58 200 6 117
3 608.73 200 6 101
4 1682.73 200 6 280
8 1647.47 200 6 275
9 895.66 200 6 149
10 1180.22 200 6 197
11 399.02 200 6 67
12 475.54 200 6 79
13 396.86 200 6 66

No L pipa Diameter Satuan Panjang Jumlah Batang


Pipa (m) (mm) Pipa (m) Pipa (buah)
15 684.1 200 6 114
16 751.17 200 6 125
17 417.08 200 6 70
18 1427.02 200 6 238
19 602.67 200 6 100
20 782.9 200 6 130
21 840.99 200 6 140
22 562.59 200 6 94
23 227.73 200 6 38
24 314.11 200 6 52
25 180.08 200 6 30
26 256.54 200 6 43
27 845.45 200 6 141
28 390.83 200 6 65
Jumlah 2747
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 6.2 Panjang dan jumlah pipa ukuran 250 mm
No L pipa Diameter Satuan Panjang Jumlah Batang
Pipa (m) (mm) Pipa (m) Pipa (buah)
5 877.18 250 6 146
6 745.87 250 6 124
7 638.22 250 6 106
14 874.91 250 6 146
29 1062.95 250 6 177
Jumlah 700
Sumber : Hasil Perhitungan

b. Jumlah Asesoris Pipa


Dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan
digunakan beberapa jenis asesoris, berupa sambungan
pipa/double socket. Asesoris tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6.3 Jumlah dan jenis asesoris pipa
No Jenis Asesoris Jumlah (buah)
1 Sambungan pipa Ø 200 2746
2 Sambungan pipa Ø 250 699
Jumlah 3445
Sumber : Hasil Peritungan
c. Jumlah Bangunan Pelengkap
Pada perencanaan sistem penyaluran air buangan
digunakan bangunan pelengkap berupa manhole. Jumlah
manhole berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 6.4 Jumlah manhole yang dibutuhkan
Jml Jml
No Jenis Manhole Jumlah Tutup Jml Tangga Tangga
Manhole Monyet Permanhole Monyet
(buah) (buah) (buah) (buah)
1 Manhole Lurus 414 414 6 330
2 Manhole Cabang 6 6 4 16
3 Manhole Belokan 55 55 6 330
4 Drop Manhole 22 22 7 154
Jumlah 497 497 830
Sumber : Hasil perhitungan

Untuk plat dasar digunakan plat baja dengan ukuran 1 : 3 dan


tebal 10 cm. Maka plat yang dibutuhkan adalah
= ((1x3) x jumlah manhole) + (tebal plat x jumlah
Manhole)
= ((1x3) x 497) + (0,03 m x 497)
= 1506 m2
Untuk dinding manhole digunakan pasangan batu bata
dengan ukuran 1 : 3 dan tebal 10 cm. Maka yang dibutuhkan
adalah :
= ((2x(1x3)) x 497 ) + (0,10 m x 497)
= 3032 m2
d. Galian Tanah dan Penimbunan
Contoh perhitungan untuk pipa no 10 :
Panjang : 1180.22 m
Diameter : 200 mm ≈ 0,20 m
Urugan tanah (h) : 1 m
Urugan tanah (a) : 0,15 m
Urugan tanah (b) : 0,15 m
Kedalaman penanaman pipa : 6,38 m
Sehingga didapatkan :
Kedalaman galian =h+a+D+a
= 1 + 0,15 + 0,20 + 0,15
= 1,5 m
Volume galian tanah = (b + D + b) x kedalaman
galian x L
= (0,15 + 0,20 + 0,15) x 1,55 x
1180,22
= 914,671m3
Volume urugan pasir = ((a + D + a) x L x (b + D +
b)) – (1/4 π (D/2)2 L)
= ((0,15 + 0,20 + 0,15) x 1180,22 x (0,15 + 0,20
+ 0,15)) – (1/4 x 3,14 x (0,2/2)2 x 1180,22)
= 285,79 m3
Volume urugan tanah
= volume galian tanah – volume urugan pasir
= 914,67 – 285,79
= 628,88 m3
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6.5 BOQ Sistem penyaluran air buangan
No Panjang Diameter h a b Kedalaman Vol. Galian Vol. Urugan Vol. Urugan
Pipa Pipa (m) (m) (m) (m) Galian (m) Tanah (m3) Pasir (m3) Tanah (m3)
1 211.54 0.2 1 0,15 0,15 1.50 158.66 51.22 107.43
2 702.58 0.2 1 0,15 0,15 1.50 526.94 170.13 356.81
3 608.73 0.2 1 0,15 0,15 1.50 456.55 147.40 309.14
4 1682.73 0.2 1 0,15 0,15 1.50 1262.05 407.47 854.57
5 877.18 0.25 1 0,15 0,15 1.55 747.80 254.59 493.21
6 745.87 0.25 1 0,15 0,15 1.55 635.85 216.48 419.38
7 638.22 0.25 1 0,15 0,15 1.55 544.08 185.23 358.85
8 1647.47 0.2 1 0,15 0,15 1.50 1235.60 398.93 836.67
9 895.66 0.2 1 0,15 0,15 1.55 694.14 216.88 477.25
10 1180.22 0.2 1 0,15 0,15 1.55 914.67 285.79 628.88
11 399.02 0.2 1 0,15 0,15 1.45 289.29 96.62 192.67
12 475.54 0.2 1 0,15 0,15 1.50 356.66 115.15 241.50
13 396.86 0.2 1 0,15 0,15 1.45 287.72 96.10 191.62
14 874.91 0.25 1 0,15 0,15 1.55 745.86 253.93 491.93
15 684.1 0.2 1 0,15 0,15 1.50 513.08 165.65 347.42
16 751.17 0.2 1 0,15 0,15 1.50 563.38 181.90 381.48
17 417.08 0.2 1 0,15 0,15 1.50 312.81 101.00 211.81
18 1427.02 0.2 1 0,15 0,15 1.50 1070.27 345.55 724.71
19 602.67 0.2 1 0,15 0,15 1.50 452.00 145.94 306.07
20 782.9 0.2 1 0,15 0,15 1.50 587.18 189.58 397.60
21 840.99 0.2 1 0,15 0,15 1.55 651.77 203.65 448.12
22 562.59 0.2 1 0,15 0,15 1.50 421.94 136.23 285.71
23 227.73 0.2 1 0,15 0,15 1.50 170.80 55.14 115.65
24 314.11 0.2 1 0,15 0,15 1.50 235.58 76.06 159.52
25 180.08 0.2 1 0,15 0,15 1.50 135.06 43.61 91.45
26 256.54 0.2 1 0,15 0,15 1.50 192.41 62.12 130.28
27 845.45 0.2 1 0,15 0,15 1.50 634.09 204.73 429.36
28 390.83 0.2 1 0,15 0,15 1.50 293.12 94.64 198.48
29 1062.95 0.25 1 0,15 0,15 1.55 906.16 308.50 597.66
Sumber : Hasil perhitungan
6.2 RAB
Untuk penentuan rencana anggaran biaya, penghitungan
akan dilakukan untuk menghitung biaya pembelian pipa,
penggalian tanah, pengurugan pasir dan pengurugan tanah beserta
pemadatannya.
Untuk hasil selengkapnya tentang biaya yang dibutuhkan
untuk pengadaan pipa, penggalian tanah, pengurugan pasir dan
pengurugan tanah beserta pemadatannya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6.6 Biaya pengadaan pipa
Biaya pipa diameter 200 mm
No L pipa Diameter Jumlah Batang Harga satuan Jumlah Biaya
Pipa (m) (m) Pipa (batang) (Rp) Pipa (Rp)
1 211.54 200 35 680200 23981585
2 702.58 200 117 680200 79649153
3 608.73 200 101 680200 69009691
4 1682.73 200 280 680200 190765491
8 1647.47 200 275 680200 186768182
9 895.66 200 149 680200 101537989
10 1180.22 200 197 680200 133797607
11 399.02 200 67 680200 45235567
12 475.54 200 79 680200 53910385
13 396.86 200 66 680200 44990695
15 684.1 200 114 680200 77554137
16 751.17 200 125 680200 85157639
17 417.08 200 70 680200 47282969
18 1427.02 200 238 680200 161776501
19 602.67 200 100 680200 68322689
20 782.9 200 130 680200 88754763
21 840.99 200 140 680200 95340233
22 562.59 200 94 680200 63778953
23 227.73 200 38 680200 25816991
24 314.11 200 52 680200 35609604
25 180.08 200 30 680200 20415069
26 256.54 200 43 680200 29083085
27 845.45 200 141 680200 95845848
28 390.83 200 65 680200 44307094
Jumlah 1868691920

Biaya pipa diameter 250 mm


No L pipa Diameter Jumlah Batang Harga satuan Jumlah Biaya
Pipa (m) (m) Pipa (batang) (Rp) Pipa (Rp)
5 877.18 250 146 1081400 158097075
6 745.87 250 124 1081400 134430636
7 638.22 250 106 1081400 115028518
14 874.91 250 146 1081400 157687946
29 1062.95 250 177 1081400 191579022
Jumlah 756823197
Sumber : Hasil perhitungan
Tabel 6.7 Biaya Penggalian
No Panjang Diameter Volume Harga Biaya
Pipa Pipa (m) (m) Penggalian (m3) Penggalian (m3) Penggalian (Rp)
1 211.54 0.2 158.7 19625 3113604
2 702.58 0.2 526.9 19625 10341099
3 608.73 0.2 456.5 19625 8959745
4 1682.73 0.2 1262.0 19625 24767682
5 877.18 0.25 747.8 19625 14675496
6 745.87 0.25 635.9 19625 12478638
7 638.22 0.25 544.1 19625 10677620
8 1647.47 0.2 1235.6 19625 24248699
9 895.66 0.2 694.1 19625 13622429
10 1180.22 0.2 914.7 19625 17950409
11 399.02 0.2 289.3 19625 5677306
12 475.54 0.2 356.7 19625 6999354
13 396.86 0.2 287.7 19625 5646574
14 874.91 0.25 745.9 19625 14637518
15 684.1 0.2 513.1 19625 10069097
16 751.17 0.2 563.4 19625 11056283
17 417.08 0.2 312.8 19625 6138896
18 1427.02 0.2 1070.3 19625 21003951
19 602.67 0.2 452.0 19625 8870549
20 782.9 0.2 587.2 19625 11523309
21 840.99 0.2 651.8 19625 12790932
22 562.59 0.2 421.9 19625 8280622
23 227.73 0.2 170.8 19625 3351901
24 314.11 0.2 235.6 19625 4623307
25 180.08 0.2 135.1 19625 2650553
26 256.54 0.2 192.4 19625 3775948
27 845.45 0.2 634.1 19625 12443967
28 390.83 0.2 293.1 19625 5752529
29 1062.95 0.25 906.2 19625 17783486
Total 15995.5 313911503
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 6.8 Biaya Pengurugan Pasir
No Panjang Diameter Vol. Urugan Harga Biaya
Pipa Pipa (m) (m) Pasir (m3) Pengurugan (m3) Pengurugan (Rp)
1 211.54 0.2 51.22 55,000 2817343
2 702.58 0.2 170.13 55,000 9357136
3 608.73 0.2 147.40 55,000 8107218
4 1682.73 0.2 407.47 55,000 22411019
5 877.18 0.25 254.59 55,000 14002328
6 745.87 0.25 216.48 55,000 11906241
7 638.22 0.25 185.23 55,000 10187836
8 1647.47 0.2 398.93 55,000 21941417
9 895.66 0.2 216.88 55,000 11928624
10 1180.22 0.2 285.79 55,000 15718465
11 399.02 0.2 96.62 55,000 5314248
12 475.54 0.2 115.15 55,000 6333361
13 396.86 0.2 96.10 55,000 5285481
14 874.91 0.25 253.93 55,000 13966093
15 684.1 0.2 165.65 55,000 9111015
16 751.17 0.2 181.90 55,000 10004270
17 417.08 0.2 101.00 55,000 5554776
18 1427.02 0.2 345.55 55,000 19005409
19 602.67 0.2 145.94 55,000 8026510
20 782.9 0.2 189.58 55,000 10426858
21 840.99 0.2 203.65 55,000 11200515
22 562.59 0.2 136.23 55,000 7492714
23 227.73 0.2 55.14 55,000 3032965
24 314.11 0.2 76.06 55,000 4183396
25 180.08 0.2 43.61 55,000 2398350
26 256.54 0.2 62.12 55,000 3416664
27 845.45 0.2 204.73 55,000 11259914
28 390.83 0.2 94.64 55,000 5205172
29 1062.95 0.25 308.50 55,000 16967755
Total 5210.24 286563092
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 6.8 Biaya Urugan Tanah
No Panjang Diameter Vol. Urugan Harga Biaya
Pipa Pipa (m) (m) Tanah (1m3) Pengurugan (1m3) Pengurugan (Rp)
1 211.54 0.2 107.43 13,200 1418084
2 702.58 0.2 356.81 13,200 4709829
3 608.73 0.2 309.14 13,200 4080695
4 1682.73 0.2 854.57 13,200 11280382
5 877.18 0.25 493.21 13,200 6510348
6 745.87 0.25 419.38 13,200 5535777
7 638.22 0.25 358.85 13,200 4736809
8 1647.47 0.2 836.67 13,200 11044013
9 895.66 0.2 477.25 13,200 6299732
10 1180.22 0.2 628.88 13,200 8301219
11 399.02 0.2 192.67 13,200 2543202
12 475.54 0.2 241.50 13,200 3187839
13 396.86 0.2 191.62 13,200 2529435
14 874.91 0.25 491.93 13,200 6493500
15 684.1 0.2 347.42 13,200 4585946
16 751.17 0.2 381.48 13,200 5035558
17 417.08 0.2 211.81 13,200 2795946
18 1427.02 0.2 724.71 13,200 9566200
19 602.67 0.2 306.07 13,200 4040071
20 782.9 0.2 397.60 13,200 5248264
21 840.99 0.2 448.12 13,200 5915204
22 562.59 0.2 285.71 13,200 3771390
23 227.73 0.2 115.65 13,200 1526615
24 314.11 0.2 159.52 13,200 2105674
25 180.08 0.2 91.45 13,200 1207188
26 256.54 0.2 130.28 13,200 1719747
27 845.45 0.2 429.36 13,200 5667576
28 390.83 0.2 198.48 13,200 2619976
29 1062.95 0.25 597.66 13,200 7889115
Total 10785.25 142365334
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 6.9 RAB Perpipaan dan asesoris

No Uraian pekerjaan Satuan Volume Harga Total


Satuan (Rp) Harga (Rp)
I Pekerjaan tanah
1 Galian tanah m3 15995.5 19625 313911502.5
2 Urugan pasir m3 5210.24 55000 286563091.8
3 Urugan tanah m3 10785.25 13200 142365333.6
Jumlah 742839927.9

No Uraian pekerjaan Satuan Volume Harga Total


Satuan (Rp) Harga (Rp)
II Pekerjaan perpipaan dan asesoris
1 Pipa PVC
Ø 200 mm Batang 2747 680262 1868862251
Ø 250 mm Batang 700 1081498 756891782.8
Sambungan pipa
2 (socket)
Ø 200 mm Buah 2746 121850 334600100
Ø 250 mm Buah 699 340850 238254150
3 Pengerjaan manhole
Tutup manhole Buah 497 125000 62125000
Tangga monyet Buah 3400 8350 28390000
Jumlah 3289123284

No Uraian pekerjaan Satuan Luas Harga Total


Satuan (Rp) Harga (Rp)
III Pekerjaan peembetonan
1 Pelat dasar
Lantai kerja 1 : 3
tebal 3 cm M2 1506 380342 401641152
2 Dinding M2 3032 380342 1153196944
Jumlah 1554838096
Sehingga didapatkan total biaya yang akan dikeluarkan untuk
biaya pengadaan pipa, penggalian tanah, pengurugan pasir,
pengurugan tanah dan pemadatannya serta pemasangan pipa dan
asesoris adalah : Rp 8.955.156.353,00
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari perencanaan
pengembangan sistem perencanaan air buangan ini adalah
=
1. Kota Surakarta telah mempunyai sarana pengelolaan air
limbah secara eksisting secara terpusat dengan prosentase
pelayanan sekitar 10,78%.
2. Perencanaan sistem penyaluran air buangan ini akan
menambah tingkat pelayanan pengelolaan limbah hingga
tahun 2015 sampai dengan 40 %
3. Pipa yang digunakan dalam perencanaan ini adalah pipa
jenis PVC dengan diameter 200 mm dengan panjang total
16482 m dan 250 mm dengan panjang total 4200 m.
4. Dalam perencanaan ini total biaya yang dibutuhkan
adalah Rp 8.955.156.353,00

7.2 SARAN
Berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan
dari tugas akhir perencanaan ini :
1. Diperlukan adanya pemeliharaan saluran yaitu dengan
membuat screen pada tiap sambungan rumah sebelum
masuk ke saluran air buangan agar tidak terjadi
penyumbatan di dalam pipa,
2. Untuk perencanaan perluasan wilayah studi, agar tetap
memperhatikan poin-poin yang telah ditetapkan oleh
BAPPEKO kota Surakarta, beserta pipa eksisting yang
telah dibangun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Davis, Mackenzie L and Cornwell, david A.; 1998;


Introduction To Environmental Engineering; McGraw-
Hill Book Co; Singapore
2. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Cipta
Karya; 1997; Spesifikasi Rencana Induk Penyediaan Air
Minum
3. Fair, G.M; Geyer, John C.; Okun, Daniel. A; 1996; Water
and Wastewater Engineering Volume 1 : Water Supply
and WastewaterRemoval; John Wiley and Sons, Inc.,
U.S.A
4. Masduki, Moh. Hardjosaputro (MADUTO); 2000;
Penyaluran Air Buangan; Institut Teknologi Bandung
5. Metcalf and Eddy, Inc.; 1972; Wastewater Engineering;
Collection,Treatment and Disposal;Tata McGraw-Hill
Publishing Company Ltd; New Delhi
6. Metcalf and Eddy; Tchobanoglous, George; 1981;
Wastewater Engineering; Collection and Pumping of
Wastewater; McGraw-Hill Book Company; U.S.A
7. Metcalf and Eddy; Tchobanoglous, George; 1981;
Wastewater Engineering;Treatment Disposal and Reuse;
Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd; New Delhi
8. Metcalf and Eddy; 1981; Wastewater Engineering;
Collection and Pumping of Wastewater; McGraw Hill
9. Nasrullah; Sutrisno, Endro; Wisnu W, Irawan; 1997;
Rekayasa Lingkungan; BPS Himpunan Mahasiswa Sipil
Undip; Semarang
10. Peavy, Howard S.; Rowe, Donald R and Tchobanoglous;
1985; Environmental Engineering; McGraw-Hill Book
Co; Singapore
11. Qasim, Syed R.; 1985; Wastewater Treatment Plants,
Planning, Design and Operation; CBS College
Publishing; Japan
12. Sugiharto; 1987; Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah;
UI Press; Jakarta
13. Supeno, Sudigyo; 1987; Perencanaan Sistem Penyaluran
Air Buangan Kota Pemalang-Jawa Tengah; Jurusan
Teknik Lingkungan ITB; Bandung; Laporan Tugas Akhir
Biro Pusat Statistik Kota Surakarta 2001, Surakarta Dalam Angka
2001; Surakarta
BIODATA

Penulis dilahirkan di Tuban, 21 April


1978, merupakan anak ke 5 dari 5
bersaudara. Penulis talah menempuh
pendidikan formal yaitu di Tk Tunas
Rimba Perhutani Kebonharjo -
Tuban, SDN I Sale, Rembang – Jawa
Tengah, SMPN 1 Jatirogo – Tuban
dan SMAN 1 Jatirogo – Tuban. Setelah lulus dari SMAN
tahun 1997, Penulis melanjutkan studi di Sekolah Ahli Dan
Kejuruan Teknik Industri di Surabaya dan lulus tahun 1998.
Tahun 2000 Penulis melanjutkan studi di Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP – ITS dengan NRP 3300 109 023.
Di ITS Penulis sempat menjadi ketua UKM Tennis
Lapangan. Penulis pernah membawa tim Tennis ITS
sampai pada seleksi POMDA (Pekan Olah Raga Mahasiswa
Daerah) tingkat Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai