Anda di halaman 1dari 82

Drainase

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


D011 18 1321

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Besar Rekayasa Drainase ini merupakan bagian dari mata kuliah
Rekayasa Drainase pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.

Tugas besar ini disusun berdasarkan analisis data dan pembuatan saluran
drainase sesuai denah lokasi, yang dilaksanakan pada semester awal 2020/2021
bulan September sampai Desember 2020.

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN D011 18 1321

Nilai Paraf
Mahasiswa
ANDI NURFADILLAH
ALIFUDDIN

Gowa, 3 Desember 2020

Mengetahui,

Dosen Mata Kuliah Dosen Mata Kuliah


Rekayasa Drainase Rekayasa Drainase

Dr. Eng. Ir. Rita Tahir Lopa, M.T.,PU-SDA Dr. Riswal K, M.T

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Tugas Besar Rekayasa Drainase ini dapat kami
selesaikan guna memenuhi tugas kuliah.

Kami menyadari bahwa dalam tugas besar ini masih terdapat kekeliruan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kami akan sangat berterimakasih apabila ada
dari pembaca yang budiman memberi koreksi, saran atau petunjuk yang
konstruktif demi penyempurnaan mata kuliah ini.

Kami tak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Dosen Rekayasa Drainase. Terima kasih pula kami ucapkan buat teman-teman
seangkatan serta semua pihak yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan
Tugas Besar ini.

Kami berharap dengan selesainya Tugas Besar ini, dapat bermanfaat bagi
peningkatan pengetahuan kami pada khususnya dan bagi semua yang membaca
serta pembangunan dunia ketekniksipilan pada umumnya.

Gowa, 3 Desember
2020

Penyusun

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


DAFTAR ISI

SAMPUL ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iv

SOAL ................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. I-1
I.1 Latar Belakang ................................................................................ I-1
I.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ I-2
I.3 Konsep Dasar Drainase Kota ........................................................... I-2
I.4 Drainase Berkelanjutan ................................................................... I-4

BAB II. KRITERIA PERENCANAAN ......................................................II-1


2.1 Kriteria Pembagian Daerah Layanan (Sub. Catchment Area) ......... II-1
2.2 Kriteria Pengukuran Topografi ....................................................... II-2
2.3 Kriteria Hidrologi .......................................................................... II-3
2.4 Kriteria Hidrolika Saluran dan Bangunan Drainase ...................... II-16
2.5 Kriteria Struktur .......................................................................... II-21
BAB III. ANALISA DATA DAN PERENCANAAN ................................ III-1
3.1 Analisa Data Curah Hujan ............................................................ III-1
A. Analisis Frekuensi Hujan ............................................................ III-1
B. Analisis Curah Hujan Rencana .................................................... III-4
3.2 Analisa kawasan Daerah Rencana ................................................. III-8
A. Analisis Koefisien Aliran (C)...................................................... III-8
B. Analisis Luas Daerah Tangkapan Hujan (catchment Area) ........ III-10
3.3 Analisa Debit Banjir Rencana ...................................................... III-11

BAB IV. PERENCANAAN DRAINASE .................................................. IV-1

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


4.1 Perencanaan Layout Jaringan Drainase ......................................... IV-1
4.2 Perencanaan Saluran .....................................................................IV-1
A. Perhitungan Waktu Detensi (td) ..................................................IV-1
B. Perhitungan Waktu Konsetrasi (tc)..............................................IV-3
C. Dimensi Saluran ........................................................................ IV-6
4.3 Perencanaan Bangunan Pelintas .................................................. IV-12
- Dimensi Gorong-Gorong ......................................................... IV-12
4.4 Perencanaan Inlet ........................................................................ IV-16
- Dimensi Inlet ............................................................................ IV-16

BAB V. PENGGAMBARAN
5.1 Gambar Layout Jaringan Drainase ................................................ V-2
5.2 Gambar Potongan Memanjang dan Melintang Saluran Drainase .. V-3
5.3 Gambar Detail Bangunan Pelintas (Gorong – Gorong) ................ V-23
5.4 Gambar Detail Inlet .................................................................... V-26

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai


aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus
ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut
genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak
akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai


sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting
dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Sistem Drainase
Perkotaan merupakan salah satu komponen prasarana perkotaan yang sangat erat
kaitannya dengan penataan ruang. Bencana banjir yang sering melanda sebagian
besar wilayah dan kota di Indonesia disebabkan oleh kesemrawutan penataan
ruang (Suripin, 2004).

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem


ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang
sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase
juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota ( perencanaan infrastruktur khususnya ). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase
merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


daerah, serta cara – cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan
air tersebut.

Dari sudut pandang lain, drainase adalah salah satu unsur prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota
yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air ( sumber air permukaan dan bawah
permukaan tanah ) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air dan banjir.

Kebutuhan terhadap drainase berawal dari kebutuhan air untuk


kehidupan manusia dimana untuk kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan
sungai sebagai kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, peternakan dan
lainnya. Untuk kebutuhan rumah tangga menghasilkan air kotor yang perlu
dialirkan dan dengan makin bertambahnya pengetahuan manusia mengenal
industri yang juga mengeluarkan limbah yang perlu di alirkan. Pada musim hujan
terjadi kelebihan air berupa limpasan permukaan yang sering kali menyebabkan
banjir sehingga manusia mulai berfikir akan kebutuhan sistem saluran yang dapat
mengalirkan air lebih terkendali dan berkembang menjadi ilmu drainase.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan Tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa
mampu memahami dan merencanakan suatu sistem drainase serta sebagai suatu
syarat kelulusan mata kuliah drainase perkotaan.

1.3. Konsep Dasar Drainase Kota

Drainase ramai dibicarakan penduduk kota ketika musim hujan, pada saat
aktifitas hidup terusik oleh genangan air hujan atau banjir. Selebihnya, drainase
mungkin dianggap tidak terlalu penting dibanding penyediaan air minum,
pengolahan air limbah dan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, sebagian besar
masyarakat, bahkan memanfaatkan saluran drainase untuk membuang air limbah

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


dan sampah, tanpa rasa malu dan sesal sedikit pun. Pengembangan perkotaan pasti
diikuti oleh terjadinya alih funsgi lahan secara besar-besaran, kawasan konservasi
dijadikan kawasan produksi, permukaan tanah yang hijau vegetatif berubah
menjadi kawasan kedap air, sehingga tidak mampu merembeskan air hujan ke
dalam tanah secara alamiah dan dihasilkan koefisien limpasan yang terus
membesar dari waktu ke waktu, yang secara langsung berpengaruh pada sistem
drainase kawasan permukiman dan/atau drainase perkotaan.

Sistem drainase kawasan atau kota dikembangkan untuk pengendalian air


genangan (banjir) di permukiman. Cakupan layanan sistem drainase dibagi 3
bagian pokok yaitu : (1) Sistem drainase lokal adalah sistem drainase yang
melayani suatu area ≤ 10 hektar. (2) Sistem drainase utama terdiri atas saluran
primer, sekunder, tersier dan bangunan kelengkapannya. (3) Sistem pengendalian
banjir (flood control) disebabkan oleh sungai yang melintasi wilayah kota, agar
tidak mengganggu kehidupan masyarakat dan lingkungan permukiman (Rencana
Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Direktorat Jenderal Cipta Karya
(DJCK), Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Jadi fungsi utama drainase adalah untuk mengalirkan air hujan yang jatuh
pada permukaan tanah dan atap bangunan langsung ke sungai dan dialirkan ke
hilir secepatnya, sehingga daerah hilir semakin sering terkena bencana banjir. Pola
ini dikenal dengan istilah drainase konvensional (Ditjen Penyehatan Lingkungan
Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011).

Drainase konvensional masih diterapkan hampir di seluruh kota-kota di


Indonesia. Kenyataannya tingkat layanan drainase kota yang diperoleh saat ini
masih rendah, sebagaimana dibuktikan dengan adanya kondisi saat ini, yakni : (1)
rumah tangga yang mempunyai akses ke saluran drainase hanya 52,83%. (2)
sistem drainase dalam keadaan tergenang atau alirannya lambat dengan kapasitas
aliran yang kurang memadai sekitar 14,49%, (3) kawasan yang tidak mempunyai
saluran drainase sekitar 32,68%. Disamping itu, masih terdapat sekitar 22.500
hektar wilayah genangan/banjir pada sekitar 100 kawasan strategis di dalam 50

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


wilayah kota/kabupaten yang memerlukan sistem pematusan air hujan segera dan
berfungsi dengan baik (Bappenas, 2010).

Untuk meningkatkan kinerja sistem drainase kawasan atau drainase kota


perlu ada perubahan konsep desain drainase menjadi sistem drainase berwawasan
lingkungan. Sistem drainase harus dibangun dan dilengkapi dengan subsistem
tampungan, resapan, manfaat dan alirkan (TRMA) kelebihan limpasan sekecil-
kecilnya, sehingga air hujan berguna untuk memenuhi konsumsi air minum,
konservasi air tanah dan mereduksi puncak banjir. Air hujan (run off) harus
dipandang sebagai aset berharga yang ada kawasan perkotaan (Sarbidi, 2012).

Berdasarkan laporan survei sistem drainase Kota Balikpapan (Sarbidi dan


Edinur, 2012) diketahui bahwa drainase berwawasan lingkungan terdiri atas
drainase lokal dan drainase utama, yaitu :

• Sistem penampungan dengan : kolam retensi, kolam detensi (bouzem),


bendung pengendali banjir (Bendali) serta polder untuk pengendalian banjir.

• Sistem peresapan digunakan : sumur resapan air hujan dan lainnya.

• Sistem pemanfaatan air hujan dengan penampungan air hujan.

• Sistem pengaliran dengan saluran tersier, sekunder dan primer.

1.4. Drainase Berkelanjutan

Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase yang bertujaun agar tidak


terjadi banjir di suatu kawasan, air harus ecepatnya dibuang, namun air juga
merupakan sumber kehidupan. Bertolak dari hal tesebut, maka konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya
guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan.
Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi
seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, untuk
mencapai tujuan tersebut. Sistem Drainase yang Berkelanjutan ini, prioritas utama
kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya,
fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe
penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004).

Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air
secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi
dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka
diperlukan suatu perancangan draianse yang berfilosofi bukan saja aman terhadap
genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air (Sunjoto, 1987).

Konsepsi perancangan drainase air hujan yang berasaskan pada


konsevasi air tanah pada hakekatnya adalah perancangan suatu sistem drainase
yang hanya menampung air dari halaman bukan perkerasan/atap. Air hujan yang
jatuh di atap / perkerasan, ditampung pada suatu sistem resapan air.

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


BAB II
KRITERIA PERENCANAAN

2.1 Kriteria Pembagian Daerah Layanan (Sub Catchment Area)

Catchment Area atau area tangkapan hujan adalah suatu area ataupun
daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-
titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon tertutup, yang
mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan mengikuti arah aliran
air. Aliran air tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam
alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan daerah aliran sungai. Daerah ini
umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasarkan air
permukaan. Batas ini tidak ditetapkanberdasarkan air bawah tanah karenan
permukaan air tanah selalu berubahsesuai dengan musim dan tingkat kegiatan
pemakaian.

Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge area)


dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge area), yang
merupakan daerah pantai maupun lembah dengan suatu system aliran sungai.
Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu
daerah aliran ( watershed/catchment area ) dimana aliran air tanah (yang
saturated) menjauhi muka air tanah. Biasanya di daerah tangkapan, muka air
tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu,

Dalam menentukan luasan catchment area dari sebuah saluran yang


melayani suatu areal tertentu, perlu diperhatikan sistem drainase pada kota
tersebut secara keseluruhan. Mengingat masing-masing areal pelayanan dari setiap
saluran merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase kota sebagai suatu
kesatuan. Penentuan besarnya catchment area sangat tergantung dari beberapa
faktor, antara lain:

a. Kondisi topografi daerah proyek.


b. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada.
c. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun.

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


d. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik, air bersih,
telepon, dan lain-lain.
e. Ketersediaan lahan alur saluran.

2.2 Kriteria Pengukuran Topografi

Pengukuran topografi saluran adalah untuk mendapatkan situasi


memanjang dan melintang saluran serta situasi bangunan yang ada dan yang akan
direncanakan. Sebagai referensi untuk pelaksanaan pengukuran topografi
digunakan titik-titik tetap yang telah ada di kota yang bersangkutan.

Metode pengukuran yang dilakukan meliputi :

a. Pengukuran Polygon/Perbaikan Peta

Pengukuran ini pada base line yang dibuat disebelah saluran (pada
bahu jalan atau tanggul) melalui patok-patok dengan prosedur sudut
polygon diukur seri ganda (biasa/luar biasa) dengan menggunakan
Theodolith (To).

b. Pengukuran Water Pass / Levelling

Pengukuran water pass ini menggunakan alat ukur Automatic


Levelling seperti B2 Sokhisha dan Topcon. Pengukuran dilakukan
pada titik polygon dan diikat ke titik refrensi yang dipakai.

c. Cross Section

Cross Section dilakukan setiap interval maximum 100 meter


dengan metode stadia survey dimana titik cross jalur sudah dikontrol
elevasinya dengan alat Automatic Levelling.

d. Pemasangan Bench Mark (BM)

Pemasangan Bench Mark (BM) dilakukan pada tempat-tempat


yang aman dan diikat ke sistim koordinat yang ada. BM ini dibuat dari
kolom beton 20/20 cm dengan tinggi 1,00 m, dan bagian yang

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


tertanam dalam tanah + 70 cm yang pangkalnya dibuat kaki (pondasi
telapak) bersilang untuk pemberat dan stabilitas.

e. Titik Refrensi

Titik refrensi yang digunakan untuk pekerjaan Drainase adalah titik


tetap yang ada di dalam kota.

2.3 Kriteria Hidrologi

1. Data Curah Hujan


Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah hujan
pengamatan periode jangka pendek, yakni dalam satuan menit. Data yang
dipergunakan diperoleh dari stasiun pengamatan curah hujan otomatis
yang di gambarkan dalam bentuk grafik.Stasiun yang di pilih adalah
stasiun yang terletak di daerah perencanaan/observasi (Point Rainfall) dan
pada stasiun yang berdekatan dan masih memberi pengaruh pada daerah
perencanaan dengan syarat benar-benar dapat mewakili kondisi curah
hujan daerah tersebut.
Tahap awal yang perlu dilakukan dalam pemilihan data curah hujan
yang akan dipakai dalam analisa adalah mneliti kualitas data curah hujan,
yakni mengenai lokasi pengamatan, lama pengamatan yang didapat di
Andal adalah lebih besar dari 15 tahun. Semakin banyak data dan lebih
lama periode pengamatan akan lebih akurat karena kemungkinan
kesalahan/penyimpangan bias diperkecil. Apabila data curah hujan
pengamatan jangka pendek tidak didapatkan pada daerah perencanaan,
maka analisa intensitas curah hujan dapat di lakukan dengan menggunakan
data curah hujan pengamatan maksimum selama 24 jam.

2.Perhitungan Curah Hujan Rencana

a. Metode Distribusi Normal

Distribusi normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi,


misalnya dalam analisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari
distribusi rata-rata tahunan dan sebagainya. Distribusi normal atau disebut
pula distribusi Gauss. Fungsi densitas peluang normal (Normal Probability
Density Function) dari variabel acak kontinyu dapat ditulis sebagai berikut

Dalam pemakaian praktis digunakan rumus umum, sebagai berikut :


Xt=X̅+k.S

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Dimana : Xt = Perkiraan nilai x yang diharapkan terjadi dengan
periode ulang t tahun
S = Deviasi Standar nilai variat X
k = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe
model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis
peluang (lihat tabel)

Tabel 2.1 Nilai variabel Reduksi Gauss


Periode Ulang T (tahun) Peluang K
1,001 0,999 -3,05
2 0,500 0
5 0,200 0,84
10 0,100 1,28
20 0,050 1,64
50 0,020 2,05
100 0,010 2,33
(Sumber : Bonnier, 1980)

b. Metode Distribusi Gumbel

Gumbel menggunakan harga ekstrim untuk menunjukkan bahwa dalam deret


harga-harga ekstrim X1, X2, X3, ...., Xn mempunyai fungsi distirbusi eksponensial
ganda.

P(X) = e -e a(X-b)

Jika diambil Y = a(X-b), dengan Y disebut reduced varied, maka persamaan dapat
ditulis :

P(X)= 𝑒 −𝑒 −𝑌

Dimana e = bilangan alam 2,7182818...


Dengan mengambil dua kali harga logaritma dengan bilangan dasar terhadap
persamaan di atas diperoleh persamaan berikut ini.

X= 1/a [ab-ln{-ln P(X)}]


Kata ulang (return period) merupakan nilai banyaknya tahun rata-rata di mana
suatu besaran disamai atau dilampaui oleh suatu harga, sebanyak satu kali.
Hubungan antara periode ulang dan probabilitas dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini.

Tr (X)= 1
1-P(X)

substitusikan persamaan diatas akan diperoleh persamaan berikut ini.

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


XT1= =b- 1 ln -ln Tr(X)-1
a Tr(X)

Dengan Y = a(X-b), maka diperoleh persamaan berikut ini.


YT1 =-ln {-ln Tr (X)-1 }
Tr (X)

(Sumber : Suripin, 2003 : 50)

Dalam penggambaran pada kertas probabilitas, Chow (1964) menyarankan


penggunaan rumus berikut ini.

X= μ+σK

Dimana :𝜇 = harga rata-rata populasi


𝜎 = standar deviasi (simpangan baku)
𝐾 = faktor probabilitas

Apabila jumlah populasi yang terbatas (sampel), maka persamaan di atas dapat
didekati dengan persamaan:

𝑋 = 𝑋̅ + 𝑘. 𝑆

Dimana: 𝑋̅ = harga rata-rata sampel


𝑆 = standar deviasi (simpangan baku) sampel

Faktor probabilitas K untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam


persamaan

K= Y𝑇-Yn
Sn
Dimana : Yn = reduced mean yang tergantung jumlah sampel/data n (tabel)
Sn = reduced standart deviation yang juga tergantung pada jumlah
sampel/data
Yt = reduced variate
(Sumber : Suripin, 2003 : 51)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 2.2 Nilai Yn dan Sn fungsi jumlah data

c. Metode Distribusi Log Pearson III

Distribusi Log Pearson III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama
dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan
nilai ekstrim. Bentuk distribusi Log Pearson III merupakan hasil transformasi dari
distribusi Log Normal dengan menggantikan variat menjadi nilai logaritmik.
Bentuk kumulatif dari distribusi Log Pearson type III dengan nilai variatnya X
apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik (logarithmic probability
paper) akan merupakan model matematik persamaan garis lurus. Persamaan garis
lurunya adalah :

X = 𝑋̅ - k . S

Dimana : X = Nilai logaritmik dari X


𝑋̅ = Nilai rata – rata dari X
k = faktor frekuensi
S = deviasi standar dari X

Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Pearson Type III,


adalah :
1) Tentukan logaritma dari semua nilai variat X
2) Hitung nilai rata-ratanya :

̅̅ ̅ = Ʃ log x n
log X

n = Jumlah data

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


3) Hitung nilai deviasi standarnya dari log X :
̅
S̅̅ log̅̅̅ X̅ = √ Ʃ (log X- log X) ̅²̅̅
n-1

4) Hitung nilai koefisien kemencengan

Cs= n Ʃ (log X- log ̅̅X̅ )³ ̅


̅
(n-1)(n-2)(S log X) ̅̅

Cs = Nilai Kemencengan (lihat pada tabel)

Sehingga persamaan dapat ditulis :

Log X = log ̅̅̅X̅ + k(S̅ log̅̅ X̅)

(Sumber : Soewarno, 1995 : 141-143)

Tabel 2.3 Nilai k untuk setiap nilai Cs (Koefisien Skewness)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Untuk menentukan distribusi yang tepat dalam menghitung curah hujan rencana
dengan periode ulang t tahun, maka perlu diperhatikan syarat – syarat pada tabel
berikut.
Tabel 2.4 Kriteria pemilihan distribusi

d. Parameter Dasar Statistik

 Standar Deviasi
Apabila penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka nilai
standart deviasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑆𝑑= √Ʃ (Xi-𝑋̅)
n-1

Dimana:
Sd = Standart deviasi
𝑋̅ = Nilai curah hujan rata-rata (mm)

(Sumber:Suripin, 2003;34)

 Koefisien Kemencengan
Suatu nilai yang menunjukkan derajat ketidaksimetrisan dari suatu bentuk
distribusi. Koefisien kemencengan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Cs= n Ʃ (Xi-𝑋̅)³
(n-1)(n-2)(𝑆3)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Dimana:
Cs = Koefisien skewness
Sd = Standart deviasi
𝑋̅ = Nilai rata-rata curah hujan (mm)
Xi = Variabel random (mm)
N = Jumlah data
(Sumber:Soewarno, 1995;81)

 Koefisien Keruncingan
Untuk menentukan keruncingan kurva distribusi yang pada umumnya
dibandingkan dengan distribusi normal.

Ck= 𝑛2 Ʃ (Xi-𝑋̅)2
(n-1)(n-2)(𝑆4)

Dimana:
Ck = Koefisien Kurtosis
N = Jumlah data
Sd = Standart deviasi
𝑋̅ = Nilai rata-rata curah hujan (mm)
Xi = Variabel random (mm)

(Sumber:Triatmodjo, 2008;243)

 Koefisien Variasi

𝐶𝑣 = 𝑆
𝑋̅

Dimana:
Cv = Koefisien variasi
S = Standart Deviasi
𝑋̅ = Nilai rata-rata curah hujan (mm)

2. Uji Kecocokan Distribusi

Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari contoh terhadap fungsi


peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi
frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter yang akan disajikan dalam sub
bab ini adalah :

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


a. Uji Chi – Kuadrat

Uji Chi–Kuadrat digunakan untuk menentukan apakah persamaan peluang


(metode yang digunakan untuk mencari hujan rencana), dapat mewakili distribusi
sampel data yang analisis. Parameter yang digunakan untuk pengambilan
keputusan uji ini adalah X 2h, sehingga disebut Uji Chi– Kuadrat.
Parameter X2h dapat dihitung dengan rumus:

X²h= n Ʃ(Oi-Ei )²
Ei

Dimana : X2h = Harga Chi-Kuadrat


Oi = Jumlah nilai pengamatan pada Sub Kelompok Ke-1 Parameter
x²h merupakan Variabel acak
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-1

Prosedur perhitungan uji Chi Kuadrat adalah :


1) Urutkan data pengamatan (dari yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya).
2) Kelompokkan data menjadi G sub grup, tiap-tiap sub grup minimal empat data
pengamatan.
3) Jumlah data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub grup.
4) Jumlah data pengamatan sebesar distribusi yang digunakan sebesar:
Ei= Ʃ Oi
Ʃ Sub
5) Tiap-tiap sub grup hitung nilai : ( Oi – Ei ) dan ( Oi-Ei )² E
6) Jumlahkan seluruh G sub grup nilai ( Oi-Ei )² E
7) Menentukan derajat kebebasan. Rumus derajat kebebasan adalah :

DK = K – ( R + 1 )

Dimana : DK = Derajat kebebasan


K = Banyaknya kelas
R = Banyak keterkaitan (biasanya diambil R=2 untuk distribusi normal
dan binomial dan R=1 untuk distribusi Poisson dan Gumbel)
(Sumber : Soewarno, 1995: 194-195)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 2.5 Nilai kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (uji satu sisi)

b. Uji Smirnov – Kolmogorov

Uji Smirnov–Kolmogorov sering juga disebut uji kecocokan non parametik


(non parametric test) Karena pengujian tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu. Prosedur Uji Smirnov–Kolmogorov adalah :

1) Urutkan data pengamatan (dari data terbesar sampai yang terkecil atau
sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang masing-masing data tersebut.

X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
Xm = P(Xm)
Xn = P(Xn)

P (Xn) = m dan P (Xm) = 1 – P (Xi)


n+1

Dimana : P(X) = Peluang


m = Nomor urut kejadian
n = Jumlah data

2) Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dan hasil penggambaran data


(persamaan distribusi).

X1 = P’(X1)
X2 = P’(X2)
Xm = P’(Xm)
Xn = P’(Xn)

F (t) = X- X̅ dan P’ (Xi) = 1 –P’(Xm)


Sd

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Dimana : P/(Xm) = Peluang teoritis yang terjadi pada nomor ke-m yang didapat
dari tabel
X = Curah hujan harian
𝑋̅ = Curah hujan rata-rata
𝐹(𝑡) = Distribusi normal standard

3) Tentukan selisih terbesar dari peluang peluang pengamatan dengan peluang


teoritis dari kedua nilai peluang tersebut.

Dmaks = [P(Xm) – P’(Xm)]

4) Tentukan harga Do berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov–Kolmogorov.


Berdasarkan tabel 2.6 nilai kritis SmirnovKolmogorov test, tentukan harga Do
dengan ketentuan :

- Apabila D max < Do, maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan
distribusi dapat diterima.
- Apabila D max > Do, maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan
distribusi tidak dapat diterima. Nilai kritis Do bisa dilihat pada tabel 2.6
Tabel 2.6 Nilai kritis untuk Smirnov - Kolmogorov

3. Koefesien Pengaliran

Koefesien pengaliran merupakan perbandingan antara limpasan air hujan dengan


total hujan penyebab limpasan. Koefesien pengaliran pada suatu daerah
dipengaruhi oleh kondisi karakteristik sebagai berikut :

a. Kondisi hujan
b. Luas dan bentuk daerah pengaliran

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


c. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
d. Daya ilfitrasi dan perkolasi tanah
e. Kebasahan tanah
f. Tata guna lahan

Untuk menentukan koefesien pengaliran rata – rata, rumus yang digunakan


adalah:

C = A1C1+A2C2+........+AnCn
A total

Dimana : C = Koefesien aliran rata – rata


An = Luas Daerah pengaruh hujan ke – n (km2)
Cn = Koefesien aliran pada tata guna lahan (lihat pada tabel di bawah)
A = Luas total DAS (km2)
(Sumber : Subarkah, 1980 : 51)

Tabel 2.7 Koefisien aliran

4. Intensitas Hujan

Intensitas Hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
persatuan waktu, yang tergantung dari lama hujan dan frekuensi kejadiannya,
yang diperoleh dari analisa data hujan. Perhitungan intensitas hujan tergantung
dari data yang tersedia. Hubungan intensitas waktu hujan yang banyak
dirumuskan pada umumnya tergantung dari parameter kondisi setempat. Bila
proses pendinginan terjadi secara besar-besaran maka butir-butir air akan jatuh
sebagai hujan (Presipitasi). Sebenarnya presipitasi yang terjadi dapat juga berupa
salju, embun dan sebagainya. Derasnya hujan tergantung dari banyaknya uap air
yang terkandung didalam udara. Pada umumnya, semakin deras hujannya, maka

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


semakin pendek waktunya, oleh karena itu setelah sebagian uap air mengkondesir
udara semakin kering maka deras hujannya berubah dengan waktu.

Data dari alat hujan penangkar hujan manual; data hujan harian atau data hujan 24
jam, menggunakan rumus yang digunakan adalah rumus Mononobe

 Mononobe
I= R24 . ( 24/t)2/3
24

Dimana: I = Intensitas Hujan (mm/jam)


R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t = Waktu hujan (jam)

Data dari alat penangkar hujan otomatis, data hujan jam-jaman, rumus yang
digunakan adalah rumus-rumus empiris:

 Talbot
It= a
t+b

Dimana: It = Intensitas Hujan (mm/jam)


t = Waktu konsentrasi (menit)
a,b = Koefisien yang dihitung dari pengolahan data hujan

 Ishiguro
It= a
√t+b

Dimana: It = Intensitas Hujan (mm/jam)


t = Waktu konsentrasi (menit)
a,b = Koefisien yang dihitung dari pengolahan data hujan

 Sherman
It= a
tn

Dimana: It = Intensitas Hujan (mm/jam)


t = Waktu konsentrasi (menit)
a,b,n = Koefisien yang dihitung dari pengolahan data hujan

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


5. Waktu Konsentrasi

Waktu konsentasi DAS adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari titik jatuh pada daerah pengaliran ke titik tinjauan. Jadi waktu
konsentrasi (tc) adalah penjumlahan dari waktu yang diperlukan oleh air hujan
untuk mengalir pada permukaan tanah menuju saluran terdekat (t0) dan waktu
untuk mengalir di dalam saluran ke suatu tempat yang ditinjau (tf).

Waktu Konsentrasi (tc)


tc = t0 + tf

Dimana: tc = Waktu konsentrasi (jam)


tf = Waktu yang diperlukan air untuk mengalir di sepanjang channel
flowing (jam)
to = Waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan hingga
mencapai outlet (jam)\

Untuk mencari harga T0 dan Tf dipakai rumus:

 Rumus Kirpich
0,77
t0 = 0,0195 × L0
√I0

Dimana : L0 = Jarak titik terjauh lahan terhadap sistem saluran yang ditinjau
I0 = Kemiringan rata-rata permukaan tanah ke saluran yang ditinjau
(Sumber: Suripin, 2003)

 Rumus Kerby
0,467
t0 = 1,44 × 𝑙0 × 𝑛𝑑
√𝑆0

Dimana : l0 = Jarak dari titik terjauh ke inlet (m)


nd = Koefisien hambatan setara koefisien kekasaran
S0 = Kemiringan daerah pengaliran
(Sumber: Suripin, 2003)

 Rumus tf
Tf = L
V
Dimana : L = Panjang saluran (m)
V = Kecepatan di dalam saluran (m/det)
(Sumber: Suripin, 2003)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


6. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum


dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Model ini sangat simpel dan
mudah dalam penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS
dengan ukuran kecil kurang dari 300 ha. Model ini tidak dapat menerangkan
hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrograf.
Persamaan metode rasional dapat ditulis dalam bentuk:

Qp= 1 CIA
3,6
Dimana : Qp = Debit puncak banjir (m³/det)
A = Luas daerah aliran sungai (km2)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

2.4 Kriteria Hidrolika Saluran Dan Bangunan Drainase

A. Hidrolika Saluran

1. Penentuan Dimensi Saluran


B dan h saluran dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
Bentuk trapesium
b  2h
 h  (1  m 2 )0.5
2
Q
A A = (b+(m x h)) x h
V

2. Kapasitas Saluran
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah
pengaliran dalam saluran adalah Rumus Manning :

2 1
A.R 3 .S 2
Q =
n

Dengan asumsi aliran dalam tampang saluran adalah Aliran


Seragam.

3. Koefisien Kekasaran Manning


Besarnya koefisien kekasaran Manning (n) diambil :
 Pasangan batu kali/gunung tidak diplester 0,20

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


 Pasangan batu kali/gunung diplester 0,018
 Tanah 0,025

4. Kecepatan Dalam Saluran


Kecepatan aliran dalam saluran direncanakan
sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan erosi pada dasar
dan dinding saluran serta tidak terjadi penumpukan
sedemikian/kotoran di hulu saluran.
Kecepatan aliran yang diizinkan dalam saluran diambil :
 Kecepatan maksimum = 3,0 m/detik pakai lining
 Kecepatan maksimum = 1,6 m/detik tanpa lining
 Kecepatan minimum = 0,3 m/detik pakai lining
 Kecepatan minimum = 0,6 m/detik tanpa lining

Kemiringan dasar saluran direncanakan sedemikian


rupa, sehingga akan memberikan kecepatan aliran yang
besarnya terdekat diantara nilai toleransi kecepatan maksimum
dan minimum.

5. Kemiringan Talud
Besarnya kemiringan talud disesuaikan dengan ruang
yang tersedia (lebar tanah) dan juga kestabilan tanahnya. Untuk
kemiringan talud direncanakan 0,33 – 0,25 untuk saluran lining
(pasangan) dan 1,00 – 0,33 untuk saluran tanah. Untuk kondisi-
kondisi tertentu talud tegak dapat diterapkan.

6. Tinggi Jagaan (Fre Board)


Fungsi jagaan digunakan untuk menjaga adanya faktor-
faktor yang kemungkinan adanya penambahan debit, untuk
jagaan di sini diambil :
Saluran primer : 0,20 – 0,30 m
Saluran sekunder : 0,10 – 0,20 m
Saluran tersier : 0,10 m
Atau disesuaikan dengan kondisi muka tanah yang ada.
Dapat juga dihitung dengan rumus :

w  c.h

dimana :
w = Free Board (m)
h = tinggi muka air rencana (m)
Q < 0,8 c = 0,140

0,8 ≤ Q ≤ 8 c = 0,140 - 0,23

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Q ≥ 8 c = 0,230

7. Keliling Basah dan Jari-jari Hidrolis

Keliling basah
P= b + 2 h (m2 + 1)0,5

Jari-jari hidrolis
A
R=
P

B. Hidrolika Bangunan

1. Gorong-gorong

Gorong-gorong adalah suatu bangunan yang berfungsi


mengalirkan air drainase di bawah jalan raya atau jalan kereta
api. Untuk drainase perkotaan di kotamadya Makassar dipakai
tipe segi empat dengan konstruksi retaining wall dan lantai dari
pasangan batu yang penutupnya terbuat dari beton campuran
1:2:3 dan diperhitungkan sebagai jembatan kelas I. Jarak antara
jalan dan puncak gorong-gorong (t) diusahakan minimum 0,6
m

a. Tipe Submerged
Tipe ini dipakai di tempat-tempat datar, dimana elevasi
muka air di saluran drainase terlalu tinggi, maka gorong-
gorong dipasang pada elevasi yang agak rendah untuk
mendapatkan t minimum.
b. Tipe Unsubmerged
Tipe ini dipakai apabila tinggi elevasi muka air saluran
drainase relatif rendah terhadap elevasi jalan yaitu setinggi t
minimum sehingga mudah tercapai.

2. Perhitungan Kehilangan Energi


a. Akibat Pemasukan

(V2  V1 )
2 2
hc = Cc x
2g

dimana :

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


hc = kehilangan tinggi akibat gesekan (m)
Cc = 0.3
2.g ..n 2
hf =
R.V3
hf = kehilangan energi dalam gorong-gorong (m)
n = koefisien kekasaran Manning untuk gorong-gorong
R = jari-jari hidrolis (m)
P = kecepatan air di dalam gorong-gorong (m/detik)
g = 10 m/detik2

b. Akibat Pengeluaran

(V2  V1 )
2 2
ho = 0,5 x
2g

dimana :
ho = kehilangan tinggi akibat pengeluaran (m)
V2 = kecepatan di dalam gorong-gorong (m/detik)
V3 = kecepatan air di hilir (m/detik)
g = 10 m/detik2

C. Bangunan Terjun

Bangunan terjun (vertical drops) dibuat khususnya


untuk saluran sekunder dan tersier yang mengalami penampang.
Pada saat terjadi muka air tinggi (debit puncak) di saluran, aliran di
saluran drainase tidak mengakibatkan terjunan air muka .
Kemudian pada kondisi dimana aliran di saluran drainase lebih
kecil dari debit puncak, maka penurunan (drop) muka air akan
terjadi. Biasanya penurunan muka air itu berkisar dari 0 – 0,60 m
maksimum. Apabila penurunan (terjunan) maksimum terjadi,
berarti debitnya sangat kecil atau 0.
Untuk bangunan terjun jenis ini maka tidak diperlukan
perhitungan peredaman energi (energi dissipation). Terjunan ini
dasar saluran, disarankan untuk sekunder maksimum 0,6 m dan
untuk tersier maksimum 0,4 m. Untuk pasangan terjun seperti ini,
disarankan dengan dinding pasangan batu tegak dengan lantai di
hulu dan hilirnya dan pengaman tebing. Bangunan terjun ini akan
berfungsi sebagai transisi.

D. Pemasukan (Inlet)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Apabila ada renacana pemasukan dari saluran ke saluran,
dimana yang masuk itu tidak termasuk dalam desain saat ini, maka
pekerjaan yang akan datang dibuat sepanjang 5 m.
E. Out Fall

1. Out Fall ke Sungai


Bangunan ini dibuat di tempat pertemuan antara saluran
drainase sekunder dengan sungai. Bangunan ini diperlukan
untuk menghindari kerusakan akibat scouring. Fungsi dari
outlet ini adalah untuk memindahkan air banjir dari elevasi
yang lebih tinggi ke elevasi yang lebih rendah dan meredam
energi yang ditimbulkannya. Konstruksi ini dibuat dari
pasangan batu dengan campuran 1 semen : 4 pasir . dalam
analisa stabilitas harus diambil keadaan yang paling tipis.

2. Out Fall ke Laut


Saluran-saluran sekunder mengalirkan air menuju laut
dengan debit yang deras sehingga pada bagian hilir sangat
dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Untuk mencegah efek
dari aliran yang deras tersebut, maka perlu adanya bangunan
out fall yang mana memerlukan data-data detail sbb:
 Kondisi pantai yang digunakan dan pemeliharaannya
 Bentuk dan jalur out fall yang memungkinkan
 Dasar penempatan yang alami
 Pergerakan air pada titik pembuangan

3. Hidrolika Out Fall


Perhitungan hidrolika untuk out fall yang perlu
diperhatikan adalah loncat air sebagai fungsi momentum yang
perlu diredam. Loncatan hidrolika terjadi pada lantai
horizontal, sehingga dapat dihitung berdasarkan bilangan
Froude (Fr).

V
Fr =
g.h
dimana :
V = kecepatan air saat mulai terjadi loncatan (m/detik)
g = percepatan gaya gravitasi (m/detik2)
h = kedalaman air pada loncatan pertama (m)

Bilangan Froude dapat juga digunakan untuk


menghitung kedalaman hidrolik yang kedua dengan memakai
rumus :

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


h2 =
h1
2
 1  8Fr  1
2

Dari kedalaman air ada h2 daapt diperhitungkan Tail Water


(TW) yang terjadi di sepanjang kolam olakan.
Dengan menambahkan 5% pada kedalaman h2, maka
dalam Tail Water yang terjadi pada loncatan hidrolik yang
kedua adalah :
TW = 1,05.h2

Dari pengujian kedalama air akibat loncatan hidrolik


maka panjang lantai olakan dapat dihitung dengan rumus :

L = 5 ( h + X ) (Forster and Sterinde)

dimana :
h1 = tinggi air saat loncatan hidrolik pertama (m)
h2 = tinggi air saat loncatan hidrolik kedua (m)
X = tinggi Trap ujung lantai olakan
L = panjang kolam olakan (m)

2.5 Kriteria Struktur


Kriteria desain sturktur dibutuhkan untuk perencanaan konstruksi bangunan
pada perencanaan drainase perkotaan, khususnya pada perhitungan
struktural.

A. Rencana Beban (Design Load)

1. Beban Sendiri
Beban/berat sendiri adalah beban mati yang berasal dari
konstruksi itu sendiri. Biasanya setiap bahan mempunyai unit
weight (berat/volume) yang berbeda, dan ini bisa dilihat pada
tabel 2.8.
Tabel 2.8: Unit weight bahan konstruksi

Unit Weight
Bahan
(kg/m3)
Air 1000
Beton biasa 2200 – 2300
Beton bertulang 2400
Aspal beton 2000
Pasangan batu 2200
Bangunan besi 7850
Besi tuang 7250

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Kayu 1000
Lapisan bata 1700
Tanah biasa 1750
Tanah urug padat 1900
Sumber : Urban Drainage Guidelines and Design Standards

2. Beban Luar
a. Tekanan Air.
Semua sturktur permanen ataupun tidak permanen
yang terendam harus direncanakan untuk tekanan
hidrostatis sebesar 1000 kg.m2 per meter kedalaman.

b. Tekanan angkat (Uplift Presure)


Tekanan angkat dipakai untuk merancang semua
struktur yang seluruhnya atau sebagian terendam dalam air.
Tekanan angkat diperhitungkan efektif pada bidang dasar
100% apabila struktur seluruhnya terendam air satu pihak,
atau muatan air yang berbeda pada sisi yang berlawanan,
tekanan angkat berubah sebanding dengan tinggi hidrostatik
pada kedua sisi struktrur.

c. Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan rumus
Rankine. Diagram tekanan diasumsikan sebagai segitiga,
sama dengan tekanan air, dengan gaya resultante bekerja
1/3 h diatas atas diagram.

B. Material Konstruksi

1. Beton dan Besi Bertulang


Mutu beton dan besi tulangan harus disesuaikan dengan
bahan yang tersedia di lapangan. Untuk kotamadya Makassar,
dipakai mutu beton K175 dan mutu besi U24, sedang analisa
perhitungannya dipakai PBI (1971).

2. Pasangan Batu
Pasangan batu untuk saluran dipakai 1 semen : 4 pasir.
Pasangan batu untuk gorong-gorong yaitu 1 semen : 3 pasir.

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


BAB III
ANALISIS DATA PERENCANAAN

3.1 Analisis Data Curah Hujan

Tabel 3.1 Data Curah Hujan


Curah Hujan (mm)
No Tahun Sta A Sta B Sta C Sta D Xi
1 2010 234 75 162 188 164,75
2 2011 116.9 90 123 139 117,225
3 2012 207 123 150 171 162,75
4 2013 104 125 207 162 149,5
5 2014 184 150 139 142 153,75
6 2015 145 150 153 191 159,75
7 2016 96 189 139 162 146,5
8 2017 153 117 142 182 148,5
9 2018 122 199 139 106 141,5
10 2019 156 172 90 175 148,25

A. Analisis Frekuensi

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi


NO Tahun Xi (Xi-X) (Xi-X)^2 (Xi-X)^3 (Xi-X)^4
1 2010 164,8 15,5 240,3 3.725,7 57.757,3
2 2011 117,2 -32,0 1.025,4 -32.837,2 1.051.528,2
3 2012 162,8 13,5 182,3 2.461,7 33.239,7
4 2013 149,5 0,3 0,1 0,0 0,0
5 2014 153,8 4,5 20,3 91,3 411,0
6 2015 159,8 10,5 110,3 1.158,5 12.166,6
7 2016 146,5 -2,7 7,5 -20,7 57,0
8 2017 148,5 -0,7 0,6 -0,4 0,3
9 2018 141,5 -7,7 60,0 -465,0 3.602,9
10 2019 148,3 -1,0 1,0 -1,0 1,0
Jumlah 1.492,5 1.647,9 -25.887,2 1.158.764,0
X 149,2

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai,
dalam penentuan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Standar Deviasi (S)

∑(Xi-X)2
Sx =
n-1

S = 14

2. Koefisien Kemencengan (Cs)

n.∑ (Xi-X)3
Cs=
(n-1).(n-2).S3

-258871,8864
Cs = = -1,451240598
178379,7164

3. Koefisien Kurtosis (Ck)

n2.∑ (Xi-X)4
Ck=
(n-1).(n-2).(n-3).Sx4

115.876.397
Ck = = 6,858257984
16.895.894

4. Koefisien Variasi (Cv)


S
Cv=
X

13,53
Cv = = 0,009066311
1492,48

Tabel 3.3 Pemilihan Jenis Distribusi


No Jenis Distribusi Syarat Hasil Perhitungan Ket
1 Gumbel Cs < 1,1396 -1,5 < 1,1396 Memenuhi
Ck < 5,4002 6,9 > 5 ,4002 Tidak Memenuhi
2 Log Normal Cs = 3 Cv +Cv^2 -1 ≠ 0,0273 Tidak Memenuhi
Cs = 0,8325 -1,5 ≠ 0,8325 Tidak Memenuhi
3 Log Person Tipe III Bebas Memenuhi
4 Normal Cs = 0 -1 ≠ 0 Tidak Memenuhi

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat diatas, maka dipilih Distribusi Log
Pearson III untuk perhitungan curah hujan rencana

5. Uji Kecocokan Distribusi (Chi-Kuadrat)


Jumlah Kelas =1+3,3log(10) =4,3=5
Parameter= 2
Derajat Kebebasan (DK)= K-(R+1) = 2
Nilai X2cr dengan jumlah data (n)= 10, α = 5% dan Dk = 2, maka nilai
X2cr adalah 5,9910

a. Perhitungan Besar Peluang untuk tiap Sub-grup

P1=1/5=0,25
P2=2/5=0,4
P3=3/5=0,6
P4=4/5=0,8

b. Pembagian sub grup

Sub Kelas 1: P ≤ 0,2


Sub Kelas 2: 0,2 ≤ P ≤ 0,4
Sub Kelas 3: 0,4 ≤ P ≤ 0,6
Sub Kelas 4: 0,6 ≤ P ≤ 0,8
Sub Kelas 5: P ≥ 0,8

Tabel 3.4 Pembagian Sub Grup


Peluang k Xt
0,20 0,828 160,4514
0,40 0,42 154,9306
0,60 -0,085 148,0973
0,80 -0,705 139,708

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


c. Uji Kecocokan
Tabel 3.5 Hasil perhitungan uji kecocokan Chi Kuadrat untuk metode distribusi
Log Pearson Type III

No Nilai batas Oi Ei (Oi-Ei)2 X2


1 x≥ 160,5 2 2 0 0
2 160,4514 <x≤ 154,9 1 2 1 0,5
3 154,9306 <x≤ 148,1 4 2 4 2
4 148,0973 <x≤ 139,7 2 2 0 0
5 x≤ 139,7 1 2 1 0,5
Jumlah 10 10 6 3

Nilai X2 < Nilai X2cr


3 < 5,9910 (dapat diterima)

B. Analisis Curah Hujan Rencana

Berdasarkan nilai Cs =-1,4512 maka dapat diperoleh nilai koefisien nilai K


berdasarkan dari hasil interpolasi untuk periode tahun adalah
Tabel 3.6 Nilai K
Periode Ulang (Tahun)
2 5 10
0,23243 0,82816 1,02896

 Distribusi Log Pearson III


Xt = X + K.S

Periode ulang 2 Tahun


X = 149,2475
K = 0,23243
S = 13,53124
diperoleh
Xt = 149,2475 + 0,23243 × 13,5
= 152,39257

Periode ulang 5 Tahun


X = 149,2475
K = 0,82816
S = 13,53124

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


diperoleh
Xt = 149,2475 + 0,82816 × 13,5
= 160,45349

Periode ulang 10 Tahun


X = 149,2475
K = 1,02896
S = 13,53124
diperoleh
Xt = 149,2475 + 1,02896 × 13,5
= 163,17059

Tabel 3.7 Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Rencana


No. Periode Ulang Xt
1 2 152,39257
2 5 160,45349
3 10 163,17059

 Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Intensitas Curah Hujan Rencana Dengan Metode Mononobe
2⁄
𝑅24 24 3
I= (𝑡)
24

Tabel 3.8 Intensitas Curah Hujan Dalam 24 Jam


Intensitas (mm/jam)
t
(Jam) I2 I5 I10
CH 152,3926 160,4535 163,1706
1 52,832 55,626 56,568
2 33,282 35,042 35,636
3 25,399 26,742 27,195
4 20,966 22,075 22,449
5 18,068 19,024 19,346
6 16,000 16,847 17,132
7 14,438 15,201 15,459
8 13,208 13,907 14,142
9 12,210 12,856 13,074
10 11,382 11,984 12,187
11 10,681 11,246 11,437
12 10,080 10,613 10,792

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


13 9,556 10,061 10,232
14 9,095 9,576 9,738
15 8,686 9,146 9,301
16 8,320 8,761 8,909
17 7,991 8,414 8,556
18 7,692 8,099 8,236
19 7,420 7,812 7,945
20 7,170 7,550 7,677
21 6,941 7,308 7,432
22 6,729 7,085 7,205
23 6,532 6,878 6,994
24 6,350 6,686 6,799

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


GRAFIK 3.1 INTENSITAS CURAH HUJAN METODE MONONOBE

60

Intensitas 2

50
Intensitas 5

Intensitas 10
40
Intensitas (mm/jam)

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Waktu (jam)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


3.2 Analisis Kawasan Daerah Rencana

A. Analisis Koefisien Aliran

Gambar 3.1 Denah daerah Perencanaan

L1=2500 m
L2=1500 m
L3=1750 m
L4=2500 m

A= Pemukiman=0,5
B= Perkantoran=0,25
C= Kawasan Bisnis=0,70
D= Pemukiman=0,5
Jalan Aspal=0,80

 Koefisien Gabungan
C = A1C1+A2C2+........+AnCn
A total
Dimana : C = Koefesien aliran rata – rata
An = Luas Daerah pengaruh hujan ke – n (km2)
Cn = Koefesien aliran pada tata guna lahan (lihat pada tabel di Bab II)
A = Luas total DAS (km2)
(Sumber : Subarkah, 1980 : 51)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 3.9 Rekapitulasi Koefisien gabungan

Daerah Luas Jenis Tata


Saluran C Cgabungan
Layanan (ha) Guna Lahan
a1-a2 A 437,5 Pemukiman 0,5 0,5
b1-b2 B 262,5 Perkantoran 0,25 0,25
A 437,5 Pemukiman 0,5
a3-a4 0,502
Jalan A 2,5 Jalan Aspal 0,8
B 262,5 Perkantoran 0,25
b3-b4 0,253
Jalan B 1,5 Jalan Aspal 0,8
Kawasan
C 625 0,7
c1-c2 Bisnis 0,700
Jalan A 2,5 Jalan Aspal 0,8
D 375 Pemukiman 0,5
d1-d2 0,501
Jalan B 1,5 Jalan Aspal 0,8
Kawasan
C 625 0,7
c3-c4 Bisnis 0,700
Jalan E 2,5 Jalan Aspal 0,8
D 375 Pemukiman 0,5
d3-d4 0,501
Jalan F 1,5 Jalan Aspal 0,8
a1-a3 A 437,5 Pemukiman 0,5 0,5
Kawasan
c1-c3 C 625 0,7 0,7
Bisnis
A 437,5 Pemukiman 0,5
a2-a4 0,501
Jalan C 1,75 Jalan Aspal 0,8
Kawasan
C 625 0,7
c2-c4 Bisnis 0,700
Jalan D 2,5 Jalan Aspal 0,8
B 262,5 Perkantoran 0,25
b1-b3 0,254
Jalan C 1,75 Jalan Aspal 0,8
D 375 Pemukiman 0,5
d1-d3 0,502
Jalan D 2,5 Jalan Aspal 0,8
b2-b4 B 262,5 Perkantoran 0,25 0,25
d2-d4 D 375 Pemukiman 0,5 0,5

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


B. Analisis Luas Daerah Tangkapan Hujan

Tabel 3.10 Luas Lahan dan Jalan


Panjang Luas
Petak
(m) Lebar(m) (ha)
A 2500 1750 437,5
B 1500 1750 262,5
C 2500 2500 625
D 1500 2500 375
Jalan A 2500 10 2,5
Jalan B 1500 10 1,5
Jalan C 1750 10 1,75
Jalan D 2500 10 2,5
Jalan E 2500 10 2,5
Jalan F 1500 10 1,5

Tabel 3.11 Data lahan


Luas Areal Elevasi Panjang lahan Kemiringan
No Petak
(Ha) Awal Akhir (Lt) (m) Lahan (%)
1 A 437,5 36 32 3051,639 0,1311
2 B 262,5 33,5 30,4 2304,886 0,1345
3 C 625 33,2 29,4 3535,534 0,1075
4 D 375 31,45 28,5 2915,476 0,1012

Tabel 3.12 Data saluran


Elevasi Panjang
No Saluran saluran Kemiringan
Awal Akhir (m) (%)
1 a1-a2 36 33,7 2500 0,0920
2 b1-b2 33,5 31,4 1500 0,1400
3 a3-a4 33,5 32 2500 0,0600
4 b3-b4 31,9 30,4 1500 0,1000
5 c1-c2 33,2 31,5 2500 0,0680
6 d1-d2 31,45 30,15 1500 0,0867
7 c3-c4 30,8 29,4 2500 0,0560
8 d3-d4 29,4 28,5 1500 0,0600
9 a1-a3 36 33,5 1750 0,1429
10 c1-c3 33,2 30,8 2500 0,0960
11 a2-a4 33,7 32 1750 0,0971
12 c2-c4 31,5 29,4 2500 0,0840

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


13 b1-b3 33,5 31,9 1750 0,0914
14 d1-d3 31,45 29,4 2500 0,0820
15 b2-b4 31,4 30,4 1750 0,0571
16 d2-d4 30,15 28,5 2500 0,0660

3.3 Analisis Debit Banjir Rencana


Debit banjir rencana adalah besarnya debit yang direncanakan untuk satu
periode waktu yang direncanakan. Perhitungan debit rencana dilakukan
dengan menggunakan persamaan rasional (Mullvaney, 1881 dan Kuichling,
1889). Metode Rasional banyak digunakan untuk memperkirakan debit
puncak yang ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (DAS)
kecil. Suatu DAS dianggap kecil bila distribusi hujan dapat dianggap seragam
dalam ruang dan waktu.

 Perhitungan Debit Banjir

Q = 0,00278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
(𝐶1 × 𝐴1 + 𝐶2 × 𝐴2 + ⋯ + (𝐶𝑛 × 𝐴𝑛)
𝐶=
𝐴1 + 𝐴2 + ⋯ + 𝐴𝑛

Dimana
Q= Debit banjir rencana (m3/dtk)
A= Luas Area (Ha)
C= Koefisien Pengaliran
I= Intensitas Curah Hujan (mm/detik)

(𝐶1 × 𝐴1 + 𝐶2 × 𝐴 + 𝐶3 × 𝐴3 + 𝐶4 × 𝐴4
𝐶=
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4

(0,5 × 437,5 + 0,25 × 262,5 + 0,7 × 625 + 0,5 × 375


=
437,5 + 262,5 + 625 + 375
= 0,534
Contoh Perhitungan Periode Ulang 2 Tahun
Dimana:
I2 = 52,832 mm/jam
Q = 0,00278 × C × I × A
=0,00278 × 0,534 × 52,832 × 1700
=133,330 m3/detik

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Periode Ulang Intensitas Debit Banjir
No.
(Tahun) (mm/jam) Rencana (m3/dtk)
1 2 52,83 133,330
2 5 55,63 140,383
3 10 56,57 142,760

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE

4.1 Perencanaan Layout Jaringan Drainase

Gambar 4.1 Layout Jaringan Drainase

4.2 Perencanaan Saluran


A. Perhitungan Waktu Detensi (td)

td = Ls
v
Keterangan:
td = Waktu pengaliran dalam saluran (menit)
Ls = Panjang Saluran (m)
v = Kecepatan rencana (m/dtk)
(diasumsikan, v = 0,4 m/dtk)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.1 Waktu Detensi Saluran Tersier

Nama Ls V td
No
saluran (m) m/dtk menit
1 a1-a2 2500 0,4 104,167
2 a1-a3 1750 0,4 72,9167
3 b1-b2 1500 0,4 62,5
4 b1-b3 1750 0,4 72,9167
5 c1-c2 2500 0,4 104,167
6 c1-c3 2500 0,4 104,167
7 d1-d2 1500 0,4 62,5
8 d1-d3 2500 0,4 104,167

Tabel 4.2 Waktu Detensi Saluran Sekunder

Nama Ls V td
No
saluran (m) m/dtk menit
1 a2-a4 1750 0,4 72,9167
2 a3-a4 2500 0,4 104,167
3 b2-b4 1750 0,4 72,9167
4 b3-b4 1500 0,4 62,5
5 c2-c4 2500 0,4 104,167
6 c3-c4 2500 0,4 104,167

Tabel 4.3 Waktu Detensi Saluran Primer

Nama Ls V td
No
saluran (m) m/dtk menit
1 d2-d4 2500 0,4 104,167
2 d3-d4 1500 0,4 62,5

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


B. Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)
0,77
tc = 0,0195 Lt
√St
Keterangan:

Lt = Panjang lahan terjauh (m)


St = Kemiringan lahan (%)
tc = Waktu pengumpulan air (menit)
td = Waktu pengaliran dalam saluran (menit)

Contoh Perhitungan

0,77
tc = 0,0195 x Ls
St

0,77
2500
tc = 0,0195 x
0,0303
tc = 118,9570 menit

Cs = 2 tc = 237,9141
2 tc + td 237,9141 + 104,1667

= 0,6955
Penentuan Intensitas dengan Metode Mononobe Untuk periode ulang T = 2 tahun (saluran tersier)
152,3926 24 2/3
I2 = ( ) = 33,476 mm/jam
24 1,98

Qs = 0,278 x Cs x Cr x I x A
Qs = 0,278 x 0,695 x 0,500 x 33,476 x 4,375
3
Qs = 14,1585 m /dtk

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.4 Rekapitulasi Debit Saluran Periode 2 Tahun (Saluran Tersier)
Aliran
Aliran dalam saluran Curah Hujan Q Q
Nama Permukaan tc Luas (A)
No Cs Cr Rencana Kumulatif
saluran Lt St Ls V td T I
(m3/det) (m3/det)
(m) (%) (m) m/dtk menit menit Thn mm/jam ha
1 a1-a2 3051,64 0,092 2500 0,4 104,167 118,957 0,695 0,500 2 33,47604 437,50 1,4159 1,4159
2 a1-a3 3051,64 0,143 1750 0,4 72,917 76,302 0,677 0,500 2 45,00939 437,50 1,8521 1,8521
3 b1-b2 2304,89 0,140 1500 0,4 62,500 68,291 0,686 0,250 2 48,46376 262,50 0,6066 0,6066
4 b1-b3 2304,89 0,091 1750 0,4 72,917 90,606 0,713 0,254 2 40,13802 264,25 0,5333 0,5333
5 c1-c2 3535,53 0,068 2500 0,4 104,167 133,639 0,720 0,700 2 30,97699 627,50 2,7234 2,7234
6 c1-c3 3535,53 0,096 2500 0,4 104,167 117,024 0,692 0,700 2 33,84373 625,00 2,8485 2,8485
7 d1-d2 2915,48 0,087 1500 0,4 62,500 82,139 0,724 0,501 2 42,85087 376,50 1,6284 1,6284
8 d1-d3 2915,48 0,082 2500 0,4 104,167 124,346 0,705 0,502 2 32,50180 377,50 1,2068 1,2068

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Saluran Periode 5 Tahun (Saluran Sekunder)
Aliran
Aliran dalam saluran Curah Hujan Q Q
Nama Permukaan tc Luas (A)
No Lt St Ls V td Cs Cr T I Rencana Kumulatif
saluran
(m3/det) (m3/det)
(m) (%) (m) m/dtk menit menit Thn mm/jam m2
1 a2-a4 3051,64 0,097 1750 0,4 72,917 88,516 0,708 0,501 5 42,92389 439,25 1,8606 3,2765
2 a3-a4 3051,64 0,060 2500 0,4 104,167 140,236 0,729 0,502 5 31,58441 440,00 1,4134 3,2655
3 b2-b4 2304,89 0,057 1750 0,4 72,917 108,578 0,749 0,250 5 37,45851 262,50 0,5116 0,5116
4 b3-b4 2304,89 0,100 1500 0,4 62,500 77,736 0,713 0,253 5 46,80544 264,00 0,6202 7,1622
5 c2-c4 3535,53 0,084 2500 0,4 104,167 123,197 0,703 0,700 5 34,43333 627,50 2,9570 5,6804
6 c3-c4 3535,53 0,056 2500 0,4 104,167 144,011 0,734 0,700 5 31,03003 627,50 2,7843 5,6328

Tabel 4.6 Rekapitulasi Debit Saluran Periode 10 Tahun (Saluran Primer)


Aliran
Aliran dalam saluran Curah Hujan Q Q
Nama Permukaan tc Luas (A)
No Lt St Ls V td Cs Cr T I Rencana Kumulatif
saluran
(m3/det) (m3/det)
(m) (%) (m) m/dtk menit menit Thn mm/jam m2
1 d2-d4 2915,48 0,066 2500 0,4 104,167 135,184 0,722 0,500 10 32,91468 375,00 1,2385 10,5407
2 d3-d4 2915,48 0,060 1500 0,4 62,500 94,632 0,752 0,501 10 41,74917 376,50 1,6464 14,1664

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


C. Dimensi Saluran

Dimensi saluran bentuk trapesium

Kecepatan rencana (v) = 0.4 m/detik

Koefisien kekasaran Manning (n) = 0.013 (Pasangan Batu)

Kemiringan talud rencana (m : n) =1:1

Gambar 4.2 Penampang Trapesium

Penampang Ekonomis : b = 1.5h


Luas Trapesium (A)
𝑄
A= , dimana : 𝐴 = (𝑏 + 𝑚. ℎ). ℎ
𝑉

Keliling Basah (P)

𝑝 = 𝑏 + 2ℎ. √1 + 𝑚2
Jari-Jari Hidrolik (R)
𝐴 (𝑏 + 𝑚. ℎ). ℎ
R= =
𝑝 𝑏 + 2ℎ. √1 + 𝑚2
Dengan menggunakan Rumus Manning, maka v (kecepatan) :
1 2 1
𝑣= . 𝑅 ⁄3 . 𝑠 ⁄2
𝑛
Dimana :
𝑄 𝐴
𝑣= ; R=
𝐴 𝑝

Ket :
Q = Debit (𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


A = Luas (𝑚2 )
p = Keliling Basah (𝑚)
R = Jari-Jari Hidrolis
S = Kemiringan Saluran
𝑄 1 𝐴 2⁄ 1
= . ( ) 3 . 𝑆 ⁄2
𝐴 𝑛 𝑝
2⁄ 5⁄ 1⁄
𝑛 .𝑄 . 𝑝 3 = 𝐴 3 .𝑆 2

5⁄
𝐴 3 𝑛 .𝑄
2 = 1⁄
𝑝 ⁄3 𝑆 2

Untuk Trapesium dimana b = 1.5h

𝐴 = (𝑏 + 𝑚. ℎ). ℎ
𝐴 = (1.5ℎ + 1. ℎ). ℎ
𝐴 = 2.5ℎ2

𝑝 = 𝑏 + 2ℎ. √1 + 𝑚2
𝑝 = 1.5ℎ + 2ℎ. √1 + 12
𝑝 = 1.5ℎ + 2ℎ. √2
𝑝 = 4.328 ℎ
Dari Persamaan Sebelumnya didapat :
5⁄
𝐴 3 𝑛 .𝑄
2 = 1⁄
𝑝 ⁄3 𝑆 2
1⁄
(2.5ℎ 2 )5 3 𝑛 . 𝑄
( 2
) = ( 1 )3
( 4.328 ℎ) 𝑆 ⁄2
10
97.656 ℎ 0.0013 . 𝑄 3
= ( 1 )
18.732 ℎ2 𝑆 ⁄2
𝑄
5.2135 ℎ8 = 0.0000027 ( 1 ) 3
𝑆 ⁄2
𝑄
ℎ8 = 0.00000053 ( 1 ) 3
𝑆 ⁄2
𝑄 3
ℎ = 0.16412 ( 1 ) ⁄8
⁄2
𝑆

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Contoh Perhitungan
Saluran a1-a2

Kecepatan rencana (v) = 0,40 m/s


Koefisien Kekasaran Manning = 0,02
Debit (Q) = 3
1,41585 m /s
m = 1

Luas Penampang
Q
A =
V
1,41585
A = = 1,57136 m2
0,40

Tinggi Air (h)


h = 1,04443 Q 3/8

S1/2
1,41585 3/8
h = 1,04443
0,03033

= 0,79281 m

Lebar saluran bawah (b)


b = 1,5h
b = 1,5. 0,79281
= 1,18921 m

Lebar saluran atas (T)


T=b+2mh
T= 2,775 m

Keliling basah (p)


p = b  2 h. 1  m 2

p = 3,43127 m

Jari-jari hidrolik (R)


A
R =
P
1,57136
R =
3,43127
= 0,45795 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tinggi jagaan (w)
w= 0,25h+0,3
w= 0,5 m

Kecepatan (v)
v = 1/n . R2/3 . S1/2
v = 0,901 m/s

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.7 Rekapitulasi Dimensi Saluran Tersier
Dimensi Saluran V Q
Q maks v T w
No. saluran A h b n m P R S saluran saluran
3 2
m /dt m/dt m m m m m m/dtk m3/dtk
1 a1-a2 1,41585 0,40 1,57136 0,79281 1,18921 2,775 0,02 1 3,43127 0,45795 0,09200 0,4982 0,90104 1,41585
2 a1-a3 1,85215 0,40 1,62967 0,80738 1,21108 2,826 0,02 1 3,49436 0,46637 0,14286 0,50185 1,136517 1,85215
3 b1-b2 0,60659 0,40 0,71089 0,53325 0,79988 1,866 0,02 1 2,30791 0,30802 0,14000 0,43331 0,853277 0,60659
4 b1-b3 0,53330 0,40 0,75728 0,55037 0,82556 1,926 0,02 1 2,38201 0,31791 0,09143 0,43759 0,704235 0,53330
5 c1-c2 2,72340 0,40 2,87458 1,07230 1,60845 3,753 0,02 1 4,64092 0,61940 0,06800 0,56808 0,947409 2,72340
6 c1-c3 2,84848 0,40 2,61240 1,02223 1,53335 3,578 0,02 1 4,42422 0,59048 0,09600 0,55556 1,09037 2,84848
7 d1-d2 1,62838 0,40 1,78465 0,84490 1,26735 2,957 0,02 1 3,65674 0,48804 0,08667 0,51123 0,912436 1,62838
8 d1-d3 1,20676 0,40 1,45535 0,76298 1,14447 2,670 0,02 1 3,30218 0,44072 0,08200 0,49075 0,829191 1,20676

Yang digunakan dalam


2,9 1,1 1,7 3,8 0,1 1,0 4,7 0,7 0,2 0,6 1,2 2,9
perencanaan

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.8 Rekapitulasi Dimensi Saluran Sekunder
Dimensi Saluran V Q
Q maks v T w
No. saluran A h b n m P R S saluran saluran
m3/dt m/dt m2 m m m m m/dtk m3/dtk
1 a2-a4 3,27650 0,40 2,88875 1,07494 1,61241 3,762 0,02 1 4,65235 0,62092 0,09714 0,56874 1,134228 3,27650
2 a3-a4 3,26552 0,40 3,45214 1,17510 1,76265 4,113 0,02 1 5,08582 0,67878 0,06000 0,59377 0,94594 3,26552
3 b2-b4 1,11819 0,40 1,57382 0,79343 1,19014 2,777 0,02 1 3,43396 0,45831 0,05714 0,49836 0,71049 1,11819
4 b3-b4 7,69551 0,40 5,42137 1,47260 2,20890 5,154 0,02 1 6,37341 0,85062 0,10000 0,66815 1,419477 7,69551
5 c2-c4 5,68039 0,40 4,60904 1,35780 2,03670 4,752 0,02 1 5,87655 0,78431 0,08400 0,63945 1,232447 5,68039
6 c3-c4 5,63278 0,40 5,33216 1,46043 2,19065 5,112 0,02 1 6,32075 0,84360 0,05600 0,66511 1,05638 5,63278

Yang digunakan dalam


5,5 1,5 2,3 5,2 0,1 1,0 6,4 0,9 0,1 0,7 1,5 7,7
perencanaan

Tabel 4.9 Rekapitulasi Dimensi Saluran Primer


Dimensi Saluran V Q
Q maks v T w
No. saluran A h b n m P R S saluran saluran
m3/dt m/dt m2 m m m m m/dtk m3/dtk
1 d2-d4 11,68059 0,40 8,66364 1,86157 2,79236 6,516 0,02 1 8,05689 1,07531 0,06600 0,76539 1,34823 11,68059
2 d3-d4 14,16635 0,40 10,37691 2,03734 3,05601 7,131 0,02 1 8,81762 1,17684 0,06000 0,80934 1,365181 14,16635

Yang digunakan dalam


10,4 2,1 3,1 7,2 0,1 1,0 8,9 1,2 0,1 0,9 1,4 14,2
perencanaan

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


4.3. Perancangan Bangunan Pelintas

 Dimensi Gorong – Gorong

Contoh Perhitungan
Gorong-gorong a4-b3

Data-data sbb:
Bangunan pelintas gorong-gorong bentuk Segi empat
Qsaluran = 6,542 m3 /s
v1 = kecepatan di hulu saluran = 0,40 m/s
v2 = kecepatan didalam gorong-gorong = 1,5 m/s
v3 = kecepatan di hilir saluran = 0,40 m/s
g = perc. Gravitasi = 9,81 m/s2
n = Koefisien kekasaran Manning = 0,020

Luas penampang Gorong-gorong


Q
A =
v2
6,542
= = 4,36 m2
1,5

Tinggi permukaan air gorong-gorong (h) dapat dihitung :


A = (d² x π)/4 (Asumsi h = d)
4,361342 = (d² x π)/4
h = 2,36 m
Jadi, Diameter gorong-gorong
d = 2,36 m

Keliling Basah
P = b + 2d
= 2,356013 + 2. 2,36
= 7,06804 m

Jari - jari Hidrolis


A
R =
P
4,361342
= = 0,617051 m
7,068

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Kemiringan Dasar Saluran
v2 x n 2
S = 2/3
R
1,5 . 0,020 2
= = 0,0017 = 0,17 %
0,725

Kehilangan Energi :
1. Akibat pemasukan
2
hc = 0,50 (v2 - v1 )
2.g

= 0,50 ( 1,5 - 0,40 )2 = 0,0308 m


2 x 9,81

2. Akibat gesekan
Nilai koefisien kekasaran Strickler (k) untuk beton 70
1 1/6 1 1/6
Cf = R = 0,617 = 0,0132
k 70
2
hf = Cf . v2
2.g
0,013181 x 1,5 2
= = 0,00151 m
3. 2x 9,81

Akibat pengeluaran
(v2 - v3 ) 2
ho = 0,11
2.g
2
= 0,11 ( 1,5 - 0,40 ) = 0,0068 m
4. 2 x 9,81

Htotal = hc + hf + ho
= 0,0308 + 0,0015 + 0,0068
= 0,0391 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Kemiringan Dasar Saluran
v2 x n 2
S = 2/3
R
1,5 . 0,020 2
= = 0,0017 = 0,17 %
0,725

Kehilangan Energi :
1. Akibat pemasukan
2
hc = 0,50 (v2 - v1 )
2.g

= 0,50 ( 1,5 - 0,40 )2 = 0,0308 m


2 x 9,81

2. Akibat gesekan
Nilai koefisien kekasaran Strickler (k) untuk beton 70
1 1/6 1 1/6
Cf = R = 0,617 = 0,0132
k 70
2
hf = Cf . v2
2.g
0,013181 x 1,5 2
= = 0,00151 m
2x 9,81

3. Akibat pengeluaran
(v2 - v3 ) 2
ho = 0,11
2.g
2
= 0,11 ( 1,5 - 0,40 ) = 0,0068 m
2 x 9,81

4. Htotal = hc + hf + ho
= 0,0308 + 0,0015 + 0,0068
= 0,0391 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.10 Rekapitulasi Dimensi Gorong-gorong
Kecepatan Aliran Dimensi Koefisien
Nama Gorong- Q1 P R S
No V1 V2 V3 A d b manning
Gorong
m3/det m/dt m/dt m/dt m2 m m (n) m m %
1 a4-b3 6,54 0,40 1,5 0,40 4,36 2,36 2,36 0,02 7,07 0,62 0,17
2 c4-d3 11,31 0,40 1,5 0,40 7,54 3,10 3,10 0,02 9,29 0,81 0,12
3 b4-d2 8,81 0,40 1,5 0,40 5,88 2,73 2,73 0,02 8,20 0,72 0,14

Tabel 4.11 Kehilangan Energi Gorong-gorong


Kehilangan Energi
No Nama Gorong-Gorong hc hf ho htotal
m m m m
1 a4-b3 0.0308 0.00147 0.0068 0.0391
2 c4-d3 0.0308 0.00154 0.0068 0.0392
3 b4-d2 0.0308 0.00149 0.0068 0.0391

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


4.4. Perencanaan Inlet
 Dimensi Inlet
Inlet adalah Lubang-lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju
ke dalam saluran.

Contoh Perhitungan
Diketahui data-data sebagai berikut:
Untuk Trotoar a3-a4
· Panjang Saluran = 2500 m
· Lebar jalan = 7 m
· lebar trotoar = 1,5 m
· jalan + trotoar = 10 m
· Bahu Jalan = 1 m

· Jarak antara Sreet Inlet ( D )

280
D = x S ≤ 50 m
w

dimana: w = lebar jalan (m)


s = kemiringan jalan (%) = 2%
D = jarak antara sreet inlet (m)

· Kapasitas untuk inlet tegak

Q
= 0,36 x g x d3/2
L

dimana :
3
Q = kapasitas inlet (m /det)
L = lebar bahan inlet (m)
g = kecepatan grafitasi m/det2
d = kedalaman air (m)

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


* Perencanaan inlet pada jalur trotoar a3-a4
Dik: w = 7 m
S = 0,02 = 2%
g = 9,8 m/det2

Jarak antara Sreet Inlet ( D )

280
D = x S ≤ 50 m
w

280
x 0,1414 ≤ 50
7

5,66 ≤ 50 ( Oke !!! )

Selanjutnya jumlah inlet tegak yang dibuat di sepanjang jalan A


Ltot
N =
D
2500
=
5,66

= 442

Luas 1 inlet
A = 1/2 x w x D
A= 0,5 x 7 x 6
A = 0,00198 m2

Kapasitas inlet tegak (Curb Inlet)

Data-data :
A = 0,00198 Ha st = 2,0 %
Lt = 3,501 m C = 0,9
Ls = 2500

Perhitungan:
Lt 0,77
tc = 0,0195 ( )
( st ) 0,5
3,50
= 0,0195 ( )0,77
( 2,000 ) 0,5

= 0,2307 menit

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Ls
td = Untuk kemiringan 2-4% , v= 0.9
v
2500
= = 2777,78 detik = 46,30 menit
0,9

2 . tc 2 x 0,231
Cs = =
2 . tc + td 2 x 0,231 + 46,30
= 0,010

Gunakan Curah Hujan Maksimum antara periode ulang 2, 5, dan 10 tahun


R 24
I10 = x ( )2/3
24 tc / 60
163,1706 24 2/3
= x
24 0,231 / 60

= 2304,52 mm/jam

Debit
Q= 0,0027.C.Cs.I.A
3
Q= 0,00208 m /s

Tinggi Genangan Air

0.5 0.2
d = 0,047 ( D . I ) (1/S)
= 0,047 ( 6 . 2304,5 ) 0.5 ( 1 / 2% ) 0.2
= 11,73 mm ≤ 150 mm

Lebar Curb
Q
L=
0,36 x g x d3/2
0,00208
L=
0,112
= 0,02 m

3
dimana : Q = kapasitas inlet tegak ( m /det )
g = percepatan gravitasi ( m/det2 ) = 9,81 m/det2
L = Lebar bukaan curb ( m )
diambil l = 20 cm = 0,20 m
d = kedalaman air dalam curb (m)
diambil d = 10 cm = 0,10 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tabel 4.12 Dimensi Inlet

Panjang Lebar Jarak Lebar


Luas Intensitas Tinggi
Nama Saluran Jalan Inlet t0 td tc Debit (Q) Curb
No n (A) Cs (I) Air (d)
Jalan (Ls) (w) (D) (L)
(m) (m) (m) (Ha) (menit) (menit) (menit) (mm/jam) (m3/detik) (mm) (m)
1 A 2500 7.0 5.66 442 0.0020 1.359 46.296 47.655 0.673 65.958 0.02077 2.0 0.19
2 B 1500 7.0 5.66 266 0.0020 1.359 27.778 29.137 0.677 91.562 0.02901 2.3 0.26
3 C 1750 7.0 5.66 310 0.0020 1.359 32.407 33.766 0.676 82.989 0.02624 2.2 0.23
4 D 2500 7.0 5.66 442 0.0020 1.359 46.296 47.655 0.673 65.958 0.02077 2.0 0.19
Yang digunakan dalam perencanaan 0.3

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Outfall ke sungai yang digunakan adalah bentuk trapesium
Diketahui data sbb:
Debit rencana (Q) = 25.85 m³/dtk
Kecepatan air outfall = 0.40 m/dtk
m = 1.00
n = 0.02
Luas penampang basah (A)

Q 25.85
A = =
v 0.40
= 64.617 m²

Mencari lebar saluran dan kedalaman air

A = 3 h2 ; diasumsikan b = 2h
64.617 = 3 h2
h = 5.084 m
b = 10.17 m

Mencari lebar permukaan saluran ( T )

T = b + 2.m.h
= 10.17 + 2. 1.00 . 5
= 20.336

Jari-jari hidrolis ( R )

A 3 h2
R = =
p 4.328 h
64.61735
=
22.00350
R = 2.93668 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


Tinggi jagaan ( fb )

1.5 . Q .h 0.5
fb =
60

25.847 . 5.084 0.5


= 1.5 .
60

= 1.81250 m

Kehilangan tingkat energi (z)

Q = Φ . A . 2g .z
dimana : Φ = koefisien debit = 0.8
z = kehilangan tinggi energi (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2 )

Q
z =
Φ . A . 2g

25.84694
=
1 . 64.617 . 19.62

z = 0.02548 m

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


BAB V
PENGGAMBARAN

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN | D011 18 1321


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 2500 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,092
Elevasi Tanggul (m) +37,7 +35,4 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +37,1 +34,8 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +36 +33,7
Tinggi Saluran (m) 1,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6 1 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER a1-a2
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 1750 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,143
Elevasi Tanggul (m) +37,7 +35,2 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +37,1 +34,6 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +36 +33,5
Tinggi Saluran (m) 1,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6 2 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER a1-a3
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 1500 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,140
Elevasi Tanggul (m) +35,2 +33,1 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +34,6 +32,5 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,5 +31,4
Tinggi Saluran (m) 1,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6 3 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER b1-b2
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 1750 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,092
Elevasi Tanggul (m) +35,2 +33,5 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +34,6 +33 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,5 +31,9
Tinggi Saluran (m) 1,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6 4 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER b1-b3
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

Riswal K., S.T., M.T.


+33 +33

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


D011 18 1321
+30 +30

+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 2500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,068
Elevasi Tanggul (m) +34,9 +33,2
X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +34,3 +32,6
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,2 +31,5
Tinggi Saluran (m) 1,1
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6
5 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER c1-c2
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

Riswal K., S.T., M.T.


+33 +33

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


D011 18 1321
+30 +30

+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 2500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,096
Elevasi Tanggul (m) +34,9 +32,5
X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +34,3 +31,9
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,2 +31,5
Tinggi Saluran (m) 1,1
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6
6 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER c1-c3
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

Riswal K., S.T., M.T.


+33 +33

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


D011 18 1321
+30 +30

+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 1500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,087
Elevasi Tanggul (m) +33,15 +31,85
X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +32,55 +31,25
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +31,45 +30,15
Tinggi Saluran (m) 1,1
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6
7 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER d1-d2
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

Riswal K., S.T., M.T.


+33 +33

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

+30 +30
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
D011 18 1321
+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 2500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,082
Elevasi Tanggul (m) +33,15 +31,85
X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +32,55 +31,25
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +31,45 +30,15
Tinggi Saluran (m) 1,1
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 1,7
Tinggi Jagaan (m) 0,6
8 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
TERSIER d1-d3
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 2500 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,056
Elevasi Tanggul (m) +33 +31,6 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +32,3 +30,9 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +30,8 +29,4
Tinggi Saluran (m) 1,5 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 2,3
Tinggi Jagaan (m) 0,7 9 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER c3-c4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR

+38 +38
REKAYASA DRAINASE

+37 +37
DOSEN

+36 +36

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+35 +35

+34 +34 Riswal K., S.T., M.T.

+33 +33

+32 +32
MAHASISWA

+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
D011 18 1321
+30 +30

GAMBAR
+29 +29

+28 +28 PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27
SKALA
Panjang Saluran (m) 1750
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,097 X = 1:10000
Elevasi Tanggul (m) +35,9 +34,2 Y = 1:100
Elevasi Muka Air (m) +35,2 +33,5
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,7 +32 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Tinggi Saluran (m) 1,5
Lebar Saluran (m) 2,3 10 16
Tinggi Jagaan (m) 0,7
LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER a2-a4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35
Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.

+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31 ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
D011 18 1321
+30 +30

+29 +29
GAMBAR

+28 +28
PROFIL MEMANJANG SALURAN
+27 +27

SKALA
Panjang Saluran (m) 2500
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,097
Elevasi Tanggul (m) +35,7 +34,2
X = 1:10000
Y = 1:100
Elevasi Muka Air (m) +35 +33,5
Elevasi Dasar Saluran (m) +33,5 +32
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Tinggi Saluran (m) 1,5
Lebar Saluran (m) 2,3
11 16
Tinggi Jagaan (m) 0,7

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER a3-a4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

+33 +33
Riswal K., S.T., M.T.

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


+30 +30
D011 18 1321
+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 1750
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,057
Elevasi Tanggul (m) +33,6 +32,6
Elevasi Muka Air (m) +32,9 +31,9
X = 1:10000
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +31,4 +30,4
Tinggi Saluran (m) 1,5
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 2,3
Tinggi Jagaan (m) 0,7
12 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER b2-b4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

+33 +33
Riswal K., S.T., M.T.

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


+30 +30
D011 18 1321
+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 1500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,100
Elevasi Tanggul (m) +34,1 +32,6
Elevasi Muka Air (m) +33,4 +31,9
X = 1:10000
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +31,9 +30,4
Tinggi Saluran (m) 1,5
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 2,3
Tinggi Jagaan (m) 0,7
13 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER b3-b4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38

REKAYASA DRAINASE
+37 +37

DOSEN
+36 +36

+35 +35

Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.


+34 +34

+33 +33
Riswal K., S.T., M.T.

+32 +32

MAHASISWA
+31 +31

ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN


+30 +30
D011 18 1321
+29 +29

GAMBAR
+28 +28

+27 +27
PROFIL MEMANJANG SALURAN
Panjang Saluran (m) 2500
SKALA
Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,084
Elevasi Tanggul (m) +33,7 +31,6
Elevasi Muka Air (m) +33 +30,9
X = 1:10000
Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +31,5 +29,4
Tinggi Saluran (m) 1,5
NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 2,3
Tinggi Jagaan (m) 0,7
14 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER c2-c4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 1500 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,060
Elevasi Tanggul (m) +32,4 +31,5 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +31,5 +30,6 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +29,4 +28,5
Tinggi Saluran (m) 2,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 3,1
Tinggi Jagaan (m) 0,9 15 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER d3-d4
Elevasi Dasar Saluran
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGAS BESAR
+38 +38
REKAYASA DRAINASE
+37 +37
DOSEN
+36 +36

+35 +35 Dr. Eng. Ir. Hj. Rita Tahir Lopa, M.T.
+34 +34
Riswal K., S.T., M.T.
+33 +33

+32 +32
MAHASISWA
+31 +31
ANDI NURFADILLAH ALIFUDDIN
+30 +30 D011 18 1321

+29 +29 GAMBAR


+28 +28

PROFIL MEMANJANG SALURAN


+27 +27

Panjang Saluran (m) 2500 SKALA


Kemiringan Dasar Saluran (%) 0,066
Elevasi Tanggul (m) +33,15 +31,5 X = 1:10000
Elevasi Muka Air (m) +32,25 +30,6 Y = 1:100
Elevasi Dasar Saluran (m) +30,15 +28,5
Tinggi Saluran (m) 2,1 NO. LEMBAR JUMLAH LEMBAR
Lebar Saluran (m) 3,1
Tinggi Jagaan (m) 0,9 16 16

LEGENDA

Elevasi Tanggul

Elevasi Muka Air


POTONGAN MEMANJANG SALURAN
SEKUNDER d2-d4
Elevasi Dasar Saluran

Anda mungkin juga menyukai