Anda di halaman 1dari 5

1.Nama Lengkap : Muh.

Aqzalil Maqdiza
2.Nim : D011191041
3.Prodi/Jurusan : Teknik Sipil A

Jadi, pada review kali ini kita akan mereview sebuah film yang berjudul Budaya
perburuan paus di lamalera Flores Nusa Tenggara Timur pada film kali ini yang akan
menjadi pembawa acara adalah seorang pemuda yang bernama Will yang mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang penjelajah dan seorang penulis,  pada awal acara will
mengatakan bahwa dia sangat tertarik dengan ikatan yang dimiliki oleh  orang-orang di
lamalera ini dengan laut karena orang-orang di sini hidup dengan cara berburu paus
yang mana cara ini hanya digunakan oleh suku-suku yang ada di lamalera serta berburu
ikan yang sangat tidak biasa Karena mereka hanya berburu ikan paus jenis tertentu,
maka dari itu mereka juga disebut sebagai Pemburu Terakhir dari Laut Selatan.

Pada awal film dikatakan bahwa mereka memburu paus untuk penerangan di
saat malam hari jadi mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengambil minyak paus
itu sebagai sumber dari pencahayaan mereka dan mereka sadar bahwa dunia menghina
mereka dengan kata lain bahwa dunia tidak menyetujui apa yang mereka lakukan
dengan berburu paus karena paus termasuk hewan yang dilindungi  dan untuk  nelayan
lamalera Mungkin banyak yang masih bingung Mengapa mereka harus membunuh paus
Bukankah banyak ikan di lautan?. Ternyata ada tradisi yang sudah berlangsung selama
berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun di sini tentang memburu ikan paus dan
tradisi  itupun yang mempersatukan komunitas-komunitas yang ada di lamalera ini.

Sebenarnya bukan hanya ikan paus yang diburu di sini melainkan banyak jenis
ikan lain seperti ikan pari, lumba-lumba dan tuna tetapi jenis ikan itu berbeda dengan
ikan paus jenis ikan selain ikan paus hanya digunakan untuk dijual agar mendapatkan
uang Karena harganya lebih mahal dan sedangkan ikan paus mereka menggunakannya
untuk keperluan sehari-hari seperti minyaknya, dagingnya dan anggota tubuh yang
lainnya dan mereka sangat  membutuhkan ikan paus sebagai pencaharian utamanya
karena ikan paus juga dapat digunakan sebagai alat barter di pasar mereka mereka dapat
menukar buah-buahan dan sayur-sayuran menggunakan daging ikan paus yang mereka
peroleh.

Meskipun begitu mereka sangat akrab satu dengan yang lainnya mereka saling
bantu membantu untuk menangkap ikan paus dan saling membagi rata hasil tangkapan
mereka kepada seluruh desa bahkan Satu ikan paus dapat memberi makan hingga 2 ribu
penduduk desa dan orang-orang di lamalera Flores, Dan juga mereka penduduk yang
sangat percaya dengan Tuhan, mereka percaya bahwa Tuhanlah yang memberikan
mereka rezeki dari lautan serta keselamatan mereka dan juga jika pada hari Minggu
mereka hanya fokus untuk beribadah saja meskipun jika terlihat ada  ikan paus yang
berkeliaran mereka tidak akan keluar untuk menangkapnya ini adalah bukti bahwa
mereka adalah orang yang taat ibadah dan menghormati tradisi.

Meskipun banyak orang yang mengecam perbuatan mereka tentang memburu


paus tidak berarti saat mereka berburu mereka tidak memiliki resiko untuk kehilangan
nyawa bahkan banyak ayah-ayah dari para nelayan mereka adalah korban dari
perburuan ikan paus ini, banyak pula nelayan yang sudah ditinggal mati ayahnya sejak
mereka masih dalam kandungan tetapi mereka masih melanjutkan apa yang menjadi
pekerjaan ayahnya karena mereka sangat menghormati tradisi yang sudah berlangsung
sangat lama di desa mereka. Meskipun begitu mereka adalah nelayan-nelayan yang
sangat pemberani dan tidak takut jika mereka tidak akan pulang untuk menemui
keluarga mereka karena mereka sudah menanamkan niat jika mereka pulang dengan
tangan kosong maka keluarga serta orang-orang di desa tidak akan mendapatkan
makanan mereka harus berlaut meskipun cuaca di laut itu tidak bersahabat mau tidak
mau mereka harus pergi untuk menangkap ikan, mereka menanggung beban itu untuk
kepentingan desa dan salah satu petinggi di desa berkata "katakan kepada teman-teman
kalian di negara luar sana Kami sangat butuh dengan ikan paus tanpa ikan paus kami
tidak bisa hidup karena ikan paus adalah sumber utama dari mata pencaharian kami".

Adapun saat berburu paus terdapat tugas-tugas yang di berikan kepada masing-
masing orang dan tentu saja saat mereka mendapatkan tangkapan maka hasilnya akan di
bagikan sesuai dengan peran mereka saat pergi berlayar untuk menangkap ikan tersebut
seperti orang yang bertugas untuk menembak ikan disebut Lamafa, seorang penembak
ikan atau yang disebut sebagai Lamafa adalah seorang yang bertugas untuk menombak
ikan yang yang akan diburu pekerjaan ini tidaklah mudah karena membutuhkan mental
serta fisik yang kuat karena jika seorang Lamafa tidak bagus dalam pekerjaannya maka
risikonya adalah seluruh desa tidak dapat makan ikan serta pencaharian mereka menjadi
berkurang karena itu seorang Lamafa adalah seorang yang seharusnya dapat tenang di
segala situasi dan kondisi apapun meskipun mendapat tekanan dari orang di
belakangnya saat dia meleset untuk menombak ikan.

Tetapi meskipun mendapat kecaman dari pihak luar sebenarnya nelayan-nelayan


yang ada di lamalera tidak melanggar apa yang menjadi hak nelayan pada umumnya 
seperti, Mendapat kebebasan mencari ikan dimanapun dalam negara Indonesia,
Diperbolehkan menjual hasil tangkapannya, Mendapat harga yang sesuai untuk ikan
yang dia jual, Mendapat kebebasan untuk membudidayakan ekosistem laut,
Mendapatkan perlindungan hukum dan pemberdayaan yang baik dari pemerintah daerah
dan negara, Hak mendapat pekerjaan sebagai nelayan atau ikan, Adapun yang menjadi
kewajiban nelayan yaitu menangkap sumber daya laut sesuai dengan norma-norma
moral dan regulasi yang berlaku, tidak menangkap menggunakan jaring pukat harimau
tidak melakukan kecurangan dalam menangkap ikan  (seperti melanggar batas wilayah
negara lain), menjaga ekosistem laut sebaik mungkin bersaing secara sehat dengan para
nelayan lainnya.
Kita dapat melihat bahwa apa yang dilakukan oleh para nelayan lamalera
tidaklah melanggar dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena mereka
menangkap ikan masih dengan cara yang yang sama seperti leluhur mereka cara
tradisional menggunakan tombak yang terbuat dari bambu dan mereka tidak
menggunakan pukat, tidak menggunakan bahan peledak, atau bahan-bahan kimia
lainnya yang dapat merusak ekosistem di sekitar laut, mungkin para nelayan lamalera
tidak terlalu terbuka dengan modernisasi tetapi penduduk di sana adalah orang yang 
hidup dengan cara yang sangat tradisional, mereka tidak melanggar aturan apapun
sehingga pemerintah juga tidak bisa melarang mereka untuk pergi berlayar, penduduk di
sana adalah orang yang ramah-tamah dan orang yang sangat suka gotong-royong atau
tolong-menolong untuk menyelesaikan suatu masalah dan mereka sangat menghargai
apa yang diberikan tuhan kepada mereka dalam hal ini dapat berbentuk sebagai ikan
dari hasil tangkapan mereka tiap harinya.

Dan Adapun tradisi ini telah berlangsung selama berapa abad yang lalu
diperkirakan sekitar tahun 1500-an atau sejak berdirinya pulau tersebut. Dan harus
diingat bahwa mereka hanya menangkap paus jenis sperma saja yang lewat di Pulau
mereka dan hasil tangkapan mereka dibagikan kepada fakir-fakir miskin, janda, anak-
anak yatim, mereka mendapatkan jatah terlebih dahulu dan jatah yang lebih banyak.
Serta, adapun syarat untuk menjadi seorang lamafa adalah dia harus berperilaku baik
sopan, berani, serta yang terpenting adalah dia tidak boleh menggauli istrinya pada saat
malam hari  sebelum esoknya ia berburu hal ini di percaya Jika dia  melanggar aturan
tersebut maka dia tidak dapat menangkap ikan satupun,  Dan juga mereka tidak berburu
paus dalam jumlah masif atau dalam skala yang besar  mereka hanya menangkap paling
tidak 20 ekor paus dalam setahun.

Dan sebenarnya kegiatan berburu paus ini pernah dikecam oleh LSM atau 
organisasi yang bergerak dalam kegiatan pelestarian alam tetapi saat mereka melihat
sendiri aktivitas berburumya Mereka pun diam karena para nelayan di pulau lamalera 
ini tidak berburu untuk kegiatan komersil apapun mereka tidak mengambil untung dari
pihak luar yang menggaji mereka untuk berburu paus mereka berburu paus karena ini
adalah tradisi serta itu adalah mata pencaharian utama mereka di desa tersebut, 
mungkin berbeda ceritanya dengan para pemburu pemburu ilegal di luar sana mereka
memburu secara membabi buta dalam skala yang masif atau berskala besar sehingga
membuat ekosistem menjadi tidak seimbang dan mereka tidak memiliki izin serta
mereka membunuh dengan menggunakan alat-alat yang ilegal seperti menggunakan
bahan peledak, atau menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan terumbu karang serta matinya biota-biota laut lainnya.

Adapun cara berburu ikan paus tidak boleh sembarangan mereka harus
menghargai ikan paus itu sebagaimana tradisi-tradisi yang telah diajarkan kepada
mereka yang pertama yaitu ikan paus yang diburu haruslah jenis paus sperma atau biasa
disebut oleh penduduk di sana adalah  koteklema  dan perahu yang digunakan adalah
Perahu tradisional  dan bukan jenis perahu motor karena ditakutkan perahu  yang
menggunakan perahu motor akan melukai paus tersebut perahu yang digunakan adalah
perahu dayung atau Perahu tradisional dan jika telah terlihat seekor paus yang melompat
ke udara mereka tidak akan langsung memburunya mereka akan mengobservasi atau
meneliti jenis paus tersebut apakah itu jenis paus sperma, jika telah dipastikan itu jenis
sperma maka para pengamat akan melihat terlebih dahulu apakah itu jantan atau betina
jika dia betina dan dia hamil maka pemburu tidak akan membunuhnya dan akan
melepaskannya karena para pemburu ini hanya mengincar paus jantan atau paus betina
yang sudah tidak produktif lagi dan jika telah didapatkan sasaran paus yang ingin diburu
maka kapal-kapal pun akan bergerak menuju ke arah paus sperma tersebut dan Lamafa
akan bersiap-siap untuk menembak tepat di bagian batok kepala paus tersebut dan jika
telah tertangkap paus tersebut akan di jaring menggunakan jaring buatan khusus yang
terbuat dari  daun pohon gebang  dan serat batang waru dan para penangkap paus akan
menangkap paus menggunakan tali sakral yang terbuat dari kapas  yang dipintal dan
dilumuri getah kulit pohon turi.

Setelah menangkap hasil tangkapan mereka, mereka akan memanfaatkan seluruh


bagian dari paus itu dan tidak ada yang dijual untuk kepentingan komersil dan mereka
pula tidak dibayar untuk itu, seperti tulang-tulang ikan paus itu tidak ada yang
dipasarkan di pasar gelap atau di manapun mereka hanya menjadikan tulang-tulang itu
sebagai hiasan hiasan di Pulau mereka, mereka membuat tulangnya dapat menjadi
sebuah kalung, cincin, gelang, dan lain-lain serta kulit ikan paus itu dapat diambil
minyaknya dan menjadi sumber penerangan saat di malam hari dirumah. Mereka yang
hidup di lamalera adalah sekelompok orang-orang yang sangat Mandiri dengan
kehidupan mereka, mereka tidak pernah bersantai-santai, mereka adalah para pekerja
yang ulet dan giat untuk memenuhi kebutuhan mereka serta keluarga mereka yang
menjadi tanggung jawab seluruh kelompok nelayan tersebut.

Mungkin banyak dari kita yang memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
apakah hal ini adalah hal yang entah itu hal yang benar atau hal yang salah. Tentu, kita
semua memiliki penilaian dari sudut pandang yang berbeda-beda maka dari itu saya
akan memberikan pendapat saya tentang nelayan ikan paus di Pulau lamera ini  yang
juga disebut sebagai pemburu terakhir dari Laut Selatan.  Menurut saya mereka orang 
Nusa Tenggara Timur adalah orang yang hidup dalam damai setiap pendatang yang
datang untuk bertamu selalu disambut dengan sangat baik oleh para pemimpin-
pemimpin di desa dalam kasus ini adalah pulau lamalera dan juga menurut saya cara
orang-orang di sana Berburu menggunakan alat-alat yang masih tergolong tradisional
tidak akan membuat populasi paus yang ada di sana menjadi punah karena mereka
memiliki aturan-aturan masing-masing dalam berburu di sana mereka tidak melakukan
perburuan secara masif atau dalam skala yang besar, mereka hanya berburu pada waktu-
waktu tertentu saja pada saat migrasi paus datang ke pulau mereka. Dan juga mereka
hanya berburu paus yang berada dekat dengan pulau mereka saja dan mereka tidak
pernah menggunakan alat-alat atau bahan kimia seperti bahan peledak,   pukat harimau,
racun berbahan kimia dan alat-alat ilegal lainnya dan meskipun perburuan paus
dianggap hal yang ilegal di luar sana tetapi lembaga-lembaga yang mengatur tentang
perlindungan habitat dan alam tidak melarang para nelayan- nelayan dan para penduduk
di pulau  lamalera untuk berburu ikan  paus disamping Karena itu adalah budaya yang
mereka terapkan selama berabad-abad atau beratus-ratus tahun lamanya ikan paus di
sana juga merupakan mata pencaharian utama mereka. Jadi dilegalkan hanya untuk di
lamalera saja dan ini adalah salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh warga lamalera
yang tidak dimiliki di tempat lainnya didunia ini.

Dan saya pribadi, jika menurut pandangan agama saya bahwa binatang laut itu
semua halal dimakan terlebih lagi jika itu untuk kebutuhan hidup mereka dan yang
sebenarnya yang menjadi tanda tanya pada persoalan ini, apakah kita semua benar-benar
peduli terhadap ikan paus tersebut yang dikatakan hampir punah? Karena jika kita betul-
betul peduli, apa yang sudah kita lakukan untuk kehidupan mereka atau kita dapat mulai
dengan hal-hal yang kecil seperti tidak membuang sampah ke lautan karena sebenarnya
hal-hal kecil seperti inilah yang dapat menyebabkan kepunahan dari Paus itu sendiri
serta bukan hanya paus sebenarnya tetapi banyak biota-biota laut yang terancam
kepunahannya akibat ulah manusia itu sendiri jadi sebelum menghakimi orang lain mari
kita berbenah diri untuk menjadi lebih baik serta menjaga apa yang telah diwariskan
kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai