Anda di halaman 1dari 86

TUGAS BESAR

PENYALURAN AIR BUANGAN

DOSEN PENGAMPU : MARHADI, ST,M.Si

DISUSUN OLEH
DIMAS MUNANDAR (1800825201013)
REZA BAGUS MAULANA (1800825201022)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI
2020/2021
UNIVERSITAS BATANGHARI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

LEMBARAN ASISTENSI TUGAS

Nama : 1. Dimas Munandar


2. Reza Bagus Maulana
Akademik : Teknik Lingkungan
Program Studi : Strata Satu (S1)
Mata Kuliah : Penyaluran Air Buangan
Dosen : Marhadi, S.T, M.Si.

No Hari/Tanggal Keterangan Paraf

Jambi, 2021

Marhadi, S.T, M.Si.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman ii
HIMATEL - UNBARI
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK
LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
BATANGHARI

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Dosen Pengampu Mata kuliah Penyaluran Air
Buangan pada jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Batanghari, dengan ini
menerangkan bahwa :

Nama : Reza Bagus Maulana


(1800825201022)
Tahun Akademik : 2021

Telah menyelesaikan tugas besar untuk:

Mata kuliah : Penyaluran Air Buangan


Nilai Tugas : ..........(................................................................)

Demikian surat keterangan selesai tugas ini diberikan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 2021

Marhadi, S.T, M.Si.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman iii
PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil‘aalamin, Segala Puji dan Syukur Penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini. Shalawat
beserta Salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya sampai akhir zaman,
Aamiin.
Penulisan tugas besar ini diajukan untuk memenuhi syarat penyelesaian mata
kuliah Penyaluran Air Buangan. Adapun Judul yang Penulis usung adalah “Belum
Ada”.
Tujuan tugas besar ini, Penulis mendapatkan bimbingan, bantuan, dorongan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Penulis untuk
menyelesaikan tugas besar ini.
Dalam pembuatan tugas besar ini penulis menyadari terdapat banyak kesalahan
baik dalam penulisan maupun dalam pengumpulan data. Oleh karena itu Penulis
minta maaf yang sedalam-dalamnya.

Jambi, Juli 2021

Penulis

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman iv
Daftar Isi

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman v
Daftar Tabel

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman vi
Daftar Gambar

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR BUANGAN Halaman vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air limbah menjadi persoalan kontemporer seiring kepadatan penduduk yang
semakin meningkat. Setiap rumah tangga yang tinggal di perkotaan pasti akan
membutuhkan tempat pembuangan air limbah. Sebagian besar rumah tangga
membuang air limbah di sungai, got, selokan, atau badan air lainnya. Air limbah
mengandung senyawa-senyawa polutan yang dapat merusak ekosistem air. Air
limbah bila tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik
terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. (Sugiarto, 2008)
Scundaria (2000) menyebutkan bahwa limbah merupakan sumber daya alam yang
telah kehilangan fungsinya, yang keberadaannya mengganggu kenyamanan dan
keindahan lingkungan. Limbah dihasilkan dari sisa proses produksi baik industri
maupun domestik/rumah tangga.
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan
pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.
Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar mandi dan
juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Air limbah yang bersumber dari rumah
tangga, menurut Notoatmodjo (2003) dalam Angreni (2009), yaitu buangan yang
berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah terdiri dari excreta
(tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organik. Air dikatakan tercemar jika adanya penambahan makhluk
hidup, energi atau komponen lainnya baik sengaja maupun tidak, kedalam air baik
oleh manusia ataupun proses alam yang menyebabkan kualitas air turun sampai
tingkat yang menyebabkan air tidak sesuai peruntukannya.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 1
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah Penyaluran Air Buangan pada studi ini dapat diindentifikasi sebagai
berikut :
1. Sebagai Pembelajaran tentang tata cara merencanakan suatu bangunan
pengolahan air buangan yang baik;
2. Sebagai Pembelajaran tentang kualitas air yang dibuang ke lingkungan sesuai
dengan baku mutu yang di sarankan pemerintah agar tidak berlebihan dalam
mencemari lingkungan khususnya sungai;
3. Merencanakan Sistem Penyaluran air buangan terpusat atau off site;
1.3. Tujuan
Adapun Tujuan Penulisan Laporan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air
Buangan Yaitu :
1. Untuk mengetahui Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Pada Komplek
Perumahan x pada tugas besar;
2. Untuk mengetahui Tahapan perencanaan sistem perpipaan air limbah domestik
analisis dan debit air limbah rumah;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama.Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar
mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga. Jumlah air limbah yang dibuang
akan selalu bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala
kegiatannya. Apabila jumlah air yang dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan
alam untuk menerimanya maka akan terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang
rusak akan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada
lingkungannya itu sendiri sehingga oleh karenanya perlu dilakukan penanganan air
limbah yang seksama dan terpadu baik dalam hal penyalurannya. Sistem penyaluran
air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan baik itu dari rumah tangga
maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya menggunakan sistem saluran
tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi menyalurkan air limbah tersebut
ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke saluran utama atau saluran drainase.
Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam yaitu: sistem
penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran, dimana sistem penyaluran
terpisah adalah sistem yang memisahkan aliran air buangan dengan limpasan air
hujan, sedangkan sistem penyaluran tercampur menggabungkanaliran air buangan
dengan limpasan air hujan. Dalam hal ini pembahasan hanya mencakup sistem
penyaluran air limbah terpisah. Kemudian sistem pengolahan limbah pun terdiri dari
2 macam yaitu sistem pengolahan on-site position dan sistem off-site position, yang
akan ditinjau nantinya adalah sistem pengolahan off site posistion dimana air limbah
disalurkan melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian masuk ke
instalasi pengolahan terpusat.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 3
2.2 Sistem Penyaluran Air Buangan
2.2.1 Sistem Sanitasi Setempat
Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) adalah sistem pembuangan air
limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan
saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan
air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi Fajarwati, Penyaluran air buangan
domestik 2000) . Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi
dan menggunakan biaya relatif rendah.Sistem ini sudah umum karena telah banyak
dipergunakan di Indonesia.
Kelebihan sistem ini adalah:
a. Biaya pembuatan relatif murah;
b. Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi;
c. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana;
d. Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi;
Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah:
a. Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci;
b. Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaantidak
dilakukan sesuai aturannya;
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi (DPU
1989) antara lain:
a. Kepadatan penduduk kurang dari 200 jiwa /ha;
b. Kepadatan penduduk 200-500 jiwa/ha masih memungkinkan dengan syarat
penduduk tidak menggunakan air tanah;
c. Tersedia truk penyedotan tinja;
1. Cubluk (pit privy)
Cubluk merupakan sistem pembuangan tinja yang paling sederhana. Terdiri atas
lubang yang digali secara manual dengan dilengkapi dinding rembes air yang dibuat
dari pasangan batu bata berongga, anyaman bambu dan lain lain (Sugiharto 1987).
Cubluk Biasanya berbentuk bulat atau kotak, dengan potongan melintang sekitar 0.5-
1.0 m2, dengan kedalaman 1-3 m. Hanya sedikit air yang digunakan untuk

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 4
menggelontorkan tinja ke dalam cubluk. Cubluk ini biasanya di desain untuk waktu
5-10 tahun. Beberapa jenis cubluk antara lain:
a. Cubluk tunggal
Cubluk tunggal dapat digunakan untuk daerah yang memiliki tinggi muka air
tanah > 1 m dari dasar cubluk.Cocok untuk daerah dengan kepadatan < 200
jiwa/ha.Pemakaian cubluk tunggal dihentikan setelah terisi 75%.
b. Cubluk Kembar
Cubluk kembar dapat digunakan untuk daerah dengan kepadatan penduduk <
50 jiwa/ha dan memiliki tinggi muka air tanah > 2 m dari dasar cubluk .Pemakaian
lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75% dan selanjutnya lubang
cubluk kedua dapat disatukan.Jika lubang cubluk kedua terisi 75%, maka lumpur
tinja yang ada di lubang pertama dapat dikosongkan secara manual dan dapat
digunakan untuk pupuk tanaman Setelah itu lubang cubluk dapat difungsikan
kembali.
c. Tangki Septik
Tangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa
kompartemen yang berfungsi sebagai bangunan pengendap untuk menampung
kotoran padat agar mengalami pengolahan biologis oleh bakteri anaerob dalam
jangka waktu tertentu. Untuk mendapat proses yang baik, sebuah tangki septik
haruslah hampir terisi penuh dengan cairan, oleh karena itu tangki septik haruslah
kedap air (Sugiharto 1987). Prinsip operasional tangki septik adalah
pemisahanpartikel dan cairan partikel yang mengendap (lumpur) dan juga partikel
yang mengapung (scum) disisihkan dan diolah dengan proses dekomposisi
anaerobik. Pada umumnya bangunan tangki septik dilengkapi dengan sarana
pengolahan effluent berupa bidang resapan (sumur resapan).Tangki septik dengan
peresapan merupakan jenis fasilitas pengolahan air limbah rumah tangga yang
paling banyak digunakan di Indonesia. Pada umumnya diterapkan di daerah
pemukiman yang berpenghasilan menengah ke atas,perkotaan, serta pelayanan
umum. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan tangki septik :
a. Kecepatan daya serap tanah > 0.0146 cm/menit;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 5
b. Cocok diterapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk < 500
jiwa/ha;
c. Dapat dijangkau oleh truk penyedot tinja;
d. Tersedia lahan untuk bidang resapan;
2. Beerput
Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan.Oleh karena itu
bentuknya hampir seperti sumur resapan (Sugiharto 1987). Untuk penerapan sistem
beerput, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu tinggi air dalam
saluran beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,3 m dari dasar, jarak dengan
sumur minimal 8 m, volume diameternya tidak boleh< 1m dan apabila dibuat segi
empat maka sisi-sisinya harus lebih besar dari 0.9 m.
2.2.2 Sistem Sanitasi Terpusat
Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan
air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan
keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air
buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air
buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Ayi Fajarwati, Penyaluran air buangan
domestik 2000).
2.2.3 Sistem Penyaluran Terpisah
Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage
adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup,
sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus
untuk air yang tidak tercemar (Ayi Fajarwati, Penyaluran air buangan domestik
2000). Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain:
1. Periode musim hujan dan kemarau lama;
2. Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan
domestik;
3. Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan
air hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 6
4. Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada
musimkemarau dan musim hujan relatif besar;
5. Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat
berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch). Kelebihan sistem
ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif
kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas
untuk jaringan masing-masing sistem saluran;
2.2.4 Sistem Penyaluran Konvensional
Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewer) merupakan suatu
jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan
pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima.Sistem ini
terdiri dari jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk
untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas (Maryam Dewiandratika, Sistem
penyaluran air limbah 2002).Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa
manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa
tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan harus dinaikkan dengan pompa dan
selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan
kecepatan untuk membersihkan diri.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional:
1. Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor;
2. Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan;
3. Aliran dalam pipa harus aliran seragam;
4. Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0.6 m/det). Aliran
dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan;
5. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvnsional 3m/detik. Kelebihan
sistem penyaluran konvensional adalah tidak diperlukannya suatu tempat
pengendapan padatan atau tangki septik. Sedangkan kekurangan dari sistem
penyaluran konvensional antara lain:
a. Biaya konstruksi relatif mahal;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 7
b. Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran
small bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan
dengan karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari system
konvensional bersambung ke saluran small bore sewer;
Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran konvensional antara lain:
1. Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau
dekat dengan daerah yang punya sistem ini;
2. Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah
perumahan mewah, pariwisata;
3. Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilancukup
tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan;
4. Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak
dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan
pengolahan sendiri;
5. Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha dan
umumnyaPenduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan
sistemsetempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk;
2.2.5 Sistem Riol Dangkal (shallow Sewer)
Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial
Sewerage. Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut
air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan slope lebih landai (Maryam
Dewiandratika, Sistem Penyaluran air limbah 2002 ). Perletakan saluran ini biasanya
diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan
air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan dengan cara
konvensional yang mengandalkan self clensing. Sistem ini cocok diterapkan sebagai
sewerage di daerah perkampungan dengan kepadatan tinggi, tidak di lewati oleh
kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah sebesar 1% Shallow sewer harus
dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan kepadatan penduduk tinggi
dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan kamar
mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem ini melayani air

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 8
buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk serta
dilengkapi dengan pengolahan mini.
2.2.6 Sistem Riol Ukuran Kecil
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya
untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan
limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat.Saluran
tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah
dibandingkan dengan sistem konvensional (Maryam Dewiandratika, sistem
Penyaluran air limbah 2002). Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang
hanya pipa persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan
pipa induk tidak diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan
kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar.
Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini:
1. Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan,
tangki ini biasanya tangki septic;
2. Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan;
3. Aliran yang terjadi dapat bervariasi;
4. Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan selfcleansing
karena tidak harus membawa padatan;
5. Kecepatan maksimum 3m/det;
Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil:
1. Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi terutama
daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya sudah tidak
mampu lagi menyerap effluen tangki septic;
2. Biaya pemeliharaan relatif murah;
3. Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan padatan;
4. Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening;
5. Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang
resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permebilitasnya jelek;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 9
Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil antara lain:
1. Memerlukan lahan untuk tangki;
2. Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil;
2.2.7 Sistem Penyaluran Tercampur
Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan
yang tercampur dengan air limpasan hujan (sugiharto 1987). Sistem ini digunakan
apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk
membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit
masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas
air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah
hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun Kelebihan sistem ini adalah hanya
diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi
dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi
pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan
kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan
yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang
berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi
pengolahan. buangan.
2.2.8 Sistem Kombinasi
Pada sistem penyalurannya secara kombinasi dikenal juga dengan istilah
interceptor, di mana air buangan dan air hujan disalurkan bersama-sama
sampaitempat tertentu baik melalui saluran terbuka atau tertutup, tetapi sebelum
mencapai lokasi instalasi antara air buangan dan air hujan dipisahkan dengan
bangunan regulator (Hardjosuprapto 2000). Air buangan dimasukkan ke saluran pipa
induk untuk disalurkan ke lokasi pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung
dialirkan ke badan air penerima. Pada musim kemarau air buangan akan masuk
seluruhnya ke pipa induk dan tidak akan mencemari badan air penerima. Sistem
kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang airnya tidak
dimanfaatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di darah yang untuk program jangka
panjang direncanakan akan diterapkan saluran secarakonvensional, karena itu pada

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 10
tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat
dimanfaatkan sebagai saluran air hujan
2.3 Sistem Perpipaan
Pada umumnya sistem perpipaan penyaluran air buangan terdiri dari:
1. Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umunya terletak di dalam rumah dan
langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki diameter
3”- 4”, kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya antara debit dari persil dengan
debit dari saluran pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil
yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa
servis sekitar 6”- 8”, kemiringan pipa 0.5 - 1%. Lebar galian pemasanganpipa servis
minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0.6 m. Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk
dialirkan ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan.
Diameter awal pipa lateral minimal 8”, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 - 1%.
4. Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa pipa
lateral. Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-
masing pipa. Kemiringan pipa asekitar 0,2 - 1%
5. Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-
pipa cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan.
Kemiringan pipanya sekitar 0,2 - 1 %.
2.4. Pola Jaringan Saluran
Pola –pola jaringan yang umunya diterapkan pada sistem penyaluran air
buangan (Ayi Fajarwati, penyaluran air buangan domestik 2000).

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 11
a. Pola Perpendicular (Tegak Lurus)
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada
sistem terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan
Pengolahan Air Buangan (BPAB).
b. Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali yaitu ke dalam pipa
riol hulu dimasukkan sejumlah tertentu air hujan dengan pemasukkan terkendali.
Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas riol interceptor, sedangkan outfall
bypassnya menuju badan air penerima terdekat.Pola ini cocok untuk diterapkan di
daerah pantai.
c. Pola Zona
Pola Zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah pelayanan
yang terbagi dua oleh adanya sungai di daerah pelayanan, dimana pipa penyebrangan
atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal untuk dibangun.
d. Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah pelayanan yang
terletak di suatu lembah.Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah dalam dapat
melalui lebih dari dua cabang saluran, yang kemudian bersatu dalam pipa utama
menuju suatu outfall atau BPAB.
e. Pola Radial
Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke arah luar
dimulai dari daerah tinggi, jalur yang ditempuh pendek-pendek sehingga diperlukan
banyak BPAB
2.5. Bentuk dan Bahan Saluran
2.5.1. Bentuk Saluran
Dalam pemilihan bentuk saluran terdapat beberapa pertimbangan diantaranya:
a. Segi konstruksi;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 12
b. Segi hidrolis pengaliran untuk menjamin pengaliran air buangan, kedalaman
berenang minimum untuk sistem konvensional dan kecepatan aliran minimum
harus terpenuhi;
c. Ketersediaan tempat bagi penanaman saluran;
d. Segi ekonomis dan teknis termasuk kemudahan memperoleh
materialnya.Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan
pengumpul air buangan adalah lingkaran;
1. Bentuk Lingkaran
Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi debit aliran
konstan dan aliran tertutup. Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran.
Kondisi umum pengaliran saluran bulat lingkaran adalah:
V max tercapai pada saat d = 0.815 D
Q max tercapai pada saat d = 0.925 D
2. Bentuk Bulat Telur
Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran tidak konstan
dengan aliran tertutup dimana kondisi:
V max tercapai pada saat d = 0.89 D
Q max tercapai pada saat d = 0.94 D
Dari segi hidrolis, bentuk bulat telur ini mempunyai kelebihan:
1. Kedalaman aliran lebih terjamin;
2. Dapat mengatasi fluktuasi aliran dengan baik;
Kekurangan bentuk saluran ini:
1. Pemasangan pipa bulat telur lebih rumit dan lebih lama;
2. Mempunyai resiko tidak kedap yang lebih tinggi setelah penyambungan;
3. Sukar diperoleh;
4. Harga pipa bulat telur lebih mahal;
5. Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat lingkaran
sehingga pemasangannya tidak efisien;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 13
2.5.2 Bahan Saluran
Pemilihan bahan pipa perlu diperhitungkan dengan cermat, mengingat di
negara - negara berkembang termasuk Indonesia, memiliki sumber daya bahan bahan
perlengkapan dan dana yang terbatas. Beberapa faktor yang menjadi bahan
pertimbangan pemilihan bahan pipa adalah:
a. Kondisi lapangan, drainase, topografi tanah;
b. Sifat aliran dalam pipa, koefisien gesekan;
c. Lifetime yang di harapkan;
d. Tahan gesekan, asam,alkali,gas dan pelarut;
e. Mudah penanganan dan pemasangannya;
f. Kekuatan struktur dan tahan terhadap korosi tanah;
g. Jenis sambungan saluran kemudahan pemasangannya serta kedap air dan
mudah diperoleh di pasaran;
h. Tersedianya bahan, adanya pabrik pembuatan dan perlengkapannya;
i. Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering sehingga dapat
memilih pipa yang tepat dan ekonomis;
Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa digunakan, yaitu:
1. Pipa tanah liat (clay pipe);
2. Pipa beton (concrete pipe);
3. Pipa asbes (asbestos cement pipe);
4. Pipa besi (cast iron);
5. Pipa HDPE (High Density Polythilen);
6. Pipa PVC (Polyvinil Chlorida);
2.6 Penempatan dan Pemasangan Saluran
Berikut adalah beberapa alternatif penempatan dan pemasangan saluran
berdasarkan keadaan/kondisi daerah pelayanan.
a. Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila bagian kiri dan kanan jalan
terdapat jumlah rumah yang hampir sama banyak;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 14
b. Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang satu bagian sisi mempunyai
jumlah rumah yang lebih banyak daripada sisi lainnya, saluran ditempatkan
pada sisi jalan dengan jumlah rumah terbanyak;
c. Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika kedua sisi jalan tersebut
terdapat banyak sekali rumah atau bangunan;
d. Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi
lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi
lebih tinggi;
e. Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya
dan mempunyai elevasi lebih inggi dari jalan, maka penempatan saluran
dilakukan di tengah jalan;
2.7 Kedalaman Penanaman Pipa
Kedalaman penanaman pipa air buangan tergantung dari fungsi pipa itu
sendiri. Jenis pipa menurut fungsinya adalah pipa persil, servis, lateral, dan induk.
Kedalaman awal pemasangan pipa:
a. Pipa Persil → (0.45-1.00) meter dari permukaan tanah;
b. Pipa Servis → (0.88-1.20) meter dari permukaan tanah;
c. Pipa awal lateral → (0.88-1.20) meter dari permukaan tanah;
Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak
lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.
2.8 Sistem Penyaluran Air Buangan
2.8.1 Jenis Aliran
Jenis aliran yang berlangsung dalam sistem penyaluran air buangan:
a. Aliran Terbuka;
Terjadi pada seluruh perpipaan air buangan. Karakteristik dari aliran terbuka ini
adalah
1. Alirannya secara gravitasi;
2. Unsteady (debit berubah terhadap waktu) dan kadang – kadang non-uniform
(tidak seragam);

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 15
3. Alirannya harus dapat menangkut material-material yang terkandung dalam air
buangan;
4. Aliran air buangan bertekanan hidrolis. Terjadi pada pipa siphon dan pipa
perpompaan. Karakteristik dari aliran ini adalah:
a. Alirannya berlangsung karena tekanan hidrolis;
b. Steady dan uniform;
c. Waktu berlangsungnya harus singkat (<10 menit) untuk mencegah septik.
Bila melebihi 10 menit harus diinjeksikan udara dengan debit
1liter/menit/mm diameter pipa. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
aliran self cleansing (terutama untuk sistem konvensional, untuk sistem small
bore sewer tidak diharuskan) yaitu:
d. Aliran yang self cleansing harus memenuhi kriteria aliran dengan tegangan
geser(Tc) sebesar = 0.33 – 0.38 kg/m. Kecepatan aliran terendah pada saat
debit puncak berlangsung harus berkisar antara 0.6 – 3.0 m/detik;
e. Kecepatan alirannya tidak mengakibatkan timbulnya gas hydrogen sulfide
dan endapan;
2.8.2. Persyaratan Aliran Air Buangan.
Aliran dalam perpipaan air buangan terutama untuk sistem konvensional (untuk
sistem small bore sewer tidak diharuskan) harus memenuhi persyaratan:
a. Self cleansing;
b. Bebas dari terbentuknya H2S dan endapan;
c. Tidak menggerus;
1. Aliran yang self cleansing;
2. Aliran yang tidak menggerus
Penggerusan pada dinding perpipaan terjadi bila:
a. Aliran melebihi batas kecepatan maksimal (V > 3 m/det). Terjadi aliran
krirtis apabila aliran memiliki nilai bilangan Froude, Fr=1. Bila Fr > 1 maka
aliran bersifat super kritis, kondisi seperti ini dapat merusak saluran
dikarenakan kecepatan alirannya tinggi serta menimbulka turbulensi yang

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 16
memungkinkan terjadinya penggerusan serta terjadi olakan yang cukup
efektif untuk mempermudah lepasnya H2S dari air;
3. Aliran kritis dalam SPAB terjadi pada:
a. Perubahan kemiringan saluran
Pada perubahan kemiringan (di manhole) akan terjadi perubahan garis energi
yang mempengaruhi karakteristik aliran. Persamaan kedalaman kritis;
Dc/D = 0.9/(q/A(gd)0.54)…………....................................(Persamaan 2.1)
Keterangan:
Dc :Kedalaman kritis
D :Diameter
Q :Debit (m3/detik)
b. Loncatan Hidrolis
Loncatan hidrolis perlu diperhatikan karena pada kondisi ini terjadi turbulensi
sehingga gas yang terlarut dalam air buangan akan terlepas ke udara dan akan
mengakibatkan kerusakan dinding pipa baik akibat korosifitas maupun gaya
gesek aliran turbulensi. Dalam perencanaan penyaluran air buangan, loncatan
kuat yang turbulen harus dihindarikarena memiliki bilangan froude> 2.5 yang
mencerminkan aliran yang turbulen.
c. Terjunan
Terjunan sangat berpotensial menimbulkan kerusakan pipa, untuk
mengatasinya diusahakan pendesainan kemiringan saluran di hilir sekecil
mungkin, yang akan mengakibatkan panjang loncatan diperkecil dan kedalaman
meningkat sehingga efek loncatan dapat diperkecil (Fr kecil). Dalam SPAB
terjunan biasanya terjadi pada drop manhole.
d. Belokan
Yang perlu diperhatikan dari belokan adalah kehilangan tekanan akibat
perubahan arah oleh karena itu dalam perancangan, kehilangan tekan yang besar
harus dihindari.
e. Pertemuan dua ruas saluran

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 17
Yang perlu diperhatikan pada pertemuan dua saluran ini adalah kondisi aliran
sebelum dan sesudah pertemuan, tetap berlangsung seragam dan tidak
mengalami perubahan karakteristik aliran.
2.8.3. Dasar – Dasar Perhitungan
1. Persamaan Kontinutas
Untuk suatu aliran tunak (steady), persamaan kontinuitas adalah sebagai berikut:
Q = A x v = konstan.....................................................................( Persamaan 2.2)
Keterangan: Q : Debit aliran (m3/detik)
A : Luas penampang melintang saluran (m2)
V : Kecepatan aliran (m/detik)
2. Dimensi Saluran
Setelah didapatkan debit aliran puncak dalam setiap sektor pelayanan kemudian
dikalikan suatu faktor sehingga didapatkan debit pada saat penuh, baru dilakukan
pendimensian pipa, yang pertama kali yang dilakukan dalam pendimensian adalah
menghitung kemiringan tanah, yang dihitung dengan persamaan.
St = (E1-E2)/L……………………..............................................( Persamaan 2.3)
Keterangan: St : slope tanah
E1 : elevasi tanah hulu (m)
E2 : elevasi tanah hilir (m)
L : jarak (m)
Setelah kemiringan tanah diketahui, akan didapatkan kemiringan saluran.
Kemiringan saluran awal bisa diperkirakan dengan menganggap pipa induk sebagai
satu pipa yang panjang.Kedalaman penanaman pipa di awal dan di akhir
ditentukan.Setelah itu dihitung kemiringannya dengan persamaan diatas.Untuk
menentukan kecepatan aliran digunakan Nomogram Manning, dengan menggunakan
nilai kemiringan yang telah didapat. Jika kecepatan aliran tidak memenuhi syarat
maka perhitungan dimulai lagi dengan cara menetapkan kecepatan yang memenuhi
syarat pengaliran terlebih dahulu. Di dalam metode ini digunakan istilah kecepatan
penuh sebagai media perhitungan. Perhitungan dimensi pipa secara detail dilakukan

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 18
setelah didapat kecepatan aliran yang memenuhi syarat. Persamaan yang di gunakan
untuk mendapatkan dimensi pipa adalah sebagai berikut:
V = 1/n x R2/3 x S1/2 ..................................................................( Persamaan 2.4)
Keterangan:
V : Kecepatan aliran (m/det)
Q : Debit aliran (m3/det)
n : Koefisien kekasaran
A : Luas penampang basah aliran
R : Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S : Kemiringan saluran
D : Diameter pipa (m)
Jika kecepatan aliran air buangan diinginkan untuk memenuhi persyaratan
kecepatan swa bersih, maka persamaan lain yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
D = 1.23 (Qpb)0.4….....................................................................(Persamaan 2.5)
Keterangan:
D : Diameter Pipa (m)
Qpb : Debit puncak musim basah (m3/detik)
2.8.4. Fluktuasi Pengaliran
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kuantitas air buangan dan menjadi
pertimbangan dalam perhitungan yaitu:
a. Sumber air buangan;
b. Besarnya pemakaian air minum;
c. Besarnya curah hujan;
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dalam perencanaan saluran air buangan ada
beberapa jenis debit air buangan yang menjadi dasar penentuan yaitu:
a. Debit rata-rata air buangan (Qr);
b. Debit inflow (Qinf);
c. Debit harian maksimum harian (Qmd);
d. Debit puncak air buangan (Qpeak);

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 19
e. Debit minimum air buangan (Qmin);
1. Debit Rata-Rata (Qr)
Debit rata-rata air buangan yang berasal dari rumah tangga, fasilitas umum,
fasilitas komersil dalam sebuah kota. Dari semua fasilitas tersebut, tidak semua
terbuang menjadi air buangan dan terkumpul di saluran.Hal ini disebabkan karena
beragamnya aktivitas yang dilakukan manusia.Menurut literatur, faktor timbulan air
buangan berkisar antara 50%-80%. Untuk menghitung debit rata-rata digunakan
persamaan berikut:
Qr = Fab x Qam………………......................................................( Persamaan 2.6)
Keterangan:
Qr : Debit rata – rata air buangan (L/detik)
Fab : Faktor timbulan air buangan
Qam : Besarnya kebutuhan rata-rata air minum (L/det)
2. Debit Rata-Rata Non Domestik
Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari fasilitas
umum, institusional, industri dan pemerintahan. Besarnya debit air buangan non
domestic tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni fasilitas-fasilitas
tersebut.
Qnd = Fab x Qam(nd)……………............................................. .( Persamaan 2.7)
Keterangan:
Qnd : Debit rata-rata air buangan non domestik (L/detik).
Fab : Faktor timbulan air buangan.
Qam(nd) : Besarnya kebutuhan rata-rata air minum non domestik.
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan terjadinya
pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari infiltrasi air tanah
dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masukmaupun keluar dari sistem
penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak
dapat dihindarkan sepenuhnya karena hal berikut:
a. Jenis-jenis bahan saluran dan bahan sambungan yang digunakan;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 20
b. Pengerjaaan sambungan pipa yang kurang sempurna;
c. Kondisi tanah dan air tanah;
Persamaan yang dipakai untuk menghitung debit infiltrasi yaitu:
Qinf = Cr.P.Qr + L.qinf….............................................................( Persamaan 2.8)
Keterangan:
Qinf : Debit infiltrasi (L/detik)
Qr : Debit rata-rata air buangan (L/detik)
qinf : Debit inflow (L/detik)
Cr : Koef.infiltrasi rata-rata daerah persil = 0.2-0.3
P : Populasi
L : Panjang lajur pipa lateral (km).
4. Debit Puncak (Qpeak)
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan debit rata-
rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui sebagai
berikut:
1. Persamaan Babbit Fp = 5/P0.2....................................................(Persamaan 2.9)
2. Persamaan Harmon Fp = 14/(4+p0.5).......................................(Persamaan 2.10)
3. Persamaan Fair & Geyer Fp = (18+(P)0.5)/(4+P)0.5)..............(Persamaan 2.11)
4. Persamaan Melbourne & Metropolitan Board Of Works (MMBW)
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6..............................................(Persamaan 2.12)
Keterangan:
Fp : Faktor puncak.
P : Jumlah Penduduk.
Untuk mencapai debit puncak, persamaan yang digunakan adalah:
Qpeak = Fp x Qmd + Cr.P.Qr + L/.qinf....................................(Persamaan 2.13)
Keterangan:
P : Jumlah Populasi yang dilayani ( jiwa).
Qmd : Debit maksimal = 1.15 Qr (L/detik)
Qr : Debit rata-rata (L/detik)
L : Panjang pipa (m).

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 21
Cr : Koefisien infiltrasi daerah persil = 0.2
qinf : Debit Infiltrasi
5. Debit Minimum Air Buangan (Qmin)
Debit minimum adalah debit air buangan pada saat pemakaian air minimum.
Debit minimum ini digunakan dalam menentukan kedalaman minimum, untuk
menentukan perlu tidaknya penggelontoran.
2.9 Beban di Atas Saluran
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembebanan pada saluran:
1. Kedalaman pemasangan saluran;
2. Lebar Galian;
3. Berat dan kerapatan tanah penimbun;
4. Volume beban bergerak di atas saluran;
a. Pembebanan Saluran Akibat Beban Diam
Besarnya beban vertikal pada saluran akibat timbunan dihitung dengan persamaan
Marston.
W = c x w x B2 ............................................................................( Persamaan 2.14)
Keterangan:
W : Beban diatas pipa ( Newton/m).
C : koefisien pembebanan tergantung jenis tanah dan perbandingan kedalaman
dan lebar pasir galian.
W : berat jenis tanah penimbunan (Kg/m3).
B : 1.5d + c → d: diameter pipa (m).
b. Pembebanan saluran akibat beban bergerak (Roda Kendaraan)
Pembebanan saluran akibat beban bergerak diperhitungkan sebagai persentase
dari beban diam. Sedangkan total pembebanan yang diterima saluran adalah
penjumlahan dari pembebanan akibat beban diam dan akibat beban bergerak.
2.10 Perlengkapan Saluran
Adapun yang termasuk perlengkapan saluran antara lain :
1. Manhole

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 22
Manhole adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air
buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan
saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama
pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran, baik dengan
ketinggian sama maupun berbeda.
Manhole dapat ditempatkan pada:
1. Permulaan saluran lateral;
2. Setiap perubahan arah: vertikal, yaitu pada ketinggian terjunan lebih besar dari
dua kali diameter digunakan jenis drop manhole. Horizontal, pada belokan lebih
besar 22.50;
3. Setiap perubahan diameter;
4. Setiap perubahan bangunan;
5. Setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa;
6. Setiap terjadi perubahan kemiringan lebih besar dari 450;
7. Sepanjang jalan lurus, dengan jarak tertentu dan sangat tergantung pada
diameter saluran;
A. Penempatan dan jarak antar Manhole
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus cukup
untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah melakukan
pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman manhole.
B. Bentuk dan Dimensi Manhole
Terdapat beberapa bentuk manhole yang dapat digunakan untuk daerah pelayanan
dengan kondisi tertentu:
1. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila
a. Kedalaman kecil (75-90 cm);
b. Pada bangunan siphon, dimensi 60 cm x 75 cm, 75 cm x 75 cm tidak
memerlukan tangga karena pengoperasiannya cukup dari permukaan tanah;
2. Bentuk bulat, digunakan apabila
a. Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal;
b. Kedalaman besar;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 23
c. Dimensinya berdasarkan kedalaman;
3. Kriteria Manhole
Berikut adalah kriteria/persyaratan manhole:
a. Bersifat padat dan kokoh;
b. Kuat menahan gaya-gaya dari luar;
c. Accessibility tinggi, tangga dari bahan anti korosi;
d. Dinding dan pondasinya kedap air;
e. Terbuat dari beton atau pasangan batu kali. Jika diameternya > 2.50 m,
konstruksinya beton bertulang;
f. Bagian atas dinding manhole, sebagai perletakan tutup manhole,
merupakan konstruksi yang flexibel, agar dapat selalu disesuaikan dengan
level permukaan jalan yang mungkin berubah, sehingga tutup manhole
tidak menonjol atau tenggelam terhadap permukaan jalan. - Beban yang
diterima kecil;
4. Konstruksi Manhole
Ketebalan dinding manhole serta lantai kerja tergantung pada:
a. Kedalaman;
b. Kondisi Tanah;
c. Beban yang diterima;
d. Material yang digunakan;
Umumnya ketebalan manhole adalah 5” – 9” (125–225 mm ) Perumusan
ketebalan dinding :
T = 2 + d/2 (inchi)……………………………………………..(Persamaan 2.15)
D = diameter manhole (ft)……………………………………..(Persamaan 2.16)
Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan
batu bata. Pada bagian atasnya digunakan ‘precast concrete’.
5. Lantai Kerja
Persyaratan lantai kerja adalah luasnya cukup untuk orang berdiri dan
menyimpan peralatan pembersih.Kemiringan lantai dasar 8%. Persyaratan ketebalan
lantai dasar sama dengan ketebalan dinding manhole. Untuk saluran berdiameter

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 24
besar, lantai dasarnya berupa papan injakan yang ditempatkan melintang saluran atau
pada salah satu dinding manhole.
6. Saluran pada manhole
Saluran pada manhole dapat berbentuk U (U-shaped) atau setengah lingkaran.
Kedalaman saluran sama dengan diameter pipa air buangan agar tidak terjadi luapan
pada lantai dasar. Kemiringan salurannya 2.5%.Permukaan saluran dilapisi dengan
semen sehingga halus.Untuk kondisi tanah yang buruk, digunakan sambungan
flexible point.
2.10.1 Drop Manhole
Drop Manhole adalah bangunan yang dipasang jika elevasi permukaan air
pada riol penerima lebih rendah dan mempunyai perbedaan ketinggian lebih besar
dari 0.6 meter (2 ft) terhadap dasar riol pemasukkannya dalam satu manhole
pertemuan. Sebelum sampai di riol pertemuan itu, riol pemasukkannya harus
dibelokkan terlebih dahulu miring atau vertikal ke bawah di luar manhole dengan
sambungan Y atau T. Drop Manhole berfungsi untuk menghindari terjadinya
spalshing air buangan yang dapat merusak dasar manhole serta mengganggu operator.
Selain itu drop manhole pun berfungsi untuk mengurangi pelepasan H2S yang
terbentuk dalam saluran.
Dua jenis drop manhole yang sering digunakan:
a. Tipe Z (pipa drop 900);
b. Tipe Y (pipa drop 450);
2.10.2 Terminal Clean Out
Cleanout adalah bangunan pelengkap saluran yang biasanya diletakkan pada
ujung awal saluran, pada jarak 150-200 ft dari manhole. Jarak antar cleanout berkisar
250-300 ft. Cleanout berfungsi sebagai:
a. Tempat untuk memasukkan alat pembersih ujung awal pipa servis/lateral;
b. Tempat memasukkan alat penerangan saat dilakukan pemeriksaan;
c. Tempat pemasukkan air penggelontor sewaktu diperlukan;
d. Menunjang kinerja manhole dan bangunan penggelontor;
e. Turut berperan dalam proses sirkulasi udara;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 25
f. Ukuran pipa terminal cleanout sama dengan diameter pipa air buangan namun
untuk menghemat biaya digunakan pipa tegak berdiameter 8”;
2.10.3 Siphon
Siphon merupakan bangunan perlintasan aliran dengan defleksi vertikal /
miring. Misalnya, bila saluran harus melintasi sungai, jalan kereta api, jalan raya
rendah, saluran irigasi, lembah, dan sebagainya, dimana elevasi dasarnya lebih rendah
dari elevasi dasar saluran riol.
a. Kriteria perencanaan;
b. Diameter minimum 15 cm namun untuk memberikan kecepatan yang lebih
tinggi diameter bisa lebih kecil (minimal 10 cm) namun untuk menghindari
penyumbatan siphon harus dilengkapi pipa penguras (drain);
c. Pipa harus terisi penuh;
d. Kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu menghanyutkan kotoran
atau buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar (0.6-0.9) m/detik.
e. Dibuat tidak terlalu tajam agar mudah dalam pemeliharaan;
f. Perencanaan harus mempertimbangkan debit minimum, rata-rata, dan
maksimum;
g. Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan;
2.10.4 Bangunan Penggelontor
Bangunan penggelontor berfungsi untuk mencegah pengendapan kotoran
dalam saluran, mencegah pembusukkan kotoran dalam saluran, dan menjaga
kedalaman air pada saluran.Penggelontoran diperlukan untuk penyaluran air buangan
dengan sistem konvensional, sementara penyaluran air buangan dengan menggunakan
sistem Small Bore Sewer (SBS), tidak memerlukan penggelontoran, karena pipa
saluran hanya mengalirkan effluent cair dari air buangan tidak berikut padatannya
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada bangunan penggelontor ini adalah, air
penggelontor harus bersih tidak mengandung lumpur, pasir, dan tidak asam.Basa atau
asin, selain itu air penggelontor tidak boleh mengotori saluran.
1. Jenis Penggelontoran

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 26
Berdasarkan kontinuitasnya, penggelontoran dibagi menjadi dua:
a. Sistem Kontinu
Penggelontoran dengan sistem kontinu, adalah sistem dimana
penggelontoran dilakukan secara terus menerus dengan debit konstan.Dalam
perencanaandimensi saluran tambahan debit air buangan dari penggelontoran
harus diperhitungkan. Dengan menggunakan sistem kontinu maka, kedalaman
renang selalu tercapai, kecepatan aliran dapat diatur, syarat pengaliran dapat
terpenuhi, tidak memerlukan bangunan penggelontor di sepanjang jalur pipa,
tetapi cukup berupa bangunan pada awal saluran atau dapat berupa terminal
cleanout yang dihubungkan dengan pipa transmisi air penggelontor. Selain itu,
kelebihan dari penggunaan sistem kontinu ini adalah kemungkinan saluran
tersumbat kecil, dapat terjadi pengenceran air buangan, serta
pengoperasiannya mudah. Sedangkan kekurangannya yaitu, debit
penggelontoran yang konstan memerlukan dimensi saluran lebih besar, terjadi
penambahan beban hidrolis pada BPAB.
b. Sistem Periodik
Dalam sistem periodik, penggelontoran dilakukan secara berkala pada
kondisi aliran minimum.Penggelontoran dilakukan minimalsekali dalam
sehari. Dengan sistem periodik, penggelontoran dapat diatur sewaktu
diperlukan, debit gelontor akan sesuai dengan kebutuhan. Dimensi saluran
relatif tidak besar karena debit gelontor tidak diperhitungkan. Penggunaan
sistem penggelontoran secara periodik, akan menyebabkan lebih banyaknya
unit bangunan penggelontor di sepanjang saluran, selain itu ada kemungkinan
pula saluran tersumbat oleh kotoran yang tertinggal.
2. Volume Air Penggelontor
Volume air gelontor tergantung pada:
a. Diameter saluran yang digelontor;
b. Panjang pipa yang digelontor;
c. Kedalaman minimum aliran pada pipa yang digelontor. Untuk
perencanaan penggelontoran sistem kontinu perhitungannya dilakukan

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 27
bersama dengan perhitungan dimensi penyaluran air buangan, sedangkan
untuk sistem periodik perhitungan perencanaannya sebagai berikut:
V gelontor = tg x Qg…………...............................................( Persamaan 2.17)
Keterangan:
V gelontor : Volume air gelontor (m3)
Tg : Waktu gelontor (detik)
Qg : Debit air gelontor (m3/detik)
2.10.5 Alternatif Sumber Air Penggelontor
Air penggelontor dapat berasal dari berbagai sumber. Air penggelontor dapat
berasal dari air buangan dalam pipa riol itu sendiri atau air dari luar seperti air tanah,
air hujan, air PDAM, air sungai, danau dan sebagainya. Air penggelontor yang dari
luar harus tawar (bukan air asin), untuk menghindari terjadinya penambahan kadar
endapan/suspensi atau kadar kekerasan dan kontaminan yang lebih besar.
2.10.6. Junction dan Transition
Junction adalah bangunan pelengkap yang berfungsi untuk menyambungkan
satu atau lebih saluran pada satu titik temu dengan saluran induk.Junction ini
dilengkapi dengan manhole agar memudahkan pemeliharaan, karena penyumbatan
akibat akumulasi lumpur sering terjadi. Transition adalah bangunan pelengkap yang
berfungsi untuk menyambung saluran bila terjadi perubahan diameter dan
kemiringan.Transition juga dilengkapi dengan manhole. Junction dan transition dapat
menyebabkan berkurangnya energi aliran, untuk memperkecil kehilangan energi,
maka perlu dipenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Kecepatan aliran dari setiap saluran yang bersatu harus seragam;
b. Dinding saluran dibuat selicin mungkin;
c. Perubahan sudut aliran pada junction tiadak boleh terlalu tajam;
Sudut pertemuan antara saluran yang masuk (saluran cabang) dan saluran
yang keluar (saluran utama) maksimum 450.
2.10.7. Belokan
Dalam pembuatan belokan harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Dinding saluran harus selicin mungkin;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 28
b. Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran;
c. Untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging, perlu dibuat manhole;
d. Untuk meminimalisir kehilangan energi akibat belokan, maka perlu dihindari
radius lengkung belokan yang sangat pendek. Batas bentuk radius lengkungan
dari pusat adalah lebih besar dari 3 kali diameter saluran;
e. Dihindari adanya perubahan penampang melintang saluran;
2.10.8 Stasiun pompa
Stasiun pompa terdiri sumuran pengumpul (wet well / sump well) yang
berfungsi sebagai suatu reservoir penyeimbang untuk menahan perbedaan volume air
buangan yang masuk dan volume air buangan yang dapat dikeluarkan pompa, juga
sebagai bak ekualisasi untuk memperkecil beban fluktuasi pompa. Jumlah dan lokasi
stasiun pompa biasanya ditentukan dari perbandingan biaya konstruksi dan operasi
serta perawatan, dengan biaya konstruksi dan perawatan saluran berdiameter besar
dan dangkal. Jenis pompa untuk air buangan diantaranya:
1. Pompa sentrifugal;
2. Pneumatic ejector;
3. Screw pump;
Untuk penyaluran air buangan, umumnya digunakan pompa sentrifugal bertipe
non clogging, yang dapat membawa air buangan yang mengandung partikel padat.
Klasifikasi pompa sentrifugal:
1. Axial flow/propeller pumps;
2. Mixed flow/angle flow;
3. Radial flow pump;
Penggolongan klasifikasi pompa ini biasanya ditentukan oleh spesifik speed
(Ns) pada titik efisiensi maksimum dan dapat dilihat sebagai berikut :
Ns = N.Q1/2 (H3/4)................................................................( Persamaan 2.18)
Keterangan:
N : Rotasi impeller (rpm)
Q : Debit pada efisiensi optimum

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 29
H : Total head (feet) Operasi pompa sentrifugal pada Ns yang rendah
mempunyai efisiensi yang tinggi.
2.10.9 Ventilasi
Ventilasi adalah bangunan pelengkap sistem penyaluran air buangan yang berfungsi:
a. Untuk mencegah terakumulasinya gas-gas yang eksplosif dan juga gas-gas
yang korosif;
b. Untuk mencegah terlepasnya gas-gas berbau yang terkumpul pada saluran;
c. Untuk mencegah timbulnya H2S sebagai dekomposisi zat-zat organik dalam
saluran;
d. Untuk mencegah terjadinya tekanan di atas dan di bawah tekanan atmosfer
yang dapat menyebabkan aliran balik pada water seal alat-alat palmbing;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 30
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

1.1 Pengambilan Data


Pengambilan data dalam tugas besar ini menggunakan teknik pengambilan data
dengan cara melihat kajian literatur (Data Asumsi). Asumsi adalah dugaan atau
anggapan sementara yang belum terbukti kebenarannya dan memerlukan pembuktian
secara langsung. Memperkirakan keadaan tertentu yang belum terjadi juga temasuk
ke dalam makna asumsi. Data asumsi yang digunakan dalam menentukan tugas besar
ini didapat dari data sekunder.
1.1.1 Data saluran
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu instansi atau sesuai dengan
studi literatur. Data sekunder dalam tugas besar ini adalah data yang diperoleh dari
data-data instansi dan studi literatur yang dikumpulkan dari berbagai referensi jurnal
yang berkaitan dengan perencanaan sistem penyaluran air buangan di kawasan
perumahan yang akan dibangun.
1.1.2 Tujuan Operasional Perencanaan
1. Melakukan analisis dan identifikadi pada kondisi eksisting sebagai
perencanaan sistem penyaluran air limbah yang meliputi :
a. Kontur wilayah perencanaan;
b. Penerapan sanitasi wilayah perencanaan;
c. Kependudukan dan kondisi masyarakat wilayah perencanaan;
2. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber,kuantitas,dan kualitas air limbah
domestik yang akan diolah dengan instalasi pengolahan air limbah;
3. Merencanakan sistem penyaluran air buangan domestik;
4. Membuat alternatif,memilih alternatif terpilih dan melakukan perancangan
detail engineering desain yang dapat diterapkan sebagai pengolah limbah
domestik;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 31
1.1.3 Teknik Analisi Data
Untuk menganalisis kapasitas air buangan dengan menentukan perkiraan air
buangan dengan menentukan perkiraan debit air buangan (Zulfa,2008 &
MODUTO,2000):
1. Menenentukan atau mendata jumlah penduduk untuk desain perencanaan ;
a. Menghitung luasan wilayah pelayanan;
b. Menghitung jumlah penduduk dengan pendekatan kepadatan penduduk;
2. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut maka dapat diketahui jumlah
pemakaian air bersih;
3. Jumlah penduduk total adalah jumlah domesti dan non domestik;
3.2 Tahap Perencanaan
3.2.1 Analisa Hidrologi
a. Perhitungan Hujan Rerata Daerah Pematusa
Ada tiga cara untuk melakukan perjhitungan hujan rata rata daerah pematusan
yaitu (1) Cara rata rata Aritmatik dan (2) Cara rata rata thiesen. Dari kedua cara
tersebut hanya dua cara pertama yang paling sering digunakan di Indonesia karena
kesederhanaannya, selain itu cara ketiga membutuhkan kerapatan stasiun yang sesuai
dengan jaring-jaring kagan padahal untuk mendapatkan hal tersebut masih sulit
dilakukan.
1. Rata-rata aritmatik
Metode rata-rata aritmatik ini, digunakan dengan cara menghitung rata-rata
curah hujan dari stasiun yang terdekat. Rumus yang digunakan untuk cara ini
adalah sebagai berikut :
R 1
n
x=
n
. ∑ Ri
i=0

Keterangan :
Rx = curah hujan rata-rata daerah pematusan (mm)
n = jumlah stasiun hujan
Ri = curah hujan di stasiun hujan ke-I (mm)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 32
2. Rata-rata Poligon Thiesen
Cara ini lebih teliti dibandingkan dengan cara sebelumnya terutama untuk
daerah pematusan yang penyebaran stasiunnya tidak merata. Dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari masing masing stasiun maka diharapkan
hasilnya lebih mendekati dari kenyataan.
Rumusan Poligon Thiesen adalah sebagai berikut:
( A1 . R 1 + A2 . R 2 +…+ A n . R n )
R=
A 1 + A2 +…+ An
Keterangan :
R = curah hujan rata-rata
R1 R2 R3 = curah hujan di tiap titik pengamatan
A1 A2 A3 = bagian luas yang mewakili tiap titik pengamatan
n = jumlah pengamatan
3.2.2 Analisis Curah Hujan Rencana
3.2.2.1 Metode Distribusi Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson Tipe III banyak digunakan dalam analisa hidrologi,
terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum)
dengan nilai ekstrim. Bentuk distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil
transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan variat menjadi
nilai logaritmik. Persamaan fungsi kerapatan peluangnya adalah :

[ ] [ ]
b-1
1 X-C X-C
P (X )= e-
( a ) τ (b) a a
Keterangan :
P (X) = Fungsi kerapatan peluang Person tipe III
X = Variabel acak kontinyu
a,b,c = Parameter
τ = Fungsi gamma
Bentuk kumulatif dari distribusi Log Pearson Tipe III dengan nilai variatnya X
apabila digambarkan pada kertas peluang logaritmik (logarithmic probability paper)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 33
akan merupakan model matematik persamaan garis lurus. Persamaan garis lurusnya
adalah :
Y=Y -k S
Keterangan :
Y = Nilai logaritmik dari X
Y = Nilai rata- rata dari Y
S = Deviasi standar dari Y
k = Karakteristik dari distribusi log person tipe III
Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Pearson Tipe III, adalah :
1. Tentukan logaritma dari semua nilai X;
2. Hitung nilai rata-ratanya;

logX =
∑ log X
n
n = jumlah data
3. Hitung nilai deviasi standarnya dari log X

S log X =

4. Hitung nilai koefisien kemencengan;


√ ∑ ( log X - log X )2
n-1

n ∑ ( log x - log X )
3
Cs=
( n-1 ) ( n-2 ) ( S log X )3
5. Tentukan anti log dari log X;
Untuk mendapatkan nilai X yang diharapkan terjadi pada tingkat peluang
atau periode tertentu sesuai dengan nilai Cs nya. Nilai Cs dapat dilihat pada
tabel 1. Apabila nilai Cs = 0, maka distribusi Log Pearson Tipe III identik
dengan distribusi Log Normal, sehingga distribusi kumulatifnya akan tergambar
sebagai garis lurus pada kertas grafik Log Normal. (Sumber : Soewarno,
1995:141-143).

Tabel 1. Distribusi Log Person III

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 34
Periode Ulang (Tahun)
1,0101 1,25 2 5 10 25 50 100
Koef. G
Persentase Peluang Terlampaui
99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973
2,6 -0,769 0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705
2,0 -0,990 -0,799 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605
1,8 -1,087 -0,817 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499
1,6 -1,197 -0,832 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388
1,4 -1,318 -0,844 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271
1,2 -1,449 -0,852 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149
1,0 -1,588 -0,856 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,773 -0,857 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 3,891
0,6 -1,880 -0,855 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,850 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1, 945 2,178

3.2.3 Analisis Intensitas Curah Hujan


3.2.3.1 Perhitungan Intensitas Hujan
Hal terpenting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi
curah hujan. Distribusi curah hujan adalah berbeda-beda sesuai dengan jangka waktu
yang ditinjau yakni curah hujan tahunan (jumlah curah hujan dalam setahun), curah
hujan bulanan (jumlah curah hujan dalam sebulan), curah hujan harian (jumlah curah
hujan dalam 24 jam). Harga-harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk
menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya digunakan untuk perencanaan
sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
Dalam pembahasan data hujan ada 5 buah unsur yang harus ditinjau, yaitu:
TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 35
a. Intensitas i, adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu misalnya, mm/menit,
mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit atau
jam.
c. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan waktu ulang
(return periode) T, misalnya sekali dalam T (tahun)
e. Luas, adalah luas geografis curah hujan Untuk menghitung intensitas hujan
digunakan rumus Dr. Isiguro (1953).

( )
R24 24
m
I=
24 t
Keterangan
R24 = Curah hujan harian (24 jam)
t = Waktu konsentrasi hujan (jam)
m = Sesuai dengan angka Van reen
diambil m = 2/3

3.2.3.2 Data Curah Hujan Kota Jambi


Tabel 2. Data Curah Hujan Kota Jambi
No Tahun Curah Hujan (mm/bulan) Rata-rata

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 36
Jan Feb Ma Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
r
1. 2009 379 175 339 204 159 54 231 13 41 169 213 259 186
2 2010 76 117 264 100 210 144 144 179 288 238 338 260 184
3. 2011 166 329 272 260 186 145 98 143 118 52 156 171 175
4. 2012 211 92 234 293 218 104 211 199 86 238 101 239 185
5. 2013 185 98 331 258 82 27 69 245 104 202 304 322 185
6. 2014 68 174 135 197 147 92 101 32 223 187 226 144 144
7. 2015 160 286 394 304 241 92 174 152 224 138 244 188 216
8. 2016 196 17 110 211 212 118 182 177 130 150 242 267 168
9. 2017 118 147 322 193 200 104 54 26 15 56 239 257 144
10. 2018 245 247 237 138 173 78 71 192 56 159 431 216 187
Sumber BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Tabel.3 Perhitungan Curah Hujan Rencana Pertahun dengan Metode Gumbel
No Tahun Curah Hujan Max (mm) (Xi-X)2
1 2009 186 1460
2 2010 184 1310
3 2011 175 740
4 2012 185 1384
5 2013 185 1384
6 2014 144 15
7 2015 216 4651
8 2016 168 408
9 2017 144 15
10 2018 187 1536
Jumlah 1774 12903
Jumlah rata-rata 147,8 1290,3
Sumber : Hasil Perhitungan 2021

3.2.4 Analisis Waktu Konsentrasi

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 37
Asumsi bahwa banjir maksimum akan terjadi jika hujan berlangsung selama
waktu konsentrasi atau melebihi waktu konsentrasi menyebabkan parameter waktu
konsentrasi menjadi penting dikaji. Waktu konsentrasi didefinisikan sebagai waktu
yang diperlukan air hujan yang jatuh dititik terjauh dari suatu daerah aliran untuk
mencapai titik tinjau (outlet).
Lama waktu konsentrasi sangat tergantung pada ciri-ciri daerah aliran,
terutama jarak yang harus ditempuh oleh air hujan yang jatuh ditempat terjauh dari
titik tinjau. Lama waktu konsentrasi bisa didapatkan melalui hasil pengamatan
ataupun dengan suatu pendekatan rumus. Pendekatan rumus yang ada pada umumnya
mengacu pada jarak dari tempat terjauh jatuhnya hujan sampai titik tinjau (L) dan
selisih ketinggian antara titik terjauh tersebut dengan titik tinjau (H), ataupun juga
kemiringan lahan yang ada.
3.2.5 Analisis Koefisien Limpasan
Koefisien pengaliran merupakan perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di suatu daerah akibat turunnya hujan, dengan jumlah hujan yang turun di
daerah tersebut (Subarkah, 1980).
Koefisien pengaliran ini merupakan cerminan dari karakteristik daerah
pengaliran dan dinyatakan dengan angka antara 0 – 1 yaitu bergantung pada banyak
faktor. Disamping faktor – faktor meteorologis, faktor daerah aliran, faktor penting
yang juga mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran ini adalah campur tangan
manusia dalam merencanakan tata guna lahan.
Tata guna lahan adalah usaha manusia untuk melakukan pemanfaatan lahan
secara optimal dan bijaksana. Secara optimal berarti dapat menyediakan kebutuhan
manusia baik secara ekonomi dan sosial, seperti penyediaan lahan perumahan, lahan
perkantoran, lahan untuk pendidikan dan lain – lain.
Secara bijaksana berarti pengaturan lahan yang masih mempertimbangkan
keseimbangan lingkungan seperti penyediaan daerah terbuka atau daerah hijau.
Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristik
(Sosrodarsono dan Takeda, 1976), sebagai berikut :
a. Kondisi hujan;

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 38
b. Luas dan bentuk daerah pengaliran;
c. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai;
d. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah;
e. Kebebasan tanah;
f. Suhu udara, angin dan evaporasi;
g. Tata guna lahan;
Dalam perencanaan sistem drainase kota, jika tidak ditentukan harga koefisien
pengaliran daerah dapat dipakai pendekatan besarnya angka pengaliran (C) ditetapkan
(Subarkah 1980) seperti Tabel 4 dibawah ini
Tabel 4. Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis Permukaan Tata Guna Tanah
Komponen lahan Koefisien C (%)
Perkerasan :
- Aspal dan beton 0,70-0,95
- Bata atau paving 0,70-0,85
Atap 0,70-0,95
Lahan berumput
- Tanah berpasir, - Landai (2%) 0,05-0,10
- Curam (7%) 0,10-0,15
Daerah perdagangan
- Penting padat 0,70-0,95
- Kurang padat 0,50-0,70
Area permukiman :
- Perumahan tunggal 0,30-0,50
- Perumahan kopel berjauhan 0,40-0,60
- Perumahan kopel berdekatan 0,60-0,75
- Perumahan pinggir kota 0,25-0,40
- Apartemen 0,50-0,70
Area industri :
- Ringan 0,50-0,80
- Berat 0,60-0,90

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 39
Tabel 4. Koefisien Pengaliran Berdasarkan Jenis Permukaan Tata Guna Tanah
(Lanjutan)
Komponen lahan Koefisien C (%)
Taman dan makam 0,10-0,35
Taman bermain 0,20-0,35
Halaman jalan kereta api 0,20-0,35
Lahan kosong/terlantar 0,10-0,30
Sumber :Disalin dan diterjemahkan dari Design and Construction of Sanitary and
Storm Sewers. American Society of Civil Engineer and the Water Pollution Control
Federation 1969.
3.2.6 Analisis Debit Puncak Limpasan
Limpasan yang dihitung dengan rumus Rasional tersebut mempunyai variabel
I (intensitas hujan) yang merupakan besaran air limpasan dan koefisien C (koefisien
limpasan permukaan) yang juga faktor penentu dari besar limpasan, bisa dikendalikan
sesuai fungsi penggunaan lahan yaitu berupa refleksi kegiatan manusia (Sabirin,
1997). Persamaan Rasional ini dapat digambarkan dalam persamaan aljabar sebagai
berikut :
Q = Kc . C . I . A
Bila Q (m3/det), I (mm/jam), A (Km2)
Dimana :
C = Koefisien pengaliran (tanpa satuan)
Kc = Faktor konversi satuan unit
Sehingga :

( )
3
3 10 6 2
m / det =kc m/detik . 10 . m
3600

[( ]
( m3 /det )
kc=
)
−3
10
m/detik ( 10 m )
6 2
3600

Rumus metode rasional dalam satuan metrik adalah sebagai berikut:


Q = 0,278 . C . I . A

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 40
Dengan :
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
3.2.7 Analisis Kecepatan Dalam Saluran
Menghitung kecepatan aliran (V), didapat rumus sebagai berikut :
V = 1/n × (R)2/3 × (S)1/2
Dengan :
V = Kecepatan Aliran (m/s)
n = Manning
R = Jari-jari Hidrolis
S = Kemiringan
3.2.8.Dimensi Penampang Saluran Hidrolis
1. Persamaan untuk menghitung debit saluran (Q)
Q=AxV
Q
A=
V
Dimana :
Q = Debit rencana (m3/detik)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
2. Persamaan untuk menghitung luas penampang saluran (A)
A=B×h
Dimana :
A = Luas penampang basah (m2)
B = Lebar bawah (m)
h = Kedalaman saluran (m)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 41
3. Persamaan untuk menghitung keliling basah saluran (P)
P=B+2×h
Dimana :
B = Lebar bawah (m)
h = Kedalaman saluran (m)
P = Keliling basah (m)
4. Persamaan untuk menghitung jari-jari hidrolis (R)
A
R=
P
Dimana :
R = Jari-jari hidrolis
A = Luas penampang (m2)
P = Keliling basah (m)
5. Persamaan untuk menghitung kecepatan aliran (V)
1
V= (R)2/3 (S)1/2
n
Dimana :
V = Kecepatan aliran
R = Jari-jari hidrolis
S = Kemiringan dasar saluran
n = Kekasaran manning

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 42
3.2.8 Perencanaan Saluran Air Limbah
Tabel 5. Debit Air Limbah Perumahan X
Standar Debit Air Q Air
Jumlah/ Asumsi Q Air Bersih Q Air Limbah
Bangunan Bersih Limbah
Unit org/Unit (ltr/org/unit/hr) (ltr/org/unit/hr)
(ltr/org/unit/hr) (m3/hr)
Rumah Tipe 95 200 8 120 192000 153600 153,6
Rumah Tipe 65 250 6 120 180000 144000 144
Rumah Tipe 54 150 5 120 90000 72000 72
Rumah Tipe 36 200 4 120 96000 76800 76,8
Mushola 1 - 2000 2000 1600 1,6
TK 1 40 10 400 320 0,32
SD 1 240 10 2400 1920 1,92
SMP 1 360 10 3600 2880 2,88
Kolam renang 1 - 1000 1000 800 0,80
Total 567400 453920 453,920
Sumber : Perhitungan Penulis
3.2.9 Neraca Air
Perumahan
(446,4 m3/hari)

Mushola
(1,6 m3/hari)
AIR BERSIH IPAL
(567,400 m3/hr) (453,920 m3/hr)
Sekolah
(5,12 m3/hari)

Kolam Renang Sung


(0,80 m3/hari)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 43
3.3 Diagram Alir Perencanaan
Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Sekunder

1. Peta Administrasi
2. Data Kependudukan
3. Data Fasilitas Umum
4. Peta Wilayah
5. Data Hasil Perhitungan
6. Desain Sistem Jaringan Pipa

Metode
Analisis 1. Menentukan Area Layanan
2. Menghitung kebutuhan air bersih domestik
Data
dan non domestik
3. Perhitungan curah hujan rencana dengan
distribusi log person III
4. Perhitungan debit limpasan hujan (Qp)
5. Perencanaan saluran drainase
6. Debit air limbah perumahan X
7. Proyeksi air limbah untuk 10 tahun
Hasil Perhitungan
8. Menghitung proyeksi debit air bersih
9. Menghitung debit untuk pipa servis, pipa
lateral, dan pipa induk
10. Menghitung dimensi pipa servis, pipa lateral,
Gambar Sistem Jaringan
dan pipa induk
Penyaluran Air Buangan
Domestik Off Site Sistem

Selesai
TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 44
BAB IV
HASIL PERENCANAAN
4.1 Perencanaan Saluran Drainase
Pengolahan data curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan
metode Distribusi Log Person Type III yang bertujuan untuk mendapatkan parameter
statistik dan pemilihan metode distribusi yang sesuai. Data curah hujan harian
maksimum yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Data Curah Hujan Satu Harian Maksimum (mm/hari) Stasiun
Meteorologi
No Tahun Rata-rata (mm)
1 2009 186
2 2010 184
3 2011 175
4 2012 185
5 2013 185
6 2014 144
7 2015 216
8 2016 168
9 2017 144
10 2018 187

4.1.1 Perhitungan Curah Hujan Rencana Dengan Distribusi Log Person Type
III
Curah hujan pada suatu daerah Perumahan X akan menentukan besarnya debit
banjir yang terjadi pada daerah studi. Karakteristik hujan pada suatu daerah akan
berbeda dengan daerah lainnya, dengan diketahuinya besar curah hujan pada suatu
daerah maka akan dapat diperkirakan intensitas hujan pada daerah tersebut dan
nantinya akan digunakan untuk menghitung besarnya debit rencana.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 45
Perhitungan analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini
dengan menggunakan metode Distribusi Log Person Type III
Tabel 2. Pengolahan data curah hujan menggunakan metode Distribusi Log Person
Type III
TAHU LOG LOG (Xi)-LOG (LOG (Xi)-LOG (LOG (Xi) -LOG
Xi
N (Xi) X X)2 X)3
2009 186 2,269 0,0234 0,0005 0,00001
2010 184 2,264 0,0184 0,0003 0,000006
2011 175 2,243 -0,0026 0,0000 -0,00000001
2012 185 2,267 0,0214 0,0004 0,000009
2013 185 2,267 0,0214 0,0004 0,000009
2014 144 2,158 -0,0876 0,0076 -0,0006
2015 216 2,334 0,0884 0,0078 0,0006
2016 168 2,225 -0,0206 0,0004 -0,000008
2017 144 2,158 -0,0876 0,0076 -0,0006
2018 187 2,271 0,0254 0,0006 0,00001
N=10 1774 22,456 0,0000 0,0256 -0,000564
177,
0,00256 -0,0000564
x̄ 4 2,2456 0
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis
a. Harga rata – rata curah hujan
n
LOG X = ∑ log (Xi)
i=1

n
= 22,456
10
= 2,2456
b. Standar Deviasi
S = √ ¿ ¿Σ {(Logxi – Log x̄ )2}
n-1

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 46
= √ 0,0256
10-1
= 0,053

c. Koefisien Kemencengan
G = Σ (Log xi – Log x̄ )3
(n-1) (n-2) (s3)
= - 0, 000564
(10-1) (10-2) (0,053)3
= - 0, 0564
Dengan nilai G -0,0564 , selanjutnya menentukan koefisien kemencengan (K)
maka nilai G dibulatkan menjadi -0,1 seperti dibawah ini:
Tabel.3 Koefisien kemencengan ( K )
Keterangan Nilai Kemencengan
K2 0,017
K5 0,836
K10 1,270

d. Periode Ulang
Dengan menggunakan rumus

LOG X= LOG Ẋ +K . s

maka didapat hasilnya sebagai berikut:


Log X 2 = LOG Ẋ +K . s
= 2,2456 + 0,017 x 0,053
= 2,246
X2 = 176,5
Log X 5 = LOG Ẋ +K . s
= 2,2456 +0,836 x 0,053
= 2,289

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 47
X2 = 194,70

Log X 10 = LOG Ẋ +K . s
= 2,2456 +1,270 x 0,053
= 2,312
X2 = 205,5

Tabel.4 Nilai Xr
Keterangan Nilai Xr
K2 176,5
K5 194,70
K10 205,5
Sumber :Hasil perhitungan penulis , 2020
e. Intensitas Curah Hujan

1. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 2 tahun


2/3
I = 176,5 24
24 2
= 7,35 x 48
= 352,8 mm/jam
2. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 5 tahun
2/3
I = 194,70 24

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 48
24 2
= 8,11 x 48
= 389,28 mm/jam

3. Dengan menggunakan nilai R dengan priode 10 tahun


2/3
I = 205,5 24
24 2

= 8,56 x 48

= 410,88 mm/jam

Tabel.5 Nilai I berdasarkan priode ulang

I 2 Jam
R1 352,8 mm/jam
R2 389,28 mm/jam
R3 410,88 mm/jam

4.1.2 Perhitungan Debit Limpasan Hujan (Qp)


Kajian sistem drainase yang dilakukan dengan perhitungan debit curah
hujan. Hasil perhitungan debit limpasan hujan (Qp) untuk menentukan mampu atau
tidaknya suatu saluran pembuangan menampung debit air pembuangan.
Data untuk penentuan debit limpasan hujan (Qp) pada penelitian ini
adalah data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah satu dari
beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit
banjir rencana dengan persamaan rasional, seperti berikut (Suripin,2004):
Qp = 0.278 x C x I x A
Dimana:
Qp = laju aliran (debit) puncak (m³/hari)
C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 49
A = luas lahan (ha)

Tabel 6. Debit Puncak Limpasan Hujan (Qp) pada Setiap Blok Pengaliran
Luas
Nama Koefisien
lahan Deskripsi Lahan Intensitas Qp
Blok Pengaliran ©
(Ha) (m3/hr)
9.05 - Permukiman 0.5 410.88 516.87
A - Aspal dan Beton 0.95 410.88 982.05
- Halaman 0.1 410.88 103.37
Total 1602.29
7.75 - Permukiman 0.5 410.88 442.62
B - Aspal dan Beton 0.95 410.88 840.98
- Halaman 0.1 410.88 88.52
Total 1372.12
2.95 - Permukiman 0.5 410.88 168.48
C - Aspal dan Beton 0.95 410.88 320.11
- Halaman 0.1 410.88 33.70
Total 522.29
1.80 - Permukiman 0.5 410.88 102.80
D - Aspal dan Beton 0.95 410.88 195.32
- Halaman 0.1 410.88 20.56
Total 318.69

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 50
4.2 Perencanaan Saluran Air Limbah
4.2.1 Debit Air Limbah Perumahan
Besarnya debit air limbah yang dihasilkan mengacu pada Peraturan Ditjen Cipta
Karya, 2017. Hasil Perhitungan debit air limbah pada Komplek Perumahan X
disajikan pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Debit Air Limbah Perumahan X
Standar Debit Q Air Bersih Q Air Limbah Q Air
Jumlah Asumsi
Bangunan Air Bersih (ltr/org/unit/h (ltr/org/unit/h Limbah
/Unit org/Unit
(ltr/org/unit/hr) r) r) (m3/hr)
Rumah Tipe 95 200 8 120 192000 153600 153,6
Rumah Tipe 65 250 6 120 180000 144000 144
Rumah Tipe 54 150 5 120 90000 72000 72
Rumah Tipe 36 200 4 120 96000 76800 76,8
Mushola 1 - 2000 2000 1600 1,6
TK 1 40 10 400 320 0,32
SD 1 240 10 2400 1920 1,92
SMP 1 360 10 3600 2880 2,88
Kolam renang 1 - 1000 1000 800 0,80
Total 567400 453920 453,920
Sumber : Perhitungan Penulis,2020
4.2.2 Proyeksi Penduduk Dalam 10 Tahun

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 51
1. Menghitung Proyeksi Jumlah Penduduk Untuk 10 Tahun
a. Metode Geometrik
Rumus dasar metode geometrik yaitu :
Pn = Po ( 1 + r )n
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah pendudu pada tahun dasar
r = angka pertambahan penduduk (%)
Dari data di atas didapat :
Po = 4650 jiwa
Menghitung nilai r (angka pertumbuhan penduduk)

r = (Pn/Po)1/10- 1
= (Pn/4650)0,1 – 1
= 1,3%
Pn = Po ( 1 + r )n
P2030 = 4650 (1 + 0,013)10
= 4650 (1,013)10
= 4650 (1,1380)
= 5292 jiwa
4.2.3 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
1. Kebutuhan Domestik
a. Persentase daerah pelayanan : 75%
Jumlah penduduk di daerah pelayanan
=75% x Jlh Penduduk tahun 2030
= 75% x 5292
= 3969 jiwa
b. Jumlah Penduduk yang terlayani
= 85% x 3969
= 3374 jiwa

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 52
c. Kebutuhan Domestik
Qmd = Pn x q x Fmd x Jumlah unit 2030
= 5292 jiwa x 120 l/org/unit/hari x 1,15 x 850 unit
= 620.751 m3/hari
2. Kebutuhan Non Domestik
a. Kebutuhan air untuk TK
= Jlh unit tahun 2030 x Jlh populasi x standar kebutuhan air
= 2 unit x 40 jiwa/unit x 10 l/org/hr
= 0,8 m3/hr
b. Kebutuhan air untuk SD
= Jlh unit tahun 2030 x Jlh populasi x standar kebutuhan air
= 2 unit x 240 jiwa/unit x 10 l/org/hr
= 4,8 m3/hr
c. Kebutuhan air untuk SMP
= Jlh unit tahun 2030 x Jlh populasi x standar kebutuhan air
= 2 unit x 360 jiwa/unit x 10 l/org/hr
= 7,2 m3/hr

Tabel.8 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih 2030


Uraian Keterangan
Penduduk 2030 (jiwa) 5292
Daerah Pelayanan (%) 75%
Penduduk Di Daerah Pelayanan (jiwa) 3969
Tingkat Pelayanan (%) 85%
Kebutuhan Domestik 620.751 m3/hr
Kebutuhan Non Domestik 12,8 m3/hr
Total 620.763 m3/hr
Sumber:Perhitungan Penullis 2020

4.2.4 Proyeksi Debit Air Limbah Untuk 10 Tahun

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 53
Qab = 80 % x Kab
Keterangan :
Qab = Debit Air Buangan
Pn = jumlah penduduk tahun n
Kab = Kebutuhan Air Bersih
Qab = 80% x 620.763 m3/org/hari
Qab = 496.610 m3/org/hari
4.2.5 Debit Air Buangan Sistem Offsite
a. Jumlah penduduk daerah Blok A yang terlayani = 1600 x 85 % = 1360 jiwa
b. Jumlah penduduk daerah Blok B yang terlayani = 1500 x 85 % = 1200 jiwa
c. Jumlah penduduk daerah Blok C yang terlayani = 750 x 85 % = 637 jiwa
d. Jumlah penduduk daerah Blok D yang terlayani = 800 x 85 % = 680 jiwa
ABSR = 620.763 m3/hr / 5292 jiwa
= 117 m3/org/hr
Contoh perhitungan jumlah air buangan domestik:
- Kebutuhan air SR = 117 m3/org/hr
- Rasio air buangan = 80 %
- Jumlah air buangan 117 m3/org/hr x 80% = 93,6 m3/org/hr
Dari jumlah penduduk per blok dapat dihitung jumlah air buangan pada masing
– masing blok :
 Qab = Jumlah penduduk blok A x Jumlah sambungan rumah
= 1360 Jiwa x 117 m3/org/hr
= 159.120 m3/org/hr
 Qab = Jumlah penduduk blok B x Jumlah sambungan rumah
= 1200 Jiwa x 117 m3/org/hr
= 140.400 m3/org/hr
 Qab = Jumlah penduduk blok C x Jumlah sambungan rumah
= 637 Jiwa x 117 m3/org/hr
= 74.529 m3/org/hr
 Qab = Jumlah penduduk blok D x Jumlah sambungan rumah

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 54
= 680 Jiwa x 117 m3/org/hr
= 79.560 m3/org/hr

4.2.6 Perhitungan Panjang Saluran


1. Saluran Tercampur
Berdasarkan blok pembagian wilayah pelayanan di Perumahan X, Blok yang
menerapkan sistem tercampur dalam menyalurkan air buangan dapat dilihat pada
tabel 9 dibawah ini :
Tabel 9. Perhitungan panjang saluran Tercampur
Nama
Jalur Jenis Pipa Panjang Saluran (m)
Blok
A1-A2 Pipa Service 2524
A
A3-A4 Pipa Service 2524
B1-B2 Pipa Service 2546
B
B3-B4 Pipa Service 2546
C1-C2 Pipa Service 1175
C
C3-C4 Pipa Service 1175
D1-D2 Pipa Service 506
D3-D4 Pipa Service 506
D D5-D6 Pipa Service 506

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 55
D7-D8 Pipa Service 506
L1-L2 Pipa Lateral 600
L3-L4 Pipa Lateral 500
L5-L6 Pipa Lateral 600
L7-L8 Pipa Lateral 250
C1-C2 Pipa Cabang 50
C3-C2 Pipa Cabang 50
C3-C4 Pipa Cabang 50
I Pipa Induk 50
Sumber : Perhitungan Penulis 2020

4.2.7 Perhitungan Debit dan Dimensi Pipa Lateral, Pipa Cabang dan Pipa Induk
Dimensi pipa air limbah dihitung dengan menggunakan rumus Manning. Bahan
pipa yang dipakai adalah pipa PVC dengan nilai kekasaran manning dalam pipa yaitu
0,015. Diameter pipa lateral sebesar 8”, dan pipa induk sebesar 9”. Pemilihan
diameter pipa dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan debit perhitungan lebih
besar dari debit buangan agar pipa dapat menampung air buangan yang dihasilkan.
Dalam perencanaan, sistem tercampur pada penyaluran air buangan di
perumahan X akan disalurkan ke BPAB komunal dengan menggunakan saluran yang
memiliki bentuk penampang persegi. Dimensi perpipaan air buangan sistem
tercampur, langkah-langkah yang dilakukan ialah:
1. Menentukan panjang saluran masing-masing segmen
2. Menentukan daerah yang dilayani masing-masing jalur
3. Menentukan jumlah penduduk yang terlayani

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 56
4. Menentukan debit air buangan
5. Menentukan dimensi saluran

Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan jalur perpipaan sistem penyaluran air
buangan Perumahan X , maka berikut ini akan diuraikan contoh perhitungan salah
satu bagian jalur tersebut, yakni pada jalur A1-A2 pada sistem offsite yang
merupakan pipa service. Adapun data-data umum yang diperlukan nantinya, antara
lain:
1. Jenis pipa yang dipakai adalah pipa PVC
2. Koefisien Manning (n) = 0,013 – 0,015 (yang digunakan dalam tugas besar ini
3. Kebutuhan air minum = 120 l/o/h
4. Koefisien rata-rata infiltrasi daerah service (Cr) = 0,2
5. Kecepatan aliran (Vf) = 10 m/detk
6. Rasio air buangan = 80%

Perhitungan debit pipa air buangan pada jalur A1-A2 (pipa service) adalah sebagai
berikut:
1. Jalur: A1-A2
2. Jenis pipa = pipa service
3. Panjang pipa = 2524 meter
4. Blok pelayanan = Blok A
5. Penduduk terlayani =800jiwa/ 1000 orang = 0,8
6. Qpeak
- Qab = 0,75 x 120 l/o/h = 90 l/o/h
- Qr = 90 l/o/h x 1000
86400 dt
= 1,04 l/det
- Qmd = 1,2 x Qr
= 1,2 x 1,04 l /det

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 57
= 1,25 l/det
- Qp = 5 P0.8 x Qmd + Cr Q min + 0.2 P1,2 x Qr P x Qr + L/1000
= 5 x 0,8 0,8 x 1,25 l/det + 0,2 x 0,8 x 1,04 l/det + 2524/1000
= 7,919 l/dt
Perhitungan dimensi pipa air buangan pada jalur A1-A2 (pipa service) adalah
sebagai berikut:

1. Q min = 0.2 P1,2 x Qr


= 0,2 x 0,81,2 x 1,04 l/det
= 0,159 l/dt
2. d/D = 0,8 (grafik)
3. Qp/Qf = 0.98 (grafik)
4. Qf = Qp/0.98
= 7,919 l/dt/ 0,98
= 8,080 l/dt
5. Vf = 10 m/detk
6.

= 101,457 mm

7. Vf (koreksi) = 4 x Qf/π x D2

= 4 x 8,080/3,14 x (0,15)2

= 0,232 m/dt

8. S = Vf x n / (D/4)2/3

= 0,232 x 0,013 /(150/4)0,67

= 0,00027 m

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 58
9. h = S x L

= 0,00027 x 2524

= 0,670 m

10. Qmin/Qf = 0,159/8,080 l/dt = 0,020) (diplot ke grafik)

11. Dmin/Dpas = 0,13 (dari Q min/Qf . lalu di plot ke d/D)

Dmin = 0,13 x Dpasaran = 0,13 x 150/10 = 1,95 cm

12. Vmin/Vf = 0,45(dari dmin/Dpas, lalu plot ke V/Vf)

Vmin = 0,45 x Vfull Koreksi

= 0,45 x 0,232 m/dt

= 0,10 m/dt

13. Dmin < 5 cm ……(perlu penggelontoran)


Vmin > 0,4 m/det …….( tidak perlu penggelontoran)
14. T = L/ Vmin
= (2524/0,45 m/det) x (1 jam/ 3600 det)
= 1,56 jam

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 59
Tabel 10. Perhitungan Debit dan Dimensi Service
Pendud Qa Qm Dpa
Panjan Blok Qr Qpea Qmi d/D Qf
uk b d Qp/ D hit s
Jalur Jenis Pipa g Pipa Pelayan k n (mm (l/dt
Terlaya Qf (mm) (mm
(m) an (l/dt) (l/dt) ) )
ni )
A1- Pipa 1.0 0.15 8.08 101.45
2524 800 90 1.25
A2 Service 4 7.919 9 0.8 0.98 0 7 150
A
A3- Pipa 1.0 0.15 8.08 101.45
2524 800 90 1.25
A4 Service 4 7.919 9 0.8 0.98 0 7 150
B1- Pipa 1.0 0.14 7.82
2546 750 90 1.25
B2 Service 4 7.667 8 0.8 0.98 4 99.833 100
B
B3- Pipa 1.0 0.14 7.82
2546 750 90 1.25
B4 Service 4 7.667 8 0.8 0.98 4 99.833 100
C1- Pipa 1.0 0.06 4.18
1175 375 90 1.25
C2 Service 4 4.105 4 0.8 0.98 9 73.047 100
C
C3- Pipa 1.0 0.06 4.18
1175 375 90 1.25
C4 Service 4 4.105 4 0.8 0.98 9 73.047 100
D1- Pipa 1.0 0.03 2.31
506 200 90 1.25
D2 Service D 4 2.272 0 0.8 0.98 9 54.349 100
D3- Pipa 506 200 90 1.0 1.25 2.272 0.03 0.8 0.98 2.31 54.349 100

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 60
D4 Service 4 0 9
D5- Pipa 1.0 0.03 2.31
506 200 90 1.25
D6 Service 4 2.272 0 0.8 0.98 9 54.349 100
D7- Pipa 1.0 0.03 2.31
506 200 90 1.25
D8 Service 4 2.272 0 0.8 0.98 9 54.349 100

t
Vmi Vmi
Vfull Qmin/ Dmin/ Dmi (ja
Jenis h n/ Vf n Penggelontor
Jalur koreksi(m3/ n S (m) Qf Dpas n m)
Pipa (m) (m/d (m/d an (mm)
dt) (l/dt) (l/dt) (cm) (m
t) t)
m)
A1- Pipa 0.01 0.0002 0.67
0.45 0.10
A2 Service 0.232 3 7 0 0.020 0.13 1.95 Ya 1.56
A3- Pipa 0.01 0.0002 0.67
0.45 0.10
A4 Service 0.232 3 7 0 0.020 0.13 1.95 Ya 1.56
B1- Pipa 0.01 0.0001 0.38
0.45 0.04
B2 Service 0.100 3 5 2 0.019 0.13 1.3 Ya 1.57
B3- Pipa 0.01 0.0001 0.38
0.45 0.04
B4 Service 0.100 3 5 2 0.019 0.13 1.3 Ya 1.57
C1- Pipa 0.053 0.01 0.0000 0.09 0.015 0.13 1.3 0.45 0.02 Ya 0.73

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 61
C2 Service 3 8 4
C3- Pipa 0.01 0.0000 0.09
0.45 0.02
C4 Service 0.053 3 8 4 0.015 0.13 1.3 Ya 0.73
D1- Pipa 0.01 0.0000 0.02
0.45 0.01
D2 Service 0.030 3 4 2 0.013 0.13 1.3 Ya 0.31
D3- Pipa 0.01 0.0000 0.02
0.45 0.01
D4 Service 0.030 3 4 2 0.013 0.13 1.3 Ya 0.31
D5- Pipa 0.01 0.0000 0.02
0.45 0.01
D6 Service 0.030 3 4 2 0.013 0.13 1.3 Ya 0.31
D7- Pipa 0.01 0.0000 0.02
0.45 0.01
D8 Service 0.030 3 4 2 0.013 0.13 1.3 Ya 0.31

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 62
TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 63
Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan jalur perpipaan sistem penyaluran air
buangan Perumahan X , maka berikut ini akan diuraikan contoh perhitungan salah
satu bagian jalur tersebut, yakni pada jalur L1-L2 pada sistem offsite yang
merupakan pipa lateral. Adapun data-data umum yang diperlukan nantinya, antara
lain:
1. Jenis pipa yang dipakai adalah pipa PVC
2. Koefisien Manning (n) = 0,013 – 0,015 (yang digunakan dalam tugas besar ini
3. Kebutuhan air minum = 120 l/o/h
4. Koefisien rata-rata infiltrasi daerah lateral (Cr) = 0,2
5. Kecepatan aliran (Vf) = 10 m/detk
6. Rasio air buangan = 80%
Perhitungan debit pipa air buangan pada jalur L1-L2 (pipa lateral) adalah sebagai
berikut:
1. Jalur: L1-L2
2. Jenis pipa = pipa lateral
3. Panjang pipa = 600 meter
4. Penduduk terlayani = 1550 jiwa/ 1000 orang = 1,55
5. Qpeak
- Qab = 0,75 x 120 l/o/h = 90 l/o/h
- Qr = 90 l/o/h x 1000
86400 dt
= 1,04 l/det
- Qmd = 1,2 x Qr
= 1,2 x 1,04 l /det
= 1,25 l/det
- Qp = 5 P0.8 x Qmd + Cr Q min + 0.2 P1,2 x Qr P x Qr + L/1000
= 5 x 1,55 0,8 x 1,25 l/det + 0,2 x 1,55 x 1,04 l/det + 600/1000
= 9,797 l/dt

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 64
Perhitungan dimensi air buangan pada jalur L1-L2 (pipa lateral) adalah sebagai
berikut:
1. Q min = 0.2 P1,2 x Qr
= 0,2 x 1,551,2 x 1,04 l/det
= 0,352 l/dt
2. d/D = 0,8 (grafik)
3. Qp/Qf = 0.98 (grafik)
4. Qf = Qp/0.98
= 9,797 l/dt/ 0,98
= 9,997 l/dt
5. Vf = 10 m/detk
6.

= 112,852 mm

7. Vf (koreksi) = 4 x Qf/π x D2

= 4 x 9,997/3,14 x (0,15)2

= 0,287 m/dt

8. S = Vf x n / (D/4)2/3

= 0,287 x 0,013 /(150/4)0,67

= 0,00033 m

9. h = S x L

= 0,00033 x 600

= 0,157 m

10. Qmin/Qf = 0,352/9,997 l/dt = 0,035) (diplot ke grafik)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 65
11. Dmin/Dpas = 0,13 (dari Q min/Qf . lalu di plot ke d/D)

Dmin = 0,13 x Dpasaran = 0,13 x 150/10 = 1,95 cm

12. Vmin/Vf = 0,45(dari dmin/Dpas, lalu plot ke V/Vf)

Vmin = 0,45 x Vfull Koreksi

= 0,45 x 0,287 m/dt

= 0,13 m/dt

13. Dmin < 5 cm ……(perlu penggelontoran)


Vmin > 0,4 m/det …….( tidak perlu penggelontoran)
14. T = L/ Vmin
= (600/0,45 m/det) x (1 jam/ 3600 det)
= 0,37 jam

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 66
Tabel 11. Perhitungan Debit dan Dimensi Pipa Lateral
Pendudu Qa Qm Dpa
Panjan Blok Qr Qpea Qmi d/D
Jalu Jenis k b d Qp/ Qf D hit s
g Pipa Pelayana k n (mm
r Pipa Terlaya Qf (l/dt) (mm) (mm
(m) n (l/dt) (l/dt) )
ni )
L1- Pipa 1.0 0.35 112.85
1550 90 1.25
L2 Lateral 600 4 9.797 2 0.8 0.98 9.997 2 150
L3- Pipa 1.0 0.35 112.27
1550 90 1.25
L4 Lateral 500 4 9.697 2 0.8 0.98 9.895 4 150
L5- Pipa 1.0 16.69 0.81 17.03 147.32
3100 90 1.25
L6 Lateral 600 4 7 0 0.8 0.98 8 5 150
L7- Pipa 1.0 16.34 0.81 16.68 145.77
3100 90 1.25
L8 Lateral 250 4 7 0 0.8 0.98 1 2 150

t
Vmi Vmi
Vfull Qmin/ Dmin/ Dmi (ja
Jalu Jenis h n/ Vf n Penggelontor
koreksi(m3/ n S (m) Qf Dpas n m)
r Pipa (m) (m/d (m/d an (mm)
dt) (l/dt) (l/dt) (cm) (m
t) t)
m)
L1- Pipa 0.287 0.01 0.0003 0.19 0.035 0.13 1.95 0.45 0.13 Ya 0.37

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 67
L2 Lateral 3 3 7
L3- Pipa 0.01 0.0003 0.16
0.45 0.13
L4 Lateral 0.284 3 3 3 0.036 0.13 1.95 Ya 0.31
L5- Pipa 0.01 0.0005 0.33
0.45 0.22
L6 Lateral 0.488 3 6 6 0.048 0.13 1.95 Ya 0.37
L7- Pipa 0.01 0.0005 0.13
0.45 0.22
L8 Lateral 0.478 3 5 7 0.049 0.13 1.95 Ya 0.15

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 68
Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan jalur perpipaan sistem penyaluran air
buangan Perumahan X , maka berikut ini akan diuraikan contoh perhitungan salah
satu bagian jalur tersebut, yakni pada jalur P1-P2 pada sistem offsite yang
merupakan pipa cabang. Adapun data-data umum yang diperlukan nantinya, antara
lain:
1. Jenis pipa yang dipakai adalah pipa PVC
2. Koefisien Manning (n) = 0,013 – 0,015 (yang digunakan dalam tugas besar ini
3. Kebutuhan air minum = 120 l/o/h
4. Koefisien rata-rata infiltrasi daerah cabang (Cr) = 0,2
5. Kecepatan aliran (Vf) = 10 m/detk
6. Rasio air buangan = 80%
Perhitungan debit pipa air buangan pada jalur P1-P2 (pipa cabang) adalah sebagai
berikut:
1. Jalur: P1-P2
2. Jenis pipa = pipa cabang
3. Panjang pipa = 50 meter
4. Penduduk terlayani = 4650 jiwa/ 1000 orang = 4,65
5. Qpeak
- Qab = 0,75 x 120 l/o/h = 90 l/o/h
- Qr = 90 l/o/h x 1000
86400 dt
= 1,04 l/det
- Qmd = 1,2 x Qr
= 1,2 x 1,04 l /det
= 1,25 l/det
- Qp = 5 P0.8 x Qmd + Cr Q min + 0.2 P1,2 x Qr P x Qr + L/1000
= 5 x 4,65 0,8 x 1,25 l/det + 0,2 x 4,65 x 1,04 l/det + 2524/1000
= 22,391 l/dt

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 69
Perhitungan dimensi pipa air buangan pada jalur P1-P2 (pipa cabang) adalah sebagai
berikut:
1. Q min = 0.2 P1,2 x Qr
= 0,2 x 4,651,2 x 1,04 l/det
= 1,317 l/dt
2. d/D = 0,8 (grafik)
3. Qp/Qf = 0.98 (grafik)
4. Qf = Qp/0.98
= 22,391 l/dt/ 0,98
= 22,848 l/dt
5. Vf = 10 m/detk
6.

= 170,602 mm

7. Vf (koreksi) = 4 x Qf/π x D2

= 4 x 22,848/3,14 x (0,2)2

= 1,164 m/dt

8. S = Vf x n / (D/4)2/3

= 1,164 x 0,013 /(200/4)0,67

= 0,00011 m

9. h = S x L

= 0,00011 x 50

= 0,055 m

10. Qmin/Qf = 1,317/22,848 l/dt = 0,058) (diplot ke grafik)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 70
11. Dmin/Dpas = 0,13 (dari Q min/Qf . lalu di plot ke d/D)

Dmin = 0,13 x Dpasaran = 0,13 x 200/10 = 2,6 cm

12. Vmin/Vf = 0,45(dari dmin/Dpas, lalu plot ke V/Vf)

Vmin = 0,45 x Vfull Koreksi

= 0,45 x 1,164 m/dt

= 0,52 m/dt

13. Dmin < 5 cm ……(perlu penggelontoran)


Vmin > 0,4 m/det …….( tidak perlu penggelontoran)
14. T = L/ Vmin
= (50/0,45 m/det) x (1 jam/ 3600 det)
= 0,03 jam

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 71
Tabel 12. Perhitungan Debit dan Dimensi Pipa Cabang
Panjang
Qr Qp Qmin
Jalur Saluran Blok Penduduk Qab P Qmd Cr
(l/dt) (l/hr) (l/hr)
(m) terlayani (l/org/hr) (l/dt)
P1-P2 50 4650 90 1.04 4.65 1.25 0.2 21.420 1.317
P3-P2 50 4650 90 1.04 4.65 1.25 0.2 21.420 1.317
P3-P4 50 4650 90 1.04 4.65 1.25 0.2 21.420 1.317

t
Vmi Vmi
Vfull Qmin/ Dmin/ Dmi (ja
Jalu Jenis h n/ Vf n Penggelontor
koreksi(m3/ n S (m) Qf Dpas n m)
r Pipa (m) (m/d (m/d an (mm)
dt) (l/dt) (l/dt) (cm) (m
t) t)
m)
P1- Pipa 0.01 0.0011 0.05
0.45 0.52
P2 Cabang 1.164 3 0 5 0.058 0.13 2.6 Tidak 0.03
P3- Pipa 0.01 0.0011 0.05
0.45 0.52
P2 Cabang 1.164 3 0 5 0.058 0.13 2.6 Tidak 0.03
P3- Pipa 0.01 0.0011 0.05
0.45 0.52
P4 Cabang 1.164 3 0 5 0.058 0.13 2.6 Tidak 0.03

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 72
TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 73
Contoh Perhitungan
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan jalur perpipaan sistem penyaluran air
buangan Perumahan X , maka berikut ini akan diuraikan contoh perhitungan salah
satu bagian jalur tersebut, yakni pada jalur I1-I2 pada sistem offsite yang merupakan
pipa induk. Adapun data-data umum yang diperlukan nantinya, antara lain:
1. Jenis pipa yang dipakai adalah pipa PVC
2. Koefisien Manning (n) = 0,013 – 0,015 (yang digunakan dalam tugas besar ini
3. Kebutuhan air minum = 120 l/o/h
4. Koefisien rata-rata infiltrasi daerah induk (Cr) = 0,2
5. Kecepatan aliran (Vf) = 10 m/detk
6. Rasio air buangan = 80%
Perhitungan debit pipa air buangan pada jalur I1-I2 (pipa induk) adalah sebagai
berikut:
1. Jalur: I1-I2
2. Jenis pipa = pipa induk
3. Panjang pipa = 50 meter
4. Penduduk terlayani = 4650 jiwa/ 1000 orang = 4,65
5. Qpeak
- Qab = 0,75 x 120 l/o/h = 90 l/o/h
- Qr = 90 l/o/h x 1000
86400 dt
= 1,04 l/det
- Qmd = 1,2 x Qr
= 1,2 x 1,04 l /det
= 1,25 l/det
- Qp = 5 P0.8 x Qmd + Cr Q min + 0.2 P1,2 x Qr P x Qr + L/1000
= 5 x 4,65 0,8 x 1,25 l/det + 0,2 x 4,65 x 1,04 l/det + 2524/1000
= 22,391 l/dt

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 74
Perhitungan dimensi pipa air buangan pada jalur I1-I2 (pipa induk) adalah sebagai
berikut:
15. Q min = 0.2 P1,2 x Qr
= 0,2 x 4,651,2 x 1,04 l/det
= 1,317 l/dt
16. d/D = 0,8 (grafik)
17. Qp/Qf = 0.98 (grafik)
18. Qf = Qp/0.98
= 22,391 l/dt/ 0,98
= 22,848 l/dt
19. Vf = 10 m/detk
20.

= 170,602 mm

21. Vf (koreksi) = 4 x Qf/π x D2

= 4 x 22,848/3,14 x (0,2)2

= 1,164 m/dt

22. S = Vf x n / (D/4)2/3

= 1,164 x 0,013 /(200/4)0,67

= 0,00011 m

23. h = S x L

= 0,00011 x 50

= 0,055 m

24. Qmin/Qf = 1,317/22,848 l/dt = 0,058) (diplot ke grafik)

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 75
25. Dmin/Dpas = 0,13 (dari Q min/Qf . lalu di plot ke d/D)

Dmin = 0,13 x Dpasaran = 0,13 x 200/10 = 2,6 cm

26. Vmin/Vf = 0,45(dari dmin/Dpas, lalu plot ke V/Vf)

Vmin = 0,45 x Vfull Koreksi

= 0,45 x 1,164 m/dt

= 0,52 m/dt

27. Dmin < 5 cm ……(perlu penggelontoran)


Vmin > 0,4 m/det …….( tidak perlu penggelontoran)
28. T = L/ Vmin
= (50/0,45 m/det) x (1 jam/ 3600 det)
= 0,03 jam

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 76
Tabel 13. Perhitungan Debit dan Dimensi Pipa Induk
Panjang
Qr Qp Qmin
Jalur Saluran Blok Penduduk Qab P Qmd Cr
(l/dt) (l/hr) (l/hr)
(m) terlayani (l/org/hr) (l/dt)
I1-I2 50 4650 90 1.04 5 1 0.2 21.420 1.317

t
Vmi Vmi
Vfull Qmin/ Dmin/ Dmi (jam
Jalu Jenis h n/ Vf n Penggelontor
koreksi(m3/ n S (m) Qf Dpas n )
r Pipa (m) (m/d (m/d an (mm)
dt) (l/dt) (l/dt) (cm) (mm
t) t)
)
I1- Pipa 0.01 0.0011 0.05
0.45 0.52
I2 Induk 1.164 3 0 5 0.058 0.13 2.6 Tidak 0.03

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 77
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Debit air limbah pada pipa service, pipa lateral, pipa cabang, dan pipa
induk adalah 90 liter/orang/hari.
2. Ukuran yang digunakan pada pipa sevice adalah :
- Blok A = 150 mm
- Blok B = 100 mm
- Blok C = 100 mm
- Blok D = 100 mm
3. Ukuran yang digunakan pada pipa lateral adalah 150 mm.
4. Ukuran yang digunakan pada pipa cabang adalah 200 mm.
5. Ukuran yang digunakan pada pipa induk adalah 200 mm.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 78
DAFTAR PUSTAKA

Departemen PU, 2000. Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air
Limbah. Prosiding Diseminasi dan Sosialisasi NSPM Bidan
PLP dan Penyusunan PJM.
Metcalf & Eddy. Inc, 2003. Wastewater Engineering (Treatment & Reuse). 4th Ed :
McGraw Hill, Inc. New York.
Nelwan F, Sugiana K dan Kamulyan B. 2015. Kajian Program Pengelolaan Air
Limbah Perkotaan Studi Kasus Pengelolaan IPAL Margasari
Balikpapan. Jurnal Vol. X No. 2, Ilmu Lingkungan, UGM,
Yogyakarta.
Pratiwi RS dan Purwanti IF. 2015. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah
Domestik di Kelurahan Keputih Surabaya. Jurnal Vol. 4 No.
1, Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, ITS, Surabaya.

TUGAS BESAR
PENYALURAN AIR LIMBAH Halaman 79

Anda mungkin juga menyukai