Anda di halaman 1dari 38

BENDUNGAN

Catatan ; Joko Cahyono


Bendungan INDONESIA
Tinggi Dam
Panjang
Nama Dari Dasar Periode Konsultan
Tipe Puncak
Bendungan Pondasi Kontruksi (D/D & Supervisi)
(m)
(m)
Jatibarang Urugan 74 200 08-11 CTI
Jatigede Urugan 110 1715 07-14 CHINA
Bili-Bili Urugan 73 1808 88-95 CTI
Kedung Ombo Urugan 62 1600 85-89 SMEC
Batu Tegi Urugan 120 690 85- PRC ENG. INC (USA), SINOTECH
Mrica Urugan 110 832 84-89 SWECO
Cirata Urugan 125 433 84-88 NEW JEC
Wadas Lintang Urugan 122 600 83-87 PRC-ECI (USA)
Sanguling Urugan 99 301 80-86 NEW JEC
Tangga Arch 82 125 78-83 NIPON KOEI
Sigura-gura Gravity 46 173 78-81 NIPON KOEI
Wonogiri Urugan 40 830 75-82 NIPON KOEI
Lahor Urugan 74 433 73-75 NIPON KOEI
Sutami Urugan 97.5 820 64-73 NIPON KOEI
Juanda (Jatiluhur) Urugan 105 1220 57-67 COYNE ET BELLIER

http://pustaka.pu.go.id/new/infrastruktur-bendungan.asp?start=1
RINGKASAN TEORI
BENDUNGAN

Referensi;
1. “Reservoirs”; Mehmet Özger, PhD, Associate Professor, Department of
Civil Engineering, Istambul Teknik Universitesi, Asirladir, Cagdas.
2. “Reservoirs”; Assist. Prof. Dr. Bertuğ Akıntuğ Civil Engineering
Program Middle East Technical Universitym Northern Cyprus Campus
Tujuan Pembangunan Bendungan

1. Menimbun air di belakang dam atau “penghalang


tidak tembus air”
2. Menimbun air dalam periode tertentu, dimana;
S (persediaan) < D (kebutuhan)
sehingga dibutuhkan “timbunan air”
3. Penyediaan air, a.l;
a) Air minum,
b) Irigasi,
c) PLTA,
4. Pengendalian banjir
Bendungan Sudah Terisi Air

Waduk
Puncak pelimpah (crest)
Hulu
Tubuh Dam Bangunan pelimpah (spillway)

Hilir
Elevation-Area-Volume
Bendungan Belum Curves
Terisi Air
To determine reservoir volume with given location & dam height
ELEVATION ABOVE MEAN SEA LEVEL (m)

Max. Operating Level

Spillway Crest Area


Volume
Minimum Operating Level

Zero Pool

VOLUME (106 m3)

Typical reservoir elevation-area-volume curves


Klasifikasi Bendungan
(Berdasarkan Ukuran Bendungan)

1. Bendungan besar (large dam)


2. Bendungan kecil (small dam)

a) International Commision on Large Dams, (ICOLD) menganggap


bendungan besar, jika tinggi >15m.

b) Jika tinggi dam antara 10m-15m dan memenuhi kriteria berikut ini,
ICOLD menganggap sebagai dam besar:
(1) Jika panjang puncak dam > 500m
(2) Kapasitas tampung > 1 million m3
(3) Banjir rencana > 2000 m3/dt
(4) Kontruksi pondasi dam sangat sulit
Klasifikasi Bendungan
(Berdasarkan Tinggi Dam)

• Dam Tinggi (Bendungan Besar)


Jika tinggi dam > 100m

• Dam Sedang
Jika tinggi dam 50 m - 100m

• Dam Rendah (Bendungan Kecil)


Jika tinggi dam < 50 m
Klasifikasi Bendungan
(Berdasarkan Desain Statik Tubuh Dam)

1. Dam Gravitasi (Gravity Dam)


2. Dam Busur (Arch Dam)
3. Dam Menompang (Butress Dam)
4. Dam Urugan (Embankment Dam)
5. Dam Komposit (Composite Dam)
Kategori Bendungan

1. Kategori bendungan
a) Sebagai penyimpan air atau konservasi air
b) Sebagai pelayanan kebutuhan air atau
distribusi

2. Karakter fisik bendungan


a) Fungsi utama adalah menampung (storage)
b) Karakter yang paling penting adalah
”kapasitas tampung (storage capacity)”
Karakteristik Bendungan

1. Kurva Elevasi-Area:
Dibuat berdasarkan pengukuran luas setiap
kontur waduk (tampungan air) menggunakan
peta dan alat ukur. Biasanya, peta topografi
skala 1/5000 dan planimetri

2. Kurva Elevasi-Timbunan:
Kurva elevasi-timbunan merupakan integrasi
dari kurva elevasi-area. Timbunan diantara dua
elevasi dapat dihitung berdasarkan rata-rata
luas dua elevasi (kontur) dikalikan beda elevasi
(beda kontur)
Karakteristik Bendungan
Karakteristik Bendungan
Karakteristik Bendungan
Komponen Timbunan Air Bendungan:

1. Tinggi muka air normal


2. Tinggi muka air minimum
3. Timbunan aktif
4. Timbunan mati
5. Timbunan pengendalian banjir
6. Timbunan jagaan
Zona Bendungan

MA Maksimum
Zona timbunan jagaan Muka air banjir

Zona pengendalian banjir Puncak pelimpah


Muka air normal (Crest)

Zona timbunan aktif atau


Aliran masuk zona penggunaan air Saluran
(sluice way)
Muka air minimum

Zona tampungan mati

Timbunan sedimen
1. Tinggi muka air normal
Adalah elevasi muka air maksimum pengoperasian
atau penyaluran air bendungan secara normal.
2. Tinggi muka air minimum
Elevasi muka air terendah yang diperbolehkan
menyalurkan air.
3. Zona tampungan mati
Terletak di bawag tinggi muka air minimum, dimana
elevasi muka air tersebut ditentukan berdasarkan
volume sedimen yang dapat ditampung selama
umur bendungan. Sehingga elevasi dasar saluran
harus sama dengan elevasi muka air minimum.
Timbunan air di bawah elevasi muka air minimum
tidak dapat digunakan
4. Zona timbunan aktif
Zona timbunan air diantara elevasi muka air
maksimun dan elevasi muka air minimum
5. Zona timbunan pengendalian banjir
Zona timbunan air diantara elevasi muka air banjir
dan elevasi muka air normal.
6. Zona timbunan jagaan
Timbunan air diantara elevasi muka air maksimum
dan elevasi muka air banjir
Pemilihan Lokasi Bendungan

1. Biaya yang layak


2. Menghindari kerusakan lingkungan
3. Topografi yang memungkinkan volume
timbunan yang besar
4. Kedalaman air (tidak dalam, tetapi volume
timbunan besar)
5. Meghindari pemukiman di daerah hulu
6. Kualitas air baik
7. Lereng pegunungan yang stabil (tidak longsor)
Layanan (Yield) Bendungan

1. Debit yang dapat disediakan oleh bendungan


dalam periode atau interval waktu tertentu,
terutama pada periode kritis (kekeringan)
1. Dihitung berdasarkan;
a) Aliran masuk ke bendungan
b) Kapasitas tampung bendungan
3. Tidak pernah bisa ditentukan dengan pasti
karena adanya faktor ketidak pastian
Jenis Layanan (Type of Yields)

1. Layanan aman (firm yield) adalah debit yang


dapat disediakan oleh bendungan dalam periode
atau interval waktu yang kritis (mis; kekeringan)
2. Target layanan (target yield) adalah debit yang
dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan
permintanaan air.
3. Layanan sekunder (secondary yield) adalah debit
tambahan yang dapat disediakan, karena air
yang tersedia lebih besar dari layanan aman
(firm yield) selama periode aliran masuk debitnya
besar.
Kapasitas Tampung Bendungan

1. Kapasitas tampung bendungan didesain


berdasarkan periode kritis (aliran masuk lebih
kecil dari aliran keluar)
2. Ada 4 cara untuk menentukan kapasitas
tampung bendungan;
a) Analisa kurva massa.
b) Analisan algoritma
c) Study operasi;
d) Analisa optimasi
Analisa Kurva Massa

1. Analisa kurva massa merupakan metode


diagram Ripple.
1. Volume aliran masuk, S (supply) dan volume
aliran keluar, D (demand) diplot sesuai interval
waktunya. Kapasitas tampung adalah kurva
aliran masuk yang berada di bawah aliran keluar
atau (a+b), seperti Gambar 1.A.
1. Kumulatif aliran masuk, ΣS dan kumulatif aliran
keluar, ΣD diplot sesuai interval waktunya.
Kapasitas tampung adalah kurva aliran masuk
yang berada di bawah aliran keluar atau (a+b).
seperti Gambar 1.B.
S,D
A)
a b
D
a+b

t
t1 t2
B) ∑S, ∑D ∑D

A
a+b b
a ∑S
B

t
t1 t2

Gambar 1; Analisa kurva massa


Analisa Aliran Puncak Berurutan
(Sequent-Peak Analysis)

1. Analisa kurva massa mudah digunakan, jika seri data


periode yang pendek.
2. Analisa aliran puncak berurutan merupakan modifikasi
dari analisa kurva massa untuk seri data periode yang
panjang dan harus menggunakan komputer.
3. Kumulatif selisih aliran masuk dan aliran keluar diplot
sesuai dengan interval waktu. Kapasitas tampung
bendungan adalah selisih puncak tertinggi dan
cekungan terendah, seperti Gambar 2.
Plot ∑ (Aliran masuk minus Aliran keluar) : ∑(S-D)

Puncak
Puncak Puncak
∑(S - D)

maksimum
Timbunan
Waktu

Algoritma aliran puncak

Gambar 2; Analisa aliran puncak berurutan


Analisa Aliran Puncak Berurutan
(Sequent-Peak Analysis)

Jika menggunakan komputer dipakai rumus;


Vt = Dt – St + Vt-1 jika positif
Vt = 0 jika tidak positif
dimana;
Vt : timbunan di akhir periode t
Vt-1 : timbunan di akhir periode sebelum t
Dt : aliran keluar selama periode t
St : aliran masuk selama periode t
Operasi Berdasarkan Study
(Operation Study)

1. Anggapan awal; bendungan cukup air untuk


memenuhi semua kebutuhan, setelah dikurangi
kehilangan air akibat rembesan dan penguapan.
2. Operasi bendungan dipelajari berdasarkan rumus
kontinyuitas;

dimana;
dV : diferensial timbunan air selama interval waktu , dt
I : aliram masuk instan.
Q : aliran keluar instan.
Yang dipelajari, a.l ;
1. Menentukan kapasitas bendungan,
2. Menentukan pengaturan operasi optimal,
3. Menentukan kapasitas PLTA,
4. Menentukan kebutuhan lainnya sesuai dengan
perencnaan pemenuhan kebutuhan air

Sasaran yang dipelajari, a.l ;


1. Hanya periode aliran rendah yang ektrem untuk
menentukan kapasitas tampung bendungan
agar kekeringan dapat diatasi.
2. Ketersediaan air sepanjang tahun untuk PLTA.
Analisa Optimasi
(STOCHASTIC MODELS)

Menentukan kelayakan pelayanan bendungan


untuk memenuhi semua atau sebagian
kebutuhan air perencanaan jangka panjang
Sedimentasi Bendungan

1. Sedimen mengalir ke hampir semua bendungan


2. Umur bendungan ditentukan volume sedimen
yang masuk dan kapasitas tampung sedimen
3. Aliran sungai mengangkut sedimen suspensi
(suspended ) dan material dasar sungai (bed
material).
4. Jika volume ankutan sedimen (suspensi +
material dasar sungai ) akan mengendap di hilir
bendungan dan membentuk delta
5. Partikel sedimen yang lebih halus akan
melayang di timbunan air dan mengalir keluar
bendungan
Akumulasi Sedimentasi Bendungan
Karakteristik Sedimentasi Bendungan

1. Pada umumnya;
a) Angkutan material dasar sungai (bed load) ≈
5-20% angkutan sedimen suspensi (suspended
load) di daerah dataran.
b) Angkutan material dasar sungai (bed load) ≈
50% angkutan sedimen suspensi (suspended
load) di daerah pengunungan.

2. Di Indonesia;
Total angkutan sediment rata-rata di sungai-sungai
yang masuk ke bendungan besar > ? kali total
sedimen di seluruh eropa (500x106 tons/year)
Efisiensi Tangkapan Sedimen
Hubungan Debit Sungai dan Sedimen
Hubungan Luas DAS dan Sedimen

Dimana;
Y ; rata sedimen yang keluar DAS , m3
A ; luas DAS, km2
PENTING UNTUK DICATAT

Sedimen yang masuk ke bendungan harus


dikendalikan dengan, a.l;
1. Bangunan penahan sedimen di daerah hulu
bendungan
2. Penghijauan
3. Melaksanakan konservasi tanah
4. Mengatur pembukaan pintu saluran (sluice
gate) untuk beberapa level
5. Pengerukan endapan sedimen (tidak ekonomis)
Selesai

Anda mungkin juga menyukai