Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah populasi manusia didunia semakin meningkat yaitu mencapai 7,8
miliyar jiwa oleh Biro Sensus Amerika Serikat pada tahun 2022, hal ini sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan sumber daya air. Berdasarkan perhitungan WHO
(World Health Organisation), di negara-negara maju setiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter/hari, termasuk Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) mendata, Kontribusi Sistem Penyedian Air Minum
(SPAM) di perdesaan dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) mencapai
mencapai sekitar 620.000 sambungan rumah (SR) dari total penduduk yang
mencapai 273 juta jiwa. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2020),
mencatat Indonesia telah mencapai 90,2 persen akses air minum layak, termasuk
20,7 persen akses perpipaan. Hal tersebut belum mencapai tujuan Sustainable
Development Goals/SDGs dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024 dalam meningkatkan air minum dan sanitasi yaitu
pada tahun 2030, akan mencapai akses universal dan merata terhadap air minum
yang aman dan terjangkau bagi semua dengan target 100 persen akses air minum
(Bappenas, 2021).
Manusia membutuhkan air dengan kuantitas dan kualitas secara kontiniutas.
Namun, tidak semua daerah mempunyai sumber daya air yang baik. Bagi wilayah
pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-
daerah yang miskin akan sumber air tawar. Sumber daya air yang terdapat di
daerah tersebut umumnya berkualitas buruk karena air tanahnya yang asin atau
payau (Astuti, 2016). Intruisi air laut menjadi permasalahan bagi kehidupan
masyarakat pesisir yang mengandung kadar garam sangat tinggi sehingga
diperlukan pengolahan dengan biaya mahal agar dapat dimanfaatkan sebagai air
minum.
Indonesia memiliki lahan gambut terbesar di Asia Tenggara dengan luas
mencapai 20,2 juta hektar. Jumlah itu setara dengan 88% dari total lahan gambut

1
di kawasan Asia Tenggara (Dihni, 2022). Provinsi Riau merupakan wilayah yang
memliki lahan gambut yang terluas di Sumatera yaitu sebesar 5.355.774 ha dari
9.604.529 ha total luas lahan gambut di Sumatera (Aliffia, 2021). Biasanya lahan
gambut lebih didominasi oleh air gambut yang mempunyai ciri-ciri pH asam,
intensitas warna dan bahan organik yang sangat tinggi (Suherman, 2013). Untuk
wilayah yang mempunyai lahan gambut cukup sulit untuk mendapatkan air bersih.
Provinsi Riau yang memiliki jumlah penduduk 6,45 juta jiwa mengupayakan
akses air bersih salah satunya dalam proyek DUROLIS namun hanya melayani
40.000 Sambungan Rumah (SR) dan tidak mencakup wilayah Sungai Sembilan
(Kementerian PUPR, 2022).
Kecamatan Sungai Sembilan merupakan salah satu kecamatan tertua dan
salah satu kecamatan terluas di Kota Dumai dengan luas daratan 975,38 km².
Letak Kecamatan Sungai Sembilan tepat berada di selatan Kota Dumai dengan
ibukota kecamatan Bukit Nenas. Dengan Karakteristik wilayah Kecamatan Sungai
Sembilan menurut elevasi (ketinggian di atas permukaan laut/dpl) yaitu berada
antara 25–50 m, yang merupakan daratan dan topografinya relatif datar (BPS
Dumai, 2021). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan,
wilayah tersebut belum mendapat pelayanan PDAM sehingga masyarakat masih
menggunakan air sumur dangkal dan Penampung Air Hujan (PAH) untuk
kehidupan sehari-hari.
Sumber air baku eksisting yang digunakan masyarakat Kecamatan Sungai
Sembilan memiliki kuantitas yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
air. Terutama disaat musim kemarau panjang, air tanah dangkal dan PAH menipis
dan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air. Pasang surut dan intruisi air laut
mempengaruhi sungai-sungai kecil dan air tanah didaerah tersebut. Naiknya kadar
garam akan berpengaruh pada mahalnya peralatan untuh proses pengolahan air.
Agar sistem intake air bersih dapat beroperasi optimal, maka letak lokasi intake
dipilih dengan kadar garam terendah, yang kualitas air bakunya sesuai dengan
standar baku mutu kelas satu, ketersediaan air di lokasi dapat memenuhi jumlah
kebutuhan air masyarakat serta kontinuitas air sungai (Pangestu dkk, 2013).
Sistem penyediaan air bersih yang berpotensi untuk dijadikan sumber air baku

2
adalah air sungai Rokan, karena diperkirakan sungai Rokan dapat dilakukan
penyadapan air berjarak 12 km ke daerah pelayanan. Berdasarkan KEPMEN PU
No.21 tahun 2014, potensi debit air permukaan WS Rokan adalah 810 m 3/s atau
setara dengan 25 milyar m3/tahun. Sedangkan potensi debit yang dapat diandalkan
dengan tingkat keandalan 80% adalah 550 m3/s atau setara dengan 17 milyar
m3/tahun.
Perencanaan sistem penyediaan air minum di Kecamatan Sungai sembilan
memanfaatkan potensi air sungai Rokan dengan sistem Jaringan perpipaan untuk
mendistribusikan air ke masyarakat. Penggunanaan jaringan perpipaan distribusi
bertujuan untuk mengalirkan air ke berbagai tempat konsumen dengan aman tanpa
mengurangi kualitas dan kuantitas air. Target dari perencanaan ini mengacu pada
PERMENKES No.492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan
PERMEN PUPR No.27 tahun 2016 tentang sistem penyediaan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air minum secara kualitas dan
kuantitas serta kontinuitas dalam pengaliran air minum.
Perencanaan ini menggunakan simulasi jaringan dengan software EPANET
2.2. EPANET adalah aplikasi komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis
dan kecenderungan kualitas air yang mengalir pada pipa. Jaringan pipa itu sendiri
terdiri dari pipa, node, pompa, katup dan reservoir. Software ini digunakan untuk
membantu analisis sistem distribusi air minum dan dapat menentukan alternatif
strategis manajemen sistem jaringan perpipaan distribusi. Keuntungan
menggunakan software ini adalah mudah, analisa yang akurat dan dapat
disimulasikan dalam periode waktu yang diinginkan (Wigati dkk, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam perencanaan ini adalah bagaimana
memenuhi kebutuhan air minum di Kecamatan Sungai Sembilan dan
merencanakan ketersediaan jaringan transmisi, unit produksi air minum di
Kecamatan Sungai Sembilan, bagaimana perencanaan jaringan distribusi
menggunakan software EPANET 2.2 dan bagaimana anggaran biaya unit
perencanaan.

3
1.3 Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah:
1. Menganalisis kebutuhan air minum penduduk di Kecamatan Sungai
Sembilan, Kota Dumai untuk pelayanan selama 20 tahun kedepan.
2. Merencanakan sistem transmisi air minum di Sungai Sembilan, Kota
Dumai.
3. Merencanakan unit produksi air minum untuk memenuhi kebutuhan
penduduk di Sungai Sembilan, Kota Dumai.
4. Merencanakan sistem jaringan distribusi air minum di Sungai Sembilan
dengan menggunakan software EPANET 2.2.
5. Menganalisis rencana anggaran biaya yang diperlukan pada sistem
transmisi, unit produksi dan sistem distribusi air minum di daerah
pelayanan.

1.4 Ruang Lingkup Perencanaan


Adapun ruang lingkup dari perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Wilayah perencanaan sistem transmisi, unit produksi dan sistem distribusi
air minum di 1 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai.
2. Debit sungai Rokan sebagai sumber air baku diasumsikan dapat memenuhi
kualitas, kuantitas, kontiniuitas yang dibutuhkan.
3. Kebutuhan air minum diproyeksikan untuk pelayanan selama 20 tahun
periode 2022-2041 yang didasarkan pada kebutuhan domestik dan
kebutuhan non domestik.
4. Pipa distribusi yang direncanakan pada model perencanaan ini adalah pipa
induk.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan perencanaan, ruang
lingkup perencanaan dan sistematika penulisan tugas akhir.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan landasan-landasan atau uraian berbagai literatur yang berkaitan
dengan perencanaan, seperti gambaran umum wilayah perencanaan,
proyeksi penduduk, kebutuhan air, sistem penyediaan air minum serta
merencanakan bangunan pengolahan air minum.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang diagram alir perencanaan, langkah-langkah dan metode
yang digunakan dalam perencanaan mulai dari pengumpulan data,
perancangan unit produksi air minum, perancangan pipa distribusi, analisis
menggunakan software EPANET 2.2 serta rencana anggaran biaya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi data-data dan perencanaan unit pengolahan air minum, hasil simulasi
software EPANET 2.2 dan anggaran biaya yang diperlukan dalam
perencanan sistem penyediaan air minum.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang berisi berdasarkan tujuan perencanan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai