Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KAYU SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN

Ditulis Oleh :

Nama : Fariz Anzhari Kwanda

NIM : 1407122446

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN S1

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS RIAU

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik serta Hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kayu Sebagai Bahan
Konstruksi Bahan Bangunan guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Lingkungan.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai cara pengolahan
kayu serta pemanfaatan kayu sebagai bahan konstruksi bangunan. Saya
menyadari bahwa masih banyak kekurangan serta kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik serta
saran dari pembaca demi pelajaran bagi penulis, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa


bermanfaat bagi penulis serta pembaca dan tentunya meingkatkan
kesadaran kita akan pentingnya kayu sebagai salah satu bahan konstruksi
bangunan.

Pekanbaru, 5 Januari 2016

Fariz Anzhari Kwanda


BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan sektor industri memegang peranan strategis dan
harus mampu membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi
Indonesia. Hal ini berarti bahwa sector industri di dalam perekonomian
nasional berperan sebagai motor penggerak utama bagi pertumbuhan sector-
sektor utama lainnya lewat keterkaitan produksi ke belakang (backward
production linkage) maupun ke depan (forward production linkage) (Amril,
2003).
Salah satu industri pengolahan kayu adalah industri penggergajian
kayu. Pengggergajian adalah suatu unit pengolahan kayu yang
menggunakan bahan baku dolok, alat utama bilah gergaji, mesin sebagai
tenaga penggerak, serta dilengkapi dengan berbagai alat dan mesin
pembantu. Penggergajian disebut juga sebagai proses pengolahan kayu
primer karena yang pertama dilakukan adalah mengolah dolok menjadi kayu
persegian yang bersifat setengah jadi dan selanjutnya diolah oleh
pengolahan kayu sekunder dan tersier untuk barang jadi (Dephutbun RI,
1998).
Ketika pasokan kayu bulat yang berasal dari hutan alam produksi
mengalami penurunan sementara pasokan kayu dari HTI belum dapat
diandalkan, maka pembangunan hutan rakyat sekarang diharapkan dapat
berperan penting sebagai pemasok kayu baik untuk kebutuhan industri dalam
negeri maupun ekspor. Mengingat pentingnya keberadaan hutan rakyat
sebagai sumber daya hutan dan ekonomi maka pengembangan hutan rakyat
semakin mendapat perhatian. Departemen kehutanan berdasarkan arah
pembangunan jangka panjang kehutanan 2006 - 2025 telah mencantumkan
program peningkatan luasan hutan rakyat yang mandiri dan mendukung
fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
(Daryanto, 1987).
Kegiatan survei industri penggergajian bertujuan untuk mengetahui
ukuran industri, kapasitas produksi industri, kapasitas rendemen, mesin-
mesin yang digunakan, jumlah pekerja, dan alternatif pemanfaatan limbah
penggergajian yang dilakukan industri, baik di dalam industri maupun di luar
industri. Oleh karena itu, keberadaan industri penggergajian penting diketahui
dalam pengolahan kayu. Kota Medan merupakan salah satu kota besar yang
memiliki sejumlah industri penggergajian, baik itu skala kecil, sedang, dan
besar yang dapat dijadikan kawasan survei industri penggergajian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kayu
Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel
tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan
adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya.
Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi
volume rongga kosong. (Koch, 1964).
Dewasa ini industri perkayuan di Indonesia semakin diminati oleh negara
lain, akan tetapi karakteristik kayu yang dihendaki lebih spesifik, diantaranya
kadar air yang sesuai dengan iklim pada masing-masing negara. Kadar air
yang dikehendaki mencapai hingga dibawah 10 %. Keadaan tersebut tidak
dapat dicapai jika pengeringan dilakukan secara alamiah, karena itu di
perlukan pengeringan buatan ( Budianto, 1996).
Penggergajian adalah suatu unit kegiatan yang merubah log menjadi kayu
penggergajian dengan menggunakan alat utama gergaji. Perbedaannya
dengan penggergajian kayu adalah alat yang digunakan. Gergaji adalah alat
membelah dan memotong kayu yang terbuat dari logam atau campuran
logam yang bentuknya pipih dan mempunyai gigi banyak (Nuryawan, 2008).
Selanjutnya dapat diolah pada industri sekunder, di proses log yang
bermutu rendah meskipun hasilnya tidak banyak, bisa juga kualitasnya baik.
Penggergajian merupakan tahap pertama dalam urutan proses pengolahan
kayu, kemajuan industri penggergajian mendorong pertumbuhan industri
kayu sekunder. Peningkatan kapasitas rill salah satunya adalah
kesempurnaan alat produksi dan keterampilan pekerja. Alat produksi
misalnya gergaji untuk itu diperlukan saw doctoring yang memadai (Ruhendi,
1986).
Kayu gergajian didefenisikan sebagai kayu hasil konversi kayu bulat
dengan menggunakan mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan
sisi-sisi sejajar dan sudut-sudutnya siku dengan ketebalan tidak lebih dari 6
cm dan kadar air tidak lebih dari 18%, pada masa sekarang ini teknologi yang
digunakan dalam industri penggergajian kayu sangat bervariasi, mulai dari
yang sederhana dengan satu gergaji piring sampai dengan peralatan canggih
menggunakan sistem hidrolik, pneumatik, dan eletronik.

B. Sumber Bahan Baku


Bahan baku industri ini dimulai dengan membeli pohon-pohon buah yang
dimiliki masyarakat sekitar yakni pohon Durian, Cempedak, Lamtoro (petai
cina), Sengon, Jati super, Alban, Parembalang, Terap bunga, Terap batu,
Mahoni, Kuini, Jati putih, Tulasan, Nangka, Cempedak, Jengkol, dan Kemiri.
Apabila di sekitar tanjung anom tidak terdapat lagi pohon buah yang
diinginkan ukurannya maka pemilik akan pergi ke daerah lainnya untuk
mencari bahan baku tersebut misalnya daerah sembahe, pancur batu, dan
sibolangit.
Berdasarkan tipe gergaji utama yang digunakan industri ini adalah band
sawmill, pertimbangannya adalah menggunakan alat ini lebih efisien (lebih
menghasilkan tingkat rendemen yang tinggi), praktis , dan lebih
mempersingkat waktu dalam pembelahan atau proses produksi kayu. Alat
gergajian yang digunakan, antara lain : Circular saw, Band saw, dan Chain
saw, namun yang utama digunakan adalah band saw. Berdasarkan cara
produksi, industri ini menggunakan service sawmill. Berdasarkan fungsi,
industri ini tergolong resawing, karena industri ini menghasilkan bahan baku
melalui industri yang lain dan berdasarkan mobilitasnya industri UD Bintang
Terang ini tergolong permanen, hal ini karena lokasinya tidak berpindah-
pindah.
C. Proses Pengolahan pulp/kayu

1. Pembelahan kayu (resawing)


Pembelahan kayu disini termasuk pembelahan kedua, sebab menurut
pihak pengelola industri, bahan baku dibelah untuk ditentukan ukurannya.
Sesungguhnya mesin dari industri ini dapat digunakan untuk membelah log
atau dolok. Akan tetapi, bahan baku industri sudah berbentuk cant. Menurut
Dephutbun RI (1998), cant adalah blambangan yang berbentuk setengah,
sepertiga, dan seperampat yang diperoleh melalui pembelahan pertama.

2. Meratakan kayu bagian pinggir


Istilah meratakan kayu bagian pinggir ini dikenal oleh pihak pengelola
industri sebagai pembuatan siku atau menyikukan kayu. Perataan ini berguna
untuk memudahkan pembentukannya dalam proses produksi lanjutan.
Dephutbun RI (1998) menyatakan perataan sisi dan pemotongan ujung
adalah pekerjaan yang penting yang memerlukan petugas-petugas dengan
pengetahuan yang baik tentang kualitas kayu gergajian.

3. Proses lanjutan penggergajian kayu


Proses lanjutan ini berupa membuat produk, seperti pintu, kusen,
jendela, dan lain-lain. Pembuatan kusen ini melalui proses pemotongan dan
pembuatan ukurannya, pembuatan dudukan, sponing (lanjutan),
pemasangan, dan finishing.
Industri biasanya jarang membuat produk karena keterbatasan alat.
Oleh karena itu, industri ini mengutamakan pembelahan berbagai ukuran
sortimen sesuai dengan pesanan (order).
D. Cara Penanganan Limbah
Limbah potongan kayu adalah sisa-sisa potongan kayu, seperti sisa
potongan kayu furniture yang sudah tidak terpakai lagi dan memiliki ukuran
serta bentuk yang bervariasi.
Limbah potongan kayu ini dapat ditemukan di pabrik-pabrik pembuatan
furniture. Biasanya limbah kayu ini berupa potongan dan serpihan. Limbah
potongan ini berupa papan-papan atau potongan-potongan kecil yang masih
dapat dilihat bentuknya. Sedangkan serpihan kayu merupakan sisa-sisa
proses pengolahan kayu baik pemotongan maupun penghalusan yang
menghasilkan bubuk-bubuk kayu. Saat ini, bubuk kayu telah banyak
dimanfaatkan menjadi kayu olahan seperti multipleks, blockboard, dan
sebagainya, sedangkan potongan kayu masih belum banyak dimanfaatkan
(Kasmudjo, 2010 : 55).
Untuk mengolah limbah potongan kayu, langkah pertama adalah
membentuk menjadi papan kayu dan kemudian diaplikasikan pada furnitur
dan elemen pembentuk ruang di dalam interior.
Proses pengolahan limbah potongan kayu menjadi papan kayu antara
lain:
1. Potongan limbah kayu yang digunakan sebaiknya merupakan limbah
potongan kayu yang memiliki ukuran yang hampir sama. Oleh karena itu,
sebelum digunakan, sebaiknya limbah potongan kayu tersebut
diklasifikasikan terlebih dahulu menjadi beberapa ukuran.
2. Pada bagian sisi potongan kayu saling didekatkan dan diluruskan dengan
potongan kayu lainnya.
3. Bagian sisi-sisi kayu yang telah dicocokkan dan diluruskan kemudian di beri
lem dan direkatkan. Terdapat dua jenis lem yang dapat digunakan, yaitu lem
alteco dan lem G (waktu perekatan lebih cepat), serta lem racol atau rajawali
putih (waktu perekatan cukup lama).
4. Setelah sambungan lem kering, dan kayu telah saling merekat menjadi
sebuah papan kayu, proses selanjutnya adalah pengetaman (dihaluskan
dengan mesin ketam listrik). Fungsi dari proses ini selain untuk meratakan
dan meluruskan, juga untuk membersihkan potongan kayu dari kotoran-
kotoran ataupun sisa finishing sebelumnya. Beberapa proses ketam, antara
lain:
Ketam perata (surface planner). Merupakan mesin ketam dua sisi yang
berfungsi meratakan dua sisi papan kayu.
Ketam penebal (thicknesser). Merupakan mesin ketam yang berfungsi
meratakan pada dua sisi dan meluruskan pada dua sisi lainnya.
Ukuran ditentukan sesuai keperluan, lalu papan dipotong menggunakan
gergaji circle (circular saw) dengan sistem kerja gergaji mesin berada pada
satu tempat dan kayu tersebut yang didorong melewati gergaji.
Jika tidak terdapat mesin ketam listrik, dapat menggunakan mesin ketam
manual untuk meratakan dan gergaji manual untuk meluruskan. (I Made
Westra, 1993 : 106)
Gambar 1. Papan Limbah Potongan Kayu
Setelah melewati beberapa proses tersebut, limbah potongan kayu telah
menjadi sebuah papan kayu yang memiliki tekstur dan warna yang berbeda-
beda karena papan tersebut tak hanya terdiri dari satu jenis kayu, melainkan
dari beberapa jenis kayu.
Gambar 2. Papan Limbah Potongan Kayu Ketebalan 2 dan 3 cm

Papan kayu yang terdiri dari potongan-potongan kayu tersebut kemudian


dapat dimanfaatkan menjadi berbagai benda pakai pada interior suatu
ruangan. Selain menambah fungsi dari limbah potongan kayu tersebut,
papan limbah potongan kayu ini juga dapat menambah nilai estetis pada
suatu benda. Hal ini karena papan memiliki ciri-ciri yang berbeda
dibandingkan dengan papan kayu biasa. Ciri-ciri tersebut anatara lain adanya
perbedaan beberapa warna kayu yang digunakan, arah serat kayu yang
berbeda-beda, dan bentuk serta ukuran kayu yang direkatkan juga berbeda-
beda.
Beberapa benda pakai yang dapat dibuat menggunakan papan limbah
potongan kayu:
Elemen pembentuk ruang : partisi atau pembatas dinding, plafon, pelapis
dinding, pelapis lantai.
Furniture : lemari pajang (storage), coffee table, Top table pada coffee
table
Aksesoris interior (table lamp, standing lamp, kotak penyimpanan, dsb)
Elemen hias perabot (kursi, meja, lemari, dsb)

Finishing dilakukan pada akhir proses pengerjaan papan limbah potongan


kayu ini. tujuan finishing adalah untuk menghindarkan pengaruh kelembaban
udara, mencegah serangan hama dan jamur perusak, serta memperindah
permukaan papan limbah potongan kayu tersebut. Kualitas hasil finishing ini
dapat dilihat dari warna, kilap, kehalusan, dan sifat dekorasi (menarik, indah).
(Kasmudjo, 2010 : 55)
Finishing dapat dilakukan menggunakan dua cara yaitu pengolesan dan
penyemprotan. Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai finishing
tergantung pada hasil akhir yang diinginkan. Jika ingin menampakkan serat
alami kayu, dapat digunakan melamic dan politur. Tetapi jika serat kayu
tersebut ingin ditutupi dan menghaasilkan kayu yang halus, dapat
menggunakan cat duco.
Limbah potongan kayu yang biasanya banyak dihasilkan oleh pabrik
furniture tak hanya akan menjadi limbah buangan semata jika masyarakat
dapat mengetahui cara pemanfaatannya agar menjadi benda yang memiliki
fungsi kembali. Salah satu cara pemanfaatannya adalah dengan mengolah
kembali limbah potongan kayu tersebut menjadi papan kayu yang kemudian
dapat digunakan menjadi pelengkap berbagai macam elemen interior. Kayu
yang biasanya banyak digunakan pada furniture seperti kayu jati, sonokeling,
dan mahoni dapat dipadu padankan dan menciptakan nilai estetis.
Limbah potongan kayu tersebut diproses kembali menjadi papan kayu
dengan proses perekatan dan perataan atau pengetaman. Setelah melalui
proses tersebut, limbah potongan kayu akan menjadi sebuah papan dari
limbah potongan kayu yang kemudian dapat dimanfaatkan dalam interior
menjadi benda pakai seperti partisi, top table, pelapis dinding, dan
sebagainya.
Selain mengurangi pencemaran dari limbah, hal ini juga dapat berfungsi
untuk menaikkan nilai pakai dan nilai ekonomi suatu benda, sehingga jika
cara pengolahan limbah potongan kayu ini dapat diberdayakan di
masyarakat, dapat juga menaikkan taraf hidup masyarakat dengan
menciptakan lahan pekerjaan baru dari pengolahan limbah pabrik ini.
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi
lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat
dapat dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa
pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan.
Tempat disekitar pabrik limbah mebel merupakan tempat yang mudah
untuk memperoleh limbah mebel, karena setiap harinya pabrik tersebut selalu
membuang limbah mebel dalam jumlah yang banyak, maka dari itu untuk
membantu proses pengelolaan limbah mebel yang hanya akan di bakar maka
limbah tersebut dapat di olah untuk dijadikan sebuah barang yang
mempunyai nilai jual dan seni tinggi. Selain itu juga dapat mengurangi
pencemaran lingkungan baik pada tanah, air dan udara.
Proses pemanfaatan limbah mebel ini sangatlah mudah baik dari segi
pengumpulan bahan, peralatanperalatan yang digunakan, hingga pada
proses pembuatannya. Dalam pengumpulan bahan masih dapat digolongkan
mudah karenalimbah ini masih jarang di manfaatkan oleh masyarakat,
peralatanperalatan yang digunakan dapat dijumpai di tokotoko terdekat,
sedangkan untuk proses pembuatannya dari awal hingga akhir hanya
membutuhkan ketelitian saat proses pengemalan, pemotongan dan
pengecatannya.
Kini limbah mebel yang berbahan dasar tiplek tidak akan lagi berada di
tempat sampah untuk di bakar, melainkan akan dijadikan sebuah hiasan di
rumah-rumah, sehingga rumah akan terlihat menjadi lebih baik.
Bagi pengrajin, limbah mebel itu limbah. Kalo kita mau lebih kreatif,
inovatif dan sering bereksperimen untuk menghasilkan barang bagus,
mungkin tidak akan muncul istilah limbah mebel.
Industri mebel dan ukir ini menggunakan material kayu sebagai bahan
utama, sehingga kegiatan industri ini dapat menghasilkan limbah kayu
seperti: limbah akar pohon, ranting kayu (cabang), hasil potongan
penggergajian, serbuk gergaji, dan kulit kayu. Sisa-sisa kayu oleh
masyarakat setempat biasanya dibiarkan dimakan rayap, sering digunakan
untuk bahan kayu bakar, bahan bakar industri batu bata, dan keramik.
Padahal apabila dilakukan pemanfaatan limbah kayu ini atau material
kerajinan seni maka dapat memperoleh nilai tambah dan nilai ekonomis.
Dengan memanfaatkan disiplin ilmu desain, maka bahan kayu limbah tadi
dapat dibuat menjadi alternatif desain aneka produk. Misalnya: produk dalam
bentuk souvenir, pewadahan, dan bentuk karya seni lainnya seperti patung,
mainan anak-anak, alat olah raga, alat terapi kesehatan dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimentatif dengan membuat berbagai alternatif aneka produk dengan
menggunakan bahan limbah kayu dengan pertimbangan pada aspek-aspek
dalam desain, misalnya bentuk, ukuran, fungsi, tekstur, finishing, dll.
Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan lingkungan dan sejarah.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sejarah sosial masyarakat
terhadap kegiatan industri mebel dan ukir di Jepara. Analisis data digunakan
format analisis kusioner dari beberapa pertanyaan baik wawancara,
observasi, rekaman visual, maupun penyebaran angket. Analisa data yang
lain digunakan adalah teknik perencanaan strategi SWOT dengan
pertimbangan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang
(opportunity), dan ancaman (threat). Apabila terdapat data yang masih
kurang dicarikan tambahan data untuk melengkapi baik dalam bentuk naratif,
tabel gambar, serta rekaman visual, selanjutnya diinterprestasikan dalam
penarikan kesimpulan.
Pada hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa limbah kayu yang
selama ini dibiarkan oleh masyarakat di Jepara dapat mempunyai nilai
ekonomis apabila dibuat dalam alternatif desain aneka produk, misalnya:
pewadahan, dudukan lampu, mainan anak-anak, alat olah raga, alat terapi
kesehatan, dll. Pemberdayaan masyarakat melaui pendidikan dan pelatihan
adalah merupakan strategi yang tepat dalam memanfaatkan limbah kayu ini
menjadi aneka produk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan turut mengurangi
pengangguran.

Sebagaimana diketahui, limbah kayu adalah bahan organik yang


terbentuk dari senyawa-senyawa karbon seperti hollo sellulose (sellulose dan
hemi sellulose), lignin dan sedikit senyawa karbohidrat, sehingga sangat
berpotensi dijadikan sumber energi. pada sesi ini pengolahan limbah padat
lebih difokuskan pada proses pemanfaatannya baik secara langsung maupun
setelah melalui proses daur ulang.
1. pemanfaatan sebagai kayu bakar
Secara tradisional sejak dahulu, limbah kayu sudah dimanfaatkan
sebagai bahan bakar di rumah-rumah tangga untuk keperluan memasak.
limbah kayu berupa serpihan dapat langsung dijadikan kayu bakar,
sedangkan limbah kayu berupa serbuk biasanya dijadikan bahan bakar
setelah dipadatkan menjadi "angklo". Caranya, serbuk kayu setelah
dikeringkan dimasukkan kedalam cetakan berupa tunggu, kemudian
dipadatkan dan langsung dapat dibakar.
2. pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
Limbah industri kayu, terutama yang berbentuk serbuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, setelah
dicampur dengan limbah - limbah lain seperti sampah organik, daun -
daunan, sisa - sisa makanan dan lumpur organik pada unit pengolahan
limbah. Umumnya bahan - bahan pencampur di atas mempunyai kadar air
cukup tinggi, sehingga serbuk kayu dismping berfungsi sebagai sumber
karbon juga sebagai media penyerap air. Bagan pembuatan kompos dari
bahan baku campuran limbah - limbah organik termasuk limbah industri
perkayuan adalah seperti gambar di bawah ini.
Tahap - tahap Produksi Kompos Dari Limbah Organik
Bahan baku --> fermentasi tahap I --> fermentasi tahap II --> sizing &
packaging -- > kompos
Pertama, campuran bahan baku ditumpuk dalam ruangan yang diberi
atap agar tidak terkena hujan. Kemudian membiarkan selama sekitar 3
minggu sampai terjadi proses penguraian senyawa - senyawa komplek
berantai panjang menjadi senyawa sederhana oleh mikroba yang ada
didalam limbah tersebut. Selama proses fermentasi suhu akan naik sampai
mencapai 70oC.

Secara periodik,bahan- bahan kompos tersebut diaduk guna membebaskan


panas yang tersimpan, disamping itu fungsi lainnya adalah untuk
homogenisasi campuran. Proses ini disebut fermentasi tahap I. Selanjutnya
kompos setengah jadi hasil tahap I dipindahkan keruangan lain untuk proses
lanjutan pada fermentasi tahap II. Disini akan terjadi reaksi penyempurnaan,
bahan - bahan yang belum sempat terurai pada tahap I akan didegradasi lagi.
Proses tahap II berlangsung selama 2-3 minggu, dan suhunya berkisar
antara 40 - 45 oC. Setelah proses komposting selesai, kompos hasil
fermentasi tahap II yang banyak mengandung mikroba aktif, sebagai
dicampur dengan bahan baku segar. Dengan demikian proses komposasi
selanjutnya akan berlangsung lebih cepat lagi.
Pada tahap pengayakan ( sizing ) dan pengemasan ( packaging ), pupuk
kompos dibersihkan dari kotoran - kotoran yang mungkin masih terikut,
kemudian dihaluskan sampai ukuran yang diinginkan. Produk yang sudah
bersih dan halus ditimbang, selanjutnya dimasukkan ke dalam karung dan
siap untuk dipasarkan.
3.Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol
Sebagaimana telah diuraikan di atas, limbah pada industri perkayuan
merupakan bahan organik yang komponen utamanya adalah senyawa
sellulose yang sangat berpotensi dijadikan bahan baku pada industri etanol
(alkohol) substitusi bahan bakar.
Pertama, senyawa sellulose dikoversi menjadi sakarida atau gula melalui
proses sakarifikasi dengan asam pekat. Padatan yang tidak terdekomposisi
yaitu senyawa lignin, dipisahkan dari larutan sakarida pada unit filtrasi,
selanjutnya lignin dijadikan bahan bakar padat. Asam yang terikut bersama
larutan sakarida diambil pada unit rekoveri asam, kemudian dikembalikan ke
tangki sakarifikasi untuk digunakan lagi.
Larutan sakarida hasil proses sakarifikasi dimana komponen utamanya
adalah glukosa, selanjutnya difermentasi menjadi etanol pada bioreaktor.
Air limbah ini kemudian digunakan lagi pada proses produksi setelah diolah
melalui beberapa tahapan proses penetralan asam, penguraian polutan-
polutan karbon organik dan senyawa-senyawa ammonia.

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena
pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah
juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita
tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan
bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga
bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang,
mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika
dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan
pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi
benda ekonomis.
Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup
semua barang seperti kursi , meja , dan lemari . Mebel berasal dari kata
movable, yang artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan
lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap.
Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520-30
Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau
perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang
beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, mebel atau furnitur adalah semua benda yangada di
rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun
menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir . Mebel terbuat dari
kayu , papan , kulit , sekrup , dll.
Tahap-tahap aktifitas produksi pada industri mebel adalah persiapan
bahan baku, proses produksi, dan pengemasan produk.
Tahap persiapan bahan baku meliputi pembersihan material dari
kotoran, pembuangan kulit(pada industri gelondongan), pemotongan menjadi
ukuran yang lebih kecil serta penghalusan sehingga kayu siap digunakan.
Proses produksi adalah proses pembentukan bahan baku menjadi produk
yang diinginkan. Tahap akhir adalah pengemasan produk yang meliputi
penghalusan, pewarnaan(pengecatan), proses finishing dan pengepakan.
Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan -
potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan
serbuk gergaji. Limbah tersebut sangat sulit dikurangi, hanya bisa
dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang memiliki nilai
ekonomis. Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya
memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan
sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi.

Limbah utama industri kayu:

A. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan


perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada
umumnya dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk
membuat plywood, MDF (medium Density Fiber board) dan lembaran lain.
Pada perusahaan dengan skala kecil dan lokasi yang jauh dari pabrik
pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai bahan tambahan
pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata.

B.Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya.


Ini limbah terbanyak kedua setelah kayu dan pada kenyataannya (di
Indonesia) belum begitu banyak perusahaan yang menyadari dan memahami
betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut. Beberapa masih
melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam tempat
pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan
dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas kepada
penduduk yang tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk
keperluan lain yang kurang jelas.
Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung
jawab untuk mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah
Limbah Industri) adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola
limbahB3.

C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri
kayu misal: accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan
lain-lain. Limbah ini belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum
terkoordinasi baik. .Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2
'membuang' limbah ini keluar dari pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di
sebuah area engineer atau gudang barang bekas dan ditumpuk bersama -
sama dengan peralatan bekas yang lain.
Mereka hampir tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan
limbah tersebut.
D. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas
bekas, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan
lainnya.

Dari sekian limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis


hanya limbah pertama yang benar - benar dipahami oleh beberapa industri
kayu bagaimana cara penanganannya yang baik dan sesuai. Sedangkan
limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya yang tidak jelas
atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran tentang
pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.

E. Pemakaian Struktur Kayu Ramah Lingkungan

Green merupakan isu besar saat ini. Bangunan yang terbuat dari kayu
dikenal berkonsep green yaitu, berkelanjutan, terbarukan dan ramah
lingkungan. Tahukah Anda bahwa struktur kayu mampu menyerap dan
menyimpan CO2, bahkan dalam soal pengangkutan material pun, kayu
rendah terhadap pelepasan karbon (kayu , satu-satunya material konstruksi
yang rendah terhadap pelepasan karbon).

Faktanya : 0,8 ton emisi karbon tersimpan di setiap meter kubik kayu yang
digunakan di konstruksi, karena itu, jika rumah menggunakan 20 meter kubik kayu,
berarti melakukan penghematan 16 ton karbon . Dalam konteks, 16 ton karbon
adalah jumlah yang sama dengan karbon yang dihasilkan oleh pengemudi
sepanjang 90.000 kilometer. Menggunakan kayu dalam konstruksi, apakah itu
konstruksi keseluruhan atau hanya rangka saja, memiliki dampak positif terhadap
perubahan iklim.
Sebagian besar negara memiliki peraturan, di mana setidaknya satu pohon
harus ditanam untuk setiap pohon yang telah ditebang . Hal penting untuk
pelestarian hutan dan pepohonan di planet ini, yang akan menyerap karbon
lebih banyak.

Tinggal lagi, tugas kita adalah menanyakan sumber kayu yang digunakan
dalam konstruksi.

Pohon dewasa menyerap karbon lebih sedikit ketimbang yang muda, pohon-
pohon dapat tumbuh dengan cepat, sehingga bermanfaat terhadap
perubahan iklim jika memotong pohon-pohon tua dan menggunakannya
dalam konstruksi.
F. Penyelamat Energi

Beberapa bahan bangunan seperti baja, bahan anorganik yang tidak mudah
terbakar, ketika mendapatkan panas tinggi, akan mengembang dan ini dapat
melemahkan struktur dan bisa menyebabkan struktur tersebut kolaps. Kayu
memiliki reaksi berbeda. Ketika dipanaskan (tentu dengan suhu untuk
terbakar saja), kayu akan mengering dan menjadi lebih keras.

Beberapa perbandingannya sebagai berikut ; Kaca menghasilkan panas 23


kali lebih cepat daripada Kayu, Marmer 90 kali lebih cepat, Baja 1.650 kali
lebih cepat dan Aluminium 7000 kali lebih cepat.

Ini artinya, dengan kayu, energi yang bocor dari rumah jauh lebih sedikit.
Jika Anda menginginkan kehangatan (atau kesejukan) di rumah Anda, kayu
adalah alternatif yang luar biasa ketimbang batu bata atau beton.
Dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya, kayu, isolasi panas yang
paling ekonomis.
BAB 3

PEMBAHASAN

Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu merupakan bahan


yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi. Kebutuhan kayu
yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang menuntut
penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan
memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat.

Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk


keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri
perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan
kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu bulat
diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi
defisit sebesar 45 juta m3 (Priyono,2001). Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi
lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek
pemanenan yang tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti
oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara
efisien dan bijaksana, antara lain melalui konsep the whole tree utilization,
disamping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan
pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti
kayu.

Selama ini limbah serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam


penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar
yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga
penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh
adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan
teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan
kepada masyarakat.

Pengolahan waste to product merupakan pengolahan limbah menjadi


bahan baku atau produk baru yang bernilai ekonomis. Dalam
pengelolaannya, waste to product harus menerapkan prinsip-prinsip :

1. Reduce
Reduce yaitu upaya mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya limbah. Dalam hal ini, diharapkan kita dapat mengurangi
penggunaan material kayu yang dapat menambah jumlah limbah
serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan hutan
akibat penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi
lingkungan

2. Reuse
Reuse yaitu upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali
tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk yang
dapat dilakukan di dalam atau di luar daerah proses produksi yang
bersangkutan. Dalam pengolahan limbah serbuk gergaji ini,
maksudnya adalah menggunakan kembali serbuk gergaji menjadi
bahan baku untuk membuat briket arang yang bernilai ekonomis

3. Recycle
Recycle yaitu upaya pemanfaatan limbah dengan cara proses daur
ulang melalui pengolahan fisik atau kimia, baik untuk menghasilkan
produk yang sama maupun produk yang lain yang dapat dilakukan di
dalam atau di luar proses produksi yang bersangkutan. Dalam
pengolahan limbah serbuk gergaji ini, maksudnya adalah mendaur
ulang serbuk gergaji menjadi produk baru, yaitu briket arang
4. Hemat Energi
Pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi briket arang terbukti
mampu menghemat penggunaan energi. Pada tahun 1990 berdiri
pabrik briket arang tanpa perekat di Jawa Barat dan Jawa Timur yang
menggunakan serbuk gergajian kayu sebagai bahan baku utamanya.

Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor kurang


dari 7000 kal/gr. Apabila briket arang dari serbuk gergajian ini dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif baik sebagai pengganti
minyak tanah maupun kayu bakar maka akan dapat terselamatkan
CO2 sebanyak 3,5 juta ton untuk Indonesia, sedangkan untuk dunia
karena kebutuhan kayu bakar dan arang untuk tahun 2000
diperkirakan sebanyak 1,70 x 109 m 3 (Moreira (1997) maka jumlah
CO2 yang dapat dicegah pelepasannya sebanyak 6,07 x 109 ton
CO2/th

5. Eco-Efisiensi
Eco-efisiensi disini maksudnya pengolahan limbah serbuk gergaji
diharapkan dapat berimbas positif terhadap lingkungan. Dengan
penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat
menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain
itu memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket
arang maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan
sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk
gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu saja.
BAB 4
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa Limbah pada industri mebel
ada bermacam-macam, yaitu :
1. Potongan kayu dan serbuk gergaji
2. Limbah bahan finishing
3. Limbah kimia sekunder
Dan untuk mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh limbah maka dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Pemanfaatan sebagai kayu bakar


2. Pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
3. Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol

B. SARAN
Perbandingan antara Limbah yang diolah dengan limbah yang tidak
diolah/dibiarkan saja, jumlahnya sangan jauh sekali. Sehingga sebisa
mungkin kita haarus menjaga lingkungan dengan memperkecil penggunaan
limbah dengan cara 4R(Reuse,Recycle,Reduce dan Replace)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Mengolah Limbah kayu sisa produksi. Dalam


http://www.tentangkayu.com/2008/01/mengolah-limbah-kayu-sisa-
produksi.html. (diunduh tanggal 2 Januari 2016)

Anonim. 2010. 3R (Reuse-Reduce-Recycle). Dalam


http://acil.menlh.go.id/index.php/sampah/1394-3r-reuse-reduce-recycle .
(diunduh tanggal 2 Januari 2016)

Bahri, Samsul. 2008. Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu untuk Briket
Arang dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nangroe Aceh
Darussalam. Dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6590/1/08E00258.pdf.
(diunduh tanggal 2 Januari 2016)

Marcklin, Boy. Pengolahan Limbah Serbuk Kayu dengan menerapkan sistem


Waste to Product. Dalam http://onlinebuku.com/2008/12/07/pengolahan-
limbah-serbuk-kayu-dengan-menerapkan-sistem-waste-to-product/.
(diunduh tanggal 2 Januari 2016)

Anda mungkin juga menyukai