Anda di halaman 1dari 41

BAB II

GAMBARAN WILAYAH PERENCANAAN

2.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanan


Kabupaten Garut terdiri dari 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa
dengan luas wilayah 306.519 Ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan
yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% wilayah Kabupaten Garut atau
seluas 21.359 Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil
dengan luas 1.650 Ha atai 0,54%.

2.2 Aspek Fisik


2.2.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi
Kabupaten Garut mempunyai luas wilayah sekitar 306.519 Ha, secara
geografis letaknya berada pada koordinat antara 6°56’49”-7°45’00" Lintang
Selatan dan 107°25’8”-108°7’30” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
 Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
 Sebelah Timur : Kabupaten Tasikmalaya
 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

II-1
II-2

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Garut

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-3

2.2.2 Topografi
Ibu kota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi
oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung
Papandayan (2.622 m) dan Gunung Guntur 2.249 m). Karakteristik topografi
Kabupater Garut adalah sebelah utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan,
sedangkan bagian selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat
kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai
ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar
dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi dipuncak gunung. Berdasarkan
arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu daerah aliran utara yang bermuara di Laut Jawa
dan daerah aliran selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran
selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah
dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS
sungai Cimanuk bagian utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS
Cikaengan dan sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdarapat 33 buah sungai
dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,43 km; dimana
sepanjang 92 km diantaranya merupakan panjang aliran sungai Cimanuk dengan
59 buah anak sungai.

2.2.3 Geologi
Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material vulkanik yang
berasosiasi dengan letusan gunung api, diantaranya erupsi Gunung Cikuray,
Gunung Papandayan dan Gunung Guntur. Rangkaian pegunungan vulkanik yang
mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umumnya memiliki lereng dengan
kemiringan 30-45% disekitar puncak, 15-30% dibagian tengah dan 10-15% di
bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi
vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi
alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunya kemiringan lereng yang bervariasi
antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat
kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landau dengan tingkat kemiringan dibawah
3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%, wilayah dengan tingkat kemiringan sampai

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-4

dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%, luas areal dengan
tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayan denga
tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar
2,46%.

2.2.4 Hidrologi
a. Air Permukaan
Berdasarkan arah alirannya, sungai sungai di wilayah Kabupaten Garut
dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang
bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera
Indonesia. Daerah aliran selatan pada umunya relaitf pendek, sempit dan
berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara
merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan
merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut
terdapat 33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan
panjang seluruhnya 1.403,35 km, dimana sepanjang 92 km diantaranya
merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya.
Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, Nampak bahwa pola aliran
sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara
menunjukan karakter mendau, dengan arah aliran utama berupa Sungai Cimanuk
menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai
yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual,
cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang
membentuk pola pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari
DAS Cimanuk.

b. Mata Air
Mata air adalah pelepasan air tanah secara alami akibat aliran air tanah
terpotong oleh topografi atau struktur geologi. Permunculan air tanah berupa mata
air terutama keluar melalui rekahan atau saluran batuan gunung berapi berupa
batuan lava breksi dan tufa. Jumlah mata air tanah yang terdapat di Kabupaten
Garut ada 12 titik utama lokasi mata air. Debit mata air terbesar terletak di lokasi

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-5

mata air Cibuyutan Desa Lewobaru Kecamatan Malangbong sebesar 700


liter/detik, Cipapar dan Cipancar Kecamatan Leles sebesar 300 liter/detik,
sedangkan mata air dengan debit terendah terdapat pada mata air Bunianta sebesar
1 liter/detik dan Babakan Nengneng sebesar 2 liter/detik.

c. Danau/Situ
Situ atau danau, merupakan sumber daya air yang juga dapat dimanfaatkan
untuk irigasi, pengembangan wisata, dan lain-lain. Di Kabupaten Garut tercatat
sedikitnya 58 situ dengan total 83,34 Ha. Situ Cangkuang memiliki luas terluas
yaitu 30,00 Ha, kemudian terdapat Situ Sukarame dengan luas 8,00 Ha, Situ
Cidahu seluas 7,37 Ha, Situ Rancakukuk seluas 5,50 Ha.

2.3 Aspek Sosial Ekonomi


Masalah kemiskinan dan ketertinggalan Kabupaten Garut diantara
kabupaten-kabupaten lainnya di Jawa Barat menjadi isu utama dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Garut. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional dan data Badan Pusat Statistik tahun 2003, Kementerian Negara
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menetapkan Kabupaten Sukabumi
dan Garut menjadi daerah tertinggal bersama 188 daerah lain di Tanah Air.
Penetapan tersebut adalah berdasarkan enam kriteria, diantaranya persentase
kemiskinan di daerah, kualitas pendidikan masyarakat, kesehatan, lapangan kerja,
infrastruktur, aksesibilitas terhadap dunia luar, dan rawan bencana alam.
Jika dilihat secara internal, Kabupaten Garut juga mengalami ketimpangan
yaitu antara Kabupaten Garut bagian selatan dengan Kabupaten Garut bagian
utara. Kabupaten Garut bagian utara yang realatif bersifat kekotaan dapat terlihat
kontras jika dibandingkan dengan keadaan eksisting di Kabupaten Garut bagian
selatan. Karakteristik daerah Kabupaten Garut yang sebagian besar merupakan
perbukitan merupakan salah satu faktor limitasi perkembangan Kabupaten Garut.
Aksesibilitas yang memegang peranan penting dalam hal hubungan baik internal
maupun eksternal wilayah dirasakan sangat kurang, terutama dalam hal kualitas
jalan di Kabupaten Garut bagian selatan. Selain itu, masih rendahnya sumber daya
manusia, kurangnya kemampuan keuangan lokal, dan minimya sarana dan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-6

prasarana berdampak pada lambatnya perkembangan Kabupaten Garut bagian


selatan.

2.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Garut pada tabel 2.1 merupakan sumber
data jumlah penduduk sepuluh tahun terakhir, yaitu mulai dari tahun 2006 sampai
tahun 2015.
Tabel 2.1 Data Penduduk 10 Tahun Terakhir
Tahun Jumlah Penduduk
(jiwa)
2006 325.488
2007 336.475
2008 341.120
2009 349.117
2010 355.222
2011 376.280
2012 382.199
2013 391.120
2014 418.113
2015 436.280
Sumber: Lembar Tugas PAM 2016

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dari tahun
2003- 2012 pada suatu wilayah berkisar antara 300.000 s/d 500000 jiwa, hal
tersebut menunjukan bahwa wilayah perencanaan sistem penyediaan air minum
termasuk kategori “kota sedang”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2
berikut ini.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-7

Tabel 2.2 Standar Pemakaian Air Berdasarkan Kategori Kota


KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK (JIWA)

100000
NO URAIAN 500000 s/d s/d 20000 s/d
> 1000000 < 20000
1000000 500000 100000
METRO DESA
BESAR SEDA KECIL
NG

Konsumsi unit
Sambungan
1 190 170 150 130 30
Rumah (SR)
L/o/h
Konsumsi unit
Hidran
2 30 30 30 30 30
Umum (HU)
L/o/h
Komsumsi unit
3 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
non domestik
Kehilangan air
4 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
(%)
Faktormaksim
5 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
um day
Faktor peak –
6 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
hour
Jumlahjiwa per
7 5 5 6 6 10
SR
Jumlahjiwa per
8 100 100 100 100 - 200 200
HU
Sisa tekan
dijaringan
9 10 10 10 10 10
distribusi
(mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume
reservoir
11 20 20 20 20 20
(%) (maks day
demand)
50 : 50 s/d 50 : 50 s/d
12 SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
Cakupanpelaya
13 **) 90 **) 90 **) 90 **) 90 ***) 70
nan (*)

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-8

Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air


minum vol VI, 1998 Dept. PU

2.3.2 Ekonomi
Struktur ekonomi secara kuantitatif digambarkan dengan menghitung
presentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap total
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara keseluruhan pencapaian kinerja
PDRB pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 6.663 miliar, atau 32,00%
dari Rp. 13.697 miliat pada tahun 2005 menjadi Rp. 20.360 miliar pada tahun
2008. Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang cukup signifikan dari
nilai produk barang yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Garut pada periode
tahun 2005-2008. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat
dijadikan sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di
wilayah garut, karena pada besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku
masih terkandung inflasi sebesar 11,43% pada tahun 2008 yang sangat
mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Apabila dibandingkan dengan
sasaran pencapaian tahun 2008 sebanyak Rp. 20.360 miliar, maka pencapaian
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 melebihi sasaran sebanyak Rp.
734.281 juta atau 4,84%.
Untung menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa
umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang
dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Garut pada tahun 2008
mencapai Rp. 10.011 miliar, atau mengalami peningkatan 4,30% dari tahun 2005,
yaitu sebesar Rp. 8.768 miliar. Kondisi tersebut merupakan indikasi quantum
(volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau
perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif dengan besaran
4,30%.
Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar adalah
masih didominasi oleh pertanian, dimana pada tahun 2008, sektor ini memberikan
sumbangan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp.
7.912,94 miliar atas dasar harga berlaku dan Rp. 4.461,55 miliar atas dasar harga

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-9

konstan tahun 2000. Kondisi tersebut dapat dimengerti, karena perekonomian


wilayah Garut masih tampak di dominasi oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat
dari sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor ini serta sebagian
besar lahan di wilayah Kabupaten Garut digunakan untuk kegiatan di sekto
pertanian (hampir mencapai ¾ dari total luas wilayah Kabupaten Garut).
Selain pertanian, sektor yang juga cukup dominan di Kabuapten Garut
adalah perdagangan, hotel dan restoran. Di sepanjang tahun 2008 sektor
perdagangan, hotel dan restoran mampu menciptakan nilai tambah (atas dasar
harga berlaku/adalah berlaku) sebesar Rp.5.444,53 miliar atau mengalami
peningkatan Rp. 1.979,92 miliar tahun 2005.

2.4 Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan di Kabupaten Garut ialah :
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Garut didominasi oleh kegiatan
pertanian baik pertanian lahan basah maupun kering, kegiatan perkebunan dan
kehutanan. Di wilayah Kabupaten Garut, 31,58% merupakan kawasan hutan,
perkebunan 18,38% dan persawahan sekitar 16,4%.

Tabel 2.3 Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Garut


No. Uraian Luas (ha) Persentase(%)
Sawah 49.477 16,14
1. - Irigasi 38.026 12,41
- Tadah Hujan 11.451 3,74
2. Darat 252.097 82,25
- Hutan 96.814 31,58
- Kebun dan Kebun Campuran 56.350 18,38
- Tanah Kering Semusim/Tegalan 52.348 17,08
- Perkebunan 26.968 8,80
- Pemukiman/Perkampungan 12.312 4,02
- Padang Semak 7.005 2,29
- Pertambangan 200 0,07
- Tanah Rusak Tandus 66 0,02

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-10

- Industri 34 0,01
Perairan darat 2.038 0,66
- Kolam 1.826 0,60
3.
- Situ/Danau 257 0,05
- Lainnya 55 0,02
4. Pengunaan Tanah Lainnya 2.907 0,95
Jumlah 306.519 100,00
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Garut

2.4.1 Fasilitas Pemukiman


Di Kabupaten Garut terdapat tiga jenis pemukiman seperti terlihat pada
tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4 Jenis Pemukiman Penduduk Tahun 2016


Jenis Rumah Persentase (%)
Permanen 75
Semi Permanen 15
Non Permanen 10
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

Dari tabel dapat diketahui bahwa 25 % penduduk Kabupaten Garut sudah


memiliki rumah permanen dan hanya 20 % yang memiliki rumah semi permanen
dan 15 % memiliki rumah non permanen. Dengan demikian Kabupaten Garut
dapat digolongkan sebagai daerah kurang maju.

2.4.2 Fasilitas Pendidikan


Di Kabupaten Garut terdapat fasilitas pendidikan seperti TK, SD, SMP,
SMU. Fasilitas – fasilitas ini dapat dilihat dari tabel 2.5 dibawah ini:

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-11

Tabel 2.5 Jenis Fasilitas Pendidikan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
TK 72 3237
SD 93 35727
Fasilitas Pendidikan
SLTP 35 33683
SMU 23 9719
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.4.2 Fasilitas Peribadatan


Fasilitas peribadatan yang ada di Kabupaten Garut seperti Masjid,
Surau/Langgar, Gereja Katolik, Gereja Protestan dan Pura (untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.6).

Tabel 2.6 Jenis Fasilitas Peribadatan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Masjid 370 -
Surau/Langgar - -
Fasilitas Gereja Katholik 2 -
Peribadatan Gereja Protestan 16 -
Vihara 2 -
Pura 1 -
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.4.4 Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Garut terdiri dari Rumah Sakit
dan Puskesmas. Seperti terlihat pada tabel 2.7 di bawah ini:

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-12

Tabel 2.7 Jenis Fasilitas Kesehatan


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Rumah Sakit 3 746 (tt)
Fasilitas Kesehatan
Puskesmas 20 -
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.4.5 Fasilitas Perindustrian


Perindustrian yang ada di Kabupaten Garut berjumlah 368 unit. Seperti
terlihat pada tabel 2.8 di bawah ini:

Tabel 2.8 Jenis Fasilitas Perindustrian


Keterangan
Jenis Fasilitas
Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Perindustrian Industri 70 350 (ha)
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.4.6 Fasilitas Umum


Fasilitas umum yang ada di Kabupaten Garut seperti perkantoran yang
berjumlah 50 unit dan 18 unit koperasi.

Tabel 2.9 Jenis Fasilitas Umum


Keterangan
Jenis Fasilitas Jumlah
Jumlah (Unit)
(Jiwa)
Koperasi 18 -
Fasilitas Umum
Perkantoran 50 2404
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.4.7 Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Di Kabupaten Garut terdapat sektor perdagangan, seperti pasar, pertokoan,
dan bioskop. Sementara sektor jasa seperti terminal, hotel dan restaurant.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-13

Tabel 2.10 Jenis Perdagangan dan Jasa


Keterangan
Jenis Fasilitas Jumlah
Jumlah (Unit)
(Jiwa)
Terminal 1 -
Pasar (Ha) 1.46 -
Fasilitas Perdagangan Pertokoan 120 -
dan Jasa Hotel 28 310 (tt)
Bioskop 1 -
Restoran 19 350 (Td)
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.5 Proyeksi Penduduk


Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan
kondisi atau keadaan suatu wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah
penduduk akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jumlah
dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Kegiatan yang berlangsung pada suatu
wilayah juga akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan sistem Penyediaan Air Minum harus diperhatikan kondisi
kependudukan dan pola pertumbuhan penduduk.
Proyeksi penduduk berguna untuk memberikan perkiraan jumlah
kebutuhan air dimasa yang akan datang dan perkiraan timbulan pembuangan
akibat pemakaian air tersebut, dengan demikian dapat memberikan gambaran
perencanaan pembiayaan pembangunan.
Pemilihan metode proyeksi disesuaikan dengan kriteria, dapat dilakukan
secara statistik yaitu dengan rumus standar deviasi (SD) dan rumus Koefisien
korelasi (r). Penggunaan koefisien korelasi dimaksudkan untuk menunjukan
tingginya derajat hubungan antara dua variabel (x dan y), maka dari itu nilai
koefisien korelasi harus mendekati 1, sedangkan standar deviasi digunakan untuk
menghomogenkan data, sehingga nilai standar deviasi dipilih nilai yang paling
kecil. Metode proyeksi jumlah penduduk 20 tahun mendatang dihitung dengan
menggunakan 3 metode sebagai bahan pembandingnya.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-14

Ketiga metode tersebut antara lain :


- Metode Aritmatika
- Metode Geometrik
- Metode Regresi Linier
Komponen utama yang berperan dalam menentukan atau menggambarkan
kondisi atau keadaan suatu wilayah adalah penduduk. Semakin besar jumlah
penduduk akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jumlah
dan jenis kegiatan dalam suatu wilayah. Kegiatan yang berlangsung pada suatu
wilayah juga akan mempengaruhi jumlah penduduk di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan sistem Penyediaan Air Minum harus diperhatikan kondisi
kependudukan dan pola pertumbuhan penduduk.
Proyeksi penduduk berguna untuk memberikan perkiraan jumlah
kebutuhan air dimasa yang akan datang dan perkiraan timbulan pembuangan
akibat pemakaian air tersebut, dengan demikian dapat memberikan gambaran
perencanaan pembiayaan pembangunan.
Pemilihan metode proyeksi disesuaikan dengan kriteria, dapat dilakukan
secara statistik yaitu dengan rumus standar deviasi (SD) dan rumus Koefisien
korelasi (r). Penggunaan koefisien korelasi dimaksudkan untuk menunjukan
tingginya derajat hubungan antara dua variabel (x dan y), maka dari itu nilai
koefisien korelasi harus mendekati 1, sedangkan standar deviasi digunakan untuk
menghomogenkan data, sehingga nilai standar deviasi dipilih nilai yang paling
kecil. Metode proyeksi jumlah penduduk 20 tahun mendatang dihitung dengan
menggunakan 3 metode sebagai bahan pembandingnya.
Ketiga metode tersebut antara lain :
- Metode Aritmatika
- Metode Geometrik
- Metode Regresi Linier

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-15

2.5.1 Metode Aritmatika


Metode Aritmatika adalah metode untuk menghitung pertumbuhan
penduduk dengan jumlah jumlah setiap tahun adalah sama.
Kriteria pemakaian proyeksi penduduk metode aritmatika adalah :
- Pertambahan penduduk relatif konstan
- Grafik pertambahan penduduk linear
- Cocok digunakan untuk kota tua yang sangat luas atau kota kecil
dimana tidak terdapat industri dan daerah agraris.
Rumus yang digunakan :
Pn = Pt + (Ka*x)
( Pt −Po)
Ka =
t
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk n pada tahun mendatang
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
X = Selang waktu (tahun dari tahun n tahun terakhir)
t = Interval waktu tahun data (n-1)

2.5.2 Metode Geometrik


Metode geometrik merupakan metode pertumbuhan penduduk bertahap.
Yaitu dengan memperhitungkan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu
periode.
Kriteria pemakaian proyeksi penduduk metode geometri adalah :
- Didasarkan atas ratio penduduk rata-rata tahun yang sama
- Kota-kota muda yang cenderung banyak industri yang sedang
berkembang
- Jika digunakan untuk kota muda dengan pertumbuhan industri yang cepat
maka hasilnya akan over estimate.
- Kota-kota yang sudah tidak berkembang dengan laju pertumbuhan
penduduk 20-30% per tahun.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-16

Rumus yang digunakan :


Yn = Pt (1+r)^n
Pt
r =[ ]^1/9-1
Po
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk pada Tahun n tahun mendatang
Po = Jumlah Penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
n = Jumlah tahun proyeksi
r = Ratio kenaikan penduduk rata-rata per tahun
t = Interval waktu tahun data (n-1)

Contoh perhitungan :
Pt
r =[ ]^1/9-1
Po
P2015
=[ ]^1/9-1
P 2006
436280
=[ ]^1/9-1
325488
= 0.033087

Tabel 2.11 Perhitungan Uji Korelasi Metode Geometrik

Tahun Penduduk (Yi) Xi Xi2 ln Yi Xi.lnYi (ln Yi)2


2006 325488 -9 81 12,69 -114,238 161,11
2007 336475 -8 64 12,73 -101,810 161,96
2008 341120 -7 49 12,74 -89,180 162,31
2009 349117 -6 36 12,76 -76,579 162,90
2010 355222 -5 25 12,78 -63,902 163,34
2011 376280 -4 16 12,84 -51,352 164,82
2012 382199 -3 9 12,85 -38,561 165,22
2013 391120 -2 4 12,88 -25,754 165,81
2014 418113 -1 1 12,94 -12,944 167,53
2015 436280 0 0 12,99 0,000 168,64
Jumla 128,20
h 3711414 -45 285 1 -574,320 1643,636

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-17

Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Uji Korelasi :


r =¿
√¿
r = [ 10∗( 707.691 ) ] −[ (−45 )∗(128.201112 ) ]

√ [ 10 ( 385 )−(−45 ) ]∗[10 (1643,636 )−( 128,201112 ) ²]


2

r = 0,98440774

Contoh Perhitungan Proyeksi penduduk Metode Geometrik :


Yn = Pt (1+r)²
= 436280 (1+0,033087)²
= 465627,594

Tabel 2.12 Perhitungan Standar Deviasi Metode Geometrik

Tahun Penduduk (Yi) n Yn (Yi-Yn) (Yi-Yn)2


2006 325488 -9 325488 0 0
2007 336475 -8 336257 218 47406
2008 341120 -7 347383 -6263 39223420
2009 349117 -6 358877 -9760 95248947
2010 355222 -5 370751 -15529 241135544
2011 376280 -4 383017 -6737 45392446
2012 382199 -3 395690 -13491 182010083
2013 391120 -2 408782 -17662 311950741
2014 418113 -1 422307 -4194 17592260
2015 436280 0 436280 0 0
Jumlah 3711414 -45 3784832 -73418 932600846
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Standar Deviasi :

Sd = r =
∑ (Yi−Yn)²
n−2
932600846
r =
10−2

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-18

r = √ 116575105,805
r = 10796,995

Tabel 2.13 Proyeksi Penduduk 20 Tahun Mendatang Beserta Data Awal


Berdasarkan Metode Geometrik

Tahun Geometrik
2006 325488
2007 336257
2008 347383
2009 358877
2010 370751
2011 383017
2012 395690
2013 408782
2014 422307
2015 436280
2016 450715
2017 465628
2018 481034
2019 496949
2020 513392
2021 530378
2022 547926
2023 566055
2024 584784
2025 604133
2026 624121
2027 644771
2028 666105
2029 688144
2030 710912
2031 734434
2032 758733
2033 783837
2034 809772
2035 836564
Sumber : Hasil Perhitungan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-19

Gambar 2.2 Pertumbuhan Penduduk Metode Geometri

Metode Geometrik
350000
300000
Jumlah Penduduk (Jiwa)

250000
200000
150000
100000
50000
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun

Sumber : Hasil Perhitungan

2.5.3 Metode Regresi Linier


Metode regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model hubungan antar variabel terikat dengan satu atau lebih variabel
bebas. Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu, disebut sebagai regresi
linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1 variabel bebas disebut
regresi linier berganda.
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a0 + a1 . X
a1 = ¿
n¿

a0 = y – a1.x

dimana :
y = rata-rata y
x = rata-rata x

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-20

n = jumlah data

kesalahan (eror) adalah perbandingan antara data sebenarnya dan data di


garis regresi yang dihasilkan.

n
Sr = ∑ ( y 1−a 1−a 0−x 1)²
t =1

Dimana :
Sr = Jumlah eror / kesalahan total

Banyaknya simpangan total :


n
St = ∑ ( y 1− ÿ )²
t =0

Sedangkan standar deviasinya adalah :

Sy =
√ St
n−1
Koefisien determinasi :
St−Sr
r² =
St
koefisien korelasinya :

r=
√ St−Sr
St

2.6 Studi Kebutuhan Air Bersih


Suatu perencanaan kebutuhan penyediaan air minum suatu kota
dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi, potensi daerah, angka kelahiran, angka
kematian, perpindahan penduduk dan perencanaan kota itu sendiri.
Sebelum menghitung kebutuhan air bersih, sebaiknya kita memperhatikan
standar pemakaian air untuk setiap pemakaiannya. Hal ini untuk standar acuan
kebutuhan air bersh pada setiap aktivitas atau kegiatan.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-21

2.6.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Domestik


Standar kebutuhan air bersih domestik untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2.14

Tabel 2.14 Standar Kebutuhan Air Domestik


Kegiatan Pemakaian Air Sumber
Rumah Permanen 100-200 l/org/h Plambing (Soufyan dan Morimura )
Rumah semi Permanen 60-90 l/org/h Dir.Jend.Cipta Karya Dept PU 1988
Rumah Non Permanen 40-60 l/org/h Dir.Jend Cipta Karya Dept PU 1988

2.6.2 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Di bawah ini adalah standar kebutuhan air bersih fasilitas non domestik.

Tabel 2.15 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Non Rumah Tangga
No Tingkat Pemakaian Air
(Fasilitas)
1 Sekolah 10 liter/hari
2 Rumah Sakit 200 liter/hari
3 Puskesmas (0,5 - 1) m3/unit/hari
4 Peribadatan (0,5 - 2) m3/unit/hari
5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari
9 Pasar (6 - 12) m3/unit/hari
10 Industri (0,5 - 2) m3/unit/hari
11 Pelabuhan/Terminal (10 - 20) m3/unit/hari
12 SPBU (5 - 20) m3/unit/hari
13 Pertamanan 25 m3/unit/hari
Sumber : SK-SNI Air Bersih

2.6.3 Faktor Maksimum Harian dan Faktor Maksimum Jam

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-22

Faktor maksimum harian merupakan pemakaian satu hari terbanyak rata-


rata pemakaian dalam setahun atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q max/hari = Qr * fd

Dimana :
Qr = debit rata-rata
fd = maksimum perhari
Faktor maksimum perhari biasanya antara (1,1-1,7) dan fd yang biasa
digunakan di Indonesia berkisar antara fd =1,1-1,4 sedangkan untuk di negara
empat musim fd yang digunakan adalah 1,3 – 1,7.
Faktor pemakaian jam terbanyak (maksimal hourly demand) atau
pemakaian jam tertinggi dalam 24 jam. Biasa digunakan fh berkisar 1*{(1,5-3,0)}.
Di Indonesia biasanya antara fh =1,7-3,0 sedangkan untuk negara empat musim
yaitu berkisar antara fh =1,5-2,0.
rumus yang digunakan adalah :
Q max/jam = Qr * fh
Dimana :
Qr = Debit rata-rata
fh = maksimum perjam
(Sumber : Evi Afiatun,Ir., MT, Catatan Perkuliahan Penyediaan Air Minum
2016).

2.6.4 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan air domestik ditentukan berdasarkan jenis permukiman
penduduk. Adapun jenis permukiman adalah rumah permanen, semi permanen,
dan non permanen.

Tabel 2.16 Jenis Pemukiman Penduduk


Jenis Rumah Persentase (%)
Permanen 75
Semi Permanen 15
Non Permanen 10

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-23

Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

2.6.4.1 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Permanen


Untuk rumah permanent standar air minum yang digunakan adalah 150
l/org/h, dengan persen pelayanan yang terus meningkat setiap 5 tahunnya sebesar
10%.
Contoh perhitungan :
Kebutuhan air (2020)= (∑ Penduduk2020*% rumah* % pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513392org* 75% * 65% * 150 l/o/h) / 86400 dtk
= 434,51 l/dtk

Tabel 2.17 Kebutuhan Air Rumah Permanen


Persentase
Persen Standar
Populas Rumah Kebutuhan
Tahun Pelayanan Kebutuhan Air
i (Jiwa) Permanen Total (l/dtk)
(%) (l/org/h)
(%)
2020 513392 75 65 150 434.51
2025 604133 76 75 150 597.84
2030 710912 77 85 150 807.80
2035 836564 78 95 150 1076.21
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih untuk rumah permanen
dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini disebabkan karena jumlah penduduk
dari tahun ke tahun yang semakin meningkat dan persen pelayanannya yang juga
meningkat. Kenaikan ini semakin ditunjang dengan semakin meningkatnya
persentase rumah permanen. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Garut adalah
kabupaten yang semakin berkembang dalam bidang perekonomian, karena rumah
permanen hanya dimiliki oleh penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas.

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-24

2.6.4.2 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Semi Permanen


Untuk rumah semi permanen, standar kebutuhan air yang digunakan
adalah 70 l/org/hr, standar air minum ini lebih rendah dibandingkan dengan
standar air minum untuk rumah permanen, dengan pelayanan yang tetap dari
tahun ke tahun.

Contoh perhitungan :
Kebutuhan air 2017 = (Jmh Penduduk 2017*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513392*15%*65%*70 l/org/hr)/86400
= 40,55 l/dt

Tabel 2.18 Kebutuhan Air Rumah Semi Permanen


Persentase Standar Kebutuhan
Tahu Populasi Persen
Rumah Semi Kebutuhan Total
n (Jiwa) Pelayanan (%)
Permanen (%) Air (l/org/h) (l/dtk)
2020 513392 15 65 70 40.55
2025 604133 16 75 70 58.74
2030 710912 17 85 70 83.23
2035 836564 18 95 70 115.90
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah semi
permanen dari tahun ke tahunnya semakin meningkat karena jumlah penduduk di
kabupaten ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah semi permanen setiap 5 tahunnya meningkat 1%, persentasi
jumlah rumah semi permanent yang semakin meningkat ini menunjukkan bahwa
perekonomian di kabupaten ini yang semakin maju.

2.6.4.3 Kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Non Permanen


Untuk rumah non permanen standar kebutuhan air minum yang digunakan
adalah 50 l/org/hr, standar air minum ini lebih rendah dibandingkan dengan
standar air minum untuk rumah permanen dan rumah semi permanen. Perbedaan
standar air minum ini disebabkan oleh tingkat perekonomian penghuni rumah non

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-25

permanen yang sangat rendah dibandingkan dengan penghuni rumah semi


permanen dan penghuni rumah permanent. Persen pelayanan pada rumah non
permanen terus meningkat setiap tahunnya sebesar 10% setiap 5 tahunnya.

Kebutuhan air 2017 = (Jmh Penduduk 2017*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513392*10%*65%*50 l/org/hr)/86400
= 19,059 l/dtk

Tabel 2.19 Kebutuhan Air Rumah Non Permanen


Persentase Standar
Tahu Populasi Persen Kebutuhan
Rumah Non Kebutuhan
n (Jiwa) Pelayanan (%) Total (l/dtk)
Permanen (%) Air (l/org/h)
2020 513392 10 65 50 19.31
2025 604133 11 75 50 28.84
2030 710912 12 85 50 41.96
2035 836564 13 95 50 59.79
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah non
permanent dari tahun ke tahunnya semakin menurun karena jumlah penduduk di
kota ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah non permanent setiap 5 tahunnya menurun 2%.

2.6.4.4 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Domestik


Dibawah ini tabel Rekapitulasi Air Bersih Domestik untuk Kabupaten
Garut

Tabel 2.20 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Domestik Kabupaten Garut


Permanen Semi Permanen Non Permanen Total Domestik
Tahun
l/dtk l/dtk l/dtk l/dtk
2020 434,51 40,55 19,31 494,38
2025 597,84 58,74 28,84 685,42
2030 807,80 83,23 41,96 932,99

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-26

2035 1076,21 115,90 59,79 1251,89


Sumber : Hasil Perhitungan

2.6.5 Perhitungan Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik dipengaruhi oleh jenis-jenis fasilitas dan
jumlah fasilitas yang ada pada kota tersebut.

2.6.5.1 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Pendidikan


Untuk Mengetahui kebutuhan air bersih sarana pendidikan, maka perlu
diketahui persentase jumlah siswa dan guru dalam kota
Contoh Perhitungan:
Persentase Siswa TK = ( Jmlh Siswa/Jmlh Penduduk 2012) * 100%
= (3237 org/432879org)*100%
= 0,74 %

Tabel 2.21 Data Pendidikan Tahun 2015


Jumlah Siswa dan %
Jenis Jumlah penduduk
Guru Siswa dan
Fasilitas Tahun 2015
( jiwa ) Guru
TK 3237 436280 0,74
SD 35727 436280 8,189
SLTP 33683 436280 7,721
SMU 9719 436280 2,228
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

Persentase jumlah siswa tiap sarana pendidikan diasumsikan tetap sampai


dengan akhir tahun perencanaan.
Contoh perhitungan:
Jumlah Siswa 2020 = Persentase * Jmlh Penduduk 2020
= 0,74 % * 513392 jiwa
= 3809 orang

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-27

Tabel 2.22 Jumlah Siswa dan Guru


Total
% Siswa dan Jumlah Jumlah Siswa
Tahun Fasilitas Siswa
Guru Penduduk dan Guru
dan Guru
TK 0.74% 3809
SD 8.19% 42042
2020 513392 96924
SLTP 7.72% 39636
SMU 2.23% 11437
TK 0.74% 4482
SD 8.19% 49472
2025 604133 114055
SLTP 7.72% 46642
SMU 2.23% 13458
TK 0.74% 5275
SD 8.19% 58217
2030 710912 134214
SLTP 7.72% 54886
SMU 2.23% 15837
2035 TK 0.74% 836564 6207 157936
SD 8.19% 68506
SLTP 7.72% 64587
SMU 2.23% 18636
Sumber: Hasil Perhitungan

Contoh perhitungan kebutuhan air bersih sarana pendidikan.


Kebutuhan Air 2020 = (Jmlh Siswa 2020*% Pelayanan* Std.Air Minum)/86400
= (96924* 65 % * 10 l/org/hr )/86400
= 7,292 l/dtk

Tabel 2.23 Kebutuhan Air Bersih Sarana Pendidikan


Jumlah Pelayanan Std. Keb Air Kebutuhan
Tahun
Siswa (%) (l/org/hr) Air (l/dtk)
2020 96924 65 10 7.292
2025 114055 75 10 9.901
2030 134214 85 10 13.204
2035 157936 95 10 17.366
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat kebutuhan air bersih untuk setiap 5
tahunnya terus meningkat, ini disebabkan karena jumlah siswa yang terus

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-28

meningkat setiap 5 tahunnya dan persen pelayanan yang juga meningkat 10%
setiap 5 tahunnya. Standar kebutuhan air bersih untuk sarana pendidikan adalah
10 L/siswa/hari ( Dirjen Cipta Karya,PU,1998 ).

2.6.5.2 Kebutuhan Air Bersih Sarana Peribadatan


Penduduk Kabupaten Garut mayoritas beragama Islam, sehingga terdapat
mesjid dan mushola lebih banyak daripada gereja dan vihara, yang mempunyai
standar air bersih 800 l/unit/hari untuk Masjid, 500 l/unit/hari untuk Langgar, 300
l/unit/hari untuk Gereja, 100 l/unit/hari untuk Klenteng (Pura) dan Vihara.
(Departemen Pekerjaan Umum, 1996 ).

Tabel 2.24 Fasilitas Peribadatan Tahun 2012


Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)
Peribadatan
Masjid 370 -
Surau/Langgar - -
Gereja Katholik 2 -
Gereja Protestan 16 -
Vihara 2 -
Pura 1 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2013

Contoh Perhitungan :
Layanan 2015 = Jmlh Penduduk 2015 / Jmlh Sarana 2015
= 436280 / 391
= 1113 jiwa/unit

Tabel 2.25 Proyeksi Fasilitas Peribadatan


Jumlah
Jumlah Jumlah Layanan Jumlah
Fasilitas Total Sarana
Fasilitas 2014 Penduduk 2014 Fasilitas
Ibadah
Masjid 370 513392 392 1113 435

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-29

604133 512
710912 603
836564 709
450039 2
Gereja 524377 2
2 392 1113
Katholik 598714 3
673502 3
450039 17
Gereja 524377 19
16 392 1113
Protestan 598714 22
673502 25
450039 2
524377 2
Vihara 2 392 1113
598714 3
673502 3
450039 2
524377 2
Pura 2 392 1113
598714 3
673502 3
Sumber: Hasil Perhitungan

Jumlah Sarana Ibadah 2020


Masjid 2020 = (Jmlh Mesjid 2015* Jmlh Penduduk 2020)/(Jmlh sarana Ibadah
2015* Layanan 2015)
= (370 * 523392 ) / (392 * 1113)
Masjid 2020 = 435 unit
Dari Tabel di atas dapat dilihat, karena bertambahnya penduduk di
Kabupaten Garut, maka bertambah pula jumlah fasiltas peribadatan setiap 5
tahunnya.
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air Bersih Sarana Peribadatan:
Keb.Air Masjid 2020 = (Jmh sarana 2020*Std Keb Air*% Pelayanan)/86400
= (435*800*65%)/86400
= 2,62 l/dtk

Tabel 2.26 Kebutuhan Air Fasilitas Masjid


Jumlah Std. Keb Air Keb. Air
Tahun % Pelayanan
Sarana (l/unit/hr) (l/dtk)

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-30

Ibadah (Unit)
2020 435 65 2.620
2025 512 75 3.558
800
2030 603 85 4.745
2035 709 95 6.241
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.27 Kebutuhan Air Fasilitas Gereja Katholik


Jumlah
Std. Keb Air Keb. Air
Tahun Sarana % Pelayanan
(l/unit/hr) (l/dtk)
Ibadah (Unit)
2020 2 65 0.005
2025 2 75 0.006
300
2030 3 85 0.008
2035 3 95 0.010
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.28 Kebutuhan Air Fasilitas Gereja Protestan


Jumlah
Std. Keb Air Keb. Air
Tahun Sarana % Pelayanan
(l/unit/hr) (l/dtk)
Ibadah (Unit)
2020 17 65 0.037
2025 19 75 0.050
300
2030 22 85 0.065
2035 25 95 0.081
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.29 Kebutuhan Air Fasilitas Vihara


Jumlah
Std. Keb Air Keb. Air
Tahun Sarana % Pelayanan
(l/unit/hr) (l/dtk)
Ibadah (Unit)
2020 2 65 0.002
2025 2 75 0.002
100
2030 3 85 0.003
2035 3 95 0.003
Sumber: Hasil Perhitungan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-31

Tabel 2.30 Kebutuhan Air Fasilitas Pura


Jumlah
Std. Keb Air Keb. Air
Tahun Sarana % Pelayanan
(l/unit/hr) (l/dtk)
Ibadah (Unit)
2020 2 65 0.002
2025 2 75 0.002
100
2030 3 85 0.003
2035 3 95 0.003
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 2.31 Rekapitulasi Kebutuhan Air Fasilitas Peribadatan

Jenis Fasilitas
Tahu Gereja Gereja Vihar
Masjid Pura Total (l/dtk)
n Katholik Protestan a
(l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
2020 3.142 0.005 0.043 0.002 0.002 3.194
2025 4.229 0.008 0.057 0.003 0.003 4.300
2030 5.470 0.009 0.074 0.003 0.003 5.559
2035 6.879 0.013 0.096 0.004 0.004 6.996
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih setiap 5 tahunnya
terus bertambah, dengan semakin bertambahnya fasilitas peribadatan di Kota
Bengkulu dan jumlah penduduk yang terus meningkat.

2.6.5.3 Kebutuhan Air Bersih Sarana Kesehatan


Untuk mengetahui jumlah kebutuhan air bersih total sarana kesehatan
perlu diketahui terlebih dahulu jumlah sarana kesehatan yang ada pada kota
tersebut. Sarana kesehatan yang ada pada Kabupaten Garut ini adalah Rumah
Sakit dan Puskesmas.

Tabel 2.32 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan


Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah (Unit) Jumlah (Jiwa)

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-32

Rumah Sakit 3 746 (tt)


Puskesmas 20 -
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Contoh Perhitungan :
Proyeksi 2020 = (Jmlh tempat tidur/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (746/436280) * 513392
= 878 tt

Tabel 2.33 Proyeksi Untuk Fasilitas Kesehatan


Std. Keb Std. Keb
Fasilitas % Kebutuhan
Tahun Air Air
(tt/unit) Pelayanan Total (l/dtk)
(l/tt/hr) (l/unit/hr)
878
2020 65 1,321 0,181 1,502
24
1033
2025 75 1,793 0,243 2,036
28
1216
2030 85 2,393 0,325 2,717
33
1430
2035 95 3,145 0,418 3,563
38
Sumber: Hasil Perhitungan

Kebutuhan air minum untuk fasilitas kesehatan ini ditentukan berdasarkan


standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan. Standar Kebutuhan Air
Rumah Sakit = 200 l/tt/hari ( Dirjen Cipta Karya, PU, 1998 ) dan Puskesmas =
1000 l/unit/hari ( Dirjen Cipta Karya, PU, 1996 ).

Contoh perhitungan:
Jumlah tempat tidur x %Pelayanan x Std Keb . Air
Kebutuhan Air 2020=
86400
878 tt x 65 % x 1.321
¿
86400

= 1,502 l/detik
Tabel 2.34 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-33

Std. Keb Kebutuhan


Fasilitas % Std. Keb Air
Tahun Air Total
(tt/unit) Pelayanan (l/unit/hr)
(l/tt/hr) (l/dtk)
878
2020 65 1.321 0.008 1.329
1
1033
2025 75 1.793 0.009 1.802
1
1216
2030 85 2.393 0.020 2.412
2
1430
2035 95 3.145 0.022 3.167
2
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, dengan bertambahnya jumlah


tempat tidur dan persentase pelayanan, maka bertambah pula kebutuhan air bersih
pada fasilitas kesehatan.

2.6.5.4 Kebutuhan Air Bersih Sarana Perindustrian


Jumlah fasilitas perindustrian di Kabupaten Garut akan terus bertambah
hingga akhir periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan jumlah
penduduk yang terus bertambah hingga akhir periode perencanaan.

Tabel 2.35 Kebutuhan Air Bersih untuk Sarana Perindustrian


Jenis Fasilitas Jumlah (Unit) Jumlah Hektar
Industri 70 350 (Ha)
Sumber : Lembar Tugas Penyediaan Air Minum 2016

Contoh Perhitungan:
Proyeksi 2020 = (Jmlh Ha/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (350/436280) * 513392
= 412 Ha

Tabel 2.36 Proyeksi Untuk Fasilitas Perindustrian

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-34

Jenis Jumlah Jumlah Ha Jumlah Jumlah


Fasilitas Penduduk 2015 2015 Penduduk Hektar (Ha)
513392 412
604133 485
Industri 436280 350
710912 570
836564 671
Sumber: Hasil Perhitungan

Berdasarkan tabel di atas, luas perindustrian setiap 5 tahunnya naik,


dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah maka kebutuhan akan
industri juga bertambah.
Kebutuhan air minum untuk fasilitas perindustrian ini 0,6 l/Ha/dtk ( Dirjen
Cipta Karya PU, 1998 ). Berdasarkan standar kebutuhan air minum ini, maka
kebutuhan air fasilitas perindustrian ini dapat dilihat pada Tabel 3.35, dengan
contoh perhitungan seperti berikut:

Jumlah tempat tidur x %Pelayanan x Std Keb . Air


Kebutuhan Air 2020=
86400
350 ha x 65 % x 0 , 6l /ha/dtk
¿ =0,00186 l/dk
86400

Tabel 2.37 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perindustrian


Std.Keb
% Kebutuhan
Tahun Jumlah Hektar Air
Pelayanan Total (l/dtk)
(l/ha/dtk)
2020 412 65 0.6 0.00186
2025 485 75 0.6 0.00252
2030 570 85 0.6 0.00337
2035 671 95 0.6 0.00443
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari Tabel dapat di lihat, dengan bertambahnya jumlah fasilitas


perindustrian di Kabupaten Garut, maka kebutuhan air bersih juga meningkat.

2.6.5.5 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Umum

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-35

Jumlah fasilitas umum di Kabupaten Garut akan terus bertambah hingga


akhir periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan jumlah unit koperasi
dan perkantoran yang terus bertambah hingga akhir periode perencanaan.

Tabel 3.38 Fasilitas Umum Kota Bengkulu Tahun 2016


Jumlah
Jenis Fasilitas Umum Jumlah (Jiwa)
(Unit)
Koperasi 18 -
Perkantoran 50 2404
Sumber : Lembar Tugas PAM 2016

Contoh Perhitungan :
JumlahSarana 2020
Proyeksi Koperasi 2020= xJumlahPenduduk 2020
JumlahPenduduk 2015
18
¿ x 513392
436280
= 21 unit

Tabel 3.39 Proyeksi Fasilitas Umum


Jumlah Jumlah
Jenis Fasilitas Jumlah Jumlah
Sarana Penduduk
Umum Penduduk (Unit)
2012 2014
513392 21
604133 25
Koperasi 18 436280
710912 29
836564 35
513392 59
604133 69
Perkantoran 50 436280
710912 81
836564 96
Sumber: Hasil Perhitungan

Kebutuhan air minum untuk fasilitas umum ini diasumsikan berdasarkan


standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan contoh
perhitungan sebagai berikut :

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-36

JumlahUnit x %Pelayanan x StdKeb . Air


KebutuhanAir 2020=
86400
21unit x 65 % x 600
¿
86400
= 0,362 l/dtk

Tabel 3.40 Kebutuhan Air Fasilitas Umum


Std.Keb Total
Jumlah % Kebutuhan
Tahun Air Kebutuhan
Unit Pelayanan Total (l/dtk)
(l/unit/hr) Air (l/dtk)
21 0.096
2020 65 600 0.362
59 0.266
25 0.130
2025 75 600 0.490
69 0.359
29 0.171
2030 85 600 0.649
81 0.478
35 0.231
2035 95 600 0.864
96 0.633
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel dapat dilihat, dengan bertambahnya fasilitas umum seperti


koperasi dan perkantoran, maka semakin bertambah pula kebutuhan air bersihnya,
karena bertambahnya jumlah karyawan pada fasilitas umum tersebut.

2.6.5.6 Kebutuhan Air Bersih Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa di Kabupaten Garut akan terus
bertambah hingga akhir periode perencanaan, asumsi ini diambil berdasarkan
jumlah unit terminal, pasar (Ha), pertokoan, dan bioskop. Sedangkan hotel
dihitung berdasarkan jumlah tempat tempat tidur dan restoran dihitung
berdasarkan jumlah tempat duduk. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini,
Contoh Perhitungan :
JumlahUnit
ProyeksiHotel 2020= × JumlahPenduduk 2020
JumlahPenduduk 2015
28
¿ × 513392
436280

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-37

= 33 Unit

Tabel 3.41 Proyeksi Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Fasilitas
Perdaganga Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
n dan Jasa unit Penduduk 2015 Penduduk Fasilitas
513392 1
604133 1
Terminal 1 436280
710912 2
836564 2
513392 2
604133 2
Pasar (Ha) 1.46 436280
710912 2
836564 3
513392 141
604133 166
Pertokoan 120 436280
710912 196
836564 230
513392 33
604133 39
Hotel 28 436280
710912 46
836564 54
513392 1
604133 1
Bioskop 1 436280
710912 2
836564 2
513392 22
604133 26
Restoran 19 436280
710912 31
836564 36
Sumber: Hasil Perhiungan

Kebutuhan air minum untuk fasilitas perdagangan dan jasa ini yaitu
terminal, pasar (Ha), pertokoan, dan bioskop diasumsikan berdasarkan standar
kebutuhan air minum yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan fasilitas hotel
dan restouran dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur dan jumlah tempat duduk.
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.40

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-38

Contoh Perhitungan :
JumlahFasilitas ×%Pelayanan × StdKebAir
KebutuhanAirHotel 2020=
86400
33× 65 % ×150
¿
86400
= 0.037 l/dtk

Tabel 3.42 Kebutuhan Air Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Std. Keb Total
Jenis Jumlah % Kebutuhan
Tahun Air Keb. Air
Fasilitas Unit Pelayanan Total (l/dtk)
(l/unit/hr) (l/dtk)
Terminal 1 2000 0.015
Pasar (Ha) 2 1500 0.023
Pertokoan 141 500 0.530
2020 65 0.622
Hotel 33 150 0.037
Bioskop 1 2000 0.015
Restoran 22 10 0.002
Terminal 1 2000 0.017
Pasar (Ha) 2 1500 0.026
Pertokoan 166 500 0.720
2025 75 0.834
Hotel 39 150 0.051
Bioskop 1 2000 0.017
Restoran 26 10 0.002
Terminal 2 2000 0.0394
Pasar (Ha) 2 1500 0.0295
Pertokoan 196 500 0.9641
2030 85 1.143
Hotel 46 150 0.0679
Bioskop 2 2000 0.0394
Restoran 31 10 0.0030
Terminal 2 2000 0.044
Pasar (Ha) 3 1500 0.049
Pertokoan 230 500 1.264
2035 95 1.495
Hotel 54 150 0.089
Bioskop 2 2000 0.044
Restoran 36 10 0.004
Sumber: Hasil Perhitungan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-39

Dari Tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih fasilitas perdagangan
dan jasa setiap 5 tahunnya bertambah sesuai dengan bertambahnya fasilitas yang
ada di Kabupaten Garut, jumlah penduduk dan persentase pelayanan yang terus
meningkat

2.6.5.7 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Non Domestik di Kabupaten


Garut
Kebutuhan air bersih non domestik setiap 5 tahunnya bertambah, hal ini
disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Garut.
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.41

Tabel 3.43 Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih Non Domestik


Total
Sarana Sarana Saranan Sarana
Tahu Sarana Sarana Non
Pendidika Peribadata Kesehata Perdaganga
n Industri Umum Domesti
n n n n dan Jasa
k (l/dtk)
0,00185
2020 7,29 3,194 1,502 9 0,362 0,622 12,974
0,00252
2025 9,90 4,300 2,306 4 0,49 0,834 17,833
0,00336
2030 13,20 5,559 2,717 6 0,649 1,143 23,275
0,00442
2035 17,37 6,996 3,563 8 0,864 1,495 30,288
84
Sumber: Hasil Perhitungan

Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih non domestik setiap 5
tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah
penduduk, fasilitas yang disediakan dan persentase pelayanan di Kabupaten Garut.

2.6.6 Perhitungan Total Kebutuhan Air Bersih


Contoh Perhitungan :
 Sub Total Keb.air 2020 = Keb.domestik 2020+Keb.non domestik 2020
= (494,238+12,801) l/dtk
= 507,354 l/dtk

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-40

 Kebutuhan untuk air hidran diasumsikan adalah 10% dari sub total
kebutuhan air
Kebutuhan hidran 2020 = 10% x sub total keb.air 2020
= 10% x 507,354 l/dtk
= 50,7354 l/dtk

 Kehilangan Air
 Untuk kehilangan air berdasarkan standar PU Cipta Karya, besarnya
kehilangan air adalah (20% - 30%), dan diasumsikan kehilangan air adalah
30%
Kehilangan air 2020 = 30% x sub.total keb.air 2020
= 30% x 507,354 l/dtk
= 152,2062 l/dtk

 Total Kebutuhan Air Bersih


Total keb.air 2020 = sub.total keb.air 2020 + keb.air untuk hidran 2020 +
kehilangan air 2020
= 507,354 l/dtk + 50,7354 l/dtk + 152,2062 l/dtk
= 710,295 l/dtk

Tabel 3.44 Kebutuhan Air Bersih Total


Kebutuhan Air Bersih (l/dtk)
Fasilitas
2020 2025 2030 2035
Domestik 494 685 933 1.252
Non Domestik 13 18 23 30
Sub Total 507,354 703,253 956,265 1.282,178
50,735360 70,3253 95,6265 128,21781
Hidran 3 2 3 04
Kehilangan
Air 152 211 287 385
1.338,77
Total 710,295 984,554 1 1.795,049
Sumber: Hasil Perhitungan

2.6.7 Debit Maksimum / Fluktuasi Pemakaian Air Bersih

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina


II-41

Untuk debit maksimum hari (Q peak day) nilai fd berkisar antara 1,1–1,7
sedangkan untuk debit maksimum jam (Q peak hour) nilai fh berkisar antara 1,5-
2.

Contoh Perhitungan Untuk Tahun 2020


 Q peak day = fd x Q rata – rata
= 1,1 x 710,295 l/dtk
= 781 l/dtk

 Q peak hour = fh x Q rata- rata


= 1,5 x 710,295 l/dtk
= 1065 l/dtk

Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, maka fluktuasi


pemakaian air bersih dapat dilihat pada Tabel 3.43
Tabel 3.45 Fluktuasi Pemakaian Air Bersih

Q peak
Q rata-rata Q peak day
Tahun fd fh hour
(l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk)
2020 710,295 1,1 781 1,5 1065
2025 984,554 1,1 1134663 1,5 1477
2030 1.338,771 1,1 1431218 1,5 2008
2035 1.795,049 1,1 1786374 1,5 2693
Sumber: Hasil Perhitungan

Irvan Wahyu S/143050009/Penyediaan Air Minum (PAM)/2016-2017/Anna Ayudina

Anda mungkin juga menyukai