II-1
II-2
2.2.2 Topografi
Ibu kota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi
oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung
Papandayan (2.622 m) dan Gunung Guntur 2.249 m). Karakteristik topografi
Kabupater Garut adalah sebelah utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan,
sedangkan bagian selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat
kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai
ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar
dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi dipuncak gunung. Berdasarkan
arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua
daerah aliran sungai (DAS) yaitu daerah aliran utara yang bermuara di Laut Jawa
dan daerah aliran selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran
selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah
dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS
sungai Cimanuk bagian utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS
Cikaengan dan sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdarapat 33 buah sungai
dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,43 km; dimana
sepanjang 92 km diantaranya merupakan panjang aliran sungai Cimanuk dengan
59 buah anak sungai.
2.2.3 Geologi
Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material vulkanik yang
berasosiasi dengan letusan gunung api, diantaranya erupsi Gunung Cikuray,
Gunung Papandayan dan Gunung Guntur. Rangkaian pegunungan vulkanik yang
mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umumnya memiliki lereng dengan
kemiringan 30-45% disekitar puncak, 15-30% dibagian tengah dan 10-15% di
bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi
vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi
alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunya kemiringan lereng yang bervariasi
antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat
kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landau dengan tingkat kemiringan dibawah
3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%, wilayah dengan tingkat kemiringan sampai
dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%, luas areal dengan
tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55% wilayan denga
tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha atau sekitar
2,46%.
2.2.4 Hidrologi
a. Air Permukaan
Berdasarkan arah alirannya, sungai sungai di wilayah Kabupaten Garut
dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang
bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera
Indonesia. Daerah aliran selatan pada umunya relaitf pendek, sempit dan
berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara
merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan
merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut
terdapat 33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan
panjang seluruhnya 1.403,35 km, dimana sepanjang 92 km diantaranya
merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya.
Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, Nampak bahwa pola aliran
sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara
menunjukan karakter mendau, dengan arah aliran utama berupa Sungai Cimanuk
menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai
yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual,
cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang
membentuk pola pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari
DAS Cimanuk.
b. Mata Air
Mata air adalah pelepasan air tanah secara alami akibat aliran air tanah
terpotong oleh topografi atau struktur geologi. Permunculan air tanah berupa mata
air terutama keluar melalui rekahan atau saluran batuan gunung berapi berupa
batuan lava breksi dan tufa. Jumlah mata air tanah yang terdapat di Kabupaten
Garut ada 12 titik utama lokasi mata air. Debit mata air terbesar terletak di lokasi
c. Danau/Situ
Situ atau danau, merupakan sumber daya air yang juga dapat dimanfaatkan
untuk irigasi, pengembangan wisata, dan lain-lain. Di Kabupaten Garut tercatat
sedikitnya 58 situ dengan total 83,34 Ha. Situ Cangkuang memiliki luas terluas
yaitu 30,00 Ha, kemudian terdapat Situ Sukarame dengan luas 8,00 Ha, Situ
Cidahu seluas 7,37 Ha, Situ Rancakukuk seluas 5,50 Ha.
2.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Garut pada tabel 2.1 merupakan sumber
data jumlah penduduk sepuluh tahun terakhir, yaitu mulai dari tahun 2006 sampai
tahun 2015.
Tabel 2.1 Data Penduduk 10 Tahun Terakhir
Tahun Jumlah Penduduk
(jiwa)
2006 325.488
2007 336.475
2008 341.120
2009 349.117
2010 355.222
2011 376.280
2012 382.199
2013 391.120
2014 418.113
2015 436.280
Sumber: Lembar Tugas PAM 2016
Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dari tahun
2003- 2012 pada suatu wilayah berkisar antara 300.000 s/d 500000 jiwa, hal
tersebut menunjukan bahwa wilayah perencanaan sistem penyediaan air minum
termasuk kategori “kota sedang”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2
berikut ini.
100000
NO URAIAN 500000 s/d s/d 20000 s/d
> 1000000 < 20000
1000000 500000 100000
METRO DESA
BESAR SEDA KECIL
NG
Konsumsi unit
Sambungan
1 190 170 150 130 30
Rumah (SR)
L/o/h
Konsumsi unit
Hidran
2 30 30 30 30 30
Umum (HU)
L/o/h
Komsumsi unit
3 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
non domestik
Kehilangan air
4 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20
(%)
Faktormaksim
5 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
um day
Faktor peak –
6 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
hour
Jumlahjiwa per
7 5 5 6 6 10
SR
Jumlahjiwa per
8 100 100 100 100 - 200 200
HU
Sisa tekan
dijaringan
9 10 10 10 10 10
distribusi
(mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume
reservoir
11 20 20 20 20 20
(%) (maks day
demand)
50 : 50 s/d 50 : 50 s/d
12 SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
Cakupanpelaya
13 **) 90 **) 90 **) 90 **) 90 ***) 70
nan (*)
2.3.2 Ekonomi
Struktur ekonomi secara kuantitatif digambarkan dengan menghitung
presentase peranan nilai tambah bruto dari masing-masing sektor terhadap total
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara keseluruhan pencapaian kinerja
PDRB pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 6.663 miliar, atau 32,00%
dari Rp. 13.697 miliat pada tahun 2005 menjadi Rp. 20.360 miliar pada tahun
2008. Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang cukup signifikan dari
nilai produk barang yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Garut pada periode
tahun 2005-2008. Kendati demikian, perkembangan tersebut belum dapat
dijadikan sebagai indikator dari peningkatan volume produk barang atau jasa di
wilayah garut, karena pada besaran PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku
masih terkandung inflasi sebesar 11,43% pada tahun 2008 yang sangat
mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Apabila dibandingkan dengan
sasaran pencapaian tahun 2008 sebanyak Rp. 20.360 miliar, maka pencapaian
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 melebihi sasaran sebanyak Rp.
734.281 juta atau 4,84%.
Untung menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa
umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang
dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Garut pada tahun 2008
mencapai Rp. 10.011 miliar, atau mengalami peningkatan 4,30% dari tahun 2005,
yaitu sebesar Rp. 8.768 miliar. Kondisi tersebut merupakan indikasi quantum
(volume) produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau
perekonomian Kabupaten Garut secara makro berkembang positif dengan besaran
4,30%.
Sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar adalah
masih didominasi oleh pertanian, dimana pada tahun 2008, sektor ini memberikan
sumbangan nilai tambah yang dihitung atas dasar harga berlaku sebesar Rp.
7.912,94 miliar atas dasar harga berlaku dan Rp. 4.461,55 miliar atas dasar harga
- Industri 34 0,01
Perairan darat 2.038 0,66
- Kolam 1.826 0,60
3.
- Situ/Danau 257 0,05
- Lainnya 55 0,02
4. Pengunaan Tanah Lainnya 2.907 0,95
Jumlah 306.519 100,00
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Garut
Contoh perhitungan :
Pt
r =[ ]^1/9-1
Po
P2015
=[ ]^1/9-1
P 2006
436280
=[ ]^1/9-1
325488
= 0.033087
r = 0,98440774
Sd = r =
∑ (Yi−Yn)²
n−2
932600846
r =
10−2
r = √ 116575105,805
r = 10796,995
Tahun Geometrik
2006 325488
2007 336257
2008 347383
2009 358877
2010 370751
2011 383017
2012 395690
2013 408782
2014 422307
2015 436280
2016 450715
2017 465628
2018 481034
2019 496949
2020 513392
2021 530378
2022 547926
2023 566055
2024 584784
2025 604133
2026 624121
2027 644771
2028 666105
2029 688144
2030 710912
2031 734434
2032 758733
2033 783837
2034 809772
2035 836564
Sumber : Hasil Perhitungan
Metode Geometrik
350000
300000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
250000
200000
150000
100000
50000
0
2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Tahun
a0 = y – a1.x
dimana :
y = rata-rata y
x = rata-rata x
n = jumlah data
n
Sr = ∑ ( y 1−a 1−a 0−x 1)²
t =1
Dimana :
Sr = Jumlah eror / kesalahan total
Sy =
√ St
n−1
Koefisien determinasi :
St−Sr
r² =
St
koefisien korelasinya :
r=
√ St−Sr
St
Dimana :
Qr = debit rata-rata
fd = maksimum perhari
Faktor maksimum perhari biasanya antara (1,1-1,7) dan fd yang biasa
digunakan di Indonesia berkisar antara fd =1,1-1,4 sedangkan untuk di negara
empat musim fd yang digunakan adalah 1,3 – 1,7.
Faktor pemakaian jam terbanyak (maksimal hourly demand) atau
pemakaian jam tertinggi dalam 24 jam. Biasa digunakan fh berkisar 1*{(1,5-3,0)}.
Di Indonesia biasanya antara fh =1,7-3,0 sedangkan untuk negara empat musim
yaitu berkisar antara fh =1,5-2,0.
rumus yang digunakan adalah :
Q max/jam = Qr * fh
Dimana :
Qr = Debit rata-rata
fh = maksimum perjam
(Sumber : Evi Afiatun,Ir., MT, Catatan Perkuliahan Penyediaan Air Minum
2016).
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan air bersih untuk rumah permanen
dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini disebabkan karena jumlah penduduk
dari tahun ke tahun yang semakin meningkat dan persen pelayanannya yang juga
meningkat. Kenaikan ini semakin ditunjang dengan semakin meningkatnya
persentase rumah permanen. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Garut adalah
kabupaten yang semakin berkembang dalam bidang perekonomian, karena rumah
permanen hanya dimiliki oleh penduduk dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas.
Contoh perhitungan :
Kebutuhan air 2017 = (Jmh Penduduk 2017*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513392*15%*65%*70 l/org/hr)/86400
= 40,55 l/dt
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah semi
permanen dari tahun ke tahunnya semakin meningkat karena jumlah penduduk di
kabupaten ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah semi permanen setiap 5 tahunnya meningkat 1%, persentasi
jumlah rumah semi permanent yang semakin meningkat ini menunjukkan bahwa
perekonomian di kabupaten ini yang semakin maju.
Kebutuhan air 2017 = (Jmh Penduduk 2017*% rumah*% pelayanan* std keb.air)
86400 dtk
= (513392*10%*65%*50 l/org/hr)/86400
= 19,059 l/dtk
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk rumah non
permanent dari tahun ke tahunnya semakin menurun karena jumlah penduduk di
kota ini pun semakin meningkat begitu juga dengan persen pelayanannya.
Persentase rumah non permanent setiap 5 tahunnya menurun 2%.
Dari tabel di atas dapat dilihat kebutuhan air bersih untuk setiap 5
tahunnya terus meningkat, ini disebabkan karena jumlah siswa yang terus
meningkat setiap 5 tahunnya dan persen pelayanan yang juga meningkat 10%
setiap 5 tahunnya. Standar kebutuhan air bersih untuk sarana pendidikan adalah
10 L/siswa/hari ( Dirjen Cipta Karya,PU,1998 ).
Contoh Perhitungan :
Layanan 2015 = Jmlh Penduduk 2015 / Jmlh Sarana 2015
= 436280 / 391
= 1113 jiwa/unit
604133 512
710912 603
836564 709
450039 2
Gereja 524377 2
2 392 1113
Katholik 598714 3
673502 3
450039 17
Gereja 524377 19
16 392 1113
Protestan 598714 22
673502 25
450039 2
524377 2
Vihara 2 392 1113
598714 3
673502 3
450039 2
524377 2
Pura 2 392 1113
598714 3
673502 3
Sumber: Hasil Perhitungan
Ibadah (Unit)
2020 435 65 2.620
2025 512 75 3.558
800
2030 603 85 4.745
2035 709 95 6.241
Sumber: Hasil Perhitungan
Jenis Fasilitas
Tahu Gereja Gereja Vihar
Masjid Pura Total (l/dtk)
n Katholik Protestan a
(l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk) (l/dtk) (l/dtk)
2020 3.142 0.005 0.043 0.002 0.002 3.194
2025 4.229 0.008 0.057 0.003 0.003 4.300
2030 5.470 0.009 0.074 0.003 0.003 5.559
2035 6.879 0.013 0.096 0.004 0.004 6.996
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih setiap 5 tahunnya
terus bertambah, dengan semakin bertambahnya fasilitas peribadatan di Kota
Bengkulu dan jumlah penduduk yang terus meningkat.
Contoh Perhitungan :
Proyeksi 2020 = (Jmlh tempat tidur/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (746/436280) * 513392
= 878 tt
Contoh perhitungan:
Jumlah tempat tidur x %Pelayanan x Std Keb . Air
Kebutuhan Air 2020=
86400
878 tt x 65 % x 1.321
¿
86400
= 1,502 l/detik
Tabel 2.34 Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan
Contoh Perhitungan:
Proyeksi 2020 = (Jmlh Ha/Jmlh Penduduk 2015)*Jmlh Penduduk 2020
= (350/436280) * 513392
= 412 Ha
Contoh Perhitungan :
JumlahSarana 2020
Proyeksi Koperasi 2020= xJumlahPenduduk 2020
JumlahPenduduk 2015
18
¿ x 513392
436280
= 21 unit
= 33 Unit
Kebutuhan air minum untuk fasilitas perdagangan dan jasa ini yaitu
terminal, pasar (Ha), pertokoan, dan bioskop diasumsikan berdasarkan standar
kebutuhan air minum yang telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan fasilitas hotel
dan restouran dihitung berdasarkan jumlah tempat tidur dan jumlah tempat duduk.
Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.40
Contoh Perhitungan :
JumlahFasilitas ×%Pelayanan × StdKebAir
KebutuhanAirHotel 2020=
86400
33× 65 % ×150
¿
86400
= 0.037 l/dtk
Dari Tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih fasilitas perdagangan
dan jasa setiap 5 tahunnya bertambah sesuai dengan bertambahnya fasilitas yang
ada di Kabupaten Garut, jumlah penduduk dan persentase pelayanan yang terus
meningkat
Dari tabel di atas dapat dilihat, kebutuhan air bersih non domestik setiap 5
tahunnya meningkat. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah
penduduk, fasilitas yang disediakan dan persentase pelayanan di Kabupaten Garut.
Kebutuhan untuk air hidran diasumsikan adalah 10% dari sub total
kebutuhan air
Kebutuhan hidran 2020 = 10% x sub total keb.air 2020
= 10% x 507,354 l/dtk
= 50,7354 l/dtk
Kehilangan Air
Untuk kehilangan air berdasarkan standar PU Cipta Karya, besarnya
kehilangan air adalah (20% - 30%), dan diasumsikan kehilangan air adalah
30%
Kehilangan air 2020 = 30% x sub.total keb.air 2020
= 30% x 507,354 l/dtk
= 152,2062 l/dtk
Untuk debit maksimum hari (Q peak day) nilai fd berkisar antara 1,1–1,7
sedangkan untuk debit maksimum jam (Q peak hour) nilai fh berkisar antara 1,5-
2.
Q peak
Q rata-rata Q peak day
Tahun fd fh hour
(l/dtk) (l/dtk)
(l/dtk)
2020 710,295 1,1 781 1,5 1065
2025 984,554 1,1 1134663 1,5 1477
2030 1.338,771 1,1 1431218 1,5 2008
2035 1.795,049 1,1 1786374 1,5 2693
Sumber: Hasil Perhitungan