Anda di halaman 1dari 12

JANAH

2 BAB II
KONDISI WILAYAH SUNGAI BELITUNG
2.1 KARAKTERISTIK WS BELITUNG
2.1.1 Letak Geografis dan Administratif
1. Letak Geografis

Wilayah Sungai Belitung terletak di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis, Kabupaten Timur, Belitung dengan ibukota
Tanjungpandan terletak antara 107°08′ BT sampai 107°58' BTdan 02°30′ LS sampai 03°15' LS
dengan luas seluruhnya 229.369 ha atau kurang lebih2.293,69 km². Sedangkan Kabupaten Belitung
Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 2003dengan ibukota Manggar
merupakan satu kesatuan wilayah daratan dengan Kabupaten Belitung Induk yang dipisahkan oleh
wilayah daratan dan terletak di Pulau Belitung. Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak
antara 107°45' BT sampai 108°18' BT dan02°30' LS sam pai 03°15' LS dengan luas daratan
mencapai 250.691 ha atau kurang lebih 2.506,91km².

2. Letak Administratif

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga
merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 100 buah pulau besar dan kecil. Secara
administratif, Kabupaten Belitung terdiri dari 5 (lima) kecamatan dan terdiri dari 100 buah pulau.
Kabupaten Belitung terdiri dari 42buah desa dan7 Kelurahan yang tersebardi lima kecamatan.
Adapun Dengan batas wilayah Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur,

Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar.


Penyebaran pulau menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 2-1 Sebaran Pulau Menurut Kecamatan

Sumber : Belitung Dalam Angka, 2014

Luas daerah Kabupaten Belitung dirinci menurut kecamatan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2-2 Luas Dearah Kabupaten Belitung Per Kecamatan

Sumber : Belitung Dalam Angka, 2014

Kabupaten Belitung Timur juga merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang juga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 141 buah pulau besar dan
kecil.Kabupaten Belitung Timur terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dan terdiri dari 141 buah pulau.
Kabupaten Belitung Timur terdiri dari 39 buah desa yang tersebar pada 7 kecamatan. Adapun
batas-batas wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan laut Cina Selatan,


- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Belitung.

Luas daerah Kabupaten Belitung Timur dirinci menurut kecamatan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2-3 Luas Daerah Kabupaten Belitung Timur Per Kecamatan

Sumber : Belitung Timur Dalam Angka, 2014

Gambar 2-1 Lokasi Geografis WS Belitung

2.1.2 Pembagian Batas-Batas DAS WS Belitung Pada Wilayah


Administrasi Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung
Timur
Untuk memperoleh kondisi karakteristik WS Belitung yang berkesesuaian dengan kondisi
sebenarnya, maka diperlukan data-data dasar yang lengkap dan akurat dari instansi-instansi yang
berwenang menerbitkan data-data yang bersangkutan. Adapun data dan sumber data yang
digunakan dalam Penyusunan Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap I ini secara
umum diuraikan sebagaimana berikut di bawah ini.

Data-data dasar dalam pemetaan tematik wilayah administrasi, rencana pola ruang dan rencana
struktur ruang di WS Belitung adalah menggunakan Perda RTRW dari Bappeda yang telah
ditetapkan di 2 (dua) kabupaten di WS Belitung, yaitu melalui:

- Perda Kabupaten Belitung No. 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Belitung
Tahun 2014-2034.
- Perda Kabupaten Belitung Timur No. 13 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten
Belitung Timur Tahun 2014-2034.

Data-data dasar dalam pemetaan tematik topografi, kemiringan lereng dan geomorfologi di WS
Belitung adalah menggunakan peta RBI (Badan Geospasial Indonesia) dan peta DEM (digital
elevation model) penunjang lainnya yaitu peta DEM dari SRTM dan ASTER untuk area WS Belitung.

Data-data dasar dalam pemetaan tematik tutupan lahan di WS Belitung adalah menggunakan peta
RBI (Badan Geospasial Indonesia), data spasial tutupan lahan RTRW Kabupaten Belitung dan
Kabupaten Belitung Timur, dan data penunjang lain berupa citra satelit Landsat atau lainnya.

Data-data dasar dalam pemetaan tematik pembagian DAS dan peta WS Belitung menggunakan 2
(dua) sumber data yaitu :

1. Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Cerucuk (th 2013) dan Dokumen
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Lenggang (th 2013), yang diterbitkan oleh
BPDAS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melalui Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung, tahun 2013.
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013 ini merupakan bagian kelanjutan
dari Pasal 26 Perda No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2014-2034.
Isi Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Cerucuk (th 2013) dan Dokumen
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Lenggang (th 2013) memuat pembagian dan
penamaan DAS serta pembagian Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) sumber daya air di WS
Belitung (lihat Tabel 2.2). Secara administratif SWP DAS Cerucuk dan SWP DAS Lenggang
terletak di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Cerucuk (th 2013) dan Dokumen
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Lenggang (th 2013) mengacu kepada Peraturan
Menteri Kehutanan RI nomor P. 39/Menhut-11/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Pengelolaan DAS Terpadu dan nomor P. 42/Menhut-11/2009 tanggal 1 Juli 2009
tentang Pola Umum, Kriteria dan Standar Pengelolaan DAS Terpadu.

Berdasarkan wilayah pengelolaan daerah aliran sungai, SWP DAS Cerucuk seluas 199.474,7 ha
memiliki dari 44 DAS besar. DAS yang paling besar adalah DAS Buding (69.261,0 ha) dan DAS
Cerucuk (38.936,4 ha) sedangkan DAS yang paling kecil adalah DAS Naduk (3,3 ha) dan DAS
Ulim Kecil (2,7 ha). Sedangkan SWP DAS Lenggang terdiri dari 16 DAS besar. DAS yang paling
besar adalah DAS Lenggang (102.581,0 ha).
Kedua SWP DAS tersebut terbagi dalam dua wilayah administrasi yaitu Kabupaten Belitung
dan Belitung Timur sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.2.
Rekapitulasi wilayah DAS di SWP DAS Cerucuk di sajikan dalam Tabel 2.1, sedangkan untuk
SWP DAS Lenggang di sajikan dalam Tabel 2.2.
2. Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, sebagai
pengganti dari KEPPRES No 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai untuk di
seluruh wilayah NKRI.
Total jumlah DAS di WS Belitung adalah 91 (sembilan puluh satu) buah DAS dengan penamaan
DAS di WS Belitung (lihat Tabel 2.3). Perundangan ini tidak memuat pembagian Satuan
Wilayah Pengelolaan (SWP) sumber daya air di WS Belitung.

Pembagian Batas-Batas DAS, penamaan DAS dan pembagian Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP)
DAS WS Belitung yang digunakan dalam 'Penyusunan Pola Pengelolaan SDA WS Belitung' dan
'Penyusunan Rancangan Rencana Pengelolaan SDA WS Belitung Tahap I' adalah berdasarkan :
Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Cerucuk (th 2013) dan Dokumen
Rencana Pengelolaan DAS Terpadu SWP DAS Lenggang (th 2013), dengan melakukan sinkronisasi
batas-batas dan penamaan DAS pada peta WS Belitung (Kode WS. 01. 428) Lampiran V.42, Permen
PUPR No. 04/PRT/M/2015.
Peta pembagian DAS dan Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di WS Belitung ini lebih jelas
dilihat dalam Lampiran Peta Tematik - Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Satuan Wilayah
Pengelolaan DAS (SWP DAS) di Ws Belitung.

Gambar 2-2 Peta Pembagian DAS dan SWP DAS di WS Belitung berdasarkan dari BPDAS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung th 2013 dan Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015

Gambar 2-3 Peta WS Belitung berdasarkan Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015

Tabel 2-4 Pembagian DAS di SWP DAS Cerucuk di WS Belitung

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Bangka Belitung, 2013

Tabel 2-5 Pembagian DAS di SWP DAS Lenggang di WS Belitung

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Bangka Belitung, 2013

Tabel 2-6 Pembagian DAS di WS Belitung berdasarkan Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015
Sumber : Permen PUPR No. 04/PRT/M/2015

Rekapitulasi nama sungai utama di Pulau Belitung, ditampilkan berikut di bawah ini.

Tabel 2-7 Rekapitulasi Nama Sungai Besar di Pulau Belitung

Sumber : BPS Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka, 2004

Potensi DAS yang dapat dimanfaatkan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Belitung dan
Kabupaten Belitung Timur, disajikan dalam Tabel 2.5 dan Tabel 2.6. Sedangkan potensi luasan DAS
yang dapat dimanfaatkan di SWP DAS Cerucuk Dan SWP DAS Lenggang disajikan dalam Tabel 2.7
dan Tabel 2.8.

Tabel 2-8 Potensi DAS Yang Dimanfaatkan di Tiap-Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung

Ket : Luas Kecamatan berkesesuaian dengan BPS Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Babel (th. 2013), Keppres No. 12 Th 2012, dan hasil analisa spasial konsultan, 2014

Tabel 2-9 Nama Kecamatan dan Potensi Ketersedian Air Per DAS Yang Dapat Dimanfaatkan di
Kabupaten Belitung Timur

Ket : Luas Kecamatan berkesesuaian dengan BPS Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Babel (th. 2013), Keppres No. 12 Th 2012, dan hasil analisis spasial konsultan, 2014

Tabel 2-10 Potensi Luas DAS Yang Dapat Dimanfaatkan di SWP DAS Cerucuk

Ket : Nama dan Luas DAS berkesesuaian dengan BPDAS Provinsi Kep. Bangka Belitung

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Babel (th. 2013), KeppresNo. 12 th 2012, dan hasil analisis spasial konsultan, 2014

Tabel 2-11 Potensi Luas DAS Yang Dapat Dimanfaatkan di SWP DAS Lenggang

Ket : Nama dan Luas DAS berkesesuaian dengan BPDAS Provinsi Kep. Bangka Belitung

Sumber : BPDAS Prov. Kep. Babel (th. 2013), KeppresNo. 12 th 2012, dan hasil analisis spasial konsultan, 2014
YULI

4.1.3 Kondisi Hidrogeologis


Kondisi hidrogeologi di WS Belitung diuraikan sebagal air permukaan dan air tanah sebagaimana
berikut:

 Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang tertampung di permukaan tanah, tanpa melalui tanah atau
batuan. Air permukaan di pulau Belitung sebagian besar terdiri dari air sungai, dan air kolong.

 Air Sungai

Sungai yang selalu terdapat air walaupun pada musim kemarau yaitu S. Air Rayah, S. Linggang, S.
Kunang sedangkan sungai musiman umumnya merupakan cabang-cabang sungai yang berukuran
relatif kecil pada bagian hulu-hulu sungai. Sebagai gambaran kualitas air sungai di pulau Belitung,
di ambil sampel air di beberapa ruas sungai tersebut bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium,
diketahui memiliki sifat kekeruhan 46-62 FTU, warna 55-112,DHL 157-168 US/cm, pH5,6-6,1
kesadahan 3,44-3,63 mg/lt, Fe0,13-0,28 mg/lt Na+ 48,4-54,2 mg/lt Mn 0,1-1,3 mg/lt, Cr 30,8- 34,2
mg/lt SO4 2,01-2,46 mg/lt (Dadang Z. Abidin, Inventarisasi Geologi Lingkungan Kab. Belitung,
DTLGKP Bandung 2004). Hal ini menunjukkan kandungan unsur logam tinggi dari air sungai yang
kurang layak sebagai sumber air bersih. Untuk dapat digunakan sebagai air bersih masih harus
mengalami proses pengolahan.

 Air Kolong

Air kolong adalah genangan air yang terdapat pada danau-danau bekas penambangan timah yang
membentuk kolam berukuran beberapa hektar hingga puluhan hektar. Kedalaman air kolong
berkisar antara 7 meter sampai 20 meter. Kolong tersebut umumnya sudah berusia puluhan tahun
dijumpai di Kec. Damar, Manggar, Gantung, Simpang Pesak. Sebagai gambaran kualitas air kolong
di pulau Belitung, di ambil sampel air di kolong Simpang Pesak bahwa berdasarkan hasil uji kimia
laboratorium air kolong di Simpang Pesak, kekeruhan 270, warna 14,0, DHL 90 us/cm, pH 5,6,
kesadahan 21,6 mg/lt, Ca2+ 1,66 mg/it Mg2+ 1,27 mg/lt, Fe3+ 0,17 mg/lt, Mn 0,2 mg/lt, Na+ 48,1,
SO4= 3,0 dan TDS=241 mg/lt. Untuk dapat digunakan sebagai air bersih masih harus mengalami
proses pengolahan.

 Air Tanah

Kondisi air tanah dapat digambarkan melalui Peta Hidrogeologi pulau Belitung, yang dikaitkan
kondisi batuan yang terbentuk di sekitar daerah ini. Kondisi hidrogeologi ini, umumnya berkaitan
erat dengan sistem akuifer tertentu. Di wilayah pulau Belitung bagian Timur, sistem akuifernya
merupakan sistem akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, rekahan dan celahan. Akuifer
dengan aliran melalui ruang antar butir dengan lapisan batuan yang bertindak sebagai akuifer
adalah lapisan pasir.

Berdasarkan Peta Hidrogeologi (DGTL) dan penelitian geologi Lingkungan (Dadang Z. Abidin,
Inventarisasi Geologi Lingkungan Kab. Belitung, DTLGKP Bandung 2004) daerah air tanah di pulau
Belitung dapat dibedakan menjadi 3 wilayah air tanah, yaitu :

a. Wilayah Air Tanah Dengan Akuifer Setempat Produktif

Wilayah ini merupakan pedataran bergelombang dan terdapat di bagian Timur dan Tenggara
meliputi sebagian besar Kecamatan Manggar, Gantung dan Simpang pesak. Akuifer tersusun dari
pasir dari endapan alluvial, batu pasir malih yang berselingan dengan batu sabak, batu lumpur
serpih dan batu lanau tufaan. Media pengaliran melalui ruang antar butir dengan keterusan
sedang dan debit kurang dari 2 1/detik.

b. Wilayah Air Tanah Dengan Produktifitas Kecil

Wilayah air tanah dengan produktifitas kecil menempati bagian daerah Simpang Renggiang.
Daerah ini tersusun oleh batuan dari formasi Kelapa kampit dan formasi Tajam dengan
permeabilitas rendah sampai sedang. Kemungkinan air tanah dapat dijumpai pada struktur geologi
Sinklin, yang memungkinkan air dapat terjebak pada batuan rombakan.

c. Wilayah Air Tanah Langka

Wilayah ini umumnya pada daerah yang tersusun oleh batuan granit, grano diorit, adamelit dan
sebagian oleh Formasi kelapa kampit dan Formasi Tajam. Daerah yang termasuk dalam air tanah
langka atau setempat berarti meliputi semua tinggian atau bukit-bukit yang tersisa oleh erosi.

Kondisi Keterpadatan air tanah dan produktifitas akuifer di pulau Belitung terdapat di CAT
Manggar :

1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir Cekungan air tanah (CAT) Manggar terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu :
- Akulfer Produktif sedang dengan penyebaran luas eksukutif, akuifer dengan keterusan
rendah sampai sedang, muka tanah beragam, umumnya kurang dari 2 meter di bawah
muka tanah setempat (mbmt), debit sumur kurang dari 5 //detik.
- Setempat akuifer dengan produktivitas sedang umumnya Akuifer tidak menerus, tipis dan
rendah keterusan. Umumnya muka air tanah kurang dari 3 m mbmt, debit sumur kurang
dari 5 l/detik
2. Akuifer (bercelah) produktif kecil dan daerah aliran tanah langka Cekungan air tanah (CAT)
Manggar yaitu :
- Akuifer produktif kecil, setempat umumnya keterusan rendah, setempat pada daerah
dijumpai mata air dengan debit kecil, air tanah dangkal dengan jumlah terbatas diperoleh
di lembah-lembah, Zona pelapukan maupun rekahan batuan padu.
Peta potensi air tanah di Pulau Belitung disajikan pada gambar berikut dibawah ini.
 Besaran potensi air tanah di WS Belitung selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Peta
Tematik Pengelolaan SDA WS Belitung, dengan judul Peta Hidrogeologi.

Gambar 4.3 Peta Hidrogeologi Wilayah Sungai Belitung

4.3.3 Potensi Kolong


Tabel 5. 1. Rekapitulasi Data Potensi Kolong di Kabupaten Belitung, Tahun 2015

Tabel 5.2. Rekapitulasi Data Potensi Kolong di Kabupaten Belitung Timur, Tahun 2015

4.3.4.2. Pemanfaatan Air Eksisting Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Baku


Prioritas pemenuhan kebutuhan air di WS Belitung adalah untuk pemenuhan kebutuhan air
bersih untuk penduduk. Pemilihan sumber air baku ditentukan atas dasar kecukupan, keandalan
dan kualitas. Jika memungkinkan, sumber air baku dengan kualitas terbaik yang tersedia harus
dipilih agar dapat memberikan air kepada masyarakat dengan kapasitas yang mencukupi dan
berkesinambungan sepanjang tahun.
Pada dasarnya sumber daya air yang terdapat di Pulau Belitung terdiri atas 2 (dua) kelompok,
yaitu :
 Air tanah mencakup air tanah dangkal dan air tanah dalam.
 Air permukaan yang mencakup daerah aliran sungai (DAS), laut dan muara, daerah irigasi,
kolong, serta sebagian kecil genangan.
Potensi sumber daya air sungai di Pulau Belitung sangat spesifik karena sungainya relatif pendek
dan perbedaan elevasi antara muara dengan bagian hulu relatif datar, dengan curah hujan yang
sedang maka di dalam pengelolaannya jelas membutuhkan penanganan yang khusus.
Sungai-sungai ini berfungsi sebagai sistem buangan air hujan alam, yang mengalirkan air hujan dan
bermuara pada lautan. Sungai-sungai pada daerah di Pulau Belitung umumnya berjarak pendek
dan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penyediaan sumber air baku yang ada di
kolong.
Sungai yang ada di Pulau Belitung ada yang bersifat perenial (berair sepanjang tahun) dan
intermiten (kering di musim kemarau), sedangkan yang bersifat perenial pun umumnya akan
sangat susut di musim kemarau, hal ini antara lain disebabkan kecilnya infiltrasi dengan
permeabilitas rendah.

Kondisi daerah pedalaman pulau Belitung yang cenderung berupa perbukitan dengan topografi
bergelombang sampai berbukit, telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola
sentrifugal, dimana aliran sungai berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai,
dengan daerah aliran sungai berbentuk dendritik.
Sumber air baku air minum yang biasa atau umum digunakan oleh penduduk Kabupaten Belitung
dan Kabupaten Belitung Timur adalah berupa air hujan dengan menggunakan air tanah dangkal
yang diabstraksi dengan sumur gali (SG) atau sumur bor pantek.
Kedalaman sumur gali umumnya berkisar dari 5-10 meter dibawah muka tanah setempat, dengan
muka air tanah berkisar dari 0,54 meter di bawah muka tanah setempat, sedangkan sumur bor
pantek umumnya hingga kedalaman 30 m dibawah muka tanah setempat. Kualitas air tanah
beragam dari yang jernih hingga keruh bahkan kemerah-merahan, sebagian besar airnya tawar
dan banyak pula ditemukan airnya payau apalagi dimusim kemarau. Pada musim kemarau
sebagian sumur gali banyak yang susut bahkan kering, bahkan di daerah dekat garis pantai airnya
menjadi payau.
Air bersih perpipaan sudah ada di sebagian desa, berupa SPAM Perdesaan dan SPAM IKK (Ibu kota
Kabupaten Kecamatan) yang dibangun Dinas PU Cipta Karya TK II dan Ditjen Ciptakarya melalui
Satker Air Minum Provinsi Bangka Belitung.
Peran PDAM Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur sebagai penyedia air bersih di
kabupaten juga sangat membantu pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk. Kondisi eksisting
penyediaan air bersih oleh PDAM di Pulau Belitung diperoleh dari PDAM Kabupaten Belitung dan
PDAM Kabupaten Belitung Timur.
 Kondisi eksisting bangunan dan fasilitas
Adapun kondisi eksisting bangunan dan fasilitas PDAM di Kabupaten Belitung adalah
sebagai berikut :
- Kolong serkuk I, II dan kolong Dukong (Tabel 4.10)
- Kolong manggar, kolong kampit dan kolong gantung (Tabel 4.11)
 Ketersediaan Air
Ketersediaan air eksisting adalah berdasarkan ketersediaan air pada masing-masing
kolong, yang dihitung dengan mempertimbangkan luasan kolong, kedalaman rata-rata kolong dan
musim kemarau 120 (seratus dua puluh) hari selama 1 (satu) tahun. Ketersediaan air pada masing-
masing kolong ditampilkan pada Tabel 4.12.
 Rencana Pengembangan Potensi Kolong oleh PDAM
Adapun rencana pengembangan kolong ditampilkan pada Tabel 4.13. Sedangkan
kebutuhan bangunan pengembangan masing-masing kolong ditampilkan pada Tabel 4.14.
5.3.3.2 Neraca Air Masing-Masing DAS di WS Belitung
Neraca air masing-masing DAS merupakan dasar perhitungan untuk menghitung neraca air
kumulatif di WS Belitung. Hasil perhitungan dan analisa neraca air pada masing- masing DAS
WS Belitung disajikan sebagai berikut.

1. Neraca Air di DAS Batubadinding


Analisa neraca air dihitung terhadap potensi ketersediaan air dalam DAS dan
kebutuhan air dalam DAS Batubadinding. Berdasarkan hasil neraca air tersebut, DAS
Batubadinding saat ini sudah mengalami defisit air, maka diperlukan upaya
pemenuhan kebutuhan air dengan membangun atau mengembangkan potensi
tampungan air atau pengambilan langsung dari sungal-sungai, dan pemanfaatan
potensi air tanah (akulfer) setempat.
Hasil perhitungan neraca air DAS Batubadinding disajikan sebagai berikut:
Tabel 5.46. Perhitungan Neraca Air di DAS Batubadinding (1)

Gambar 5.10. Nerasa Air di DAS Batubadinding (1)

Tabel 5.47. Perhitungan Neraca Air di DAS Belian (2)

Gambar 5.11. Neraca Air di DAS Belian (2)

Tabel 5.48. Perhitungan Neraca Air di DAS Biduk (3)

Gambar 5.12 Neraca Air di DAS Biduk (3)

Tabel 5.49. Perhitungan Neraca Air dir DAS Buding (4)

Gambar 5.13. Neraca Air di DAS Buding (4)

Tabel 5.50. Perhitungan Neraca Air di DAS Bulin (5)

Gambar 5.14. Neraca Air di DAS Bulin (5)

Anda mungkin juga menyukai