Anda di halaman 1dari 21

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov.

Sulawesi Utara

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi fisik
2.1.1

Kondisi Geografis
0
Posisi astronomis Kota Bitung yang terletak antara 1 0 23 23 - 1 0 35 39 Lintang Utara dan 125 1
43 - 1250 18 13 Bujur Timur.
Kota Bitung berbatasan dengan :
- Sebelah utara dengan : Kecamatan Likupang (Kota Bitung dan Laut Maluku);
- Sebelah Timur dengan : Laut Maluku dan Samudra Pasifik;
- Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku;
- Sebelah Barat dengan : Kecamatan Kauditan (Kota Bitung).

Wilayah daratan mempunyai luas 313,50 km2 atau 31.350 Ha sedangkan luas wilayah perairan
439,80 Km2 atau 43.980 Ha. Dengan total panjang garis pantai 143,2 Km2, terdiri dari 46,3 Km daratan
utama dan 96,9 Km keliling pulau Lembeh serta pulau-pulau kecil lainnya.
2.1.2

Kondisi Fisik.
Topografi
Dilihat dari aspek topografis, keadaan tanah sebagian besar daratan Kota Bitung 45,06 persen berbukit
dan 32,73 persen bergunung. Hanya 4,18 persen merupakan dataran landai serta sisanya 18,03 persen
berombak.
Mulai dari bagian Timur, dari pesisir pantai Aertembaga,sampai dengan Tanjung Merah di Bagian Barat
merupakan dataran yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0 15 derajat sehingga secara fisik
dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman.
Pada bagian utara, keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit. Bagian utama dari
lahan tersebut merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan
cagar alam.
Di bagian selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh. Keadaan tanahnya secara umum kasar
dan ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura serta palawija. Pulau Lembeh memiliki pesisir pantai
yang indah dan mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.
Kemiringan lereng di kota Bitung sebagian besar didominasi oleh kelerengan antara 25 40 %. Hal ini
terlihat dari luas wilayah kelerengan 25 40 % yang mempunyai wilayah terluas yaitu sebesar 11.759
Ha atau sekitar 37,52 % dari total luas kota Bitung saat ini
Daerah pesisir pulau Lembeh ini pada titik-titik tertentu dan daerah yang dianggap rawan di kota Bitung
merupakan daerah rawan gelombang pasang/abrasi. Hampir setiap tahun daerah ini dilanda
gelombang pasang. Gelombang pasang dapat mengakibatkan mundurnya garis pantai.
Di kota Bitung, umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga
sistem pengaliran air terutama sungai dan anak sungai alamiah tidak mampu menampung akumulasi
air hujan. Tanah bertekstur pasir yang mendominasi kota Bitung seringkali menambah daya rusak
banjir karena sebagian material pasir ikut terangkut oleh aliran permukaan. Berkurangnya vegetasi
pada daerah resapan air juga berkontribusi pada meningkatnya debit banjir, karena jika terjadi curah
hujan tinggi, sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam
sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan terjadi banjir.

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 1

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air cepat berubah/tertutup akibat sedimentasi,
penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan
lainnya.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan airhujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan
debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang
selanjutnya menyebabkan sedimentasi di sistem pengaliran air dan badan air lainnya. Di samping itu
berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
Geologi
Dilihat dari aspek Geologi secara visual terlihat bahwa kota Bitung hampir seluruh wilayahnya
merupakan daerah perbukitan atau pegunungan. Dan hasil perhitungan menunjukkan bahwa daerah
yang datar yaitu kemiringan lereng antara 0 8 % hanya memiliki luas paling kecil, yaitu 2.274 % atau
sebesar 7,89 % dari total luas kota Bitung.
Secara umum wilayah kota Bitung dan sekitarnya disusun oleh batuan vulkanik yang berumur Kuarter
(Qv) yang terdiri atas lava, bom, lapili dan abu yang sebagian kecil ditutupi oleh endapan (Qs) yang
terdiri atas pasir lanau, konglomerat dan lempung napalan (Efendi, 1976). Berdasarkan pemetaan
geologi permukaan dan pendugaan reseistivitas bawah permukaan, wilayah kota Bitung umumnya
disusun oleh batuan vulkanik dan vulkaniklastik yang sebagian ditutupi oleh endapan permukaan.
Hidrologi dan Klimatologi
Air permukaan di kota Bitung meliputi aliran-aliran sungai yang melintas di wilayah kota Bitung dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1: Nama Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kota Bitung

N0
1
2
3
4
5

NAMA DAERAH
ALIRAN SUNGAI
Sungai Girian
Sungai Tewaan
Sungai Batu Putih
Sungai Rinondoran
Sungai Sagerat

PANJANG
(Km)
17,50
8.75
9,25
11,25
9,50

Selain itu ada beberapa lokasi mata air di kota Bitung yang memiliki debit air yang cukup besar, yaitu :
- Mata air dengan volume + 50 liter/detik, terletak di sekitar Lokasi RSUD Manembo-Nembo.
- Mata air di kelurahan Danowudu yang dimanfaatkan kota Bitung termasuk pelabuhan Bitung
berlokasi dibagian utara kelurahan.
- Mata air (oleh masyarakat disebut mata air hujan) terletak di sebelah selatan kelurahan Donowudu
yang berbatasan dengan kelurahan Girian Permai dan sudah dikelola oleh PDAM Bitung.
- Mata Air di kelurahan Tewaang, sekarang ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat umum tapi belum
memenuhi syarat.
- Mata air di kelurahan Girian Indah (sebelah utara berbatasan dengan perkebunan kelurahan
Danowudu kecamatan Ranowulu), saat ini dikelola dan dimanfaatkan oleh SECATA B (dahulu Dodik
XII Wangurer) dan masyarakat kelurahan Girian IndahLingkungan VI.
- Mata air di kelurahan Bitung Barat II
- Mata air di kelurahan Aertembaga Dua (Lingkungan I)
- Mata air di kelurahan Makawidey (Lingkungan I)
- Mata air di kelurahan Kasawari
Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 2

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


- Mata air di kelurahan Pintu Kota kecamatan Lembeh Utara, yang sangat baik untuk dikonsumsi.
- Mata air di kelurahan Batukota (Lingkungan I/Baturiri)
- Tiga mata air di kelurahan Gunung Woka yang dapat difungsikan untuk kebutuhan masyarakat,
untuk sementara masih digunakan melayani khusus masyarakat Kel. Gunung Woka.
- Mata air di kelurahan Kareko, lokasinya ada 2 di Lingkungan I RT 01
- Mata air di kelurahan Binuang, tapi belum ditata dengan baik.
- Mata air di kelurahan Posokan yang ditata dengan baik, untuk saat ini masih dimanfaatkan secara
langsung oleh masyarakat.
Di kota Bitung terdapat delapan gunung, yaitu Gunung Duasudara (1.351 m), Gunung Tangkoko
(774 m), Gunung Batuangus (1.099 m), Gunung Klabat (1.990 m), Gunung Woka (370 m), Gunung
Lembeh (430 m), Gunung Temboan Sela (430 m), Gunung Wiau (861 m). Gunung Batuangus masih
tercatat sebagai gunung berapi namun tidak aktif. Juga terdapat lima buah sungai kecil yang bermuara
di Selat Lembeh, yaitu Girian, Sagerat, Tanjung Merah, Tewaan, Rinondoran. Kota Bitung merupakan
satu-satunya kota di Sulawesi Utara dan bahkan kedua sesudah kota Pontianak di Indonesia yang
memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Sebagian besar hutan di kota Bitung berdasarkan data BPS
tahun 2003 dapat diklasifikasikan dengan hutan lindung seluas 4.611 Ha, hutan wisata 1.271,5 Ha,
hutan cagar alam 7.495 Ha.
Iklim di kota Bitung hanya terdiri dari 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan
ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di wilayah ini. Pada bulan Oktober sampai dengan
bulan April biasanya terjadi hujan karena angin yang bertiup dari arah Barat/Barat Laut banyak
mengandung air. Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi musim
kemarau karena angin yang bertiup dari arah Timur tidak banyak mengandung air. Jumlah curah hujan
di kota Bitung cukup beragam menurut bulan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bitung, curah hujan
tertinggi selama tahun 2009 terjadi pada bulan November yang mencapai 312,4 mm. Sedangkan pada
bulan September curah hujan mengalami titik terendah yakni hanya 5 mm. Namun sepanjang tahun
2009 curah hujan rata-rata di kota Bitung adalah sebesar 133.3 mm.
Jika melihat perbandingan curah hujan sepuluh tahun terakhir, yaitu dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2009, terlihat bahwa rata-rata curah hujan yang terjadi adalah sebesar 152.03 mm/tahun.
Selama selang 10 tahun terakhir, dari data yang ada terlihat bahwa bulan September memiliki curah
hujan yang kecil, yaitu rata-rata 35.26 mm/tahun. Sedangkan curah hujan Januari dalam selang waktu
10 tahun terakhir ini memiliki curah hujan tertinggi, yaitu rata-rata sebesar 241.24 mm/tahun.
2.1.3

Administratif.
Berdasarkan Peraturan Walikota Bitung no 5 tahun 2007 tentang peresmian hasil pemekaran, wilayah
kota Bitung mengalami pemekaran, secara administratif terbagi dalam Delapan Wilayah Kecamatan
serta 69 (Enam Puluh Sembilan ) Kelurahan, sbb :

Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan


Nama Kecamatan
RANOWULU
MATUARI
GIRIAN
MADIDIR
MAESA
AERTEMBAGA
LEMBEH UTARA
LEMBEH SELATAN

Jumlah
Kelurahan/Desa

Luas Wilayah
Administrasi
(Ha)
(%) thd total

(Ha)

Terbangun
(%) thd total

11
8
7
8
8
10
10
7

17,117.00
3,610.00
516.60
3,045.00
965.40
2,610.60
3,061.50
2,353.00

51.43
10.85
1.55
9.15
2.90
7.84
9.20
7.07

251
422
373
540
323
226
90
89

10.85
18.24
16.12
23.34
13.96
9.77
3.89
3.85

69

33,279.10

100.00

2,314.00

100.00

Sumber: Bitung Dalam Angka 2012 (BPS), RTRW

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 3

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


Dari delapan kecamatan tersebut di atas maka kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan
Ranowulu yaitu 17,117 Ha sedangkan yang paling kecil adalah kecamatan Girian 516.60 Ha.
Letak masing-masing kecamatan tersebut di atas, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

Peta Kota Bitung


Sumber: Rancangan RTRW Kota Bitung 2011-2031

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 4

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai Kota Bitung, Sumber : RTRW Kota Bitung 2013-2033 (Peta)

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 5

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Peta 2.2 : Peta Administrasi Kota Bitung, Sumber : RTRW Kota Bitung 2013-2033 (Peta)

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 6

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


2.2 Demografi
Jumlah penduduk kota Bitung pada tahun 2011 menurut data Badan Pusat Statistik berjumlah 217.869
jiwa, yang terdiri dari laki-laki 111.904 jiwa dan perempuan 105.965 jiwa dan tersebar di 8 (delapan) kecamatan.
Bila dibandingkan dengan hasil sensus penduduk pada tahun 2000 dimana penduduk kota Bitung berjumlah
140.270 jiwa berarti setiap tahun rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai hampir 3 persen.
Dilihat dari sebaran penduduk perkecamatan pada tahun 2011, sebagian besar penduduk Bitung
terkonsentrasi di kecamatan Maesa dimana 20,66 persen penduduk Bitung tinggal di kecamatan ini. Selebihnya
tersebar bervariasi di setiap kecamatan. Kecamatan Madidir 17,20 persen, kecamatan Aertembaga 14,71
persen, kecamatan Girian 14,66 persen, kecamatan Matuari 14,09 persen, kecamatan Ranowulu 8,80 persen,
kecamatan Lembeh Selatan 5,36 persen dan paling sedikit di kecamatan Lembeh Utara yang hanya 4,53
persen. Jika dihubungkan dengan luas wilayah kota Bitung yang 332,79 km2 , maka kepadatan penduduk
mencapai sekitar 655 jiwa per kilometer persegi. Angka ini tergolong padat sebagaimana daerah perkotaan
lainnya. Sedangkan perkembangan jumlah penduduk kota Bitung selengkapnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Jumlah Penduduk Kota Bitung
Tahun 2005 2010
JUMLAH PENDUDUK
TAHUN
LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

2005

87.670

82.106

169.776

2006

86.018

83.544

169.562

2007

84.611

89.392

174.003

2008

88.425

89.841

178.266

2009

89.591

91.027

180.618

2010

96.001

91.651

187.652

2011

111.904

105.965

217.869

Sumber Data : BPS Kota Bitung

Untuk Menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada


pertumbuhan geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu
tertentu. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut : Pn = P0 ( 1 + r )n dimana :
Pn =
P0 =
r =
n =

jumlah penduduk pada n tahun


jumlah penduduk pada awal tahun
tingkat pertumbuhan penduduk
Periode waktu dalam tahun

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 7

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Tabel 2.3: Jumlah dan kepadatan penduduk dan kepadatannya 5 tahun terakhir

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

Tingkat Pertumbuhan

Kepadatan pddk

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Nama Kecamatan
2009

2010

2011

2012

2013

2009

2010

2011

2012

2013

2009

2010

RANOWULU

17,903

17,230

19,166

19,741

20,333

71.33

68.65

76.36

78.65

81.01

MATUARI

26,925

27,180

30,706

31,627

32,576

63.80

64.41

72.76

74.95

77.19

GIRIAN

29,802

27,862

31,936

32,894

33,881

79.90

74.70

85.62

88.19

90.83

MADIDIR

38,369

33,482

37,463

38,587

39,744

71.05

62.00

69.38

71.46

73.60

MAESA

40,925

36,007

45,018

46,369

47,760

126.70

111.48

139.37

143.56

147.86

AERTEMBAGA

30,235

28,262

32,043

33,004

33,994

133.78

125.05

141.78

146.04

150.42

LEMBEH UTARA

9,613

8,509

9,860

10,156

10,460

106.81

94.54

109.56

112.84

116.23

LEMBEH SELATAN

11,734

9,120

11,677

12,027

12,388

131.84

102.47

131.20

135.14

139.19

JUMLAH

205,506

187,652

217,869

224,405

231,137

Sumber : Bitung Dalam Angka 2012. + hasil perhitungan

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 8

2011

2012

2013

2009

2010

2011

2012

2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Tabel 2.4: Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

Tingkat Pertumbuhan

Kepadatan pddk

Tahun

Tahun

Tahun

Tahun

Nama Kecamatan
2014

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

RANOWULU

20,943

21,572

22,219

22,885

23,572

83.44

85.94

88.52

MATUARI

33,553

34,560

35,597

36,665

37,765

79.51

81.90

84.35

86.88

89.49

GIRIAN

34,897

35,944

37,023

38,133

39,277

93.56

96.37

99.26

102.23

105.30

MADIDIR

40,937

42,165

43,430

44,733

46,075

75.81

78.08

80.43

82.84

85.32

91.18

2018

93.91

MAESA

49,192

50,668

52,188

53,754

55,366

152.30

156.87

161.57

166.42

171.41

AERTEMBAGA

35,014

36,065

37,147

38,261

39,409

154.93

159.58

164.37

169.30

174.38

LEMBEH UTARA

10,774

11,098

11,430

11,773

12,127

119.71

123.31

127.00

130.82

134.74

LEMBEH SELATAN

12,760

13,143

13,537

13,943

14,361

143.37

147.67

152.10

156.66

161.36

Sumber : Bitung Dalam Angka 2012. + hasil perhitungan

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 9

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Indikator utama kemajuan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan melihat pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kota Bitung dari 2007 sampai 2009 menunjukkan trend peningkatan dari tahun
ke tahun, dimana pada 2007 pertumbuhan ekonomi kota Bitung sebesar 4,7%, yang kemudian pada tahun 2008
naik menjadi 6,03%. Selanjutnya pada 2009 mencapai angka 6,05%. Dan pada tahun 2010 mencapai angka
6,88%.
Laju pertumbuhan ini bisa dikatakan merupakan keberhasilan bagi pemerintah kota Bitung.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan pertumbuhan tahun lalu.
Dilihat secara sektoral, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang pertumbuhannya pada tahun 2010 sebesar 14,55 persen. Suatu pertumbuhan yang cukup baik
walaupun sedikit melambat dibanding tahun lalu. Sedangkan pertumbuhan paling kecil tahun 2010 adalah pada
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan pertumbuhan hanya 4,08 persen.
Dilihat secara sektoral, pada tahun 2009 kontribusi sektor yang paling tinggi adalah sektor industri
pengolahan sebesar 21,84 persen, sedangkan kontribusi paling kecil adalah sektor pertambangan dan
penggalian hanya 0,58 persen.
Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan dengan kontribusi di tahun 2009
sebesar 21,84 persen terhadap perekonomian kota Bitung. Banyaknya perusahaan industri pengolahan
menjadikan sektor ini besar dan pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 0,27 persen. Pertumbuhan
ini masih dapat ditingkatkan dengan memberikan perhatian yang lebih intensif khususnya kepada industri
perikanan dengan kemudahan pemberian perijinan dan penciptaan iklim usaha yang sehat, promosi industri
keluar negeri untuk mengundang investor untuk menanamkan usahanya karena munculnya investor investor
baru dapat memberikan multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi secara makro dan penyediaan bahan baku
guna peningkatan kapasitas produksi perusahaan perusahaan.
Sektor Angkutan dan Komunikasi merupakan sektor unggulan kedua dengan kontribusi sektor sebesar
21,29 persen. Tingginya kontribusi sektor angkutan dan komunikasi dikarenakan adanya pelabuhan laut. Sektor
angkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 3,88 persen dari tahun 2008 dan diharapkan
pelabuhan peti kemas dapat meningkatkan pendapatan sektor ini di tahun mendatang.
Sektor pertanian pada urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 19,22 persen, mengalami penurunan
sebesar 0,68 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 19,90 persen. Sektor pertanian di kota Bitung didominasi
oleh sub sektor perikanan khususnya perikanan laut yang menyumbang 16,58 persen terhadap total
perekonomian kota Bitung.
Sektor bangunan / kontruksi pada urutan keempat dengan kontribusi sebesar 14,75 persen mengalami
pertumbuhan sebesar 1,03 persen dari tahun 2008. Pertumbuhan ini terkait dengan penyelenggaraan event
internasional Sail Bunaken yang terkonsentrasi di Bitung, dari penyelenggaraan event tersebut, sarana dan
prasarana dibangun atau diperbaharui yang berdampak langsung terhadap aktifitas ekonomi kota Bitung.
Kelima adalah sektor perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi sebesar 7,36 persen
mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebesar 0,35 persen yang merupakan dampak dari adanya event
internasional yang diadakan.
Keenam adalah sektor perbankan, lembaga keuangan dan Jasa Perusahaan memberikan kontribusi
sebesar 6,65 persen, meningkat dari tahun 2008 sebesar 3,99 persen. Peningkatan yang cukup signifikan dapat
menempatkan sektor ini menjadi salah satu sektor basis yang menjadi andalan kota Bitung.
Ketujuh sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan perekonomian tahun 2009 adalah 6,56 persen,
kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini menunjukkan tetap
berperannya sektor ini dalam perekonomian kota Bitung.
Kedelapan sektor listrik/gas/air bersih. Sektor ini memberikan kontribusi hanya 1,74 persen.
Kesembilan sektor pertambangan dan penggalian. Dibandingkan sektor-sektor lain, sektor ini
memberikan kontribusi yang paling kecil hanya 0,58 persen. Kecilnya kontribusi sektor ini dikarenakan memang
tidak adanya kegiatan pertambangan skala besar.
Berikut gambaran perkembangan pertumbuhan ekonomi kota Bitung dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 10

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bitung

Sumber Data : BPS Kota Bitung

Khusus untuk dana sektor sanitasi pada APBD Kota Bitung sampai dengan tahun 2012 masih
kurang.

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 11

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kota Bitung Tahun 2010 2014

No
A
a.1

Realisasi Anggaran

Pajak daerah
Retribusi daerah

a.1.3

Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan

a.1.4

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Dana bagi hasil

a.2.2

Dana alokasi umum

a.2.3

Dana alokasi khusus

Hibah

a.3.2

Dana darurat

a.3.3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota

a.3.4

Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus

a.3.5

Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya

Rata2
pertumbuhan

Belanja (b1 + b.2)


Belanja Tidak Langsung

b.1.1

Belanja pegawai

b.1.2

Bunga

b.1.3

Subsidi

b.1.4

Hibah

b.1.5

Bantuan sosial

b.1.6

Belanja bagi hasil

b.1.7

Bantuan keuangan

b.1.8

Belanja tidak terduga

b.2

2014

Lain-lain Pendapatan yang Sah

a.3.1

2013

Dana Perimbangan (Transfer)

a.2.1

b.1

Tahun
2012

Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)

a.1.2

a.3

2011

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a.1.1

a.2

2010

Belanja Langsung

b.2.1

Belanja pegawai

b.2.2

Belanja barang dan jasa

b.2.3

Belanja modal

Pembiayaan

Surplus/Defisit Anggaran
Sumber : Realisasi APBD tahun - , diolah

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 12

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kota Bitung Tahun 2010 - 2014
No

Tahun

SKPD
2010

Investasi

1.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Investasi

2.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Kimtaru

3.a

Investasi

3.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Dinkes

4.a

Investasi

4.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Bappeda

5.a

Investasi

5.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Investasi

6.b

operasional/pemeliharaan (OM)
SKPD lainnya (sebutkan)

n.a

Investasi

n.b

operasional/pemeliharaan (OM)

Belanja Sanitasi (1+2+3+n)

Pendanaan investasi sanitasi


Total (1a+2a+3a+na)

10

Pendanaan OM
(1b+2b+3b+nb)

11

Belanja Langsung

12

Proporsi Belanja Sanitasi


Belanja Langsung(8/11)

13

Proporsi Investasi Sanitasi


Total Belanja Sanitasi (9/8)

14

2014

Bapermas

6.a

Rata2 pertumbuhan

2013

KLH

2.a

2012

PU-CK

1.a

2011

Proporsi OM Sanitasi Total


Belanja Sanitasi (10/8)
Sumber :
Keterangan :

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Realisasi APBD tahun 2010 -2014, diolah


investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan,
pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi

Hal - 13

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kota Bitung Tahun 2010 2014
No

Belanja Sanitasi (Rp.)

Uraian

2010

2011

2012

2013

2014

Rata-rata
Pertumbuhan

Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3


+ 1.4 )

1.1 Air Limbah Domestik


1.2 Sampah rumah tangga
1.3 Drainase perkotaan
1.4 PHBS

Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2


+ 2.3 )

2.1 DAK Sanitasi


2.2 DAK Lingkungan Hidup
2.3 DAK Perumahan dan Permukiman

3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi

Bantuan Keuangan Provinsi


untuk Sanitasi

Belanja APBD murni untuk Sanitasi (12-3)


Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD tahun 2010 2014, diolah

Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kota Bitung Tahun 2010 - 2014
No

Deskripsi

Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk

Tahun
2010

2011

2012

2013

2014

Rata-rata

Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)


Sumber : APBD dan BPS, diolah

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 14

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita


No

SKPD

Retribusi Air Limbah

1.a

Realisasi retribusi

1.b

Potensi retribusi

Retribusi Sampah

2.a

Realisasi retribusi

2.b

Potensi retribusi

Retribusi Drainase

3.a

Realisasi retribusi

3.b

Potensi retribusi

Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a)

Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)

Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5)

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


2010

2011

2012

2013

2014

Pertumbuhan
(%)

Sumber :

Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kota Tahun 2010 - 2014


No

Deskripsi

PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.)

Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Tahun
2010

2011

2012

2013

2014

Sumber :

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 15

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


2.4 Tata Ruang Wilayah
Pusat pelayanan kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat
yang melayani wilayah kota dan regional. Pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota ditentukan secara
berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan
sistem, yaitu: pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; sub pusat pelayanan
kota yang melayani sub wilayah kota; dan pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota.
Rencana Pusat Pelayanan di Kota Bitung 20102030 adalah sebagai berikut:
A. Pusat Pelayanan Kota di Kecamatan Lembeh Selatan, Kecamatan Maesa, dan Kecamatan Matuari
Kawasan Pelabuhan Internasional yang berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan (yang akan
dipindah ke Likupang), daerah jasa & perdagangan, kawasan pelabuhan perikanan, pusat kegiatan
industri perikanan & maritim, serta sebagai Pangkalan Angkatan Laut di Kecamatan Lembeh Selatan
dan Kecamatan Maesa.
Kawasan Industri Tanjung Merah di Kecamatan Matuari
Kawasan Terminal Penumpang Tipe A Tangkoko di Kelurahan Manembo-nembo Atas, Kecamatan
Matuari yang juga berfungsi sebagai kawasan Perdagangan & Jasa di Kecamatan Matuari.
B. Sub Pusat Pelayanan Kota di Kecamatan Matuari, Kecamatan Girian, dan Kecamatan Maesa.

Kawasan Pasar Induk di Kecamatan Matuari yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan jasa.

Kawasan perdagangan & jasa di Kecamatan Girian.

Kawasan perkantoran pemerintah di Kecamatan Maesa yang juga berhimpitan dengan kawasan
perdagangan & jasa
C. Pusat Lingkungan
Kawasan pusat lingkungan berupa kantor kecamatan dan kawasan perdagangan & jasa yang lingkup
pelayanannya skala kecamatan atau lingkungan. Pusat Lingkungan di Kota Bitung 2010-2030 terdiri dari 8
(delapan) Pusat Lingkungan yang direncanakan di:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pusat Lingkungan Kecamatan Lembeh Selatan


Pusat Lingkungan Kecamatan Lembeh Utara
Pusat Lingkungan Kecamatan Ranowulu
Pusat Lingkungan Kecamatan Aertembaga
Pusat Lingkungan Kecamatan Madidir
Pusat Lingkungan Kecamatan Girian
Pusat Lingkungan Kecamatan Matuari
Pusat Lingkungan Kecamatan Maesa

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 16

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Peta 2.3 Rencana struktur ruang Kabupaten/Kota (ukuran A3)

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 17

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Peta 2.4 Rencana pola ruang Kabupaten/Kota (ukuran A3)


Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 18

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

2.5 Sosial dan Budaya


1. Fasilitas Pendidikan
Sarana pendidikan di Kota Bitung tersebar di berbagai wilayah Kecamatan yang ada. Sarana pendidikan
tersebut terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, baik yang berupa
sekolah yang berstatus sebagai sekolah negeri ataupun swasta
Tabel 2.11: Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Bitung tahun 2011
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Kecamatan

Umum

Agama

SD

SLTP

SMA

RANOWULU

16

MATUARI

1
3

GIRIAN

MADIDIR

13

MAESA

21

9
2

AERTEMBAGA

14

LEMBEH UTARA

13

LEMBEH SELATAN

12

SMK

MI

MTs

MA

Sumber :: Bitung dalam angka 2012, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bitung

2. Rumah Tangga Miskin


Jumlah Rumah tangga miskin di Kota Bitung lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2.12: Jumlah penduduk miskin per kecamatan

RANOWULU

Jumlah
keluarga
miskin
(KK)
168

MATUARI

525

GIRIAN

319

MADIDIR

620

Nama Kecamatan

MAESA

713

AERTEMBAGA

410

LEMBEH UTARA

139

LEMBEH SELATAN

224

Sumber:: BPS 2013

3. Jumlah Rumah Per Kecamatan


Tabel 2.13: Jumlah rumah per kecamatan

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 19

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara

Nama Kecamatan

Jumlah Rumah

RANOWULU
MATUARI
GIRIAN
MADIDIR
MAESA
AERTEMBAGA
LEMBEH UTARA
LEMBEH SELATAN
Sumber:: BPS 2013

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah


Seiring dengan berjalannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia, maka jalannya roda pemerintahan
sangat bergantung pada potensi sumber daya aparat pemerintah di daerah. Salah satu sumber daya yang
dimaksud adalah banyaknya aparat pemerintah yang bertugas diberbagai lini pemerintahan. Aparat
pemerintah terdiri dari PNS pada pemerintah daerah otonom Kota Bitung maupun yang berstatus PNS pada
instansi vertikal.
1. Tugas dan Fungsi
Sekretaris Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyusun
kebijakan
dan
mengkoordinasikan Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong
Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretaris Daerah mempunyai
fungsi :
 Penyusunan kebijakan pemerintah daerah
 Pengkoordinasian pelaksaan tugas Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Lembaga Lain, Kecamatan dan Kelurahan
 Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintahan Daerah
 Pembinaan administrasi dan aparatur Pemerintahan Daerah
 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa Utara
1. Bupati
2. Wakil Bupati
3. Sekretaris Daerah
4. Asisten Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari :
Bagian Pemerintahan Umum
Bagian KESRA
Bagian Administrasi Kemasyarakatan
5. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari :
Bagian Administrasi Pembangunan
Bagian SDA
Bagian Perekonomian
6. Asisten Administrasi Umum, terdiri dari :
Bagian Hukum
Bagian Organisasi
Bagian Umum
Bagian Perlengkapan
Bagian Humas dan Protokol

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 20

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bitung Prov. Sulawesi Utara


2.7 Komunikasi dan Media

Pokja Sanitasi Kota Bitung

Hal - 21

Anda mungkin juga menyukai