BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah
Karesidenan Banten, Provinsi Jawa Barat, dan terbentuk melalui Undang undang No. 23
Tahun 2000. Pada awalnya, Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu
Kabupaten-kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Serang serta dua kota, yaitu
Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Namun dalam perkembangannya terjadi pemekaran
wilayah, dimana Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang,
sedangkan Kabupaten Tangerang dimekarkan juga menjadi Kabupaten Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat
kabupaten dan empat kota.
Proses pemekaran seperti tergambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Banten
merupakan salah satu provinsi di tanah air yang berkembang secara cepat. Apalagi,
secara geografis Provinsi Banten ber dam ping an deng an Pr ovins i D KI Jak ar t a
( berjarak hanya sekitar 90 km), sehingga pengaruh perkembangan ibu kota terhadap
perkembangan Provinsi Banten tidak dapat dihindari dan provinsi baru ini menjadi salah
satu penyangga (hinterland) perkembangan DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Banten juga
terletak di ujung barat dari Pulau Jawa, sehingga dengan posisi ini Provinsi Banten
menjadi sangat strategis karena menjadi jalur penghubung darat antara Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera. Oleh karena itu, perkembangan wilayah di provinsi ini adalah suatu
keniscayaan yang harus terjadi, oleh sebab itu pembangunan ke depan harus dirancang
dengan konsep ramah lingkungan agar kesejahteraan rakyat dapat dicapai dengan arti
yang sesungguhnya. Salah satu alat untuk mengontrol pembangunan yang berwawasan
lingkungan adalah perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti
yang dituangkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tersebut tahap perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan suatu pranata yang
disebut Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). RPPLH
ini dapat dicapai melalui dua tahapan, yaitu inventarisasi lingkungan hidup dan
penetapan wilayah ekoregion. RPPLH selanjutnya
I-1
LAPORAN AKHIR
Maksud dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah mempunyai data dan informasi
terkait dengan ekoregion provinsi yang akan digunakan sebagai salah satu acuan dasar
dalam penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH).
Adapun tujuan dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah menentukan dan
memetakan bentanglahan (landscape) di provinsi ini menjadi satuan-satuan wilayah
ekologis (ekoregion) yang mempertimbangkan aspek-asdpek litosfir, hidrosfir, biosfir, dan
atmosfir.
1.3.
a.
Manfaat
dapat menjadi satuan analisis untuk penetapan daya dukung dan daya tampung
lingkungan
I-2
LAPORAN AKHIR
b.
menjadi dasar dalam memberikan arah untuk penetapan rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) dan untuk perencanaan pembangunan yang
disesuaikan dengan karakter wilayah provinsi dan wilayah tetangga
c.
lingkungan
hidup
yang
mengandung
persoalan
pemanfaatan,
e.
menjadi acuan pemetaan Ekoregion Kabupaten yang digunakan sebagai dasar untuk
penetapan RPPLH dan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan karakter
ekosistem di setiap kabupaten
1.4.
Referensi Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Undang undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
11.
12.
Kep Men LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemar Air Pada Sumber Air;
13.
14.
15.
Per Men LH No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS);
I-3
LAPORAN AKHIR
16.
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 tahun 2012 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
17.
18.
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030
19.
20.
21.
22.
Peraturan Gubernur Banten Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Gubernur Banten Nomor 18 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Bnaten Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengembangan
Pemanfaatan Air
23.
24.
Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Air
Bawah Tanah
1.5.
2.
1.6.
I-4
LAPORAN AKHIR
bentanglahan (sebagai deliniator ekoregion) yang bersifat statis, yaitu pada kedetilan
skala 1:250.000. Format deskripsi ekoregion yang dibuat mengacu pada Peta Ekoregion
Pulau/Kepulauan dengan isi yang lebih detil lagi sesuai dengan hasil inventarisasi
lingkungan hidup dan hasil kerja lapangan pada saat verifikasi penetapan ekoregion.
Persebaran ekoregion provinsi mengacu pada batas morfologi dan morfogenesis yang
baru (sebagai satuan pemetaan) untuk diintegrasikan dengan peta iklim (isohyet curah
hujan tahunan) dan peta komunitas vegetasi. Selanjutnya peta ekoregion provinsi
disajikan secara kartografis pada skala 1 : 250.000.
1.7.
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang disyaratkan dalam KAK yaitu selama 4
(empat) bulan kalender pada dasarnya dapat dipenuhi oleh Konsultan. Untuk itu
Konsultan akan menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan secara efektif dan efisien.
1.8.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini tenaga ahli yang dibutuhkan adalah yang menguasai
bidang-bidang sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli Geomorfologi-Geologi, Magister (S2) Geomorfologi yang
berpengalaman minimal 6 tahun;
2. Ahli Ekologi, Sarjana S1 Biologi/Teknik Lingkungan yang berpengalaman di bidang
penyusunan ekoregion/pengelolaan lingkungan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun
3. Ahli Pemetaan, minimal Sarjana S1 Geografi yang berpengalaman minimal 4 tahun
4. Ahli Pengembangan Wilayah, minimal Sarjana S1 Perencanaan Wilayah yang
berpengalaman di bidang analisis perencanaan tata ruang wilyah sekurang-kurangnya
4 (empat) tahun, dan mempunyai SKA.
I-5