TINJAUAN UMUM
II-8
2) Menjadi salah satu perusahaan lokal berskala internasional di Indonesia yang
berfokus pada penyediaan bahan baku batubara, yang berwawasan lingkungan
serta peduli terhadap masyarakat sekitar.
b. Misi PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua
1) Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mewujudkan setiap komitmen
kelancaran suplay batubara.
2) Memaksimalkan pendapatan dengan margin yang optimal untuk kelangsungan
kemajuan perusahaan.
3) Berupaya secara berkesinambungan mewujudkan usaha yang paling efektif dan
efisien di bidangnya.
4) Peduli terhadap Safety, Health, Environtment, dan Coorporate Sosial Responbility,
serta Management Security yang baik dalam proses pelaksanaan operasional.
II-8
*Sumber : Dokumentasi Kerja Praktik, 2018
Gambar 2.1
Area Blok Dua Pit Sitarum PT. Binuang Mitra Bersama Blok Dua
2.3. Proses Penambangan
Metode penambangan yang diterapkan di lokasi pengamatan merupakan metode
open pit mining. Material overburden dimuat, diangkut dan kemudian ditimbun pada lokasi
disposal diluar pit (out pit dump) dan lokasi penambangan yang telah selesai (in pit dump)
sedangkan material batubara diangkut ke lokasi ROM (Run of Mine) dan atau stockpile.
Dalam melakukan penambangan batubara, terdapat tahapan yang harus dilakukan.
Tahapan yang dilakukan PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Tanah
Pembukaan tanah yang dimaksud dalam hal ini adalah pengupasan tanah
dan perintisan jalan.
a. Pengupasan Tanah
Setelah dilakukan eksplorasi dan telah ditentukan lokasi penambangan
maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah membersihkan lahan tersebut dari
segala sesuatu yang berada di permukaan lahan tersebut (vegetasi atau bahkan
pemukiman penduduk). Pekerjaan ini sering disebut dengan land clearing.
b. Vegetasi
Dilakukan pembersihan (semak-semak), pohon-pohon dan batuan yang
menghalangi pekerjaan selanjutnya.
2. Penggalian Tanah Penutup dan Batubara
Dalam melakukan kegiatan pemberaian material lapisan penutup, PT. Binuang
Mitra Bersama Blok Dua menggunakan metode free digging, dimana lapisan tanah
penutup tersebut langsung digali dengan menggunakan alat gali muat dan langsung
diangkut dengan menggunakan alat angkut.
II-8
Metode free digging dipakai dikarenakan material tanah penutup tersebut
adalah material lunak. Kemudian lapisan penutup diangkut ke disposal.
Penggalian batubara dimulai dengan aktivitas coal cleaning yang bertujuan
untuk membersihkan material non batubara sebelum dilakukan penambangan. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kualitas dari batubara yang ditambang. Untuk lapisan
batubara yang keras maka dilakukan penggaruan terlebih dahulu sebelum dilakukan
coal getting. Batubara kemudian dibawa menuju R O M (run of mine) dan atau
stockpile untuk kemudian dilakukan proses pengolahan sebelum di angkut menuju
pelabuhan
3. Penimbunan Lapisan Penutup
Seperti yang telah dijelaskan diatas, top soil merupakan lapisan tanah penutup
yang paling atas. Lapisan tanah ini memiliki kandungan unsur hara (seperti humus)
yang cukup tinggi yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi.
Oleh karena Itu, pada tahap penimbunan, jenis tanah ini dipisahkan dari overburden
maupun interburden karena pada saat penutupan tambang, tanah ini digunakan pada
tahap reklamasi.
Pada tahap penimbunan ini adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Lokasi Penimbunan
Tidak terlalu jauh dari lokasi hauling karena hal ini mempengaruhi cycle
time alat yang kemudian berdampak pada produktivitas.
b. Kestabilan timbunan (ketinggian dan kemiringan)
Material yang ditimbun merupakan material loose dengan void yang besar,
agar tidak terjadi amblasan maupun longsoran maka ketinggian dan kemiringan
harus dibuat dengan berdasarkan dimensi yang sesuai dengan karakteristik
geoteknik material setempat. Untuk itu dimungkinkan pula dilakukan perataan dan
pemadatan timbunan dengan alat-alat khusus.
4. Pengolahan dan penjualan batubara
Batubara dari ROM stock kemudian diangkut menggunakan truk menuju ke
pelabuhan. Pengolahan batubara berupa proses crushing dilakukan pada unit
pengolahan batubara yang berada di pelabuhan. Kegiatan penjualan akan dilakukan di
pelabuhan tersebut.
II-8
ALUR PROSES OPERASI PENAMBANGAN
PT. BINUANG MITRA BERSAMA
II-8
2.6. Stratigrafi Daerah
Secara regional, formasi batuan yang menyusun daerah PT Binuang Mitra Bersama
terdiri dari Formasi Pitap, Formasi Pitanak, Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi
Warukin, Formasi Dahor, dan Formasi Alluvium. Berikut adalah deskripsi dari formasi batuan
yang menyusun daerah IUP PT Binuang Mitra Bersama yaitu sebagai berikut :
a. Formasi Dahor (Tqd)
Formasi ini disusun oleh batupasir kuarsa yang lunak, konglomerat dan batu lempung
lunak, dengan sisipan lignit (5-10cm), kaolin (30-100cm) dan limonit. Formasi ini
terendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi diperkirakan 250 m.
Umurnya diduga Pilo-Plistosen.
b. Formasi Warukin (Tmw)
Perselingan batupasir kuarsa halus-kasar setempat konglomerat (5-30cm) dan
batulempung (3-100cm), dengan sisipan batulempung pasiran dan batubara (20-50cm)
yang terendapkan dalam lingkungan paralik dengan ketebalan diperkirakan 1250m. Fosil
foraminifera yang terkandung dalam batulempung pasiran antara lain Ammonia indica
(Le Roy), Cellanthus sp, Amphistegina sp, Florilus sp, menunjukkan umur nisbi akhir
Mioen Awal-Miosen Tengah.
c. Formasi Berai (Tomb)
Berumur Oligosen Awal sampai Miosen Awal, hubungannya selaras dengan Formasi
Tanjung yang terletak dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di
bagian bawah, batugamping dan napal di bagian atas.
d. Formasi Tanjung (Tet)
Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen, yang diendapkan
pada lingkungan paralis hingga neritik yang ketebalannya 900-1100 meter, terdiri dari
perselingan batupasir kuarsa, batu lempung dan batu lanau sisipan batubara. Bersisipan
juga batu gamping dan ditemukan konglomerat. Hubungannya tidak selaras dengan batu
pra-tersier.
e. Formasi Pitanak (Kvpi)
Lava andesit berwarna kelabu, coklat bila lapuk, porfiritik dengan fenokrisplagioklas,
berumur kapur akhir.
f. Formasi Pitap (Ksp)
Merupakan batuan tertua di daerah ini tersusun dari perselingan batu lempung kersikan
keras dengan batupasir berbutir halus sisipan breksi, konglomerat dan batugamping.
Formasi Pitap mempunyai ketebalan lebih dari 2.500 meter berumur Kapur Awal.
II-8
2.7. Struktur Geologi
Struktur geologi yang paling dominan pada lokasi pengamatan adalah struktur
sinklin dan anticlin dimana tambang yang sudah dibuka sampai saat ini merupakan bagian
dari sayap sinklin tersebut dengan pusat sinklin berada di arah barat-laut highwall yang
sudah terbentuk. Trend dari sumbu sinklin tersebut relatif berarah barat daya–timur laut,
dengan kemiringan lapisan (dip) berada pada kisaran 30°- 90°.
Parameter Nilai
Fixed Carbon 37,56% ar
Ash Content 3,30% ar
Total Sulfur 0,11% daf
Total Moisture 34,78% ar
Vollatile Matter 41,11% ar
Caloric Value 4317,84 Kcal/kg
*Sumber
: Dept. Engineering PT. Binuang Mitra Bersama
II-8