4.1.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ini, sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengaruh-pengaruh struktur yang mempengaruhi
kestabilan lubang bukaan pada tambang bawah tanah.
2. Mengetahui cara pengambilan data untuk menangani baji pada tambang bawah
tanah.
3. Dapat mengolah data yang diambil baik secara manual maupun dengan
menggunakan Unwedge Software dan Dips Software untuk desain baji pada
tambang bawah tanah.
4.2.
Dasar Teori
4.2.1. Pengaruh Struktur Terhadap Kestabilan Lubang Bukaan Tambang Bawah
Tanah
Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan
tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus
terutama atas dua hal, yaitu keselamatan pekerja dan keselamatan peralatan yang
terdapat di dalam tambang. Disamping itu, akibat dari kondisi yang lemah pada
badan bijih sehingga menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh, dapat
mengakibatkan keuntungan dari operasi penambangan mungkin akan berkurang
jika terjadi failure pada batuan di sekitar stope pada saat proses penambangan.
Untuk mengatasi hal-hal seperti di atas, dibutuhkan pengetahuan mengenai
penyebab ketidakstabilan dan merencanakan ukuran yang sesuai sehingga akan
mengurangi atau menghilangkan segala macam permasalahan yang mungkin
timbul pada proses penambangan bawah tanah.
Di bawah permukaan bumi terdapat tegangan yaitu tegangan vertikal dan
tegangan horizontal. Jika bawah permukaan di lakukan penggalian untuk
terowongan, maka terjadi gangguan pada tegangan tersebut sehingga terjadi
perpindahan (deformasi). Jika proses deformasi pada terowongan semakin besar,
maka besar kemungkinan terowongan atau lubang bukaan tersebut runtuh. Jika
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-1
Gambar 4.1.
Tegangan Vertikal
Gambar 4.2.
Tegangan Horizontal
Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan suatu
lubang bukaan antara lain :
a.
Penyebaran batuan
b.
Struktur geologi
c.
Morfologi
d.
Tingkat pelapukan
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-2
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-3
Gambar 4.3.
Falling Wedge
Gambar 4.4.
Sliding Wedge
4.2.3. Proyeksi Stereografis
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-4
bidang
dan
garis,
sehingga
hanya
memiliki
kemampuan
untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri (besaran arah dan sudut)
saja.
Sedangkan menurut Coxeter (1969), proyeksi stereografis adalah sebuah
proyeksi yang memproyeksikan poin pada permukaan bola dari lingkup kutub utara
ke titik dalam bidang bersinggungan dengan kutub selatan dalam proyeksi yang
memproyeksikan bola ke sebuah bidang datar. Proyeksi didefinisikan pada seluruh
wilayah, kecuali pada satu titik-titik proyeksi. Secara intuitif, proyeksi stereografis
adalah cara membayangkan bola sebagai bidang datar, dengan beberapa aturan
yang harus diikuti. Dalam prakteknya, proyeksi dilakukan oleh komputer atau
dengan tangan menggunakan kertas grafik jenis khusus yang disebut stereonet.
Macam-macam proyeksi stereografis, sebagai berikut :
a. Wulf Net
Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan
bola ke bidang proyeksi pada suatu titik zenith yang terletak pada sumbu vertikal
melalui pusat bola bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan
digambarkan semakin rapat ke arah pusat.
Gambar 4.5.
Wulf Net
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-5
Gambar 4.6.
Schmidt Net
c. Polar Net
Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagai suatu
titik. Stereogram dari proyeksi kutub ini adalah Polar Net atau Billings Net. Polar Net
ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila ingin mendapatkan
proyeksi bidang dari suatu titik pada Polar Net, harus menggunakan Schmidt Net..
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-6
Gambar 4.7.
Polar Net
d. Orthogonal Projection (Orthographic Net)
Ortografis berasal dari bahasa Yunani, yaitu orthos, berarti lurus atau tegak
lurus dan graphikus yamg berarti menulis atau menggambar dengan garis. Ciri
proyeksi ortografis adalah semua garis proyeksi sejajar terhadap satu sama lain dan
tegak lurus terhadap bidang pada saat benda tersebut diproyeksikan.
Gambar 4.8.
Orthographic Net
Metode proyeksi ortografis digambarkan pada perbedaan objek gambar
berupa tampak depan, tampak samping dan tampak atas disusun secara sistematis
pada kertas gambar untuk memberikan informasi yang penting. Proyeksi
Orthographic diperoleh apabila sinar proyeksi tegak lurus dengan bidang proyeksi.
(Anonim, 2016)
Tahapan penggambaran longsoran baji dengan menggunakan proyeksi
stereografis, sebagai berikut :
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-7
Gambar 4.9.
Penggambaran Orientasi Kekar pada Wulf Net
d. Setelah itu ulangi langkah penggambaran pada kekar 2 dan 3 hingga
membentuk perpotongan 3 buah kekar.
Gambar 4.10.
Penggambaran Orientasi 3 Kekar yang Berpotongan
e. Setelah itu tarik arah orientasi terowongan yang telah diketahui hingga ke
bawah gambar stereografis. Bentuk terowongan sesuai dengan lebar yang telah
diketahui, kemudian tarik garis lurus yang berpotongan pada tiap bidang kekar
hingga membentuk pola baji pada terowongan di bawah gambar stereografis.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-8
f.
Gambar 4.11.
Penampang Lubang Bukaan dengan Baji
Jika gambar telah terbentuk maka hal yang diperlukan selanjutnya adalah
mengukur plunge setiap bidang kekar dengan menempelkan garis plunge ke E
dan hitung seperti menentukan dip, kemudian dimensi baji yang terbentuk pada
terowongan baik panjang maupun sudut yang dibentuk. Setelah itu data dapat
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan persamaan yang sesuai
untuk longsoran baji.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-9
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-10
Gambar 4.12.
Membuka Aplikasi Rocscience Unwedge
b. Klik menu Opening > Add Opening Section, untuk membuka lembar kerja baru.
Input data bentuk tunnel dengan sistem (X,Y) yaitu (0,0), (2.25,0), (2.25,2),
(0,2), (0,0) di pojok kanan bawah secara berurutan, dengan diketahui lebar
2,25 meter dengan tinggi 2 meter.
Gambar 4.13.
Input Data Dimensi Terowongan
c. Tampak dimensi tunnel dengan lebar sebesar 2,25 meter dan tinggi 2 meter.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-11
Gambar 4.14.
Dimensi Terowongan
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-12
Gambar 4.15.
Input Data Arah Terowongan dan Kekar
g. Klik menu View > Select View > pilih Stereonet, untuk menampilkan bentuk
stereonetnya dari hasil kekar serta orientasi terowongan.
Gambar 4.16.
Stereonet pada Rocsciene Unwedge
h. Klik menu Support > Switch to Perimeter Support Designer, untuk menampilkan
bentuk terowongan dan baji dengan perimeter supportdesigner.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-13
i.
Gambar 4.17.
Perimeter Support Designer
Kemudian klik Wedge Visibility pilih Roof, dimana pengaturan ini sebagai
penempatan posisi dari baji tersebut.
Gambar 4.18.
Wedge Vasibility
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-14
Klik menu Support > Bolt Properties, untuk mengatur bolt. Kemudian pada
Type, pilih Mechanically Anchored, dan klik OK.
Gambar 4.19.
Type Bolt Mechanically Anchored
k. Klik menu Support > Add Bolt Pattern, perlu menambahkan support bolt pada
baji. Atur Bolt Lenght dan Pattern Spacing masing-masing sebesar 1 meter,
dimana pada keterangan di bawahnya diketahui tinggi maksimum dari bajinya
sebesar 0,75 meter dan klik Ok.
l.
Gambar 4.20.
Bolt Setting
Kemudian double klik pada puncak baji, maka akan menampilkan bolt yang
terpasang pada baji tersebut.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-15
Gambar 4.21.
Bolt pada Terowongan dan Baji
m. Klik Tools 3D Wedge View untuk menampilkan terowongan serta baji secara
dimensi.
Gambar 4.22.
Tampilan 3 Dimensi Terowongan dan Baji
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-16
Gambar 4.23.
Report Unwedge Analysis Information pada Rocscience Unwedge
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-17
Gambar 4.24.
Membuka Aplikasi Rocscience Dips
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-18
Gambar 4.25.
Membuka Lembar Kerja Baru Rocscience Dips
c. Selanjutnya pada lembar kerja baru isi data dip dan dip direction sesuai data
yang diperoleh.
Gambar 4.26.
Input Data Dip dan Dip Direction
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-19
Gambar 4.27.
Contour Plot
e. Klik menu Select > Add Plane.
Gambar 4.28.
Add Plane
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-20
Gambar 4.29.
Add Plane pada Contour Plot
g. Kemudian klik menu View > Major Planes Plot untuk menampilkan hasil dari
add plane dari kontur tersebut.
Gambar 4.30.
Major Planes Plot
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-21
Gambar 4.31.
Add Line
Gambar 4.32.
Stereografis pada Rocscience Dips
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-22
4.3.
Gambar 4.33.
Kompas Geologi
2) Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur dimensi dari terowongan berupa lebar,
panjang dan tinggi dari terowongan tersebut.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-23
Gambar 4.34.
Meteran
3) Alat Tulis
Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data hasil pengamatan dan hal
yang terkait dalam memperoleh data tersebut.
Gambar 4.35.
Alat Tulis
4) Clipboard
Clipboard digunakan sebagai alat bantu dalam pengukuran kedudukan
bidang kekar pada lubang bukaan tambang bawah tanah.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-24
Gambar 4.36.
Clipboard
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-25
Gambar 4.37.
Simulasi Tambang Bawah Tanah
6) Safety Tools
Safety Tools digunakan untuk melindungi diri pada saat praktikum dari
kemungkinan bahaya yang terjadi pada tambang bawah tanah.
Gambar 4.38.
Safety Tools
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-26
Gambar 4.39.
Laptop
8) Rapido 1 Set
Rapido 1 Set digunakan sebagai alat gambar dalam penggambaran baji
secara manual pada kalkir dari data yang diperoleh pada lubang bukaan tambang
bawah tanah.
Gambar 4.40.
Rapido 1 Set
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-27
Gambar 4.41.
Software Rocscience Unwedge
2) Software Rocscience Dips
Software Rocscience Dips digunakan untuk menggambarkan stereonet dari
data yang diperoleh pada lubang bukaan tambang bawah tanah.
Gambar 4.42.
Software Rocscience Dips
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-28
Gambar 4.43.
Kertas Kalkir
4) Wulf Net
Wulf Net digunakan untuk acuan dalam penggambaran stereonet secara
manual dari data yang diperoleh pada lubang bukaan tambang bawah tanah.
Gambar 4.44.
Wulf Net
5)
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-29
Mengukur dip direction dan dip dari struktur bidang kekar yang berada di roof
pada lubang bukaan tambang bawah tanah, pengukuran ini dilakukan pada tiap
struktur bidang kekar yang berbentuk baji.
g. Pengolahan data dari hasil data yang diperoleh secara penggambaran manual,
menggunakan software rocscience unwedge dan rocscience dips.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-30
4.4.
Pengolahan Data
4.4.1. Pengerjaan Menggunakan Perhitungan Manual
Adapun data dalam pengerjaan perhitungan manual dapat dilihat pada tabel,
sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Data Pengerjaan Perhitungan Secara Manual
Kekar
Densitas
Batuan
Lebar
Terowongan
Tinggi
Terowongan
Trend
Plunge
1
2
2,70 t/m3
Khairi Ramdhani
H1C113061
2,25 m
2,00 m
N 265O E
0O
Dip
Direction
Dip
N 85O E
71O
N 295O E
58O
N 224O E
63O
IV-31
PROYEKSI STEREOGRAFIS
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-32
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-33
: 2,70 ton/m3
Trend Tunnel
: N 265O E
: 2,25 meter
: 2,00 meter
: 40O
bc
: 31O
ac
: 109O
ab
: 29O
bc
: 39O
ac
: 55O
ab
bc
ac
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-34
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-35
Lebar
Terowongan
Tinggi
Terowongan
Trend
Plunge
1
2
2,25 m
2,00 m
N 265O E
0O
Dip
Direction
Dip
N 85O E
71O
N 295O E
58O
N 224O E
63O
Gambar 4.46.
Hasil Pengolahan Data Proyeksi Stereonet dengan Unwedge Software
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-36
Gambar 4.47.
3 Dimensi Wedge pada Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanah
Gambar 4.48.
3 Dimensi Wedge dengan Rockbolt pada Lubang Bukaan
Tambang Bawah Tanah
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-37
Gambar 4.49.
Tampak Samping Wedge dengan Rockbolt pada Lubang Bukaan
Tambang Bawah Tanah
Gambar 4.50.
Tampak Atas Wedge dengan Rockbolt pada Lubang Bukaan
Tambang Bawah Tanah
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-38
Gambar 4.51.
Tampak Depan Wedge dengan Rockbolt pada Lubang Bukaan
Tambang Bawah Tanah
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-39
Khairi Ramdhani
H1C113061
Kekar
Trend
Tunnel
Plunge
Tunnel
Dip
Direction
Dip
N 265O E
0O
N 85O E
71O
IV-40
N 295O E
58O
N 224O E
63O
Gambar 4.52.
Hasil Pengolahan Data Kontur Struktur Bidang Kekar dengan Dips Software
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-41
Gambar 4.54.
Hasil Pengolahan Data Proyeksi Stereonet dengan Dips Software
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-42
Pembahasan
Potensi ketidakstabilan lubang bukaan pada tambang bawah tanah yang
terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan
selalu membutuhkan penanganan khusus. Disamping itu, akibat dari kondisi yang
lemah pada badan bijih sehingga menyebabkan batuan samping berpotensi runtuh,
maka dibutuhkan pengetahuan mengenai ketidakstabilan dan merencanakan
ukuran yang sesuai sehingga akan mengurangi atau menghilangkan segala macam
permasalahan yang mungkin timbul pada lubang bukaan tambang bawah tanah.
Pada perbandingan data pengolahan data secara manual dan dengan cara
pengolahan menggunakan software unwedge. Perhitungan secara manual memakai
rumus-rumus dari yang sudah ada sebelumnya. Dari hasil kegiatan pengukuran
yang dilakukan pada area simulasi tambang bawah tanah, data yang didapat data
lubang bukaan berupa lebar span, tinggi span, trend (arah terowongan), plunge dan
juga data kekar berupa dip dan dip direction. Pada pengerjaan perhitungan manual,
data-data yang didapat tadi diproyeksikan pada media wulf net (proyeksi
stereografis) sampai membentuk segitiga baji dan baji tersebut dipindahkan ke
gambar desain lubang bukaan tambang bawah tanah untuk selanjutnya diukur
panjang masing-masing garis dan sudut yang membentuk baji tersebut. Data yang
digunakan untuk menenentukan luas alas (AF) adalah panjang garis yang berada
pada desain lubang bukaan, yaitu panjang garis a (a), panjang garis b (b), panjang
garis c (c), dan sudut yang berada pada proyeksi wulf net (proyeksi stereografis)
dibentuk oleh pertemuan garis a dan b ( ab), sudut pertemuan garis b dan c (
bc), dan sudut pertemuan garis a dan c ( ac). Data yang digunakan untuk
menentukan tinggi baji (h) adalah panjang garis yang berada pada desain lubang
bukaan dan dibuat ditengah baji yang melambangkan garis tengah antara 2 garis,
yaitu panjang garis ab (ab), panjang garis bc (bc), panjang garis ac (c), dan sudut
yang berada pada desain lubang bukaan dibentuk oleh pertemuan garis a dan b (
ab), dibentuk oleh pertemuan garis b dan c ( bc), dan dibentuk oleh
pertemuan garis a dan c ( ac). Data yang digunakan dalam menentukan berat
spesifik baji ( ) adalah densitas batuan ( ) dan kecepatan gravitasi (g). Data
yang digunakan untuk menentukan barat baji (W) adalah luas alas (AF), tinggi baji
(h), dan berat spesifik baji ( ). Kemudian data yang sudah didapat di lapangan
dihitung dengan menggunakan rumus dalam perhitungan tersebut, dan dalam
penggambaran dan perhitungannya dibutuhkan ketelitian.
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-43
Khairi Ramdhani
H1C113061
IV-44