Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB IV
BRIKET BATUBARA NONKARBONISASI

4.1.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum pembuatan briket non-karbonisasi,
sebagai berikut :
1. Praktikan mengerti tentang briket batubara non-karbonisasi.
2. Praktikan

mengerti

dan

mampu

melaksanakan

proses

pembuatan briket batubara non-karbonisasi.


3. Praktikan mampu menganalisa fungsi dari campuran bahanbahan dalam pembuatan briket batubara non-karbonisasi.
4.2.

Dasar Teori
Briket batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari
batubara dengan campuran diantaranya batubara, kaolin, kanji,
kapur dan serbuk kayu.
Tujuan utama pembriketan batubara adalah untuk membuat
bahan bakar padat serbaguna dari batubara dengan kemasan dan
komposisi yang lebih baik agar mudah dan nyaman digunakan jika
dibandingkan dengan menggunakan batubara secara langsung.
Untuk memperoleh briket batubara yang baik diperlukan
batubara yang baik pula terutama yang memiliki kandungan sulfur
dan

abu

dihaluskan

rendah.

Bahan-bahan

imbuhan

secara

sendiri-sendiri

sampai

(pencampur)
ukuran

ini

tertentu,

dicampurkan dengan menggunakan pencampur (mixer) mekanis,


untuk kemudian dicetak (cetakan briket).
Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara bubuk
yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu pengangkutan
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-1

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

ternyata sudah banyak dilakukan di beberapa negara. Hal yang


mendorong pemanfaatan briket untuk masyarakat dan industri
kecil di Indonesia antara lain :
1. Potensi batubara di Indonesia yang sangat besar.
2. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana, dengan
investasi sedikit.
3. Batubara yang ada di Indonesia mudah pecah dan berkalori
tinggi.
4. Memanfaatkan batubara bubuk yang tidak dipakai, sehingga
menjadi lebih bermanfaat.
Briket batubara tanpa karbonisasi untuk menghasilkan
produk yang lebih murah namun tetap aman. Bahan baku
batubara untuk briket jenis ini tidak dikarbonisasi sebelum
diproses menjadi briket.
Untuk mengurangi atau menghilangkan zat terbang yang
masih

terkandung

penggunaannya

dalam

harus

briket

batubara

menggunakan

tungku

maka

pada

yang

benar

sehingga menghasilkan pembakaran sempurna dimana seluruh


zat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah
api dipermukaan tungku. Briket ini dianjurkan untuk industri kecil.
(Anonim, 2015)
4.2.1. Definisi Briket Batubara Non-Karbonisasi
Briket

batubara

non-karbonisasi

adalah

briket

batubara yang tidak mengalami dikarbonisasi sebelum


diproses menjadi briket dan harganya pun lebih murah
(Tim Asisten Praktikum Batubara, 2015).
Batubara merupakan mineral organik yang dapat
terbakar dengan mudah. Briket batubara non-karbonisasi
adalah briket batubara dengan tanpa melalui proses
karbonisasi. Terdapat dua macam briket batubara yaitu
briket batubara biomassa dan briket batubara biasa.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-2

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dalam pembuatan briket batubara non-karbonisasi


memerlukan beberapa persiapan, diantaranya berupa
ketersediaan bahan yang mendukung, bahan-bahan yang
perlu dipersiapkan dalam pembuatan briket batubara

non

karbonisasi kali ini adalah batubara dengan kalori

>

5500 kkal/kg sebagai bahan baku utama, kaolin sebagai


penstabil panas pada saat pembakaran, serbuk kayu
sebagai

bahan

mempercepat

campuran

proses

yang

berfungsi

untuk

pembakaran

batubara,

kapur

sebagai campuran tambahan untuk mengurangi bau pada


saat pembakaran briket batubara dan pengikat racun,
serta bahan perekat atau yang dalam hal ini adalah
adonan tepung kanji.
(Anonim, 2015)
4.2.2. Tipe Bentuk Briket Batubara
Terdapat 4 tipe bentuk briket batubara, sebagai
berikut :
a. Tipe Yontan
Tipe Yontan biasanya untuk keperluan rumah
tangga. Briket batubara tipe yontan berbentuk silinder
dengan garis tengah dan mempunyai lubang berbentuk
tabung

searah

memanjang.

Keberadaan

lubang,

tujuannya agar briket batubara mudah terbakar dan


menghasilkan panas maksimum saat pembakaran.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-3

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.1
Sketsa Tipe Yontan
b. Tipe Telur
Tipe telur ini biasanya banyak digunakan untuk
keperluan industri kecil tetapi dipakai juga untuk
keperluan rumah tangga. Tipe telur berbentuk oval,
berukuran panjang 46-48 mm, lebar 32-39 mm, tebal
bagian tengah 20-24 mm. Pada bagian tepi pinggir
dibuat pipih tumpul (tidak meruncing), sehingga mudah
dipindahkan dan mudah dibakar dari bagian pinggir ke
bagian tengah.

Gambar 4.2
Sketsa Tipe Telur

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-4

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

c. Tipe Kubus
Tipe kubus berukuran panjang 120-125 mm
dengan lebar yang sama dan tinggi dengan 75-100
mm dimana pada kedua sisinya berlubang-lubang
dengan diameter 25-50 mm yang jumlahnya beragam.

Gambar 4.3
Sketsa Tipe Kubus
d. Tipe Kenari
Tipe ini hampir sama dengan tipe telur, tetapi
ukurannya lebih besar dibandingkan tipe telur dengan
tinggi 60-80 mm dengan diameter 20-25 mm, sehingga
mudah

dipindahkan

dan

mudah

juga

dalam

pembakarannya.

Gambar 4.4
Sketsa Tipe Kenari
(Sukandarrumidi, 2009)

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-5

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.2.3. Komposisi Briket Batubara Non-Karbonisasi


Adapun komposisi dari briket batubara beserta
fungsinya, sebagai berikut :
a. Batubara, sebagai bahan utama pembuatan briket
batubara.
1) Semakin

tinggi

nilai

kalorinya,

panas

yang

dihasilkan akan semakin tinggi


2) Semakin tinggi nilai kalorinya, pembakaran akan
semakin lama karena unsur zat yang mudah
terbakar (volatile matter) yang dikandungnya akan
semakin sedikit
3) Semakin

banyak

komposisi

batubaranya,

pembakaran yang dihasilkan akan semakin panas


dan semakin lama
4) Semakin

tinggi

nilai

kalorinya

semakin

sulit

menyala, karena kadar volatile matternya akan


semakin sedikit
5) Semakin rendah nilai kalorinya, panas yang
dihasilkan akan semakin berkurang dan lama
pembakaran

akan

semakin

cepat.

Batubara

dengan nilai kalori rendah juga mengandung


banyak air sehingga menyulitkan dalam penyalaan,
berasap dan panas yang berkurang. Solusinya
dengan cara pengeringan (mengurangi kadar air)
dan dengan cara karbonisasi (menaikkan kadar
kalori batubara)

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-6

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Biomassa

(serbuk

kayu),

sebagai

bahan

untuk

mempercepat dan memudahkan proses pembakaran


1) Semakin banyak komposisi biomassa maka briket
akan semakin mudah terbakar dan pencapaian
suhu maksimalnya akan semakin cepat
2) Kelemahannya

semakin

banyak

komposisi

biomassanya, lama pembakaran menjadi semakin


berkurang
3) Biomassa dapat diubah atau diolah menjadi bio
arang, yang merupakan bahan bakar dengan
tingkat nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari
4) Semakin

besar

komposisi

biomassa,

maka

kandungan emisi polutan CO dan polusi HC akan


semakin berkurang.
c. Kaolin, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
pada briket batubara.
1) Jenis kaolin yang dipilih, harus mengandung unsur
kaulinik yaitu unsur yang mempengaruhi kerekatan,
kekerasan dan kekeringan
2) Semakin

banyak

komposisinya,

briket

yang

dihasilkan akan semakin keras


3) Semakin banyak komposisinya, gas CO yang
dihasilkan akan semakin sedikit
4) Dari hasil uji coba untuk ketahanan dan lama
pembakaran, komposisi yang terbaik untuk kaolin
adalah 10%.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-7

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

d. Kanji, sebagai bahan perekat utama dalam briket


batubara.
1) Pemilihan tepung kanji yang baik juga diperlukan
untuk mendapatkan daya rekat yang kuat dan tidak
mudah hancur
2) Pembuatan adonan perekat dari tepung kanji
dengan air juga harus diperhatikan sehingga benarbenar matang dan kental. Setelah adonan jadi
sebaiknya didinginkan terlebih dahulu sehingga
adonan tersebut benar-benar kental dan rekat
e. Kapur (lime), sebagai bahan imbuhan yang digunakan
untuk mengikat racun dan mengurangi bau belerang
pada saat pembakaran.
1) Dari hasil uji coba, komposisi yang terbaik untuk
kapur adalah 1%
2) Komposisi kapur juga perlu diperhatikan, karena
apabila terlalu banyak akan membuat panas
pembakaran briket menjadi berkurang
(Anonim, 2015)
4.2.4. Kelebihan dan Kelemahan dari Briket Batubara
Adapun manfaat dari briket batubara, sebagai
berikut :
a. Lebih murah dan hemat.
b. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik
untuk pembakaran yang lama.
c. Tidak beresiko meledak saat pembakaran.
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga.
e. Dengan sumberdaya batubara yang melimpah.

Ada beberapa kelemahan dari briket batubara,


sebagai berikut :
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-8

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Susahnya dalam penyalaan, solusinya bahan-bahan


briket batubara dalam keadaan kering, memperbesar
komposisi biomassa serbuk kayu dan memilih bahan
baku

batubara

yang

nilai

kalorinya

tinggi

agar

kandungan airnya rendah.


b. Timbulnya asap dan bau saat pembakaran, solusinya
dengan memperbesar komposisi kapur agar tidak
terlalu banyak asap dan mengurangi bau yang timbul
(Anonim, 2015)
4.2.5. Proses Pembakaran Briket Batubara
Urutan tahapan proses pembakaran briket batubara
dalam tungku berlangsung dalam 4 tahapan, yaitu :
a. Tahap pengeringan. Pada tahap ini dimulai dari
memberikan panas pada briket di dalam tungku untuk
menguapkan sejumlah air. Ketika suhu telah mencapai
100 C kandungan air yang terkandung dalam briket
akan menguap (karena suhu didih air adalah 100 C)
dan pada saat itu pula terjadi pengeringan briket.
b. Tahap

pembakaran

zat

terbang.

Dengan

terus

bertambahnya suhu maka zat terbang akan terbakar.


Pada pembakaran zat terbang ini dibutuhkan udara
yang cukup. Zat terbang bercampur dengan oksigen
akan menghasilkan nyala api.
c. Tahap pembakaran karbon padat. Pada tahap ini
panas yang dihasilkan mencapai suhu tertinggi, karena
karbon dan volatile matter (sisa) adalah kandungan
utama yang terbesar dari briket.
d. Pada

tahap

terakhir

dari

pembakaran

briket

menunjukkan sedikit pembakaran sisa karbon dari abu


tersebut. Pada tahap ini pula terjadi penurunan suhu
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-9

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

karena habisnya zat-zat yang terbakar, maka akan


menghasilkan abu pada akhir pembakarannya.
Faktor-faktor yang memengaruhi pembakaran pada
briket batubara
a. Kualitas briket
1) Kadar air
Dengan kadar air (moisture content) yang
terlalu tinggi akan sangat berpengaruh terhadap
pembakaran karena panas yang dihasilkan oleh
briket akan menguapkan air terlebih dahulu. Untuk
setiap 1% kadar air akan kehilangan panas
sebanyak 9,6 kkal/kg.
2) Zat terbang (volatile matter)
Bila zat terbang yang dimiliki semakin tinggi
maka akan semakin baik pembakarannya, lidah api
makin panjang dan pembakaran semakin baik.
3) Karbon tertambat (fixed carbon)
Sebagian besar pembakaran briket adalah
pada tahap pembakaran karbon tertambat ini.
Karbon tertambat akan bereaksi dengan udara (O 2)
dan menghasilkan panas.
4) Belerang (Sulfur)
Walaupun belerang ini dapat terbakar dan
menghasilkan panas, tetapi unsur ini harus sekecil
mungkin,

karena

sulfur

yang

tinggi

dapat

mencemari lingkungan seperti asap dan bau.


b. Kondisi pembakaran
1) Jumlah udara harus mencukupi

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-10

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Dalam reaksi pembakaran jumlah udara


sangat diperlukan untuk melakukan reaksi antara
bahan yang mudah terbakar dengan oksigen.
2) Temperatur ruang pembakaran
Temperatur pembakaran harus tinggi karena
briket merupakan bahan bakar padat sehingga
dalam

penyalaan

temperatur

yang

awal

harus

tinggi

didukung

(penyulut).

oleh

Setelah

mendapatkan panas yang cukup untuk dapat


terbakar maka briket tersebut akan terbakar sendiri.
3) Kontak antara briket dan udara
Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang
sempurna, kontak antara briket dari batu bara
harus dijaga. Jika kontak atau persinggungan
antara

briket

pembakaran

dan
tidak

udara

tidak

bagus

akan

sempurna.

maka

Hal

ini

dipengaruhi oleh lubang-lubang udara pembakaran


dan cara menyusun briket.
4) Desain tungku
Desain

tungku

yang

memengaruhi

pembakaran adalah lubang udara pembakaran.


Dalam pembakaran briket membutuhkan jumlah
udara yang cukup dan kontak persinggungan
antara briket dan udara harus baik.
(Anonim, 2015)
Pembakaran batubara menghasilkan limbah yang
lebih banyak dibandingkan bahan bakar minyak dan gas.
Limbah batubara dapat berupa limbah padat batubara
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-11

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(bottom ash), abu terbang (fly ash) maupun lumpur flue


gas

desulfurization.

Pembakaran

batubara

akan

menghasilkan abu, gas-gas oksida belerang (SO X), oksida


nitrogen (NOX), gas hidrokarbon, karbon monoksida (CO)
dan karbon dioksida (CO2). Adapun penjelasan hasil dari
batubara tersebut adalah :
a. Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran abu
tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu
kamar dengan media air membentuk senyawa yang
bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan
tersebut abu terbang mempunyai prospek untuk
digunakan

berbagai

keperluan

bangunan.

Abu

terbentuk dari perubahan bahan mineral (miniral


matter) karena proses pembakaran.
b. Belerang terdapat pada batubara dengan kadar
bervariasi, jauh di bawah 1% sampai lebih dari 4%.
Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik
dan sebagian belerang pirit menjadi SO2. Sebagian
SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi
menjadi SO3 yang apabila bereaksi dengan uap air
menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya
hujan asam.
c. Oksida Nitrogen umumnya terikat dengan material
organik dalam batubara dan kadarnya kurang dari 2%.
Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi
oksida nitrogen dan disebut NOx. Selain nitrogen dari
batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen dalam

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-12

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

udara pembakaran. Zat nitrogen oksida ini dapat


menyebabkan kerusakan paru-paru.
d. Gas

karbon

monoksida

(CO)

terbentuk

pada

pembakaran tidak sempurna. Gas ini dihasilkan dari


proses

oksidasi

bahan

bakar

yang

tidak

sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak


berbau,

tidak

menyebabkan

iritasi.

Selain

menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan


polutan yang dapat mencemari lingkungan terutama
untuk para pekerja di lingkungan tertutup.
e. Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran
yang sangat tidak sempurna. Asap terutama terdiri dari
partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan
gas-gas hidrokarbon adalah senyawa-senyawa karbon
dan hidrogen hasil pemecahan bahan organik batubara
yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut.
(Anonim, 2015)

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-13

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.3.

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini,
sebagai berikut :
4.3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini, sebagai
berikut :
a. Cetakan Briket
Cetakan briket

digunakan

untuk

mencetak

campuran material yang akan dijadikan briket.

Gambar 4.5
Sketsa Cetakan Briket
b. Sendok
Sendok

digunakan

untuk

memasukkan

campuran bahan briket ke lubang cetakan briket.

Gambar 4.6
Sketsa Sendok

c. Neraca Analitik
Neraca analitik digunakan untuk menimbang
berat material untuk percobaan.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-14

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.7
Sketsa Neraca Analitik
d. Toples
Toples digunakan untuk tempat penyimpanan
bahan-bahan pembuatan briket.

Gambar 4.8
Sketsa Toples

e. Kuas
Kuas

digunakan

untuk

membersihkan

material yang ada di cetakan briket dan juga


untuk memberikan oli pada permukaan cetakan
briket.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-15

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.9
Sketsa Kuas
f. Ember
Ember

digunakan

untuk

wadah

dalam

mencampurkan bahan-bahan briket.

Gambar 4.10
Sketsa Ember
g. Kotak Briket
Kotak briket digunakan untuk menyimpan
hasil cetakan briket batubara yang telah berhasil
dicetak.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-16

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.11
Sketsa Kotak Briket
h. Safety Tools
Safety tools digunakan untuk melindungi dari
bahaya pada saat praktikum

Gambar 4.12
Sketsa Safety Tools

i. Cawan
Cawan digunakan untuk tempat bahan pada
saat menimbang.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-17

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4.13
Sketsa Cawan
4.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini,


sebagai berikut :
a. Batubara 7500 kkal/kg, digunakan sebagai bahan
utama dalam pembuatan briket batubara.
b. Kaolin, digunakan sebagai bahan pengeras dalam
pembentukan briket batubara.
c. Kanji, digunakan sebagai perekat

bahan-bahan

campuran briket batubara.


d. Kapur, digunakan sebagai mengurangi asap dan bau
pembakaran briket batubara.
e. Serbuk kayu, digunakan sebagai

memudahkan

terbakarnya briket batubara.


f. Oli, digunakan untuk permukaan cetakan briket agar
tidak lengket pada saat waktu pencetakan briket
4.4.

batubara.
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan untuk pembuatan briket
batubara, sebagai berikut :

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-18

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batubara dengan
Kalori 7500 kkal/kg

Direduksi dengan palu


Batubara dengan ukuran 5-10 mm
Digerus dengan crusher
Batubara dengan ukuran
3 mm (8 mesh)

Batubara + kaolin + kanji + serbuk kayu + kapur dengan total berat 200 gram
Dicampur dan dicetak
Briket batubara non-karbonisasi

Gambar 4.14
Flowchart Pembuatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
Langkah Kerja :
1. Menyiapkan material untuk briket batubara dengan batubara
kalori + 7500 kkal/kg
2. Batubara digerus dengan

ukuran

5-10

mm

dengan

menggunakan palu
3. Menggerus batubara yang berukuran 5-10 mm dengan
menggunakan crusher sehingga menjadi ukuran + 3 mm.
4. Mencampurkan batubara dengan kaolin, kanji, kapur, dan
serbuk kayu hingga berat totalnya mencapai 200 gram.
5. Mencetak campuran material dengan menggunakan alat
pencetak briket kemudian mengeringkannya.
6. Mengamati dan mencatat:
a. Campuran bahan briket
b. Kekuatan fisik briket
c. Bentuk hasil akhir cetakan

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-19

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.5.

Data Hasil Pengamatan


Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data, sebagai
berikut :
Tabel 4.1.
Data Hasil Pengamatan Briket Batubara Non-Karbonisasi
N
o

Nama
Sampel

Batubar
a (%)

Kaolin
(%)

Kanji
(%)

Kapur
(%)

Serbuk
Kayu (%)

Biasa 1

75%

10%

15%

Biasa 2

75%

12%

13%

Biomassa 1

70%

5%

18%

5%

2%

Biomassa 2

65%

5%

20%

5%

5%

Keterangan
a. Kekuatan
fisik : kompak
b. Permukaan:
kasar
c. Warna :
Hitam
d. Briket
berhasil : 8
e. Briket gagal :
0
a. Kekuatan
fisik : kompak
b. Permukaan:
kasar
c. Warna :
Hitam
d. Briket
berhasil : 8
e. Briket gagal :
0
a. Kekuatan
fisik : kurang
kompak
b. Permukaan :
kasar
c. Warna :
Hitam
Keabu-abuan
d. Briket
berhasil : 7
e. Briket gagal :
1
a. Kekuatan
fisik : kompak
b. Permukaan:
kasar
c. Warna :
Hitam
Kecoklatan
d. Briket
berhasil : 8
e. Briket gagal :
0

4.6.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-20

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.6.

Pengolahan Data
Berikut ini adalah perhitungan yang dalam komposisi campuran
bahan briket batubara, sebagai berikut :
1. Berat total campuran biasa (batubara + kaolin + kanji) = 200 gram
2. Berat total campuran biomassa (batubara + kaolin + kanji + serbuk
kayu + kapur) = 200 gram
Berikut ini adalah data hasil perhitungan campuran dari
komposisi briket batubara non-karbonisasi, yaitu :
1. Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 1
Diketahui : Batubara = 75 %, kaolin = 10 %, kanji = 15 %
Ditanya:

a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran

Penyelesaian :
a.

Berat batubara dalam campuran

75
100

x 200

gram
= 150 gram
b.

Berat kaolin dalam campuran

10
100

x 200 gram

= 20 gram
c.

Berat kanji dalam campuran

15
100

x 200

gram
= 30 gram
2. Briket Batubara Non-Karbonisasi Biasa 2
Diketahui: Batubara = 75 %, kaolin = 12 %, kanji = 13 %
Ditanya:
b.
c.

a. Berat batubara dalam campuran


Berat kaolin dalam campuran
Berat kanji dalam campuran

Penyelesaian :
a.

Berat batubara dalam campuran

75
100

x 200

gram
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-21

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

= 150 gram
b.

Berat kaolin dalam campuran

12
100

x 200 gram

= 24 gram
c. Berat kanji dalam campuran

13
100

x 200 gram

= 26 gram
3. Briket Batubara Non-Karbonisasi Biomassa 1
Diketahui : Batubara = 70 %, kaolin = 5 %, kanji = 18 %,
serbuk kayu = 2%, kapur = 5%.
Ditanya:

a. Berat batubara dalam campuran


b.
c.
d.
e.

Berat kaolin dalam campuran


Berat kanji dalam campuran
Berat serbuk kayu dalam campuran
Berat kapur dalam campuran

Penyelesaian :

a.
campuran

Berat batubara dalam


=

70
100

x 200 gram

= 140 gram

b.
campuran

Berat
=

kaolin
5
100

dalam

x 200 gram

= 10 gram

c.
campuran

Berat
=

kanji

18
100

dalam

x 200 gram

= 36 gram

d.
dalam campuran

Berat
=

serbuk

2
100

kayu

x 200 gram

= 4 gram

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-22

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

e.

Berat

campuran

kapur
5
100

dalam

x 200 gram

= 10 gram
4. Briket Batubara Non-Karbonisasi Biomassa 2
Diketahui : Batubara = 65 %, kaolin = 5 %, kanji = 20 %,
serbuk kayu = 5%, kapur = 5%.
Ditanya:

a. Berat batubara dalam campuran


b. Berat kaolin dalam campuran
c. Berat kanji dalam campuran
d. Berat serbuk kayu dalam campuran
e. Berat kapur dalam campuran

Penyelesaian :
a. Berat batubara dalam campuran

65
100

x 200 gram

= 130 gram
b. Berat kaolin dalam campuran

5
100

x 200 gram

= 10 gram
c. Berat kanji dalam campuran

20
100

x 200 gram

= 40 gram
d. Berat serbuk kayu dalam campuran

5
100

x 200 gram

= 10 gram
e. Berat kapur dalam campuran

5
100

x 200 gram

= 10 gram

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-23

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.7.

Pembahasan
Pembuatan briket batubara, briket terbagi menjadi dua yaitu
briket

karbonisasi dan

briket

non-karbonisasi. Briket non-

karbonisasi adalah briket batubara yang tidak mengalami


dikarbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan harganya
pun lebih merah karena zat terbangnya masih terkandung
dalam briket batubara. Briket ini digunakan

dalam industri

kecil dan keperluan rumah tangga. Pada briket jenis nonkarbonisasi


terbakar

seluruh zat terbang yang muncul dari briket habis

oleh

lidah

api

di

permukaan

tungku. Adapun

campuran yang digunakan dalam pembuatan briket jenis nonkarbonisasi ini adalah batubara, kaolin, kanji, serbuk kayu dan
kapur untuk yang jenis briket batubara biomassa tetapi untuk
briket batubara yang biasa tidak menggunakan serbuk kayu dan
kapur dalam pembuatannya.
Alat-alat yang digunakan yaitu cetakan briket berfungsi
sebagai

tempat pencetakan, neraca digital berfungsi untuk

menimbang berat masing-masing bahan briket batubara, sendok


berfungsi untuk memindahkan campuran bahan briket ke lubang
cetakan briket, ember berfungsi sebagai wadah pencampuran
bahan-bahan briket batubara, safety tools berfungsi sebagai alat
pelindung diri, kotak briket berfungsi untuk menyimpan briket yang
telah dicetak, dan alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil
percobaan yang dilakukan.
Komposisi untuk briket batubara non-karbonisasi biasa 1
yaitu, batubara sebesar 75% atau seberat 150 gram, kaolin
sebesar 10% atau seberat 20 gram dan kanji sebesar 15% atau
seberat 30 gram. Dimasukkan ke dalam ember kemudian
dicampur semua bahan tadi menggunakan tangan, proses
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-24

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

pencampuran tersebut dilakukan hingga kanji merata ke seluruh


bagian material.

Bahan yang telah tercampur dimasukkan ke

lubang cetakan briket menggunakan sendok dan dibagi secara


merata. Dilanjutkan dengan dicetak menggunakan alat cetakan
briket. Hasil cetakan briket tersebut dikeringkan dan disimpan
pada kotak briket. Hasil briket batubara non-karbonisasi biasa 1
hasilnya kompak semua, permukaan kasar, warna briket hitam,
briket yang berhasil dicetak berjumlah 8 dan briket yang gagal 0.
Komposisi untuk briket batubara non-karbonisasi biasa 2
yaitu, batubara sebesar 75% atau seberat 150 gram, kaolin
sebesar 12% atau seberat 24 gram dan kanji sebesar 13% atau
seberat 26 gram. Hasil briket batubara non-karbonisasi yang biasa
2 hasilnya kompak semua, permukaan kasar, warna briket hitam,
briket yang berhasil dicetak berjumlah 8 dan briket yang gagal 0.
Meskipun komposisi kanjinya sedikit dibanding biasa 1 hasilnya
tetap kompak, dikarenakan dengan kanji 13% atau seberat 26
gram itu mampu mengikat bahan yang lainnya dan juga
dikarenakan pencampuran yang dilakukan secara merata.
Komposisi untuk briket batubara non-karbonisasi biomassa
1 yaitu, batubara sebesar 70% atau seberat 140 gram, kaolin
sebesar

5% atau seberat 10 gram, kanji sebesar 18% atau

seberat 36 gram, serbuk kayu sebesar 2% atau seberat 4 gram,


dan kapur sebesar 5% atau seberat 10 gram. Dimasukkan ke
dalam

ember

kemudian

dicampur

semua

bahan

tadi

menggunakan tangan, proses pencampuran tersebut dilakukan


hingga kanji merata ke seluruh bagian material. Bahan yang telah
tercampur dimasukkan ke lubang cetakan briket menggunakan
sendok dan dibagi secara merata. Dilanjutkan dengan dicetak
menggunakan alat cetakan briket. Hasil cetakan briket tersebut
Khairi Ramdhani
H1C113061

4-25

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dikeringkan dan disimpan pada kotak briket. Hasil briket batubara


non-karbonisasi biomassa 1 hasilnya kurang kompak, permukaan
kasar, warna briket hitam keabu-abuan, briket yang berhasil
dicetak berjumlah 7 dan briket yang gagal 1. Faktor yang
menyebabkan tidak kompaknya briket dan ada beberapa briket
yang gagal dikarenakan faktor kurang meratanya dalam proses
pencampuran bahan-bahan tersebut, kemudian saat mencetak
dengan alat cetakan briket permukaan isian bahan briket kurang
dioleskan oli sehingga bagian atas atau bawah briket masih
menempel pada bidang cetakan briket.
Komposisi untuk briket batubara non-karbonisasi biomassa
2 yaitu, batubara sebesar 70% atau seberat 140 gram, kaolin
sebesar

5% atau seberat 10 gram, kanji sebesar 18% atau

seberat 36 gram, serbuk kayu sebesar 2% atau seberat 4 gram,


dan kapur sebesar 5% atau seberat 10 gram. Hasil briket
batubara

non-karbonisasi

biomassa

hasilnya

kompak,

permukaan kasar, warna briket hitam kecoklatan, briket yang


berhasil dicetak berjumlah 8 dan briket yang gagal 0. Untuk
biomassa 2 ini terlihat agak kecoklatan dikarenakan komposisi
serbuk kayunya yang lebih banyak dibandingkan komposisi
serbuk kayu biomassa 1, tetapi untuk pembakaran yang lebih
cepat tentu dengan serbuk kayu yang banyak akan lebih cepat
memicu pembakaran api briket batubara tersebut.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-26

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

4.8.

Penutup
4.8.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum briket batubata nonkarbonisasi ini sebagai berikut :
a. Briket batubara non-karbonisasi adalah briket batubara
yang tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi briket dan harganya pun lebih murah karena zat
terbangnya masih terkandung dalam briket batubara
b. Briket batubara non-karbonisasi yang baik adalah briket
batubara non-karbonisasi biasa 1 dengan komposisi
batubara 70%, kanji 15% dan kaolin 10%. Dengan hasil
cetakan yang kompak, berhasil 8 briket dan gagal 0 briket.
c. Briket batubara non-karbonisasi yang kurang baik adalah
briket batubara

non-karbonisasi biomassa

1 dengan

komposisi batubara 70%, kanji 18%, kaolin 5%, serbuk


kayu 2% dan kapur 5%. Dengan hasil cetakan yang kurang
kompak, berhasil 7 briket dan gagal 1 briket.
d. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam

pembuatan briket batubara yaitu ukuran butir, tekanan


mesin pencetak pada saat pencetakan dan kadar air
yang terkandung dalam batubara.
4.8.2. Saran
Adapun

saran

untuk

praktikum

briket

batubara

non-karbonisasi, sebagai berikut :


a.
Sebaiknya praktikan menggunakan safety dengan
lengkap saat praktikum.
b.
Sebaiknya dalam

penggunaan

alat

dapat

dikembalikan seperti semula.


c.
Sebaiknya praktikan dapat mengkoordinasikan
dalam pembagian tugas praktikum ini.

Khairi Ramdhani
H1C113061

4-27

Anda mungkin juga menyukai