Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Denpasar adalah wilayah yang telah berkembang secara dinamis
sehingga mengakibatkan tuntutan kebutuhan ruang yang sangat tinggi, terutama
kebutuhan terhadap lahan untuk bermukim dan kegiatan perkotaan. Kota Denpasar
yang semakin padat tidak dapat memenuhi kebutuhan ruang tersebut sehingga
perkembangan akan menuju wilayah pinggiran kota. Wilayah pinggiran kota adalah
sebuah zona peralihan yang morofologinya mengalami perubahan secara signifikan
akibat perkembangan kota. Beberapa penelitian, jurnal maupun buku tidak
menyebutkan secara eksplisit lokasi wilayah pinggiran kota apakah berada di dalam
ataupun diluar wilayah administrasi kota. Tetapi ruang lingkup wilayah ini masih
dapat diamati berdasarkan wujud fisik wilayahnya seperti pola ruang dan kepadatan
permukiman. Sehingga secara teritorial wilayah pinggiran kota sebagian masuk
kedalam wilayah Kota Denpasar dan sebagian lagi masuk kedalam wilayah
Kabupaten yang berbatasan dengan Kota Denpasar.
Berdasarkan teritorialnya, terdapat daerah yang berbatasan langsung dengan
Kota Denpasar dan mulai terkena dampak dari perkembangan morfologi kota.
Daerah yang berbatasan langsung tersebut salah satunya adalah Desa Batubulan.
Desa Batubulan terletak di timur Kota Denpasar yang secara administratif
merupakan bagian dari daerah Kabupaten Gianyar. Dari beberapa Desa/Kelurahan
yang berbatasan langsung dengan Kota Denpasar, Desa Batubulan merupakan
daerah yang paling nampak peralihan antara lahan kekotaan dan lahan kedesaannya.
Desa Batubulan memiliki pola perkembangan yang unik dimana terdapat jaringan
sungai menjadi batas geografi dengan Kota Denpasar, sehingga perkembangan
morfologi kawasan permukiman dibatasi pula oleh jaringan sungai sehingga
perkembangan yang terjadi cenderung akan menuju arah yang lain. Dari arah barat,
Desa Batubulan terkena dampak dari perkembangan Kota Denpasar akan tetapi dari
arah timur Desa Batubulan berbatasan dengan Desa Batubulan Kangin dan masih

I-1
I-2

bernuansa desa yang didominasi oleh areal persawahan. Selain itu, berdasarkan
Perpres nomor 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan
Sarbagita, menyebutkan bahwa Desa Batubulan ditetapkan sebagai zona
permukiman untuk menopang perkotaan dan wilayah pedesaan disekitarnya.
Sehingga pertimbangan-pertimbangan diataslah yang membuat peneliti memilih
lokasi penelitian di Desa Batubulan.
Fenomena perkembangan morfologi kawasan permukiman di Desa
Batubulan disebabkan oleh faktor spasial, faktor demografi, faktor ekonomi, faktor
infrastruktur, faktor sosial, serta faktor jarak, yaitu semakin jauh jarak sebuah
wilayah dari Kota Denpasar maka pengaruh perkembangan kota akan semakin
kecil. Yoyok Soesatyo (1997) menyatakan bahwa daerah pinggiran kota (urban
fringe) merupakan wilayah yang mengalami perkembangan akibat pemekaran kota
di satu sisi dan intervensi wilayah perdesaan akibat konversi lahan pertanian di sisi
satunya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkembangan morfologi kawasan
permukiman di Desa Batubulan yang semakin padat dan sudah tidak mencerminkan
kawasan permukiman yang berkarakter desa.
Dengan perkembangan morfologi kawasan permukiman yang masif, di
masa depan Desa Batubulan akan mengalami pemadatan kawasan permukiman
sehingga berpengaruh terhadap kepadatan bangunan yang tinggi, munculnya
kawasan kumuh, hingga kemacetan lalu lintas. Johannes (2014) menyatakan bahwa
morfologi kota merupakan ilmu yang mempelajari tentag bentuk sebuah kota.
Sehingga dengan mempelajari bentuk sebuah kota, kita dapat memahami
karakteristik kota dan bagaimana kota itu dapat terbentuk. Dengan dasar pemikiran
terbut maka morfologi kawasan permukiman ialah ilmu yang mempelajari bentuk
dan pola kawasan permukiman di suatu wilayah. Morfologi kawasan permukiman
memiliki tiga komponen dalam mengidentifikasi bentuk fisiknya. Komponen
tersebut ditinjau dari penggunaan lahan untuk mencermati pemanfaatan lahan
kawasan, konektivitas untuk mengamati jaringan penghubung antar kawasan, dan
kepadatan bangunan yang mencermati pusat permukiman di Desa Batubulan.
I-3

Berdasarkan komponen penggunaan lahan, di Desa Batubulan terdapat isu


strategis. Pertama, lahan yang cukup potensial untuk dibangun perumahan baru
mengingat harga tanah yang murah serta jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat
Kota Denpasar. Kedua, terdapat Pasar Desa dan sekolah dasar yang berada di dalam
kawasan perumahan atau di jalan lingkungan sehingga menjadi tarikan pergerakan
yang cukup besar ke dalam kawasan perumahan padat penduduk. Ketiga, terdapat
kompleks perumahan didalam kawasan perumahan padat penduduk, yaitu terdapat
kompleks perumahan Pipit Permai di dalam kawasan perumahan Gang Pipit yang
memiliki kepadatan penduduk tinggi. Dengan mencermati komponen penggunaan
lahan, dapat diketahui rona kawasan serta persentase lahan terbangun dan lahan
tidak terbangun di Desa Batubulan. Selanjutnya dapat dilakukan analisis untuk
mengetahui katalisator atau pusat perkembangan yaitu fungsi bangunan yang
mempengaruhi perkembangan kawasan.
Berdasarkan komponen konektivitas, terdapat 2 faktor yang terjadi akibat
pengaruh jaringan jalan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
(berada di dalam wilayah Desa Batubulan) berupa perkembangan koridor Jalan
Raya Batubulan mengakibatkan peningkatan akses sehingga memicu pertumbuhan
permukiman di sekitarnya, dan akses jalan menjadi konsen utama dalam hal ini.
Faktor eksternal (korelasi Desa Batubulan dengan wilayah luar), dengan fungsi
jalan sebagai kolektor primer Jalan Raya Batubulan memiliki hirarki skema
pelayanan yang membentuk titik simpul. Simpul ini merupakan kegiatan spasial
yang terjadi antara Kota Denpasar dengan Perkotaan Gianyar, sehingga Desa
Batubulan menjadi daerah penyangga yang menghubungkan antara pusat kegiatan
tersebut. Dengan mencermati jaringan jalan, akan dapat diketahui peran akses
terhadap interaksi spasial.
Berdasarkan komponen kepadatan bangunan, Desa Batubulan mulai
mengalami densifikasi atau pemadatan kawasan permukiman. Kepadatan bangunan
ditinjau berdasarkan kondisi perkembangan permukiman dari tahun 2002 -2019
untuk mengetahui arah perkembangan permukiman yang ada di Desa Batubulan.
Dengan mencermati perubahan kebapadan bangunan dari tahun 2002-2019, kita
dapat melihat sebaran kepadatan bangunan sehingga dapat menujukkan kawasan
I-4

yang menjadi kawasan inti berupa pusat pertumbuhan permukiman di Desa


Batubulan serta kawasan yang menjadi penyangga dan kawasan pertumbuhan yang
berperan sebagai pendukung kawasan inti.
Dahal, Benner & Lindquist (2017) menyatakan bahwa morfologi
merupakan bentuk fisik kawasan yang ditinjau dari struktur yang membentuk pola
tertentu dan perkembangan morfologi sangat dipengaruhi oleh interaksi spasial
didalamnya. Pernyataan tersebut, dapat menguatkan asumsi bahwa perkembangan
morfologi kawasan permukiman di Desa Batubulan tidak hanya terjadi karena
pengaruh dari Kota Denpasar tetapi juga karena adanya interaksi spasial didalam
wilayah Desa Batubulan. Emalia, Zulfa dan Farida (2018) dalam jurnalnya
menjelaskan definisi dan ruang lingkup interaksi spasial. Secara garis besar,
interaksi spasial merupakan suatu hubungan timpal balik yang saling berpengaruh
antara dua wilayah atau lebih yang dapat mempengaruhi perubahan morfologi di
wilayah tesebut. Interaksi spasial dalam ranah mikro diartikan sebagai fungsi
sebuah bangunan yang memiliki kaitan dan saling mempengaruhi dengan fungsi
bangunan disekitarnya. Interkasi spasial yang terjadi dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi cepat atau lambatnya perkembangan morfologi di wilayah tersebut.
Sehingga perkembangan morfologi kawasan permukiman di Desa Batubulan tidak
hanya berkaitan dengan bentuk fisik saja melainkan juga terdapat kaitan antara
fungsi bangunan didalamnya.
Sesungguhnya ketiga komponen morfologi kawasan permukiman di Desa
Batubulan yaitu penggunaan lahan, konektivitas dan kepadatan bangunan memiliki
keterkaitan satu sama lainnya sehingga membentuk rona kawasan di Desa
Batubulan. Serta kecepatan perkembangan morfologi di Desa Batubulan sangat
dipengaruhi oleh interaksi spasial yang terjadi didalamnya dan seberapa besar
kaitan antar komponen morfologinya. Atas dasar konsep berpikir tersebutlah maka
akan diketahui bagaimana pengaruh interaksi spasial terhadap perkembangan
morfologi kawasan permukiman di Desa Batubulan.
I-5

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana morfologi kawasan permukiman di Desa Batubulan?

2. Bagaimana pengaruh interaksi spasial terhadap perkembangan morfologi

perumahan dan kawasan permukiman di Desa Batubulan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah :

1. Untuk mengetahui morfologi kawasan permukiman Desa Batubulan.

2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi spasial terhadap perkembangan

morfologi permukiman perdesaan di Desa Batubulan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai referensi atau masukan terkait kenampakan wilayah pinggiran

kota bagi pemerintah, stakeholder, dan dunia akademisi dalam dunia

perencanaan wilayah dan kota.

2. Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai pemaparan

akademis ilmu perencanaan wilayah dan kota tentang wilayah pinggiran

kota. Bahwa sesungguhnya wilayah ini adalah sebuah wilayah yang

sangat berpotensi menunjang kemajuan kota tetapi juga dapat

berdampak merestrukturisasi wilayah desa.

Anda mungkin juga menyukai