Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MORFOLOGI IKAN PATIN


(Pangasius hypopthalmus)
DIPERAIRAN SUNGAI ROKAN
UJUNG TANJUNG
DI
S
U
S
U
N
OLEH

GURU PEMBIMBING:
SANTI AFRIZA,S,P,I
NAMA:
AZNA MEIGIS FADELLA XI IPA2
HELWANI XI IPA 1
BIOLOGI
SMAN 2 TANAH PUTIH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah tentang “Marfologi ikan patin di sungai rokan ujung

tanjung”.Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam

rangka menambahwawasan tentang “Marfologi ikan patin di sungai

rokan ujung tanjung”. Kami juga menyadari bahwa di dalam

makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami

perlukan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpasaran yang

membangun.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun hingga

menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah sederhana

ini dapat dipahami dalam membacanya dan kami mohon maaf

apabila terdapat tutur kata di dalam laporan ini yang kurang

berkenan di hati pembaca.

ujung tanjung, 29 November 2021

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah
satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada
tahap pembenihan maupun pembesaran. Ikan ini memiliki kandungan
protein yang cukup tinggi kadar kolesterol yang relatif rendah serta memiliki
kandungan kalori sehingga ikan ini baik untuk dikonsumsi Ikan patin siam
(Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan ini banyak digemari terutama di luar
pulau Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan. Keistimewaan yang dimilikinya
antara lain saat ukuran kecil dapat digunakan sebagai ikan hias, dan pada
ukuran yang lebih besar lagi (ukuran konsumsi) mempunyai rasa yang khas,
rendah kalori, serta struktur daging yang kenyal dan empuk. Salah satu
keistimewaan ikan patin siam yaitu rendah kalori menjadikan Departemen
Pertanian Amerika Serikat (USDA) menempatkan ikan ini sebagai pilihan bagi
masyarakat yang menginginkan hidup sehat , menyatakan tingkat
keberhasilan dalam pengadaan benih ikan patin siam (Pangasius
hypophthalmus) dipengaruhi oleh proses pengepakan dan pengangkutannya
yang di mulai dari panti benih (hatchery) sampai pada tempat tujuan lokasi
pemeliharaan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengepakan
dan pengangkutan benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) 2
adalah wadah pengangkutan, tingkat kepadatan, suhu pengangkutan dan
lamanya waktu pengangkutan. Keberhasilan transportasi benih ikan patin
siam (Pangasius hypophthalmus), akan mendukung pengembangan kegiatan
budidaya pembesaran ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus),
khususnya dalam mengupayakan keselamatan dan kesehatan benih yang
diangkut dari unit perbenihan sampai ke lokasi budidaya atau pembesaran
ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus). Selanjutnya dijelaskan bahwa
pada usaha budidaya yang semakin berkembang tempat pembenihan dan
pembesaran seringkali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan
benih dari tempat pembenihan memerlukan penanganan khusus agar benih
tetap dalam keadaan hidup sampai di tempat tujuan. Kepadatan ikan yang
diangkut sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan selama
pengangkutan karena semakin padat ikan yang diangkut akan semakin ketat
pula persaingan penggunaan ruangan dan oksigen terlarut. Jumlah benih
yang akan diangkut sebaiknya disesuaikan dengan daya dukung wadah
pengangkutan/kantong tersebut, menyatakan tingkat kepadatan benih ikan
patin siam yang diangkut dari unit pembenihan sampai ke lokasi budidaya
biasanya berumur 21 hari dengan bobot sekitar 0.025 gram dengan
kepadatan 400 ekor untuk setiap kantong. Selanjutnya Tuhuteru (2012)
menyatakan bahwa pengangkutan benih 3 ikan patin siam selama 14 jam,
pada tebar yang efektif adalah padat penebaran sebesar 300 ekor per liter
untuk setiap kantong plastik. Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penulis mengambil judul “Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam
(Pangasius hypophthalmus) dengan Kepadatan Berbeda Yang di Transportasi
dengan Sistem Tertutup ”. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat
kelangsungan hidup benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)
dengan kepadatan berbeda yang di transportasi dengan sistem tertutup. C.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan
hidup benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) dengan kepadatan
berbeda yang di transportasi dengan sistem tertutup. D. Manfaat Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terhadap pengelola
pembenihan tentang tingkat kelangsungan hidup benih ikan patin siam
(Pangasius hypophthalmus) dengan kepadatan berbeda yang ditransportasi
dengan sistem tertutup
II BAB PEMBAHASAN

A.Morfologi IKAN PATIN DI SUNGAI ROKAN UJUNG TANJUNG

Ikan patin (Pangasius hypopthalmus) adalah salah satu ikan asli perairan

sungai rokan.Ikan patin

dulunya adalah nama lokal untuk ikan asli Indonesia yang memiliki nama

ilmiah Pangasius pangasius. Namun, saat ini nama patin secara umum

dipakai untuk memberi nama sebagian besar ikan keluarga

Pangasidae.Untuk Pangasius sutchi diberi nama patin siam dan untuk

Pangasius djambal di beri nama patin djambal. Menurut Bleeker (1846),

kedudukan taksonomi ikan patin djambal adalah sebagai berikut:

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius djambal

Menurut Hernowo (2001),kedudukan taksonomi ikan patin siam

adalah sebagai berikut:

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypophthalmus

Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih

perak dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan patin tidak memiliki

sisik, kepala ikan patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala

agak ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Panjang

tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Sudut mulutnya terdapat dua pasang
kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung memiliki

sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi

di belakangnya , sedangkan jari–jari lunak pada sirip

punggungnya terdapat 6 – 7 buah

Pada permukaan punggung terdapat sirip lemak yang ukurannya

sangat kecil dan sirip ekornya membentuk cagak dengan bentuk simetris.

Sirip duburnya agak panjang dan mempunyai 30 – 33 jari-jari lunak, sirip

perutnya terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat sebuah

jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil dan

memiliki 12 – 13 jari-jari lunak

2. Habitat dan Penyebaran


1 Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di

muara – muara sungai serta danau. Dilihat dari bentuk mulut ikan patin

yang letaknya sedikit agak ke bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang

hidup di dasar perairan. Ikan patin sangat terkenal dan digemari oleh

masyarakat karena daging ikan patin sangat gurih dan lezat untuk

dikonsumsi.

Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nokturnal, yakni

melakukan aktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka

bersembunyi di liang – liang tepi sungai. Benih patin di alam biasanya


bergerombol dan sesekali muncul di permukaan air untuk menghirup

oksigen langsung dari udara pada menjelang fajar. Untuk budidaya ikan

patin, media atau lingkungan yang dibutuhkan tidaklah rumit, karena patin

termasuk golongan ikan yang mampu bertahan pada lingkungan perairan

yang jelek. Walaupun patin dikenal ikan yang mampu hidup pada

lingkungan perairan yang jelek, namun ikan ini lebih menyukai perairan

dengan kondisi perairan baik.

Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air.

Karena air sebagai media tumbuh sehingga harus memenuhi syarat dan

harus diperhatikan kualitas airnya, seperti: suhu, kandungan oksigen

terlarut (DO) dan keasaman (pH). Air yang digunakan dapat membuat ikan

melangsungkan hidupnya.

Air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan patin harus memenuhi


kebutuhan

optimal ikan. Air yang digunakan kualitasnya harus baik. Ada beberapa

faktor yang dijadikan parameter dalam menilai kualitas suatu perairan,

sebagai berikut:

a. Oksigen (O2) terlarut antara 3 – 7 ppm, optimal 5 – 6 ppm.

b. Suhu 25–33oC.

c. pH air 6,5–9,0; optimal 7–8,5.

d. Karbondioksida (CO2) tidak lebih dari 10 ppm

e. Amonia (NH3) dan asam belerang (H2S) tidak lebih dari 0,1 ppm.

f. Kesadahan 3 – 8 dGH (degress of German total Hardness)

Benih patin di alam biasanya bergerombol dan sesekali muncul di

permukaan air untuk menghirup oksigen langsung dari udara pada saat

menjelang fajar. Kebiasaan patin ini di manfaatkan oleh nelayan dan petani

ikan dalam melakukan penangkapan benih. Kemunculan benih patin dalam

jumlah besar biasanya menjelang akhir musim hujan atau sekitar bulan
Maret sampai Mei. Penangkapan benih patin biasanya menggunakan seser

atau jala

3. Kandungan Gizi
ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang cukup dikenal di
perairan sungai rokan, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan patin
banyak dimanfaatkan sebagai bahan

baku dalam pembuatan pempek, nugget, dan produk olahan perikanan

lainnya.Selain rasa dagingnya lezat, ikan patin memiliki beberapa

kelebihan misal ukuran per individunya besar.

Ikan patin memiliki protein yang cukup tinggi yaitu 14,53%. Apabila

dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya protein ikan patin lebih rendah

seperti ikan mas (18,3%), ikan gabus (25,2) dan ikan bawal (18,2%) sedangkan

ikan patin memiliki protein lebih tinggi daripada ikan lais (11,9%) dan ikan

seluang (10%). Ikan patin juga memiliki kadar Omega-3 berkisar

1,16-12,44% (W/W) dan Omega-6 berkisar 12,278-15,961% (W/W). Daging


ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang

cukup tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.


Tabel 1. Komposisi kimia ikan patin per 100 g daging ikan

Komposisi Kimia Presentase (%)

Air 82,22

Protein 14,53

Lemak 5,75

Abu 0,74

4. Kemunduran Mutu Ikan


Proses pembusukan ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzim yang

terdapat dalam tubuh ikan sendiri, aktivitas mikroorganisme, atau proses


oksidasi pada lemak tubuh ikan oleh oksigen dari udara . Aktivitas
mikroorganisme terdapat dalam seluruh lapisan

daging ikan, terutama bagian insang, isi perut, dan kulit (lendir). Aktivitas

mikroorganisme tersebut dibantu enzim. Beberapa enzim pada mulanya

berfungsi sebagai katalisator proses – proses metabolik berubah fungsi

menjadi penghancur jaringan tubuh ikan

Salah satu jenis enzim yang berperan penting dalam proses kemunduran

mutu ikan adalah enzim-enzim pengurai protein (enzim proteolitik) yang

menguraikan protein menjadi pepton, polipeptida, dan asam-asam amino.

Diantara enzim proteolitik tersebut yaitu enzim katepsin.

Katepsin merupakan enzim proteolitik yang terdapat pada jaringan tubuh

ikan. Enzim ini sangat berperan dalam proses pelunakan tekstur daging ikan

akibat degradasi protein miofibril sehingga turut mempercepat proses

kemunduran mutu ikan.

enzim katepsin berhasil diekstraksi dari daging ikan patin diperoleh ekstrak

kasar enzim tersebut memiliki aktivitas sebesar 0,278 U/mL dan aktivitas

spesifik 0,907 U/mg.

B. Diskripsi dan Jenis- Jenis Fermentasi


fermentasi adalah proses

metabolisme yang menghasilkan energi dari gula dan molekul organik lain

serta tidak memerlukan oksigen atau sistem transfer elektron. Fermentasi

menggunakan molekul organik sebagai akhir akseptor elektronnya. Setelah

glukosa diubah menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis, pada

beberapa makhluk hidup seperti bakteri, asam piruvat dapat diubah menjadi

produk fermentasi.

Proses glikolisis menghasilkan ATP dalam jumlah kecil, namun

cukup bagi suplai energi mikroorganisme. Selain proses ATP, proses

glikolisis menghasilkan NADH atau NADPH2. Proses fermentasi harus


mengubah NADH atau NADPH2 menjadi NAD+ atau NADP+ kembali agar

proses glikolisis pada fermentasi terus terjadi

Pengolahan pangan secara fermentasi memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan pengolahan pangan secara fermentasi yaitu proses

pengolahannya sederhana, mudah dan tidak mahal, produk yang

dihasilkan mengandung nilai gizi yang lebih tinggi, serta memiliki cita

rasa yang khas. Sementara itu, produk fermentasi juga memiliki

kekurangan, diantaranya yaitu mutu yang rendah dan tidak stabil.

Rendahnya mutu produk fermentasi terjadi karena proses fermentasinya

tradisional dan berlangsung secara spontan sehingga mutu produk akhir

yang dihasilkan tidak seragam dan kurang baik akibat adanya bakteri

pembusuk dan bakteri patogen yang tumbuh cepat mendahului bakteri

asam laktat.

Fermentasi asam laktat dimulai dengan tahap glikolisis. Fermentasi

asam laktat dilakukan oleh sel otot dan beberapa sel lainnya, serta

beberapa bakteri asam laktat. Pada otot, proses ini dapat menyediakan

energi yang dibutuhkan sevara cepat. Glukosa akan dipecah menjadi 2

molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP dan 2 NADH.

NADH diubah kembali menjadi NAD+ saat pembentukan asam laktat dari

asam piruvat. Bagan fermentasi asam laktat.

Proses fermentasi terjadi dalam keadaan anaerob domana mikroba

pada bahan pangan akan mengubah glukosa menjadi air, CO2 dan energi

(ATP). fermentasi terdiri dari dua jenis

berdasarkan sumber mikroorganismenya, yaitu:

1. Fermentasi spontan, merupakan fermentasi bahan pangan yang tidak

ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi.

2. Fermentasi tidak spontan adalah fermentasi bahan pangan yang


ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk starter atau ragi.

Mikroorganisme tersebut akan mengubah bahan yang difermentasi

menjadi produk yang diinginkan, contohnya pada pembuatan tempe.

Fermentasi juga dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan

bentuk produk yang dihasilkan yaitu fermentasi dengan produk akhir

berbeda dari bahan baku (seperti: silase ikan, terasi ikan dan kecap ikan)

dan fermentasi dengan produk akhir serupa dengan bahan baku seperti

bekasam dan ikan peda. Sementara itu,

menerangkan bahwa proses fermentasi ikan dapat

dibedakan atas empat golongan yaitu:

1. Fermentasi menggunakan kadar garam tinggi, misalnya pembuatan

peda, kecap ikan, terasi, dan bekasam.

2. Fermentasi menggunakan asam-asam organik, misalnya dalam

pembuatan silase ikan menggunakan asam propionat dan asam format.

3. Fermentasi menggunakan asam-asam mineral, misalnya dalam

pembuatan silase ikan menggunakan asam-asam kuat.

4. Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam

pembuatan bekasam dan chaoteri. ada beberapa faktor yang dapat

memengaruhi keberhasilan dari proses fermentasi, yaitu:

1. Keasaman (pH)

Tingkat pH yang baik untuk pertumbuhan bakteri dalam

proses fermentasi adalah 3,5 – 5,5. Makanan yang mengandung

asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya

dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka

daya tahan awet dari asam tersebut akan hilang. Menurut Khalid

(2011), BAL mempunyai pH optimum 5,5 – 5,8


2. Mikroba

Fermentasi dilakukan dengan menggunakan kultur murni

atau starter. Banyaknya mikroba (starter/inokulum) yang

ditambahkan berkisar antara 3–10 % dari volume medium

fermentasi. Penggunaan inokulum yang bervariasi ini dapat

menyebabkan proses fermentasi dan mutu produk akan berubahubah.


Inokulum adalah kultur mikroba yang diinokulasikan ke

dalam medium fermentasi pada saat kultur mikroba tersebut berada

pada fase pertumbuhan eksponensial.

3. Suhu

Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang

dominan selama fermentasi. Setiap mikroorganisme memiliki suhu

pertumbuhan maksimal, minimal dan optimal. Suhu pertumbuhan

optimal adalah suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan

perbanyakan sel tercepat, Suhu optimal

bagi pertumbuhan BAL adalah 10° - 45° C.

19

4. Alkohol

Mikroorganisme yang terkandung dalam ragi tidak tahan

terhadap alkohol dalam kepekatan (kadar) tertentu, kebanyakan

mikroba tidak tahan pada konsentrasi alkohol 12 – 15 %.

5. Lama Fermentasi
Bila suatu sel mikroorganisme diinokulasikan pada medium

nutrien agar, pertumbuhan yang terlihat mula-mula adalah suatu

pembesaran ukuran, volume dan berat sel. Ketika ukurannya telah

mencapai kira-kira dua kali dari besar sel normal, sel tersebut

membelah dan menghasilkan dua sel. Sel-sel tersebut kemudian

tumbuh dan membelah diri menghasilkan empat sel. Selama


kondisi memungkinkan, pertumbuhan dan pembelahan sel

berlangsung terus sampai sejumlah besar populasi sel terbentuk

6. Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik

mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan

mikroba tertentu, ragi yang menghasilkan alkohol dari gula lebih

baik dalam kondisi anaerobik. Setiap mikroba membutuhkan

oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau

membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi.

7.PENGAWETAN

Kapang Negatif Negatif

b. Mikrobiologi 1x105

1x105

TPC per gram maks

E.coli MPN per gram maks 3 CFU 3 CFU

Salmonella* Negatif Negatif

Vibrio cholera* Negatif Negatif

Staphylococcus aureus* 1x103

1x103

c. Kimia 70 70

Air, % bobot/bobot maks

Garam, % bobot/bobot maks 10 10

Keterangan: * jika dibutuhkan

Garam (NaCl) adalah salah satu bahan pengawet yang banyak

digunakan untuk mengawetkan hasil perikanan (Hadiwiyoto, 1993).

Garam bermanfaat untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang

tidak diinginkan dan memberikan cita rasa pada bekasam yang dihasilkan.
Mekanisme pengawetan oleh garam berlangsung melalui penetrasi garam

ke dalam tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan akibat

perbedaan konsentrasi (Adawyah, 2011).

Cairan yang ke luar tersebut akan melarutkan kristal garam dan

partikel garam akan masuk ke dalam tubuh ikan. Partikel garam tersebut

akan menyerap cairan tubuh ikan dan cairan sel bakteri sehingga akan

mengganggu proses metabolisme bakteri. Hal tersebut dapat menyebabkan

bakteri mengalami kekeringan dan bahkan mengalami kematian. Aktivitas


antibakteri pada garam disebabkan oleh

kemempuannya untuk menurunkan ketersediaan air bebas

Proses fermentasi sebaiknya menggunakan garam yang bermutu

baik (garam dengan kandungan NaCl >90%). Secara umum garam terdiri

atas 39,39% Na dan 60,69% Cl, bentuk kristal seperti kubus dan berwarna

putih (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Garam yang baik adalah yang

mengandung sedikit unsur Mg (Magnesium) dan Ca (kalsium). Unsur

tersebut dapat memperlambat penetrasi garam ke dalam tubuh ikan

sehingga terjadi proses pembusukan dan menyebabkan masalah dalam

penyimpanan.

Penggunaan garam sangat menguntungkan, sebab penetrasinya ke

dalam tubuh ikan dapat berlangsung dengan cepat dan merata. Jumlah

garam yang digunakan sekitar 20% agar bekasam yang dihasilkan tidak

terlalu asin. Semakin tinggi konsentrasi garam, semakin tinggi daya

awetnya tetapi ikan menjadi terlalu asin sehingga kurang disukai.


Penggunaan konsentrasi garam yang sesuai akan

mendorong terbentuknya bakteri asam laktat dan menekan pertumbuhan

bakteri yang tidak diinginkan

4. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul


karbon, hidrogen dan oksigen. Sumber

karbohidrat untuk fermentasi terbatas dalam tubuh ikan sehingga

diperlukan tambahan karbohidrat dari luar.

Karbohidrat dalam tubuh ikan kebanyakan berbentuk polisakarida yaitu

glikogen. Pada penelitian ini sumber kabohidrat yaitu

beras.

Beras yang digunakan sebagai sumber kabohidrat mikrobia karena

teksturnya yang tidak lengket. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi

sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagaimana bulir serealia lain,

bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga

mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan

air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat, yaitu amilosa (pati

dengan struktur tidak bercabang) dan amilopektin (pati dengan struktur

bercabang dan cenderung bersifat lengket).

Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat

menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak,

keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin

sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa

melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar- pencar (tidak

berlekatan) dan keras. Kandungan gizi dalam 100 gram

Kandungan gizi dalam 100 gram beras

No Jenis Beras Kandungan Gizi

Air

(%)

Kabohidrat

(%)

Lemak
(%)

Protein

(%)

Lain-lain

(%)

1 Pecah kulit 13 76,2 1,9 7,4 1,5

2 Beras

setengah

giling

12 78,3 1,1 7,6 1

3 Beras

giling

13 78,9 0,7 6,8 0,6

4 Beras

merah,

tumbuk

13 7,6 0,9 7,9 0,6

5 Beras

ketan putih

12 79,4 0,7 6,7 1,2

Sumber : Poedjiadi (1994)

D. Bakteri Asam Laktat

Pangan yang difermentasi memberikan satu atau lebih manfaat

bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu bakteri asam laktat (BAL) yang

bermanfaat untuk menyeimbangkan mikroflora di usus.Bakteri asam laktat


(BAL) didefinisikan sebagai suatu kelompok

bakteri gram positif, tidak menghasilkan spora, sebagian besar bersifat

katalase negative, berbentuk bulat atau batang yang memproduksi asam


laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi

karbohidrat. Morfologi bakteri asam laktat

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bakteri Asam Laktat (BAL)

Semua bakteri asam laktat memerlukan karbohidrat yang dapat

difermentasi sebagai sumber energi. Secara konvensional organisme ini

dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yang pada dasarnya

hanya memproduksi asam laktat (CH3CHOHCOOH) dari karbohidrat

yang dapat difermentasi, dikenal sebagai bakteri asam laktat

homofermentatif. Kelompok yang kedua memproduksi asam asetat

(CH3COOH), etanol (CH3CH2OH), karbondioksida, dan asam laktat dari

karbohidrat yang dapat difermentasi disebut bakteri asam laktat

heterofermentatif

BAL juga menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) karena adanya

oksigen sehingga terjadi reaksi flavoprotein oksidasi atau nicotinamida

adenin hidroxy dinucleotida (NADH) perioksida. H2O2 berasal dari

oxidation sulfhydril disebabkan karena denaturasi dari sejumlah enzim

berasal dari perioksidase membrane lipids sehingga meningkatkan

permeabilitas membran

Karbondioksida (CO2) merupakan hasil dari produk fermentasi

BAL secara heterofermentatif. Mekanismenya adalah CO2 bekerja dalam

suasana anaerob, selanjutnya menghambat kerja enzim dekarboksilase

dalam membran lipid sehingga tidak mempunyai fungsi sebagai

permeabilitas. CO2 dapat menghambat mikroba pembusuk

makanan dan juga mampu menghasilkan bakteri Gram negatif. Ada beberapa
produk yang di hasilkan oleh BAL

Sementara itu, BAL memiliki ketahanan yang berbeda-beda


terhadap stres osmotik akibat konsentrasi garam yang tinggi. BAL

heterofermentatif lebih tahan terhadap kondisi lingkungan dengan tekanan

osmotik tinggi. Ketahanan BAL

yang berbeda-beda tersebut akan memengaruhi total asam laktat yang

dihasilkan. BAL menghasilkan total asam laktat lebih banyak jika tidak

mengalami stres osmotik. Jumlah asam laktat yang dihasilkan akan

memengaruhi pH lingkungan. Menurut Muchtadi dan

, terjadi perbedaan dominasi jenis BAL pada tiap tahapan

fermentasi, BAL yang lebih tahan asam akan mendominasi pada

tahapakhir fermentasi.

BAL memiliki peranan penting dalam pengawetan bahan pangan

dan melawan bakteri patogen melalui senyawa antimikroba. Secara umum

mekanisme kerja dari suatu senyawa antimikroba dapat dilakukan dengan

cara mengganggu atau merusak penyusun dinding sel, bereaksi dengan

membran sel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas seluler,

inaktifasi enzim-enzim esensial, dan destruksi atau inaktifasi fungsi dari

materi genetik

Produksi asam laktat tersebut akan menyebabkan terjadinya

penuruan pH yang juga menyebabkan munculnya rasa asam pada produk.

Asam laktat bersifat antimikrobial terhadap pertumbuhan mikroorganisme

yang tidak tahan asam sehingga berpotensi digunakan sebagai pengawet

alami

Bakteri asam laktat (BAL) adalah salah satu mikroorganisme

utama dalam saluran pencernaan manusia normal. Populasi BAL di dalam

saluran pencernaan manusia dewasa diperkirakan sekitar 109

dari 1012

CFU/ml total populasi bakteri. Populasi BAL umumnya didominasi oleh


Lactobacillius dan Bifidobacteria, yang juga merupakan komponen

mikroorganisme dominan pada saluran pencernaan bayi

E. Peran Asam Organik sebagai Antimikrobia

Produk fermentasi BAL salah satunya adalah asam organik. Asam

organik ini dihasilkan selama proses fermentasi terkait spesies organisme,

gabungan kultur dan kondisi pertumbuhan (Lindgren dan Dobrogosz,

1990). Asam organik mampu menurunkan pH dan berfungsi untuk tidak

memutus beberapa ikatan molekul sehingga memiliki kemampuan

aktivitas mikroba. Lebih lanjut Lindgren dan Dobrogo

melaporkan bahwa penurunan pH mampu menghasilkan minimum

inhibitory concentration (MIC), sehingga asam laktat dapat menghambat

kerja Clostridium tyrobutyricum, E.coli, Enterobacter spdan

Propionibacterium freudenreichii .

Asam organik dalam pangan dapat berfungsi sebagai asidulan atau

pengawet, sementara garamnya atau ester dapat menjadi antimikroba yang

efektif pada pH yang mendekati netral. Asam laktat adalah produk utama

pada pangan hasil fermentasi. Produksi asam pada pangan hasil fermentasi

bergantung pada bakteri asam laktat, terutama jenis Lactococcus,

Streptococcus, Pediococcus, Lactobacillus dan Leuconostoc. Asam

organik dapat berfungsi sebagai asidulan pangan, flavoring dan pengawet

sehingga akan meningkatkan pengawasan terhadap bakteri patogen dan

meningkatkan umur simpan

Mekanisme penghambatan bakteri oleh asam-asam organik

berhubungan dengan keseimbangan asam-basa, penambahan proton dan

produksi oleh energi sel. Keseimbangan asam-basa pada sel mikroba

ditunjukkan dengan pH yang mendekati normal. Interaksi dengan senyawa

kimia akan mengganggu keseimbangan asam-basa dan mengakibatkan


kerusakan sel. Ketersediaan ion-ion logam akan mengganggu

permeabilitas membran, karena membran kurang permeabel terhadap ion

dibandingkan dengan molekul yang tidak bermuatan. Perubahan

permeabilitas membran akan menghasilkan efek ganda, yaitu mengganggu

transpor nutrisi ke dalam sel dan menyebabkan metabolit internal keluar

dari sel

F. Perhitungan Cemaran Mikrobia dengan Metode Angka Lempeng

Total

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba

yang ada pada suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng

Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT

aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan medium padat dengan

hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka

dalam koloni (CFU) per ml/gram. Cara yang digunakan antara lain dengan

cara tuang, cara tetes, dan cara sebar.

Angka lempeng total (ALT) adalah uji mikrobiologi yang

digunakan untuk mengetahui jumlah sel hidup atau colony forming unit

(CFU) yang ada pada makanan khususnya mikrobia mesofilik aerob.

Analisis ALT menggunakan medium plate count agar. Fungsi dari

medium plate count agar adalah sebagai tempat isolasi atau tempat

pertumbuhan mikrobia khususnya mikrobia yang bersifat mesofilik aerob.

G. Total Volatile Base (TVB) sebagai Parameter Mutu dan Kesegaran

Ikan

Menurut Cathra (2010), Total Volatile Base (TVB) atau disebut

juga basa yang mudah menguap terbentuk dalam otot ikan sebagian besar

terdiri dari ammonia, trimethyl amine (TMA) dan dimethyl yang kadarnya

berbeda-beda antara jenis ikan bahkan dalam satu jenis ikan yang sama.
Keadaan dan jumlah kadar TVB tergantung pada mutu kesegaran ikan.

Kemunduran mutu ikan ditandai dengan meningkatnya kadar TVB.

Trimetil amin adalah senyawa organik dengan rumus N(CH3)3, senyawa

ini tidak berwarna, higroskopis dan mudah terbakar. Amina tersier

32

memiliki bau kuat amin, rendah konsentrasi dan ammonia seperti bau pada

konsentrasi yang lebih tinggi.

Trimetil amin (TMA) sering digunakan sebagi indeks kerusakan

ikan laut. Indeks kerusakan untuk ikan air tawar bukan trimetil amin

melainknan ammonia karena jumlah Timetil amin oksida (TMAO) dan

TMA dalam daging ikan air tawar sangat kecil, bahkan sering kali ikan

tersebut tidak mengandung TMAO dan TMA, Total Volatile Base (TVB)
mengukur

senyawa basa yang menguap karena adanya degradasi protein, peptida dan

asam-asam amino oleh aktivitas bakteri. Semua angka TVB mengalami

kenaikan selama penyimpanan.

pengaruh konsentrasi garam

terhadap nilai TVB cenderung mengecil pada konsentrasi garam yang

tinggi.Kesegaran ikan berdasarkan kadar TVB menurut Faber (1965)

sebagai berikut.

1. Ikan sangat segar (TVB <10 mgN/100 g)

2. Ikan segar ( 10 ≤ TVB ≤ 20 mgN/100 g)

3. Ikan masih layak konsumsi (20 ≤ TVB ≤ 30 mgN/100 g)

4. Ikan tidak layak konsumsi ( >30 mgN/100 g)

H. Hipotesis

1. Waktu fermentasi berpengaruh terhadap citarasa Fermentasi wadi ikan

patin Pangasius hypopthalmus


begitu hilang habitat ikan patin yang ada di sungai rokan Pemerintah
Kabupaten Rokan Hilir (Pemkab Rohil) terus berupaya mengembangkan
Kawasan Industri Terpadu dan Perbaikan Iklim Investasi Daerah. Perkebunan
kelapa sawit sebagai salah satu komoditi unggulan daerah terus
dikembangkan dengan menawarkan program pengembangan di sektor hilir
terpadu yang mengakomodir seluruh aktifitas hulu, dengan demikian
diharapkan dapat menghasilkan turunan kepala sawit dengan ragam jenis.

Tak hanya di perkelapasawitan, pembentukan dan penguatan sentra-sentra


produksi non migas lainnya yang berbasis potensi daerah dan masyarakat
akan dikembangkan guna mendukung percepatan pembangunan ekonomi
masyarakat yang berkelanjutan.
Agar terwujudnya kehidupan masyarakat yang sejahtera, Pemkab Rohil terus
melakukan berbagai upaya guna meningkatkan dan mengembangkan
infrastruktur yang bersentuhan lansung dengan seluruh lapisan sehingga
membuka akses akses ekonomi masyarakat
Pembangunan kawasan wisata juga merupakan program Pemkab Rohil,
pemerintah daerah telah membuka akses-akses wisata, seperti penyediaan
sarana trasportasi wisata di bebrapa daerah potensi wisataa. Pengembangan
kawasan wisata berdasarkan potensi wilayah dengan mengedepankan dan
menjaga kelestarian adat dan budaya tempatan.
Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup. Program pendataan ruang dan
lingkungan hidup melalui penyusunan perencanaan pembangunan yang
memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan serta pelaksanaan pengembangan
yang tetap dan konsisten mengacu pada aturan dan perundang-undangan
lingkungan hidup.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, Pemerintah Daerah
menggandeng pihak swasta, dan melibatkan peran serta seluruh masyarakat.
Banyak perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Rohil
menunjukkan sikap kepeduliannya pada pelestarian lingkungan.
Salah satu perusahaan yang sudah menunjukkan sikap kepedulian
lingkungannya adalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Sawit Riau Makmur
(SRM) PMKS Teluk Mega. Perusahaan pengelohan kelapa sawit menjadi CPO
ini ikut mensponsori kegiatan tabur benih ikan ke Sungai Rokan.
Bersama Bupati Rohil H. Suyatno, manajemen PT SRM melakukan penaburan
benih Ikan Patin, Nila, dan Gurami, sebanyak 10.000 ekor ke Sungai Rokan di
Teluk Mega, Kelurahan Sedinginan, Kecamatan Tanah Putih Rokan
Hilir,beberapa waktu yang lalu.
Sebelum ditaburkan ke sungai, 10.000 benih ikan itu, secara simbolis terlebih
dahulu diserahkan kepada Bupati Rohil H.Suyatno, yang kemudian
diserahkan ke masya-rakat lalu ditaburkan ke sungai.
Jon Charles, mewakili PKS SRM dalam sambutanya mengatakan, kegiatan
tabur benih ikan ini, sebagai bentuk kepedulian perusahaan kepada
lingkungan dan masyarakat sekitar, dengan tujuan untuk mengembalikan
kehidupan hayati di sungai Rokan ini, agar tidak punah, dan kembali asri.
“Sebagai Perusahaan pengolah minyak kelapa sawit (CPO), PKS SRM tetap
memperhatikan suaka langka dilingkungan sekitar sungai Rokan, ini suatu
bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat “kata
Charles.
Adapun penaburan benih ikan Patin, ikan Nila, dan Gurami sebanyak 10.000
ekor tersebut, dengan tujuan guna meningkatkan penghasilan tangkapan
nelayan penduduk setempat, Inilah salah satu bentuk kepedulian.
Jon Charles juga menyampaikan, bahwa pabrik PKS SRM sangat welcome
terhadap masyarakat, dan siap bekerja sama dengan sebaik-baiknya.
“Perusahaan siap dijadikan sahabat dan partner bagi masyarakat, terutama
warga Teluk Mega, baik petani dan nelayan. Kami hadir ditengah masyarakat
yang tujuanya adalah, mengangkat status masyarakat sedinginan”, imbuh Jon
Charles.
Sementara itu, Bupati Rohil, H Suyatno memberikan apresiasi terhadap PKS
SRM yang telah perduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, ini
harus ditiru oleh PKS lainnya yang ada di Rokan Hilir.
“Kepedulian seperti harus ditiru oleh PKS lainnya, yang ada di Rohil, Saya
sangat apreasiasi terhadap apa yang dilakukan oleh PKS SRM ini”, ujar
Bupati.
Suyatno mengatakan, banyak laporan dari masyarakat terkait limbah PKS
SRM, yang katanya meresahkan masyarakat. Menyikapi hal itu, dirinya
langsung memanggil pihak perusahaan, setelah dilakukan konfirmasi ulang,
ternyata tidak semua laporan yang meresahkan itu benar adanya.
“Hari ini contohnya, pihak perusahaan peduli dengan lingkungan. Ditaburnya
benih ikan. Kalau ada kekurangan baiknya dikomunikasikan secara arif. Cari
solusi yang tidak merugikan masing-masing pihak, apakah itu masyarakat
ataupun perusahaan.
Keduanya harus menyatu, pada intinya saat ini Perusahaan terbuka atau
welcome dengan masyarakat, apalagi yang dipersoalkan. Saya rasa udah
cukup bagus dari perusahaan. Seraya menghimbau semua PKS yang ada di
Bumi Negeri Seribu Kubah ini, agar memperhartikan masyarakat tempatan,
gandeng tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuka setempat.
“Salurkan Dana CSR, dan perhatikan kampung sekitar, bantu perayaan hari
17 Agustusan, Ciptakan gotong-royong dengan masyarakat, ciptakan hidup
rukun antara perusahaan dengan masya-rakat. Pasti akan berjalan dengan
baik”, pintanya.
Potensi Perikanan
Sejarah dunia mencatat bahwa Bagansiapiapi beberapa tahun yang silam
pernah dijuluki penghasil ikan terbesar didunia setelah Norwegia, namun
potensi perikanan negeri seribu kubah tidak seperti masa lalu, namun masih
tetap ada dan menjadi peluang ekonomi yang sangat menjanjikan jika
dikembangkan.
Sekda Rohil Drs H.Surya Arfan mengatakan bahwa Pemerintah Rokan Hilir
tetap eksis berupaya membuat terobosan program-program perikanan
melalui dinas terkait budidaya perikanan masyarakat nelayan pesisir seperti
halnya sianboi dan pesisir lainnya
“Bagansiapiapi ibukota Rokan hilir dulunya penghasil ikan terbesar didunia,
kini penghasil kerang terbesar diwilayah di Sumatera”tambah Sekda Surya
arfan, Sabtu 6/10/2018 di Pesisir Kecamatan Sinaboi,
Bahkan Kajari Rohil Gaos Wicaksono, SH.MH menyebutkan Potensi Rohil
Sungguh sangat luar biasa dan animo masyarakat dilomba mancing sangatlah
respon positifl terlihat semangat masyarakat membangun lebih baik secara
mandiri mengisikan pembangunan kedepan
Potensi sumber daya alam perikanan Rohil memiliki prosfek kedepan,
mengetahui bahwa Bagansiapiapi dulunya pernah masuk sejarah dunia
tempat penghasilan ikan terbesar di dunia hal tercatat beberapa tahun lalu”
ungkap Gaos
Sebelum nya Bupati Rohil H.Suyatno menyebutkan potensi kerang Rohil
sangat melimpah ruah ini bisa sampai ke terkenal manca negara. Untuk
potensi kerang di Rohil, ia mengaku mulai dari hasil kerang liar, yaitu kerang
bulu, sampai potensi kerang tambak nelayan Rohil semakin menggeliat saat
ini. Sehingga peran pemerintah dalam hal ini pemerintah melalui Dinas
Perikanan melakukan pembinaan terhadap petani kerang.
“Dengan adanya kenduri kerang hari ini, kita ingin bagaimana kerang ini
sampai ke manca negara.bseperti ada indomie rasa kerang. Makanya kerja
sama Indofood sangat diharapkan. Kemarin sudah kita dorong, namun pihak
Indofood tidak bisa hadir di Rohil,” kata Suyatno.
Dengan adanya kerja sama Indofood dengan nelayan lokal, maka hasil kerang
nelayan yang setiap harinya bisa keluar sampai 50 ton perhari ditampung
oleh PT Indofood. Sehingga sudah barang tentu mampu mendongkrak
perekonomian masyarakat yang bergelut di bidang usaha kerang.
“Kerang yang ada di Rohil mereka tampung, petani kerang mampu
mendongkrak ekonominya dengan harga yang luar biasa. Untuk itu, harus
bersama-sama seluruh elemen membangkitkan hasil laut Rohil ini,”
ungkapnya.
Disamping itu bisa dilakukan pembinaan Dinas Perikanan, harapkan seluruh
elemen bisa menjaga potensi kerang di Rohil menjadi ikon yang luar biasa
sehingga mengangkat perekonomian masyarakat. Untuk itu, dengan kondisi
perairan Rokan Hilir yang kerap dijadikan lokasi pencurian kerang oleh
nelayan luar.
“Kita juga harus menjaga. Apalagi adanya maling kerang, di Panipahan itu
terjadi. Orang susah payah turun ke laut enak saja mereka merampas hasil
laut kita. Makanya ada aksi penembakan kemarin itu. Untuk antisipasi
pertama kita melakukan kerja sama dengan pihak kepolisian supaya kondisi
keamanan di laut tetap terjaga,”tukasnya
Rokan Hilir memiliki daya tarik dan keunggulan dilihat dari investasi
perikanan baik perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan hasil perikanan
untuk komoniti perikanan laut, salah satu keunggulannya, Kabupaten Rohil
memiliki wilayah perairan pesisir dan laut yang cukup luas, dan memiliki
sumberdaya manusia yang cukup besar dan dipersiapkan terampil pada
bidang perikanan sesuai aspek perikanan masing-masin, Memiliki fasilitas
produksi yang sudah memadai (baik perikanan tangkap,budidaya kerang, dan
pengolahan hasil perikanan), harga produk perikanan dari Kabupaten Rokan
Hilir dapat bersaing sesuai mutu produk yang dihasilkan, memiliki jaringan
distribusi yang cukup baik.
Pasar lokal yang cukup besar untuk semua aspek komoniti perikanan,
memiliki ketersediaan bahan baku yang tidak jauh dangan pusat pengolahan
dan pemasaran. Terbukanya media sosial membuka jaringan pemasaran
untuk pasar domestik dalam negeri dan luar negeri untuk produk berdaya
saing. Keberadaan jasa pengumpul yang mudah ditemui dalam memasarkan
barang/komoniti perikan.
Pentingnya kebijakan - kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat dan
daerah dalam mendukung pembangunan ekonomi, tentunya menjadi
variabel penting dalam penyusunan potensi dan peluang investasi.
Karena sesungguhnya pemahaman potensi dan peluang investasi tidak saja
hanya potensi alam, potensi tambang dan lainya. Namun kebijakan yang
mendukung juga dapat disebut sebagai potensi dan peluang dalam
implementasi investasi.
Untuk keberhasilan tersebut, Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sejatinya
telah menyusun project proposal potensi investasi unggulan daerah terutama
pada komoditi Perikanan laut.Dalam memberikan informasi yang akurat
mengenai potensi investasi unggulan yang ada di Kabupaten Rokan Hilir
Propinsi Riau tersebut maka disusun perencanaan yang lebih matang.
Sebagai pedoman dan acuan oleh pemerintah pusat maupun kepada Investor
tentunya disertai dengan data yang akurat untuk disajikan guna mendukung
tujuan dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat Kabupaten Rokan
Hilir. (Adv/Syofyan R)
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dari pemberian pakan pelet terhadap
pertumbuhan benih ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) telah
dilakukan
pengamatan dan pengukuran terhadap pertambahan berat badan dan
panjang badan
benih ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus).
1. Data Hasil Penelitian Terhadap Pertambahan Berat Badan Benih Ikan Patin
Siam (Pangasius hypophtalmus).
Berdasarkan hasil pengukuran berat badan awal dan berat badan akhir
benihikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) maka diperoleh data selisih
rata-rata
pertambahan berat badan benihikan patin siam (Pangasius hypophtalmus)
yang dapat
2. Data Hasil Penelitian Terhadap Pertambahan Panjang Badan Benih Ikan
Patin Siam (Pangasius hypophtalmus)
Berdasarkan hasil pengukuran panjang badan awal dan panjang badan akhir
benih ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) maka diperoleh data selisih
rata-rata
pertambahan panjang badan benih ikan patin siam (Pangasius
hypophtalmus) yang
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Data awal dan data akhir selisih rerata
panjang tubuh
benih ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) dapat dilihat pada lampiran
3.disusun berdasarkan rata-rata jumlah
pertambahan panjang badan ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus)
histogram
memperlihatkan bahwa terjadi pertambahan panjang badan benih ikan patin
dari
masing-masing perlakuan. Pertambahan panjang badan ikan patin siam
(Pangasius
hypophtalmus) terjadi mulai dari perlakuan P0 bertambah sebesar 0,1 cm,
kemudian
perlakuan P1 bertambah sebesar 0,15 cm, perlakuan P2 bertambah sebesar
0,183333
cm, dan perlakuan P3 bertambah sebesar 0,266667 cm.
B. Analisis Data Penelitian
1. Berat Badan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophtalmus)
Data hasil analisis varian terhadap berat badan ikan patin siam (Pangasius
hypophtalmus) dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Analisis Varian (ANAVA) Pengaruh Perlakuan Pelet terhadap
Pertambahan Berat Badan Ikan Patin Siam (Pangasius
hypophtalmus)
ANOVA
Berat_Ikan
Jumlah Kuadrat
(JK)
Derajat
Bebas Kuadrat Tengah F hitung Sig.
Perlakuan .093 3 .031 3.733 .028
Gallat .167 20 .008
Total .260 23
menunjukkan bahwa hasil uji Analisis Varian dengan
nilai signifikan sebesar 0,028 jika dilihat dari perbandingan tersebut, artinya
pemberian pakan pelet berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan
berat ikan
patin siam (Pangasius hypophtalmus).
Dari hasil perhitungan dan analisis varian ternyata perlakuan dari pemberian
pakan pelet (P0, P1, P2, dan P3) berpengaruh sangat nyata terhadap
pertumbuhan
berat badan ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) maka pengujian
dilanjutkan
dengan perhitungan uji beda terbesar tergantung dari jumlah koefesien
keragaman
(KK). Jumlah koefesien keragaman adalah 7% yang mana uji lanjut yang
sebaiknya
dipakai untuk melihat perbedaan antar perlakuan adalah Uji Wilayah
Berganda
Duncan (WBD), dikarenakan uji ini dapat dikatakan paling teliti Hasil Uji
Wilayah
Berganda Duncan (WBD) dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD) Pemberian Pakan Pelet
terhadap Berat Ikan Patin Siam (Pangasius hypophtalmus)
Konsentrasi N
Subset for alpha = 0.05
12
P0 6 .0833
P1 6 .1167
P2 6 .1500 .1500
P3 6 .2500
Berdasarkan hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD) yang terdapat pada
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD)
Perlakuan P0 (100% dedak padi) terhadap pertambahan berat badan ikan
patin
berbeda terhadap P1 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), sangat
berbeda
nyata tetapi jika dibandingkan P2 (50% Dedak padi + 50% Tepung kulit
udang), dan
P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), sangat berbeda nyata
terhadap
pertumbuhan berat ikan patin. Perlakuan P2 (50% Dedak padi + 50% Tepung
kulit
udang), jika dibandingkan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang),
sangat
berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat ikan patin.
2. Panjang Badan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophtalmus)
Data hasil analisis varian terhadap panjang badan ikan patin siam (Pangasius
hypophtalmus) dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Analisis Varian (Anava) Pengaruh Perlakuan Pelet terhadap
Pertambahan Panjang Badan Ikan Patin Siam (Pangasius
hypophtalmus)
Panjang_Ikan
Jumlah Kuadrat
(JK)
Derajat
Bebas Kuadrat Tengah F hitung Sig.
Perlakuan .088 3 .029 2.718 .072
Gallat .217 20 .011
Total .305 23
berdasarkan hasil uji Analisis Varian di atas menunjukkan hasil
signifikan sebesar 0.072, jika dilihat dari perbandingan tersebut, artinya
pemberian
pakan pelet berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang badan ikan
patin siam
(Pangasius hypophtalmus).
Dari hasil perhitungan dan analisis varian ternyata perlakuan dari pemberian
pakan pelet (P0, P1, P2, dan P3) berpengaruh nyata terhadap pertambahan
panjang
badan ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) maka pengujian dilanjutkan
dengan
perhitungan uji beda terbesar tergantung dari jumlah koefesien keragaman
(KK).
Jumlah koefesien keragaman adalah 7,6% yang mana uji lanjut yang
sebaiknya
dipakai untuk melihat perbedaan antar perlakuan adalah Uji Wilayah
Berganda
37
Duncan (WBD), dikarenakan uji ini dapat dikatakan paling teliti Hasil Uji
Wilayah
Berganda Duncan (WBD) dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Berdasarkan hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD) yang terdapat pada
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD)
Perlakuan P0 (100% dedak padi) terhadap pertambahan panjang badan ikan
patin
berbeda terhadap P1 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), tidak
berpengaruh nyata tetapi jika dibandingkan P2 (50% Dedak padi + 50%
Tepung kulit
udang), dan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), berbeda nyata
terhadap
pertumbuhan panjang ikan patin. Perlakuan P2 (50% Dedak padi + 50%
Tepung kulit
udang), jika dibandingkan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang),
berbeda
nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan patin.
3. Hasil Pengukuran Suhu, DO, dan Keasaman Air (pH)
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas suhu air, DO, dan keasaman air (pH)
P0 28,16 28,16 28,66 28,16
P1 28 28,16 28,16 28,33 20 - 30°C
P2 28 28 28,33 28,16
P3 28,16 28,16 28 28,16
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.5 menunjukan bahwa kualitas air media ikan
patin di akuarium dalam kondisi baik, dimana dapat dilihat pada suhu awal
penelitian
Hari Pertama 19 Juli 2019 yaitu P0, P1, P2, dan P3, dengan rerata suhu yaitu
28,16,
28, 28, dan 28,160C. Lalu pada Minggu Pertama 26 Juli 2019 yaitu, P0,P1, P2,
dan
P3, dengan rerata suhu 28,16, 28,16, 28, dan 28,160C, Kemudian pada
Minggu kedua
2 Agustus 2019 yaitu P0,P1, P2, dan P3, dengan rerata suhu 28,66, 28,16,
28,33 dan
280C, Kemudian Minggu ketiga 9 Agustus 2019 yaitu P0,P1, P2, dan
P3,dengan
rerata suhu 28,16, 28,33, 28,16, dan 28,160C, Dengan demikian pengukuran
suhu air
berkisar 28 – 28,660C. Hal ini juga sesuai dengan teori Darti dan Iwan, (2006)
sebagai pembanding bahwa suhu yang optimal bagi ikan patin siam
(Pangasius
hypophtalmus) yaitu 20 –30oC.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.6 menunjukan bahwa kualitas air media ikan
patin di akuarium dalam kondisi baik, dimana dapat dilihat pada kadar udara
terlarut
dalam air (DO) awal penelitian Hari Pertama 19 Juli 2019 yaitu P0,P1, P2, dan
P3,
dengan rerata DO yaitu 5,46, 5,51, 5,53, dan 5,5 mg/L. Lalu pada Minggu
Pertama 26
Juli 2019 yaitu, P0,P1, P2, dan P3,dengan rerata DO yaitu 5,46, 5,48, 5,45, dan
5,48
mg/L. Kemudian pada Minggu kedua 2 Agustus 2019 yaitu P0,P1, P2, dan P3,
dengan rerata DO 5,4, 5,43, 5,38, dan 5,45 mg/L. Kemudian Minggu ketiga 9
Agustus 2019 yaitu P0,P1, P2, dan P3, dengan rerata DO 5,43, 5,56, 5,61, dan
5,53
mg/L. Dengan demikian pengukuran DO air berkisar 5,38 – 5,61 mg/L. Hal ini
juga
sesuai dengan teori Suyanto, (2002) sebagai pembanding bahwa DO yang
optimal
bagi ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) yaitu 4 – 9 mg/L.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.7 menunjukan bahwa kualitas air media ikan
patin di akuarium dalam kondisi baik, dimana dapat dilihat pada Keasaman
air (pH)
awal penelitian Hari Pertama 19 Juli 2019 yaitu P0,P1, P2, dan P3, dengan
rerata pH
yaitu 7, 7, 7, dan 7. Lalu pada Minggu Pertama 26 Juli 2019 yaitu, P0,P1, P2,
dan P3,
dengan rerata pH 7, 7, 7, dan 7. Kemudian pada Minggu kedua 2 Agustus
2019 yaitu
P0, P1, P2, dan P3, dengan rerata pH 7, 7, 7, dan 7. Kemudian Minggu ketiga 9
40
Agustus 2019 yaitu P0,P1, P2, dan P3, dengan rerata pH 7, 7, 7, dan 7. Dengan
demikian pengukuran pH air adalah 7 (Netral). Hal ini juga sesuai dengan
teori
(Kordi, 2005) sebagai pembanding bahwa pH yang optimal bagi ikan patin
siam
(Pangasius hypophtalmus) yaitu 6,5 - 9,0.

D. Fermentasi Wadi dan Bahan Umum Fermentasi Wadi


Wadi merupakan salah satu produk fermentasi tradisional yang berbentuk

ikan utuh semi basah, dengan tekstur yang liat dan beraroma khas fermentasi

yang mempunyai cita rasa asin, serta warna agak hitam (mendekati warna

ikan segar). Masyarakat Kalimantan Selatan sangat menyukai wadi karena,

memilki citarasa 20 yang spesfik (Khairina, 1998). Cita rasa yang spesifik

tersebut muncul dari proses prombakan suatu senyawa sederhana (asam

lemak dan amino) selama terjadinya proses fermentasi (Khairina dan

Khotimah, 2006). Proses fermentasi wadi dilakukan secara tradisional dengan

menggunakan ikan yang masih segar dan biasanya menggunakan ikan air

tawar. Pada proses fermentasi wadi secara tradisional ditambahkan garam

dan beras sangrai yang di tumbuk kasar dinamakan samu (Carolina, 1996).

Menurut Restu (2014), wadi dibuat dengan cara ikan di campur dengan

garam dan dibiarkan selama kurang lebih 24 jam dan air lelehan akan

dibuang. Ditambahkan samu dan di fermentasi selama 7- 10 hari dan setelah

itu siap dimasak. Penambahan karbohidrat bertujuan untuk merangsang

perkembangan dan pertumbuhan BAL dalam mengurai pati menjadi senyawa


yang sederhana (Murtini, 1992). Menurut United States Departement of

Agriculture (2009), komposisi kimia dari beras putih/100 gram yakni energi

karbohidrat dalam 79 g 1,527 kJ (365 kkal), gula 79 g, serat pangan 0,12 g,

asam pantothenat 1,014 mg (20 %), air 11,62 g, protein, 7,13 g, vitamin B1

0,070 mg (5 %), kalsium 1,6 mg(11 %), vitamin B2 28 mg (3 %), emak 0,66 g,

sen 1,09 mg (11 %), fosfor 115 mg (16 %), vitamin B3 1,6 mg (11%), besi 0,80

mg (6 %), folat 8 µ (2 %), mangan 1,088 mg (54 %), magnesium 25 mg (7 %),

potassium 115 mg (2 %) dan vitamin B6 0,164 mg (13 %). 21 Selain

penambahan karbohidrat dalam proses fermentasi juga dilakukan proses

penggaraman, ikan yang setelah diberikan garam akan memiliki masa simpan

atau awet yang tinggi dikarena garam tersebut berguna dalam membunuh

dan menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan

dengan cara garam akan menyerap cairan di dalam tubuh ikan dan garam

juga akan menyerap cairan pada bakteri, sehingga dapat menyebabkan

proses metabolisme bakteri terhambat bahkan terhenti dan bateri tersebut

kekurangan cairan dan akhirnya bakteri mengalami dehidarsi dan mati

(Moeljanto, 1992). Pada proses pembuatan wadi menggunakan konsentrasi

5%, 10% dan 15%. Konsentrasi garam sebaiknya tidak > 20% karena jika

kelebihan produk fermentasi tersebut akan sangat asin (Afrianto dan

Liviawaty, 1989). Selain garam dan karbohidrat berperan penting dalam

proses fermentasi, bakteri asam laktat juga sama halnya memiliki peran yang

penting juga. Proses fermentasi akan berhasil jika dilakukannya kontrol

kondisi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan BAL (Muchtadi dan

Sugiyono, 2013). Suhu, nilai pH, kadar garam dan karbohidrat merupakan
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan BAL (Fardiaz, 1988). E. Hipotesis 1.

Kombinasi bakteri asam laktat, garam dan samu menyebabkan perbedaan

pengaruh terhadap kualitas fermentasi wadi ikan patin seperti sifat fisik,

kimia dan mikrobiologis. 22 2. Kombinasi bakteri asam laktat Leuconostoc

mesenteroides, garam dan samu yang menghasilkan fermentasi wadi ikan

patin dengan kualitas terbaik dari segi protein


BAB V
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Berat Badan dan Panjang Badan Ikan Patin Siam (Pangasius
hypophtalmus)
Pada penelitian ini terdapat 4 perlakuan yang berbeda dalam pemberian
pakan
alami terhadap pertumbuhan benih ikan patin, 4 perlakuan tersebut, antara
lain: P0 =
100% dedak padi, P1 = 75% dedak padi + 25% tepung kulit udang, P2 = 50%
dedak
padi + 50% tepung kulit udang, P3 = 25% dedak padi + 75% tepung kulit
udang.
Rata-rata pertumbuhan berat badan benih ikan patin selama penelitian dapat
dilihat pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa pertumbuhan berat badan
benih ikan
patin siam (Pangasius hypophtalmus) tertinggi yaitu pada P3 (25% dedak padi
+ 75%
tepung kulit udang) sebesar 0,25 gram dan yang terendah pada P0 (100%
dedak padi)
sebesar 0,083333 gram.Dan rata-rata pertumbuhan panjang badan benih
ikan patin
selama pemeliharan dapat dilihat pada Gambar 4.2 menunjukan bahwa
pertumbuhan
panjang badan benih ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) tertinggi
yaitu pada
P3 (25% dedak padi + 75% tepung kulit udang) sebesar 0,266667 cm dan yang
terendah pada P0 (100% dedak padi) sebesar 0,1 cm.
Berdasarkan hasil uji Analisis Varian pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai
signifikasi pertambahan berat badanikan patin sebesar 0,028. Dari
pernyataan
tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Ho di tolak, artinya pemberian
pakan tepung
kulit udang berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan berat badan
ikan patin.
Dilihat dari perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2007 pada Lampiran 4.
Menunjukan bahwa Fhitung ≥ Ftabel 0,01. Berdasarkan hasil Uji Wilayah
Berganda
Duncan (WBD) yang terdapat pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil Uji
Wilayah
Berganda Duncan (WBD) Perlakuan P0 (100% dedak padi) terhadap
pertambahan
berat badan ikan patin berbeda terhadap P1 (75% Dedak padi + 25% Tepung
kulit
udang), sangat berbeda nyata tetapi jika dibandingkan P2 (50% Dedak padi +
50%
Tepung kulit udang), dan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang),
sangat
berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat ikan patin. Perlakuan P2 (50%
Dedak padi
+ 50% Tepung kulit udang), jika dibandingkan P3 (75% Dedak padi + 25%
Tepung
kulit udang), sangat berbeda nyata terhadap pertumbuhan berat ikan patin.
Berdasarkan hasil uji Analisis Varian pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa
nilai signifikasi pertambahan panjang badan ikan patin siam sebesar 0,072.
Dari
pernyataan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak. Hal ini
menunjukkan
bahwa pemberian pakan tepung kulit udang berpengaruh nyata terhadap
pertambahan
panjang badan benih ikan patin. Dilihat dari perhitungan menggunakan
Microsoft
Excel 2007 pada Lampiran 8. Menunjukan bahwa Ftabel 0,01 ≥ Fhitung ≥
Ftabel
0,05. Berdasarkan hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD) yang terdapat
pada
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil Uji Wilayah Berganda Duncan (WBD)
Perlakuan P0 (100% dedak padi) terhadap pertambahan panjang badan ikan
patin
berbeda terhadap P1 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), tidak
berpengaruh nyata tetapi jika dibandingkan P2 (50% Dedak padi + 50%
Tepung kulit
udang), dan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang), berbeda nyata
terhadap
pertumbuhan panjang ikan patin. Perlakuan P2 (50% Dedak padi + 50%
Tepung kulit
udang), jika dibandingkan P3 (75% Dedak padi + 25% Tepung kulit udang),
berbeda
nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan patin.
Pertambahan berat dan panjang rata-rata paling tinggi terjadi yaitu pada
perlakuan P3 dimana persentase kandungan protein pakan pelet sebesar
27,13%
diikuti dengan perlakuan P2 sebesar 20,35% kemudian pada perlakuan P1
sebesar
15,67% dan terendah menunjukkan hasil 12,92% pada perlakuan P0.
Pemberian
pakan dengan campuran tepung kulit udang dan dedak padi dapat
mempercepat
pertumbuhan berat dan panjang ikan patin siam selama 21 hari penelitian,
karena
mengandung protein sebesar 27,13% pada perlakuan P3. Hal ini sesuai
dengan (Arie,
1999 dalam Sandri, 2018) untuk pemeliharaan ikan patin secara intensif maka
dibutuhkan makanan tambahan berupa pelet. Pelet yang harus diberikan
mengandung
protein minimal 25%.
Pada perlakuan P3 (25% dedak padi + 75% tepung kulit udang) menunjukkan
bahwa pertumbuhan berat dan panjang ikan patin secara optimal, hal ini
sesuai
dengan pendapat Irianto (2003), semakin tinggi nutrien pada pakan ikan
maka
semakin banyak energi yang dihasilkan. Pertumbuhan ikan tergantung pada
energi
yang tersedia dalam pakan dan penggunaan energi tersebut. Kebutuhan
metabolisme
harus dipenuhi terlebih dahulu, apabila berlebih maka kelebihannya akan
pertumbuhan akan digunakan untuk pertumbuhan (Lovell, 1989 dalam
Pramudyas,
2014). Artinya bila energi terbatas maka energi hanya cukup untuk
metabolisme saja
dan menyebabkan pertumbuhan kurang optimal. Protein dan energi bekerja
sejalan
dan berbanding terbalik dengan lemak, apabila protein dan energi naik maka
lemak
turun, sehingga terjadi pertumbuhan (Kordi, 2005).
Afriyanto dan Liviawati (2005), menambahkan bahwa pertumbuhan akan
terjadi apabila terdapat kelebihan energi apabila setelah kebutuhan untuk
pemeliharaan tubuh aktivitas terpenuhi, energi didapatkan dari perombakan
ikatan
kimia melalui proses oksidasi terhadap komponen pakan yaitu protein,
lemak, dan
karbohidrat. Selama berlangsung proses metabolisme, ketiga komponen
senyawa
kompleks tersebut dalam tubuh ikan patin yang belum tentu merombak
senyawa
tersebut dengan optimal akan dibantu oleh suplemen enzim dalam pakan
yaitu enzim,
protease, lipase, dan amilase menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam
amino,
asam lemak dan glukosa) sehingga dapat diresap oleh tubuh ikan.
B. Pengukuran Kualitas Air
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil akhir pengukuran suhu berkisar 28
-
28,660C. Hal ini menunjukkan keadaan suhu yang stabil bisa mempengaruhi
pertumbuhan ikan patin tersebut hal ini sejalan dengan teori Pramudiyas
(2014),
kualitas air pada habitat ikan patin adalah suhu 280C - 290C. Suhu
berpengaruh pada
kehidupan ikan dan pertumbuhan ikan, suhu juga mempengaruhi
pencernaan
makanan, sedangkan peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak
mengkomsumsi pakan dan dapat menurunkan rasio konversi pakan. Pada
tabel 4.6
Kisaran DO selama penelitian adalah 5,38 – 5,61 mg/L, sedangkan kandungan
DO
untuk tumbuh ikan patin adalah 4,56 – 6,9 mg/L (Pudjobasuki, 2007 dalam
Pramudyas, 2014). Hal ini juga tidak mengganggu proses metabolisme tubuh
ikan
karena jumlah oksigen terlarut selama penelitian masih sesuai dan tidak
mengalami
perubahan ekstrim. Kemudian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil
rerata pH air
berkisar 6,75-7. Hal ini sejalan dengan teori (BSNI, 2000) pH yang perlukan
untuk
pemiliharaan ikan patin berkisar 6,5-8,5. Apabila pH kurang dari kisaran
optimal
akan berdampak menghambatnya pertumbuhan ikan dan sangat sensitif
terhadap
parasit dan bakteri, sedangkan bila pH lebih dari kisaran optimal maka
pertumbuhan
ikan terhambat
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Pemberian Campuran Tepung Kulit Udang Pada Pakan Komersil
Berpengaruh
Sangat Nyata Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Patin Siam (Pangasius
hypophtalmus) Dilihat dari perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2007
pada Lampiran 4. Menunjukan bahwa Fhitung ≥ Ftabel 0,01.
2. Pemberian Campuran Tepung Kulit Udang Pada Pakan Komersil
Berpengaruh
Nyata Terhadap Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Siam (Pangasius
hypophtalmus) Dilihat dari perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2007
pada Lampiran 8. Menunjukan bahwa Ftabel 0,01 ≥ Fhitung ≥ Ftabel 0,05.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang dapat
disampaikan
oleh peneliti yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang tepung kulit udang komersil
menggunakan jenis ikan yang lain
2. Perlu dilakukann penelitian lanjutan dengan tepung kulit udang dengan
bahan
tambahan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai