Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kecelakaan dan Kecelakaan Kerja

Menurut Stellman, dkk (1998: 56.6), kecelakaan adalah:

"Accidents are defined as unplanned occurrences which result in


injuries, fatalities, loss of production or damage to property and
assets".

Hann dalam Rahman. Dkk (1990: 5) mengulas secara empiris

pengertian kecelakaan adalah:

"…Some unforeseen or chance event that produces bodily injury or


property damage".

Keyserling dalam Rahman, dkk (1990: 6) kecelakaan dapat

didefinisikan sebagai berikut:

" An accident is an unanticipated, sudden event that results in an


undesired out come such as property damage , bodily injury, or
death."

Berdasarkan pengertian kecelakaan yang dikemukakan oleh para ahli

di atas, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan adalah kejadian yang tidak

diduga, tidak direncanakan, tidak dikehendaki, terjadi secara tiba-tiba yang

dapat mengakibatkan luka tubuh (luka-luka), kematian, kerusakan harta

benda dan kerugian materi.

Sukarno dalam Rachman, dkk (1990: 6) mendefinisikan kecelakaan

kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki dari

6
7

semula yang mengacaukan proses dari aktivitas yang telah ditentukan dan

dapat mengakibatkan kerugian baik korban jiwa maupun harta benda.

Rachman, dkk (1990:131) mengatakan bahwa secara kronologis

terjadinya kecelakaan akibat kerja pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kecelakaan timbul karena ada penyebabnya yaitu kerja (perbuatan) dan

keadaan (kondisi) yang tidak aman.

2. Kerja (perbuatan) dan keadaan yang tidak aman ditimbulkan oleh

keadaan manusia sebagai tenaga kerja.

3. Kesalahan manusia disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

lingkungan kerja, kondisi sosial ekonomi, tingkat pengetahuan dan

keterampilan serta adat kebiasaan.

Berdasarkan uraian urutan kejadian timbulnya kecelakaan kerja

tersebut, terdapat 3 (tiga) unsur pokok sasaran pengendalian lingkungan

kerja menurut Rachman, dkk (1990: 135) antara lain:

1. Unsur mesin sebagai peralatan kerja. Upaya pengendalian lingkungan

kerja yang ditujukan terhadap faktor mesin adalah perencanaan yang

baik tentang mesin, alat dan perkakas kerja yang digunakan serta

peningkatan perhatian terhadap perawatan mesin dan perkakas kerja.

Menurut Bennett (1995:84) desain dan seleksi mesin apapun yang harus

diperhatikan adalah mesin tersebut harus mudah dipasang, dirawat,

diperbaiki dan mesin tersebut harus dilengkapi dengan sarana

keselamatan untuk mencegah kerugian dalam perbaikan. Contoh-contoh


8

sarana keselamatan pada mesin antara lain: alat pemutus arus listrik

automatis jika mesin tersebut panas, katup foto listrik yang

menghentikan arus bahan baker, alat penutup bagian-bagian yang

menonjol atau bergerak, pengendali start-stop untuk memungkinkannya

berhenti secara cepat serta desain mesin harus nyaman bagi sang

operator.

2. Manusia sebagai pekerja atau pelaksana kerja. Upaya pengendalian

lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor manusia antara lain

adalah berupa penetapan aturan-aturan kerja yang lengkap, jelas dan

dipaksakan, peningkatan pengalaman dan kecakapan melalui pendidikan

dan latihan-latihan, peningkatan konsentrasi kerja serta pemberian

peringatan terhadap pekerja yang yang melanggar peraturan.

3. Lingkungan kerja. Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan

terhadap faktor lingkungan antara lain adalah pemikiran standar

persyaratan kualitas lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga industri

yang aman.

2.2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecelakaan Kerja

2.2.1. Alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri adalah alat yang berkemampuan untuk

melindungi seseorang atau tenaga kerja dalam pekerjaan yang fungsinya

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya tempat kerja atau lingkungan

kerja dan pekerjaannya. Syarat-syarat alat pelindung diri yang baik adalah
9

enak dipakai, tidak mengganggu pekerjaan dan dapat memberikan

perlindungan yang efektif (Program Pasca Sarjana IKK, 1995).

Kelemahan penggunaan alat pelindung diri adalah :

1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna apabila memakai alat

pelindung diri tidak tetap.

2. Cara memakai alat pelindung diri yang salah.

3. Alat pelindung diri yang dipakai tidak memenuhi persyaratan.

Pemeliharaan dan kontrol terhadap alat pelindung diri sangat

penting, karena alat pelindung diri sensitif terhadap perubahan tertentu,

alat pelindung diri memiliki masa kerja tertentu (misalnya canister dan

respirator) dan alat pelindung diri dapat menularkan berbagai jenis

penyakit bila dipakai secara bersama-sama atau secara bergantian.

2.2.2. Pengalaman kerja

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik

sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja di

tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang baru biasanya belum

mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaan dan keselamatannya.

Manakala dalam suatu perusahaan pekerja-pekerja baru dan kurang

pengalaman sering mendapat kecelakaan, untuk itu perhatian khusus perlu

diberikan (Suma’mur. 1989: 47-48).


10

2.2.3. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. (Notoatmodjo, 1997: 128-129).

Pengetahuan yang di dalam dominan kognitif menurut Notoatmodjo

(1997 : 95-96) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat atau materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, manyesuaikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham pada hal ini dapat menjelaskan, menyimpulkan dan

meramalkan objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dalam hal ini dapat diartikan

sebagai aplikasi penggunaan metode, prinsip dan lain-lain, dalam

situasi yang baru di dalam pemecahan masalah yang dihadapi.


11

4. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menyebarkan materi, objek ke dalam

komponen-komponen yang masih dalam strukturnya dan masih ada

kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan,

membedakan, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan menyusun,

merencanakan, meringkaskan dan lain-lainnya.

6. Evaluasi (Evaluation)

Suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap

suatu materi atau objek. Penalaran itu berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan sendiri berdasarkan kriteria yang ada.

Kurangnya pengetahuan akan mempersulit pekerja untuk memahami

konsep-konsep tentang bagaimana upaya pencegahan kecelakaan kerja,

sehingga pengetahuan juga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya kecelakaan kerja. Pendapat Suma'mur (1981) mengatakan

bahwa kecenderungan tertimpa kecelakaan mungkin merupakan salah satu

dari faktor seperti tidak waspada, kurangnya intelejensia, buruknya

perumahan dan kurangnya pengetahuan. Alasan-alasan mengapa pekerja

tidak dapat bekerja secara benar, efisien dan selamat disebabkan oleh
12

masalah –masalah seperti mereka tidak tahu (pengetahuan), tidak bisa

(sikap dan keterampilan) (Depnaker RI 1995:30).

2.3. Kerugian-Kerugian Yang Disebabkan Kecelakaan Kerja

Ada 5 jenis kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan yaitu

kerusakan, kekacauan organisasi, kesedihan, kelainan atau cacat dan

kematian. Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan

lingkungan kerja mungkin rusak akibat kecelakaan kerja. Akibat dari itu,

terjadilah kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang ditimpa

kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan kawan-kawan rekan sekerja

akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya

kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa

dan berakibat kematian.

2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan

Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan:

a. Terjatuh.

b. Tertimpa benda jatuh.

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda.

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

f. Pengaruh suhu tinggi.


13

g. Terkena arus listrik.

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya

tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk

klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab

a. Mesin

1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

2) Mesin penyalur (transmisi).

3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.

4) Mesin-mesin pengolah kayu.

5) Mesin-mesin pertanian.

6) Mesin-mesin pertambangan.

7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

b. Alat angkut dan alat angkat

1) Mesin angkat dan peralatannya.

2) Alat angkutan di atas rel.

3) Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api.

4) Alat angkutan udara.

5) Alat angkutan air.

6) Alat-alat angkutan lain.


14

c. Peralatan lain

1) Bejana bertekanan.

2) Dapur pembakar dan pemanasan.

3) Instalasi pendingin.

4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-

alat listrik (tangan).

5) Alat-alat listrik (tangan).

6) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.

7) Tangga.

8) Perancah (steger).

9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.

1) Bahan peledak.

2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

3) Benda-benda melayang.

4) Radiasi.

5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan

tersebut.

e. Lingkungan kerja.

1) Di luar bangunan.

2) Di dalam bangunan.

3) Di bawah tanah.
15

f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan

tersebut.

1) Hewan .

2) Penyebab lain.

g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau

data tak memadai.

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan.

a. Patah tulang.

b. Dislokasi atau keseleo.

c. Regang otot atau urat.

d. Memar dan luka dalam yang lain.

e. Amputasi.

f. Luka-luka lain.

g. Luka dipermukaan.

h. Gegar dan remuk.

i. Luka bakar.

j. Keracunan-keracunan mendadak (akut).

k. Akibat cuaca dan lain-lain.

l. Mati lemas.

m. Pengaruh arus listrik.

n. Pengaruh radiasi.

o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

p. Lain-lain.
16

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh.

a. Kepala.

b. Leher.

c. Badan.

d. Anggota atas.

e. Anggota bawah.

f. Banyak tempat.

g. Kelainan umum.

h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Klasifikasi tersebut bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan,

bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh satu hal,

melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan

peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan

bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan

terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi

penyelidikan sebab lebih lanjut.

Klasifikasi menurut penyebab dapat dipakai untuk mengelompokkan

penyebab menurut kelainan atau luka-luka akibat kecelakaan atau menurut

jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam

usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi yang disebut terakhir

terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat dan letak luka atau

kelainan di tubuh berguna bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut

dan terperinci.
17

2.5. Sebab-Sebab Kecelakaan

Menurut Stellmann, dkk (1998:56.7) bahwa kecelakaan disebabkan

oleh dua golongan penyebab :

1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts), misalnya tidak digunakannya alat pelindung diri saat

bekerja

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions),

misalnya keamanan dari peralatan yang digunakan tidak efektif,

peralatan dan mesin-mesin yang telah rusak, pakaian kerja yang tidak

layak pakai, pencahayaan yang tidak memadai, ventilasi yang tidak

memenuhi standar adanya kebisingan.

Faktor penyebab kecelakaan yang lain menurut Stellmann, dkk

(1998:56.7) antara lain :

1. Sistem manajemen keamanan, misalnya instruksi

yang disampaikan tidak lengkap, lemahnya penegakan peraturan, tidak

ada perencanaan yang baik, sumber-sumber bahaya tidak di diperiksa

serta tidak disediakannya peralatan keamanan.

2. Kondisi mental pekerja, misalnya kurangnya

pengetahuan, kurang koordinasi sikap yang tidak layak, reaksi mental

rendah, kurangnya perhatian, kurangnya stabilitas emosional,

kecemasan, kepribadian atau temperamen tenaga kerja.


18

3. Kondisi fisik pekerja, misalnya sangat lelah,

ketulian, kurang ketajaman penglihatan,fisik tidak sesuai dengan jenis

pekerjaan, pincang atau kekurangan fisik lainnya.

Hasil penelitian menyebutkan 80-85% kecelakaan disebabkan oleh

kelalaian atau kesalahan manusia (Suma’mur.1989: 9). Kesalahan tersebut

mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang

membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli

listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan

pemeliharaan mesin dan peralatan. Menurut pendapat Bennet dan

Rumondang (1995 : 179) bahwa akar dari setiap kecelakaan atau penyakit

akibat kerja terletak pada manajemen.

2.6. Pencegahan Kecelakaan

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,

konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan

cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan Kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

keselamatan dan hygiene umum atau alat-alat perlindungan diri.


19

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan

yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-

alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan

debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat

untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yaitu meliputi terutama penelitian tentang efek-efek

fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan

keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, yaitu menetapkan jenis-janis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa

sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yaitu menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya

tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.


20

11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar

oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yaitu merupakan ukuran

utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaan

kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada

suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan

keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Pencegahan kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka

keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai Pemerintah,

ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru dan sudah

barang tentu pengusaha dan buruh.

2.7. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

2.7.1. Alat pelindung muka dan mata (goggle=face shiold)

Fungsinya melindungi muka dan mata dari:

1. Lemparan benda-benda kecil

2. Lemparan benda-benda panas

3. Pengaruh cahaya atau kesilauan

4. Pengaruh dari radiasi tertentu

Syarat alat pelindung muka dan mata:

1. Tahan api

2. Tahan lemparan benda-benda kecil


21

3. Syarat optis tertentu (lensa tidak berefek distorsiatauefek prisma >

1atau16 prisma dioptri <1atau16

4. Alat pelindung mata terhadap radiasi (tahan panjang gelombang

tertentu)

2.7.2. Alat pelindung pernapasan atau hidung (respirator)

Respirator digunakan untuk mencegah masuknya gas atau uap kimia

(bahan-bahan yang berbahaya kedalam tubuh melalui pernapasan. Macam-

macam respirator:

1. Respirator yang berfungsi untuk memurnikan udara:

a. Respirator yang mengandung bahan kimia: topeng gas dan parfum.

b. Respirator filter mekanik.

c. Respirator mekanik dan tahan kimia.

2. Respirator dengan patrum (cartridge) kimia biasanya menutup bagian

muka dengan satu atau dua patrum yang mengandung bahan kimia

tertentu, tak bias dipakai atau digunakan untuk keadaan darurat dan

berfungsi untuk 1 (satu) macam atau satu golongan gas uap.

3. Respirator dengan filter mekanik bentuknya hampir sama dengan

respirator dengan cartridge kimia, tapi murni udaranya berupa

saringan biasanya dipergunakan untuk mencegah (terhisapnya)

terhadap debu.

4. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimianya.

5. Respirator dihubungkan dengan suplai udara bersih.

6. Respirator dengan suplai oksigen (ada oksigennya).


22

Pengaruh pemakaian respirator terhadap Kesehatan tenaga kerja

apabila terus-menerus menggunakannya, menurut (Pasca Sarjana IKK,

1995) adalah instasi, korosif, alergi, sulit bernafas, keracunan, kanker dan

kelainan janin.

Sebelum memilih alat pelindung pernapasan yang sesuai, ada

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu sifat bahaya

(partikulat, gas, uap), cukupnya tanda-tanda adanya zat pencemar, kadar

zat pencemar dan kegawatan atau tingkat bahaya (akibat bila alat

pernapasan tidak dapat berfungsi dengan baik).

Perlu ditekankan pentingnya, pasnya peralatan pernapasan

(respirator) pada muka, terutama pada tempat-tempat dengan resiko

bahaya yang tinggi, karena apabila mengabaikan aspek yang sangat

penting ini sering dapat berakibat tragis atau fatal. Sehubungan dengan

banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan seperti di atas harus

dipikirkan dan dipertimbangkan benar sebelum mengambil keputusan

terakhir, karena kegagalan atau kesalahan dapat berakibat fatal.

2.7.3. Pakaian kerja (Body cavering)

Biasanya digunakan untuk petugas lapangan (sprayman in field).

Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber bahaya tertentu

terhadap radiasi panas (dilapisi aluminium dan berkilat), radiasi pengion

(dilapisi timbal) dan cairan serta bahan kimiawi (terbuat dari plastik atau

karet).
23

2.7.4. Sarung tangan

Alat ini dipergunakan apabila bersentuhan dengan benda-benda yang

berbahaya dan bersifat basah. Jenis-jenis sarung tangan yaitu sarung

tangan, mitten (kaos tangan), hand pad (bantalan atau lapisan), sleeve

(lengan baju).

2.7.5. Alat pelindung kepala

Jenis alat pelindung kepala adalah topi pengaman (safety helmet),

topi tudung dan tutup kepala. Syarat konstruksi atau safety helmet,

(Depnaker, 1994 atau 1995):

1. Helm harus terdiri dari sangkup keras berpermukaan halus, lapisan

peredam, benturan dan sabuk pengikat ke dagu.

2. Tinggi helm minimum 1114 mm.

3. Lingkaran kepala helm, lingkaran bagian dalam (dalam mm) 500,

520, 540, 560, 570, 580, 600, 620, 640.

4. Sangkup terbuat dari bahan yang kuat, keras, homogen dan sama tebal

keseluruhan dari sangkup harus sama tebalnya dan kemampuannya dan

tidak hanya dikhususkan pada titik-titik pengujian (titik-titik rawan).

5. Peredam benturan terdiri dari lapisan peredam kejut dan jaring helm

atau konstruksi lain yang berfungsi seperti jaring helm, lapisan

peredam kejut dilapiskan pada permukaan bagian helm yang langsung

berhubungan dengan kepala. Ukuran jaringan helm dapat diatur atau

dibuat tetap.
24

6. Sabuk dagu lebarnya minimum 20 mm, dan harus benar-benar

berfungsi sebagai pengikat helm ketika dikenakan di kepala.

Syarat-syarat topi pengaman

1. Luarnya kuat dan tahan terhadap benturanatautusukan.

2. Jarak lapisan luar dan dalam bagian puncak 4 - 5 cm

3. Tidak menyerap air.

4. Tahan api.

5. Tahan terhadap listrik tegangan tinggi.

6. Topi atau tudung melindungi kepala dari api, debu, korosif, uap dan

iklim yang berubah-ubah.

2.7.6. Alat pelindung telinga

Alat ini terdiri dari :

1. Sumbat telinga (ear plug) : attenvasi dengan lindungan 25-30 db.

2. Tutup telinga (ear muff) : attenvasi (daya lindungnya) pada frekuensi

2800-4000 Hz sampai 42 db (35-45 db), frekuensi biasa 25 - 30 db.

2.7.7. Alat pelindung kaki (Shoes)

Fungsi alat pelindung kaki melindungi kaki dari tertimpa benda

yang berat, terbakar karena logam cair, bahan kimia korosif, tersandung

atau tergelincir dan cairan atau air. Sepatu yang digunakan disesuaikan

dengan jenis atau resiko, seperti:

1. Pada industri ringan atau tempat kerja biasa cukup dengan memakai

sepatu yang baik, wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi

atau sepatu dengan telapak yang datar dan licin.


25

2. Sepatu pelindung (safety shoes) atau boot dapat terbuat dari kulit atau

karet sintetik atau plastik dan untuk melindungi jari-jari kaki terhadap

tertimpa atau benturan benda-benda keras, sepatu dilingkupi dengan

penutup jari dari baja atau campuran baja dengan karbon.

3. Untuk mencegah tergelincir dipakai sol anti slip luar dari karet alam

atau sintetik dengan bermotif timbul (permukaan kasar).

4. Untuk mencegah tusukan dan benda-benda runcing, sol dilapisi

dengan logam.

5. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat

tidak boleh menggunakan paku.

6. Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu baik dipakai di tempat kerja

yang lembab atau pada lantai yang panas.

7. Sepatu boot dari sintetis untuk pencegahan bahan-bahan kimia.

8. Kadang-kadang diperlukan bantalan lutut, pelindung bingkai bawah

dan bingkai atas yang terbuat dari karet, asbes dan lain-lain sesuai

dengan resiko bahayanya,

9. Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak

boleh dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan logam atau bahan

panas dapat masuk ke dalam sepatu.

10. Lingkungan kerja dengan bahaya kebakaran lebih baik memakai

sepatu antik.
26

2.8. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti merumuskan

kerangka teori penelitian sebagai berikut:

Pengalaman
Penyebab langsung: Kerja
1. Tindak
perbuatan
manusia yang
tidak memenuhi
keselamatan Kecelakaan Akibat Kerja
(unsafe human
acts). APD tidak
di gunakan
2. Keadaan
lingkungan yang
tidak aman
(unsafe
conditions).
Peralatan atau Sistem manajemen Kondisi mental Kondisi fisik
mesin keselamatan pekerja pekerja
Kurang
pengetahuan

Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.


Sumber : Stellman, dkk (1998 : 56.7), modifikasi.

Anda mungkin juga menyukai