Abstrak – Antropometri adalah metode pengukuran yang dapat menggambarkan distribusi lemak tubuh
dan sebagai prediktor terkait obesitas. Obesitas berhubungan dengan peningkatan kadar trigliserida
dalam darah. Pengukuran antropometri seperti indeks masa tubuh atau IMT, lingkar pinggang atau LP
dan rasio lingkar pinggang panggul atau RLPP sering digunakan untuk mengetahui keadaan obesitas
pada seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi pengukuran antropometri terhadap
kadar trigliserida dalam darah. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan rancangan
potong-lintang.
Abstract – Anthropometry is a measurement method that can describe the distribution of body fat and
as a predictor of obesity. Obesity is associated with increased levels of triglycerides in the blood.
Anthropometric measurements such as body mass index or BMI, waist circumference or LP and waist-
to-hip ratio or RLPP are often used to determine obesity in a person. This study aims to determine the
correlation of anthropometric measurements on triglyceride levels in the blood. This research is an
analytic observational study with a cross-sectional design.
ekstrim dalam arti terlalu besar 3.3. Dimensi Tubuh Pengukuran Data
atau kecil bila dibandingkan Antropometri
dengan rata-ratanya. Jenis pengukuran antropometri statis
b. Tetap bisa digunakan untuk biasanya dilakukan dalam dua posisi yaitu posisi
memenuhi ukuran tubuh yang lain berdiri dan duduk di kursi. 15 Alat ukur yang harus
(mayoritas dari populasi yang ada). digunakan untuk mengukur antropometri adalah
Agar bisa memenuhi sasaran pokok antropometer. Terdapat beberapa dimensi tubuh
tersebut maka ukuran yang diaplikasikan yang akan diukur yaitu:
ditetapkan dengan cara: 1. Posisi duduk samping
a. Untuk dimensi minimum yang harus a. Tinggi Duduk Tegak (TDT) Diukur
ditetapkan dari suatu rancangan jarak vertikal dari permukaan alas
produk umumnya didasarkan pada nilai duduk sampai ujung atas kepala.
persentil yang terbesar seperti 90-th, Subjek duduk tegak dengan mata
95-th atau 99-th persentil. Contoh memandang lurus ke depan dan
konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada membentuk sudut siku-siku.
penetapan ukuran minimal dari lebar b. Tinggi Siku Duduk (TSD) Diukur
dan tinggi dari pintu darurat. jarak vertikal dari permukaan alas
b. Untuk dimensi maksimum yang harus duduk sampai ujung bawah siku
ditetapkan diambil berdasarkan nilai kanan. Subjek duduk tegak dengan
persentil yang paling rendah yaitu 1-th, lengan atas vertikal di sisi badan
5-th, 10-th persentil) dari distribusi data dan lengan bawah membentuk
antropometri yang ada. Hal ini sudut siku-siku dengan lengan
diterapkan dalam penetapan jarak bawah.
jangkau dari suatu mekanisme kontrol c. Tinggi Popliteal (TPo) Diukur jarak
yang harus dioperasikan oleh seorang vertikal dari lantai sampai bagian
pekerja. bawah paha.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa d. Pantat Popliteal (PP) Subjek duduk
dioperasikan di antar rentang ukuran tegak, diukur jarak horizontal dari
tertentu. Di sini rancangan bisa diubah- bagian terluar pantat sampai
ubah ukurannya sehingga cukup lekukan lutut sebelah dalam
fleksibel dioperasikan oleh setiap orang (popliteal). Paha dan kaki bagian
yang memiliki berbagai macam ukuran bawah membentuk sudut siku-siku.
tubuh. Contoh yang paling umum 2. Posisi duduk menghadap ke depan
dijumpai adalah perancangan kursi a. Lebar Pinggul (LP) Subjek duduk
mobil yang mana dalam hal ini letaknya tegak, diukur jarak horisontal dari
dapat digeser majumundur dari sudut bagian terluar pinggul sisi kiri
sandarannya pun dapat berubah-ubah sampai bagian terluar pinggul sisi
sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kanan.
kaitannya untuk mendapatkan b. Lebar Bahu (LB) Diukur jarak
rancangan yang fleksibel, semacam ini horisontal antara kedua lengan
maka data antropometri yang umum atas merapat ke badan dan lengan
diaplikasikan adalah dalam rentang bawah direntangkan ke depan.
nilai 5-th sampai 95-th persentil. 3. Posisi Berdiri Dengan Tangan
3. Prinsip perancangan produk dengan Kedepan.
ukuran rata-rata. Dalam hal ini a. Jangkauan Tangan (JT) Diukur
rancangan produk didasarkan terhadap jarak horisontal dari punggung
rata-rata ukuran manusia. Problem samping ujung jari tengah dan
pokok yang dihadapi dalam hal ini juga subjek berdiri tegak dengan betis,
sedikit sekali mereka yang berbeda pantat dan punggung merapat ke
dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dinding, tangan direntangkan
dirancang dan dibuat untuk mereka secara horisontal ke depan.
yang berukuran sekitar rata-rata, 4. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan
sedangkan bagi mereka yang memiliki Direntangkan.
ukuran ekstrim akan dibuatkan a. Rentangan Tangan (RT) Diukur
rancangan tersendiri. jarak horisontal dari ujung jari
terpanjang tangan kiri samping
ujung jari terpanjang tangan kanan.
Subjek berdiri tegak dan kedua
3.4.3. Program Pengendalian Kelelahan pada dibagi ke dalam 2 segmen yaitu group
Pekerja A dan group B. Group A terdiri dari
Program pengendalian kelelahan pada lengan bagian atas dan bawah
pekerja adalah suatu program yang dibuat termasuk wrist. Sedangkan group B
berdasarkan analisa terhadap kelelahan pada terdiri dari leher, punggung, dan kaki,
pekerja yang mana bertujuan untuk membuat semua bagian tubuh dari group B
suatu program kerja yang baru yang lebih baik digunakan untuk memastikan bahwa
agar tingkat kelelahan yang dialami pekerja lebih ada kemungkinan bagian tubuh
kecil (Tarwaka, 2010). tersebut mempengaruhi postur tubuh
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk saat bekerja.
mengurangi kelelahan pada pekerja antara lain b. Pengembangan sistem skor untuk
adalah: penggolongan bagian tubuh
1. Melakukan perbaikan terhadap postur Sebuah nilai tunggal dibutuhkan dari
kerja operator yang salah atau kurang grup A dan grup B yang mana mewakili
ergonomis. tingkatan atau pembobotan postur dari
2. Melakukan perbaikan pada stasiun sistem musculoskeletal yang terdapat
kerja si operator, seperti jarak, dan dalam kombinasi postur bagian tubuh.
letak bahan-bahan yang akan Kemudian langkah selanjutnya adalah
dipergunakan operator. menetapkan skor penggunaan otot
(muscle use score) dan skor untuk
3.5. Definisi Rapid Upper Limb Assessment gaya atau pembebanan (force/load
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) score), dengan ketentuan sebagai
adalah suatu metode survei yang dikembangkan berikut :
untuk penyelidikan ergonomic tentang tempat 1. Untuk muscle use score ketentuan
kerja dimana ada kaitannya dengan gangguan adalah bila postur tubuh tetap
anggota tubuh bagian atas. Metode ini tidak dalam jangka waktu yang lama
membutuhkan suatu peralatan yang khusus untuk (memegang dalam waktu lebih dari
menentukan postur dari leher, punggung, dan 1 menit) atau melakukan
anggota gerak bagian atas selama menggunakan pengulangan gerakan kira-kira 4
fungsi dari otot, dan pembebanan eksternal yang kali dalam waktu 1 menit maka skor
mempengaruhi tubuh (McAtamney And Corlett, bertambah menjadi 1.
1993) Metode ini menggunakan diagram postur 2. Untuk force/load score dapat
tubuh dan 3 tabel skor untuk menentukan dilihat pada Tabel 3.8.
evaluasi dari faktor-faktor resiko. Untuk force atau load score selain
Faktor-faktor resiko selama investigasi menggunakan tabel di atas juga
dideskripsikan sebagai faktor pembebanan ditentukan dari lamanya bekerja.
eksternal yang terdiri dari : Untuk waktu kerja 4-6 jam maka
a. Urutan Gerakan. skor menjadi 1, sedangkan untuk
b. Kerja otot static. waktu kerja lebih dari 6 jam skor
c. Gaya. menjadi 2.
d. Postur kerja yang ditentukan oleh Setelah hal di atas dilakukan maka langkah
peralatan dan furnitur. selanjutnya adalah membuat tabel untuk postur
e. Waktu kerja tanpa istirahat. tubuh baik dari grup A dan grup B yang nantinya
bersama dengan force atau load
3.5.1. Pengembangan dari Rappid Upper Limb score dan muscle use score digunakan untuk
Assessment menemukan skor akhir dan daftar aksi perbaikan.
Pengembangan dari rapid upper limb Untuk menentukan nilai grup A peggunaannya
assessment melalui 3 buah tahapan, yaitu adalah setelah kita menemukan skor untuk upper
pertama adalah merekam posisi kerja, kedua arm dan lainnya kita masukkan ke dalam tabel
adalah penggunaan dari sistem skor, yang ketiga sesuai dengan skor dari tabel sebelumnya
adalah penentuan level untuk mengetahui tingkat sampai kita menemukan nilai akhir dari Tabel A
resiko yang ada bagi tubuh dan menentukan ini. Untuk grup B menggunakan Pengembangan
perbaikan apa yang disarankan (McAtamney And skor akhir dan daftar langkah perbaikan
Corlett, 1993). Setelah tadi melakukan pencarian nilai
a. Pengembangan untuk pencatatan untuk grup A dan grup B maka langkah terakhir
postur tubuh yang dilakukan adalah melakukan pencarian skor
Untuk menghasilkan suatu metode akhir untuk mengetahui apakah postur tubuh dari
yang mudah digunakan maka tubuh operator tersebut mengandung tingkat bahaya
atau tidak, dengan penggabungan dari muscle dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian
use score dan force atau load score. tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
Setelah langkah ini dilakukan kita baru bias merupakan bagian untuk menurunkan stress
mengambil keputusan untuk melakukan yang akan dihadapi. Upayanya antara lain beripa
perubahan dan perbaikan dari postur kerja penyesuaian ukuran tempat kerja dengan dimensi
operator baik itu dari fasilitas kerja maupun dari tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
metode kerja yang ada, dan tergantung dari cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai
kebutuhan dari organisasi yang membutuhkan. dengan kebutuhan tubuh manusia.
Pengertian Ergonomi menurut Ginting
3.6. Definisi Rapid Entire Body Assessment Rosnani adalah suatu cabang keilmuan yang
REBA atau Rapid Entire Body sistematis untuk memanfaatkan informasi
Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
Hignettdan Dr. Lynn McAtamney yang manusia dalam merancang suatu sistem kerja,
merupakan ergonom dari universitas di sehingga orang dapat hidup dan juga bekerja
Nottingham (University of Nottingham’s Institute pada suatu sistem yang baik yaitu untuk
of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body mencapai tujuan yang diinginkan dengan melalui
Assessment adalah sebuah metode yang pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan
dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat nyaman.
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja Pengertian Ergonomi menurut
atau postur leher, punggung, lengan pergelangan Wignjosoebroto S adalah ilmu yang sistematis
tangan dan kaki seorang operator. Selain itu untuk memanfaatkan informasi mengenai
metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam
beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta merancang suatu sistem kerja sehingga orang
aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut
REBA tidak membutuhkan waktu yang lama yang lebih baik yaitu mencapai tujuan yang
untuk melengkapi dan melakukan scoring diinginkan melalui suatu pekerjaan yang efektif,
general pada daftar aktivitas yang efisien, aman dan nyaman.
mengindikasikan perlu adanya pengurangan
resiko yang diakibatkan postur kerja operator. 3.8. Manfaat Ergonomi
Metode ergonomik tersebut mengevaluasi postur, Adapun manfaat yang didapat dari
kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang ergonomi adalah sebagai berikut:
menimbulkan cidera akibat aktivitas yang 1. Kerja meningkat, misalnya kecepatan,
berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan ketepatan, keselamatan dan
metode ini dengan cara pemberian skor resiko mengurangi energi ketika bekerja
antara satu sampai lima belas, yang mana skor 2. Mengurangi waktu, dan juga biaya
yang tertinggi menandakan level yang pelatihan dan pendidikan
mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk 3. Optimalisasi terhadap Sumber Daya
dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa Manusia dengan meningkatkan
skor terendah akan menjamin pekerjaan yang keterampilan yang diperlukan
diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA 4. Kenyamanan, keamanan karyawan
dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja ketika bekerja menjadi meningkat
yang beresiko dan melakukan perbaikan 5. Efisiensi waktu agar tidak terbuang sia-
sesegera mungkin (McAtamney , 2000). sia.
761.85
= 10
= 76,185
b. Standar Deviasi
̅ - X )²
√∑(X
σ= n-1
= 5,961007558
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022.
c. Standar Rata-rata
σ
σx = a. Rata-rata
√n
= 1,885036103 ̅ = ∑ x̅
X
d. Uji Keseragaman Data N
̅ -2σx
BKA = X = 76,185
= 79,95507221 b. Standar Deviasi
̅ -2σx
BKB = X ̅ )²
√∑(xi - X
σ=
= 72,41492779 N
e. Kurva = 5,931128
= 0,006061
e. uji keseragaman data
R = Rmax-Rmin
= 114 – 11
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022.
= 103 a. Uji hipotesa
B = 1 + 3,22 log N ∑(Foi-Fei)2
x2 hitung =
= 1 + 3,22 . 2 ∑ Fei
= 7,44 = 1,842574
𝑃 = 𝑅⁄𝐵 x2 tabel = (5% k (n-1))
= 49,5
= 4,567
60
55
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c. Standar Rata-rata
σ
σx =
√n
= 3,063
d. Uji Keseragaman Data
̅ -2σx
BKA = X
= 48,73
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022. ̅ -2σx
BKB = X
a. Uji hipotesa
= 36,48
∑(Foi-Fei)2
x2 hitung = e. Kurva
∑ Fei
= 1.343572 Kurva Tinggi Sandaran Pungggung
2
x tabel = (5% k (n-1)) 60
= 49,5
40
c. Uji persentil
P5 = x̅ -1,65σx 20
= 68,53559
P50 = x̅ 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
= 70,912
BKA X Bar BKB
P95 = x̅ +1,65σx
Gambar 4. Kurva Dimensi Tubuh Siku Berdiri
= 73,28841 f. Kecukupan Data
𝑦
4.2.3. Tinggi Sandaran Punggung ( ⁄𝑧 √𝑁. ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥 )2 )
Tabel 9. Data Jangkauan Tinggi Sandaran [𝑁 ′ = ]
∑𝑥
Punggung
= 0,051184
e. uji keseragaman data
R = Rmax-Rmin
= 72 - 47
= 45
B = 1 + 3,22 log N
= 1 + 3,22 . 2
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022.
= 7,44
a. Rata-rata
̅ = ∑X
X 𝑃 = 𝑅⁄𝐵
K
426,04 = 6,048387
=
10
= 42,6
= 42,604
b. Standar Deviasi
̅ )²
√∑(xi - X
σ=
N
= 9,638651
Tinggi Pinggang σ=
̅ )²
√∑(xi - X
N
30
= 5,649911
25
20 Tabel 15. Data Distribusi Frekuensi TP
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
= 0,073416
e. uji keseragaman data
R = Rmax-Rmin
= 60 - 13
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022.
= 47 a. Uji hipotesa
B = 1 + 3,22 log N ∑(Foi-Fei)2
x2 hitung =
= 1 + 3,22 . 2 ∑ Fei
= 7,44 = 66,23632
2
x tabel = (5% k (n-1))
𝑃 = 𝑅⁄𝐵
= 49,5
= 6,317204
e. Uji persentil
Tabel 14. Data Distribusi Frekuensi P5 = x̅ -1,65σx
= 17,88916
P50 = x̅
= 20,852
P95 = x̅ +1,65σx
= 23,81484
a. Rata-rata
̅ = ∑ x̅
X
N
= 20,852
= 0,016787409
e. uji keseragaman data
Sumber: Laboratorium Praktikum Terintegrasi 1, 2022.
= 10,1300740
= 140,5848326 105
2
x tabel = (5% k (n-1)) 100
= 49,5 95
g. Uji persentil 90
P5 = x̅ -1,65σx 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
= 128,7277444 BKA X Bar BKB
P50 = x̅
Gambar 9. Kurva Dimensi Tubuh Lebar Tangan
= 134,04 f. Kecukupan Data
P95 = x̅ +1,65σx 𝑦
( ⁄𝑧 √𝑁. ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥 )2 )
′
= 139,3522556 [𝑁 = ]
∑𝑥
Dari data tersebut, tidak ada data yang 5.3.4. Tinggi Pinggang
berada diluar batas kontrol sehingga tidak perlu Perhitungan kecukupan data tinggi
dilakukan revisi. pinggang berdiri didapatkan nilai N’=0,012
5.2.5. Lebar Tangan dengan N=100 sehingga, N’ < N semua data
Data keseragaman yang diperoleh untuk sudah mencukupi untuk pengukuran tinggi
siku ke siku adalah: pinggang berdiri.
x̄ = 9,2675 5.3.5. Lebar Tangan
BKA = 10,0307 Perhitungan kecukupan data siku ke siku
BKB = 8,50424 didapatkan nilai N’=0,016 dengan N=100
Dari data tersebut, tidak ada data yang sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi
berada diluar batas kontrol sehingga tidak perlu untuk pengukuran siku ke siku.
dilakukan revisi. 5.3.6. Tinggi Bahu Berdiri
5.2.6. Tinggi Bahu Berdiri Perhitungan kecukupan data lebar bahu
Data keseragaman yang diperoleh untuk didapatkan nilai N’=0,011 dengan N=100
lebar bahu adalah: sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi
x̄ = 134,04 untuk pengukuran lebar bahu.
BKA = 140,47 5.3.7. Tinggi Siku Berdiri
BKB = 127,60 Perhitungan kecukupan data lebar tangan
Dari data tersebut, tidak ada data yang didapatkan nilai N’=0,016 dengan N=100
berada diluar batas kontrol sehingga tidak perlu sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi
dilakukan revisi. untuk pengukuran lebar tangan.
5.2.7. Tinggi Siku Berdiri 5.3.8. Tinggi Lengan Kebawah
Data keseragaman yang diperoleh untuk Perhitungan kecukupan data panjang jari
lebar tangan adalah: didapatkan nilai N’=0,044 dengan N=100
x̄ = 103 sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi
BKA = 103,89 untuk pengukuran panjang jari.
BKB = 97,12
Dari data tersebut, tidak ada data yang 5.4. Analisa Hipotesa
berada diluar batas kontrol sehingga tidak perlu 5.4.1. Jangkauan Tangan Kedepan
dilakukan revisi. Pada uji Hipotesa pangkal ke tangan
5.2.8. Tinggi Lengan Kebawah didapatkan Hasil:
Data keseragaman yang diperoleh untuk X² Hitung = 0,040
panjang jari adalah: X² Tabel = 49,5
x̄ = 48,31 X² hitung < X² tabel, maka data terdistribusi
BKA = 53,25 normal.
BKB = 97,12 5.4.2. Tinggi Bahu Duduk
Dari data tersebut, tidak ada data yang Pada uji Hipotesa jangkauan tangan
berada diluar batas kontrol sehingga tidak perlu kedepan didapatkan Hasil:
dilakukan revisi. X² Hitung = 1,84
X² Tabel = 49,5
5.3. Analisa Kecukupan Data X² hitung < X² tabel, maka data terdistribusi
5.3.1. Jangkauan Tangan Kedepan normal.
Perhitungan kecukupan data pangkal ke 5.4.3. Tinggi Sandaran Punggung
tangan didapatkan nilai N’=0,160 dengan N=100 Pada uji Hipotesa tinggi siku berdiri
sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi didapatkan Hasil:
untuk pengukuran pangkal ke tangan. X² Hitung = 0,95
5.3.2. Tinggi Bahu Duduk X² Tabel = 49,5
Perhitungan kecukupan data jangkauan tangan X² hitung < X² tabel, maka data terdistribusi
kedepan didapatkan nilai N’=0,006 dengan normal.
N=100 sehingga, N’ < N semua data sudah 5.4.4. Tinggi Pinggang
mencukupi untuk pengukuran jangkauan tangan Pada uji Hipotesa tinggi pinggang berdiri
kedepan. didapatkan Hasil:
5.3.3. Tinggi Sandaran Punggung X² Hitung = 105,32
Perhitungan kecukupan data tinggi siku X² Tabel = 49,5
berdiri didapatkan nilai N’=0,008 dengan N=100 X² hitung > X² tabel, maka data tidak
sehingga, N’ < N semua data sudah mencukupi terdistribusi normal.
untuk pengukuran tinggi siku berdiri.
6.2. Saran
Diharapkan kepada seluruh praktikan dapat
memahami dengan baik mengenai materi pada
modul ini dikarenakan banyaknya data yang akan
diolah dari delapan dimensi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Madyana. 1996. Analisis Perancangan Kerja
dan Ergonomi. Penerbitan Universitas
Atmajaya. Yogyakarta.
Roebuck, J.A., 1995. Anthropometric methods:
designing to fit the human body, Human
Factors and Ergonomics Society Santa
Monica, CA.