Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN

PRAKTIKUM PERANCANGAN TERINTEGRASI 2

BILL OF MATERIAL

Disusun Oleh:
1. ARIVAL NOVARIOS 2010017311003
2. YOLA AZZAHRA 2010017311021

Kelompok: VI/SHIFT II

LABORATORIUM PERANCANGAN TERINTEGRASI 2


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Industri manufaktur dengan sistem produksi make to order, akan
memproduksi beberapa atau beragam jenis produk. Setiap produk tersebut
membutuhkan variasi proses, mesin, peralatan, keahlian pekerja dan bahan baku
yang beragam. Persaingan yang ketat antara industri manufaktur, menuntut
kemampuan industri tersebut dalam mengatur semua faktor yang dibutuhkan untuk
membuat produk yang tepat pada saat yang tepat dengan kualitas yang terbaik.
Untuk itu diperlukan adanya perencanaan penjadwalan produksi yang baik.
Kendala yang seringkali timbul disetiap aktifitas produksi tertuju kepada
ketidaksesuaian sistem produksi yang digunakan sehingga menimbulkan beberapa
masalah seperti perencanaan pesanan atau kebutuhan bahan baku yang tidak tepat,
penentuan permintaan produk yang tidak tepat untuk masa yang akan datang, proses
pembebanan elemen kerja yang tidak merata pada stasiun kerja sehingga
menimbulkan terjadinya keterlambatan produksi, untuk itu diperlukan sebuah
metode sistem produksi yang mampu memperbaiki permasalahan yang timbul
disetiap aktifitas produksi.
Untuk melakukan proses produksi yang baik, juga diperlukan perencanaan
persediaan yang baik pula. Hal ini sangatlah perlu karena suatu proses produksi
tidaklah proses dari suatu pemrosesan dari bahan baku menjadi barang setengah
jadi maupun barang jadi.
Sebelum proses penyusunan struktur produk, terdapat proses penerimaan
pesanan yang membutuhkan data pelanggan dan data pesanan. Proses ini akan
menghasilkan output laporan pesanan pada periode tertentu, laporan pelanggan
pemesan terbanyak, dan laporan produk paling banyak dipesan. Setelah menerima
pesanan terdapat proses penyusunan struktur produk yang menghasilkan Bill Of
Material (BOM). Sistem membutuhkan data jenis produk, data produk dan data
bahan baku. Sehingga perusahaan dapat mengetahui secara rinci apa saja kebutuhan
bahan baku dan berapa kuantitas masing-masing kebutuhan bahan baku untuk
setiap produk hingga menjadi produk jadi .
1.2. Tujuan Praktikum
Pada praktikum bill of material ini, praktikan diharapkan mampu dan bisa
mencapai tujuan pada proses praktikum ini:
1. Memahami dan menganalisis fungsi Bill of Material berdasarkan jadwal induk
produksi.
2. Menentukan jenis dan kuantitas release item yang dibutuhkan untuk merakit
suatu produk.
3. Mampu membuat level dari setiap komponen struktur produk.

1.3. Batasan Masalah


Pada modul bill of material ini membahas tentang pengertian bill of
material, jenis-jenis bill of material, fungsi bill of material dan langkah-langkah
membuat bill of material.

1.4. Alat dan Bahan


Berikut alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum perancangan
terintegrasi 2:
1. Meja kerja.
2. Jam digital.
3. Komputer.
4. Belt conveyor.
5. Lembar pengamatan.

1.5. Sistematika Penulisan


Berikut sistematika dari penulisan laporan perancangan terintegrasi 2
mengenai bill of material :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama praktikan akan membahas mengenai latar belakang,
tujuan praktikum, serta batasan masalah pada modul 1 tentang bill of
material.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab kedua membahas mengenai apa itu bill of material, jenis-jenis
bill of material, fungsi bill of material dan langkah-langkah membuat bill
of material.
BAB III PENGUMPULAN DATA
Pada bab ketiga ini membahas mengenai pengumpulan data mengenai
jenis bill of material yang sesuai dengan produk yang akan dibuat.
BAB IV PENGOLAHAN DATA
Pada bab keempat ini membahas tentang data yang sudah dikumpulkan
dan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab kelima ini berisi tentang pembahasan mengenai apa saja yang
kita lakukan pada saat praktikum bill of material.
BAB VI PENUTUP
Pada bab keenam ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
praktikum bill of material.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Bill Of Material


Bill Of Material (BOM) digunakan untuk Material Requirement Planning
(MRP). BOM adalah daftar komponen yang lengkap, formal dan terstruktur yang
mencantumkan keanggotaan hierarkis dan hubungan kuantitas dari bahan baku ke
bagian, komponen hingga produk akhir. Salah satu masalah yang sering dialami
perusahaan manufaktur adalah ketidaksesuaian BOM. Ketidakcocokan BOM
menyebabkan masalah seperti terlambatnya pengadaan material untuk produksi,
ketidaksesuaian inventaris, pengikisan material berlebih, yang biasanya dihadapi
oleh perusahaan produk, khususnya perusahaan yang menerapkan perakitan produk
yang disesuaikan. BOM saat merencanakan produksi one-of-kind sejenis
memberikan dua keuntungan, yaitu transparansi yang lebih tinggi dalam proses
perencanaan, karena ketidakpastian produk dan ketidakpastian proses dipisahkan
dan estimasi BOM yang bagus dapat meningkatkan kepastian perencanaan.
Menerapkan metode BOM Transformation untuk mendukung Design-
Manufacturing Integration (DMI) yang secara efektif memastikan integritas data,
kebenaran dan konsistensi dalam sistem.
Bill of material adalah daftar lengkap bahan dan komponen wajib dalam
pembuatan produk. BOM tidak hanya mencakup bahan baku tetapi juga
assemblies, sub-assemblies, sub-komponen dan bagian lain dalam proses
produksi.
Bill of material adalah struktur produk yang akan menjadi landasan untuk
menghitung jumlah unit bahan yang dibutuhkan untuk setiap jenis bahan yang
dibutuhkan. Bill of material juga didefinisikan sebagai hubungan anatar suatu
barang dan komponennya dalam suatu struktur produk dalam bentuk level
(jenjang). (Herjanto, 2008).
Bill of Material (BOM) merupakan struktur produk akhir yang berisi item,
bahan, komponen yang diperlukan untuk merakit atau membuat suatu produk akhir.
Dengan kata lain Bill of Material juga berisi langkah-langkah untuk menyelesaikan
produk akhir. Bill Of Material (BOM) juga bagian dari proses desain untuk
menentukan bahan yang akan dibeli atau diproduksi. Perencanaan persediaan
menggunakan BOM berhubungan erat dengan jadwal induk produksi untuk
menentukan jenis dan kuantitas bahan yang dibeli atau diproduksi.
Produk yang dihasilkan oleh suatu sistem manufaktur terdiri dari beberapa
jenis. Perencanaan untuk setiap jenis produk satu per satu tidak efisien dan sulit
menggambarkan interaksi antar produk mengingat produk tersebut dibuat pada
fasilitas produksi yang sama. Oleh sebab itu perlu dibuat agregasi dari produk
tersebut dalam bentuk product family dengan cara meng-agregasi-kan item-item
menjadi product family terlebih dahulu. Hirarki produk dikelompokkan menjadi 3
(tiga) tingkatan, yaitu:
1. Item
Produk akhir yang akan dikirim dan dipergunakan oleh konsumen yang akan
mempresentasikan tingkat spesifikasi tertinggi dari produk.
2. Family
Kelompok dari beberapa item yang membutuhkan biaya set-up manufacturing
yang sama.
3.Type
Kelompok family dan kuantitas produknya ditentukan dengan rencana produksi
agregat dan memiliki biaya produksi per satuan relatif sama.
Bill of Material (BOM) Sebagai dasar penghitungan harga jual produk. Kita
bisa mengetahui harga jual produk bisa memberikan keuntungan atau kerugian dari
biaya penyusun sebuah produk yang terdiri dari bahan baku ditambah biaya lainnya.
Bill of Material (BOM) sebagai dasar perencanaan kebutuhan bahan baku. Anda
bisa tahu komponen A harus dipesan dua kali lipat daripada komponen B dari Bill
of Material yang disebutkan bahwa produk tersusun dari 2A + B.
BOM mampu menghindari dari kehabisan bahan baku. Contohnya, pada
saat proses produksi ternyata komponen B memiliki banyak produk atau barang
reject sehingga stok pada komponen B yang berada digudang terpakai lebih banyak
dari biasanya, untuk menggantikan komponen yang direject. Ketika Anda memiliki
bill of material yang tersambung dengan perangkat lunak ERP, maka Anda bisa
mengatur reminder ketika stok sebuah komponen mencapai pada level tertentu.
Bill of Material mampu menyatukan fungsi didalam perusahaan. Jika
perusahaan memiliki BOM, maka akan jauh lebih mudah untuk
mengkomunikasikan produk antar departemen, seperti departemen produksi, riset
dan pengembangan, control mutu, pembelian.

2.2. Jenis-jenis Bill Of Material


Jenis pertama akan berisi daftar lengkap mengenai bahan langsung dan
tenaga kerja langsung yang diperlukan dalam produksi. Bahan langsung yang
dimaksud adalah bahan atau material yang secara langsung diperlukan untuk
menyusun dan memproduksi produk, sehingga wajib ada dalam jumlah yang
diperlukan dan waktu yang tepat. Tenaga kerja langsung mengacu pada tenaga kerja
yang dibutuhkan secara praktis dalam proses penyusunan produk yang dimaksud,
dengan keahlian dan kapasitas kerja yang sesuai dengan kebutuhan produksi.

2.2.1. Manufacturing Overhead


Jenis BOM kedua berisi tentang semua biaya produksi yang belum masuk
dalam klasifikasi bahan langsung atau tenaga kerja langsung. Biaya ini mengacu
pada biaya tidak langsung dalam produksi, seperti maintenance peralatan, mulai
dari pemeliharaan, pengecekan, dan perbaikan ketika terjadi kerusakan. Urusan
menjaga fungsi peralatan pabrik atau produksi penting, karena tanpanya proses
produksi tidak akan dapat berjalan optimal dan sesuai rencana awal.
Overhead manufaktur atau biasa dikenal dengan biaya overhead pabrik
(BOP) mencakup biaya tidak langsung yang terkait dengan pembuatan produk.
Biaya tidak langsung dapat berupa item apa pun yang tidak terkait langsung dengan
biaya material atau tenaga kerja, seperti item yang terkait dengan keselamatan,
inspeksi, pemeliharaan, atau utilitas.
Semua bisnis yang menggunakan proses manufaktur mengandung sejumlah
overhead tertentu yang mereka perhitungkan sesuai anggaran mereka, yang pada
akhirnya menurunkan margin keuntungan mereka. Perusahaan yang sukses dapat
meminimalkan overhead sambil mempertahankan standar kualitas dan rantai
pasokan yang efisien.
Manufacturing overhead terbagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1. Indirect Material
Indirect material ini merupakan material yang sulit ditelusuri sebagai bagian dari
barang jadi. Sebagai contoh adalah lem yang digunakan untuk pembuatan
produk furniture. Juga termasuk dalam indirect material adalah barang yang
terlalu kecil untuk diperhitungan sebagai bahan penyusun sebagai contoh adalah
mur kecil dalam pembuatan alat berat.
2. Indirect Labor
Indirect labor ini adalah biaya tenaga kerja yang sulit ditelusuri sebagai bagian
biaya sebuah produk. Sebagai contoh adalah biaya tenaga kerja yang mengawasi
pekerja-pekerja yang menjalankan proses produksi.
3. Other Manufacturing Cost
Other manufacturing cost yang merupakan manufacturing overhead ini
merupakan biaya-biaya yang lain antara lain beban depresiasi, penggunaan
listrik, pajak bumi dan bangunan pabrik, biaya asuransi dan biaya pemeliharaan
pabrik seperti jasa kebersihan, keamanan dan lain sebagainya. Yang juga
termasuk dalam other manufacturing cost ini adalah biaya overtime premium
dan biaya idle time. Kita akan membicarakan biaya overtime premium dan biaya
idle time pada artikel berikutnya.

2.2.2. Planning-Phantom Bills


Planning bills dibuat dengan tujuan untuk memudahkan penugasan induk
buatan kepada BOM, sehingga prosesnya bisa tertata dan terencana dengan baik.
Di sisi lain, phantom bills merupakan bill of material untuk komponen yang terdiri
dari sub perakitan. Komponen dan bill ini sifatnya sementara, dan bisa berubah
sewaktu-waktu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi selama produksi.
Ketiga jenis BOM ini dibuat berdasarkan keperluan, untuk menjalankan
fungsinya masing-masing. Tentu, ketika pembuatannya dilakukan secara benar,
maka banyak manfaat bisa didapatkan perusahaan dalam proses produksi ini.
Planning bills adalah daftar komponen yang dibuat untuk memudahkan
penugasan kepada Bill of Material (BOM). Tujuan utama dari planning bills adalah
untuk membantu perusahaan dalam mengelola dan mengatur produksi secara
terencana dan teratur.
Di sisi lain, phantom bills adalah daftar komponen yang terdiri dari sub-
perakitan. Komponen dan bill ini sifatnya sementara dan bisa berubah sewaktu-
waktu sesuai dengan keadaan yang terjadi selama proses produksi. Phantom bills
biasanya digunakan untuk mengelola produksi dari komponen-komponen yang
memiliki banyak sub-perakitan dan membutuhkan penyesuaian yang cepat selama
proses produksi.

2.3. Fungsi Bill Of Material


Bill of material memiliki fungsi fundamental dalam proses produksi, secara
khusus, dan operasional perusahaan secara umum. Dengan adanya dokumen ini,
dan dibuat dengan metode dan data yang benar, maka proses yang harus dijalankan
bisa benar-benar optimal dan berfungsi optimal.
Sesuatu dibuat pasti ada tujuan dan fungsinya. Begitu pun dengan Bill of
Material. BOM memiliki beberapa fungsi yang dapat kamu sesuaikan dengan
kebutuhanmu. Baca agian ini ya, agar ketika kamu membuat BOM, bisa sesuai
dengan fungsi dan kebutuhan produksimu.
1. Dasar Perhitungan Harga Jual
Pertama, Bill of Material dapat digunakan sebagai dasar perhitungan harga jual
produk. Melalui BOM, kita dapat mengetahui potensi keuntungan atau kerugian
yang akan kita peroleh, berdasarkan harga jual produknya. Harga jual produk
tersebut dapat kita peroleh dari biaya bahan baku ditambah biaya lainnya.
2. Dasar Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
Selanjutnya, BOM berfungsi sebagai dasar dari perencanaan kebutuhan bahan
baku. Tujuannya, kamu bisa mengetahui jumlah kebutuhan suatu bahan baku
untuk suatu produksi, misalkan butuh pesan berapa buah sekrup untuk satu kali
produksi, dan lain sebagainya.
3. Menghindari Kehabisan Bahan Baku
BOM ternyata juga dapat menghindari kemungkinan kehabisan bahan baku.
Misalnya ketika suatu pabrik memproduksi banyak barang, lalu banyak barang
yang di-reject. Sehingga stok barang tersebut menjadi terlalu banyak. Melalui
BOM, kamu bisa memiliki semacam catatan pengingat agar tidak kehabisan atau
kelebihan stok suatu barang.
4. Sebagai Acuan Perbaikan Produk
BOM berisi catatan material dan komponen suatu produksi. Misalnya, terjadi
kerusakan atau kekurangan komponen terhadap suatu produk, kamu bisa melihat
catatan komponen yang dibutuhkan dalam Bill of Material-nya.

2.4. Manfaat Bill Of Material


Manfaat utama dari pembuatan dokumen ini sebenarnya berada pada
departemen atau bagian yang berurusan langsung dengan urusan produksi. Secara
detail, berikut manfaat yang bisa didapatkan.
1. Membantu perusahaan dalam mengendalikan proses produksi. Dengan merinci
daftar bahan spesifik untuk menyusun produk, baik bahan mentah dan campuran,
proses produksi bisa terkendali dan sesuai dengan rencana awal.
2. Mengukur kapasitas produksi perusahaan. Kapasitas produksi perusahaan tentu
memiliki batasan tertentu. Berdasarkan dokumen ini tentunya bisa mengetahui
secara pasti besaran kapasitas produksi, serta pesanan produk yang bisa
digabung proses produksinya dalam rangka efisiensi.
3. Dokumen ini bisa jadi acuan pertimbangan dan peramalan pada barang yang
keluar dan masuk gudang, serta transaksi produksi dalam periode yang
ditentukan.
4. Acuan pertimbangan penambahan sumber daya manusia, peralatan, serta
peningkatan stok yang dibeli, dalam rangka pengembangan kapasitas produksi
perusahaan. Selain itu, materi dalam BOM bisa jadi perimbangan pula dalam
urusan distribusi bahan mentah dan bahan jadi secara efektif.
5. Menjamin kuantitas bahan yang benar untuk produksi, sehingga resiko
terjadinya kekurangan bahan dalam proses bisa ditekan ke titik minimal.

2.5. Format Bill Of Material


Berikut akan dijelaskan mengenai format dari bill of material seperti
dibawah ini :
1. Single-Level Bill of Material (BOM)
Menampilkan assembly atau sub-assembly dengan hanya satu level
children. Menampilkan komponen yang langsung dibutuhkan untuk membuat
assembly atau sub-assembly.
2. Indented Bill of Material (BOM)
Menampilkan level item tertinggi mendekati margin kiri dan komponen
yang digunakan pada item ini lebih menjorok ke margin sebelah kanan.
3. Modular Bill of Material (BOM)
Modular bill of material adalah tipe dari BOM dan elemen kritis dalam
menentukan stuktur produk dari produk akhir. Modular BOM menentukan
komponen material, dokumen, bagian-bagian dan gambar-gambar rekayasa yang
dibutuhkan untuk melengkapi sebuah sub-assembly. Selama modular BOM
sebagian besar berhubungan dengan produk fisik, konsep tersebut akan dapat
digunakan dalam berbagai macam industri.
Modular BOM digunakan oleh sistem informasi modern untuk melayani
berbagai macam tujuan seperti menentukan komponen-komponen yang
dibutuhkan untuk memproduksi sebuah sub-assembly, dan menyediakan informasi
biaya untuk setiap komponen dan update informasi untuk keseluruhan sub-
assembly.

2.6. Struktur Bill Of Material


Berikut ini adalah struktur yang terdapat pada Bill of Material:
1. Struktur Standar (Tree Structure atau Pyramid Structure)
Subassemblies lebih banyak dibandingkan dengan produk akhir dan
komponen lebih banyak daripada subassemblies. Hanya sedikit jumlah produk
akhir yang dibuat dari komponen-komponen penyusunnya. Produk akhir ini
disimpan dalam stok untuk pengiriman.
Struktur produk :
a. Puncak adalah produk akhir.
b. Bagian tengah adalah assemblies.
c. Bagian bawah adalah komponen dan bahan baku.
2. Struktur Modular (Bourglas Structure)
Subassemblies lebih sedikit dibanding produk akhir dan komponen lebih
banyak daripada subassemblies. Dalam stuktur modular banyak produk akhir yang
dibuat dari subassemblies yang sama kemudian disimpan untuk assembly untuk
memenuhi pesanan pelanggan.
Struktur produk :
a. Puncak adalah produk akhir.
b. Bagian tengah adalah assemblies.
c. Bagian bawah adalah komponen dan bahan baku.

2.7. Cara Membuat Bill Of Material


Beberapa indikator yang harus diketahui saat pembuatan Bill Of
Material adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jenis bill of material yang sesuai dengan produk yang akan di buat.
2. Data-data valid yang akan di gunakan sebagai referensi dalam pembentukan bill
of material.
3. Pahami dan kuasai sistem atau aplikasi yang di gunakan untuk pembuatan bill
of material (contoh aplikasi : SAAP, IFS, Aplikasi berbasis Web base)
4. Tentukan penomoran sebagai pengganti kode suatu barang atau gambar,
biasanya setiap perusahaan memiliki format khusus dalam penomoran kode
barang.
5. Kuasai struktur level komponen atau barang sebelum di bentuk.
6. Kuasai proses yang terdapat di dalam suatu komponen. (contoh : welding
process, painting process, machining process)
7. Tentukan dan identifikasi item atau barang sesuai fungsinya (contoh : barang di
beli atau tidak dibeli, barang di perlu di proses atau tidak di proses)
8. Validasi setelah terbentuk dengan melakukan pengecekan.
9. Pengecekan berkala untuk memastikan bill of material benar.

2.8. Level Bill Of Material


Bill of Material (BOM) secara tradisional memperlihatkan daftar komponen
BOM dalam bentuk struktur produk dan dinyatakan dalam level manufaktur. Dalam
bentuk skematik, selain dikenal sebagai struktur produk, Bill of Material terstruktur
dikenal juga sebagai pohon produk. Pada Bill of Material terdapat level yang
menjadi dasar logikanya, antara lain:
1. Level 0: Sebuah produk jadi yang tidak dipakai sebagai komponen pembentuk
dari produk lain.
2. Level 1: Komponen contoh bill of material yang menjadi pembentuk langsung
dari produk dengan level 0. Pada waktu yang bersamaan. Namun, komponen ini
juga bisa adalah sebuah produk jadi. Sebagai gambaran sekilas, ban mobil juga
bisa dijual terpisah sebagai produk jadi yang juga siap guna. Maka, jika dipakai
sebagai komponen pmbentuk langsung dalam pembuatan mobil atau kendaraan
maka akan digolongkan sebagai item dengan level 1.
3. Level 2: Sebuah komponen pembentuk langsung dari produk dengan level 1.
Sebagaimana level 1, komponen pada level ini juga bisa dipakai sebagai
komponen pembentuk langsung pada level 0 atau produk jadi.
4. Level 3: Selanjutnya, level ini bisa didefinisikan dengan maksud yang kurang
lebih sama.

2.9. Rencana Bill Of Material


Rencana BOM atau planning BOM tidak menggambarkan produk aktual
yang akan dibuat namun menggambarkan produk bayangan atau gabungan yang
diciptakan untuk beberapa hal berikut ini:
1. Memudahkan dan meningkatkan akurasi peramalan penjualan.
2. Mengurangi jumlah produk akhir.
3. Membuat proses perencanaan dan penjadwalan yang lebih akurat.
4. Menyederhanakan pemasukan pesanan pelanggan.
5. Menciptakan sistem pemeliharaan dan penyimpanan data yang lebih fleksibel
dan efisien.
6. Melakukan penjadwalan tingkat dua.

2.10. Pembagian Bill Of Material


Terkait Bill of Material ini, dua orang ahli di bidang Manajemen
Operasional mengatakan, bahwa BOM terbagi ke beberapa jenis yaitu sebagai
berikut :
1. Berupa Modul
Jenis yang pertama adalah bill of material dalam bentuk modul. Modul ini,
bukan merupakan produk akhir yang akan dijual, melainkan komponen yang
akan digunakan untuk produksi sebuah produk. Pada jenis ini, BOM disebut juga
sebagai Modular Bill.
2. Bill untuk Perencanaan
Selanjutnya adalah bill untuk perencanaan. Tujuan dari diciptakannya bill ini
adalah untuk menugaskan induk buatan, kepada Bill of Material-nya. Dalam
istilah lain, bill untuk perencanaan ini disebut juga pseudo bill atau angka
peralatan.
3. Phantom Bill of Material
Terakhir adalah phantom bill of material. Jenis ini biasanya digunakan untuk
komponen atau sub-sub perakitan yang bersifat sementara waktu. Bill ini akan
bergerak langsung di proses perakitan, sehingga dalam praktiknya dia akan
diberi kode-kode khusus.

2.11. Elemen dari Bill Of Material


Berikut akan dijelaskan mengenai elemen dari bill of material yaitu sebagai
berikut :
1. Tingkat BOM
Ini adalah nomor unik yang menunjukkan di mana setiap bagian atau rakitan
sesuai dengan hierarki BOM. Pertimbangkan BOM untuk kendaraan. Setiap
komponen utama, seperti mesin, pintu, dan drivetrain, akan menjadi satu
level. Mereka selanjutnya akan dipecah menjadi komponen dan material, seperti
piston dan poros engkol yang merupakan bagian dari mesin. Piston dan poros
engkol masing-masing akan menjadi rata dan kemudian dipecah menjadi bagian-
bagian komponennya. Contohnya adalah cincin piston yang merupakan bagian
dari piston.
2. Nomor Bagian
Nomor unik ini mengidentifikasi bahan atau komponen, memungkinkan siapa
pun yang terlibat dalam proses produksi untuk mengidentifikasinya dengan
cepat. Nomor bagian dapat cerdas — yaitu, mereka menyertakan beberapa
deskripsi bagian tersebut. Misalnya, nomor cerdas untuk kawat mungkin "WIRE-
001".
Angka cerdas dapat memudahkan untuk mengidentifikasi setiap bagian. Namun,
mereka membutuhkan orang yang mengembangkan skema penomoran untuk
mengetahui setiap bagian secara mendetail sebelum menetapkan nomor. Nomor
bagian non-cerdas tidak menyertakan deskripsi. Mereka umumnya lebih mudah
dibuat dan cenderung tetap akurat untuk waktu yang lebih lama. Untuk sebagian
besar organisasi, salah satu sistem penomoran dapat berfungsi. Kuncinya adalah
konsisten.
3. Bagian Nama
Nama bagian juga merupakan pengidentifikasi unik untuk setiap bagian atau
rakitan. Seperti nomor bagian, ini membantu pengguna untuk mengidentifikasi
bagian dengan cepat.
4. Fase
Fase menunjukkan tahap siklus hidup untuk setiap bagian. Contohnya termasuk
"dalam produksi" atau "dalam desain."
5. Keterangan
Juga unik untuk setiap bagian atau komponen, deskripsi memberikan lebih
banyak detail daripada nama atau nomor bagian. Deskripsi berguna saat diperlukan
untuk membedakan bagian-bagian yang tampak serupa. Misalnya, "sekrup" dapat
mencakup sekrup mesin berukuran 1/2 dan 5/8 inci.
6. Kuantitas
Kuantitas menunjukkan berapa banyak dari setiap bagian yang akan digunakan
dalam perakitan atau sub-perakitan. Contohnya adalah dua ring piston per silinder
piston.
7. Satuan Ukuran
Ini menunjukkan dalam satuan ukuran apa suatu bagian akan diperoleh dan
digunakan. Menentukan ukuran membantu memastikan jumlah yang tepat
dipesan. Untuk bagian yang lengkap, seperti gasket, ukuran satuan kemungkinan
besar adalah “masing-masing”.
Untuk beberapa bagian atau komponen, lebih masuk akal untuk menggunakan
satuan ukuran. Misalnya, kabel dan kayu umumnya dibeli dengan berjalan
kaki. Suku cadang kecil dan murah yang sulit dihitung, seperti paku atau sekrup,
dapat dibeli berdasarkan berat atau kotak.
8. Jenis Pengadaan
Ini menunjukkan bagaimana bagian atau komponen diperoleh. Pilihan biasanya
termasuk membeli suku cadang, memproduksinya secara internal, atau
membuatnya diproduksi oleh subkontraktor.
9. Penunjuk Referensi
Penunjuk referensi berperan saat produk berisi rakitan papan sirkuit
tercetak. Penunjuk referensi mengidentifikasi lokasi setiap bagian dalam rakitan
papan sirkuit.
10. Catatan BOM
Bagian catatan menawarkan kesempatan untuk memasukkan informasi lain yang
berguna bagi siapa pun yang merujuk ke BOM. Ini mungkin terdiri dari daftar
pemasok alternatif atau spesifikasi yang harus dipenuhi oleh suatu bahan, seperti
perekat.
BOM memengaruhi inventaris, karena perolehan bahan baku dan keseluruhan proses
perakitan suku cadang bergantung pada BOM. BOM yang salah dapat menyebabkan
banyak revisi, hilangnya pendapatan bagi semua individu yang terlibat dalam proses
tersebut. Ketika nilai bagian atau jumlah dimasukkan secara keliru, hal itu dapat
memengaruhi produktivitas kelompok atau orang yang bertanggung jawab atas item
tersebut.
BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh
manufacturing untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.
Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang di-
hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan item yang dibeli
atau diproduksi.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Perhitungan Processing Time


3.1.1. Processing Time Stasiun Kerja I
Elemen Pekerjaan:
a. Pasang penyangga bawah 1 pada tatakan rak bawah.
b. Pasang penyangga bawah 2 pada tatakan rak bawah.
c. Pasang penyangga bawah 3 pada tatakan rak bawah.
d. Pasang penyangga bawah 4 pada tatakan rak bawah.

Tabel 3.1. Processing Time Stasiun Kerja I

Processing Elemen
Unit Start Finish
Time
1 2 3 4
1 13:30:05 13:30:20 15 4 3 3 5
2 13:30:40 13:30:46 6 2 2 1 1
3 13:30:51 13:31:09 18 5 4 4 5
4 13:31:19 13:31:39 20 5 6 4 5
5 13:31:48 13:32:12 24 6 7 5 6
6 13:32:22 13:32:47 25 6 5 7 7
7 13:32:55 13:33:29 24 6 5 6 7
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Processing Time
30
25
20
15
10 Processing Time
5
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun I

Gambar 3.1. Grafik Processing Time Stasiun Kerja I


3.1.2. Processing Time Stasiun Kerja II
Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tiang bawah 1.
b. Pemasangan tiang bawah 2.
c. Pemasangan tiang bawah 3.
d. Pemasangan tiang bawah 4.
e. Pemasangan rak ke-2.

Tabel 3.2. Processing Time Stasiun Kerja II

Processing Elemen
Unit Start Finish
Time
1 2 3 4 5
1 13:30:30 13:30:57 27 6 5 6 4 6
2 13:30:54 13:31:20 14 3 2 3 3 3
3 13:31:24 13:32:04 40 8 7 8 9 8
4 13:31:52 13:32:12 20 4 5 4 3 4
5 13:32:19 13:32:39 20 4 4 4 4 4
6 13:32:50 13:33:16 26 6 5 5 5 5
7 13:33:39 13:34:19 40 9 8 8 7 8
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Processing Time
60
50
40
30
20 Processing Time
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun II

Gambar 3.2. Grafik Processing Time Stasiun Kerja II


3.1.3. Processing Time Stasiun Kerja III
Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tiang atas 1.
b. Pemasangan tiang atas 2.
c. Pemasangan tiang atas 3.
d. Pemasangan tiang atas 4.
e. Pemasangan rak ke-3.
Tabel 3.3. Processing Time Stasiun Kerja III

Processing Elemen
Unit Start Finish
Time
1 2 3 4 5
1 13:31:30 13:31:53 23 5 4 5 5 4
2 13:31:38 13:32:38 60 12 12 12 12 12
3 13:32:36 13:33:06 30 6 5 6 6 7
4 13:32:40 13:33:11 31 7 6 6 6 6
5 13:33:12 13:33:41 29 6 5 6 5 7
6 13:33:42 13:34:04 22 4 5 4 4 5
7 13:34:15 13:34:23 38 8 7 7 8 8
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Processing Time
80

60

40

20 Processing Time
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun III

Gambar 3.3. Grafik Processing Time Stasiun Kerja III


3.1.4. Processing Time Stasiun Kerja IV
Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tutup atas 1.
b. Pemasangan tutup atas 2.
c. Pemasangan tutup atas 3.
d. Pemasangan tutup atas 4.

Tabel 3.4. Processing Time Stasiun Kerja IV

Processing Elemen
Unit Start Finish
Time
1 2 3 4
1 13:32:06 13:32:23 17 5 4 5 3
2 13:33:47 13:34:00 13 3 4 3 3
3 13:34:09 13:34:31 22 6 5 5 6
4 13:34:28 13:34:45 17 5 4 5 3
5 13:35:00 13:35:10 10 2 3 2 3
6 13:35:05 13:35:45 50 13 12 12 14
7 13:36:10 13:36:54 44 12 13 11 8
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Processing Time
60
50
40
30
20 Processing Time
10
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun IV

Gambar 3.4. Grafik Processing Time Stasiun Kerja IV


3.1.5. Processing Time Stasiun Kerja V
Elemen pekerjaan:
a. Periksa kelengkapan rak.
b. Periksa kestabilan rak.
c. Pengujian beban pada rak.
d. Packing rak kedalam kotak.
e. Catat jumlah produk defect (rak tidak berfungsi).

Tabel 3.4. Processing Time Stasiun Kerja V

Processing Elemen
Unit Start Finish
Time
1 2 3 4 5
1 13:32:28 13:32:44 16 4 3 4 3 6
2 13:33:19 13:33:27 8 2 1 2 2 1
3 13:33:32 13:33:49 17 4 3 4 3 3
4 13:34:04 13:34:19 15 3 3 3 3 3
5 13:34:15 13:34:32 17 4 3 3 4 3
6 13:34:49 13:35:10 21 5 4 4 4 4
7 13:35:31 13:36:06 35 7 6 5 7 10
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Processing Time
40
30
20
10
0
Processing Time
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun V

Gambar 3.5. Grafik Processing Time Stasiun Kerja V


3.2. Perhitungan Waiting Time
3.2.1. Perhitungan Waiting Time Stasiun Kerja I
Elemen Pekerjaan:
a. Pasang penyangga bawah 1 pada tatakan rak bawah.
b. Pasang penyangga bawah 2 pada tatakan rak bawah.
c. Pasang penyangga bawah 3 pada tatakan rak bawah.
d. Pasang penyangga bawah 4 pada tatakan rak bawah.

Tabel 3.6. Waiting Time Stasiun Kerja I

Unit In Start Waiting Time

1 13:30:00 13:30:05 5
2 13:30:37 13:30:40 3
3 13:30:45 13:30:51 6
4 13:31:15 13:31:19 4
5 13:31:45 13:31:48 3
6 13:32:20 13:32:22 2
7 13:32:50 13:32:55 5
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Waiting Time
8
6
4
2 Waiting Time
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun I

Gambar 3.6. Grafik Waiting Time Stasiun Kerja I


3.2.2. Perhitungan Waiting Time Stasiun Kerja II
Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tiang bawah 1.
b. Pemasangan tiang bawah 2.
c. Pemasangan tiang bawah 3.
d. Pemasangan tiang bawah 4.
e. Pemasangan rak-2.
Tabel 3.7. Waiting Time Stasiun Kerja II

Unit In Start Waiting Time

1 13:30:20 13:30:30 10
2 13:30:45 13:30:54 9
3 13:31:20 13:31:24 4
4 13:31:40 13:31:52 12
5 13:32:10 13:32:19 9
6 13:32:45 13:32:50 5
7 13:33:35 13:33:39 4
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Waiting Time
20
10
0 Waiting Time
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun II

Gambar 3.7. Grafik Waiting Time Stasiun Kerja II

3.2.3. Perhitungan Waiting Time Stasiun Kerja III


Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tiang atas 1.
b. Pemasangan tiang atas 2.
c. Pemasangan tiang atas 3.
d. Pemasangan tiang atas 4.
e. Pemasangan rak ke-3.

Tabel 3.8. Waiting Time Stasiun Kerja III

Unit In Start Waiting Time

1 13:31:25 13:31:30 5
2 13:31:35 13:31:38 3
3 13:32:32 13:32:36 4
4 13:32:37 13:32:40 3
5 13:33:10 13:33:12 2
6 13:33:38 13:33:42 4
7 13:34:10 13:34:15 5
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Waiting Time
6

2
Waiting Time
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun III

Gambar 3.8. Grafik Waiting Time Stasiun Kerja III

3.2.4. Perhitungan Waiting Time Stasiun Kerja IV


Elemen pekerjaan:
a. Pemasangan tutup atas 1.
b. Pemasangan tutup atas 2.
c. Pemasangan tutup atas 3.
d. Pemasangan tutup atas 4.

Tabel 3.9. Waiting Time Stasiun Kerja IV

Unit In Start Waiting Time

1 13:32:02 13:32:06 4
2 13:33:45 13:33:47 2
3 13:34:05 13:34:09 4
4 13:34:25 13:34:28 3
5 13:34:57 13:35:00 3
6 13:35:03 13:35:05 2
7 13:36:05 13:36:10 5
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Waiting Time
6
5
4
3
2
Waiting Time
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun IV

Gambar 3.9. Grafik Waiting Time Stasiun Kerja IV


3.2.5. Perhitungan Waiting Time Stasiun Kerja V
a. Periksa kelengkapan rak.
b. Periksa kestabilan rak.
c. Pengujian beban pada rak.
d. Packing rak kedalam kotak.
e. Catat jumlah produk defect (rak tidak berfungsi).

Tabel 3.10. Waiting Time Stasiun Kerja V

Unit In Start Waiting Time

1 13:32:35 13:32:28 3
2 13:33:17 13:33:19 2
3 13:33:30 13:33:32 2
4 13:34:00 13:34:04 4
5 13:34:10 13:34:15 2
6 13:34:46 13:34:49 3
7 13:35:28 13:35:31 3
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Waiting Time
5
4
3
2
Waiting Time
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun V

Gambar 3.10. Grafik Waiting Time Stasiun Kerja V


3.3. Perhitungan Transport Time
3.3.1. Transport Time dari Stasiun Kerja I ke Stasiun Kerja II

Tabel 3.11. Transport Time SK I ke SK II

Unit Out Finish Transport Time

1 13:30:52 13:30:57 5
2 13:31:17 13:31:20 3
3 13:32:10 13:32:14 4
4 13:32:09 13:32:12 3
5 13:32:37 13:32:39 2
6 13:33:13 13:33:16 3
7 13:34:15 13:34:19 4
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Transport Time
6
5
4
3
2
Transport Time
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun I Ke Stasiun II

Gambar 3.11. Grafik Transport Time SK I ke SK II

3.3.2. Transport Time dari Stasiun Kerja II ke Stasiun Kerja III

Tabel 3.12. Transport Time SK II ke SK III

Unit Out Finish Transport Time

1 13:31:40 13:31:53 12
2 13:32:35 13:32:38 3
3 13:33:02 13:33:06 4
4 13:33:09 13:33:11 2
5 13:33:37 13:33:41 4
6 13:33:58 13:34:04 6
7 13:34:14 13:34:23 9
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Transport Time
15

10

5 Transport Time
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun II Ke Stasiun III

Gambar 3.12. Grafik Transport Time SK II ke SK III

3.3.3. Transport Time dari Stasiun Kerja III ke Stasiun Kerja IV

Tabel 3.13. Transport Time SK III ke SK IV

Unit Out Finish Transport Time

1 13:32:20 13:32:23 3
2 13:33:56 13:34:00 4
3 13:34:28 13:34:31 3
4 13:34:40 13:34:45 5
5 13:35:08 13:35:10 2
6 13:35:38 13:35:45 7
7 13:36:50 13:36:54 4
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Transport Time
8
7
6
5
4
3
Transport Time
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun III Ke Stasiun IV

Gambar 3.13. Grafik Transport Time SK III ke SK IV


3.3.4. Transport Time dari Stasiun Kerja IV ke Stasiun Kerja V

Tabel 3.14. Transport Time SK IV ke SK V

Unit Out Finish Transport Time

1 13:32:40 13:32:44 4
2 13:33:20 13:33:27 7
3 13:33:44 13:33:49 5
4 13:34:12 13:34:19 7
5 13:34:30 13:34:32 2
6 13:35:05 13:35:10 5
7 13:36:00 13:36:06 6
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Transport Time
8

2 Transport Time
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun IV Ke Stasiun V

Gambar 3.14. Grafik Transport Time SK III ke SK IV

3.4. Perhitungan Antrian


3.4.1. Antrian Stasiun Kerja I

Tabel 3.15. Antrian Stasiun Kerja I

Unit In Finish Antrian ke- Jumlah Antrian

1 13:30:00 13:30:20 - -
2 13:30:37 13:30:46 - -
3 13:30:45 13:31:09 - -
4 13:31:15 13:31:39 - -
5 13:31:45 13:32:12 - -
6 13:32:20 13:32:47 - -
7 13:32:50 13:33:29 - -
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Antrian SK I
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
13:30:20 13:30:46 13:31:09 13:31:39 13:32:12 13:32:47 13:33:29
13:30:00 13:30:37 13:30:45 13:31:15 13:31:45 13:32:20 13:32:50

Gambar 3.15. Grafik Antrian SK I

3.4.2. Antrian Stasiun Kerja II

Tabel 3.16. Antrian Stasiun Kerja II

Unit In Finish Antrian ke- Jumlah Antrian

1 13:30:20 13:30:57 0 0
2 13:30:45 13:31:20 1 1
3 13:31:20 13:32:14 1 2
4 13:31:40 13:32:12 0 2
5 13:32:10 13:32:39 0 2
6 13:32:45 13:33:16 0 2
7 13:33:35 13:34:19 0 2
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Antrian SK II
2.5

1.5

0.5

0
13:30:57 13:31:20 13:32:14 13:32:12 13:32:39 13:33:16 13:34:19
13:30:20 13:30:45 13:31:20 13:31:40 13:32:10 13:32:45 13:33:35
Gambar 3.16. Grafik Antrian SK II
3.4.3. Antrian Stasiun Kerja III

Tabel 3.17. Antrian Stasiun Kerja III

Unit In Finish Antrian ke- Jumlah Antrian

1 13:31:25 13:31:53 0 0
2 13:31:35 13:32:38 1 1
3 13:32:32 13:33:06 0 1
4 13:32:37 13:33:11 1 2
5 13:33:10 13:33:41 0 2
6 13:33:38 13:34:04 1 3
7 13:34:10 13:34:23 0 3
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Antrian SK III
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
13:31:53 13:32:38 13:33:06 13:33:11 13:33:41 13:34:04 13:34:23
13:31:25 13:31:35 13:32:32 13:32:37 13:33:10 13:33:38 13:34:10

Gambar 3.17. Grafik Antrian SK III

3.4.4. Antrian Stasiun Kerja IV

Tabel 3.18. Antrian Stasiun Kerja IV

Unit In Finish Antrian ke- Jumlah Antrian

1 13:32:02 13:32:23 0 0
2 13:33:45 13:34:00 0 0
3 13:34:05 13:34:31 1 1
4 13:34:25 13:34:45 1 2
5 13:34:57 13:35:10 0 2
6 13:35:03 13:35:45 0 2
7 13:36:05 13:36:54 0 2
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Antrian SK IV
2.5

1.5

0.5

0
13:32:23 13:34:00 13:34:31 13:34:45 13:35:10 13:35:45 13:36:54
13:32:02 13:33:45 13:34:05 13:34:25 13:34:57 13:35:03 13:36:05
Gambar 3.18. Grafik Antrian SK IV

3.4.5. Antrian Stasiun Kerja V

Tabel 3.19. Antrian Stasiun Kerja V

Unit In Finish Antrian ke- Jumlah Antrian

1 13:32:35 13:32:44 0 0
2 13:33:17 13:33:27 0 0
3 13:33:30 13:33:49 0 0
4 13:34:00 13:34:19 0 0
5 13:34:10 13:34:32 0 0
6 13:34:46 13:35:10 0 0
7 13:35:28 13:36:06 0 0
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

Antrian SK V
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
13:32:44 13:33:27 13:33:49 13:34:19 13:34:32 13:35:10 13:36:06
13:32:35 13:33:17 13:33:30 13:34:00 13:34:10 13:34:46 13:35:28
Gambar 3.19. Grafik Antrian SK V
3.5. Perhitungan Penyesuaian
3.5.1. Penyesuaian Stasiun Kerja I

Tabel 3.20. Penyesuaian Stasiun Kerja I


NO Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1 Anggota Badan Terpakai
B 1%
Pergelangan tangan dan jari
2 Pedal Kaki
F 0%
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu kaki
3 Penggunaan Tangan
H 0%
Kedua tangan saling bantu dan bergantian
4 Kondisi Mata
J 2%
Cukup sedikit
5 Peralatan
N 0%
Dapat ditangan dengan mudah
Total 3%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.

Jumlah Penyesuaian = a% = 3% = 0,03


P1 = b = 1
P2 = b + a
= 1 + 0,03 = 1,03
P = P1 x P2 = 1 x 1,03 = 1,03

3.5.2. Penyesuaian Stasiun Kerja II

Tabel 3.21. Penyesuaian Stasiun Kerja II


NO Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1 Anggota Badan Terpakai
B 1%
Pergelangan tangan dan jari
2 Pedal Kaki
F 0%
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu kaki
3 Penggunaan Tangan
H 0%
Kedua tangan saling bantu dan bergantian
4 Kondisi Mata Dengan
J 2%
Cukup sedikit
5 Peralatan
O 1%
Dengan sedikit kontrol
Total 4%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.

Jumlah Penyesuaian = a% = 4% = 0,04


P1 = b = 1
P2 = b + a
= 1 + 0,04 = 1,04
P = P1 x P2 = 1 x 1,04 = 1,04
3.5.3. Penyesuaian Stasiun Kerja III

Tabel 3.22. Penyesuaian Stasiun Kerja III


NO Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1 Anggota Badan Terpakai
B 1%
Pergelangan tangan dan jari
2 Pedal Kaki
F 0%
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu kaki
3 Penggunaan Tangan
H 0%
Kedua tangan saling bantu dan bergantian
4 Kondisi Mata Dengan
J 2%
Cukup sedikit
5 Peralatan
O 1%
Dengan sedikit kontrol
Total 4%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.

Jumlah Penyesuaian = a% = 4% = 0,04


P1 = b = 1
P2 = b + a
= 1 + 0,04 = 1,04
P = P1 x P2 = 1 x 1,04 = 1,04

3.5.4. Penyesuaian Stasiun Kerja IV

Tabel 3.23. Penyesuaian Stasiun Kerja IV


NO Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1 Anggota Badan Terpakai
B 1%
Pergelangan tangan dan jari
2 Pedal Kaki
F 0%
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu kaki
3 Penggunaan Tangan
H 0%
Kedua tangan saling bantu dan bergantian
4 Kondisi Mata
K 4%
Konstan dan dekat
5 Peralatan
N 0%
Dapat ditangan dengan mudah
Total 5%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.

Jumlah Penyesuaian = a% = 5% = 0,05


P1 = b = 1
P2 = b + a
= 1 + 0,05 = 1,05
P = P1 x P2 = 1 x 1,05 = 1,05
3.5.5. Penyesuaian Stasiun Kerja V

Tabel 3.24. Penyesuaian Stasiun Kerja V


NO Keadaan Lambang Penyesuaian (%)
1 Anggota Badan Terpakai
B 1%
Pergelangan tangan dan jari
2 Pedal Kaki
F 0%
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu kaki
3 Penggunaan Tangan
H 0%
Kedua tangan saling bantu dan bergantian
4 Kondisi Mata
K 4%
Konstan dan dekat
5 Peralatan
P 2%
Perlu kontrol dan penekanan
Total 7%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.

Jumlah Penyesuaian = a% = 7% = 0,07


P1 = b = 1
P2 = b + a
= 1 + 0,07 = 1,07
P = P1 x P2 = 1 x 1,07 = 1,07

3.6. Perhitungan Kelonggaran

Tabel 3.25. Kelonggaran


NO Faktor Kelonggaran (%)
1 Tenaga yang dikeluarkan
3%
Dapat diabaikan
2 Sikap kerja
2%
Berdiri di atas dua kaki
3 Gerakan kerja
0%
Normal
4 Kelelahan mata
5%
Pandangan normal
5 Keadaan temperature kerja
5%
Sedang
6 Keadaan atmosfir
0%
Baik
7 Keadaan lingkungan kerja
0%
Bersih, sehat, cerah dengan tingkat kebisingan rendah
8 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pria 2,5%
Total 17,5%
Sumber: Buku Teknik Cara Kerja,1979.
3.7. Perhitungan Waktu Baku
3.7.1. Perhitungan Waktu Baku Stasiun Kerja I
3.7.1.1. Waktu Baku Elemen I

Tabel 3.26. Waktu Baku Elemen I


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 2 5 5 6 6 6 34 4.857143
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 1,46385
n −1
BKA = X + 2  x = 7,784843
BKB = X - 2  x = 1,929443

Waktu Baku Elemen 1 SK I


10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.20. Grafik Waktu Baku Elemen I

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 4,857143
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,002857
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 5,878357

3.7.1.2. Waktu Baku Elemen II

Tabel 3.27. Waktu Baku Elemen II


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 3 2 4 6 7 5 5 32 4.571429
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
a. Uji Keseragaman Data

 x=  ( Xi − X ) 2

= 1,718249
n −1
BKA = X + 2  x = 8,007927
BKB = X - 2  x = 1,13493

Waktu Baku Elemen 2 SK I


10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.21. Grafik Waktu Baku Elemen II

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 4,571429
Waktu Normal (Wn) = X xP = 4,708751
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 5,532571

3.7.1.3. Waktu Baku Elemen III

Tabel 3.28. Waktu Baku Elemen III


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 3 1 4 4 5 7 6 30 4.285714
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 1,976047
n −1
BKA = X + 2  x = 8,237808
BKB = X - 2  x = 0,33362
Waktu Baku Elemen 3 SK I
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.22. Grafik Waktu Baku Elemen III

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 4,285714
Waktu Normal (Wn) = X xP = 4,414286
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 5,186786

3.7.1.4. Waktu Baku Elemen IV

Tabel 3.29. Waktu Baku Elemen IV


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 1 5 5 6 7 7 36 5.142857
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 2,035401
n −1
BKA = X + 2  x = 9,213659
BKB = X - 2  x = 1,072055

Waktu Baku Elemen 4 SK I


10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.23. Grafik Waktu Baku Elemen IV


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,142857
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,297143
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,224143

3.7.2. Perhitungan Waktu Baku Stasiun Kerja II


3.7.2.1. Waktu Baku Elemen I

Tabel 3.30. Waktu Baku Elemen I


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 6 3 8 4 4 6 9 40 5.714286
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2

= 2,21467
n −1
BKA = X + 2  x = 10,14363
BKB = X - 2  x = 1,284946

Waktu Baku Elemen 1 SK II


15

10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.24. Grafik Waktu Baku Elemen I

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,979


 xi 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,714286
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,942857
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,982857

3.7.2.2. Waktu Baku Elemen II

Tabel 3.31. Waktu Baku Elemen II


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 2 7 5 4 5 8 36 5.142857
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 1,9518
n −1
BKA = X + 2  x 9,0466457
BKB = X - 2  x = 1,239257

Waktu Baku Elemen 2 SK II


10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.25. Grafik Waktu Baku Elemen II

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,979


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,142857
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,348571
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,284571

3.7.2.3. Waktu Baku Elemen III

Tabel 3.32. Waktu Baku Elemen III


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 6 3 8 4 4 5 8 38 5.428571
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
a. Uji Keseragaman Data

 x=  ( Xi − X ) 2

= 1,98806
n −1
BKA = X + 2  x = 9,404691
BKB = X - 2  x = 1,452452

Waktu Baku Elemen 3 SK II


10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.26. Grafik Waktu Baku Elemen III

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 xi 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,428571
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,645714
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,636714

3.7.2.4. Waktu Baku Elemen IV

Tabel 3.33. Waktu Baku Elemen IV


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 3 9 3 4 5 7 35 5
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 2,236068
n −1
BKA = X + 2  x = 9,472136
BKB = X - 2  x = 0,527864
Waktu Baku Elemen 4 SK II
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.27. Grafik Waktu Baku Elemen IV

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X =5
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,2
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,11

3.7.2.5. Waktu Baku Elemen V

Tabel 3.34. Waktu Baku Elemen V


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 6 3 8 4 4 5 8 38 5.428571
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 1,98806
n −1
BKA = X + 2  x = 9,404691
BKB = X - 2  x = 1,452452s

Waktu Baku Elemen 5 SK II


10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.28. Grafik Waktu Baku Elemen V


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,428571
Waktu Normal (Wn) = X xP = 5,645714
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 6,633714

3.7.3. Perhitungan Waktu Baku Stasiun Kerja III


3.7.3.1. Waktu Baku Elemen I

Tabel 3.35. Waktu Baku Elemen I


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 12 6 7 6 4 8 48 6.857143
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2

= 2,609506
n −1
BKA = X + 2  x = 12,07616
BKB = X - 2  x = 1,63813

Waktu Baku Elemen 1 SK III


15

10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.29. Grafik Waktu Baku Elemen I

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 xi 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,857143
Waktu Normal (Wn) = X xP = 7,131429
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,379429

3.7.3.2. Waktu Baku Elemen II

Tabel 3.36. Waktu Baku Elemen II


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 12 6 7 6 4 8 48 6.857143
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 2,609506
n −1
BKA = X + 2  x = 12,07616
BKB = X - 2  x = 1,63813

Waktu Baku Elemen 2 SK III


15

10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.30. Grafik Waktu Baku Elemen II

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,857143
Waktu Normal (Wn) = X xP = 7,131429
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,379429

3.7.3.3. Waktu Baku Elemen III

Tabel 3.37. Waktu Baku Elemen III


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 12 6 6 6 4 7 46 6.571429
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
a. Uji Keseragaman Data

 x=  ( Xi − X ) 2

= 2,572751
n −1
BKA = X + 2  x = 11,71693
BKB = X - 2  x = 1,425927

Waktu Baku Elemen 3 SK III


15

10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.31. Grafik Waktu Baku Elemen III

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,571429
Waktu Normal (Wn) = X xP = 6,834286
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,030286

3.7.3.4. Waktu Baku Elemen IV

Tabel 3.38. Waktu Baku Elemen IV


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 12 6 6 5 4 8 46 6.571429
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2

= 2,699206
n −1
BKA = X + 2  x = 11,96984
BKB = X - 2  x = 1,173016
Waktu Baku Elemen 4 SK III
15

10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.32. Grafik Waktu Baku Elemen IV

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 xi 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,571429
Waktu Normal (Wn) = X xP = 6,834286
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,030286

3.7.3.5. Waktu Baku Elemen V

Tabel 3.39. Waktu Baku Elemen V


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 12 7 6 7 5 8 49 7
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 2,581989
n −1
BKA = X + 2  x = 12,16398
BKB = X - 2  x = 1,836022

Waktu Baku Elemen 5 SK III


15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.33. Grafik Waktu Baku Elemen V


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X =7
Waktu Normal (Wn) = X xP = 7,28
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,554

3.7.4. Perhitungan Waktu Baku Stasiun Kerja IV


3.7.4.1. Waktu Baku Elemen I

Tabel 3.40. Waktu Baku Elemen I


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 3 6 5 2 13 12 46 6.571429
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2

= 4,27618
n −1
BKA = X + 2  x = 15,12379
BKB = X - 2  x = -1,980931

Waktu Baku Elemen 1 SK IV


20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7
-5

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.34. Grafik Waktu Baku Elemen I

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,571429
Waktu Normal (Wn) = X xP = 6,9
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 8,1075

3.7.4.2. Waktu Baku Elemen II

Tabel 3.41. Waktu Baku Elemen II


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 4 5 4 3 12 13 45 6.428571
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=  ( Xi − X ) 2 = 4,197505
n −1
BKA = X + 2  x = 14,82358
BKB = X - 2  x = -1,966438

Waktu Baku Elemen 2 SK IV


20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7
-5

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.35. Grafik Waktu Baku Elemen II

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,428571


Waktu Normal (Wn) = X xP = 6,75
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 7,93125

3.7.4.3. Waktu Baku Elemen III

Tabel 3.42. Waktu Baku Elemen III


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 5 3 5 5 2 12 11 43 6.142857
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
a. Uji Keseragaman Data

 x=
 ( Xi − X ) 2 = 3,848314
n −1
BKA = X + 2  x = 13,83949
BKB = X - 2  x = -1,553772

Waktu Baku Elemen 3 SK IV


15

10

0
1 2 3 4 5 6 7
-5

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.36. Grafik Waktu Baku Elemen III

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 6,142857


Waktu Normal (Wn) = X xP = 6,45
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 7,57875

3.7.4.4. Waktu Baku Elemen IV

Tabel 3.43. Waktu Baku Elemen IV


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 3 3 6 3 3 14 8 40 5.714286
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2

= 4,151879
n −1
BKA = X + 2  x = 14,01804
BKB = X - 2  x = -2,589471
Waktu Baku Elemen 4 SK IV
15

10

0
1 2 3 4 5 6 7
-5

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.37. Grafik Waktu Baku Elemen IV

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N'=  s  = 97,97959


 i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 5,714286


Waktu Normal (Wn) = X xP =6
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 7,05

3.7.5. Perhitungan Waktu Baku Stasiun Kerja V


3.7.5.1. Waktu Baku Elemen I

Tabel 3.44. Waktu Baku Elemen I


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 2 4 3 4 5 7 29 4.142857
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2

= 1,573592
n −1
BKA = X + 2  x = 7,29004
BKB = X - 2  x = 0,995674

Waktu Baku Elemen 1 SK V


10

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.34. Grafik Waktu Baku Elemen I


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N '=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 4,1428857


Waktu Normal (Wn) = X xP = 4,432857
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 5,208607

3.7.5.2. Waktu Baku Elemen II

Tabel 3.45. Waktu Baku Elemen II


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 3 1 3 3 3 4 6 23 3.285714
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2 = 1,496026
n −1
BKA = X + 2  x = 6,277767
BKB = X - 2  x = 0,293661

Waktu Baku Elemen 2 SK V


8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.35. Grafik Waktu Baku Elemen II


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N '=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 3,285714


Waktu Normal (Wn) = X xP = 3,515714
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 4,130964
3.7.5.3. Waktu Baku Elemen III

Tabel 3.46. Waktu Baku Elemen III


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 4 2 4 3 3 4 5 25 3.571429
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2 = 0,9759
n −1
BKA = X + 2  x = 5,523229
BKB = X - 2  x = 1,619628

Waktu Baku Elemen 3 SK V


6

0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.36. Grafik Waktu Baku Elemen III


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N '=  s  = 97,97959


 xi 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 3,571429


Waktu Normal (Wn) = X xP = 3,821429
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 4,490179

3.7.5.4. Waktu Baku Elemen IV

Tabel 3.47. Waktu Baku Elemen IV


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 3 2 3 3 4 4 7 26 3.714286
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2 = 1,603567
n −1
BKA = X + 2  x = 6,921421
BKB = X - 2  x = 0,507151

Waktu Baku Elemen 4 SK V


8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.37. Grafik Waktu Baku Elemen IV


b. Uji Kecukupan Data
2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N '=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 3,714286


Waktu Normal (Wn) = X xP = 3,974286
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 4,669786

3.7.5.5. Waktu Baku Elemen V

Tabel 3.48. Waktu Baku Elemen V


Unit 1 2 3 4 5 6 7 Ʃ Xi X Bar
W. Proses 6 1 3 3 3 4 10 30 4.285714
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

a. Uji Keseragaman Data


 x=
 ( Xi − X ) 2 = 2,9277
n −1
BKA = X + 2  x = 10,14111
BKB = X - 2  x = -1,569686
Waktu Baku Elemen 5 SK V
15
10
5
0
-5 1 2 3 4 5 6 7

BKB W. Proses BKA

Gambar 3.37. Grafik Waktu Baku Elemen IV

b. Uji Kecukupan Data


2
k n xi − ( xi ) 2 
2

N '=  s  = 97,97959


i x 

Rata-Rata Waktu Siklus = X = 4,285714


Waktu Normal (Wn) = X xP = 4,585714
Waktu Baku (Wb) = Wn (1+L) = 5,388214

3.8. Rekapitulasi Waktu Baku


Tabel 3.49. Rekapitulasi Waktu Baku
Stasiun
Elemen X Bar BKA Penyesuaian Wn Kelonggaran Wb
Kerja
1 4,86 7,79 1,03 5,00 0,175 5,89
2 4,58 8,00 1,03 4,7 0,175 5,53
I
3 4,29 8,23 1,03 4,41 0,175 5,19
4 5,14 9,21 1,03 5,210 0,175 6,22
1 5,71 10,14 1,04 5,94 0,175 6,99
2 5,14 9,04 1,04 5,34 0,175 6,29
II 3 5,42 9,40 1,04 5,64 0,175 6,63
4 5 9,48 1,04 5,2 0,175 6,11
5 5,42 9,40 1,04 5,64 0,175 6,63
1 6,86 12,08 1,04 7,13 0,175 8,38
2 6,86 12,08 1,04 7,13 0,175 8,38
III 3 6,58 11,71 1,04 6,83 0,175 8,03
4 6,58 11,97 1,04 6,83 0,175 8,03
5 7 12,17 1,04 7,29 0,175 8,56
1 6,58 15,12 1,05 6,9 0,175 8,10
2 6,42 14,82 1,05 6,75 0,175 7,93
IV
3 6,14 13,83 1,05 6,45 0,175 7,58
4 5,71 14,01 1,05 6 0,175 7,05
1 4,14 7,210 1,07 4,43 0,175 5,20
2 3,29 6,28 1,07 3,51 0,175 4,13
V 3 3,58 5,52 1,07 3,82 0,175 4,410
4 3,71 6,92 1,07 3,98 0,175 4,67
5 4,29 10,14 1,07 4,59 0,175 5,39
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
3.9. Perhitungan Kapasitas Produksi
Tabel 3.50. Kapasitas Produksi
Stasiun Kerja WB Kapasitas Produksi
I 22,9 157,2
II 32,7 110
III 41,3 87,1
IV 30,7 117,2
V 23,8 151,2
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

ʃ Jam .Kerja(3.600 detik)


Kapasitas Produksi =
Wb/Sk
1 jam kerja = 3600 detik

3.10. Perhitungan Performance


Tabel 3.51. Performance
Tingkat Kapasitas
Stasiun Kerja Jumlah Cacat Target
Performance Produksi
I-V 5 2 7 29%
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

3.11. Menentukan Cycle Time

ᵗi maks ≤ CT ≤ P/Q
CT = 41,3
157,2 ≤ 41,3 ≤ 360

3.12. Precedence Diagram

Gambar 3.38. Precedence Diagram


3.13. Melakukan Penyeimbangan Lintasan Produksi
3.13.1. Metoda LCR
a. Menentukan ranking operasi
Tabel 3.52. Perhitungan Bobot Operasi
Ranking Operasi Xbar
1 10 6,86
2 11 6,86
3 12 6,58
4 13 6,58
5 15 6,58
6 16 6,42
7 17 6,14
8 5 5,71
9 18 5,71
10 7 5,42
11 9 5,42
12 4 5,14
13 6 5,14
14 1 4,86
15 2 4,58
16 3 4,29
17 23 4,29
18 19 4,14
19 22 3,71
20 21 3,58
21 20 3,29
22 14 7
23 8 5
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

b. Pengelompokkan operasi kedalam stasiun kerja


Tabel 3.53. Pengelompokkan Operasi Kedalam Stasiun Kerja
Stasiun Kerja Operasi WB Kum. WB Efisiensi
10 6,86 6,86
11 6,86 13,72
I 65%
12 6,58 20,3
13 6,58 26,88
15 6,58 6,58
16 6,42 13
II 17 6,14 19,14 74%
5 5,71 24,85
18 5,71 30,56
7 5,42 5,42
9 5,42 10,84
III 4 5,14 15,98 89%
6 5,14 21,12
1 4,86 25,98
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Tabel 3.53. Pengelompokkan Operasi Kedalam Stasiun Kerja (Lanjutan)
2 4,58 4,58
3 4,29 8,87
IV 56%
23 4,29 13,16
19 4,14 17,3
22 3,71 3,71
21 3,58 7,29
V 20 3,29 10,58 95%
14 7 17,58
8 5 22,58
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

c. Aliran produk
Aliran produk lama

Gambar 3.39. Aliran Produk Lama

Aliran produk baru

Gambar 3.40. Aliran Produk Baru


3.13.2. Metode RPW
1. Menentukan bobot operasi
Tabel 3.54. Tabel Perhitungan Bobot Operasi
Operasi Bobot Operasi yang mengikuti
1 93,73 1,5,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
2 92,88 2,6,910,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
3 92,87 3,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
4 93,3 4,8,9,10,11,12,1314,15,16,17,18,19,20,21,22,23
5 8887 5,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
6 88,3 6,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
7 88.58 7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
8 88,16 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
9 83,16 9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
10 57,72 10,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
11 57,72 11,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
12 57,44 12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
13 57,44 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
14 50,86 14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
15 25,59 15,19,20,21,22,23
16 25,43 16,19,20,21,22,23
17 25,15 17,19,20,21,22,23
18 24,72 18,19,20,21,22,23
19 19,01 19,20,21,22,23
20 14,87 20,21,22,23
21 11,58 21,22,23
22 8 22,23
23 4,29 23
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

2. Menentukan ranking operasi


Tabel 3.55. Tabel Meranking Region Operasi
Ranking Operasi Wb Operasi yang mengikuti
1 9 2,625 9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
2 10 1,925 10,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
3 11 1,925 11,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
4 12 1,925 12,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
5 13 1,925 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
6 14 1,75 14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
7 5 2,45 5,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
8 6 2,45 6,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
9 7 2,45 7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
10 8 2,45 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
11 15 1,05 15,19,20,21,22,23
12 16 1,05 16,19,20,21,22,23
13 17 1,05 17,19,20,21,22,23
14 18 1,05 18,19,20,21,22,23
15 19 0,875 19,20,21,22,23
16 20 0,7 20,21,22,23
17 21 0,525 21,22,23
18 22 0,35 22,23
19 23 0,175 23
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
Tabel 3.55. Tabel Meranking Region Operasi (Lanjutan)
Ranking Operasi Wb Operasi yang mengikuti
20 1 0,175 1,5,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
21 2 0,175 2,6,910,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
22 3 0,175 3,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23
23 4 0,175 4,8,9,10,11,12,1314,15,16,17,18,19,20,21,22,23
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

3. Mengelompokkan ke dalam stasiun kerja


Tabel 3.56. Tabel Pengelompokkan Dalam Stasiun Kerja
Stasiun Kerja Operasi WB Kum. WB Efisiensi
5,71 2,625 2,63
5,42 1,925 4,55
I 20%
5,42 1,925 6,48
5,14 1,925 8,40
5,14 1,925 1,925
4,86 1,75 3,665
II 6,58 2,45 6,115 27%
6,42 2,45 8,565
6,14 2,45 11,015
5,71 2,45 2,45
4,58 1,05 3,5
III 4,29 1,05 4,55 16%
4,29 1,05 5,6
4,14 1,05 6,65
3,71 0,875 0,875
3,58 0,7 1,575
IV
3,29 0,525 2,1 6%
7 0,35 2,45
5 0,175 0,175
6,86 0,175 0,35
V 6,86 0,175 0.525 2%
6,58 0,175 0,7
6,58 0,175 0,875
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

1. Aliran Produk
Aliran produk lama

Gambar 3.41. Aliran Produk Lama


Aliran produk baru

Gambar 3.42. Aliran Produk Baru

3.13.3. Metoda RA
a. Pembagian kedalam region
Tabel 3.57. Pembagian Kedalam Region
Region Operasi yang Mengikuti
1 1,2,3,4
2 5,6,7,8
3 9
4 10,11,12,13
5 14
6 15,16,17,18
7 19
8 20
9 21
10 22
11 23
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

b. Menghitung region operasi


Tabel 3.58. Perhitungan Region Operasi
Ranking Region Operasi yang Mengikuti
1 1 10,11,12,13
2 2 15,16,17,18
3 3 5,6,7,8
4 4 1,2,3,4
5 5 14
6 6 9
7 7 23
8 8 19
9 9 22
10 10 21
11 11 20
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
c. Pengelompokkan kedalam stasiun kerja
Tabel 3.59. Pengelompokkan Operasi Kedalam Stasiun Kerja
Stasiun Kerja Operasi WB Kum. WB Efisiensi
10 6,86 6,86
11 6,86 13,72
I 65%
12 6,58 20,3
13 6,58 26,88
15 6,58 6,58
16 6,42 13
II 17 6,14 19,14 74%
18 5,71 24,85
5 5,71 30,56
6 5,14 5,14
7 5,42 10,56
III 8 5 15.56 61%
1 4,86 20,42
2 4,58 25
3 4,29 4,29
4 5,14 9,43
IV 53%
14 7 16,43
9 5,42 21,85
23 4,29 4,29
19 4,14 8,43
V 22 3,71 12,14 46%
21 3,58 15,72
20 3,29 19,01
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.

d. Aliran produk
Aliran produk lama

Gambar 3.42. Aliran Produk Lama


Aliran produk baru

Gambar 3.43. Aliran Produk Baru

3.14. Assembly Rak

Gambar 3.44. Assembly Chart Rak


3.14.1. Keseimbangan Lintasan Aktual
1. Efisiensi stasiun Kerja I sampai dengan V
a. Stasiun kerja I
Ti
= x 100%
Ws
22,9
= x 100%
41,3
= 55%

b. Stasiun kerja II
Ti
= x 100%
Ws
32,7
= x 100%
41,3
= 79%

c. Stasiun kerja III


Ti
= x 100%
Ws
30,7
= x 100%
41,3
= 74%

d. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
41,3
= x 100%
41,3
= 100%
e. Stasiun kerja V
Ti
= x 100%
Ws
23,8
= x 100%
41,3
= 58%
2. Line efisiensi
∑Ti
LE = x 100%
(n)(Ws)
127,6
= x 100%
(5)(41,3)
= 62%

3. Smoothes Index

Si = √∑ki=1 (ST max -STi)2

= √(22,9 - 41,3)2 + (32,7 - 41,3)2 + (30,7 - 41,3)2 + (41,3 - 41,3)2 + (23,8 - 41,3)2

= 39,6

3.14.2. Keseimbangan LOB


A. Metode LCR
1. Efisiensi stasiun kerja I sampai dengan V
a. Stasiun kerja I
Ti
= x 100%
Ws
= 65%

b. Stasiun kerja II
Ti
= x 100%
Ws
= 74%

c. Stasiun kerja III


Ti
= x 100%
Ws
= 89%

d. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 56%
e. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 95%

2. Line efisiensi
∑Ti
LE = x 100%
(n)(Ws)
127,6
= x 100%
(5)(41,3)
= 62%

3. Smoothes Index

Si = √∑ki=1 (ST max -STi)2

= 40,2

B. Metode RPW
1. Efisiensi stasiun kerja I sampai dengan V
a. Stasiun kerja I
Ti
= x 100%
Ws
= 20%

b. Stasiun kerja II
Ti
= x 100%
Ws
= 27%

c. Stasiun kerja III


Ti
= x 100%
Ws
= 16%

d. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 6%
e. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 2%

2. Line efisiensi
∑Ti
LE = x 100%
(n)(Ws)
127,6
= x 100%
(5)(41,3)
= 62%

3. Smoothes Index

Si = √∑ki=1 (ST max -STi)2

= 44,5

B. Metode RA
1. Efisiensi stasiun kerja I sampai dengan V
a. Stasiun kerja I
Ti
= x 100%
Ws
= 65%

b. Stasiun kerja II
Ti
= x 100%
Ws
= 74%

c. Stasiun kerja III


Ti
= x 100%
Ws
= 61%

d. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 53%
e. Stasiun kerja IV
Ti
= x 100%
Ws
= 46%

2. Line efisiensi
∑Ti
LE = x 100%
(n)(Ws)
127,6
= x 100%
(5)(41,3)
= 62%

3. Smoothes Index

Si = √∑ki=1 (ST max -STi)2

= 45,7

3.15. Perbandingan Lintasan Aktual dengan LOB


Tabel 3.60. Perbandingan Lintasan Aktual dengan LOB
LOB
No. Kriteria Lintasan Aktual
LCR RPW RA
1. Jumlah Stasiun Kerja 5 5 5 5
2. Efisiensi Stasiun Kerja
a. SK I 55% 65% 20% 65%
b. SK II 79% 74% 27% 74%
c. SK III 74% 89% 16% 61%
d. SK IV 100% 56% 6% 53%
e. SK V 58% 95% 2% 46%
3. Line Efisiensi 62% 62% 62% 62%
4. Smoothes Index 39,6 40,2 44,5 45,7
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan Perhitungan Processing Time


4.1.1. Pembahasan Time Stasiun I
Pada proses perakitan terdapat 4 elemen pekerjaan dan 7 unit produksi
terdapat total waktu prosesnya. Waktu proses merupakan estimasi lamanya waktu
yang dibutuhkan mesin untuk menyelesaikan operasi.

4.1.2. Pembahasan Time Stasiun II


Pada proses perakitan terdapat 5 elemen pekerjaan dan 7 unit produksi
terdapat total waktu prosesnya. Dari waktu yang ada dapat disimpulkan bahwa
pekerja atau operator tidak stabil dalam bekerja karena penempatan elemen-elemen
produk yang tidak teratur.

4.1.3. Pembahasan Time Stasiun III


Pada proses perakitan terdapat 5 elemen pekerjaan dan 7 unit produksi
terdapat total waktu prosesnya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan yang
dilakukan pekerja dikarenakan kurang memahami cara perakitan produk.

4.1.4. Pembahasan Time Stasiun IV


Pada proses perakitan terdapat 4 elemen pekerjaan dan 7 unit produksi
terdapat total waktu prosesnya. Waktu proses merupakan estimasi lamanya waktu
yang dibutuhkan mesin untuk menyelesaikan operasi.

4.1.5. Pembahasan Time Stasiun V


Pada proses perakitan terdapat 5 elemen pekerjaan dan 7 unit produksi
terdapat total waktu prosesnya. Dari waktu yang didapatkan operator melakukan
kesalahan dengan kurangnya ketelitian pada saat melakukan perakitan produk.

4.2. Pembahasan Perhitungan


4.2.1. Waiting Time Stasiun I
Waktu tunggu pada stasiun kerja I bervariasi yaitu unit 1 terdapat waktu
tunggu 5 detik, unit 2 terdapat waktu tunggu 3 detik, unit 3 terdapat waktu tunggu
6 detik, unit 4 terdapat waktu tunggu 4 detik, unit 5 terdapat waktu tunggu 3 detik,
unit 6 terdapat waktu tunggu 2 detik dan terakhir unit 7 terdapat waktu tunggu 5
detik.

4.2.2. Waiting Time Stasiun II


Waktu tunggu pada stasiun kerja I bervariasi yaitu unit 1 terdapat waktu
tunggu 10 detik, unit 2 terdapat waktu tunggu 9 detik, unit 3 terdapat waktu tunggu
4 detik, unit 4 terdapat waktu tunggu 12 detik, unit 5 terdapat waktu tunggu 9 detik,
unit 6 terdapat waktu tunggu 5 detik dan terakhir unit 7 terdapat waktu tunggu 4
detik.

4.2.3. Waiting Time Stasiun III


Waktu tunggu pada stasiun kerja I bervariasi yaitu unit 1 terdapat waktu
tunggu 5 detik, unit 2 terdapat waktu tunggu 3 detik, unit 3 terdapat waktu tunggu
4 detik, unit 4 terdapat waktu tunggu 3 detik, unit 5 terdapat waktu tunggu 2 detik,
unit 6 terdapat waktu tunggu 4 detik dan terakhir unit 7 terdapat waktu tunggu 5
detik.

4.2.4. Waiting Time Stasiun IV


Waktu tunggu pada stasiun IV bervariasi yaitu unit 1 terdapat waktu tunggu
4 detik. Pada unit ke 2 waktu tunggunya 2 detik dan unit kerja ke 3 waktu tunggunya
adalah 4 detik. Pada unit ke 4 waktu tunggunya adalah 3 detik. Pada unit ke 5 waktu
tunggunya adalah 3 detik. Pada unit ke 6 waktu tunggunya adalah 2 detik dan pada
unit ke 7 waktu tunggunya adalah 5 detik.

4.2.5. Waiting Time Stasiun V


Waktu tunggu pada stasiun V bervariasi yaitu unit 1 terdapat waktu tunggu
3 detik. Pada unit ke 2 waktu tunggunya 2 detik dan unit kerja ke 3 waktu tunggunya
adalah 2 detik. Pada unit ke 4 waktu tunggunya adalah 4 detik. Pada unit ke 5 waktu
tunggunya adalah 2 detik. Pada unit ke 6 waktu tunggunya adalah 3 detik dan pada
unit ke 7 waktu tunggunya adalah 3 detik.
4.3. Pembahasan Transport Time
4.3.1. Transport Time dari Stasiun I ke Stasiun II
Transport time dari stasiun kerja I ke stasiun kerja II yang paling lama
adalah pada unit yang ke 1 yaitu selama 5 detik dan transport time yang paling
cepat adalah pada unit yang ke 5 yaitu selama 2 detik.

4.3.2. Transport Time dari Stasiun II ke Stasiun III


Transport time dari stasiun ke II ke stasiun kerja III yang paling lama adalah
pada unit yang ke 1 yaitu 12 detik dan transport time yang paling cepat adalah pada
unit yang ke 4 yaitu selama 2 detik.

4.3.3. Transport Time dari Stasiun III ke Stasiun IV


Pada transport time dari stasiun kerja ke III stasiun kerja ke IV yang paling
lama adalah pada unit ke 6 selama 7 detik dan transport time yang paling cepat
adalah detik pada unit yang ke 6 selama 2 detik.

4.3.4. Tansport Time dari Stasiun IV ke stasiun V


Pada transport time dan stasiun kerja ke IV ke stasiun kerja ke V yang paling
lama adalah pada unit ke 4 yaitu selama 7 detik dan trasnport time yang paling
cepat adalah unit ke 5 yaitu selama 2 detik.

4.4. Pembahasan Mengenai Antrian


Pada stasiun kerja ke I tidak ada antrian karena pada stasiun kerja I
merupakan proses awalnya perakitan produk dan barang atau dari gudang dikirim
ke stasiun prosesnya. Terjadinya antrian pada saat produk dari stasiun kerja I ke
stasiun kerja II terjadinya bottleneck.

4.5. Pembahasan Mengenai Penyesuaian


Penyesuaian diberikan tingkat kecepatan kerja yang dilakukan pekeja.
Perhitungan penyesuaian masing-masing stasiun kerja di asusmsikan nilai
penyesuaian tidak terlalu besar dengan nilai penyesuaian yang diasumsikan pada
stasiun I, II, III, IV dan IV yaitu 3%, 4%, 4%, 5% dan 7% karena masing-masing
operator melakukan pekerjaan dengan keadaan tidak jauh berbeda.
4.6. Pembahasan Mengenai Kelonggaran
Kelonggaran diberikan dengan adanya sejumlah keadaan diluar kerja yaitu
selama pekerjaan berlangsung. Seperti tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja,
gerakan kerja, kelelahan mata, keadaan temperatur, keadaan atmosfir, keadaan
lingkungan kerja dan kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. Kelonggarn berguna
untuk mendapatkan waktu baku tiap elemen kerja. Kelonggaran tiap stasiun
diasumsikan sama yaitu sebesar 17,5%.

4.7. Pembahasan Performansi


Pada semua proses pengerjaan produk mulai dari stasiun I hingga stasiun IV
tingkat performasi yang didapatkan adalah sebesar 7 unit dengan jumlah cacat
produk sebanyak 1 unit. Sehingga didapatlah kesimpulan bahwa kualitas produk
yang dihasilkan adalah sebesar 29%.

4.8. Pembahasan Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi pada setiap stasiun diperoleh dari jam kerja efektif
dibagi dengan waktu baku setiap stasiun. Kapasitas produksi untuk masing-masing
stasiun adalah:
1. Stasiun I = 22,9
2. Stasiun II = 32,7
3. Stasiun III = 41,3
4. Stasiun IV = 30,7
5. Stasiun V = 23,8
4.9. Pembahasan Perbandingan Lintasan Aktual Dengan LOB
Terdapat perbandingan lintasan actual dengan line of balancing dapat dilihat
dengan tabel sebagai berikut.
Tabel 3.61. Perbandingan Lintasan Aktual dengan LOB
LOB
No. Kriteria Lintasan Aktual
LCR RPW RA
1. Jumlah Stasiun Kerja 5 5 5 5
2. Efisiensi Stasiun Kerja
a. SK I 55% 65% 20% 65%
b. SK II 79% 74% 27% 74%
c. SK III 74% 89% 16% 61%
d. SK IV 100% 56% 6% 53%
e. SK V 58% 95% 2% 46%
3. Line Efisiensi 62% 62% 62% 62%
4. Smoothes Index 39,6 40,2 44,5 45,7
Sumber: Pengolahan Data Lab. PTI 2, 2023.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Bill of Material (BOM) merupakan struktur produk akhir yang berisi item,
bahan, komponen yang diperlukan untuk merakit atau membuat suatu produk akhir.
Dengan kata lain Bill of Material juga berisi langkah-langkah untuk menyelesaikan
produk akhir. Bill Of Material (BOM) juga bagian dari proses desain untuk
menentukan bahan yang akan dibeli atau diproduksi. Perencanaan persediaan
menggunakan BOM berhubungan erat dengan jadwal induk produksi untuk
menentukan jenis dan kuantitas bahan yang dibeli atau diproduksi.
Planning bills dibuat dengan tujuan untuk memudahkan penugasan induk
buatan kepada BOM, sehingga prosesnya bisa tertata dan terencana dengan baik.
Di sisi lain, phantom bills merupakan bill of material untuk komponen yang terdiri
dari sub perakitan. Komponen dan bill ini sifatnya sementara, dan bisa berubah
sewaktu-waktu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi selama produksi.
Ketiga jenis BOM ini dibuat berdasarkan keperluan, untuk menjalankan
fungsinya masing-masing. Tentu, ketika pembuatannya dilakukan secara benar,
maka banyak manfaat bisa didapatkan perusahaan dalam proses produksi ini.
Planning bills adalah daftar komponen yang dibuat untuk memudahkan
penugasan kepada Bill of Material (BOM). Tujuan utama dari planning bills adalah
untuk membantu perusahaan dalam mengelola dan mengatur produksi secara
terencana dan teratur.
Overhead manufaktur atau biasa dikenal dengan biaya overhead pabrik
(BOP) mencakup biaya tidak langsung yang terkait dengan pembuatan produk.
Biaya tidak langsung dapat berupa item apa pun yang tidak terkait langsung dengan
biaya material atau tenaga kerja, seperti item yang terkait dengan keselamatan,
inspeksi, pemeliharaan, atau utilitas.
Semua bisnis yang menggunakan proses manufaktur mengandung sejumlah
overhead tertentu yang mereka perhitungkan sesuai anggaran mereka, yang pada
akhirnya menurunkan margin keuntungan mereka.
5.2. Saran
Berdasarkan laporan praktikum yang telah penulis buat maka penulis
menyarankan sebaiknya mengolah data dengan baik dan benar sesuai dengan urutan
serta langkahnya agar dapat mempermudah ketika melakukan perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Unas Saifoel, 2014. Penjadwalan produksi dengan metode MPS guna
mengoptimalkan produksi. Skripsi Jurusan Teknik Industri. Fakultas
Teknik, Universitas Brawijaya.
Ridwan Moch, 2014. Penjadwalan produksi dengan metode CDS guna
mengoptimalkan produksi. Skripsi Jurusan Teknik Industri. Fakultas
Teknik, Universitas Bima Nusantara
Mangngenre saiful, 2014. Penjadwalan produksi dengan pada PT.XYZ. Jurnal
BKSTI Universitas Hasanudin Makasar

Anda mungkin juga menyukai