Anda di halaman 1dari 66

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1

Perencanaan dan Pengendalian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana didalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal, dan tindakan manajemen (Baroto, 2002, p13). Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efektif, produktif, dan optimal. merupakan aktivitas dalam sistem produksi. Perusahaan merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mengelola pesanan dari pelanggan. Meramalkan permintaan. Mengelola persediaan. Menyusun rencana agregat. Membuat jadwal induk produksi. Production Planning and Control

35 6. 7. 8. Merencanakan kebutuhan. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Monitoring dan produksi. 9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa digunakan pada perusahaan-perusahaan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sistem produksi proyek Flexible Control system Material Requirement Planning Just in Time Optimized Production Technology Continuous Process Control Sistem Berdasarkan cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi dapat diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut : 1. Engineering to order (ETO), penyiapan fasilitas sampai pembuatan dalam memenuhi pesanan dilakukan oleh perusahaan. Produk yang dipesan biasanya berjumlah satu unit dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam pembuatannya sangat banyak. 2. Made to order (MTO), pesanan yang diterimadisesuaikan dengan fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan. 3. Assembly to order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan dilakukan dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan. pelaporan pembebanan kerja disbanding kapasitas

4.

Made to stock (MTS) , perusahaan memproduksi dengan cara menstok hasil produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan tidak melayani pesanan. Berdasarkan ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat

dikelompokkan menjadi: 1. Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang digunakan banyak, sedangkan unit yang diproduksi hanya satu. 2. Produksi batch, produksi yang dihasilkan banyak jenisnya, namun dalam jumlah produksi yang sedang. 3. Produksi massal, jenis produk yang diproduksi lebih sedikit dari batch, namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar. Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan

fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi: 1. 2. 3. 4. Produksi flow shop Produksi fleksibel. Produksi job shop Produksi kontinu

Jenis-jenis produksi diatas dapat menentukan sistem produksi yang digunakan.

2.2

Persediaan

2.2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan (Render dan Heizer, 2001, p314). Ada enam penggunaan persediaan, yaitu: 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. 3. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk. 4. 5. Untuk menghindari hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. 6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-dalam-proses dalam persediaannya.

2.2.2 Jenis Persedian Menurut Render dan Heizer (2001, pp314-315), perusahaan mempertahankan 4 jenis persediaan: (1) persediaan bahan mentah, (2) persediaan barang-dalamproses (Work-in-process -WIP), (3) persediaan MRO (perlengkapan

pemeliharaan/perbaikan/operasi), dan (4) persediaan barang jadi. Persediaan barang mentah telah dibeli, namun belum di proses. Bahan mentahnya dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbedabeda. Persediaan barang-dalam-proses telah mengalami beberapa perubahan

tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan waktu (disebut waktu siklus). MRO merupakan persediaan yang dikhususkan untuk perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi. Persediaan barang jadi selesai dan menunggu untuk dikirimkan. Barang jadi dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu tertentu mungkin tidak diketahui.

2.2.3 Fungsi persediaan Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001, p314), yaitu: 1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok. 3. 4. 5. 6. Untuk mengambil keuntungan dari potongan harga dalam jumlah besar. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.

2.3

Perencanaan Proses

2.3.1 Pengertian Perancangan Proses Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier), memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan. Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan.

2.3.2 Alat Bantu dalam Perencanaan Proses Perencanaan Proses adalah suatu perencanaan awal terhadap proses pembuatan produk, hal ini berisi bagaimana produk tersebut akan dibuat (hal ini menentukan apakah suatu komponen akan dibuat atau dibeli dari supplier), memilih fokus proses, menentukan mesin dan peralatan yang digunakan. Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk yang diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan. Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu: 1) Struktur Produk Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0 dan komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan

seterusnya. Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen pembentuknya disebut juga anak atau child. Manfaat Struktur Produk adalah : 1. 2. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu : 1. Explosion Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah 2. Implosion Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p28) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.1 Struktur Produk

2)

Bill Of Material (BOM) Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master Production Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau mebuat produk akhir. Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi: 1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills) Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modulmodul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill. 2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of Material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya. Sehingga bill ini diberi kode agar diperlakukan secara khusus; lead

timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam persediaan. Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu: 1. Single-Level BOM BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-komponen pembentuknya. 2. Multi-Level BOM BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling bawah. 3. Indented BOM BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen. 4. Summarized BOM BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan. 3) Peta proses operasi Menurut Sutalaksana (1979, p21) peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Berikut adalah contoh peta proses operasi (OPC) pajangan:

Sumber : Sumayang, Lalu (tahun 2003, p31) Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi

Gambar 2.2 Peta Proses Produksi Pajangan

2.4

Peramalan Setiap hari para manajer membuat keputusan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Persediaan dipesan tanpa kepastian berapa jumlah penjualannya; peralatan baru dibeli padahal tidak ada kepastian permintaan terhadap produk; dan investasi dilakukan tanpa pengetahuan berapa laba yang akan diperoleh. Dalam menghadapi ketidakpastian para manajer selalu berusaha membuat estimasi yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Membuat estimasi yang baik adalah tujuan utama peramalan (Render dan Heizer, 2001, p46).

Dalam suplemen ini kita mengkaji berbagai jenis peramalan, dan modelmodel peramalan seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, dan regresi linear. Tujuannya adalah untuk menunjukan pada manajer bahwa ada banyak cara memprediksi masa depan. Disajikan pula tinjauan tentang subjek peramalan penjualan perusahaan dan menjelaskan bagaimana menyiapkan, memantau, dan menilai keakuratan peramalan. Peramalan yang baik adalah bagian penting dari operasi jasa dan manufaktur yang efisiensi; dan juga merupakan sarana pembentukan model yang penting unruk pengambilan keputusan.

2.4.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwaperistiwa masa depan. Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan. Atau peramalan bisa mencakup kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan penilaian yang baik oleh manajer (Render dan Heizer, 2001, p46). Menurut Sumayang (2003, p23), peramalan penting artinya karena dengan peramalan yang tepat guna diharapkan akan meningkatkan efisiensi produksi. Sesungguhnya terdapat perbedaan antara Peramalan dengan Perkiraan. Peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu, untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang sedangkan perkiraan dengan cara subjektif dan atau tidak dari data-data masa lalu, memperkirakan sesuatu di masa yang akan datang. Sehingga dengan demikian,

peramalan selalu memerlukan data-data dari masa lalu dan apabila tidak ada data masa lalu maka penentuan sesuatu di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cara perkiraan. Untuk melakukan perkiraan diperlukan keahlian, pengalaman, dan pertimbangan seorang manajer operasi. Sedangkan untuk melakukan peramalan diperlukan ilmu pengetahuan statistik dan teknologi (Sumayang, 2003, p24).

2.4.2 Horizon Waktu Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu masa depan yang mendasarinya (Render dan Heizer, 2001, p46). Tiga kategori yang bermanfaat bagi manajer operasi adalah: 1. Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi. 3. Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan.

Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang membedakan keduanya dari peramalan jangka pendek. Peramalan jangka menengah dan jangka panjang berhubungan dengan isu yang lebih kompetentif dan mendukung keputusan manajemen berkaitan dengan perencaanaan dan produk, pabrik, dan proses. Kedua, peramalan jangka pendek biasanya menggunakan metodologi yang berbeda dari pada peramalan yang lebih panjang waktunya. Teknik-teknik matematis seperti rata-rata bergerak (moving averages), penghalusan eksponensial {exponential smoothing), dan ekstrapolasi trend adalah biasa untuk proyeksi jangka pendek. Dan ketiga, peramalan jangka pendek

cenderung lebih akurat daripada peramalan jangka yang lebih panjang. Faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga ketika horison waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang. Dengan demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk mempertahankan nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus dikaji kembali dan diperbaiki (Render dan Heizer, 2001, p47).

2.4.3 Jenis-Jenis Peramalan Menurut Render dan Heizer (2001, p47), organisasi menggunakan tiga jenis peramalan ketika merencanakan masa depan operasinya, yaitu: 1. Ramalan ekonomi membahas siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, suplai perencanaan lain. uang permulaan perumahan, dan indikator-indikator

Ramalan teknologi berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi, yang 2. akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membutuhkan pabrik, dan peralatan baru. 3. Ramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak sebagai masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan personalia.

2.4.4 Metode Peramalan Banyak jenis metode peramalan yang tersedia untuk meramalkan permintaan dalam produksi. Namun yang lebih penting adalah bagaimana memahami karateristik suatu metode peramalan agar sesuai dengan situasi pengambilan keputusan. Situasi peramalan sangat beragam dalam horison waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil yang sebenarnya, tipe pola data dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Teknik tersebut dibagi dalam dua kategori utama, yaitu metode peramalan kuantitatif dan metode peramalan kualitatif (Makridakis et.al., 1999, p19-24).

2.4.4.1 MetodePeramalan Kualitatif Metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat, ketepatan dan biaya tertentu yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode tertentu. Metode kuantitatif formal didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang

memiliki ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan (error), lebih sistematis, dan lebih populer dalam penggunaannya. Untuk menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi, yaitu : a. b. c. Tersedia informasi tentang masa lalu. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Metode kuantitatif dapat dibagi kedalam dua model, yaitu : a. Model deret berkala (time series) Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel dan atau kesalahan masa lalu. Model deret berkala menggunakan riwayat permintaan masa lalu dalam membuat ramalan untuk masa depan. Tujuan metode peramalan deret berkala ini adalah menemukan pola dalam deret berkala historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Prosedur peramalan permintaan dengan metode time series (Baroto, 2002, p31) adalah sebagai berikut: 1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau random. 2. Mencoba beberapa metode time series yang sesuai dengan pola permintaan tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.

3.

Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE, atau lainnya. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan.

4.

Memilih metode peramalan terbaik di antara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.

5.

Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan metode tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi : 1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan (deret seperti itu adalah stasioner terhadap nilai rata-ratanya). Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk jenis ini. Demikian pula suatu pengendalian kualitas yang menyangkut pengambilan contoh dari suatu proses produksi berkelanjutan yang secara teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p35) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.3 Pola Data Horisontal Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan stationer mencakup metode yang naif, rata-rata sederhana, moving averages, dan autoregressive moving average (ARMA) model (metode Box-Jenskins). (Hanke dan Wichern, 2005, p75). 2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p33) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.4 Pola Data Musiman

Teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan seasonal mencakup dekomposisi clasical, census x-12, winters exponensial smoothing, multiple regression dan ARIMA models (metode BoxJenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76). 3. Pola Siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola data ini.

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p34) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.5 Pola Data Siklis Teknik yang harus dipertimbangkan pada peramalan seri cyclical mencakup dekomposisi clasical, economic indicator, model-model econometric, multiple regression, dan model-model ARIMA (metode Box-jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76). 4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti pola sepanjang waktu. trend selama perubahannya

Sumber : Baroto, Teguh (tahun 2002, p32) Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Gambar 2.6 Pola Data Trend Teknik-teknik yang harus dipertimbangkan pada seri peramalan trend mencakup moving averages. Holts exponential smoothing, regresi sederhana, growth curves, model-model exponential, dan

autoregressive integrated moving average (ARIMA) model (metode Box-Jenkins). (Hanke dan Wichern, 2005, p76). b. Model kausal Model kausal mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari varibel tak bebas. Setelah hubungan ini ditemukan, nilai-nilai masa mendatang dapat diramalkan cukup dengan memasukkan nilai-nilai yang sesuai untuk varibel-variabel independen. Metode peramalan kausal mengasumsikan bahwa permintaan akan suatu produk bergantung pada satu atau beberapa faktor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

2.4.4.2 Metode Peramalan Kualitatif atau Teknologis Metode peramalan ini tidak memerlukan data yang serupa seperti metode peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan dan pengetahuan yang telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang terlatih. Metode kualitatif mengandalkan opini pakar atau manajer dalam membuat prediksi tentang masa depan. Metode ini berguna untuk tugas peramalan jangka panjang. Penggunaan pertimbangan dalam peramalan, tampaknya tidak ilmiah dan bersifat sementara. Tetapi bila data masa lalu tidak ada atau tidak mencerminkan masa mendatang, tidak banyak alternatif selain menggunakan opini dari orang-orang yang berpengetahuan. Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik tertentu. Metode kualitatif dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : a. Metode eksploratoris Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kearah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat semua kemungkinan yang ada. b. Metode normatif. Metode normatif (seperti matriks keputusan, pohon relevansi, dan analisis sistem) dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang,

kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala, sumber daya, dan teknologi yang tersedia.

2.4.5 Teknik Peramalan untuk Data Trend Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu series yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan menaik atau menurun selama periode dimana peramalan diinginkan. Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend. Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut waktu yang mengandung trend adalah rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial linier dari Holt, regresi sederhana, model ARIMA (metode Box- Jenkins) (Hanke dan Wichern, 2005, p75-76).

2.4.5.1 Metode Asosiatif Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat dikaitkan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi perhatian kita. Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam metode ini adalah regresi.

b'=

Berikut ini rumus rumus regresi linear sederhana : yt = a + bt n ty t y n t ( t )


2 2

a= y bt Dimana: y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan).

2.4.5.2 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing Satu Parameter Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) dengan menambahkan parameter dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman. Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential Smoothing satu parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang mulus. Dasar pemikirannya serupa dengan rata rata bergerak linier yang secara matematis dapat ditunjukan dengan rumus : St = .X t + (1 )S(t
1) '' S = .St + (1 )S(t '' t ' 1)

at = 2St St''
'

bt =

(S ' S '' ) t t 1

Ft + m = at + bt m

Dimana:

X t = Data penerimaan pada periode t a = Faktor atau konstanta pemulusan Ft + m = Perkiraan untuk periode t

Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan

eksponensial tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumnya.

2.4.5.3 Metode Peramalan Dekomposisi Metode Dekomposisi mendasarkan penganalisaan untuk mengidentifikasi tiga faktor utama yang terdapat dalam suatu deret waktu, yaitu faktor trend, faktor siklus, dan faktor musiman. Di dalam beberapa hal, peramal hanya mendasarkan penyusunannya pada dua faktor yang penting yaitu trend dan musiman. Faktor trend menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan dapat meningkat, menurun atau tidak berubah. Pengukuran perkembangan faktor trend dilakukan untuk periode waktu yang panjang dengan menghilangkan variasi musim dan variasi siklus. Faktor siklus menggambarkan baik turunnya ekonomi atau industri tertentu. Faktor musiman berkaitan dengan fluktuasi periodik dengan panjang konstan. Perbedaan antara musiman dan siklus adalah bahwa musiman berulang dengan sendirinya pada interval yang tetap seperti

tahun atau bulan, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih lama dan lamanya berbeda dari satu siklus ke siklus yang lainnya. Ada beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisi suatu deret waktu, dengan tujuan untuk mengisolasikan masing-masing komponen dari deret itu setepat mungkin. Konsep dasar dari dekomposisi ini adalah data empiris di mana yang pertama adalah pergeseran musim, kemudian trend dan terakhir adalah siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat ditaksir, tetapi dapat diidentifikasi (Makridakis et.al., 1999, p150-156). Langkah-langkah dekomposisi : 1. Pada deret data yang sebenarnya (Xt) hitung rata-rata bergerak yang panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari rata-rata bergerak adalah menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meratakan sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman akan menghilangkan unsur musiman dengan membuat rata-rata dari periode yang musimannya tinggi dan periode yang musimannya rendah. Karena galat acak tidak mempunyai pola yang sistematis, maka perata-rataan ini juga mengurangi keacakan. 2. Pisahkan rata-rata bergerak N periode (langkah satu) dari deret data semula untuk memperoleh unsur trend dan siklus. 3. Pisahkan faktor musiman dengan menghitung rata-rata untuk tiap periode yang menyusun panjang musiman secara lengkap. 4. Identifikasi bentuk trend yang tepat (linear, eksponensial, kurva-S, dan lain-lain) dan hitung nilainya untuk setiap periode (Tt).

5.

Pisahkan hasil langkah empat dari hasil langkah dua (nilai gabungan dari unsur trend dan siklus) untuk memperoleh faktor siklus.

6.

Pisahkan musiman, trend dan siklus dari data asli untuk mendapatkan unsur acak yang ada, Et. Metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif

dan bentuknya dapat bervariasi. Model aditif berbentuk : Xt = It + Tt + Ct + Et Model multiplikatif berbentuk : Xt = It x Tt x Ct x Et

2.4.5.4 Statistik Ketepatan Peramalan 2.4.5.4.1 Ukuran Statistik Standar Jika Xt merupakan data aktual untuk periode t dan Ft merupakan ramalan (atau nilai kecocokan/fitted value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan sebagai :

et = X t Ft
Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan terdapat n buah galat dan ukuran statistik standar berikut dapat didefinisikan : Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)
n MAE =1 = n t 1

et

??
2.4.5.4.2 Ukuran-Ukuran Relatif Karena adanya keterbatasan MAE sebagai suatu ukuran ketepatan peramalan, maka muncul usulan alternatif alternatif lain yang diantaranya menyangkut galat persentase. Tiga ukuran yang sering digunakan (Makridakis, 1999, p61-62) adalah : Galat Persentase (Percentage Error)

X F PE = t t *100 Xt
Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error) MPE = 1 n
n t =1

PEt

Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)


MAPE = 1 n
n t =1

PE t

PE dapat digunakan untuk menghitung kesalahan persentase setiap periode waktu. Nilai-nilai ini kemudian dapat dirata-ratakan untuk memberikan nilai tengah kesalahan persentase (MPE). Namun MPE mungkin mengecil karena PE positif dan negatif cenderung saling meniadakan. Dari sana MAPE didefinisikan dengan menggunakan nilai absolut dari PE.

2.5

Safety Stock Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut sebagai buffer stock, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika terjadi hal yang tiba-tiba. Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah: Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama periode yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S = (x-x)2 n

Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan, x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan, n = jumlah periode data permintaan.

2.6

Master Production Schedule (MPS)

2.6.1 Pengertian MPS Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk (Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan

mengimplementasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk agregat, jadwal produksi induk yang merupakan hasil dari proses penjadwalan

produksi induk dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada dalam Item Master and BOM (Bill of Material) files. Aktifitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang. MPS sering didefinisikan sebagai anticipated build schedule untuk item- item yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk (master schedule). MPS membentuk jalinan komunikasi antara bagian pemasaran dan bagian

manufakturing, sehingga seyogyanya bagian pemasaran juga mengetahui informasi yang ada dalam MPS terutama berkaitan dengan ATP (Available To Promise) agar dapat memberikan janji yang akurat kepada pelanggan. Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas melakukan empat fungsi utama berikut : 1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning = M&CRP). 2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase orders) untuk item-item MPS. 3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. 4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery promises) kepada pelanggan.

Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p146)

Gambar 2.7 Proses Penjadwalan Produksi Sebagai suatu aktifitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS) yang terlihat pada gambar 3.7, MPS membutuhkan lima input utama yaitu antara lain : Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders). Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesananpesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan. Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item Master File).

Informasi

dari

RCCP

berupa

kebutuhan

kapasitas

untuk

mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan umpan-balik kepada perencana atau penyusun jadwal produksi induk (Master Scheduler) untuk mengambil tindakan perbaikan apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas tersedia.

2.6.2 Teknik Penyusunan MPS Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS


Item No Lead time On Hand : : : Period Forecast Actual Order (AO) Project Available Balance (PAB) Available to Promise (ATP) Master Schedule (MS)
Sumber: Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p152)

Past Due

Description Safety stock Demand Time Fences Planning Time Fences 1 2 3

: : : : 4 5 6

Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 2.1 MPS adalah sebagai berikut :

a) b)

Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur suatu produk.

c)

On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode sebelumnya.

d) e)

Description menyatakan deskripsi produk secara umum. Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai antisipasi terhadap kebutuhan di masa akan datang.

f)

Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.

g)

Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di mana permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.

h)

Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang dijadwalkan itu.

i)

Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.

j)

Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah produk pada akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus: PAB t < DTF = PABt-1 + MSt AO PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt AO atau Ft (pilih yang besar)

sisa

k)

Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan. ATPt = ATPt-1 + MSt AOt

l)

Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi untuk produk atau item tertentu.

2.7

Material Requirement Planning (MRP)

2.7.1 Pengertian MRP MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi kebutuhan bersih untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien. Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisikondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan. Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi -kondisi pasar dan hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :

Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang berada pada level yang lebih tinggi

Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam pembuatan suatu produk jadi

Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang diperlukan dalam rencana MPS/JIP

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat Menentukan secara tepat kapan sutu pekerjaan harus selesai (atau meterial harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).

2.

Menentukan kebutuhan minimal setiap item Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item.

3.

Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik sendiri.

4.

Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang

dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan. Beberapa manfaat dari MRP (Render dan Heizer, 1997, p362), adalah: Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar Tingkat persediaan konsumen menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada

2.7.3 Input MRP Sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan lima input utama (Gaspersz, 2001, p177) seperti pada gambar 3.8 berikut :

Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning)

INPUT :
1. 2. 3. 4. 5. MPS Bill of Materials Item Master Pesanan-pesanan Kebutuhan

PROSES :

OUTPUT :
- Primary (orders) Report - Action Report - Pegging Report

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Umpan Balik

Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p178)

Gambar 2.8 Proses Kerja dari MRP Kelima sumber input utama pada gambar 3.8 di atas adalah : 1. Master Production Schedule (MPS) yang suatu rencana terperinci

tentang tentang produk akhir apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, dan kapan produk itu akan diproduksi. 2. Bill of Material (BOM) merupakan daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bagan

bahan dalam komputer harus selalu benar dan dapat menggambarkan bagaimana produk itu dibuat. 3. Item master merupakan suatu file yang berisi informasi tentang

material, parts subassemblies, dan produk-produk yang menunjukkan kuantitas on-hand, kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity), waktu tunggu yang direncanakan (planned lead times), ukuran lot (lot size), stok pengaman, kriteria lot sizing, toleransi untuk scrap atau hasil, dan berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu item. 4. Pesanan-pesanan (orders) berisi tentang banyaknya dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis pesanan, yaitu: shop orders or work orders or manufacturing orders berupa pesanan-pesanan yang akan dibuat atau diproduksi di dalam pabrik, dan purchase orders yang merupakan pesanan-pesanan pembelian suatu item dan pemasok eksternal. 5. Kebutuhan-kebutuhan (requirements) akan memberitahukan tentang

banyaknya masing-masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stock on-hand di masa mendatang. Pada dasarnya terdapat dua jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan internal dan eksternal. Kebutuhan internal digunakan dalam pabrik untuk membuat produk lain, dan kebutuhan eksternal yang akan dikirim ke luar pabrik berupa: pesanan pelanggan (customer orders), service parts, dan sales forecasts.

2.7.4 Mekanisme Dasar dari Proses MRP Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP Part no : BOM UOM : Lead time : Safety stock : period gross requirement scheduled receipts projected available balance 1 net requirement planned order receipts planned order release projected available balance 2 Description: On hand : Order policy : Lot size : 1 2 3 4 5 6

Past due

Sumber Production Planning and Inventory Control (tahun 2001, p180)

Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. 2. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan komponen atau material yang akan dirakit 3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau

mengirim suatu komponen. 4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai antisipasi kebutuhan dimasa yang akan datang. 5. 6. Description menyatakan deskripsi material secara umum. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode sebelumnya. 7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang. 8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

9.

Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross requirement sama dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya.

10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada periode tertentu. 11. Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material

yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan Gross Requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut : PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t 12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan nol jika Projected Available Balance I lebih besar dari nol dan sama dengan minus jika Projected Available Balance I kurang sama dengan dari nol. Net Requirement = -(PAB I)t + Safety stock 13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing)

bergantung

kepada

Order

Policy-nya.

Selain

itu

juga

harus

mempertimbangkan Safety stock juga. 14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus dilakukan atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan ditetapkan dengan periode Lead time sebelum dibutuhkan. 15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material yang ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat dihitung dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net Requirements. PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t (Gross Requirement) t + (Planned Order Receipt) t atau dapat disingkat : PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)t

2.7.5 Prosedur Sistem MRP Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : Netting : Perhitungan kebutuhan bersih. Lotting : Penentuan ukuran lot. Offsetting : Penetapan besarnya lead time. Explosion : Perhitungan selanjutnya untuk item level di bawahnya.

2.7.6 Output Sistem MRP Output dari sistem MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana produksi yang dibuat atas dasar lead time. Rencana pemesanan memiliki dua tujuan yang hendak dicapai. Kedua tujuan trsebut adalah : Menentukan kebutuhan bahan pada tingkat lebih bawah Memproyeksikan kebutuhan kapasitas Rencana pemesanan dan rencana produksi dari output sistem MRP selanjutnya akan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : Memberikan catatan tentang pesanan penjadwalan yang harus

dilakukan/direncanakan baik dari panrik sendiri maupun pemasok. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang. Memberikan indikasi untuk pembatalan pesanan. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan. Output dari sistem MRP dapat pula disebut sebagai suatu aksi yang merupakan tindakan pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi.

2.8 2.8.1

Analytical Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process Analytical Hierarchy Process (AHP) atau dikenal dengan istilah analisis keputusan berjenjang, merupakan suatu alat pengambilan putusan yang sederhana, dengan mensortir persoalan-persoalan kompleks menjadi beberapa jenjang (hirarki) yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan dan pada akhirnya membentuk suatu hierarki yang tersusun menjadi satu kesatuan. AHP merupakan salah satu alat analisis dengan cara memberikan peringkat terhadap

alternatif keputusan yang ada dan memilih salah satu alternatif yang terbaik. Inti dari proses AHP adalah suatu metode untuk memecahkan permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur dengan cara menguraikan komponenkomponen sistem ke dalam suatu hirarki, memberikan nilai numerik secara subjektif untuk menentukan tingkat kepentingan dari setiap variabel atau komponen yang dianggap penting dan pada akhirnya melakukan sintesis dari pendapat tadi untuk menentukan variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang keluar sebagai hasil analisis. Pada dasarnya pengambilan keputusan dalam metode AHP didasarkan pada 3 hal yaitu : 1. 2. 3. Penentuan prioritas. Penyusunan hirarki. Konsistensi logis.

Terdapat dua macam hirarki yaitu hirarki struktural dan hirarki fungsional, yang merupakan dasar analisis metode AHP. Untuk menggunakan prinsip pokok AHP maka metode ini menyatukan dua aspek kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan solusi. Sedangkan secara kualitatif yaitu dengan mendefinisikan masalah dan penilaian.

2.8.2

Manfaat Analytical Hierarchy Process Manfaat dari AHP adalah : Dapat menilai suatu permasalahan secara optimal dan berkelanjutan. AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dan beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Metoda AHP dapat memberikan suatu solusi permasalahan lebih baik, dengan cara pengelompokkan. Dapat menyelesaikan pengambilan keputusan yang rumit. Penjaringan informasi dari opini untuk identifikasi objektif.

2.8.3

Langkah-Langkah dalam Metode Analytical Hierarchy Process Secara umum, langkahlangkah yang harus dilakukan dalam melakukan metode AHP adalah : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria, sub kriteria dan alternatif. Berikut adalah tabel bobot kepentingan (preference level):

Tabel 2.3 Preference Level Preference Level Equally Preferred Equally to Moderately Preferred Moderately Preferred Moderately to Strongly Preferred Strongly Preferred Strongly to Very Strongly Preferred Very Strongly Preferred Very Strongly to Extremely Preferred Extremely Preferred Numerical Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Dalam membandingkan pengumpulan objek berpasangan digunakan bobot dari masingmasing kebijakan tersebut; langkah yang ditempuh adalah dengan menggunakan matriks bobot dari setiap objek. 4. Dilanjutkan dengan menghitung eigen value dan menguji konsistensinya dengan menggunakan rasio konsistensi sebagai ukuran (CR) dan besarnya CR yang ditolerir tidak lebih dari 10 %.

Cara memperhitungkan konsistensi : a. Menentukan weighted sum vector = diselesaikan dengan hasil perkalian Row Averages dengan matriks awal. b. Menentukan Consistency Vector =
weighted sum vector Row Averages n n1

c. Menghitung dan Consistency Index. CI =

Dimana n = jumlah item dan adalah rata-rata dari Consistency Vector.

d. Menghitung Consistency Vector. CR = CI dimana RI adalah random index


RI

yang didapat dari tabel random index di bawah.

Tabel 2.4 Random Index N 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RI 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Untuk mengetahui hasil yang konsisten, maka hasil dari CR <= 0.10. Jika hasil CR lebih besar dari 0.10 maka matriks keputusan harus dievaluasi ulang.

2.9

Sistem Informasi

2.9.1 Pengertian Sistem Menurut pendapat McLeod (2001, jilid 1, p11), sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu organisasi seperti perusahaan atau suatu bidang fungsional cocok dengan definisi ini. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya seperti manusia, material, uang, mesin, dan informasi dimana sumber daya tersebut bekerja menuju tercapainya suatu tujuan yang ditentukan oleh pemilik atau manajemen

d. Menghitung Consistency Vector. CR = CI dimana RI adalah random index yaitu abstrak maupun fisik. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh, sebuah sistem teologi adalah sebuah susunan gagasan mengenai Tuhan, manusia, dan sebagainya. Sedangkan contoh dari sistem fisik adalah sistem peredaran darah (jantung dan urat-urat darah yang menggerakkan darah ke seluruh tubuh). Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti, sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran. Sistem fisik lebih dari sekedar konseptual, karena dapat memperlihatkan kegiatan atau perilaku. Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan, pengolah, dan keluaran (Davis, 1984, p68).

2.9.2 Pengertian Informasi Berdasarkan pendapat McLeod (2001, p15), informasi adalah data, yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. Terdapat empat dimensi informasi menurut McLeod (2001, p145), yaitu: Relevansi Informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang ada. Manajer harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa membaca seluruh informasi mengenai subyek lain.

Akurasi Idealnya, semua informasi harus akurat tetapi peningkatan ketelitian sistem menambah biaya. Karena alasan tersebut, manajer terpaksa menerima ketelitian yang kurang dari sempurna.

Ketepatan Waktu Informasi harus dapat tersedia untuk memecahkan masalah sebelum situasi krisis menjadi tidak terkendali atau kesempatan menghilang. Manajer harus mampu memperoleh informasi yang menggambarkan apa yang sedang terjadi sekarang, selain apa yang telah terjadi pada masa lampau.

Kelengkapan Manajer harus dapat memperoleh informasi yang memberi gambaran lengkap dari suatu permasalahan atau penyelesaian. Namun pemberian informasi yang tidak berguna secara berlebihan harus dihindari.

2.9.3 Pengertian Sistem Informasi Menurut OBrien (2005, p5) sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data).

Sumber : www.prenhall.com/mcleod

Gambar 2.9 Piramida Sistem Informasi Gambar 2.9 menunjukkan bahwa sistem informasi telah dikembangkan untuk mendukung seluruh organisasi, dari level eksekutif hingga level operasional. Sistem informasi manajemen diperuntukkan bagi kebutuhan informasi para manajer dalam perusahaan. Sistem informasi eksekutif dirancang untuk digunakan oleh level strategis perusahaan. Lima area fungsional menunjukkan keunikan sistem informasi yang berbeda-beda yang dibutuhkan oleh masing-masing area.

2.9.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum untuk manajer dalam perusahaan atau dalam subunit fungsional perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan manajemen. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan keluaran dari berbagai simulasi model matematika,

dimana model laporan ataupun keluaran dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik (McLeod, 2001, jilid 1, p326). Berdasarkan pendapat McLeod (2001, jilid 1, p327) sistem informasi manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal (perusahaan atau subunit dibawahnya). Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan keluaran dari simulasi matematika. Keluaran informasi tersebutlah yang akan digunakan oleh manajer maupun non-manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

2.9.5 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Menurut McLeod (2001, jilid 1, p234) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaiki. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah penelitian sistem yang ada dengan tujuan penyempurnaan sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna sistem. Sedangkan menurut Cushing (1991, p327), analisis sistem dapat didefinisikan sebagai proses penyelidikan kebutuhan informasi pemakai didalam suatu organisasi agar dapat menetapkan tujuan dan spesifikasi untuk desain suatu sistem informasi.

Menurut

Mulyadi

(1993,

p51)

perancangan

sistem

adalah

proses

penerjemahan kebutuhan pemakai ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Sedangkan menurut Cushing (1991, p348) perancangan sistem adalah proses penyiapan spesifikasi yang terperinci untuk pengembangan suatu sistem baru. Dari definisi diatas, perancangan sistem dapat disimpulkan suatu proses penyiapan spesifikasi dalam menterjemahkan kebutuhan pemakai dalam pengembangan sistem baru.

2.9.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Menurut McLeod (2001, p184) System life Cycle (SLC) adalah sebuah proses yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem. Karena tugas-tugas tersebut mengikuti suatu pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, maka seringkali disebut sebagai pendekatan air terjun. Pola SLC dapat dilihat pada gambar 3.2. Empat tahap pertama dalam SLC, secara bersama-sama dinamakan siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle) SDLC. Tahap kelima adalah tahap penggunaannya, yang berlangsung sampai tiba waktunya untuk merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkan siklus tersebut akan berulang.

5. Tahap Penggunaan

1. Tahap Perencanaan

4. Tahap Penerapan

2. Tahap Analisis

3. Tahap Rancangan
Sumber : McLeod (2001, p24)

Gambar 2.10 Pola Perputaran dari SLC Langkah-langkah dari masing-masing tahap (McLeod, 2001, p186-203) adalah : 1. Tahap Perencanaan a. b. c. d. e. f. g. h. 2. Menyadari masalah Mendefinisikan masalah Menentukan tujuan sistem Mengidentifikasi kendala kendala sistem Membuat studi kelayakan Menyiapkan usulan penelitian sistem Menyetujui atau menolak penelitian proyek Menetapkan mekanisme pengendalian

Tahap Analisis a. b. c. Mengumumkan penelitian sistem Mengorganisasikan tim proyek Mendefinisikan kebutuhan informasi

d. e. f. 3.

Mendefinisikan kriteria kinerja sistem Menyiapkan usulan rancangan Menyetujui atau menolak rancangan proyek

Tahap Rancangan a. b. c. d. e. f. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigursi sistem Mengevaluasi berbagai teknik konfigurasi sistem Memilih konfigurasi terbaik Menyiapkan usulan penerapan Menyetujui atau menolak penerapan sistem

4.

Tahap Penerapan a. b. c. d. e. f. g. h. i. Merencanakan penerapan Mengumumkan penerapan Membuat sumber daya perangkat lunak Menyiapkan database Menyiapkan fasilitas fisik Mendidik peserta dan pemakai Menyiapkan usulan cutover Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru Masuk ke sistem baru

5.

Tahap Penggunaan a. b. c. Menggunakan sistem Audit sistem Memelihara sistem

d. e.

Mempersiapkan usulan rekayasa ulang Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem

2.10

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek

2.10.1 Pengertian Objek Paradigma dari konsep berorientasi objek merupakan strategi

pengembangan yang berdasarkan pada konsep bahwa sistem seharusnya dibangun dari kumpulan komponen yang reusable (dapat digunakan kembali) yang dinamakan objek. Objek meliputi pemisahan data dan fungsi yang sama dengan yang dilakukan dalam konsep terstruktur. Walaupun konsep berorientasi objek mirip dengan konsep terstruktur, tetapi sebenarnya berbeda. Objek mempunyai arti kombinasi dari data dan logik yang mewakilkan entitas dari kenyataan. Objek merepresentasikan sebuah entitas, baik secara fisik, konsep ataupun secara perangkat lunak. Definisi yang formal dari objek adalah sebuah konsep, abstraksi atau sesuatu yang diberi batasan jelas dan dimaksudkan untuk sebuah aplikasi. Menurut Mathiassen et al. (2000, p4) objek merupakan suatu entitas dengan identitas, state (keadaan) dan behavior (kelakuan). Keadaan dari objek adalah satu dari kondisi yang memungkinkan dimana objek dapat muncul, dan dapat secara normal berubah berdasarkan waktu. Keadaan dari objek biasanya diimplementasikan dengan kelompok propertinya (disebut atribut), berisi nilai dari properti tersebut, ditambah keterhubungan objek yang mungkin dengan objek lainnya. Kelakuan menentukan bagaimana sebuah objek beraksi dan bereaksi terhadap permintaan dari objek lainnya. Direpresentasikan dengan

kelompok pesan yang direspon oleh objek (operasi yang dilakukan oleh objek). Kelakuan dari objek mendeskripsikan segala sesuatu yang dapat kita lakukan terhadap objek tersebut dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh objek untuk kita. Setiap objek mempunyai identitas yang unik. Identitas yang unik ini membuat kita dapat membedakan dua objek yang berdeda, walaupun kedua objek tersebut mempunyai keadaan dan nilai yang sama pada atributnya.

2.10.2 Kaitan Analisis dan Perancangan dengan Orientasi Objek Untuk merancang suatu aplikasi piranti lunak, pada tahap awal diperlukan deskripsi dari permasalahan dan spesifikasi aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja persoalan yang ada dan apa yang harus dilakukan sistem. Penekanan analisis adalah pada proses investigasi atas permasalahan yang dihadapi tanpa memikirkan definisi solusi terlebih dahulu. Jadi dalam tahap analisis, dikumpulkan informasi mengenai permasalahan, spesifikasi sistem berjalan, serta spesifikasi sistem yang diinginkan. Sedangkan penekanan dalam desain adalah pada logika solusi dan bagaimana memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan serta konstrain atau batasan yang ada. Inti dari analisis dan perancangan berorientasi objek adalah untuk menekankan pertimbangan atas domain permasalahan beserta solusinya dari sudut pandang objek. Tahap analisis berorientasi objek lebih ditekankan untuk mencari dan mendefinisikan objek atau konsep yang ada dalam domain permasalahan. Contohnya dalam membangun aplikasi perpustakaan, analisis bertujuan mendapatkan penjabaran objek seperti buku, petugas perpustakaan,

dan sebagainya. Tahap perancangan berorientasi objek, penekanan terletak pada bagaimana mendefinisikan objek-objek logik dalam aplikasi yang akan diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman berorientasi objek seperti C++, Smalltalk, Java, atau Visual Basic (Larman, 1998, p6).

2.10.3 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek Tiga buah konsep atau teknik dasar dalam analisis dan perancangan berorientasi objek yaitu : o Pembungkusan (Encapsulation) Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara sederhana berarti pengelompokkan data dan fungsi (yang disebut sebagai metode). Secara tradisional, data dan fungsi dalam sebuah program adalah independen. Seperti dalam pemrograman modular dan abstraksi data, pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fungsi yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai sebuah set data dan set fungsi secara logik. o Pewarisan (Inheritance) Dalam object oriented programming kita dapat menciptakan objek baru yang diturunkan dari objek lain. Objek baru ini sering disebut dengan objek turunan (derived class) sedangkan objek induknya sering disebut dengan base class. Sifat yang terkandung pada objek turunan adalah sifat hasil pewarisan dari sifat-sifat yang terdapat pada objek induk. Jadi kita dapat membuat objek baru yang memiliki kemampuan lebih dibansing dengan objek induknya dengan menambahkan sifat baru kedalam objek tersebut.

Polimorfisme (Polymorphism) Polimorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Polimorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan properti dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.

2.11

Unified Modeling Language (UML)

2.11.1 Diagram UML Menurut Roff (2003, p11-13), UML bisa dibagi dalam dua bagian utama, yaitu : 1. Structural Diagram Class diagram dan implementation diagram termasuk dalam bagian ini. Dengan dua kategori ini, kita bisa menemukan empat tipe spesifik dari diagram yaitu : 2. Class dan object diagram Component dan deployment diagram

Behavioral Diagram Behavioral diagram digunakan untuk menunjukkan bagaiman aliran proses antara komponen, kelas, pengguna dan sistem. Ada lima behavioral diagram dalam UML, yaitu : Use case diagram Activity diagram Sequence diagram

Collaboration diagram Statechart diagram

Terdapat tiga buah diagram inti yang paling sering digunakan untuk membangun sistem yaitu use case diagram (untuk menggambarkan kebutuhan pengguna sistem), sequence diagram (untuk menganalisis setiap use case dan memetakannya ke dalam class), dan class diagram (untuk menentukan struktur berorientasi objek). Ketiga diagram ini akan dapat meng-cover 80% dari kebutuhan pemodelan objek ketika membangun aplikasi bisnis dengan teknologi objek (Ambler, 2002, online). Menurut Booch (1999, p99-100), jika ingin memodelkan suatu aplikasi yang sederhana yang akan dijalankan pada sebuah mesin tunggal, maka diagram yang dapat digunakan adalah use case diagram, class diagram (untuk pemodelan struktural), dan interaction diagram (untuk pemodelan behavioral). Jika

pemodelan difokuskan juga pada aliran proses, maka dapat menambahkan statechart diagram dan activity diagram yang dapat menggambarkan tingkah laku dari sistem. Sedangkan jika sistem itu terdapat client atau server, maka diagram yang diperlukan untuk menggambarkan sistem adalah use case diagram, activity diagram, class diagram, interaction diagram, statechart diagram, component diagram, dan deployment diagram.

2.11.1.1

Class dan Object Diagram Menurut Mathiassen et al. (2000, p53) class diagram merupakan deskripsi dari kumpulan obyek yang saling berbagi struktur, pola tingkah laku dan atribut. Class diagram digunakan untuk merepresentasikan bagian-

bagian pokok yang berbeda (kelas), hubungan mereka satu sama lain dan dalam subsistem mana kelas itu berada. Class diagram termasuk atribut dan operasi dan juga berbagai tipe tugas/peran dan asosiasi (Roff, 2003, p11). Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya. Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek. Hubungan antar kelas terdiri dari :

Association Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung diantara objek. Kesatuan objek yang terhubung merupakan hubungan khusus, yang menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara seluruh atau sebagian.
Company -Employer -Employee Person

Gambar 2.11 Association

Aggregation Aggregation atau agregasi adalah hubungan bagian dari atau bagian keseluruhan. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Agregasi adalah bentuk khusus dari association.
Company 1 * Departme n

Gambar 2.12 Aggregation Composition Composition adalah strong aggregation. Pada composition, objek bagian tidak dapat berdiri sendiri tanpa objek keseluruhan. Jadi mereka terkait dengan kuat satu dengan yang lainnya.
Company 1 * De partmen

Gambar 2.13 Composition Generalization Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam objek anak/child yang menggantikan objek parent / induk . Dalam hal ini, objek anak memberikan pengaruhnya dalam hal struktur dan tingkah lakunya kepada objek induk.

Vehicle

Bus

Truck

Car

Gambar 2.14 Generalization Sedangkan object diagram sangat mirip dengan class diagram, kecuali kebalikan dari kelas, object diagram menunjukkan objek yang merupakan instance dari kelas. Objek merupakan sesuatu yang unik dan individual, sedangkan kelas lebih umum. Object diagram menggambarkan sekumpulan objek-objek dan hubungannya. Object diagram digunakan untuk

menggambarkan struktur data, static snapshots dari instance dari class diagram. object diagram adalah class diagram yang dilihat dari sudut pandang objek.

2.11.1.2

Component dan Deployment Diagram Component diagram menggambarkan organisasi dan dependensi diantara sekumpulan komponen-komponen. Component diagram digunakan untuk mengilustrasikan bagaimana komponen dari sistem berinteraksi satu sama lain.
tab le Acco unt

Transac tion

Inter face

ATM-GUI

Gambar 2.15 Component Diagram

Deployment diagram menggambarkan bagaimana komponen akan bekerja setelah diinstal pada sistem dan bagaimana sistem ini berinteraksi satu sama lain.
Ser ver: BankSer ver tab le Acco u tD n B : Acc ount

:Transac tions

Inter face1

cli ent: AT Kiosk M

:AT -GUI M

Gambar 2.16 Deployment Diagram 2.11.1.3 Use Case Diagram Use case diagram menampilkan sekumpulan use case dan aktor, serta hubungan diantaranya, dimana dapat menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Seorang aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun kebutuhan sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua fitur yang ada pada sistem.

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.17 Contoh Use Case Diagram

Jenis-jenis hubungan dalam use case dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini. Tabel 2.5 Jenis Hubungan dalam Use Case
R e l a t i on s h i F unc t i o n A p s o c i a t i o n K o m un i k a s i p a t h a n t a r a s e b u a h a c t o r d a n s e b u a h u s e s c a s e y a ng i kut be r p e r a n s e r t a Ex t e n d M e r u p a ka n f ung s i t a m b a h a n da r i be h a v i our ke da l a m u s e c a s e y a ng t i da k di ke t a hui N o t a t i on

< < e xt e nd> >

Us e c a s e H ubung a n a n t a r a us e c a s e u m u m d e n g a n u s e c a s e g e n e ra l i za t i o y a n g l e b i h s p e s i f i k y a n g m e r u p a k a n t u r u n a n d a n n be nt uk t a m b a h a n da r i us e c a s e I n c l ud e M e r u p a ka n f ung s i t a m b a h a n da r i be ha v i our t a m b a h a n k e d a l a m u se c a se y a n g se c a r a e k sp l i s i t m e n g g a m b a r k a n ad an y a p e n a m b ah a n << i n c l u d e >>

Sumber : Booch, Jacobson, Rumbaugh (1999, p65). The Unified Modelling Language Reference Manual. Addison Wesley Inc.

2.11.1.4

Activity Diagram Activity diagram digunakan untuk menganalisa behavior dalam use case yang lebih kompleks dan menunjukkan interaksinya satu sama lain. Activity diagram mirip dengan statechart diagram sejauh merepresentasikan aliran data; bagaimanapun, activity diagram digunakan untuk memodelkan aliran kerja bisnis selama desain use case. Activity diagram biasanya digunakan untuk merepresentasikan aktivitas bisnis yang kompleks,

membantu unutk mengidentifikasi use case atau interaksi antara dan dalam use case (Roff, 2003, p13).

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.18 Contoh Activity Diagram

2.11.1.5

Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horisontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya, dimana beberapa message tersebut dapat dipetakan menjadi metode

dari class. Activation bar menunjukkan lamanya eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.

Campaign Manager getName()

:Clients

:Campaign

:Advert

listCampaign()

*getCampaignDetails() *getAdvertDetails()

listAdverts()

addNewAdvert()

Advert() :newAd:Advert

Object lifeline

Activation

Object Creation

Sumber: Bennett, McRobb, Farmer (2002, P235) Object-Oriented Systems Analysis and Design Using UML

Gambar 2.19 Contoh Sequence Diagram

2.11.1.6

Collaboration Diagram Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing- masing objek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.

2.11.1.7

Statechart Diagram Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari rangsangan yang diterima. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram). Diagram ini menekankan pada metode (event) dari objek. Statechart diagram menampilkan sebuah state machine, yang terdiri dari state, transition, event, dan activity. Dalam UML, state digambarkan berbentuk segi empat

dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki kondisi guard yang merupakan syarat

terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat dari event tertentu dituliskan dengan diawali garis miring. Titik awal dan akhir digambarkan berbentuk lingkaran berwarna penuh dan berwarna setengah.

Sumber: www.agiledata.org

Gambar 2.20 Contoh Statechart Diagram

Anda mungkin juga menyukai