Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TEKNIK PENIPUAN DAN PENYALAHGUNAAN KOMPUTER

Dosen pengampu:
Rikah, SE., M.Si.

Diajukan untuk memenuhi Tugas Klompok


Mata Kulia Sistem Informasi Akuntansi
Nama : Novita Dwi Putri S (22030003)
Nova Ardian Afriansyah (22030004)
Iis Rinda Amaroh (22030008)
Kelas : Akuntansi

UNIVERSITAS YPPI REMBANG


2023
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

RANGKUMAN..........................................................................................1

ISI................................................................................................................7

A. PENDAHULUAN................................................................................7
B. SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI..................................9
1. Proses..............................................................................................9
2. Ancaman dan Pengendalian.......................................................10
C. DESAIN PRODUK............................................................................12
1. Proses............................................................................................12
2. Ancaman dan Pengendalian.......................................................13
D. PERENCANAAN DAN PENJADWALAN.....................................14
1. Proses............................................................................................14
2. Ancaman.......................................................................................17
E. OPERASI PRODUKSI......................................................................19
1. Proses............................................................................................19
2. Ancaman dan Pengendalian.......................................................20
F. AKUNTANSI BIAYA.........................................................................24
1. Proses............................................................................................24
2. Ancaman dan Pengendalian.......................................................29

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................31

LAMPIRAN..............................................................................................32
RANGKUMAN

A. PENDAHULUAN
Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan
operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan
pembuatan produk.
B. SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI
1. Proses

2. Ancaman dan Pengendalian


a. Ancaman
1) Data induk yang ridak akurat atau tidak valid
2) Pengungkapan informasi produksi yang tidak diotorisasi
3) Kehilangan atau perubahan data produksi
b. Pengendalian
1) a. Pengendalian integritas pengelolaan data

1
b. Pembatasan akses terhadap data induk
c. Review perubahan pada data induk
2) a. Pengendalian akses
b. Enkripsi
3) Back up dan prosedur pemulihan bencana
C. DESAIN PRODUK
Tujuan dari mendesain produk adalah untuk menciptakan sebuah produk yang
memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya tahan, dan
fungsionalitas sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi.
1. Proses
Aktivitas desain produk menghasilkan dua output yaitu daftar
bahan baku dan daftar produksi. Pertama, daftar bahan baku (bill of
materials-BOM), dalam daftar bahan baku terdapat nomor bahan baku,
deskripsi, dan kuantitas dari setiap komponen yang digunakan dalam
produk jadi. Kedua adalah daftar operasi (operation list) dimana daftar
operasi ini menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti
dalam membuat produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama
setiap langkah yang diambil.
2. Ancaman dan Pengendalian
a. Ancaman
Desain produk yang buruk mengakibatkan kelebihan biaya
b. Pengendalian
1) Analisis akuntansi biaya yang timbul dari pilihan desain produk
2) Analisis garansi dan biaya perbaikan
D. PERENCANAAN DAN PENJADWALAN
Langkah kedua dalam siklus produksi adalah perencanaan dan penjadwalan.
1. Proses
a. Metode Perencanaan Produksi
Dua metode umum perencanaan produksi adalah manufacturing
resource planning dan produksi ramping. manufacturing resource
planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari sistem pengendalian

2
persediaan MRP, produksi ramping (lean manufacturing)
memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk
seluruh proses produksi. Jadi, baik MRP-II dan sistem produksi
ramping merencanakan produksi di awal.
b. Dokumen Kunci Dan Formulir
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, dan
tingkat persediaan barang jadi digunakan untuk menentukan tingkat
produksi. Kerumitan dari penjadwalan meningkat secara dramatis
sejalan dengan semakin banyaknya jumlah pabrik. MPS digunakan
untuk mengembangkan sebuah jadwal mendetail yang
menspesifikasikan produksi harian dan untuk menentukan apakah
bahan baku perlu dibeli. Aktivitas perencanaan dan penjadwalan
menghasilkan tiga dokumen lain: pesanan produksi, permintaan bahan
baku, dan kartu pemindahan. Perhatikan bahwa banyak dokumen yang
digunakan dalam siklus produksi melacak pergerakan dan penggunaan
bahan baku. Pada akhirnya, perencanaan produksi yang akurat perlu
mengintegrasikan informasi mengenai pesanan pelanggan (dari siklus
pendapatan) dengan informasi mengenai pembelian dari pemasok (dari
siklus pengeluaran), bersamaan dengan informasi mengenai
ketersediaan tenaga kerja (dari siklus SDM/penggajian).
2. Ancaman Dan Pengendalian
Ancaman utama dalam aktivitas perencanaan dan penjadwalan
adalah kelebihan atau di bawah target produksi. Kelebihan produksi
dapat mengakibatkan pasokan barang yang melebihi permintaan
jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas
potensial karena sumber daya terikat dalam persediaan. Kelebihan
produksi juga meningkatkan risiko pencatatan persediaan yang
menjadi usang. Sebaliknya, di bawah target produksi dapat
mengakibatkan kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan
karena kurangnya ketersediaan barang yang diinginkan.

3
E. OPERASI PRODUKSI
1. Proses
Aktivitas ini dicapai berbeda-beda diberbagai perusahaan,
perbedaannya berdasarkann jenis produk yang diproduksi dan tingkat
otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi (TI) dalam
proses produksi, seperti robot dan mesin yang dikendalikan komputer,
disebut sebagai computer-integrated manufacturing (CIM). CIM dapat
secara signifikan mengurangi biaya produksi. Satu efek operasional dari
CIM adalah pergeseran dari produksi massal menjadi manufaktur pesanan
khusus.
2. Ancaman dan Pengendalian
Selain kehilangan aset, pencurian juga mengakibatkan saldo aset
yang berlebihan, yang dapat mengarah pada analisis yang salah dari
kinerja keuangan dan di bawah target. Baik pegawai pengendalian
persediaan maupun pegawai produksi yang menerima bahan baku harus
menandatangani daftar permintaan untuk mengakui keluarnya barang ke
produksi. Permintaan untuk bahan baku tambahan yang melebihi jumlah
yang dispesifikasikan dalam daftar bahan baku harus didokumentasikan
dan diotorisasi oleh personel penyelia atau pengawas. Retur berbagai
bahan baku yang tidak digunakan dalam produksi juga harus
didokumntasikan.
Pemisahan tugas yang tepat penting untuk mengamankan
persediaan. Akibatnya, pengendalian akses yang tepat dan uji
kompatibilitas sangat penting untuk memastikan bahwa hanya personel
yang diotorisasi memiliki akses terhadap catatan-catatan tersebut. Label
RFID menyediakan sebuah cara yang berbiaya efektif untuk mengawasi
lokasi aktiva tetap. Sistem akuntansi biaya juga perlu menjaga catatan
yang akurat dari biaya perolehan, dan depresiasi untuk menghitung dengan
tepat untung ruginya yang ditimbulkan dari transaksi tersebut.

4
Kinerja yang buruk adalah ancaman lain terhadap operasi
produksi. Memang, survei perusahaan manufaktur melaporkan hubungan

4
langsung antara waktu yang dihabiskan dalam pelatihan dan produktivitas
secara keseluruhan. Investasi yang berlebihan pada aktiva tetap dapat
menciptakan kelebihan biaya, tingkat investasi yang rendah dapat
mengurangi produktivitas. Dengan demikian, otorisasi yang tepat atas
transaksi aktiva tetap adalah sangat penting.
Ukuran dari sebagian besar transaksi aktiva mengharuskan
beberapa modifikasi dari proses yang digunakan untuk memperoleh
persediaan dan berbagai-perlengkapan lainnya. Seorang penyelia atau
manajer, yang memberikan detail mengenai arus kas yang diharapkan dan
biaya serta manfaat lainnya atas pengeluaran yang diajukan, harus lebih
dahulu merekomendasikan pengeluaran modal yang besar. Manajer yang
akuntabel untuk pengembalian atas aktiva tetap departemen memberikan
insentif tambahan untuk mengendalian pengeluaran seperti itu.
Sebuah kekhawatiran yang terkait adalah gangguan aktivitas
produksi. Backup sumber daya, seperti generator, dan perangkat suplai
daya bebas gangguan harus diperoleh untuk memastikan bahwa peralatan
penting dan mesin tidak rusak oleh kerugian listrik tak terduga yang
mendadak dan bahwa proses produksi penting dapat diteruskan sesuai
jadwal.

F. AKUNTANSI BIAYA
1. Proses
a. Data Penggunaan Bahan Baku
Ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan bahan baku
memicu debit barang dalam proses untuk bahan baku yang dikirim ke
produksi. Jika bahan baku tambahan diperlukan, debit yang lain dibuat
untuk barang dalam proses. Sebaliknya, barang dalam proses dikredit
untuk bahan baku yang tidak digunakan dan dikembalikan ke
persediaan. Semakin banyak para produsen yang menggunakan label
RFID untuk meningkatkan efisiensi dari pelacakan penggunaan bahan
baku.

5
b. Penggunaan Mesin Dan Peralatan
Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk
mengotomatiskan proses produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya
produk yang terkait dengan mesin dan peralatan yang digunakan untuk
membuat produk tersebut. Data mengenai penggunaan mesin dan
peralatan dikumpulkan di setiap tahap proses produksi, sering kali
bersamaan dengan data mengenai biaya tenaga kerja. Dengan
melakukan hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan perangkat lunak simulasi 3D baru untuk mengevaluasi
efek dari memodifikasi tata letak lantai pengerjaan dan arus kerja dan
dengan mudah dan cepat mengimplementasikan perubahan yang
bermanfaat.
2. Ancaman dan Pengendalian
Sebagaimana yang diilustrasikan dalam kasus AOE, data biaya
yang tidak akurat dapat menurunkan efektivitas penjadwalan produksi dan
melemahkan kemampuan manajernen untuk mengawasi dan
mengendalikan operasi manufaktur. Aktiva tetap yang disajikan
berlebihan akan menaikkan biaya melalui depresiasi ekstra dan pajak
properti yang lebih tinggi. Aktiva tetap yang disajikan kurang juga dapat
menyebabkan masalah.
Pengecekan validitas, seperti membandingkan nomor bagian dari
bahan baku dengan nomor yang tercantum dalam file daftar bahan
baku, memberikan jaminan lebih lanjut atas ketepatan. Meskipun
demikian, data biaya yang akurat tidaklah cukup. Sebagaimana yang
ditunjukkan dalam kasus AOE, sistem akuntansi biaya yang didesain
dengan buruk akan menjadikan salah dalam mengalokasikan biaya ke
produk dan menghasilkan laporan yang menyesatkan mengenai aktivitas
siklus produksi, yang keduanya dapat mengakibatkan keputusan yang
keliru dan frustrasi.

6
ISI

A. PENDAHULUAN
Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan
operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan
pembuatan produk. Figur 1.1 menunjukkan bagaimana siklus produksi
dihubungkan dengan subsistem lain dalam sistem informasi sebuah
perusahaan. Sistem Informasi siklus pendapatan menyediakan informasi
(pesanan pelanggan dan perkiraan penjualan) yang digunakan untuk
merencanakan tingkat produksi dan persediaan. Sebagai balasannya, sistem
informasi siklus produksi mengirimkan informasi ke siklus pendapatan
mengenai barang jadi yang telah diproduksi dan tersedia untuk dijual.
Informasi mengenai kebutuhan bahan baku dikirim ke sistem informasi siklus
pengeluaran) dalam bentuk permintaan pembelian Sebagai gantinya, sistem
siklus pengeluaran menyediakan informasi mengenai perolehan bahan baku
dan juga mengenal pengeluaran lain yang dimasukkan ke dalam overhead
pabrik Informasi mengenai kebutuhan tenaga kerja dikirim ke siklus sumber
daya manusia, yang sebagai balasannya menyediakan data mengenal biaya
dan ketersediaan tenaga kerja Terakhir, informasi mengenai harga pokok
produksi akan dikirim ke sistem buku besar dan pelaporan informasi.

Figur 1.1: diagram konteks siklus produksi

7
Figure 1.2: Diagram arus data Tingkat 0 dari siklus produksi (terhubung dengan
menyertakan ancaman).

Figur 1.2 menggambarkan empat aktivitas dasar dalam siklus


produksi: desain produk, perencanaan dan penjadwalan, operasi produksi,
dan akuntansi biaya. Meskipun para akuntan dilibatkan terutama dalam
langkah keempat, akuntansi biaya, mereka harus memahami ketiga proses
lainnya untuk mampu mendesain laporan yang menyediakan manajemen.
dengan informasi yang diperlukan untuk mengelola aktivitas siklus
produksi di perusahaan manufaktur modern. Sebagai contoh, satu
pendekatan populer untuk meningkatkan kinerja manufaktur, disebut Six

8
Sigma, bermula dengan pengukuran dan analisis secara cermat proses saat
ini dalam rangka menemukan cara untuk meningkatkannya. Para

8
akuntan harus berpartisipasi dalam upaya tersebut dengan membantu mendesain
ukuran yang akurat; kemampuan mereka untuk melakukannya, meski demikian,
mensyaratkan bahwa mereka memahami aktivitas produksi yang diukur.

B. SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI


1. Proses
Sistem informasi siklus produksi mengintegrasikan baik data
operasional maupun keuangan dari banyak sumber. Departemen teknik
bertanggung jawab untuk mengembangkan spesifikasi produk. File daftar
bahan baku menyimpan informasi mengenai komponen-komponen
produk, dan file daftar operasi berisi informasi mengenai bagaimana untuk
pembuatan setiap produknya. Untuk mengembangkan spesifikasi tersebut,
departemen teknik mengakses kedua file tersebut untuk memeriksa desain
produk yang serupa. Departemen teknik juga mengakses buku besar dan
file persediaan untuk informasi mengenai perkiraan penjualan dan pesanan
pelanggan.
Departemen perencanaan produksi menggunakan informasi itu,
plus data mengenai tingkat persediaan saat ini, untuk mengembangkan
jadwal induk produksi dan membuat catatan baru dalam file pesanan
produksi untuk mengotorisasi produksi barang-barang tertentu. Pada
waktu yang sama, catatan baru ditambahkan pada file barang dalam proses
untuk mengakumulasi data biaya. Permintaan bahan baku dikirimkan ke
departemen penyimpanan persediaan untuk mengotorisasi pengeluaran
bahan baku. Antarmuka computer-integrated manufacturing (CIM)
mengirimkan instruksi mendetail ke stasiun kerja pabrik. Antarmuka CIM
tersebut juga mengumpulkan data biaya dan operasional yang digunakan
untuk memperbarui file barang dalam proses dan pesanan produksi
masing-masing.

9
Figur 1.3
Desain Sistem ERP untuk Mendukung Siklus Produksi

2. Ancaman dan Pengendalian


Aktivitas siklus produksi tergantung pada dan memperbarui
database terintegrasi yang berisi data induk mengenai spesifikasi produk
dan persediaan (baik barang jadi maupun bahan baku). Oleh karena itu,
ancaman pertama yang dapat terjadi adalah risiko dari data induk yang
tidak akurat atau tidak valid. Data yang tidak akurat mengenai operasi
pabrik dapat mengakibatkan pembiayaan produk dan penilaian persediaan
yang tidak tepat. Catatan persediaan yang tidak akurat dapat
mengakibatkan kegagalan untuk pembuatan barang jadi secara tepat waktu

10
atau produksi yang tidak perlu. Kesalahan dalam spesifikasi produk (daftar
bahan baku

10
dan daftar operasi) dapat mengakibatkan produk yang didesain dengan
buruk.
Menerapkan pengendalian akses dan pemisahan tugas yang sesuai
memerlukan kontrolir atau CFO dalam meninjau dan menyarankan
konfigurasi yang sesuai atas hak-hak pengguna dalam sistem ERP
terintegrasi. Instalasi default dari sistem tersebut biasanya menyediakan
setiap pegawai dengan kekuasaan yang terlalu banyal. Oleh karena itu,
penting untuk memodifikasi izin pengguna untuk memastikan bahwa para
pegawai ditugaskan hanya hak istimewa yang diperlukan untuk
menjalankan tugas pekerjaan tertentu mereka. Selain autentikasi
multifaktor para pegawai, pengendalian akses berbasis lokasi pada
perangkat harus juga digunakan. Sebagai contoh, sistem harus diprogram
untuk menolak setiap upaya untuk mengubah catatan persediaan dari
sebuah terminal yang diletakkan di departemen teknik. Pada akhirnya, log
atas seluruh aktivitas, terutama tindakan apa pun yang melibatkan
persetujuan manajerial, seperti permintaan bahan baku tambahan atau
lembur, harus dicatat dan dipelihara untuk tinjauan berikutnya sebagai
bagian dari jejak audit.
Ancaman lain adalah pengungkapan yang tidak diotorisasi atas
informasi produksi, seperti rahasia dagang dan peningkatan proses yang
menyediakan perusahaan dengan keunggulan kompetitif. Berbagai
pengendalian akses didiskusikan sebelumnya menyediakan salah satu cara
untuk menanggulangi ancaman ini. Selain itu, data sensitif, seperti
prosedur tetap yang tepat untuk mengikuti di bidang manufaktur sebuah
produk tertentu, harus dienkripsi baik ketika dalam penyimpanan maupun
selama transmisi melalui Internet ke pabrik manufaktur dan rekan bisnis.
Ancaman umum ketiga adalah kehilangan atau perubahan data
produksi. Database siklus produksi harus dilindungi dari kehilangan atau
kerusakan yang disengaja maupun tidak disengaja. Mem-backup secara
teratur dari semua file data sangat penting. Salinan tambahan dari file
induk kunci, seperti pesanan produksi terbuka dan persediaan bahan haku,

11
harus disimpan di luar lokasi. Untuk mengurangi kemungkinan
penghapusan

11
secara tidak disengaja dari file penting, seluruh disk dan rekaman harus
memiliki label file eksternal dan internal.
C. DESAIN PRODUK
Langkah pertama dalam siklus produksi adalah desain produk. Tujuan dari
mendesain produk adalah untuk menciptakan sebuah produk yang memenuhi
kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya tahan, dan fungsionalitas
sementara secara simultan meminimalkan biaya produksi. Kriteria-kriteria ini
sering bertentangan dengan satu sama lainnya, membuat desain produk adalah
tugas yang menantang.
1. Proses
Aktivitas desain produk menghasilkan dua output yaitu daftar
bahan baku dan daftar produksi. Pertama, daftar bahan baku (bill of
materials-BOM), dalam daftar bahan baku terdapat nomor bahan baku,
deskripsi, dan kuantitas dari setiap komponen yang digunakan dalam
produk jadi. Kedua adalah daftar operasi (operation list) dimana daftar
operasi ini menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti
dalam membuat produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama
setiap langkah yang diambil.
Alat-alat seperti perangkat lunak manajemen siklus hidup produk
(product life-cycle management-PLM) dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dari proses desain produk. Perangkat lunak PLM
terdiri atas tiga komponen kunci: perangkat lunak computer-aided design
(CAD) untuk mendesain produk baru, perangkat lunak manufaktur digital
yang menirukan bagaimana produk-produk tersebut akan diproduksi, dan
perangkat lunak manajemen data produk yang menyimpan semua data
yang terkait dengan produk. Perangkat lunak CAD memungkinkan para
produsen untuk mendesain dan menguji model produk 3-D virtual,
sehingga dapat mengeliminasi biaya yang terkait dengan pembuatan dan
penghancuran prototipe fisik.

12
Perangkat lunak CAD memfasilitasi kolaborasi dengan tim desain
yang tersebar di seluruh dunia dan mengeliminasi biaya yang terkait
dengan

12
bertukar salinan statis desain produk. Perangkat lunak manufaktur digital
mengizinkan perusahaan untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja,
mesin, dan proses untuk secara optimal menghasilkan barang-barang
dalam fasilitas yang berbeda di seluruh dunia guna meminimalkan biaya.
Perangkat lunak manajemen data produk menyediakan akses mudah
terhadap spesifikasi teknik mendetail dan data produk lainnya untuk
memfasilitasi desain ulang produk, modifikasi, dan pemeliharaan
purnajual. Meskipun PLM secara dramatis dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas desain produk.
2. Ancaman dan Pengendalian
Desain produk yang buruk dapat meningkatkan biaya dalam
beberapa cara. Menggunakan terlalu banyak komponen unik ketika
membuat produk yang serupa meningkatkan biaya yang terkait dengan
pembelian dan pemeliharaan persediaan bahan baku. Hal ini juga sering
mengakibatkan proses produksi yang tidak efisien karena kompleksitas
yang berlebihan dalam mengubah dari produksi satu produk ke produk
yang lain. Produk yang didesain dengan buruk juga cenderung
menimbulkan garansi dan biaya perbaikan yang tinggi.
Untuk menanggulangi ancaman seperti ini, para akuntan harus
berpartisipasi dalam aktivitas desain produk karena 65% sampai 80%
biaya produk ditentukan pada tahap proses produksi ini. Para akuntan
dapat menganalisis bagaimana penggunaan komponen alternatif dan
perubahan untuk proses produksi yang memengaruhi biaya. Selain itu,
para akuntan dapat menggunakan informasi dari siklus pendapatan
mengenai biaya perbaikan dan garansi terkait dengan produk yang ada
untuk mengidentifikasi penyebab penyebab utama dari kegagalan produk
dan menyarankan peluang-peluang untuk mendesain ulang produk guna
meningkatkan kualitas.

13
D. PERENCANAAN DAN PENJADWALAN
Langkah kedua dalam siklus produksi adalah perencanaan dan penjadwalan
Tujuannya adalah untuk mengembangkan rencana produksi yang cukup
efisien untuk memenuhi pesanan yang ada dan mengantisipasi permintaan
jangka pendek sekaligus meminimalkan persediaan bahan baku dan barang
jadi.
1. Proses
a. Metode Perencanaan Produksi
Dua metode umum perencanaan produksi adalah
manufacturing resource planning dan produksi ramping.
Manufacturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari
perencanaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk
menyeimbangkan kapasitas produksi yang ada dengan kebutuhan
bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan yang diperkirakan.
Sistem MRP-II sering disebut sebagai push manufacturing, karena
barang yang diproduksi dalam ekspektasi dari permintaan pelanggan.
Sama seperti MRP-II adalah perpanjangan dari sistem
pengendalian persediaan MRP, produksi ramping (lean manufacturing)
memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk
seluruh proses produksi. Tujuan dari produksi ramping adalah
meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi. Produksi ramping sering disebut
sebagai pull manufacturing, karena barang yang diproduksi sebagai
respons terhadap permintaan pelanggan. Secara teoretis, sistem
produksi ramping menghasilkan hanya sebagai respons terhadap
pesanan pelanggan. Dalam praktiknya, meski demikian, kebanyakan
sistem produksi ramping mengembangkan rencana produksi janga
pendek. Sebagai contoh, Toyota mengembangkan rencana produksi
bulanan, sehingga ia dapat menyediakan sebuah jadwal yang stabil ke
pemasoknya. Strategi ini memungkinkan pemasok untuk
merencanakan jadwal produksinya, sehingga pemasok dapat

14
mengirimkan produknya ke Toyota pada waktu yang tepat saat
dibutuhkannya.

14
Jadi, baik MRP-II dan sistem produksi ramping merencanakan
produksi di awal. Meskipun demikian, mereka berbeda dalam jangka
waktu horizon perencanaan. Sistem MRP-II mungkin mengembangkan
rencana produksinya sampai dengan 12 bulan di awal, sementara
sistem produksi ramping menggunakan horizon perencanaan yang jauh
lebih singkat. Jika permintaan bagi produk perusahaan dapat diprediksi
dan produk memiliki siklus hidup yang panjang, maka pendekatan
MRP-II dibenarkan. Sebaliknya, pendekatan produksi ramping lebih
tepat jika produk sebuah perusahaan ditandai dengan siklus hidup yang
pendek, permintaan yang tidak dapat diprediksi, dan seringnya
penurunan atau kelebihan persediaan.
b. Dokumen Kunci dan Formulir
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan,
dan tingkat persediaan barang jadi digunakan untuk menentukan
tingkat produksi. Hasilnya adalah master production schedule (MPS-
jadwal induk produksi), yang menentukan seberapa banyak tiap-tiap
produk untuk diproduksi selama periode perencanaan dan ketika
produksi tersebut harus terjadi. Meskipun bagian jangka panjang dari
MPS mungkin dimodifikasi sebagai respons terhadap perubahan
kondisi pasar, rencana produksi untuk banyak produk harus dibekukan
beberapa bulan di awal untuk menyediakan waktu yang cukup agar
mendapatkan bahan baku, perlengkapan, dan sumber daya tenaga kerja
yang diperlukan.
Kerumitan dari penjadwalan meningkat secara dramatis sejalan
dengan semakin banyaknya jumlah pabrik. Sebagai contoh, perusahaan
manufaktur besar seperti Intel dan General Motors paling banyak
mengoordinasikan produksi pada banyak pabrik yang berbeda di
negara-negara yang berbeda. Beberapa dari pabrik tersebut
menghasilkan komponen-komponen dasar, dan lainnya merakit produk
akhir. Sistem informasi produksi harus mengoordinasikan aktivitas-

15
aktivitas ini untuk meminimalkan kemacetan (bottlenecks) dan
penumpukan persediaan yang selesai sebagian.
MPS digunakan untuk mengembangkan sebuah jadwal
mendetail yang menspesifikasikan produksi harian dan untuk
menentukan apakah bahan baku perlu dibeli. Untuk melakukannya, ini
perlu untuk "melebihkan" daftar bahan baku untuk menentukan
kebutuhan bahan baku langsung untuk memenuhi tujuan produksi yang
tercantum dalam MPS. Kebutuhan tersebut dibandingkan dengan
tingkat persediaan saat ini, dan jika bahan baku tambahan diperlukan,
permintaan pembelian dihasilkan dan dikirim ke departemen
pembelian untuk memulai proses perolehan.
Aktivitas perencanaan dan penjadwalan menghasilkan tiga
dokumen lain: pesanan produksi, permintaan bahan baku, dan kartu
pemindahan. Pesanan produksi (production order) mengotorisasi
pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada sebuah produk
tertentu. Pesanan produksi tersebut mencantumkan operasi yang perlu
dijalankan, kuantitas yang akan diproduksi, dan lokasi di mana produk
jadi harus dikirimkan. Ia juga mengumpulkan data mengenai masing-
masing aktivitas tersebut. Permintaan bahan baku (materials
requisition) mengotorisasi penghapusan kuantitas yang diperlukan
bahan baku dari ruang penyimpanan ke lokasi pabrik di mana bahan
baku tersebut akan digunakan. Dokumen ini berisi nomor pesanan
produksi, tanggal penerbitan, berdasarkan daftar bahan baku, dan
nomor bagian dan kuantitas dari semua bahan baku yang diperlukan.
Transfer bahan baku selanjutnya di seluruh pabrik didokumentasikan
dalam kartu pemindahan (move ticket), yang mengidentifikasi bagian
yang ditransfer, lokasi di mana bagian tersebut ditransfer, dan waktu
transfer.
Banyak dokumen yang digunakan dalam siklus produksi
melacak pergerakan dan penggunaan bahan baku. Penggunaan kode

16
batang dan label RFID menyediakan peluang untuk meningkatkan
efisiensi dan ketepatan dari aktivitas penanganan bahan baku dengan

16
mengeliminasi kebutuhan pada entri data manual. RFID juga
memfasilitasi penempatan persediaan tertentu karena perangkat
pemindaian tidak terbatas untuk membaca hanya barang-barang yang
secara langsung terlihat. Ini terutama juga berguna dalam gudang atau
fasilitas penyimpanan yang besar, di mana barang-barang mungkin
akan dipindah-pindahkan untuk membuat ruang bagi kiriman baru.
Pada akhirnya, perencanaan produksi yang akurat perlu
mengintegrasikan informasi mengenai pesanan pelanggan (dari siklus
pendapatan) dengan informasi mengenai pembelian dari pemasok (dari
siklus pengeluaran), bersamaan dengan informasi mengenai
ketersediaan tenaga kerja (dari siklus SDM/penggajian). Sistem
tersebut pertama kalinya mengecek persediaan di tangan untuk
menentukan seberapa banyak yang perlu diproduksi untuk mengisi
pesanan baru. Sistem kemudian menghitung kebutuhan tenaga kerja
dan menentukan apakah ada kebutuhan untuk menjadwalkan lembur
atau mempekerjakan bantuan sementara untuk memenuhi tanggal
pengisian yang dijanjikan. Pada waktu yang sama, informasi dalam
daftar bahan baku digunakan untuk menentukan komponen apa saja,
jika ada, yang perlu dipesan. Segala pesanan pembelian yang perlu
dikirimkan ke pemasok melalui electronic data interchange (EDI).
MPS kemudian disesuaikan untuk memasukkan pesanan baru tersebut.
Perhatikan bagaimana pembagian informasi ini melalui siklus
pendapatan, produksi, dan pengeluaran dalam cara yang baru saja
dijelaskan yang memungkinkan perusahaan untuk secara efisien
mengelola persediaan dengan mengatur waktu pembeliannya untuk
memenuhi permintaan pelanggan yang sesungguhnya.
2. Ancaman Dan Pengendalian
Ancaman utama dalam aktivitas perencanaan dan penjadwalan
adalah kelebihan atau di bawah target produksi. Kelebihan produksi dapat
mengakibatkan pasokan barang yang melebihi permintaan jangka pendek,
dengan demikian menciptakan masalah arus kas potensial karena sumber

17
daya terikat dalam persediaan. Kelebihan produksi juga meningkatkan
risiko pencatatan persediaan yang menjadi usang. Sebaliknya, di bawah
target produksi dapat mengakibatkan kerugian penjualan dan
ketidakpuasan pelanggan karena kurangnya ketersediaan barang yang
diinginkan. Ancaman-ancaman ini terutama penting bagi perusahaan yang
memproduksi produk baru dan inovatif, seperti pakaian fashion terkini,
karena permintaan untuk produk tersebut jauh lebih mudah berubah
daripada permintaan untuk bahan pokok dan komoditas, seperti makanan
atau perlengkapan kantor.
Sistem perencanaan produksi dapat mengurangi risiko dari
kelebihan dan di bawah target produksi. Peningkatan memerlukan
perkiraan penjualan yang akurat dan terkini serta data mengenai stok
persediaan, informasi yang dapat menyediakan sistem siklus pendapatan
dan pengeluaran. Selain untuk perkiraan yang meningkat, informasi
mengenai kinerja produksi, terutama terkait trend dalam total waktu untuk
memproduksi setiap produk, harus secara teratur dikumpulkan. Sumber-
sumber data ini harus digunakan secara periodik untuk meninjau dan
menyesuaikan MPS. Persetujuan dan otorisasi yang sesuai dengan pesanan
produksi adalah pengendalian lain untuk mencegah kelebihan atau di
bawah target produksi atas barang-barang tertentu. Tinjauan dan
persetujuan yang cermat juga memastikan bahwa pesanan produksi yang
benar-benar dilepaskan. Risiko pesanan produksi yang tidak diotorisasi
dapat dikurangi dengan membatasi akses terhadap program penjadwalan
produksi.

18
18
E. OPERASI PRODUKSI

Figur 1.4
Integrasi Informasi Siklus Produksi Dengan Data Dari Siklus Lainnya
1. Proses
Aktivitas ini dicapai berbeda-beda diberbagai perusahaan,
perbedaannya berdasarkann jenis produk yang diproduksi dan tingkat
otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Menggunakan berbagai bentuk teknologi informasi (TI) dalam
proses produksi, seperti robot dan mesin yang dikendalikan komputer,
disebut sebagai computer-integrated manufacturing (CIM). CIM dapat
secara signifikan mengurangi biaya produksi. Sebagai contoh, Northrop
Grumman Corporation setelah menggunakan 16.000 lembar kertas untuk
mencatat instruksi kerja di lantai pengerjaan terkait dengan pembuatan
rangka pesawat. Pemasangan terminal online pada setiap stasiun perakitan
mengeliminasi arus kertas tersebut dan meningkatkan efisiensi,
mengurangi biaya mencapai 30%.
Para akuntan tidak perlu menjadi ahli pada setiap aspek CIM,
tetapi mereka harus memahami bagiamana ini memengaruhi operasi dan
akuntansi biaya. Satu efek operasional dari CIM adalah pergeseran dari

19
produksi massal menjadi manufaktur pesanan khusus. Sebagai contoh,
setiap produk Northrop Grumman dirakit untuk dipesan. Meskipun
demikian, setiap produk dapat menggunakan sekitar 256.000 komponen
terpisah. Dengan demikian, CIM memerlukan desain ulang atas sistem
manajemen persediaan dan arus kerja untuk memfasilitasi perubahan cepat
dalam produksi. Sebagaimana yang akan kita diskusikan di bagian akhir
bab ini, fleksibilitas dalam operasi manufaktur juga memiliki implikasi
bagi desain sistem akuntansi biaya.
2. Ancaman dan Pengendalian
Pencurian persediaan dan aktiva tetap adalah keprihatinan utama.
Selain kehilangan aset, pencurian juga mengakibatkan saldo aset yang
berlebihan, yang dapat mengarah pada analisis yang salah dari kinerja
keuangan dan di bawah target.
Untuk mengurangi risiko kehilangan atas persediaan, akses fisik
terhadap persediaan harus dibatasi dan seluruh pergerakan internal dari
persediaan harus didokumentasikan. Jadi, permintaan bahan baku harus
digunakan untuk mengotorisasi dikeluarkannya bahan baku untuk
produksi. Baik pegawai pengendalian persediaan maupun pegawai
produksi yang menerima bahan baku harus menandatangani daftar
permintaan untuk mengakui keluarnya barang ke produksi. Permintaan
untuk bahan baku tambahan yang melebihi jumlah yang dispesifikasikan
dalam daftar bahan baku harus didokumentasikan dan diotorisasi oleh
personel penyelia atau pengawas. Kartu pemindahan harus digunakan
untuk mendokumentasi pergerakan lanjutan atas persediaan melalui
berbagai tahap dalam proses produksi. Retur berbagai bahan baku yang
tidak digunakan dalam produksi juga harus didokumentasikan. Di mana
pun memungkinkan, label RFID atau kode batang harus digunakan untuk
mengotomatisasi pelacakan persediaan.
Pemisahan tugas yang tepat penting untuk mengamankan
persediaan. Memelihara penyimpanan fisik pada persediaan bahan baku
dan barang jadi adalah tanggung jawab dari departemen penyimpanan

20
persediaan. Penyelia departemen atau pabrik memiliki tanggung jawab
utama terhadap persediaan barang dalam proses. Fungsi otorisasi,
ditunjukkan dengan persiapan pesanan produksi, permintaan bahan baku,
dan kartu pemindahan, adalah tanggung jawab dari perencana produksi
atau sistem informasi produksi itu sendiri yang semakin meningkat.
Peralatan RFID, pemindai kode batang, dan terminal online dapat
digunakan untuk mencatat pergerakan persediaan, dengan demikian
memelihara catatan persediaan perpetual dengan akurat. Akibatnya,
pengendalian akses yang tepat dan uji kompatibilitas sangat penting untuk
memastikan bahwa hanya personel yang diotorisasi memiliki akses
terhadap catatan-catatan tersebut. Pada akhirnya, pegawai tanpa tanggung
jawab penyimpanan harus secara periodik menghitung persediaan di
tangan. Berbagai diskrepansi antara perhitungan fisik ini dan jumlah
tercatat harus diselidiki.
Pengendalian serupa diperlukan untuk mengamankan aktiva tetap.
Pertama, seluruh aktiva tetap harus diidentifikasi dan dicatat, sehingga
manajer dapat ditugasi tanggung jawab dan akuntabilitas untuk aktiva
tetap di bawah pengendaliannya. Label RFID menyediakan sebuah cara
yang berbiaya efektif untuk mengawasi lokasi aktiva tetap. Sebagaimana
dengan persediaan, langkah-langkah keamanan harus digunakan untuk
mengendalikan akses fisik terhadap aktiva tetap. Oleh karena mesin dan
peralatan manufaktur sering diganti sebelum benar-benar usang, maka
perlu untuk secara formal menyetujui dan mencatat dengan akurat
penjualan atau pelepasannya Sebuah laporan seluruh transaksi aktiva tetap
harus dicetak secara periodik dan dikirim ke kontrolir, yang harus
memverifikasi bahwa setiap transaksi dengan tepat diotorisasi dan
dieksekusi. Sistem akuntansi biaya juga perlu menjaga catatan yang akurat
dari biaya perolehan, dan depresiasi untuk menghitung dengan tepat
untung ruginya yang ditimbulkan dari transaksi tersebut.
Kinerja yang buruk adalah ancaman lain terhadap operasi produksi.
Pelatihan adalah satu cara untuk menanggulangi ancaman ini. Memang,

21
survei perusahaan manufaktur melaporkan hubungan langsung antara
waktu

21
yang dihabiskan dalam pelatihan dan produktivitas secara keseluruhan.
Penting juga untuk secara teratur menyiapkan dan meninjau laporan
terhadap kinerja guna mengidentifikasi kapan pelatihan tambahan
diperlukan.
Ancaman lain terkait dengan aktivitas siklus produksi adalah
investasi suboptimal dalam aktiva tetap. Investasi yang berlebihan pada
aktiva tetap dapat menciptakan kelebihan biaya, tingkat investasi yang
rendah dapat mengurangi produktivitas. Kedua masalah tersebut
mengurangi profitabilitas. Dengan demikian, otorisasi yang tepat atas
transaksi aktiva tetap adalah sangat penting.
Perolehan aktiva tetap menunjukkan jenis khusus pengeluaran dan
mengikuti proses dasar yang sama (memesan aktiva tetap, menerimanya,
dan membayarnya) dan prosedur pengendalian. Namun, ukuran dari
sebagian besar transaksi aktiva tetap mengharuskan beberapa modifikasi
dari proses yang digunakan untuk memperoleh persediaan dan berbagai-
perlengkapan lainnya. Seorang penyelia atau manajer, yang memberikan
detail mengenai arus kas yang diharapkan dan biaya serta manfaat lainnya
atas pengeluaran yang diajukan, harus lebih dahulu merekomendasikan
pengeluaran modal yang besar. Seluruh rekomendasi tersebut harus
ditinjau oleh seorang eksekutif senior atau oleh seorang komite eksekutif
dan berbagai proyek berdasarkan prioritas peringkat. Pengeluaran modal
yang lebih kecil (misalnya, pengeluaran yang berbiaya $10.000 atau
kurang) biasanya dapat dibeli langsung dari anggaran departemen, yang
menghindari proses persetujuan formal. Manajer yang akuntabel untuk
pengembalian atas aktiva tetap departemen memberikan insentif tambahan
untuk mengendalian pengeluaran seperti itu.
Perbedaan lain adalah bahwa pesanan untuk mesin dan peralatan
hampir selalu melibatkan permintaan resmi bagi penawaran kompetitif
oleh pemasok yang potensial. Sebuah dokumen yang disebut sebagai
request for proposal (RFP-permintaan untuk proposal), yang

22
menspesifikasikan properti aset yang diinginkan, dikirim ke setiap
pemasok yang prospektif.

22
Komite investasi modal harus meninjau respons dan memilih penawaran
terbaik. Setelah pemasok telah dipilih, perolehan aset mungkin ditangani
melalui proses siklus pengeluaran reguler. Secara spesifik, sebuah pesanan
pembelian resmi disiapkan, tanda terima aset secara resmi
didokumentasikan menggunakan laporan penerimaan, dan voucher
pencairan digunakan untuk mengotorisasi pembayaran ke pemasok. Set
yang sama atas pengendalian pemrosesan dan pengecekan edit digunakan
untuk pembelian lain, juga digunakan untuk perolehan aktiva tetap.
Ancaman lain persediaan dan aktiva tetap tunduk pada kerugian
akibat kebakaran atau bencana lainnya. Pengamanan fisik, seperti sistem
pemadaman api, didesain untuk mencegah bencana tersebut. Meskipun
demikian, karena pengendalian preventif tidak pernah 100% efektif,
organisasi juga perlu membeli asuransi yang cukup untuk menutupi
kerugian tersebut dan menyediakan pengganti bagi aset-aset tersebut.
Sebuah kekhawatiran yang terkait adalah gangguan aktivitas
produksi. Tingginya tingkat otomatisasi dalam aktivitas siklus produksi
berarti bahwa bencana, seperti pemadaman listrik yang dialami di
California dalam tahun-tahun terakhir ini, tidak hanya mengganggu fungsi
sistem informasi, tetapi juga dapat mengganggu aktivitas manufaktur.
Backup sumber daya, seperti generator, dan perangkat suplai daya bebas
gangguan (uninterruptible power supply-UPS) harus diperoleh untuk
memastikan bahwa peralatan penting dan mesin tidak rusak oleh kerugian
listrik tak terduga yang mendadak dan bahwa proses produksi penting
dapat diteruskan sesuai jadwal. Perusahaan juga perlu menyelidiki
kesiapsiagaan bencana dari pemasok kunci dan mengidentifikasi sumber
alternatif bagi komponen penting. Hal ini penting terutama bagi
perusahaan yang mempraktikkan produksi ramping; mereka menjaga
persediaan rendah dari bahan baku dan barang jadi, sehingga segala
gangguan terhadap aktivitas manufaktur ataupun aktivitas dari
pemasoknya dapat dengan cepat mengakibatkan kerugian penjualan.

23
F. AKUNTANSI BIAYA
Langkah terakhir dalam siklus produksi adalah akuntansi biaya. Tiga
tujuan utama dari sistem akuntansi biaya adalah menyediakan informasi untuk
perencanaan, pengendalian, dan pengevaluasian kinerja operasi produksi,
menyediakan data biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam
penetapan harga dan keputusan bauran produk; dan mengumpulkan dan
memproses informasi yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai persediaan
dan harga pokok penjualan yang muncul dalam laporan keuangan perusahaan.
1. Proses
Untuk berhasil mencapai tujuan pertama, sistem akuntansi biaya
harus didesain untuk mengumpulkan data secara real-time mengenai
kinerja aktivitas produksi, sehingga manajemen dapat membuat keputusan
yang tepat waktu. Untuk mencapai dua tujuan lainnya, sistem akuntansi
biaya harus mengklasifikasikan biaya berdasarkan berbagai kategori dan
kemudian menentukan biaya-biaya tersebut ke produk tertentu dan unit
organisasi. Hal ini memerlukan pengodean yang cermat padadata biaya
selama pengumpulan, karena sering kali biaya yang sama dialokasikan
dalam berbagai cara, untuk beberapa tujuan yang berbeda. Sebagai contoh,
biaya pengawasan pabrik mungkin ditentukan ke departemen untuk tujuan
evaluasi kinerja, tetapi ke produk-produk yang spesifik untuk penentuan
harga dan keputusan bauran produk.
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya job-
order atau perhitungan proses untuk menentukan biaya produksi.
Perhitungan biaya job-order (job-order costing) menentukan biaya ke
batch produksi tertentu atau pekerjaan, dan digunakan ketika produk atau
jasa yang dijual terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara
diskret (berlainan). Sebagai contoh, perusahaan konstruksi menggunakan
perhitungan biaya job- order untuk setiap rumah yang dibangun. Sama
halnya, akuntan publik dan firma hukum menggunakan perhitungan biaya
job-order untuk menghitung masing-masing biaya pada setiap audit atau
kasus. AOE saat ini menggunakan perhitungan biaya job-order.

24
Sebaliknya, perhitungan biaya proses (process costing)
menentukan biaya pada masing- masing proses atau pusat kerja dalam
siklus produksi, dan kemudian menghitung biaya rata- rata untuk seluruh
unit yang diproduksi. Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang
atau jasa yang hampir sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit
diskret tidak dapat dengan segera diidentifikasi. Sebagai contoh,
pembuatan bir mengakumulasi biaya yang terkait dengan berbagai proses
(misalnya, penghalusan, fermentasi primer, penyaringan, dan pembotolan)
dalam memproduksi sebuah batch dari jenis bir tertentu dan kemudian
menghitung total biaya unit rata-rata untuk produk tersebut. Sama halnya,
reksa dana mengakumulasikan biaya yang terkait dengan penanganan
simpanan dan penarikan dana nasabah dan kemudian menghitung biaya
per unit atas transaksi tersebut.
Memilih perhitungan biaya job-order atau proses hanya
memengaruhi metode yang digunakan untuk menentukan biaya ke produk,
bukan memengaruhi metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
tersebut. Mari kita sekarang memeriksa bagaimana data mengenai bahan
baku yang digunakan, jam kerja yang dikeluarkan, operasi mesin yang
dijalankan, dan overhead pabrik yang dikumpulkan.
a. Data Penggunaan Bahan Baku
Ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan bahan baku
memicu debit barang dalam proses untuk bahan baku yang dikirim ke
produksi. Jika bahan baku tambahan diperlukan, debit yang lain dibuat
untuk barang dalam proses. Sebaliknya, barang dalam proses dikredit
untuk bahan baku yang tidak digunakan dan dikembalikan ke
persediaan. Banyak bahan baku diberi kode batang agar data
penggunaan dapat dikumpulkan dengan memindai produk tersebut
ketika dilepas dari, atau dikembalikan ke persediaan. Semakin banyak
para produsen yang menggunakan label RFID untuk lebih
meningkatkan efisiensi dari pelacakan penggunaan bahan baku.

26
Faktanya, label RFID diterapkan ke produk individu, perusahaan
mungkin, jika menginginkan, mengadopsi

26
metode identifikasi spesifik untuk melacak persediaan. Meskipun
demikian, sulit untuk menggunakan kode batang atau label RFID
untuk beberapa barang, seperti cairan. Pegawai persediaan dan pekerja
pabrik harus menggunakan terminal online untuk memasukkan data
penggunaan untuk barang- barang tersebut.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Di masa lalu, AOE dan para produsen lainnya menggunakan
dokumen kertas yang disebut kartu jam kerja (job-time ticket) untuk
mengumpulkan data mengenai aktivitas tenaga kerja. Dokumen ini
mencatat jumlah waktu seorang pekerja yang digunakannya untuk
setiap tugas pekerjaan tertentu. Sekarang, para pekerja memasukkan
data ini menggunakan terminal online di setiap stasiun kerja pabrik.
Untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam proses ini, AOE sedang
mempertimbangkan untuk beralih ke kartu identifikasi berkode, yang
akan digesekkan para pekerja ke alat pembaca kartu atau pemindai
kode batang untuk mengotomatiskan pengumpulan data yang dapat
menjadi signifikan. Sebagai contoh, Consolidated Diesel Company
menemukan bahwa menggunakan pemindai kode batang untuk
menangkap data mengenai penggunaan bahan baku dan operasi tenaga
kerja menghemat sekitar 12 detik per stasiun kerja, per aktivitas.
Meskipun ini mungkin tidak tampak berguna, ketika dikalikan dengan
ratusan stasiun kerja dan berbagai aktivitas yang dijalankan oleh
ratusan pegawai setiap hari, perubahan tersebut menghasilkan
peningkatan permanen sebesar 15% dalam produktivitas.
c. Penggunaan Mesin dan Peralatan
Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk
mengotomatiskan proses produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya
produk yang terkait dengan mesin dan peralatan yang digunakan untuk
membuat produk tersebut. Data mengenai penggunaan mesin dan
peralatan dikumpulkan di setiap tahap proses produksi, sering kali
bersamaan dengan data mengenai biaya tenaga kerja. Sebagai contoh,

27
ketika para pekerja mencatat aktivitas mereka di sebuah stasiun kerja
tertentu, sistem tersebut juga dapat mencatat informasi yang
mengidentifikasi mesin dan peralatan yang digunakan dan durasi
penggunaannya. Sampai saat ini, data ini dikumpulkan dengan
pemasangan kabel pabrik, sehingga setiap potongan peralatan
ditautkan dengan sistem komputer.
Hal ini membatasi kemampuan untuk cepat dan mudah mendesain
ulang tata letak lantai pengerjaan untuk meningkatkan efisiensi
produksi. Akibatnya, banyak perusahaan manufaktur menggantikan
sambungan kabel tersebut dengan teknologi nirkabel. Dengan
melakukan hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan perangkat lunak simulasi 3D baru untuk mengevaluasi
efek dari memodifikasi tata letak lantai pengerjaan dan arus kerja dan
dengan mudah dan cepat mengimplementasikan perubahan yang
bermanfaat.
d. Biaya Overhead Pabrik
Biaya pabrik yang biasanya secara ekonomis tidak layak untuk
melacak langsung terhadap pekerjaan atau proses tertentu yang disebut
overhead pabrik (manufacturing overhead). Contohnya termasuk biaya
penggunaan air, listrik, dan utilitas lainnya; perlengkapan lain-lain,
sewa, asuransi, dan pajak properti bagi pabrik; serta gaji penyelia
pabrik. Sebagian besar dari biaya-biaya ini dikumpulkan dengan
sistem informasi siklus pengeluaran, dengan pengecualian gaji
penyelia, yang diproses oleh sistem informasi siklus sumber daya
manusia.
Para akuntan dapat memainkan peran penting dalam
mengendalikan biaya overhead dengan cermat menilai bagaimana
perubahan dalam bauran produk dapat memengaruhi total overhead
pabrik. Meskipun demikian, mereka harus melampaui tidak hanya
sekadar mengumpulkan data, tetapi juga harus mengidentifikasi faktor-
faktor yang mendasari agar mendorong perubahan dalam total biaya.

28
Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk menyesuaikan rencana
produksi dan tata letak pabrik untuk memaksimalkan efisiensi dan
profitabilitas. Sebagaimana

28
yang diilustrasikan dalam kasus AOE, melakukan hal ini secara efektif
memerlukan sistem akuntansi biaya untuk didesain ulang guna
mengumpulkan dan melaporkan biaya dalam cara yang konsisten
dengan teknik perencanaan produksi perusahaan tersebut. Sebagai
contoh, produksi ramping menekankan bekerja dalam tim dan
berusaha memaksimalkan efisiensi dan sinergi seluruh tim yang
terlibat dalam pembuatan suatu produk tertentu. Akibatnya, Elizabeth
Venko menyadari bahwa mengumpulkan dan melaporkan varians
tenaga kerja pada tingkat individu atau tim dapat menciptakan insentif
yang disfungsional untuk memaksimalkan kinerja lokal dengan
mengorbankan kinerja seluruh pabrik. Oleh karena itu, ia berencana
untuk mendesain ulang sistem akuntansi biaya AOE agar
mengumpulkan dan melaporkan biaya dalam cara yang menekankan
kontribusi bersama dari seluruh tim yang membuat suatu produk
tertentu.
3. Ancaman dan Pengendalian
Sebagaimana yang diilustrasikan dalam kasus AOE, data biaya
yang tidak akurat dapat menurunkan efektivitas penjadwalan produksi dan
melemahkan kemampuan manajernen untuk mengawasi dan
mengendalikan operasi manufaktur. Sebagai contoh, data biaya yang tidak
akurat dapat mengakibatkan keputusan yang tidak tepat mengenai produk
apa yang dibuat dan bagaimana menentukan harga penjualan terkini.
Kesalahan dalam catatan persediaan dapat mengakibatkan kelebihan atau
kurangnya produksi barang. Aktiva tetap yang disajikan berlebihan akan
menaikkan biaya melalui depresiasi ekstra dan pajak properti yang lebih
tinggi. Aktiva tetap yang disajikan kurang juga dapat menyebabkan
masalah, sebagai contoh, perhitungan tidak akurat dari jumlah komputer
pribadi yang digunakan dapat menyebabkan perusahaan tanpa
sepengetahuannya melanggar ketentuan lisensi perangkat lunak.
Ketidakakuratan dalam laporan keuangan dan laporan manajerial dapat

29
mengganggu analisis kinerja masa lalu dan keinginan investasi di masa
depan atau perubahan dalam operasi.
Prosedur pengendalian terbaik untuk memastikan bahwa entri data
akurat adalah untuk mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan
teknologi RFID, pemindai kode batang, alat pembaca kartu, dan perangkat
lainnya. Saat hal ini tidak layak, terminal online harus digunakan untuk
entri data dan harus menggunakan berbagai pengendalian edit entri data.
Sebagai contoh, digit cek dan verifikasi closed-loop harus digunakan
untuk memastikan bahwa informasi mengenai bahan baku yang
digunakan, operasi yang dijalankan, dan nomor pegawai dimasukkan
dengan benar. Pengecekan validitas, seperti membandingkan nomor
bagian dari bahan baku dengan nomor yang tercantum dalam file daftar
bahan baku, memberikan jaminan lebih lanjut atas ketepatan. Pada
akhirnya, untuk memverifikasi ketepatan dari catatan database,
perhitungan persediaan fisik secara periodik dan aktiva tetap harus dibuat
dan dibandingkan dengan kuantitas tercatat. Meskipun demikian, data
biaya yang akurat tidaklah cukup. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam
kasus AOE, sistem akuntansi biaya yang didesain dengan buruk akan
menjadikan salah dalam mengalokasikan biaya ke produk dan
menghasilkan laporan yang menyesatkan mengenai aktivitas siklus
produksi, yang keduanya dapat mengakibatkan keputusan yang keliru dan
frustrasi. Dua subbagian berikut ini menjelaskan bagaimana sistem
perhitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based costing) dan metrik
kinerja inovatif dapat menanggulangi masalah-masalah tersebut.

30
DAFTAR PUSTAKA

B.Romney, Marshall dan Steinbart, Paul John. (2014). Sistem Informasi Akuntansi
(13th ed). (Nur Safira, Kikin Sakinah dan Puspasari, Novita). Jakarta: Salemba

31

Anda mungkin juga menyukai