Anda di halaman 1dari 20

SIKLUS PRODUKSI

KELOMPOK 9

- AY U R A H M A M ( 1 8 1 4 0 0 1 6 )

- R E T TA R I F F I A ( 1 8 1 4 0 0 1 8 )

- R I Z K I N U R WA C H I D A H ( 1 8 1 4 0 0 5 2 )
Pengertian siklus produksi

Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi

pemprosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produk.

sistem informasi siklus produksi mengirimkan informasi ke siklus

pendapatan mengenai barang jadi yang telah diproduksi dan tersedia untuk dijual.

Siklus produksi terdiri dari empat aktivitas dasar :

Desain produk

Perencanaan dan penjadwalan produksi

 Operasi produksi

Akuntansi Biaya
Sistem Informasi Siklus Produksi

 Proses

Departemen teknik bertanggung jawab untuk mengembangkan spesifikasi produk. File daftar bahan baku
menyimpan informasi mengenai komponen-komponen produk, dan file daftar operasi berisi informasi
mengenai bagaimana untuk pembuatan setiap produknya. Untuk mengembangkan spesifikasi tersebut,
departemen teknik mengakses kedua file tersebut untuk memeriksa desain produk yang serupa.

 Ancaman dan pengendalian

Aktivitas siklus produksi tergantung pada memperbarui database terintegrasi yang berisi data induk
mengenai spesifikasi produk dan persediaan.
Desain Produk

Langkah pertama dalam siklus produksi adalah desain produk. Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah

produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dari segi kualitas, daya tahan, dan fungsionalitas sementara secara

simultan meminimalkan biaya produksi.

Proses

Aktivitas desain produk menghasilkan dua output. Pertama, daftar bahan baku, yaitu sebuah

dokumen yang menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari tiap-tiap

komponen yang digunakan dalam sebuah produk. Kedua, daftar operasi yaitu sebuah

dokumen yang menspesifikasikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti dalam membuat

produk, peralatan apa yang digunakan, dan seberapa lama setiap langkah yang diambil.
 Ancaman dan pengendalian

Desain produk yang buruk meningkatkan biaya dalam beberapa


cara.
Menggunakan terlalu banyak komponen unik ketika membuat
produk yang serupa meningkatkan biaya yang terkait dengan
pembelian dan pemeliharaan persediaan bahan baku. Ini juga
sering mengakibatkan proses produksi yang tidak efisien
D. Perencanaan dan Penjadwalan

Langkah kedua dalam siklus produksi adalah perencanaan dan penjadwalan. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan rencana produksi yang cukup efisien
 Metode perencanaan produksi

Dua metode umum perencanaan produksi adalah manufacturing resource planning dan
produksi ramping. Manufaturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari
perencanaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas
produksi yang ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan diperkirakan
yang diperkirakan.
Produksi ramping : memperpanjang prinsip-prinsip sistem persediaan just-in-time untuk seluruh
proses produksi dan untuk meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan baku, barang
dalam proses, dan barang jadi. Produksi ramping sering disebut sebagai pull manufacturing
 Dokumentasi kunci dan formulir

Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan

penjualan, dan tingkat persediaan barang jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi.

Pesanan produksi mengotorisasi pembuatan dalam kuantitas yang telah ditentukan pada sebuah
produk tertentu.

Permintaan bahan baku mengotorisasi penghapusan kuantitas yang diperlukan bahan baku dari
ruang penyimpanan ke lokasi pabrik dimana bahan baku tesebut akan digunakan.
Ancaman dan pengendalian

Kelebihan produksi dapat mengakibatkan pasokan barang yang melebihi


permintaan jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas
potensial karena sumber daya terikat dalam persediaan. Kelebihan produksi juga
meningkatkan resiko pencatatan persediaan yang menjadi usang. Sebaliknya, di
bawah target produksi dapat meningkatkan produksi dapat mengakibatkan
kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan karena kurangnya ketersediaan
barang yang diinginkan.
E. Operasi Produksi

Langkah ketiga dalam siklus produksi adalah pembuatan produk yang sebenarnya. Cara aktivitas ini dicapai berbeda-
beda di berbagai perusahaan, perbedaan berdasarkan jenis produk yang diproduksi dan tingkat otomatisasi yang
digunakan dalam proses produksi.

 Ancaman dan pengendalian

Pencurian persediaan dan aktiva tetap adalah keprihatinan utama. Selain kehilangan aset,pencurian juga mengakibatkan

saldo aset yang berlebihan, yang dapat mengarah pada analisis yang salah dari kinerja keuangan dan di bawah target.

Kinerja yang buruk adalah ancaman lain terhadap operasi produksi. Pelatihan adalah satu cara untuk menanggulangi

ancaman ini. Ancaman lain terkait dengan aktivitas siklus produksi adalah investasi suboptimal dalam aktiva tetap.
F. Akuntansi Biaya

Langkah terakhir dalam siklus produksi adalah akuntansi biaya. 3 tujuan utama dari sistem
akuntansi biaya adalah :
(1) menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan pengevaluasian kinerja
operasi produksi.

(2) menyediakan data biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam penetapan
harga dan keputusan bauran produk.
(3)mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung nilai-
nilaipersediaan dan harga pokok penjualan yang muncul dalam laporan keuangan perusahaan.
Proses

Untuk berhasil mencapai tujuan pertama, sistem akuntansi biaya


harus didesain untuk mengumpulkan data secara real-time
mengenai kinerja aktivitas produksi, sehingga manajemen dapat
membuat keputusan yang tepat waktu.

Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya job-


order atau perhitungan proses untuk menentukan biaya produksi.
 DATA PENGGUNAAN BAHAN BAKU

ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan Bahan baku memicu debit barang dalam
proses untuk bahan baku yang dikirim ke produksi. Jika bahan baku tambahan
diperlukan, debit yang lain dibuat untuk barang dalam proses.
 BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

kartu jam kerja adalah sebuah dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai aktivitas tenaga kerja dengan mencatat

jumlah waktu seorang pekerja yang dikeluarkan dalam setiap tugas pekerjaan tertentu
PENGGUNAAN MESIN DAN PERALATAN

Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk mengotomatiskan proses produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya produk

yang terkait dengan mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Data mengenai penggunaan mesin dan

peralatan dikumpulkan di setiap tahap proses produksi

BIAYA OVERHEAD PABRIK.

Biaya pabrik yang biasanya secara ekonomis tidak layak

untuk melacak langsung terhadap pekerjaan atau proses tertentu yang disebut overhead

pabrik. Para akuntan dapat memainkan peran penting dalam mengendalikan biaya overhead

dengan cermat menilai bagaimana perubahan dalam bauran produk dapat mempengaruhi total

overhead pabrik.
MENINGKATKAN PENGENDALIAN DENGAN SISTEM PERHITUNGAN BIAYA
BERBASIS AKTIVITAS

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity-Based-costing-ABC) yaitu sistem biaya

yang dirancang untuk melacak biaya pada aktivitas yang menimbulkannya. Tujuan yang
mendasari perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah untuk menghubungkan biaya dengan
strategi perusahaan.

Sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas berbeda dari sistem akuntansi biaya

konvensional dalam 3 cara yang penting :


1. Sistem biaya berbasis aktivitas berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar dari
biaya overhead ke poduk.
2. Sistem biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya

pool untuk mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik).


3. Sistem biaya berdasarkan aktivitas berupaya untuk merasionalkan

alokasi overhead ke produk dengan mengidentifikasi pemicu biaya.


Pemicu biaya (cost driver) adalah segala sesuatu yang memiliki
hubungan sebab-akibat terhadap biaya.
PENINGKATAN MANAJEMEN BIAYA.

Para pendukung berargumen bahwa keuntungan lain dari perhitungan biaya berbasis-aktivitas adalah bahwa perhitungan tersebut dengan jelas

mengukur hasil dari tindakan-tindakan manajemen atas profitabilitas secara keseluruhan. Sementara sistem biaya tradisional hanya mengukur

pengeluaran untuk memperoleh sumber daya

PENINGKATAN PENGENDALIAN DENGAN METRIK KINERJA INOVATIF.

Pendekatan modern ke produksi, seperti produksi ramping, secara signifikan berbeda dari produksi massal tradisional. Salah satu perbedaan

utama adalah pengurangan yang ditandai pada tingkat persediaan barang jadi, karena produksi dijadwalkan sebagai respons terhadap

permintaan pelanggan bukannya proyeksi berdasarkan tahun-tahun sebelumnya.

Ketika perusahaan beralih dari produksi massal ke produksi ramping, maka perusahaan tersebut akan mengurangi tingkat persediaan yang

ada, dengan hasil bahwa biaya yang terjadi di periode sebelumnya untuk menciptakan persediaan tersebut sekarang dibebankan.
Ukuran pengendalian kualitas. Informasi mengenai biaya kualitas dapat membantu perusahaan menentukan dampak dari

tindakan yangdiambil untuk meningkatkan yield.

Biaya pengendalian kualitas dapat dibagi kedalam 4 area sebagai berikut.

1. Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang

didesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.

2. Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas.

3. Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang, atau pembuangan, produk yang diidentifikasi

sebagai produk cacat sebelum penjualan

4. Biaya kegaglan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual ke pelanggan. Biaya ini meliputi biaya-biaya seperti

klaim kewajiban produk, garansi


STUDI KASUS

Pada bagian studi kasus, kami mengambil sampel dari sebuah pabrik
es yang bernama CV. Muda Perkasa yang beralamat di Jalan Sultan
MalikulSaleh No. 32 Kecamatan Banda Raya, Lamlagang, Banda Aceh.
CV. Muda Perkasa mendapatkan pesanan dari beberapa rumah makan
di Banda Aceh. Pesanan yang sudah disepakati sebelumnya dikirimkan
secara langsung ke tahap produksi. Ditahap inilah produksi dilaksanakan
diawali dengan masuknya air PDAM yang telah disaring melalui filter
yang diuji kelayakannya. Kemudian air PDAM yang bersih dimasukkan
ke dalam tangki akumulator.
STUDI KASUS - lanjutan

Selanjutnya diproses pembekuannya oleh mesin pendingin sesuai waktu yang


ditentukan. Bahan pembantu lainnya yaitu plastik kemasan dan tali untuk mengikat
es Kristal yang telah dipaketkan. Harga produk ditentukan oleh bagian pemasaran,
yang mana apabila bahan baku tersedia banyak, maka harga es Kristal per kg relatif
murah, dan apabila bahan baku tidak banyak tersedia, maka harga es Kristal per kg
relatif mahal. Saat ini umumnya harga es Kristal Rp 1.000,- per kg dan terdiri dari 3
paket yaitu 8 kg dengan harga Rp 8.000,-, paket 10 kg Rp 10.000,-, dan 20 kg Rp
20.000,-.
Setelah proses pengemasan diselesaikan, es Kristal dikirimkan ke pemesan
tersebut, yang mana dalam kasus ini adalah rumah makan di Banda Aceh, dengan
memberikan kwitansi pembayaran yang dibuat dalam dua rangkap. Satu rangkap
disimpan di bagian pencatatan, dan satu rangkap lagi diserahkan kepada konsumen.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai