Anda di halaman 1dari 26

RMK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

SIKLUS PRODUKSI & BUKU BESAR


Dosen Pengampu: Ni Nengah Lasmini, S.S.T.Ak., M. Si

Disusun oleh:
Kelompok 1
Desak Putu Devi Widiantari 2215644006
Kadek Eva Resmiani 2215644012
I Gusti Agung Ayu Mayuni Citra Dewi 2215644018

3F AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BALI
TAHUN AJARAN 2023/2024
SIKLUS PRODUKSI

A. PENDAHULUAN

Siklus produksi (production cycle) adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi
pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembuatan produk.

Proses
Sistem informasi siklus pendapatan menyediakan informasi (pesanan pelanggan dan
prediksi penjualan) kepada siklus produksi untuk merencanakan tingkat produksi dan
persediaan. Sebagai balasannya, sisem informasi siklus produksi mengirimkan informasi ke
siklus pendapatan mengenai produk jadi yang telah diproduksi dan tersedia untuk dijual.
Sistem informasi siklus pengeluaran mengirimkan siklus produksi permintaan pembelian.
Sebagai gantinya, sistem siklus produksi menyediakan informasi mengenai perolehan bahan
baku dan juga pengeluaran lain yang dimasukkan ke dalam overhead pabrik. Informasi
mengenai kebutuhan tenaga kerja dikirim ke siklus sumber daya manusia, yang sebagai
balasannya menyediakan data mangenai biaya dan ketersediaan tenaga kerja. Terakhir,
informasi mengenai harga pokok produksi akan dikirim ke sistem buku besar dan pelaporan
informasi, serta laporan produksi akan dikirimkan kepada manajemen.
Proses
Aktivitas akuntansi biaya mengirimkan informasi biaya untuk produksi kepada aktivitas
desain produk. Aktivitas desain produk menghasilkan informasi bahan baku, serta daftar
operasi. Kedua informasi tersebut akan diberikan kepada aktivitas akuntansi biaya serta
aktivitas perencanaan dan penjadwalan untuk diproses. Siklus Pendapatan mengirimkan
informasi perkiraan penjualan dan pesanan pelanggan kepada aktivitas perencanaan dan
penjadwalan. Aktivitas perencanaan dan penjadwalan mengirimkan informasi berupa
permintaan Pembelian kepada siklus pengeluaran yang nantinya akan memberikan informasi
biaya bahan baku dan overhead ke aktivitas akuntansi biaya. Aktivitas perencanaan
mengirimkan kebutuhan tenaga kerja kepada siklus manajemen SDM, sebagai gantinya
diberikan tenaga yang tersedia, tidak lupa mengirimkan biaya tenaga kerja kepada aktivitas
akuntansi biaya. Siklus Pengeluaran menghasilkan informasi daftar bahan baku yang akan
diserahkan kepada aktivitas perencanaan. Aktivitas perencanann memberikan informasi
pesanan produksi, permintaan bahan baku, dan kartu pemindahan kepada aktivitas produksi.
Setelah pesanan mulai diproduksi, aktivitas produksi akan mengupdate informasi pesanan
produksi yang dikirimkan aktivitas perencanaan, serta menghasilkan informasi WIP (work in
process). Lalu mentransfer kartu jam kerja, kartu pemindahan, dan permintaan bahan baku
yang telah digunakan untuk produksi kepada aktivitas akuntansi biaya. Terakhir aktivitas
akuntansi biaya akan menghasilkan harga pokok produksi yang diberikan kepada sistem buku
besar dan pelaporan, laporan yang akan dikirimkan kepada manajemen dan informasi barang
jadi kepada siklus pendapatan.
B. SISTEM INFORMASI SIKLUS PRODUKSI

Proses
Masing-masing departemen melakukan input manual, yang nantinya akan disimpan ke
dalam buku besar umum. Departemen Teknik melakukan input manual spesifik produk.
Departemen Penjualan melakukan input manual perkiraan dan pesanan. Departemen
Perencanaan Produksi melakukan input manual pesanan dan jadwal produksi. Departemen
Akuntansi Biaya melakukan input manual biaya standar dan tingkat overhead. Departemen
Persediaan melakukan input manual permintaan bahan baku. Serta, Departemen Stasiun
Kerja Pabrik melakukan input manual data produksi. Dari buku besar umum akan diproses
oleh sistem informasi produksi online, yang akan menghasilkan database siklus produksi
yang terdiri dari daftar bahan baku, daftar operasi, jadwal induk produksi, persediaan,
pesanan produksi, dan barang dalam proses. Selanjutnya, database siklus produksi akan
diproses oleh sistem pemrosesan permintaan yang akan menghasilkan laporan status produksi
untuk diserahkan kepada Departemen Penjualan, laporan status produksi untuk diserahkan
kepada Departemen Perencanaan Produksi, analisis biaya untuk diserahkan kepada
Departemen Akuntansi Biaya, dan laporan kinerja untuk diserahkan kepada Penyelia Pabrik.
Segala hal yang telah diproses oleh sistem informasi produksi online akan disimpan ke dalam
spesifikasi pengendalian manufaktur. Terakhir ada antarmuka computer-integrated
manufacturing (CIM) mengirimkan instruksi mendetail ke stasiun kerja pabrik yang
menghasilkan instruksi dan jadwal. Antarmuka CIM tersebut juga mengumpulkan data biaya
dan operasional yang digunakan untuk memperbarui file barang dalam proses dan pesanan
produksi masing- masing.
Ancaman & Pengendalian
1. Data induk tidak akurat atau tidak valid
Catatan persediaaan yang tidak akurat dapat mengakibatkan kegagalan untuk pembuatan
barang jadi secara tepat waktu atau produksi yang tidak perlu.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membatasi akses terhadap data induk siklus
produksi, serta pemisahan tugas dengan CFO dalam meninjau dan menyarankan
konfigurasi yang sesuai atas hak-hak pengguna dalam sistem ERP terintegrasi.
2. Pengungkapan yang tidak diotorisasi atas informasi produksi
Pengendalian data sensitif, seperti prosedur tetap yang tepat untuk mengikuti di bidang
manufaktur sebuah produk tertentu, harus dienkripsi baik ketika dalam penyimpanan
maupun selama transmisi melalui Internet ke pabrik manufaktur dan rekan bisnis.
3. Kehilangan atau perubahan data produksi
Pengendalian dengan backup secara teratur semua file. Untuk menghindari penghapusan
yang tidak disengaja, seluruh disk dan rekaman harus memiliki label file eksternal dan
internal.

C. DESAIN PRODUK
Proses
Aktivitas desain produk menghasilkan 2 output. Pertama, daftar bahan baku (bill of
materials – BOM) yang menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan kuantitas dari setiap
komponen yang digunakan dalam produk jadi. Kedua adalah daftar operasi yang
menspesifikan urutan langkah-langkah untuk mengikuti dalam membuat produk, peralatan
apa yang digunakan, dan lama setiap langkah yang diambil.
Alat-alat seperti perangkat lunak manajemen siklus hidup produk (Product life-cycle
management-PLM) dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari proses
desain produk. Perangkat lunak PLM terdiri atas tiga komponen kunci: perangkat lunak untuk
mendesain produk baru, perangkat lunak manufaktur digital yang menirukan bagaimana
produk-produk tersebut akan diproduksi, dan perangkat lunak manajemen data produk yang
menyimpan semua data yang terkait dengan produk. Perangkat lunak CAD memungkinkan
para produsen untuk mendesain dan menguji model produk 3-D virtual, sehingga dapat
mengeliminasi biaya yang terkait dengan pembuatan dan penghancuran prototipe fisik.
Perangkat lunak CAD memfasilitasi kolaborasi dengan tim desain yang tersebar di seluruh
dunia dan mengeliminasi biaya yang terkait dengan bertukar salinan statis desain produk.
Perangkat lunak manufaktur digital mengizinkan perusahaan menentukan kebutuhan tenaga
kerja, mesin, dan proses untuk secara optimal menghasilkan barang-barang dalam fasilitas
yang berbeda di seluruh dunia guna meminimalkan biaya. Perangkat lunak manajemen data
produk menyediakan akses mudah terhadap spesifikasi teknik mendetail dan data produk
lainnya untuk memfasilitasi desain ulang produk, modifikasi, dan pemeliharaan purnajual.
Ancaman & Pengendalian
Desain produk yang buruk meningkatkan biaya, proses produksi yang tidak efisien karena
kompleksitas serta menimbulkan garansi dan biaya perbaikan yang tinggi. Untuk
menanggulangi ancaman seperti ini, para akuntan harus berpartisipasi dalam aktivitas desain
produk karena 65%-80% biaya produk ditentukan pada tahap proses produksi ini. Karena
akuntan dapat menganalisis bagaimana penggunaan komponen alternatif dan perubahan
untuk proses produksi yang memengaruhi biaya.

D. PERENCANAAN & PENJADWALAN


1. Metode Perencanaan Produksi
Dua metode umum perencanaan produksi adalah manufacturing resource planning dan
produksi ramping. Manufacturing resource planning (MRP-II) adalah perpanjangan dari
perencanaan sumber daya bahan baku yang berupaya untuk menyeimbangkan kapasitas
produksi yang ada dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan penjualan
yang diperkirakan. Sistem MRP-II sering disebut sebagal push manufacturing. karena barang
yang diproduksi dalam ekspektasi dari permintaan pelanggan.
Produksi ramping (lean manufacturing) memperpanjang prinsip-prinsip sistem
persediaan just-in-time untuk seluruh proses produksi. Tujuan dari produksi ramping adalah
meminimalkan atau mengeliminasi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi. Produksi ramping sering disebut sebagal pull manufacturing, karena barang yang
diproduksi sebagai respons terhadap permintaan pelanggan.
Sistem MRP-II mungkin mengembangkan rencana produksiriya sampai dengan 12
bulan di awal, sementara sistem produksi ramping menggunakan honzon perencanaan yang
jauh lebih singkat. Jika permintaan bagi produk perusahaan dapat diprediksi dan produk
memiliki siklus hidup yang panjang, maka pendekatan MRP-11 dibenarkan. Sebaliknya,
pendekatan produksi ramping lebih tepat jika produk sebuah perusahaan ditandai dengan
siklus hidup yang pendek, permintaan yang tidak dapat diprediksi, dan seringnya penurunan
atau kelebihan persediaan.
Perencanaan produksi yang akurat perlu mengintegrasikan informasi mengenai pesanan
pelanggan (dari siklus pendapatan) dengan informasi mengenai pembelian dari pemasok (dari
siklus pengeluaran), bersamaan dengan informasi mengenai ketersediaan tenaga kerja (dari
siklus SDM/penggajian).
2. Dokumen Kunci dan Formulir
Informasi mengenai pesanan pelanggan, perkiraan penjualan, dan tingkat persediaan
barang Jadi digunakan untuk menentukan tingkat produksi. Hasilnya adalah master
production schedule (MPS-jadwal induk produksi), yang menentukan seberapa banyak tiap-
tiap produk untuk diproduksi selama periode perencanaan dan ketika produksi tersebut harus
terjadi
MPS digunakan untuk mengembangkan sebuah jadwal mendetail yang
menspesifikasikan produksi harian dan untuk menentukan apakah bahan baku perlu dibeli.
Untuk melakukannya, ini perlu untuk “melebihkan" daftar bahan baku untuk menentukan
kebutuhan bahan baku langsung untuk memenuhi tujuan produksi yang tercantum dalam
MPS. Kebutuhan tersebut dibandingkan dengan tingkat persediaan saat ini, dan jika bahan
baku tambahan diperlukan, permintaan pembelian dihasilkan dan dikirim ke departemen
pembelian untuk memulai proses perolehan.

Ancaman & Pengendalian


Ancaman utama dalam aktivitas perencanaan dan penjadwalan adalah kelebihan atau di
bawah target produksi. Kelebihan produksi dapat mengakibatkan pasokan barang yang
melebihi permintaan jangka pendek, dengan demikian menciptakan masalah arus kas
potensial karena sumber daya terikat dalam persediaan. Di bawah target produksi dapat
mengakibatkan kerugian penjualan dan ketidakpuasan pelanggan karens kurangnya
ketersediaan barang yang diinginkan.
Sistem perencanaan produksi dapat mengurangi risiko dari kelebihan dan di bawah target
produksi. Persetujuan dan otorisasi yang sesuai dengan pesanan produksi adalah
pengendalian lain untuk mencegah kelebihan atau di bawah target produksi atas barang-
barang tertentu. Risiko pesanan produksi yang tidak diotorisasi dapat dikurangi dengan
membatasi akses terhadap program penjadwalan produksi.

E. OPERASI PRODUKSI
Menggunakan berbagai bentuk teknologi Informasi (TI) dalam proses produksi, seperti robot
dan mesin yang dikendalikan komputer, disebut sebagai computer-integrated manufacturing
(CIM). CIM dapat secara signifikan mengurangi biaya produksi. Para akuntan tidak perlu
menjadi ahli pada setiap aspek CIM, tetapi mereka harus memahami bagiamana ini
memengaruhi operasi dan akuntansi biaya. Satu efek operasional dari CIM adalah pergeseran
dari produksi mussal menjadi manufaktur pesanan khusus. CIM memerlukan desain ulang
atas sistem manajemen persediaan dan arus kerja untuk memfasilitasi perubahan cepat dalam
produksi.
Figur 14-9 mengilustrasikan bagaimana sebuah sistem ERP menyediakan integrasi ini.
Pelanggan menyediakan informasi pesanan, yang diinput secara manual atau secara otomatis
melalui situs atau ekstranet. Sistem mengecek ketersediaan persediaan di tangan untuk
menentukan seberapa banyak yang perlu diproduksi untuk mengisi pesanan baru. Sistem
kemudian menghitung kebutuhan pegawai, serta sistem menentukan apakah ada kebutuhan
untuk menjadwalkan produksi. Selanjutnya sistem mengirimkan informasi mendetail
mengenai pesanan pembelian untuk bahan baku yang perlu dikirimkan ke pemasok melalui
electronic data interchange (EDI). Terakhir sistem mengirimkan informasi kebutuhan staf
terhadap manajemen SDM.
Ancaman & Pengendalian
1. Pencurian persediaan
Untuk mengurangi risiko kehilangan atas persediaan, akses fisik terhadap persediaan harus
dibatasi dan seluruh pergerakan internal dari persediaan harus didokumentasikan.
Pemisahan tugas yang tepat untuk mengamankan persediaan. Mengidentifikasi dan
mencatat seluruh aktiva tetap.
2. Kinerja yang buruk
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan, dan secara teratur
meninjau laporan kinerja guna mengidentifikasi pelatihan tambahan.
3. Investasi suboptimal aktiva tetap
Pengotorisasian yang tepat atas transaksi aktiva tetap.
4. Kerugian akibat kebakaran atau bencana lainnya
Pengamanan fisik seperti sistem pemadaman api dan di desain untuk mencegah bencana.
F. AKUNTANSI BIAYA
Proses
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya job-order atau perhitungan
proses untuk menentukan biaya produksi. Perhitungan biaya job-order (job-order costing)
menentukan biaya ke batch produksi tertentu atau pekerjaan, dan digunakan ketika produk
atau jasa yang dijual terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara diskret
(berlainan). Sebaliknya, perhitungan biaya proses (process costing) menentukan biaya pada
masing-masing proses atau pusat kerja dalam siklus produksi, dan kemudian menghitung
biaya rata-rata untuk seluruh unit yang diproduksi. Perhitungan biaya proses digunakan
ketika barang atau jasa yang hampir sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit diskret
tidak dapat dengan segera diidentifikasi.
a. Data Penggunaan Bahan Baku
Ketika produksi dimulai, penerbitan permintaan bahan baku memicu debit barang
dalam proses untuk bahan baku yang dikirim ke produksi. Jika bahan baku tambahan
diperlukan, debit yang lain dibuat untuk barang dalam proses. Sebaliknya. barang dalam
proses dikredit untuk bahan baku yang tidak digunakan dan dikembalikan ke persediaan.
Banyak bahan baku diberi kode batang agar data penggunaan dapat dikumpulkan dengan
memindai produk tersebut ketika dilepas dari, atau dikembalikan ke persediaan. Semakin
banyak para produsen yang menggunakan lebel RFID untuk lebih meningkatkan efisiensi
dari pelacakan penggunaan bahan baku.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Di masa lalu, AOE dan para produsen lainnya menggunakan dokumen kertas yang
disebut kartu jam kerja (job-time ticket) untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas tenaga
kerja. Dokumen ini mencatat jumlah waktu seorang pekerja yang digunakannya untuk setiap
tugas pekerjaan tertentu. Untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam proses ini, AOE sedang
mempertimbangkan untuk beralih ke kartu identifikası berkode, yang akan digesekkan para
pekerja ke alat pembaca kartu atau pemindai kode batang untuk mengotomatiskan
pengumpulan data yang dapat menjadi signifikan. Perubahan tersebut menghasilkan
peningkatan permanen sebesar 15% dalam produktivitas
c. Penggunaan Mesin dan Peralatan
Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk mengotomatiskan proses
produksi, proporsi yang lebih besar dari biaya produk yang terkait dengan mesin dan
peralatan yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Data mengenai penggunaan mesin
dan peralatan dikumpulkan di setiap tahap proses produksi, sering kali bersamaan dengan
data mengenai biaya tenaga kerja. Sampai saat ini, data ini dikumpulkan dengan pemasangan
kabel pabrik, sehingga setiap potongan peralatan ditautkan dengan sistem komputer. Hal ini
membatasi kemampuan untuk cepat dan mudah mendesain ulang tata letak lantai pengerjaan
untuk meningkatkan efisiensi produksi. Akibatnya, banyak perusahaan manufaktur
menggantikan sambungan kabel tersebut dengan teknologi airkabel. Dengan melakukan hal
tersebut memungkinkan perusahaan untuk menggunakan perangkat lunak simulasi 3-D baru
untuk mengevaluasi efek dari memodifikasi tata letak lantai pengerjaan dan arus kerja dan
dengan mudah dan cepat mengimplementasikan perubahan yang bermanfaat.
d. Biaya Overhead Pabrik
Biaya pabrik yang biasanya secara ekonomis tidak layak untuk melacak langsung
terhadap pekerjaan atau proses tertentu yang disebut overhead pabrik (manufacturing
overhead). Contohnya termasuk biaya penggunaan air, listrik, dan utilitas lainnya,
perlengkapan lain-lain, sewa, asuransi, dan pajak properti bagi pabrik, serta gaji penyelia
pabrik. Sebagian besar dari biaya-biaya ini dikumpulkan dengan sistem informasi siklus
pengeluaran dengan pengecualian gaji penyelia, yang diproses oleh sistem informasi siklus
sumber daya manusia.
Ancaman & Pengendalian
Ancamannya adalah biaya yang tidak akurat, serta sistem akuntansi biaya yang di desain
buruk. Prosedur pengendalian terbaik untuk memastikan bahwa entri data akurat adalah untuk
mengotomatisasi pengumpulan data menggunakan teknologi RFID, pemindai kode batang,
alat pembaca kartu, dan perangkat lainnya, verifikasi dan pengecekan validitas.
e. Meningkatkan Pengendalian Dengan Sistem Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas
Perhitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based costing-ABC) dapat memperbaiki dan
meningkatkan alokasi biaya baik dalam sistem biaya job order atau proses. Tujuan yang
mendasari perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah untuk menghubungkan biaya dengan
strategi perusahaan. Strategi perusahaan menghasilkan keputusan mengenai barang dan jasa
apa yang akan diproduksi. Aktivitas harus dijalankan untuk memproduksi barang dan jasa ini,
yang akhirnya akan mengeluarkan biaya. Jadi, strategi perusahaan menentukan biaya.
Akibatnya, dengan mengukur biaya dari aktivitas dasar, seperti penanganan bahan baku atau
memproses pesanan pembelian, perhitungan biaya berbasis aktivitas dapat memberikan
informasi bagi manajemen untuk mengevaluasi konsekuensi keputusan strategis.
Perbedaan perhitungan biaya berbasis aktivitas dengan sistem akuntansi biaya konvensional:
1. Sistem biaya berbasis aktivitas berusaha secara langsung menelusuri proporsi besar dari
biaya overhead ke produk.
2. Sistem biaya berbasis aktivitas menggunakan sejumlah besar biaya pool untuk
mengakumulasi biaya tidak langsung (overhead pabrik). Sementara sebagian besar
sistem biaya tradisional menyatukan seluruh biaya overhead bersama-sama.
3. Sistem biaya berbasis aktivitas berupaya untuk merasionalkan alokasi overhead ke
produk dengan mengidentifikasi pemicu biaya. Pemicu biaya (cost driver) adalah segala
sesuatu yang memiliki hubungan sebab akibat terhadap biaya. Sebaliknya, sistem
perhitungan biaya tradisional sering menggunakan variabel keuangan, seperti volume
dolar dari pembelian, sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead pabrik.
Keputusan yang lebih baik. Sistem biaya berbasis aktivitas menghindari masalah-masalah
ini karena overhead dibagi ke dalam tiga kategori dan dibebankan menggunakan pemicu
biaya yang secara kausal (sebab- akibat) berkaitan dengan produksi. Jadi, data biaya produk
akan menjadi lebih akurat. Perhitungan biaya berbasis aktivitas juga membuat penggunaan
yang lebih baik atas data produksi untuk meningkatkan desain produk.
f. Peningkatan Manajemen Biaya
Biaya kemmampuan aktivitas = Biaya aktivitas yang digunakan + Biaya kapasitas yang tidak
digunakan
Untuk mengilustrasikan, pertimbangkan fungsi penerimaan pada sebuah perusahaan
manufaktur seperti AOE. Total biaya pegawai bulanan dalam departemen penerimaan,
termasuk gaji dan keuntungan, menunjukkan biaya untuk menyediakan fungsi ini-menerima
pengiriman dari pemasok. Sama halnya, tindakan yang diambil untuk meningkatkan efisiensi
operasi, seperti mensyaratkan vendor untuk mengirimkan produk dalam kontainer berkode
batang, akan meningkatkan kapasitas praktis dan menciptakan tambahan kapasitas yang tidak
digunakan. Dalam kasus lain, laporan kinerja biaya berbasis aktivitas menekankan kelebihan
kapasitas ini untuk menjadi perhatian manajerial. Manajemen kemudian dapat mencoba
meningkatkan profitabilitas dengan menerapkan kapasitas yang tidak digunakan tersebut ke
aktivitas yang menghasilkan pendapatan lainnya.
g. Peningkatan Pengendalian Dengan Metrik Kinerja Inovatif
Para CPA yang bekerja untuk dan dengan perusahaan yang telah mengadopsi teknik produksi
ramping akan mengadvokasi pendampingan laporan keuangan tradisional berdasarkan
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dengan laporan tambahan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi ramping.
Throughput: Sebuah Ukuran Elektivitas Produksi. Throughput menunjukkan jumlah unit
barang yang diproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Throughput ini terdiri atas tiga
faktor, di mana masing-masing dapat dikendalikan secara terpisah, sebagaimana yang
ditunjukkan dalam formula berikut. Throughput = (Total unit yang diproduksi/Waktu
pemrosesan) x (Waktu pemrosesan/Total waktu) x (Unit barang/Total unit).
Kapasitas produktif, menunjukkan jumlah unit maksimum yang dapat diproduksi dengan
menggunakan teknologi saat ini. Waktu pemrosesan produktif, mengindikasikan persentase
total waktu produksi yang digunakan untuk membuat produk tersebut. Yield, menunjukkan
persentase unit barang (yang tidak cacat) yang dihasilkan.
h. Ukuran Pengendalian Kualitas
1. Biaya pencegahan berhubungan dengan perubahan terhadap proses produksi yang
didesain untuk mengurangi tingkat kecacatan produk.
2. Biaya inspeksi berhubungan dengan pengujian untuk memastikan bahwa produk
memenuhi standar kualitas.
3. Biaya kegagalan internal berhubungan dengan pengerjaan ulang, atau pembuangan
produk yang diidentifikasikan sebagai produk cacat sebelum panjualan.
4. Biaya kegagalan eksternal dihasilkan ketika produk cacat dijual ke pelanggan. Ini
meliputi biaya-biaya seperti klaim kewajiban produk, garansi dan blaya perba hilangnya
kepuasan pelanggan, dan kerusakan reputasi perusahaan.
SISTEM BUKU BESAR DAN PELAPORAN

A. PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai operasi pemrosesan informasi yang dilibatkan dalam
memperbarui buku besar dan menyiapkan laporan yang merangkum hasil dari aktivitas
sebuah organisasi. Seperti yang ditunjukkan dalam Figur 16-1, sistem buku besar dan
pelaporan memainkan sebuah peran penting dalam sistem informasi akuntansi sebuah
perusahaan. Fungsi utamanya adalah untuk mengumpulkan dan mengatur data dari sumber-
sumber sebagai berikut.
 Setiap subsistem siklus akuntansi yang dijelaskan dalam Bab 12 sampai 15 menyediakan
informasi mengenai transaksi reguler. (Hanya arus data utama dari setiap subsistem yang
digambarkan, untuk menjaga agar figur menjadi rapi.)
 Bendahara menyediakan informasi mengenai aktivitas pendanaan dan investasi, seperti
penerbitan atau penyelesaian instrumen utang dan ekuitas dan pembelian serta penjualan
sekuritas investasi.
 Departemen anggaran menyediakan nomor anggaran.
 Kontrolir menyediakan jurnal penyesuaian.
B. SISTEM BUKU BESAR DAN PELAPORAN
Proses
Database terpusat harus diatur menggunakan cara yang memungkinkan tercapainya berbagai
kebutuhan informasi, baik pengguna internal maupun eksternal. Para manajer membutuhkan
informasi yang detail dan tepat waktu mengenai hasil operasi pada area tanggung jawab
tertentunya. Para investor dan kreditur mengharapkan laporan keuangan periodik dan
pembaruan tepat waktu untuk membantu mereka dalam menilai kinerja organisasi. Berbagai
badan pemerintah juga meminta persyaratan informasi yang spesifik. Untuk memenuhi
berbagai kebutuhan ini, sistem buku besar dan pelaporan tidak hanya menghasilkan laporan
periodik, tetapi juga mendukung pertanyaan secara online.
Ancaman Dan Pengendalian
 Ancaman
1. Data buku besar yang tidak akurat atau tidak valid
2. Pengungkapan laporan keuangan yang tidak diotorisasi
3. Hilangnya atau perusakan data
 Pengendalian
1. Pengendalian interigritas pengolahan data
2. Pembatasan akses ke buku besar
3. Tinjauan terhadap seluruh perubahan pada data buku besar
4. Pengendalian akses
5. Enkripsi
6. Backup dan prosedur pemulihan bencana

MEMPERBARUI BUKU BESAR


Seperti yang ditunjukan dalam Figur 16-2, aktivitas yang pertama dalam sistem buku besar
(lingkaran 1.0) adalah memperbarui buku besar
Proses
Aktivitas memperbarui buku besar terdiri dari posting entri jurnal yang berasal dari dua
sumber berikut ini.
1. Subsistem akuntansi. Setiap subsistem akuntansi yang dijelaskan pada Bab 12 sampai 15
membuat sebuah entri jurnal untuk memperbarui buku besar. Dalam teori, buku besar
dapat diperbarui untuk setiap transaksi yang terjadi. Meski demikian, dalam praktiknya,
berbagai subsistem akuntansi biasanya memperbarui buku besar dengan cara meringkas
entri jurnal yang menunjukkan hasil dari seluruh transaksi yang terjadi selama periode
waktu tertentu (hari, minggu, atau bulan).
2. Bendahara. Kantor bendahara menyediakan informasi bagi entri jurnal untuk
memperbarui buku besar terkait transaksi tidak rutin seperti penerbitan dan penarikan
utang, pembelian dan penjualan sekuritas investasi, atau akuisisi saham treasury. Figur
16-3 menunjukkan bahwa entri jurnal per transaksi yang digunakan untuk memperbarui
buku besar disimpan dalam file voucher jurnal (journal voucher file). File voucher jurnal
tersebut berisi informasi yang akan ditemukan dalam jurnal umum dalam sebuah sistem
akuntansi manual: tanggal entri jurnal, akun-akun yang didebit dan dikredit, dan
jumlahnya. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah file voucher jurnal tersebut
merupakan hasil tambahan dari proses posting, bukan input ke proses posting. Seperti
yang akan dijelaskan kemudian, file voucher jurnal merupakan bagian penting dari jejak
audit, yang memberikan bukti bahwa seluruh transaksi yang diotorisasi telah dicatat
dengan akurat dan lengkap.
Ancaman Dan Pengendalian
 Ancaman
1. Pembaruan yang tidak akurat atas buku besar
2. Entri jurnal yang tidak diotoris
 Pengendalian
1. Pengendalian integritas pemrosesan entri data
2. Rekonsiliasi dan laporan pengendalian
3. Pembuatan dan tinjauan jejak audit
4. Pengendalian akses
5. Rekonsiliasi dan laporan pengendalian
6. Tinjauan dan pembuatan jejak audit
REKONSILIASI DAN LAPORAN PENGENDALIAN
Rekonsiliasi dan laporan pengendalian dapat mendeteksi apakah suatu kesalahan
dibuat selama proses memperbarui buku besar. Salah satu bentuk rekonsiliasi adalah
mempersiapkan neraca saldo. Neraca saldo (trial balance) adalah sebuah laporan yang
mencantumkan saldo untuk seluruh akun buku besar. Namanya menunjukkan fakta bahwa
jika seluruh aktivitas telah dicatat dengan tepat, total dari seluruh saldo debit di berbagai akun
harus sama dengan total dari seluruh saldo kredit; jika tidak, itu berarti telah terjadi suatu
kesalahan saat mem-posting.
Rekonsiliasi lain yang penting adalah membandingkan saldo akun pengendalian buku besar
terhadap total saldo dalam buku besar pembantu yang terkait. Sebagai contoh, penjumlahan
saldo dari akun setiap pelanggan harus sama dengan saldo akun pengendalian piutang dalam
buku besar. Jika kedua total tersebut tidak cocok, selisihnya harus diteliti dan dikoreksi.
Penting juga untuk memeriksa seluruh transaksi yang terjadi sebelum akhir periode akuntansi
untuk memverifikasi bahwa transaksi tersebut dicatat dalam periode waktu yang sesuai.
Pada akhir periode fiskal penting pula untuk memverifikasi bahwa akun "suspense" atau akun
"kliring" sementara memiliki saldo nol. Akun suspense dan kliring tersebut memberikan
sebuah sarana untuk memastikan bahwa buku besar selalu seimbang. Untuk mengilustrasikan
penggunaan jenis-jenis akun khusus ini, asumsikan bahwa seorang pegawai bertanggung
jawab untuk mencatat pengeluaran persediaan ke pelanggan dan bahwa pegawai yang lain
bertanggung jawab untuk mencatat penagihan ke pelanggan. Pegawai pertama akan membuat
entri jurnal sebagai berikut.
Pengiriman yang belum ditagih XXX
Persediaan XXX
Pegawai kedua akan membuat entri sebagai berikut.
Harga Pokok Penjualan xxx
Piutang yyy
Pengiriman yang belum ditagih xxx
Penjualan yyy
Setelah kedua entri jurnal lengkap, akun kliring khusus, pengiriman yang belum ditagih,
seharusnya memiliki saldo nol. Jika tidak, berarti terjadi suatu kesalahan dan harus diteliti
serta dikoreksi.
JEJAK AUDIT
Jejak audit (audit trail) adalah jalur yang dapat ditelusuri yang menunjukkan arus sebuah
transaksi yang mengalir melalui sistem informasi untuk memengaruhi saldo akun buku besar.
Ini adalah sebuah pengendalian detektif penting yang memberikan bukti mengenai penyebab
perubahan dalam saldo akun buku besar. Sebuah jejak audit yang didesain dengan tepat
menyediakan kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas berikut:
1. Melacak berbagai transaksi dari dokumen sumber aslinya (kertas atau elektronik)
sampai entri jurnal yang diperbarui ke buku besar dan sampai pada berbagai
laporan atau dokumen lain yang menggunakan data tersebut. Hal tersebut
menyediakan sebuah sarana untuk memverifikasi bahwa seluruh transaksi yang
diotorisasi telah dicatat.
2. Menelusuri ke belakang berbagai hal yang muncul dalam sebuah laporan
menggunakan buku besar ke dokumen sumber aslinya (kertas atau elektronik).
Hal ini memberi sarana untuk memverifikasi bahwa seluruh transaksi yang dicatat
diotorisasi dan dicatat dengan benar.
Kegunaan dari jejak audit bergantung pada integritasnya. Oleh karena itu, penting untuk
membuat backup dari seluruh komponen jejak audit secara periodik dan mengendalikan akses
terhadap backup tersebut guna memastikan bahwa backup itu tidak dapat diubah. Akses
terhadap jejak audit biasanya dibatasi untuk para manajer

POSTING JURNAL PENYESUIAN


Aktivitas kedua dalam sistem buku besar adalah posting berbagai jurnal penyesuaian
(lingkaran 2.0) dalam Figur 16-2.
Proses
Jurnal penyesuaian asli berasal dari kantor kontrolir, setelah neraca saldo awal disiapkan.
Jurnal penyesuaian dibagi dalam lima kategori dasar sebagai berikut.
1. Akrual adalah entri yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang menggambarkan
transaksi-transaksi yang telah terjadi, tetapi kasnya belum diterima atau dikeluarkan.
Contohnya meliputi pencatatan pendapatan bunga yang masuk harus diterima dan
upah yang belum dibayar.
2. Penangguhan adalah entri yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang
menggambarkan penerimaan kas sebelum pekerjaan terkait transaksi dilaksanakan.
Contohnya meliputi pengakuan pendapatan diterima di muka sebagai kewajiban dan
mencatat pembayaran tertentu (misalnya, sewa, bunga, dan asuransi) sebagai aset
yang dibayar di muka.
3. Estimasi adalah entri yang menunjukkan sebagian biaya yang diharapkan terjadi
selama sejumlah periode akuntansi. Contohnya meliputi depresiasi dan beban utang
tak tertagih.
4. Revaluasi adalah entri yang dibuat untuk menggambarkan selisih antara nilai aktual
dan nilai tercatat dari suatu aset atau perubahan dalam prinsip akuntansi. Contohnya
meliputi perubahan dalam metode yang digunakan untuk menilai persediaan,
mengurangi nilai persediaan yang menggambarkan tingkat keusangan, atau catatan
penyesuaian persediaan yang menunjukkan hasil tercatat pada saat dilakukan
penghitungan fisik persediaan.
5. Koreksi adalah entri yang dibuat untuk membalik pengaruh dari kesalahan yang
ditemukan dalam buku besar.
Seperti yang ditunjukkan dalam Figur 16-3, informasi mengenai jurnal penyesuaian ini juga
disimpan dalam file voucher jurnal. Setelah seluruh jurnal penyesuaian di-posting, kemudian
dibuat neraca saldo penyesuaian. Neraca saldo penyesuaian digunakan sebagai input terhadap
langkah selanjutnya dalam siklus buku besar dan pelaporan keuangan, persiapan penyusunan
laporan keuangan.
Ancaman Dan Pengendalian
 Ancaman
1. Jurnal penyesuaian yang tidak akurat
2. Jurnal penyesuaian yang tidak Diotorisasi
 Pengendalian
1. Pengendalian integritas pemrosesan entri data
2. Pengendalian perlindungan kesalahan spreadsheet
3. Jurnal penyesuaian standar
4. Rekonsiliasi dan laporan pengendalian
5. Tinjauan dan pembuatan jejak audit
6. Pengendalian akses
7. Rekonsiliasi dan laporan pengendalian
8. Tinjauan dan pembuatan jejak audit

MENYIAPKAN LAPORAN KEUANGAN


Aktivitas ketiga dalam sistem buku besar dan sistem pelaporan adalah menyiapkan laporan
keuangan (lingkaran 3.0 dalam Figur 16-2).
Proses
Sebagian besar perusahaan melakukan "tutup buku" untuk membuat laporan
keuangan, baik secara bulanan maupun tahunan. Entri jurnal penutup membuat nol seluruh
akun pendapatan dan biaya dalam neraca saldo disesuaikan dan memindahkan pendapatan
(atau rugi) bersih pada laba ditahan. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar kinerja perusahaan
untuk satu periode waktu tertentu (biasanya dalam periode bulanan atau tahunan). Laporan
perubahan posisi keuangan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
perusahaan pada satu waktu tertentu. Laporan arus kas menyediakan informasi mengenai cara
perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan sehingga
berpengaruh terhadap saldo kasnya. Kita sekarang akan membahas dua perkembangan
regulasi dan teknologi terbaru yang penting yang cenderung memengaruhi proses persiapan
laporan keuangan secara signifikan: perubahan selanjutnya yang diajukan dari U.S. GAAP ke
IFRS dan mewajibkan untuk menggunakan XBRL ketika mengirimkan laporan ke SEC.
TRANSISI DARI GAAP KE IFRS
Meskipun data yang efektif terus digalakkan, SEC mempertahankan bahwa ia
berkomitmen untuk mewajibkan perusahaan-perusahaan Amerika beralih dari GAAP ke IFRS
sebagai dasar AS untuk menyiapkan laporan keuangan. Perusahaan dapat mulai
merencanakan transisi sekarang karena hal ini akan cenderung mensyaratkan perubahan yang
luas terhadap sistem buku besar dan pelaporannya.
IFRS berbeda dari GAAP dalam beberapa cara yang memengaruhi desain sistem buku
besar dan pelaporan sebuah perusahaan. Satu perbedaan besar terkait akuntansi untuk aktiva
tetap. Dalam GAAP, sebagian besar aktiva tetap utama dicatat dan didepresiasikan dalam
basis gabungan. Sebagai contoh, keseluruhan biaya untuk bangunan kantor sebuah
perusahaan yang baru akan dicatat sebagai satu aktiva dan didepresiasi selama masa manfaat,
untuk bangunan biasanya diestimasikan selama 40 tahun. Sebaliknya, IFRS secara umum
mewajibkan pengaturan dalam bentuk komponen aktiva tetap, untuk mengakui fakta bahwa
elemen (komponen) yang berbeda mungkin memiliki umur ekonomis yang berbeda. Terkait
bangunan kantor perusahaan, hal tersebut berarti bahwa biaya untuk atap dan pemanas serta
sistem pendingin ruangan akan dicatat secara terpisah dari bangunan itu sendiri, karena masa
manfaat bagian-bagian tersebut cenderung tidak mencapai 40 tahun.
Perbedaan lainnya mencakup perhitungan untuk biaya penelitian dan
pengembangan (litbang). Dibandingkan GAAP, IFRS memungkinkan kapitalisasi
biaya pengembangan pada tahap awal proses. Akibatnya, perusahaan-perusahaan
Amerika mungkin harus meningkatkan cara mereka dalam mengumpulkan dan
mencatat biaya-biaya terkait litbang, sehingga mereka dapat memutuskan biaya yang
harus dibebankan dan yang dapat dikapitalisasi dengan tepat.
Perbedaan ketiga adalah IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode last-in first-out (LIFO)
untuk perhitungan persediaan. Akibatnya, perusahaan yang menggunakan LIFO harus
memodifikasi sistem akuntansi biayanya dan perhitungan yang digunakan untuk menilai
persediaan. Perubahan-perubahan tersebut akan perlu ditinjau dan diuji dengan cermat untuk
meminimalkan risiko kesalahan.
XBRL: MEREVOLUSI PROSES PELAPORAN XBRL
XBRL adalah singkatan dari eXtensible Business Reporting Language, yaitu suatu
bahasa pemrograman yang didesain secara khusus untuk memfasilitasi komunikasi informasi
bisnis. SEC mewajibkan perusahaan publik Amerika Serikat untuk menggunakan XBRL
ketika mengirimkan pengajuan mereka.
Untuk memahami sifat revolusioner XBRL, lihat Figur 16-4. Bagian atas
menunjukkan bahwa sebelum XBRL, mereka yang menyiapkan harus membuat laporan
secara manual dalam berbagai format bagi berbagai jenis pengguna. Meskipun laporan
tersebut kemudian dikirim secara elektronik kepada para pengguna, mereka yang menerima
harus memasukkan ulang data tersebut ke dalam sistem mereka sendiri untuk
memanipulasinya. Seluruh proses ini tidak efisien dan rentan akan kesalahan.
Bagian bawah di Figur 16-4 menunjukkan XBRL yang meningkatkan proses
pelaporan. Mereka yang menyiapkan membuat kode dan mengirimkannya secara elektronik
dalam berbagai format ke para pengguna, yang dapat secara langsung menganalisisnya. Jadi,
XBRL menghemat waktu dan mengurangi kesempatan bagi kesalahan entri data.
Tanpa XBRL, dokumen elektronik, terlepas dari formatnya (teks, HTML, PDF, dsb.)
secara esensial hanya versi digital dari laporan kertas. Manusia dapat membaca data tersebut,
tetapi komputer tidak dapat secara otomatis memprosesnya sampai penerima secara manual
memasukkannya ke dalam format yang sesuai. XBRL mengubahnya dengan membuat sandi
informasi mengenai komponen data yang bermakna, sehingga program komputer lain dapat
memahami apa yang perlu dilakukan dengan data tersebut. Sebagai gambaran, Figur 16-5
menunjukkan XBRL yang dapat menerangkan sebuah angka dalam spreadsheet untuk
mengindikasikan bahwa ia menunjukkan penjualan bagi satu periode waktu tertentu,
berdasarkan U.S. GAAP dan dalam dolar Amerika Serikat. (Bagian atas Figur 16-5
menunjukkan spreadsheet yang dapat dilihat oleh sebagian besar pengguna; kode XBRL di
bagian bawah diharapkan menggunakan perangkat lunak, meskipun dapat ditayangkan oleh
pemrogram, auditor, atau siapa pun yang perlu atau ingin melihatnya.)
PROSES XBRL DAN TERMINOLOGI
Figur 16-6 menyediakan sebuah tayangan tingkat tinggi mengenai langkah-langkah
dasar dalam menyiapkan dan menyajikan laporan XBRL. File XBRL tersebut yang
mengandung data yang ditandai dan diantarkan ke para pengguna disebut sebagai dokumen
contoh (instance document). Dokumen contoh berisi fakta- fakta mengenai akun-akun dalam
laporan keuangan tertentu, termasuk nilai dan informasi kontekstual seperti unit pengukuran
(dolar, euro, yuan, dsb.) dan apakah nilai adalah untuk satu titik waktu tertentu (misalnya,
komponen laporan perubahan posisi keuangan) atau suatu periode waktu tertentu (misalnya,
komponen laporan laba rugi). Setiap komponen data tertentu dalam sebuah dokumen XBRL
disebut sebagai elemen (element). Nilai tertentu suatu elemen ditampilkan dalam sebuah
dokumen contoh bersama di antara tanda-tanda.
Dokumen diatas dibuat dengan menerapkan sebuah taksonomi terhadap serangkaian data.
Sebuah taksonomi (taxonomy) adalah serangkaian file yang menjelaskan berbagai elemen
dan hubungan diantaranya: satu bagian taksonomi disebut skema (scheme), yang merupakan
file yang berisi definisi setiap elemen yang terdapat dalam sebuah dokumen contoh. Berikut
ini adalah beberapa atribut dasar yang digunakan untuk menjelaskan setiap elemen
 Perangkat lunak menggunakan identifikasi nama yang unik
 Sebuah deskripso yang dapat digunakan untuk menginterprestasikan elemen dengan
benar
 Jenis data elemen (unit moneter, teks, tanggal, dsb.)
 Jenis saldo normal elemen (debit atau kredit.)
 Jenis periode elemen (satu waktu tertentu, disebut instan, atau satu periode waktu
tertentu, disebut durasi.)
Informasi atribut disertakan dalam tanda. Dengan demikian, untuk melanjutkan contoh yang
ada, skema akan berisi suatu definisi dari elemen Penjualan Bersih berikut:
<element name= "Penjualan Bersih" description="Penjualan bersih atas retur dan potongan"
type=monetaryItemType balance= "kredit" periode Type="durasi"</elemen>
Taksonomi tersebut juga menyertakan serangkaian file yang disebut linkbases, yang
menjelaskan hubungan antar-elemen dalam sebuah dokumen contoh tertentu. Linkbases
penting menyertakan hal-hal sebagai berikut.
 Linkbases Reference mengidentifikasi keputusan otoritatif yang relevan (misalnya,
U.S.-GAAP, IFRS) bagi elemen itu.
 Linkbases Calculation dikhususkan untuk menjelaskan cara mengombinasikan
elemen- elemen tersebut (misalnya, bahwa "Aset Lancar" sama dengan jumlah Kas,
Piutang Usaha, dan Persediaan).
 Linkbases Definition menunjukkan hubungan hierarkis antar-elemen (misalnya,
bahwa "Aset Lancar" adalah bagian dari "Aset").
 Linkbases Presentation menjelaskan cara mengelompokkan elemen (misalnya, Aset,
Kewajiban, dan Ekuitas).
 Linkbases Label mengasosiasikan label-label yang termasuk kelompok human-
readable dengan elemen.
Seperti yang ditunjukkan dalam Figur 16-6, informasi dalam sebuah taksonomi XBRL
digunakan untuk menandai data dan membuat sebuah dokumen contoh. Taksonomi yang
sama biasanya digunakan untuk membuat satu set dokumen contoh terpisah, satu untuk tiap
tahun pelaporan. Meskipun demikian, dokumen contoh hanya berisi nilai data tersebut.
Dokumen lain, disebut sebagai style sheet, menyediakan instruksi mengenai cara
menampilkan (memberikan) konten secara sesuai dari sebuah dokumen contoh, baik dalam
layar komputer atau dalam sebuah laporan tercetak.
Manfaat dari XBRL tidak terbatas pada penggunaannya untuk pelaporan eksternal.
Pelaporan internal juga akan digunakan karena data dapat diekspor dari sistem ERP dasar
dalam sebuah format dengan para manajer yang dapat mengimpor secara langsung ke dalam
berbagai aplikasi, menghemat waktu dan mengurangi tingkat kesalahan yang timbul akibat
harus memasukkan ulang data secara manual.
PERAN AKUNTAN
Para akuntan memainkan peran besar dalam semua tahap pembuatan laporan XBRL,
dimulai dari pemilihan taksonomi yang sesuai. Untuk memastikan keterbandingan di laporan
XBRL yang dihasilkan oleh organisasi yang berbeda. taksonomi standar telah dikembangkan
bagi banyak negara dan industri yang berbeda. Para akuntan menggunakan pengetahuan
mereka atas praktik bisnis organisasi tersebut ditambah prinsip-prinsip akuntansi umum
untuk memilih taksonomi standar yang paling menyesuaikan organisasi tersebut. Mereka
kemudian memetakan tiap hal data dalam sistem akuntansi organisasi terhadap elemen-
elemen yang berkaitan dalam taksonomi.
Meski demikian, taksonomi standar tidak dapat menutupi setiap situasi yang mungkin.
Terkadang, sebuah organisasi perlu mencatat informasi keuangan dalam cara atau tingkat
detail yang berbeda guna menunjukkan cara uniknya dalam berbisnis. Dalam kasus tersebut,
para akuntan dapat membuat tanda baru untuk menyajikan informasi mengenai aktivitas
bisnis organisasi tersebut dengan lebih akurat. Tanda-tanda baru inilah yang disebut sebagai
taksonomi perpanjangan (extension taxonomy). Kemampuan untuk memodifikasi XBRL ini
yang menyebabkan hal itu disebut sebagai sebuah bahasa yang dapat dipanjangkan.
Ancaman Dan Pengendalian
 Ancaman
1. Laporan keuangan yang tidak tepat
2. Laporan keuangan yang curang
 Pengendalian
1. Pengendalian integritas pemrosesan
2. Penggunaan serangkaian perangkat lunak
3. Pelatihan dan pengalaman dalam menerapkan IFRS dan XBRL
4. Audit

MENGHASILKAN LAPORAN MANAJERIAL


Aktivitas akhir dalam sistem buku besar dan pelaporan (lingkaran 4.0 dalam Figur 16-2)
adalah menghasilkan berbagai laporan manajerial, termasuk anggaran.
Proses
Sistem ERP, salah satunya seperti yang digambarkan pada Figur 16-3, dapat membuat
sejumlah anggaran untuk membantu para manajer merencanakan dan mengevaluasi kinerja.
Sebuah anggaran aktivitas operasi menggambarkan pendapatan dan pengeluaran yang
direncanakan oleh tiap-tiap unit organisasi. Sebuah anggaran pengeluaran modal
menunjukkan arus masuk dan keluar kas yang direncanakan untuk setiap proyek model.
Anggaran arus kas membandingkan arus masuk kas dari operasi dengan pengeluaran yang
direncanakan dan digunakan untuk menentukan kebutuhan peminjaman.. Para akuntan harus
memahami cara menggunakan kemampuan pelaporan fleksibel dan grafik atas sistem ERP,
sehingga mereka dapat menambahkan nilai dengan menyarankan cara-cara alternatif untuk
mengatur dan menganalisis data mengenai proses bisnis.
Ancaman Dan Pengendalian
 Ancaman
1. Laporan dan grafik yang didesain dengan buruk
 Pengendalian
1. Akuntansi pertanggungjawaban
2. Balance scorecard
3. Pelatihan desain grafis yang layak
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGANGGARAN FLEKSIBEL

Untuk mengevaluasi kinerja dengan layak, laporan harus menekankan hasil yang
dapat dikendalikan secara langsung oleh orang atau unit yang dievaluasi. Akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting) melakukan ini dengan menghasilkan
serangkaian laporan berkorelasi yang membagi kinerja keseluruhan organisasi berdasarkan
subunit spesifik yang sebagian besar dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas tersebut secara
langsung, seperti yang ditunjukkan dalam Figur 16-7. Perhatikan setiap laporan yang
menunjukkan biaya dan varians sesungguhnya dari anggaran bagi bulan ini dan sampai saat
ini, tetapi hanya untuk hal-hal yang dikendalikan oleh manajer dari subunit tersebut.
Perhatikan juga sifat hierarkis dari laporan-laporan tersebut: Biaya total dari tiap subunit
individu ditampilkan sebagai sebuah komponen baris tunggal pada laporan bertingkat lebih
tinggi selanjutnya.
Pendekatan termudah adalah menetapkan target tetap bagi tiap unit, menyimpan
angka-angka tersebut dalam database, dan membandingkan kinerja sesungguhnya dengan
nilai-nilai yang telah diatur sebelumnya. Sebuah kekurangan besar terhadap pendekatan ini
adalah bahwa nomor anggaran statis dan tidak merefleksikan perubahaan yang tidak
diramalkan dalam lingkungan pengoperasian. Akibatnya, para manajer individu mungkin
diberikan hukuman atau diberikan hadiah bagi faktor-faktor yang melebihi kendali mereka.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa jumlah yang dianggarkan dalam Figur 16-7 bagi pengawas
umum didasarkan pada keluaran yang direncanakan sebanyak 2.000 unit. Meskipun produksi
sesungguhnya adalah 2.200 unit karena penjualan lebih besar dari yang diantisipasi,
kemudian varians negatif bagi kategori biaya tersebut mungkin mengindikasikan bukannya
inefisiensi, tetapi peningkatan tingkat keluaran.
Sebuah anggaran fleksibel (flexible budget), yaitu jumlah yang dianggarkan bervariasi
dalam hubungan terhadap beberapa ukuran aktivitas organisasi, menanggulangi masalah ini.
Dalam hal contoh sebelumnya, penganggaran fleksibel akan perlu membagi anggaran bagi
tiap hal baris dalam departemen pengawas umum ke dalam komponen biaya tetap dan
variabelnya. Dengan cara ini, standar anggaran akan secara otomatis disesuaikan untuk segala
peningkatan (atau penurunan) yang tidak direncanakan dalam produksi. Maka, selisih antara
standar yang disesuaikan ini dan biaya sesungguhnya dapat diinterpretasikan dengan lebih
layak.
BALANCED SCORECARD
Satu masalah dengan laporan yang dihasilkan oleh banyak sistem akuntansi adalah
bahwa laporan tersebut terlalu fokus hanya pada satu dimensi kinerja secara sempit: yang
direfleksikan dalam laporan keuangan. Balanced scorecard berupaya untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Balanced scorecard adalah sebuah laporan yang menyediakan perspektif
multidimensi atas kinerja organisasi. Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 16-2, balanced
scorecard' berisi ukuran- ukuran yang menunjukkan empat perspektif organisasi: keuangan,
pelanggan, operasi internal, serta inovasi dan pembelajaran.
Bagian keuangan berisi indikator yang ketinggalan atas kinerja di waktu yang lalu,
sementara ketiga bagian lainnya menyediakan indikator yang mengarah pada kinerja di waktu
yang akan datang. Untuk tiap dimensi, balanced scorecard tersebut menunjukkan tujuan dan
ukuran spesifik organisasi yang merefleksikan kinerja dalam mencapai tujuan tersebut.
Keempat dimensi balanced scorecard secara bersama-sama menyediakan sebuah ikhtisar
kinerja keorganisasian yang jauh lebih komprehensif daripada yang hanya disediakan oleh
ukuran keuangan.
Pelanggan adalah kunci tercapainya tujuan keuangan. Oleh karena itu, perspektif
pelanggan berdasarkan balanced scorecard AOE berisi dua tujuan utama, yaitu meningkatkan
kepuasan pelanggan dan menjadi pemasok yang dicari oleh para pelanggan penting. Oleh
karena itu, pencapaian tujuan-tujuan terkait pelanggan harus dilakukan dengan proses internal
perusahaan yang efisien dan efektif. Akibatnya, bagian perspektif operasi internal dari
balanced scorecard milik AOE berfokus pada aktivitas yang cenderung paling dapat
memengaruhi persepsi pelanggan secara langsung, yaitu kualitas jasa, kecepatan pengiriman,
dan efisiensi proses.
Para akuntan dan profesional sistem harus berpartisipasi dalam pengembangan sebuah
balanced scorecard. Peran manajemen puncak, yaitu untuk menspesifikasikan tujuan yang
dikejar dalam tiap dimensi. Para akuntan dan profesional sistem informasi kemudian dapat
membantu manajemen memilih ukuran yang paling layak guna melacak pencapaian tujuan-
tujuan tersebut.
Ancaman-ancaman eksternal, seperti hilangnya pangsa pasar, dapat diatasi dengan
menyertakan pengendalian yang sesuai (misalnya, penjualan ke pelanggan berulang, jumlah
pelanggan baru) dalam bagian Pelanggan dan Keuangan atas balanced scorecard. Dengan
demikian, balanced scorecard.
1. Gunakan judul yang meringkas pesan dasar.
2. Sertakan nilai data dengan elemen masing-masing untuk memfasilitasi
perhitungan dan analisis mental.
3. Gunakan batang 2-D, bukan 3-D, karena batang 2-D mempermudah untuk menilai
besarnya perubahan dan trend dengan akurat.
Meskipun demikian, grafik tidak hanya harus mudah dibaca, tetapi juga harus
mengarahkan pada interpretasi data yang mendasari dengan akurat. Dua prinsip berikut
merupakan prinsip yang esensial dalam proses mendesain diagram batang data keuangan
dengan sesuai, sehingga diagram tersebut dapat diinterpretasikan dengan akurat.
1. Mulai sumbu vertikal pada angka nol. Jika sumbu vertikal dimulai pada angka nol,
maka besar perubahan yang digambarkan dalam data tersebut dapat dipastikan telah
merefleksikan perubahan data yang sesungguhnya dengan akurat. Sebaliknya,
memulaj sumbu vertikal bukan dari angka nol, dapat memperbesar tampilan visual
suatu trend, Untuk melihat pentingnya peran ini, bandingkan Figur 16-8, yang
mengikuti prinsip ini, dengan Figur 16-9, yang tidak mengikuti prinsip. Pengecualian:
Memulai sumbu vertikal pada angka selain nol mungkin digunakan jika ada
kebutuhan untuk mengawasi data dengan tingkat fluktuasi yang kecil. Sebagai contoh,
seorang pialang mungkin perlu untuk mengidentifikasi perubahan kecil pada harga
saham dengan relatif cepat.
2. Grafik yang menggambarkan data time-series, atur sumbu x dari kiri ke kanan
secara berurutan. Prinsip ini diilustrasikan dalam Figur 16-8. Selain itu, penampil
mungkin membentuk sebuah kesan awal yang keliru atas sifat perubahan dalam data.
Sebagai contoh, kesan visual awal yang diciptakan pada Figur 16-10 adalah trend
yang menurun. Aturan untuk desain grafik yang tepat sesungguhnya cukup sederhana,
tetapi mudah terjadi kesalahan. Terkadang, kesalahan tersebut terjadi akibat program
perangkat lunak yang digunakan untuk membuat grafik secara otomatis. Sebagai
contoh, banyak spreadsheet keuangan menampilkan data dalam urutan kronologis
terbalik, dengan data tahun terbaru pada kolom paling kanan dalam label penjelasan.
Dalam kasus ini, memilih data dan menggunakan fungsi bagan tertanam spreadsheet
secara otomatis menghasilkan sebuah grafik yang sumbu x-nya dalam urutan
kronologis terbalik. Sementara itu, di saat yang lain, kesalahan terjadi karena pilihan
yang sengaja dilakukan oleh desainer grafik. Terlepas dari alasannya, melanggar
prinsip-prinsip desain grafik yang tepat dapat menghasilkan grafik yang menyesatkan
bagi orang yang melihatnya. Oleh karena itu, penting bagi para akuntan dan
profesional sistem informasi untuk memahami prinsip-prinsip membuat desain grafik
yang tepat sehingga dapat menghindari ketidaksengajaan pembuatan grafik yang
menyesatkan, mengidentifikasi, serta mengoreksi grafik yang mereka temui.

Anda mungkin juga menyukai