Anda di halaman 1dari 14

MODUL 2

ANTROPOMETRI

A. Deskripsi
Modul ini berisi tentang pembahasan mengenaipengukuran pada perancangan fasilitas
berdasarkan dimensi tubuh manusia sebagai pengguna.Pengukuran antropometri merupakan
pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi-dimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran
ini kemudian dapat diaplikasikan pada sistem kerja yang melibatkan manusia saat melakukan
interaksi dengan komponen sistem kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja dalam suatu sistem
diperlukan pengetahuan ergonomi dan antropometri untuk dapat menghasilkan suatu
rancangan yang tepat dan optimal dengan memanfaatkan data-data pengukuran dimensi tubuh
manusia yang akan berinteraksi dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut.

B. Tujuan
Tujuan umum dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip
antropometri untuk studi kasus yang ditentukan.Adapun diharapkan dalam perancangan
fasilitas dapat berdasarkan antropometri dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan
nyaman.
Sedangkan tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Melakukan perancangan produk yang sesuai dengan prinsip antropometri
berdasarkan dimensi yang telahdiukur.
2. Menentukan dimensi ukuran produk yang akan di rancang dengan pemilihan
persentil

C. Input danOutput
Input:
1. Assembly Drawing

Output :
1. Dimensi Antropometri produk P5, P50, P95
2. Gambar Teknik Produk lengkap dengan ukuran
D. Landasan Teori
Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata Antropos, yang berarti manusia, dan Metrikos yang
berarti pengukuran. Singkatnya, antropometri merupakan ilmu yang berhubungan
dengan aspek ukuran fisik manusia. (Roebuck 1995) mendefinisikan bahwa
antropometri sebagai “the science of measurement and the art of application that
estabilishes the physical geometry, mass properties, and strength capabilities of the
human body”. Antropometri dapat dibagi atas antropometri structural (statis), dan
antropometri fungsional(dinamis).

Faktor - faktor yang mempengaruhi antropometri

Menurut Junaidi (2018) dalam Sritomo (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi


dimensi tubuh manusia adalah sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan antara dimensi tubuh pria dan tubuh wanita. Pada umumnya,
tubuh pria lebih besar dibanding tubuh wanita. Olehkarenaitu perbedaan tersebut, maka
data antropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut dibedakan.
2. Suku Bangsa
Suku bangsa yang berbeda akan memiliki karakteristik tubuh yang berbeda juga antara
satu dengan lainnya.
3. Usia
Usia digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa,
dan lanjut usia. Hal tersebut mempengaruhi desain ketika diaplikasikan untuk
kelompok usia tertentu. Hal ini dikarenakan manusia memiliki fase bertumbuh dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan pria sampai dengan usia 21 tahun sedangkan wanita
sampai dengan 17 tahun.
4. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawannya. Misalnya pekerjaan buruh mengharuskan orang- orang yang memiliki
postur lebih besar dibandingkan dengan pekerja kantoran. Sedangkan menurut Wignjosoebroto
(2003) dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi oleh tingkat sosio ekonomi. Pada Negara-
negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi ekonomi
tubuh yang besar dibandingkan dengan Negara-negaraberkembang.
5. Pakaian
Pakaian merupakan sumber variabilitas yang dipengaruhi oleh keadaan daerah. Misalnya saat
musim dingin, manusia akan memakai baju yang lebih tebal.
6. Faktor kehamilan padawanita
Wanita hamil jelas memiliki perbedaan dimensi tubuh dengan wanita yang tidak hamil.
Terutama berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangankerja.
7. Cacattubuh
Dengan perkembangan zaman, maka ada satu rancangan fasiitas untuk para penderita cacat
tubuh secara fisik. Misalnya kursi roda dan tangan palsu.
8. Posisitubuh
Sikap atau postur tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh karena itu, posisi tubuh
standar harus diterapkan dalam survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia
dikenal dua cara pengukuran, yaitu :
a. Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam keadaan diam
(statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar. Antropometri ini juga biasa disebut
dengan structural body dimension.Pada antropometri jenis ini, tubuh akan diukur dalam
posisi standar dan tidak bergerak. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain
berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi lutut saat
berdiri maupun duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran yang diambil menggunakan
persentil 5th dan 95th persentil. Gambar 1 merupakan contoh dari pengukurannya.

Gambar 1. Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk Tegap
Sumber: Sritomo (2003)

b. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam keadaan bergerak,
atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut
melaksanakan kegiatan. Jenis antropometri ini juga biasa disebut functional body dimension.
Pengukuran ini dilakukan ketika posisi tubuh melakukan gerakan yangberkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan, berbeda dengan cara pengukuran yang pertama. Antropometri
dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam
proses perancangan fasilitas kerja pada gambar2.

Gambar 2. Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Berbagai Posisi Gerakan Kerja
Sumber: Sritomo (2003)

Metode Pengukuran
1. Dimensi Linier (jarak)
Merupakan jarak terpendek antara dua titik pada tubuh manusia melingkupi: panjang, lingkar paha,
lingkar perut, dan lingkar kepala.
2. Lingkar Tubuh
Diukur sebagai panjang keliling (sepanjang permukaan tubuha), contohnya: lingkar paha, lingkar
perut, dan lingkar kepala.
3. Ketebalan Lapisan Kulit
Pengukuran ini ditujukan untuk mengetahui kandungan lemak dalam tubuh yang kemudian dijadikan
sebagai acuan tingkat kebugaran tubuh.
4. Sudut
Ada dua cara dalam pengukuran ini, yaitu secara aktif dan pasif. Pengukuran aktif digunakan untuk
mengukur fleksibilitas tubuh dalam bentuk kemampuan maksimum gerakan sistem otot-sendi (atau
dikenal juga dengan ROM atau range of motion). Pengukuran ini banyak dilakukan dalam studi yang
berhubungan dengan rehabilitasi, olahraga, dan biomekanuka. Untuk pengukuran pasif dilakukan
untuk mengetahui kecenderungan posisi tubuh ketika bekerja, yang lebih lanjut lagi dapat digunakan
untuk mengevaluasi potensi resiko kelainan pada sistem otot rangka.
5. Bentuk dan Kontur Tubuh
Aspek ini digunakan untuk merancang berbagai peralatan yang berhubungan langsung dengan
manusia, contohnya: bentuk kaki untuk merncang sebuah sepatu.
6. Bobot, Terutama Bobot Tubuh Secara Keseluruhan
Untuk pengukuran ini dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode
langsung yaitu pengukuran yang melibatkan kontak langsung antara peralatan antropometri dengan
objeknya, contohnya permukaan tubuh manusia atau individu yang diukur. Pengukuran tidak
langsung yaitu pengukuran dengan cara memanfaatkan teknologi fotografiatau sensor. Di
Indonesia, beberapa penelitian di ITB dalam beberapa tahun terakhir telah diarahkan ke
pengembangan metode pengukuran antropometri dengan menggunakan kamera digital (Maulina,
2003; Mislihah, 2006; Ardiansyah, 2007). Meskipun masih berbasis 2D, metode ini terlihat cukup
menjanjikan karena menggunkan resolusi kamera yang tinggi. Penggunaan kamera digital
dimaksutkan agar hasil rekaman objek berupa data digital dapat langsung diolah dan dimanipulasi
dengan perangkat lunak computer dan hasilnya dapat langsung disimpan dalam bentuk basis
dataantropometri.

Alat-Alat UkurAntropometri
Alat ukur antropometri merupakan alat ukur yang dipakai untuk melakukan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Terdapat beberapa macam alat ukur antropometri yang biasa dipakai dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya sebagai berikut :
1. Kaliper Geser (SlidingCaliper)
Merupakan sebatang mistar yang berskala milimeter, serta dua batang jarum, dimana yang
satu tetap pada titik skala nol dan yang lain dapat digeser. Kedua jarum ini pada satu ujung
agak tajam (dipakai untuk pengukuran pada tulang) dan ujung yang lainnya agak tumpul
(dipakai untuk pengukuran manusia hidup). Panjang mistar ini umumnya 25 cm. Alat ini
dipakai pada ukuran jarak lurus yang tidak terlalubesar.
2. Antropometer
Antropometer merupakan sebuah alat yang terdiri dari sebatang pipa sepanjang 2000 mm, yang
tersusun dari empat bagian dengan sebuah pegangan yang dapat digeser ke atas atau ke bawah
dan sebuah pegangan stabil. Dalam masing-masingpegangan ini dapat diisi sebatang jarum yang
memungkinkan ukuran dibuat. Pipa memiliki skala dengan ketepatan 1 mm. Antropometer
digunakan untuk pengukuran panjang seperti tinggi badan, panjangnya tulang pipa, namun tidak
jarang juga dipakai dalam pengukuran lebar badan menggantikan kaliper lengkung besar.
3. Kaliper Lengkung Kecil (Small Spreading Caliper)
Kaliper lengkung merupakan alat pengukuran yang terdiri atas dua batang yang bagian atasnya
melengkung dan ujungnya tumpul. Di antara kedua batang tersebut terdapat sebilah mistar yang
berskala sampai 30 cm. Alat ini dipakai untuk mengukur jarak lurus pada bagian badan bundar
termasuk (kepala atau kerangka pada tengkorak).
4. Goniometer
Goniometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sudut. Goniometer biasanya
dipasang pada kaliper geser atau antropometer.
5. Kaliper Lengkung Besar (Large Spreading Caliper)
Suatu alat yang tersusun sama seperti kaliper lengkung kecil hanya saja ukuranya lebih besar dan
skalanya sampai 60 cm. Tujuan penggunaanya sama dengan kaliper lengkung kecil tetapi dipakai
pada ukuran yang lebih besar seperti misalnya ukuran- ukuran lebar badan.
6. Pita Meteran
Alat yang pada umumnya digunakan untuk mengukur segala lingkar atau lengkung (busur). Pita
ini berskala dengan ketepatan 1 mm karena pada ukuran kecil ukuran milimeter itu sangat
penting.
7. Timbangan Badan
Suatu alat yang digunakan dalam pengukuran berat badan. Sebelum digunakan, timbangan harus
diperiksa ketepatannya secara berkala untuk menjamin akurasinya.

Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja


Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia
dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas
kerja akan dibuat. Agar suatu rancangan produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia
yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data
antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim Rancangan produk dibuat
agar bisa memenuhi dua sasaran produkyaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti
terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang
ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan
cara:

a) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya
didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90th, 95th atau 99th persentil. Contoh
konkrit pada kasus ini bias dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi
dari pintudarurat.
b) Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang
paling rendah seperti 1th, 5th, dan 10th persentil dari distribusi data antropometri yang
ada. Contoh pada kasus ini adalah dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme
kontrol yang harus dioperasikan oleh seorangpekerja.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja
akan menetapkan nilai 5th persentil untuk dimensi maksimum dan 95th untuk dimensi
minimum.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu
Rancangan produk bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh
setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau mundur, dan sudut
sandarannya pun bisa dirubah-rubah.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuranrata-rata


Rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Disini produk dirancang
dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang
memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan sendiri.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan
produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai
dengan langkah-langkah seperti berikut:
1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rancangantersebut
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut; dalam hal ini juga
perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah
functional bodydimension.
3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi
target utama pemakai rancangan produk tersebut.
4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran
individual yang ekstrim. Rentang ukuran yang fleksibel atau ukuranrata-rata.
5. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti.
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/ tetapkan nilai
ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan
tambahkan faktor kelonggaran bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor
tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan lain-
lain.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan


dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja dapat dilihat pada gambar 3 dan
gambar 4 dan cara pengukurannya dapat dilihat pada tabel 1.
Gambar 3. Dimensi Tubuh Manusia Posisi Berdiri

Gambar 4. Dimensi Tubuh Manusia Posisi Duduk


Cara Pengukuran Dimensi Data Antropometri (Berdiri)
Cara
Dimensi Simbol
Pengukuran
Tbt Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yg paling atas,
Tinggi badan tegak dengan subjek berdiri tegak dan mata memandang lurus ke depan
Tmb Jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat
Tinggi mata berdiri pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke
depan
Tbb Jarak vertikal dari lantai sampai tulang bahu yang menonjol pada
Tinggi bahu berdiri saat subjek berdiri tegak
Tsb Jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan
Tinggi siku berdiri lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan
tergantung secara wajar
Tpb Jarak vertikal dari lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri
Tinggi pinggang tegak
berdiri
Tlb Jarak vertikal dari lantai sampai titik tulang pinggul lutut pada saat
Tinggi pinggul berdiri subjek berdiri tegak
Ttm Jarak vertikal dari lantai sampai metakarpal (jari tengah
Tinggi tangan genggaman tangan)
menggenggam
Tuj Jarak vertikal dari lantai sampai ujung jari tengah
Tinggi ujung jari
Tja Jarak vertikal dari lantai sampai titik tengah kepalan tangan
Tinggi jangkauan atas
Pd Jarak maksimum horizontal antara ujung jari pada saat kedua
Panjang depa tangan merentang kedua samping kanan kiri
Jdm Jarak dari titik tengah bahu sampai titik tengah genggaman tangan
Jangkauan depan dengan posisi siku dan pergelangan tangan lurus ke depan
menggenggam
Pla Jarak dari titik tengah bahu sampai titik tengah siku
Panjang lengan atas
Plb Jarak dari titik belakang siku sampai ujung jari tengah
Panjang lengan bawah
Lrs Jarak antara titik tengah siku pada saat kedua lengan merentang ke
Lebar rentangan siku kedua sisi samping kanan dan kiri badan
Cara Pengukuran Dimensi Data Antropometri (Duduk)
Cara
Dimensi Simbol
Pengukuran
Tk Jarak vertikal dari alas duduk sampai ujung kepala (vertex)
Tinggi kepala
Tm Jarak vertikal dari alas duduk sampai sudut mata dalam
Tinggi mata

Tb Jarak vertikal dari alas duduk sampai titik tengah bahu


Tinggi bahu
Ts Jarak vertikal dari alas duduk sampai titik bawah siku duduk
Tinggi siku

Tpg Jarak vertikal dari alas duduk sampai ruang pinggang


Tinggi pinggang
Tpl Jarak vertikal dari alas duduk sampai tulang pinggul paling atas
Tinggi pinggul

Pbl Jarak horizontal dari titik belakang pantat (buttock) sapai titik
Panjang Buttock- depan lutut
Lutut
Pbp Jarak horizontal dari titik belakang pantat (Butock) sampai lekuk
Panjang Buttock- lutut atau sudut popliteal
Popliteal
Tkl Jarak vertikal dari lantai sampai titik bagian atas lutut dengan
Titik telapak kaki- posisi duduk tegak lurus, lekuk lutut membentuk sudut 90 derajat
lutut
Tkp Jarak vertikal dari lantai sampai lekuk lutut
Tinggi telapak kaki-
popliteal
Pk Jarak paralel sepanjang kaki diukur dari tumit bagian paling
Panjang kaki belakang sampai ujung jari kaki paling panjang
Tp Jarak vertikal dari alas duduk sampai bagian atas paha
Tebal paha

Aplikasi Distribusi Normal dalamAntropometri

Data antropometri tentu dibutuhkan dalam sebuah perancangan sistem kerja, hal
ini bertujuan agar rancangan produk dapat sesuai dengan orang yang akan menggunakan
atau mengoperasikannya. Pada dasarnya, pengambilan data atau penentuan data mana
yang akan digunakan tidaklah sulit, apalagi bila probuk dibuat berdasarkan pesanan atau
job order. Namun, masalah akan timbul apabila produk tersebut digunakan oleh lebih
banyak orang. Permasalahan ini muncul mengingat dimensi tubuh manusia memiliki
variasi.
Penetapan data antropometri yang akan digunakan adalah dengan menggunakan
data yang berdistribusi normal. Dalam disiplin ilmu statistik, data dapat dikatakan
berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari formulasi berdasarkan data rata-rata
(mean) dan standar deviasinya. Dari data tersebut, maka persentil dapat ditetapkan
sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal.
Persentil (percentile) adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase nilai
tertentu dari orang yang memiliki nilai pada atau di bawah nilai tersebut. Dapat
dikatakan pula bahwa persentil adalah perwakilan nilai (per 1 persen) dari sebuah
rentangan nilai. Sebagai contoh, persentil 95th, ini berarti 95% dari populasi memiliki
ukuran pada atau di bawah nilai tertentu. Sedangkan persentil 5th, ini berarti 5% dari
populasi memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tertentu. Dalam antropometri, angka
95th menunjukkan nilai terbesar, dan 5th menunjukkan nilai terkecil. Bilamana
diharapkan ukuran yang mampumengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka
di sini diambil rentang 2,5-th dan 97,5-th persentil sebagai batas-batasnya, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 5.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum digunakan dalam


perhitungan data antropometri ditunjukkan dalam Tabel2.
Tabel 2. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
Persentil Perhitungan
1-st X – 2,325 σx
2,5-th X – 1,96σx
5-th X – 1,645 σx
10-th X – 1,28σx
50-th X
90-th X + 1,28σx
95-th X + 1,645 σx
97,5-th X + 1,96σx
99-th X + 2,325 σx
Sumber: Sritomo (2003)

N(X, 95%
X)
2,5% 2,5%

1,96 1,96
X X

2,5-th percentile X 97,5-thpercentil

Gambar 5. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Persentil


Sumber : Sritomo (2003)
Pengolahan Data Antropometri

Berikut merupakan langkah-langkah penetapan data untuk mengambil data


antropometri:
1. Melakukan pengamatanawal
Pengamatan awal ini dilakukan secara acak dengan jumlah sampel yang
dikehendaki oleh peneliti (belum ditetapkan jumlah pasti sampel yang
dibutuhkan).
2. Melakukan pengujian kenormalan
Hal ini perlu dilakukan agar data yang didapat benar-benar mewakili populasi
yang tengah diteliti sehingga data akurat dan valid. Apabila data telah
berdistribusi normal, maka pengolahan data selanjutnya dapat dilakukan, namun
apabila data belum berdistribusi normal, dapat dilakukan trasform dengan bantuan
software SPSS atau melakukan pengambilan data ulang.
3. Melakukan uji keseragamandata
Hal ini dilakukan agar data antropometri yang akan digunakan tepat berasal dari
satu sistem yang sama. Sehingga nantinya perancangan yang dilakukan akan tepat
bagi konsumen atau pekerja yang akan menggunakannya. Untuk menguji
keseragaman data ini, digunakan sebuah peta kontrol. Dimana pada peta kontrol
tersebut ditetapkan batas-batas kontrol nilai (BKA dan BKB), apabila sebuah data
berada di luar batas kontrol maka data tersebut harus dibuang dan tidak turut serta
pada perhitungan-perhitungan selanjutnya. Berikut merupakan rumusan untuk
mencari BKA dan BKB (Nurmianto, 2004):

BKA = x +k.σ (Persamaan1)

BKB = x −k.σ (Persamaan2)

Keterangan :

x : nilai rata-rata

k : koefisien tingkat kepercayaan


- untuk tingkat kepercayaan 68%, k =1
- untuk tingkat kepercayaan 95%, k =2
- untuk tingkat kepercayaan 99%, k =3
σ : standar deviasi
4. Melakukan uji kecukupandata
Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui seberapa banyak sampel yang
harus diambil agar data akurat.
Berikut merupakan rumusan untuk mencari jumlah data yang dibutuhkan :

2
k 
 N . x  ( xi ) 
2
i
2

N   s 

  xi 

 

Keterangan :

N’ : jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan


N : jumlah pengamatan aktual yangdilakukan
k : koefisien tingkat kepercayaan
∑x : jumlah data
s : tingkat ketelitian dalam %

Apabila data telah mencukupi, maka data dapat langsung diolah. Namun
apabila N<N’, maka harus dilakukan pengambilan data lagi hingga jumlah
data yang dibutuhkan terpenuhi.
2. Melakukan pengolahan data sesuai dengan kebutuhanpenelitian.
𝑷𝒊=̅𝒙+𝒌𝒊 .𝒔

Dimana :

P = nilai persentil yang dihitung


𝑥̅ = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑟𝑎𝑡𝑎− 𝑟𝑎𝑡𝑎
k = faktor pengali untuk persentil yang diinginkan
s = simpangan baku

E. Alat yang digunakan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kursi Antropometri
2. Lembar pengamatan
3. Meteran
4. Kamera

F. Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Setiap kelompok wajib menentukan kebutuhan perancangan produk yang akan dilakukan
analisis (Meja/Lemari). Kemudian setiap kelompok menentukan kebutuhan data
antropometri, sample, pemilihan persentil, pengukuran dimensi antropometri,
pengolahan data antropometri. Kemudian hasil dari modul 2 adalah laporansementara
yang akan didiskusikan saat pertemuan berikutnya.

Referensi
[1] Iridiastadi, Hardianto, dkk. 2014. Ergonomi suatu pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
[2] Junaedi, D. (2018). Analisis perancangan kerja dan ergonomi. Tangerang : Pustaka
Mandiri.
[3] Sutalaksana, Iftikar dkk. (1976). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Departemen Teknik
Industri ITB.
[4] Sutalaksana, Iftikar., dkk. (2006). Teknik Perancangan Sistem Kerja, ITB Bandung.
[5] Tayyari, F. & Smith, J.L. (1997). Occupational Ergonomics: Principles and Applications.
Chapman & Hall.
[6] Tarwaka. (2015). “Dasar - dasar pengetahuan ergonomic dan aplikasi di tempat kerja”.
Solo: Harapan press solo.

Anda mungkin juga menyukai