Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman, telah terjadi perkembangan – perkembangan di sekitar
kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah perkembangan di dunia industri yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk
meningkatkan kualitas sektor perindustrian. Alat – alat dan teknologi yang canggih pun sudah
cukup banyak membantu proses produksi di dunia industri. Namun pada kenyataannya suatu
sistem kerja, pada dunia industri terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan,
mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen utama tersebut, manusia lah yang paling
berperan penting sebagai perencana dan operator untuk kegiatan yang tidak dapat dilakukan
oleh mesin. Beberapa industri di Indonesia masih menggunakan tenaga manusia dalam
melakukan proses produksi yang salah satunya dalam proses pengangkutan dan pemindahan
barang hasil produksi.
Proses pengangkutan dan pemindahan barang oleh tenaga manusia disebut dengan
Manual Material Handling (MMH) yang akan dibahas pada makalah ini. Hal tersebut harus
diperhatikan dengan baik karena jika manusia sebenernya memaksakan diri untuk membawa
benda yang cukup berat maka akan menimbulkan cedera tulang belakang (Low Back Pain).
Manual Material Handling (MMH) menghasilkan tingkat kecelakaan kerja sekitar 25% (Pulat,
1992) dan sekitar 75% cidera tulang belakang disebabkan karena aktivitas mengangkat
(Grandjean, 1993).
Mengingat tingginya faktor resiko cidera pada aktivitas mengangkat maka kondisi
tersebut perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu peneliti melakukan analisa pada
operator yang mengangkat beban dengan menggunakan beberapa metode seperti Ovako
Working Posture Analysis System (OWAS) dan NIOSH. Untuk mengetahui perhitungan energi
ekspenditur, konsumsi energi, dan penilaian beban kerja dapat di analisa dari aktivitas Manual
Material Handling (MMH) pada operator. Dengan harapan metode terbaik dapat digunakan
operator untuk meminimumkan tingkat cedera.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penelitian dengan menggunakan metode NIOSH


Berikut ini adalah penelitian menggunakan metode NIOSH, yang akan menjelaskan
mengenai pengertian NIOSH, Metode NIOSH, pengumpulan data, dan pengolahan data.
2.1.1 Pengertian NIOSH
National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) telah membuat
persamaan yang dapat membantu analis dalam mengevaluasi suatu pekerjaan dan menghapus
aktivitas manual pada material dengan berfokus pada aspek keselamatan dan kesehatan bagi
pekerja. NIOSH memberikan nilai teoritis pada pengangkatan beban yang dianjurkan untuk
pekerjaan / kegiatan, atau dapat disebut Recommended Weight Limit (RWL). Persamaan ini
tidak termasuk faktor / kondisi yang tak terduga (Occupational Hazard, 2004), seperti beban
berat yang tak terduga, slip atau jatuh, dan persamaan ini tidak dibuat untuk menilai pekerjaan
meliputi penghapusan menggunakan satu tangan , mengangkat, berlutut atau posisi duduk,
mengangkat pembatasan ruang kerja (ruang kerja terlalu sempit) atau penghapusan objek yang
lebih dari 30 inci. Dalam NIOSH gender tidak diperhitungkan / pertimbangan (RWL berlaku
sama untuk laki-laki dan pekerja perempuan). Tujuan utama dari formula ini adalah untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya cedera tulang belakang terutama pada tulang belakang
(low back pain) bagi pekerja dalam melakukan kegiatan manual pengangkatan beban. Model
NIOSH didasarkan pada data biomekanik, fisiologi dan psikofisik. Pendekatan biomekanik,
fisiologi dan psikofisik dalam menentukan RWL dapat memberikan hasil yang mampu
merekomendasi satu sama lain. Untuk gambaran dari biomekanik, kriteria desain adalah gaya
tekan maksimum dengan nilai batas 3,4 kN (770 lb), sedangkan kriteria psikofisik untuk
merancang review adalah berat maksimum yang dapat diterima oleh nilai batas tersebut
diterima oleh 75% pekerja perempuan dan 99% pekerja laki-laki.
NIOSH mengalikan persamaan yang terdiri dari enam koefisien yang digunakan sebagai
pengurang konstan beban kompensasi berdasarkan karakteristik dari beban angkat berbeda dan
standar bobot lokasi lifting atau kondisi optimal. Menurut Chaffin (1991), seperti yang
dinyatakan dalam penelitian Snook (1978), kondisi atau faktor diidentifikasi sebagai salah satu
atau lebih dari studi epidemiologi pada beban pengangkatan secara manual. Studi epidemiologi
adalah studi yang memperhitungkan sifat pekerjaan, tempat kerja dan faktor-faktor lain yang
memberikan tren yang signifikan sebagai penyebab kecelakaan / cedera. Pada tahun 1991 revisi

2
persamaan NIOSH dengan menambahkan dua angka dalam metode multiplier
evaluasi. Sehingga pada persamaan baru disediakan prosedur untuk mengevaluasi pekerjaan
dengan rentang waktu lebih lama dan frekuensi yang lebih tinggi dengan hasil yang lebih
baik. Semua pengganda (koefisien) yang diperoleh dari sejumlah iterasi dimana koefisien
empiris yang telah direvisi digunakan untuk memperkirakan beban yang mungkin
diangkut. Beban yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan studi
empiris psikofisik. Formula persamaan RWL yang dimaksud adalah:

RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM

Pengertian:
1. LC (Lifting Constanta)
Beban konstan ditentukan berdasarkan beban maksimum yang diijinkan untuk mengangkat
di lokasi standar dalam kondisi optimum. Pengertiannya adalah penghapusan dilakukan pada
posisi sagital dengan penunjukan frekuensi yang tidak terlalu sering, kopling baik, dan lokasi
penempatan kurang dari 25 cm. Kriteria seleksi didasarkan pada beban konstan psikofisik dan
biomekanik. Dalam persamaan yang didapatkan, nilai beban konstan berkurang dari 40 kg
menjadi 23 kg. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan jarak horizontal minimum 15 cm
sampai 25 cm dalam posisi transportasi standar.

2. HM (Horizontal Multiplier)
Dari sudut pandang biomekanik dan jarak horizontal psikofisik dari beban, akan
menyebabkan gaya tekan yang lebih besar pada tulang belakan, dan dapat mengurangi beban
maksimum yang diizinkan untuk diangkat. Multiplier horisontal dihitung dengan persamaan
berikut:
HM = (25 / H)
Dimana H = jarak horizontal antara arah pergelangan kaki titik tengah di tempat asal sebelum
beban diangkat dalam cm

Gambar 2.1

3
3. VM (Vertical Multiplier)
Posisi vertikal multiplier, didefinisikan sebagai posisi vertikal tempat landasan asal
sebelum beban diangkat. Dari sudut pandang biomekanik akan meningkatkan stres pada
lumbar jika pengangkatan dilakukan dengan posisi beban makin mendekati lantai. Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa beban semakin dekat ke lantai terkait dengan persentase
pertumbuhan cedera tulang belakang karena mengangkat beban bagian bawah. Sementara itu,
menurut pandangan studi fisiologi menyatakan bahwa beban adopsi lebih dekat ke lantai
menyebabkan pengeluaran energi meningkat. Menurut Snook (1978), Ayoub et al (1989),
Snook & Ciriello, (1991), beban maksimum yang dapat diangkat (MAWL - Maximum
Acceptable Weight of Load) oleh pekerja menurun dengan meningkatnya jarak vertikal lebih
dari 75 cm dari lantai. Untuk menghilangkan beban tingkat lantai (tingkat bahu) hasil dari
faktor pengali vertikal adalah:
VM = (1-0,0030 │ │ V - 75)
Di mana V = jarak vertikal antara posisi awal beban dengan beban pada posisi saat ini akan
diangkat dalam cm (Gambar 2.1).

4. DM (Distance Multiplier)
Hasil penelitian psikofisik memprediksi penurunan 15% terhadap MAWL jika jarak
bergerak lebih dekat ke maksimum (berat terangkat dari lantai ke bahu) dan akan meningkat
sejalan dengan peningkatan kebutuhan fisiologis mengangkat jarak. Jarak multiplier ditentukan
oleh persamaan berikut:
DM = 0.82 + (4,5 / D)
Dimana D = jarak bergerak / mengangkat jarak vertikal antara titik asal dan tujuan (cm).
D diasumsikan antara 25 cm ke (200 - V) cm. Untuk jarak perpindahan vertikal kurang dari 25
cm digunakan nilai D = 2.

5. AM (Asymmetric Multiplier)
Pengangkatan asimetri beban tidak terletak pada bidang sagital atau titik di mana benda
kerja ditempatkan pada sudut terhadap bidang sagital dan penghilangan asimetri juga
mendukung pengurangan MAWL tersebut. Asimetri multiplier dihitung dengan persamaan:
AM = 1 - (0.0032A)
Dimana A adalah sudut asimetri terbentuk ketika aktivitas removal material terjadi. Angle
asimetris adalah sudut yang menunjukkan sejauh mana item / obyek ditransfer dari tubuh
pekerja ke titik tujuan.

4
6. FM (Frequency Multiplier)
Multiplier ini menunjukkan seberapa sering aktivitas mengangkat materi / load
dilakukan. Nilai FM diberikan dalam Tabel 2.2

7. CM (Coupling Multiplier)
Yang dimaksud disini adalah kombinasi dari pekerja fungsi tangan kerja kopling dengan
pegangan tangan (handle). Hasil investigasi psikofisik menunjukkan bahwa penurunan nilai
bantalan beban MAWL tidak dilengkapi untuk menangani dengan baik. Nilai CM ditentukan
berdasarkan kualitas kopling yang menghubungkan lengan untuk barang / beban yang
diangkut. Baik clutch akan dapat mengurangi cengkeraman gaya yang dibutuhkan untuk
mengangkat beban, sementara clutch buruk akan membutuhkan gaya pegangan yang lebih
besar sehingga bisa mengurangi kemampuan untuk mengangkat pekerja.

8. LI (Lifting Index)
Lifting Index (LI) menyatakan nilai estimasi tingkat relatif stres fisik dalam kegiatan
penghapusan manual. L (Berat Beban) menyatakan beban yang diangkat. Semakin besar nilai
LI menunjukkan lebih sedikit jumlah pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dengan aman
bertahan di tingkat stres tertentu.
Kriteria:
LI ≤ 1 (Resiko low back pain rendah)
LI> 1 (pekerjaan cukup membuat stres);
LI> 3 (pekerjaan sangat membuat stres)

2.1.2 Metode NIOSH


Metode NIOSH mencakup beberapa langkah yaitu:
1. Pengumpulan data berat barang,
2. Pengumpulan data waktu siklus
3. Jarak horizontal (H) diukur antara titik tengah di antara dua kaki operator dengan titik
proyeksi benda pada bidang horizontal.
4. Jarak vertikal (V) diukur dari jarak ketinggian barang yang berada di permukaan meja
sampai permukaan lantai.
5. Jarak perpindahan benda (D)

5
6. Pengukuran kualitas kopling (C), kategori kualitas kopling adalah baik, cukup atau kurang.
Faktor pengali kopling dihitung tergantung pada kategori kualitas kopling dan kategori
ketinggian.
7. Pengukuran frekuensi kerja, dari hasil perhitungan waktu origin- destination kemudian
dapat dihitung berapa kali kegiatan pengangkatan atau penurunan barang dapat dilakukan
oleh seorang pekerja setiap satu menit kerja. Jumlah pengangkatan/penurunan barang per
menit inilah yang disebut sebagai frekuensi origin-destination.
8. Menentukan Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI)

Tabel 2.1 Komponen pada metode NIOSH


Komponen pembentuk persamaan
LC (Load Constant) 23 kg
HM (Horizontal Multiplier) (25/H)
VM (Vertical Multiplier) VM = 1 – (0,003 | V − 75 |)
DM (Distance Multiplier) DM = 0,82 + (4,5/D)
AM (Asymmetry Multiplier) AM = 1 – (0,0032 A)
CM (Frecuency Multiplier) Tabel faktor pengali kopling
FM (Coupling Multiplier) Tabel faktor pengali frekuensi
LI (Lifting Index) Berat Badan/RWL
RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM
RWL (Recommended Weight Limit)

Berikut ini adalah tabel FM


Tabel 2.2 Frequency Multiplier Table (FM)

6
Berikut ini adalah tabel CM
Tabel 2.3 Coupling Multiplier Table
Cm
Tipe coupling
V < 75 cm (30 inch) V ≥ 75 cm (30 inch)
Baik (Good) 1 1
Sedang (Fair) 0,95 1
Jelek (Poor) 0,9 0,9

2.1.3 Data Pengamatan


Pengamatan dilakukan dengan menganalisa operator yang sedang melakukan Manual
Material Handling, yaitu dengan cara mengangkat kerdus berisi air mineral seberat 12,2 kg dari
bawah ke atas permukaan meja. Alasan kami memilih posisi ini karena seagian besar proses
Manual Material Handling pada operator di suatu perusahaan kurang lebih sama dengan
operator yang kami amati.

Berikut ini merupakan dokumentasi pengamatan:

Gambar 2.1 Operator memindahkan benda

Gambar diatas adalah kegiatan pengangkatan beban oleh operator. Posisi ini dipilih
untuk dianalisa dikarenakan posisi ini diyakini beresiko menimbulkan kelelahan atau cedera
pada muskuloskeletal (MSDs).

7
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan yang diperoleh dari pengamatan:
Tabel 2.4 Data Pengamatan
Frequency
Hand Location Vertical
Object Asimetric Angle Rate
Weight Distance Duration Object
Lift/Minute
Origin Destination (D) Original Destination (hrs) Coupling
L L
(kg) (max) H V H V A A
12,2 12,2
kg kg 30 1 55 74 73 0 0 11 <1 Fair

2.1.4 Perhitungan data origin dan destination


Data origin merupakan data saat operator baru akan mengangkat benda, sedangkan data
destination adalah data saat benda sudah dipindahkan oleh operator.
Tabel 2.5 Data Origin dan Destination
Origin Destination
LC = 23 LC = 23
HM =25/H = 25/30 = 0,83 HM = 25/H = 25/55 =0,45
VM =1 – (0,003 | V − 75 |)= 1-(0,003| 74 -75)=
VM =1 – (0,003 | V − 75 |)= 1-(0,003| 1-75)= 0,778 0,997
DM =0,82 + (4,5/D)= 0,82 + (4,5/73)= 0,881 DM =0,82 + (4,5/D)= 0,82 + (4,5/73) = 0,881
AM = 1 – (0,0032 A) = 1 – (0,0032 x 0) = 1 AM = 1 – (0,0032 A) = 1 – (0,0032 x 0) = 1
CM = 0,95 (fair) CM = 0,95 (fair)
FM = 0,41 (11 lift/minute) FM = 0,41 (11 lift /minute)
RWL = 23x0,45x0,997x0,881x1x0,95x0,41 =
RWL = 23x0,83x0,778x0,881x1x0,95x0,41 = 5, 0964
3,5409
LI = 12,2/5,0964 = 2,393 LI = 12,2/3,5409 = 3,445

Dapat dilihat dari data tersebut bahwa Lifting index pada origin sebesar 2,393 dan pada
destination sebesar 3,445 Oleh karena itu pekerjaan tersebut termasuk cukup dan mampu
membuat stress. (LI ≥ 2) dan (LI ≥ 3) , yaitu resiko cedera punggung untuk pekerjaan mengangkat
kerdus air mineral pada operator besar.

2.2 Penelitian dengan menggunakan metode OWAS dengan Nordic Body Map (NBM)
Ovako Working Posture Analysis System (OWAS) adalah suatu metode ergonomi yang
digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang
bekerja. Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa
kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada
bagian musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung,
tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri.

8
Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja
Nordic Body Map (NBM) Scoring Nordic Body Map (NBM) adalah peta tubuh yang
dapat mengidentifikasi bagian-bagian dari otot atau sendi yang mengakibatkan keluhan dari
para pekerja. NBM dibagi ke dalam 27 bagian tubuh dengan penomoran 0-27.

Berikut ini merupakan tabel NBM :

Tabel 2.6 Nordic Body Map Scoring

Keterangan : A: Tidak sakit, B: Agak sakit, C: Sakit, D: Sakit sekali

9
2.2.1 Data Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 2 orang operator dengan metode kerja berupa
pengangkatan kerdus air mineral hingga menyusun air mineral di atas meja. Berat kerdus yang
digunakan adalah sebesar 12,2 kg selama 2 kali percobaan tiap operator.

Gambar 2.2 Operator 1 dan 2

2.2.2 Langkah –langkah Kerja Operator


Tabel 2.7 Langkah Kerja Operator
Langkah ke keterangan posisi kerja operator 1 operator 2

Operator berdiri pada


1
posisi tegak

Operator 1 melakukan
posisi jongkok saat
melakukan pengambilan
kerdus air mineral,
2 sedangkan operator 2
melakukan posisi
membungkuk saat
melakukan pengambilan
kerdus air mineral.

Operator melakukan
pemindahan air mineral
3 dari bawah meja ke kursi
dengan posisi masih
membungkuk

10
Tabel Lanjutan 2.7

Operator membuka
kerdus air mineral untuk
4
ditur posisinya ke atas
permukaan meja

Operator melakukan
penataan air mineral ke
5 atas permukaan meja
hingga kerdus tidak
memiliki isi.

11
2.2.3 Data Kuesioner Nordic Body Map
Data kuesioner Nordic body map diisi oleh kedua operator. Berikut adalah data
kuesioner Nordic body map dari kedua operator:

1. Data Operator 1
Nama = Bayu Yanar
Pekerjaan = Mahasiswa
Umur = 19 tahun
Berat Badan/ Tinggi Badan = 80 kg / 175 cm

12
2. Data Operator 2
Nama = Darmawan Arief
Pekerjaan = Mahasiswa
Umur = 19 tahun
Berat Badan/ Tinggi badan = 54 kg / 165 cm

13
2.2.4 Pengolahan data body map
Tingkat keluhan
No jenis keluhan A B C D
jmlh % jmlh % Jmlh % jmlh %
0 Sakit/kaku di leher bagian atas 1 50 1 50
1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 1 50 1 50
2 Sakit di bahu kiri 2 100
3 Sakit di bahu kanan 2 100
4 Sakit pada lengan atas kiri 2 100
5 Sakit di punggung 1 50 1 50
6 Sakit pada lengan atas kanan 2 100
7 Sakit pada pinggang 1 50 1 50
8 Sakit pada bokong 1 50 1 50
9 Sakit pada pantat 2 100
10 Sakit pada siku kiri 1 50 1 50
11 Sakit pada siku kanan 1 50 1 50
12 Sakit pada lengan bawah kiri 1 50 1 50
13 Sakit pada lengan bawah kanan 1 50 1 50
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 1 50 1 50
15 Sakit pada pergelangan tangan 1 50 1 50
kanan
16 Sakit pada tangan kiri 1 50 1 50
17 Sakit pada tangan kanan 1 50 1 50
18 Sakit pada paha kiri 2 100
19 Sakit pada paha kanan 2 100
20 Sakit pada lutut kiri 2 100
21 Sakit pada lutut kanan 2 100
22 Sakit pada betis kiri 1 50 1 50
23 Sakit pada betis kanan 1 50 1 50
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 2 100
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 2 100
26 Sakit pada kaki kiri 2 100
27 Sakit pada kaki kanan 2 100

2.2.5 Analisis Hasil Pengamatan


Data yang didapat dari tabel data Nordic body map diperoleh dari kedua operator
setelah bekerja. A didalam tabel mengartikan tidak sakit, B mengartikan agak sakit, C
mengartikan sakit, D mengartikan sakit sekali, dan Jml mengartikan jumlah operator yang
merasakan. Pada hasil kuisioner didapatkan bahwa operator 1 tidak mengisi kolom D,
sedangkan pada operator 2 mengisi sebanyak 4 bagian tubuh yang dirasa sakit sekali atau
kolom D. Dapat simpulkan bahwa operator 2 lebih merasakan sakit di beberapa bagian otot

14
pada tubuhnya. Bagian – bagian tubuh yang terasa sakit hingga sakit sekali dari kedua operator
adalah pada bagian shoulder, upper arm, waist, buttock, elbow, wrist, hand, thigh, dan calf.

2.2.6 Penyelesaian alat bantu


Untuk mengurangi rasa sakit di bagian- bagian tersebut maka pengamat menyarankan
untuk menggunakan alat bantu dalam proses penyusunan air mineral. Solusi yang dapat
pengamat berikan adalah dengan menggunakan kursi saat melakukan penyususan air mineral
di atas permukaan meja. Kursi ini kami pilih karena antara tinggi meja dengan kursi seimbang
sehingga operator tidak harus sering membungkuk saat melakukan proses kerja.

Gambar 2.3 Kursi Plastik

2.3 Penelitian Menggunakan Metode Perhitungan Energi Expenditure

Penelitian diawali dengan mengambil data denyut jantung pekerja, kemudian melakukan
perhitungan energi ekspenditur dan konsumsi energi. Tahap selanjutnya adalah melakukan
perhitungan CVL sehingga didapatkan penilaian beban kerja. Operator dalam penelitian ini
adalah mahasiswa. Operator berjumlah 2 orang yang mengangkut kerdus air mineral.\
2.3.1 BMR (Basal Metabolic Rate)
BMR (Basal Metabolic Rate) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh
untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk
jumlah energi yang diperlukan untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas,
dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk
mempertahankan suhu tubuh

15
Berikut ini merupakan formulasi BMR:
1) BMR laki – laki = 88,362+(13,397 x berat tubuh dalam kg) + (4,799 x tinggi dalam cm)
– (5,677 x umur tahun)
2) BMR Perempuan = 447,593 + (9,247 x berat dalam kg) + (3,098 x tinggi dalam cm) -
(4,33 x umur tahun)

Setelah menghitung besar BMR, hasilnya kemudian dikalikan dengan LEVEL AKTIVITAS
FISIK untuk memperoleh kebutuhan kalori harian (Energy Expenditure)

2.3.2 Energy Expenditure

Energy expenditure adalah jumlah energi yg dikeluarkan atau digunakan oleh tubuh.

Level aktivitas fisik energy expenditure:

1) Tidak Aktif --> TEE= BMR x 1.2


2) Cukup Aktif (Berolahraga 1–3 kali/minggu) --> TEE = BMR x 1.375
3) Aktif (Berolahraga 3–5 kali/minggu) --> TEE = BMR x 1.55
4) Sangat Aktif (Berolahraga 6–7 kali/minggu) --> TEE = BMR x 1.725

2.3.4 Rumus Konsumsi Energi


Y = 1,80411-0,0229X +0,00047X2
dengan:
Y : energi yang dikeluarkan (kcal/menit)
X : denyut nadi (denyut/menit).

2.3.4 Rumus Cardiovaskuler Load :


[100 ( Dj kerja – Dj istirahat)]
% CVL = (Dj Maks – Dj istirahat)

2.3.5 Data Denyut Jantung Operator


Pengukuran denyut jantung dilakukan secara manual dengan menggunakan stopwatch
sebagai pengukur waktu. Denyut jantung awal pekerja bangunan (DN0) diambil pada saat
operator belum bekerja atau dalam keadaan normal. Setelah bekerja selama 2 menit, maka
diambil data denyut jantung pekerja (DN1).

16
Denyut Jantung/menit
Operator
DN0 DN1 D maks
1 112 152 220-19=201
2 83 119 220-19=201

2.3.6 Contoh Perhitungan Energi Expenditure, Konsumsi Energi, dan Cardiovaskuler Load
1. Contoh Perhitungan EE
1) Operator 1 :
BMR = 88,362 + (13,397 x 80) + (4,799 x 175) - (5,677 x 19)
= 88,362 + 1071,76 + 839,825 – 107,673
= 1892,274 Kcals
Energi Expenditure = 1892,274 x 1,2 = 2270,728 Kcals atau 2270,728 kalori
2) Operator 2 :
BMR = 88,362 + (13,397 x 54) + (4,799 x 165) - (5,677 x 19)
= 88,362 + 723,438 + 791,835 – 107,863
= 1495,772 Kcals
Energi Expenditure = 1495,772 x 1,55 = 2318,446 Kcals atau 2318,446 kalori

2. Contoh Perhitungan KE
1) Operator 1
DN0
Y = 1,80411-0,0229X +0,00047X2
= 1,80411 –(0,0229x112) + (0,0004x 12544)
= 1,80411- 2,5648 + 5,0176
= 4,256
DN1
Y = 1,80411-0,0229X +0,00047X2
= 1,80411 –(0,0229x152) + (0,0004x 23104)
= 1,80411 – 3,4808 + 9,2416
= 7,565
2) Operator 2
DN0
Y = 1,80411-0,0229X +0,00047X2
= 1,80411 –(0,0229x83) + (0,0004x 6889)

17
= 1,80411 – 1,9007 + 2,7556
= 2,659
DN1
Y = 1,80411-0,0229X +0,00047X2
= 1,80411 –(0,0229x119) + (0,0004x 14161)
= 1,80411 – 2,7251 + 5,6644
= 4,743

3. Contoh Perhitungan CVL


1) Operator 1
[100 ( Dj kerja – Dj istirahat)]
% CVL = (Dj Maks – Dj istirahat)
[100 ( 152 – 112]
% CVL = (201 – 112)
100 x 40
= 89
4000
= = 44,94 %
89

2) Operator 2
[100 ( Dj kerja – Dj istirahat)]
% CVL = (Dj Maks – Dj istirahat)
[100 ( 119 – 83]
% CVL = (201 – 83)
100 x 36
= 118
3600
= = 30,508 %
118

Dari hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan klasifikasi berikut :


< 30% : tidak terjadi kelelahan
30% s/d 60% : diperlukan perbaikan
60% s/d <80% : kerja dlm waktu singkat
80% s/d <100%: diperlukan tindakan segera
> 100% : tidak boleh beraktivitas

2.3.7 Analisis
Hasil perhitungan tersebut 100 % operator termasuk di range % CVL 30 % s/d 60 %
sehingga rekomendasi yang diberikan adalah perlu perbaikan. Perbaikan dapat dilakukan pada
posisi sikap tubuh saat beraktivitas MMH, dan menggunakan alat bantu berupa kursi plastik
pada saat menyusun air mineral.

18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

19

Anda mungkin juga menyukai