Anda di halaman 1dari 17

Evaluasi Ergonomi Aktivitas

Manual Material Handling pada


Bagian Produksi di CV. GMS,
Bangkalan
metode
Pengamatan dilakukan terhadap semua pekerja pada bagian produksi,
yaitu lima orang subjek, berjenis kelamin laki-laki, dan bertugas
memindahkan botol air minum volume 19 liter yang sudah terisi air dari
ban berjalan ke lantai dan mengirimkannya ke bagian berikutnya. Evaluasi
beban kerja dilakukan secara fisiologis berdasarkan konsumsi energi yang
ditentukan dengan mengukur denyut nadi kerja (DNK) dan denyut nadi
istirahat (DNI). Cara pengukuran ini dipilih karena merupakan cara
yangpalingmudahdilakukandantidakmemerlukan peralatan yang rumit.
Selain itu, menurut Ceesay et al.(1989) denyut jantung (nadi) dapat
digunakan sebagai alternatif menentukan energi yang dikerahkan
seseorang untuk bekerja. Selanjutnya, perhitungan konsumsi energi
dilakukan mengikuti rumusan Sutalaksana (1985)
pendekatan persamaan regresi kuadratis :
Y = 1,80411−0,0229X +0,00047X2 (1)
Y : energi yang dikeluarkan (kcal/menit)
X : denyut nadi (denyut/menit)
Penghitungan DNK dilakukan sebanyak empat kali selama jam kerja
pagi hari, sedangkan penghitungan DNI dilakukan sesaat sebelum
pekerja memulai aktivitas kerjanya pada pagi hari. Periode pengukuran
DNK I, II, II, dan IV berturut-turut dilakukan pada kisaran jam 9.009.20,
10.00-10.20, 11.00-11.20 dan 12.00-12.
Evaluasi lain dilakukan dengan menggunakan Persamaan Pengangkatan NIOSH yang
direvisi pada tahun 1991 (Waters, 1993), yang juga umum disebut sebagai
Persamaan Pengangkatan NIOSH yang direvisi 1993 (Marras, 2006) atau Persamaan
Pengangkatan NIOSH yang direvisi 1994 (NIOSH, 2007).
Persamaan :
Untuk itu data-data yang dikumpulkan meliputi : jarak horizontal beban
terhadap pekerja, jarak vertikal beban terhadap lantai, jarak
perpindahan vertikal beban, dan sudut asimetri yang dibentuk antara
posisi tangan dan kaki pekerja, saat menangani beban. Datadata untuk
evaluasi NIOSH ini diambil pada posisi asal beban dan posisi tujuan
pemindahan beban.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan telah memberikan data denyut nadi istirahat
(sebelum bekerja) dan denyut nadi kerja (selama bekerja) dari setiap
pekerja sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa denyut nadi kerja kelima pekerja berada pada
kisaran 80110denyut/menit. Berdasarkanklasifikasiyang diberikan oleh Tayyari dan
Smith (1997) sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2, maka beban kerja para
pekerja tersebut termasuk ke dalam kategori sedang dengan energi yang dikelu
arkan berada di bawah 300 kcal/jam atau di bawah 5 kcal/menit.
Tabel2: Klasifikasibebankerjafisikberdasarkan konsumsi oksigen dan energi yang
dikeluarkan (Tayyari dan Smith, 1997)
Hasil perhitungan konsumsi energi dengan menggunakan persamaan
yang diajukan oleh Sutalaksana (1985) juga semakin menguatkan
kesimpulan beban kerja para pekerja termasuk kategori sedang.
Perhitungan tersebut mendapati konsumsi energi saat bekerja berada
pada kisaran3,1-4,33kcal/menitsebagaimanaditunjukkan pada Tabel 3.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk melakukan pekerjaan
tersebutdengandurasiwaktukerjaselama4jam terus-
menerus,setiappekerjatidakmemerlukan waktu istirahat tambahan
yang terjadwalkan.
Tabel 3: Konsumsi energi pekerja saat istirahat dan saat bekerja (dalam
kcal/menit)
Analisis dengan Persamaan NIOSH dilakukan dengan menggunakan
data yang ditunjukkan pada Tabel 4. Pada tabel tersebut juga
ditunjukkan hasil perhitungan faktorfaktor pengali komponen
Persamaan NIOSH sekaligus hasil perhitungan RWL dan LI untuk setiap
pekerja. Perhitungan RWL dilakukan dengan menggunakan konstanta
beban pengangkatan, LC sebesar 23 kg. Jarak vertikal perpindahan
beban, D untuk semua pekerja adalah sama, yaitu ketinggian ban
berjalan dari lantai, 50 cm. Sudut asimetrik yang diambil oleh
masingmasing pekerja pada posisi asal beban bervariasi dari 18◦
sampai 27◦ tergantung pada posisinya terhadap ban berjalan, sehingga
pengali asimetrik (AM) juga bervariasi. Sedangkan
sudutasimetrikpadaposisitujuanbebanadalah sama yaitu 0◦, sehingga
besar AM pada pososi tujuan adalah 1. Faktor pengali kopling (CM)
adalah 0,90 karena pada objek yang diangkat tidak terdapat pegangan, sehingga
pekerja tidak dapat dengan mudah memegang beban saat melakukan
pengangkatan (Waters, 2006). Sementara, untuk faktor pengali frekwensi (FM)
dengan frekwensi pengangkatan sebanyak 43 kali perjam atau 0,71 permenit
adalah 0,75(Waters, 2006). Penentuan batasan aman aktivitas pengangkatan
didasarkan pada Lifting Index (LI). Dalam hal ini nilai LI tidak boleh lebih besar dari
1. Aktivitas mengangkat dengan nilai LI > 1, akan meningkatkan resiko terhadap
keluhan sakit punggung. Oleh karena itu, teknis pengangkatan dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga nilai LI < 1. Untuk beban kerja dengan nilai LI > 3, sudah
dapat dipastikan terjadinya overexertion (Waters et al., 1993; Waters, 2006). Dari
Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai RWL untuk setiap pekerja berada jauh di bawah 19
kg. Dari tabel juga dapat dilihat besaran LI > 1 dan bahkan terdapat dua orang
pekerja dengan LI pada posisi asal beban yang lebih besar dari 3. Hal ini
menunjukkan adanya pengerahan tenaga yang berlebihan dan berpotensi
mengakibatkan terjadinya keluhan serta cedera pada punggung bawah. Hasil ini
menguatkan dugaanbahwaadanyakeluhanmuskuloskeletal yang dirasakan oleh para
pekerja bukan karena kurangnya waktu istirahat, akan tetapi karena aktivitas
pengangkatan yg melebihi rekomendasi yang diberikan oleh NIOSH. Oleh karena
itu, agar pekerja dapat mengangkat beban 19 kg tersebut dengan aman diperlukan
perbaikan pada teknis pengangkatan atau dengan memperbaiki peralatan kerjanya.
Berdasarkan Persamaan NIOSH tersebut, untuk menurunkan LI menjadi di bawah
satu atau setidak-tidaknya mendekati satu dapat
dilakukandenganmemperbesarRWLataumenurunkan beban yang diangkat.
Mengingat beban yang diangkat adalah botol kemasan air mineral 19 liter yang
sudah umum dikonsumsi oleh masyarakat,makapilihanyangmungkinadalah
denganmemperbesarRWL.Untukitu,beberapa pilihan yang dapat dilakukan oleh
pekerja atau manajemen perusahaan berdasarkan pedoman yang diberikan NIOSH
adalah dengan (NIOSH, 2007) :
1. Mengurangi jarak antara beban yang diangkat dan tubuh pekerja, sebagaimana
yang dilakukan oleh Umami (2011) untuk aktivitas pengangkatan oleh wanita
Madura.
2. Mengurangi sudut asimetrik.
3. Mengurangi jarak perpindahan vertikal.
4. Mengurangi frekwensi pengangkatan.
5. Merekayasa jarak vertical beban dari lantai.
6. Memperbaiki pegangan tangan pada beban.
Berdasarkan pertimbangan ketinggian ban berjalan yang sudah ada, volume dan
bentuk botol yang digunakan, tujuan akhir beban setelah perpindahan, dan
kapasitas produksi yang diharapkan, dengan menggunakan metodecoba-dan-
gagalsepertilangkahyangdiambil Hadi et al. (2012) dan Umami (2011), maka pilihan
langkah-langkah pertama yang dapatdiambiluntukmeningkatkanRWLadalah poin
(1) dan (2). Pilihan poin (3) dan (5) dapatdiambildenganmenambahkanalatlainatau
memodifikasiketinggianbanberjalandanlantai di posisi tujuan. Dengan
menggunakan asumsi jarak minimum beban ke pekerja 30 cm dengan
mempertimbangkan diameter botol dan menggunakan sudut asimetrik sekecil
mungkin, 18◦ di posisi asal, didapatkan nilai RWL sebesar 10,93 kg,
sedangkanuntuksudutasimetrik0◦ diposisitujuan didapatkan RWL sebesar 9,83 kg.
LI untuk posisiasaldanposisitujuanberturut-turutsebesar 1,75 dan 1,94. Kedua nilai
LI tersebut masih jauhdiatas1(lihatTabel5). Olehkarenaitu,untuk mendapatkan LI
yang memenuhi rekomendasi NIOSH, pilihan poin (3) dan (5) menjadi mutlak harus
dilakukan. Jarak vertikal beban pada posisi asal sudah sangat baik karena nilainya
sudah mendekati 75 cm, sehingga ketinggian ban berjalan tidak perlu dirancang
ulang. Bahkan jarak vertikal beban ini cukup dekat dengan revisi yang diajukan oleh
Muslim et al. (2013), yaitu setinggi 69 untuk pekerja laki-laki Indonesia. Modifikasi
dapat dilakukan pada ketinggian posisi tujuan, yaitu dengan menambahkan
bangunan seperti bangku yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Penambahan jalur penggelindingan ini direkomendasikan karena
berdasarkan pengamatan awal diketahui pekerja
menggelindingkanbotolisitersebutuntukmengirimkannyake bagian
berikutnya (Hadi et al, 2012). Dengan
penambahanbangkudanjalurpenggelindingan pada bagian akhir ban
berjalan, pekerja tidak perlu lagi mengangkat botol yang sudah berisi air,
tetapi hanya perlu menggulingkannya ke posisi yang tepat pada bangku
tersebut. Cara ini adalah cara yang lebih ekonomis dan laik dibandingkan
dengan menambahkan lagi ban berjalan dari bagian akhir proses produksi
menuju ke tempat penyimpanan. Penambahan ban berjalan akan
membutuhkan investasi yang lebih besar apabila dibandingkan dengan
penambahan bangku dan jalur penggelindingan sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 1. Dengan adanya jalur penggelindingan yang miring ini, maka
akan mengurangi pengerahan tenaga oleh pekerja. Dengan demikian energi
yang dikerahkan untuk melakukan pekerjaan diharapkan akan semakin
rendah. Hal ini dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya setelah
rekomendasi ini diterapkan perusahaan.
kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai