Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR 1

REGULASI DAN HOMEOSTASIS DALAM TUBUH MANUSIA

OLEH:

1. DEANDIRA NOVITA .W. (14312241037)


2. GALIH WIDI ASTUTI (14312241040)
3. ASRI MAHARANI (14312241051)
4. ANA LESTARI (14312244003)
5. GADING HARTANTO (14312244007)
6. LINDA ANGGI FEBRI .Y. (14312244008)

PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikumbiologi dasar I yang berjudul “Regulasi dan Homeostasis dalam Tubuh
Manusia” disusun olehKelompok Itelah disetujui dan diarahkan pada :

Hari/tanggal :

Tempat :

Waktu :

Dosen Pembimbing,

Ekosari R,MPd

NIP

2
A. TUJUAN

1. Memberikan contoh regulasi dalam tubuh manusia.

2. Menjelaskan mekanisme termoregulasi manusia.

B. KAJIAN PUSTAKA

Homeostasis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan


kelangsungan hidup organisme di dalam suatu ekosistem dan juga secara khusus
menggambarkan kelangsungan hidup suatu sel-sel dalam suatu organisme,
homeostasis juga menunjukkan lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup sel-
sel. Semua system tubuh organisme saling bekerjasama untuk mempertahankan
homeostasis dalam tubuh kita.

Homeostasis dibutuhkan sel dan jaringan tubuh kita untuk dapat bekerja
dengan baik menghadapi stressor perubahan lingkungan eksternal. Adapun beberapa
mekanisme homeostasis yang penting antara lain thermoregulasi, osmoregulasi,
regulasi air dan elektrolit, serta glukoregulasi. Homeostatis mengenal dua jenis
keadaan konstan, yaitu

1. Sistem tertutup – Keseimbangan statis


Keadaan dalam,  tidak berubah seperti botol tertutup. Sistem
terbuka–Keseimbangan dinamik keadaan dalam, konstan walaupun sistem
ini terus berubah contohnya seperti sebuah kolam di dasar air terjun
Cannon mengajukan empat postulat penting dalam homeostasis, yaitu:
 Peran sistem syaraf dalam mempertahankan kesetimbangan antara
lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar.
 Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
 Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
 Suatu sinyal kimia dapat memberikan pengaruh yang berbeda
pada jaringan yang berbeda.

3
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi
merupakan elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya
hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood
animals).

Namun ahli-ahli Biologi menggunakan istilah ektoterm dan endoterm.


Pembagian golongan ini didasarkan pada sumber panas utama tubuh hewan tersebut.
Hewan ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan
(menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi,
tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota
invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan hewan endoterm adalah hewan
yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih
konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia
(Guyton,1993).
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk
mengatur panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme
perubahan panas tubuh  hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi.

Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu
benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan
melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.Radiasi
dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh,
radiasi sinar matahari.Evaporasi adalah proses kehilangan panas dari permukaan
cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas (Martini,1998).
Manusia memiliki rentan suhu normal manusia 36,4 dan 36,7 ˚C. Sedangkan suhu
lingkungan normal sekitar 27˚C.

Pada hasil pengamatan, suhu lingkungan dapat berada diatas 27˚C dan
mengalami perubahan di setiap kegiatan dapat disebabkan karena suhu merupakan
besaran yang sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar. Masing masing
tempat memilki keadaan yang berbeda beda, seperti ketinggian dari permukaan laut,
tekanan dan kelembapan udara. Jadi tempertur suatu ruang atau daerah dapat berubah
ubah menurut fungsi keadaannya.

4
Setelah praktikum, didapatkan hasil  bahwa terjadi peningkatan dan penurunan
suhu tubuh berdasarkan aktivitas. Hal ini terjadi dikarenakan suatu sistem
termoregulasi dalam tubuh, yaitu suatu sistem yang berfungsi mengendalikan naik
turunnya suhu tubuh berdasarkan perubahan suhu luar dan aktivitas yang dilakukan
oleh organisme. Masing masing organisme yang dalam hal ini adalah manusia , 
memilki respon tubuh terhadap perubahan suhu yang berbeda.

Berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia


1.Usia
     Regulasi suhu tidak stabil sampai anak – anak mencapai pubertas. Rentang
suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia
mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral
35º C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. 

Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 35ºC.  Lansia terutama
sensitive terhadap suhu eskrim, karena kemunduran mekanisme control, terutama pada
control vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar,
dan penurunan metabolism.

2. Olahraga

Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan


karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat lama,
seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41ºC.

3. Kadar Hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
daripada pria. Variasi tubuh dapat digunakan untuk memperkirakan masa paling subur
pada wanita untuk hamil.
4.Irama
SirkadianSuhu tubuh berubah secara normal 0,5 – 1 ºC selama periode 244
jam. Bagaimanapun suhu merupakan irama paing stabil pada manusia. Tapi pola suhu
tubuh tidak berubah secara otomatis pada orang yang bekerja malam hari dan tidur
siang hari. Perlu waktu 1 – 3 minggu untuk perputaran tersebut berubah. Secara umum
irama sirkadian tidak berubah secara usia.
5
5.Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
6.Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan hangat klien
mungkin tidak mungkin meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas
dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada diluar lingkungan luar tanpa baju hangat,
suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas
yang kondusif ( Potter dan Perry, 1997 ).
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior.  Terdapat tiga
komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh. Dari
perubahan keadaan lingkungan yang terjadi secara tiba tiba ataupun karena jenis
akitifitas yang dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih
tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari
organ-organ tubuh yang saling berhubungan.  Mamalia Memiliki dua jenis sensor
pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada
jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh.
(Swenson,1997).
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin
atau lebih panas. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit (Wasetiawan,2009).
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil
melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat

6
efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk
keseimbangan suhu tubuh (Wasetiawan,2009).
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk
mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat
lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Guyton,
1993)
Pada dasarnya, ketika terjadi perubahan dalam tubuh kita, ada 2 mekanisme
respon yang mungkin terjadi yaitu
a.       Umpan balik negatif, yaitu suatu proses yang terjadi ketika sistem tubuh kita
butuh diambatkan atau bahkan memberhentikan secara komplit suatu proses yang
sedang terjadi. Contoh ketika tekanan darah meningkat, reseptor di arteri karotis akan
mendeteksinya danmengirimkan sinyal ke otak. Otak kemudian akan mengirimkan
pesan ke jantung untuk memperlambat denyutnya sehingga aliran darah yang dipompa
lebih sedikit dan mengakibatkan penurunan tekanan darah.     
b.      Umpan balik positif, yaitusuatu resp[on untuk menimbulkan atau menguatkan
suatu proses fisiologis dan atau aksi dari suatu sistem. Rtespon ini biasanya
merupakan suatu proses siklik yang dapat terus berlanjut memperkuat suatu aksi atau
suatu proses sampai suatu respon umpan balik negatif mengambil alih.
Berikut adalah beberapa contoh proses regulasi :
1.Regulasi suhu tubuh ( Thermoregulasi )
Manusia merupakan makhluk homeothermik yang berarti dapat mengatur suhu
tubuh sendiri untuk mencapai suatu ekuilibrium (keseimbangan) sehingga suhu tubuh
cenderung konstan yang tidak banyak terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Enzim manusia bekerja efektif pada suhu 37 ºC. Pusat pengaturan suhu ada di otak

7
bagian hipotalamus. Terdapat beberapa efektor yang terlibat dimana antar mamalia
bervariasi. Temperatur diatur dengan beberapa mekanisme. Fluktuasi temperatur
dideteksi oleh reseptor yang disebut thermoreseptor, contohnya adalah kulit.
Jika kita terlalu panas atau dingin baik karena pengaruh dari lingkungan luar atau
dalam tubuh kita, maka thermoreseptor akan memgirimkan impuls saraf ke
hipotalamus. Selanjutnya hypothalamus akan mengirimkan pesan respon ke efektor
seperti kulit untuk meningkatkan atau mengurangi hilangnya panas dari permukaan
dengan:
a.    Peningkatan suhu tubuh direspon dengan berdirinya bulu rambut (piloereksi)
karena kontraksi otot-otot kulit sedangkan menurunnya suhu tubuh direspon dengan
pewnahanan panas tubuh dengan mendatarnya bulu rambut karena relaksasi otot-otot
kulit.
b.    Kelenjar-kelenjar di bawah kulit akan mensekresi keringat ke permukaan kulit
untuk meningkatkan hilangnya panas dengan evaporasi jika suhu tubuh meningkat.
Sekresi keringat akan berhenti jika suhu tubuh sudah kembali normal.
c.    Pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa lebih banyak
panas keluar tubuh (vasodilatasi) jika suhu tubuh meningkat, dan pembuluh darah
akan mengkerut (vasokonstriksi) untuk meminimalkan hilangnya panas lewat kulit
jika suhu tubuh sudah normal kembali.
Jika terjadi penurunan suhu yang berkepanjangan, maka hypothalamus akan
meningkatkan sekresi hormon TRH untuk menstimulasi pengeluaran TSH oleh
hipofisis yang akan menstimulasi kenaikan sekresi hormone tiroksin oleh kelenjar
tiroid. Hormon ini akan memacu metabolisme yang memiliki produk sampingan
energi panas. Selain itu,mekanisme non spesifik lain untuk mengatasi penurunan suhu
tubuh adalah dengan kontraksi otot-otot ekstremitas (menggigil) untuk memproduksi
panas.
2.      Regulasi cairan Tubuh ( Osmoregulasi )
Osmoregulasi adalah suatu proses untuk mempertahankan keseimbangan
cairan, air, dan elektrolit dalam tubuh kita. Spesifik, osmoregulasi adalah pengaturan
konsentrasi cairan di pembuluh darah dan secara efektif juga mengatur jumlah air
yang tersedia untuk diserap sel tubuh. Pengaturan homeostasis cairan tubuh dilakukan
dengan mekanismesebagai berikut:

8
a.    Perubahan konsentrasi cairan dideteksi oleh osmoreseptor sistem sirkulasi
ke hypothalamus untuk mengaktifkan umpan balik negative
b.    Hypothalamus kemudian mengirimkan sinyal kimiawi ke kelenjar
hipofisis untuk mensekresi hormon ADH (Anti Diuretika Hormone) yang
akan bekerja pada organ target ginjal dimana ginjal bertanggung jawab
untuk menstabilkan konsentrasi cairan tubuh.
c. Ketika hormon ADH mencapai organ target, terjadi perubahan pada ginjal
yaitu menjadi kurang atau lebih bersifat permeable terhadap air.

3. Pengaturan Kadar Glukosa Darah ( Glukoregulasi )

Ada 2 hormon yang berperan penting dalam pengaturan kadar glukosa darah yaitu
insulin yang dihasilkan oleh sel β islet langerhans pada pankreas dan glukagon yang
dihasilkan oleh sel α islet langerhans pada pankreas.Insulin akan menurunkan kadar
glikosa dalam darah dengan memasukkannya sel maupun merangsang hati untuk
menyimpan kelebihannya dalam bentuk glikogen. Sedangkan glukagon akan
menstimulasi hati untuk membongkar glikogen jika tubuh mengalami kekurangan
glukosa.

Pada saat istirahat, kira-kira 200ml Oksigen jumlah yang ada pada 1 Liter darah
yang dikonsumsi setiap menit. Selama olahraga berat,penggunaan oksigen dapat
meningkat hingga 30 kali lipat. Oleh karena itu harus ada mekanisme untuk
menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan metabolik. Irama dasar respirasi
dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula dan pons. Untuk menjawab tuntutan
tubuh irama ini dapat diubah. Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan otot
pernafasan. Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi sebagai respon impuls saraf yang
ditransmisi kepadanya dari pusat otak. Area penyampai impuls saraf ke otot
pernafasan terletak biateral dalam bentuk retikular batang otak,inilah yang disebut
pusat pernafasan.yang terdiri dari gugus neuron yang tersebar luas.Faktor-faktor  yang
mempengaruhi respirasi adalah :

a. kenaikan suhu tubuh karena kerja otot yang giat atau selama demam, kecepatan
respirasi bertambah. Rangsang dingin ysang tiba-tiba seperti misalnyaterjun ke
dalam air dingin menyebabkan apnea, yaitu penghentian sementara pernafasan.

9
b. Sakit  yang mendadak dan hebat mengakibatkan apnea, tetapi sakityang lama
menyebabkan penyesuaian penyakit dan menaikkan kecepatan respirasi.
c. Peregangan otot sfingter anal menaikkan kecepatan respirasi. Teknik ini
kadang-kadang dipergunakan untuk merangsang respirasi selama keadaan
darurat.
d. Iritasi faring atau laring karenassentuhan benda atau zat kimia menimbulkan
penghentian pernafasan dengan segera yang diikuti batuk.
Prinsip dasar dari penawaran (pasokan) dan permintaan mengatur ekonomi
metabolik. Sel tidak menghamburkan energi untuk membuat bahan tertentu
lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Mekanisme yang paling umum untuk
mengontrol hal ini ialah inhibisi umpan balik: Produk-akhir jalur anabolik
menginhibisi (menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal jalur. Hal
ini akan mecegah pengalihan intermediet metabolik utama yang sedang
digunakan untuk aktivitas yang lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel
juga mengontrol katabolismenya. Jika sel tersebut sedang bekerja keras dan
konsentrasi ATP-nya mulai menurun, respirasi akan semakin cepat. Ketika
terdapat banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi melambat,
mencadangkdan molekul organik yang bernilai itu untuk fungsi lain. Sekali
lagi, kontrol terutama didasarkan pada pengaturan aktivitas enzim pada titik
titik strategis dalam jalur kataboliknya (Kartika,2008)

C. SETTING KEGIATAN

 Tempat dan Waktu Praktikum


Tempat : Laboratorium IPA, FMIPA UNY
Waktu : Kamis, 20 November 2014
Jam : 11.00 – 12.40
 Bentuk kegiatan : Eksperimen
 Obyek Pengamatan : Naracoba 2 putri, 1 putra
 Alat dan Bahan :
 Alat : 1.Thermometer
2. Stop watch
3. Counter

10
4. Stetoskop
5. Tensimeter
 Langkah Kegiatan :

Menentukkan 3 orang naracoba ( 1 orang putra dan 2 orang putri ).

Mengukur suhu tubuh awal naracoba (sebelum melakukan aktifitas).

Mengukur frekuensi nadinya setiap menit sebagai frekuensi nadi awal.

Mengukur frekuensi respirasinya (inspirasi atau ekspirasinya) per menit.

Mengamati ada tidaknya keringat pada nara coba (menyatakan dengan tidak ada, sedikit,
banyak).

Meminta naracoba untuk melakukan aktivitas yang ringan (misalnya jalan di tempat )
selama 5-10 menit. Kemudian mengukur suhu tubuhnya, frekuensi nadinya dan
frekuensi respirasi naracoba tersebut.

Meminta kembali kepada naracoba untuk melakukan aktivitas yang lebih berat
(misalnya lari-lari, naik turun tangga) selama 5-10 menit.Kemudian mengukur suhu
tubuhnya, frekuensi nadinya dan frekuensi respirasi naracoba tersebut.

Meminta data dari dua kelompok yang lain.

11
Membuat tabulasi data dan mengorganisasikan data sehinngga tampak perbandingan
antara dua data dari putri dan putra.

Mendiskusikan dengan teman menggunakan referensi untuk menjelaskan fenomena


tersebut.

D. HASIL PENGAMATAN

Denyut Suhu Tensi


No Naracoba Aktivitas Pernapasan Keringat
Nadi Tubuh
Gading Normal 71 36,1 39 120/90 -
1. Usia: 18 th Ringan 80 36,2 43 110/90 -
BB: 56,5 kg Berat 102 37,4 51 120/100 +
Deandira Normal 62 36,1 31 120/90 -
Ringan 79 36,2 41 120/90
2. Usia : 19 th
Berat 110/90
93 36,4 50 -
BB : 59 kg
Galih Widia Normal 67 36,2 16 110/90
Ringan 82 36,3 18 110/90 -
3. Usia : 18 th
Berat 120,80
98 36,4 47 +
BB : 39 kg

KETERANGAN :

+ : Jumlah keringat sedikit

++ : Jumlah keringat agak banyak

+++ : Jumlah keringat banyak

pH keringat

1. Gading :5
2. Deandira :5
3. Galih :5

E. PEMBAHASAN

12
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui contoh sistem regulasi dalam tubuh
manusia dan mengetahui mekanisme thermoregulasi. Bentuk kegiatan yang dilakukan
adalah eksperimen dengan alat thermometer, stop watch, stetoskop dan tensi. Sedangkan
objek pengamatan pada eksperimen adalah tiga orang naracoba yang terdiri dari satu orang
putra dan dua orang putri.Dalam percobaan ini hal yang harus dilakukan adalah
mendapatkan data mengenai parameter yang berhubungan dengan regulasi tubuh (suhu,
frekuensi denyut nadi, frekuensi inspirasi dan produksi keringat ). Data tersebut diperoleh
dari objek 3 naracoba tersebut kemudian dibandingkan mengenai sistem regulasi tubuh
yang terjadi. Regulasi tubuh yang dibandingkan adalah pada saat tubuh tidak beraktivitas,
beraktivitas ringan dan beraktivitas berat.

Percobaan ini dilakukan oleh 2 naracoba perempuan dan 1 naracoba laki-laki,


naracoba 1 yaitu Gading, naracoba 2 Deandira dan naracoba 3 Galih. Langkah pertama
yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dengan pengukuran parameter pada saat tidak
beraktivitas (aktivitas normal) yang dilanjutkan dengan pengukuran saat beraktivitas
ringan dan beraktivitas berat.

Untuk aktivitas ringan naracoba melakukan kegiatan dengan jalan di tempat selama
5 menit. Sedangkan untuk aktivitas berat naracoba melakukan kegiatan dengan berlari dan
naik turun tangga dari lantai 1 sampai lantai 3 Laboratorium selama 5 menit atau sit up
selama 1 menit.

Sebelum beraktivitas, suhu tubuh, tensi, denyut nadi dapat dikatakan stabil untuk
masing-masing naracoba. Namun respirasi pada naracoba tiga hanya sebanyak 16 kali
selama satu menit. Hal tersebut berbeda dengan kedua naracoba yang memiliki inspirasi
sebanyak 39 dan 31 kali selama satu menit. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh
perbedaan daya tampung volume udara pada paru-paru atau berat badan.

Perubahan hasil pengukuran pada masing-masing parameter setelah melakukan


aktivitas ringan dengan aktivitas berat menunjukkan adanya sistem regulasi. Dengan
adanya perbedaan usia, jenis kelamin, serta aktivitas, merupakan faktor yang
memepengaruhi kerja sistem regulasi tubuh.

A. Suhu Tubuh

13
Sebelum beraktivitas ketiga naracoba memiliki suhu tubuh yang relatif sama. Hal
tersebut karena keadaan tubuh pada ketiga naracoba masih normal. Suhu tubuh pada
naracoba satu yang berjenis kelamin laki-laki memiliki suhu tubuh awal yang sama
dengan naracoba dua yang berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 36,1ᵒC.
Sedangkan pada naracoba tiga yang juga berjenis kelamin perempuan, tetapi dengan
berat badan yang lebih ringan dibanding pada naracoba perempuan kedua suhu
tubuhnya adalah sebesar 36,2ᵒ C. Setelah melakukan aktivitas ringan, suhu tubuh
masing-masing naracoba naik sebesar 0,1ᵒ C.
Kemudian setelah ketiga naracoba melakukan aktivitas berat, suhu tubuh
ketiganya naik kembali. Pada naracoba satu suhu tubuhnya menjadi 36,3ᵒC, pada
naracoba dua suhu tubuhnya menjadi 36,4ᵒC, dan pada naracoba tiga suhu tubuhnya
menjadi 36,4ᵒC.
Dari pengukuran suhu tubuh pada ketiga naracoba tersebut, terlihat bahwa semakin
berat aktivitas yang dilakukan, maka suhu tubuh setiap naracoba juga semakin tinggi.
Aktivitas tubuh yang semakin berat berakibat pada semakin tingginya suhu tubuh,
karena dengan aktivitas tubuh yang berat, kerja otot juga semakin giat. Pada saat kerja
otot tersebut semakin giat, maka otot memerlukan lebih banyak energi, sehingga tubuh
melakukan metabolisme lebih giat untuk menyuplai energi untuk otot yang berakibat
pada kenaikan suhu tubuh.
B. Tensi
Tensi darah sebelum beraktivitas, pada naracoba satu yang berjenis kelamin laki-
laki dan naracoba dua yang berjenis kelamin perempuan terukur tensi darahnya
sebesar 120/90. Sedangkan pada naracoba tiga yang berjenis kelamin perempuan
dengan berat badan yang lebih ringan dibanding dengan naracoba perempuan kedua
tensi darahnya terukur sebesar 110/90. Kemudian setelah melakukan aktivitas ringan,
tensi darah naracoba pertama justru menurun menjadi 110/90.Sedangkan pada
naracoba perempuan baik naracoba dua maupun naracoba tiga tensi darah mereka
sama dengan tensi darah awal pada masing-masing naracoba tersebut, yaitu pada
naracoba dua tensi darah tetap terukur sebesar 120/90 dan pada naracoba tiga tetap
110/90.
Untuk tensi darah setelah melakukan aktivitas yang berat, pada naracoba satu tensi
darahnya kembali naik menjadi sebesar 120/90, sama dengan ukuran tensi darah
awalnya. Sedangkan pada naracoba dua tensi darahnya justru menurun dari tensi darah

14
awal dan setelah melakukan aktivitas ringan menjadi sebesar 110/90. Dan pada
naracoba tiga tensi darahnya mengalami kenaikan pada tekanan sistol dan mengalami
penurunan pada tekanan diasatol dibanding dengan tensi darah awal dan tensi darah
setelah melakukan aktivitas ringan, yaitu menjadi sebesar 120/80.
Tensi darah yang tidak stabil dari sebelum melakukan aktivitas sampai dengan
setelah melakukan aktivitas ringan dan aktivitas berat pada ketiga naracoba
disebabkan karena pengukuran tensi darah tidak dilakukan tepat setelah naracoba
melakukan aktivitas baik ringan maupun berat, sehingga dimungkinkan adanya hasil
pengukuran yang tidak akurat. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian
dengan dasar teori yang menyatakan bahwa ketika tensi naik, jantung berusaha keras
untuk memompa darah keluar. Salah satu faktor penyebab naik turunnya tekanan
darah yaitu aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Sehingga seharusnya tensi darah pada ketiga naracoba
dari sebelum melakukan aktivitas hingga setelah melakukan aktivitas baik ringan
maupun berat mengalami kenaikan.

C. Frekuensi Respirasi
Sebelum beraktifitas, naracoba satu yang berjenis kelamin laki-laki memiliki
frekuensi respirasi sebanyak 39 kali per menit. Pada naracoba dua yang berjenis
kelamin perempuan memiliki frekuensi respirasi sebanyak 31 kali per menit. Dan pada
naracoba tiga yang berjenis kelamin perempuan yang memiliki berat badan yang lebih
ringan dibanding naracoba dua mamiliki frekuensi respirasi sebanyak 16 kali per
menit. Kemudian setelah melakukan aktivitas ringan, frekuensi respirasi masing-
masing naracoba mengalami kenaikan. Pada naracoba satu frekuensi respirasinya
menjadi 43 kali per menit, pada naracoba dua menjadi 41 kali per menit, dan pada
naracoba tiga menjadi 18 kali per menit. Dan setelah melakukan aktivitas berat,
frekuensi respirasi masing-masing naracoba kembali mengalami kenaikan, yaitu pada
naracoba satu frekunsi respirasinya menjadi 51 kali per menit, pada naracoba dua
menjadi 50 kali per menit, dan pada naracoba tiga menjadi 47 kali per menit.
Dari pengukuran frekuensi respirasi pada ketiga naracoba tersebut, ketiganya
mengalami kenaikan frekuensi respirasi dari sebelum melakukan aktifitas, setelah
beraktivitas ringan, sampai setelah melakukan aktivitas berat. Hal ini disebabkan
karena semakin berat aktivitas seseorang, maka semakin besar pula kebutuhan

15
Oksigen pada tubuh. Pemenuhan kebutuhan Oksigen tersebut dilakukan dengan
melakukan respirasi, sehingga semakin banyak kebutuhan Oksigen tubuh, semakin
banyak pula frekuensi respirasi untuk memenuhi kebutuhan Oksigen dalam tubuh
tersebut. Sedangkan perbedaan frekuensi tubuh pada setiap naracoba dalam keadaan
atau aktivitas yang sama disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin dan berat badan
pada setiap naracoba.
Naracoba dengan jenis kelamin laki-laki memiliki frekuensi respirasi yang
selalu lebih banyak dibanding naracoba perempuan dalam keadaan atau aktivitas yang
sama. Dan naracoba perempuan dengan berat badan yang lebih besar dibanding
dengan naracoba perempuan lain juga memiliki frekuensi respirasi yang lebih banyak
pula.
D. Keringat
Sebelum beraktivitas naracoba satu yang berjenis kelamin laki-laki dan
naracoba dua serta tiga yang berjenis kelamin perempuan tidak berkeringat sama
sekali. Setelah melakukan aktivitas ringan ketiga naracoba tetap tidak berkeringat.
Sedangkan setelah melakukan aktivitas berat ketiga naracoba berkeringat dengan
volume keringat yang sedikit. Keringat yang dihasilkan setelah beraktivitas berat
disebabkan oleh thermoreseptor memgirimkan impuls saraf ke hipotalamus.
Selanjutnya hypothalamus akan mengirimkan pesan respon ke efektor seperti kulit
untuk meningkatkan atau mengurangi hilangnya panas dari permukaan dengan
memerintahkan kelenjar-kelenjar di bawah kulit untuk mensekresi keringat ke
permukaan kulit untuk meningkatkan hilangnya panas dengan evaporasi jika suhu
tubuh meningkat. Sekresi keringat akan berhenti jika suhu tubuh sudah kembali
normal.
Keringat yang muncul kemudian diukur menggunakan kertas indikator
universal untuk mendapatkan nilai pH keringat naracoba. Pada ketiga naracoba
didapatkan pH keringat sebesar 5. Hal tersebut menandakan bahwa sifat keringat
ketiga naracoba adalah asam.
E. Denyut Nadi
Sebelum beraktivitas denyut nadi pada naracoba pertama yang berjenis
kelamin laki-laki adalah 71 kali per menit, pada naracoba kedua dan ketiga yang
berjenis kelamin perempuan masing-masing memiliki denyut nadi 62 kali per menit
dan 67 kali per menit. Sedangkan setelah melakukan aktivitas ringan naracoba

16
pertama adalah 80 kali per menit, naracoba kedua 79 kali per menit, naracoba ketiga
82 kali per menit. Pada aktivitas berat, denyut nadai naracoba pertama adalah 102 per
menit, naracoba kedua 93 per menit dan naracoba ketiga 98 per menit.
Perbedaan denyut nadi tersebut karena perbedaan jenis kelamin, berat badan,
usia dan jenis aktivitas. Aktivitas yang ringan hanya menyebabkan denyut nadi yang
sedikit karena suplai oksigen dalam tubuh normal. Sehingga denyut nadinya lambat.
Sedangkan pada aktivitas berat dibutuhkan oksigen yang lebih banyak sehingga
denyut nadi lebih cepat hal tersebut mengakibatkan darah yang terpompa lebih cepat
dan kebutuhan oksigen terpenuhi.
Saat setelah melakukan aktivitas ringan maupun berat, frekuensi denyut nadi
pada masing-masing naracoba mengalami kenaikan.Dan kenaikan ini menghasilkan
perbedaan jumlah denyut nadi yang terhitung selama satu menit.Ini menandakan
bahwa semakin berat aktivitas yang dilakukan, maka semakin tinggi frekuensi denyut
nadi. Ini sesuai dengan salah satu akibat dari teori umpan balik positif bahwa
pembuluh darah yang mengaliri kulit akan melebar untuk membawa lebih banyak
panas keluar tubuh jika suhu tubuh meningkat, sehingga ini mengakibatkan tekanan
darah menurun. Jika tekanan darah menurun, reseptor di arteri karotis akan
mendeteksinya dan mengirimkan sinyal ke otak. Otak kemudian akan mengirimkan
pesan ke jantung untuk mempercepat denyutnya sehingga aliran darah yang dipompa
lebih besar dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah
Naracoba berjenis kelamin laki-laki memiliki denyut nadi yang lebih cepat
dibandingkan naracoba yang berjenis kelamin perempuan. Namun pada percobaan
kedua saat naracoba melakukan aktivitas ringan terjadi kesalahan pengambilan data.
Diantara naracoba perempuan dan laki-laki, denyut nadi laki-laki jauh lebih sedikit
daripada denyut nadi naracoba perempuan, hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa denyut nadi laki – laki lebih cepat atau lebih banyak dari denyut
nadi perempuan.
Berdasarkan percobaan naracoba yang memliki berat badan yang lebih berat
denyut nadinya lebih lambat dibandingkan naracoba yang memiliki berat badan yang
lebih ringan. Hal ini dikarenakan lemak yang ada mempengaruhi cepat lambatnya
denyut nadi permenit. Usia juga mempengaruhi benyaknya denyut nadi persatuan
waktu. Pada naracoba perempuan terlihat bahwa naracoba yang berusia lebih muda

17
memiliki denyut nadi yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa semakin tua usia seseorang maka denyut nadinya semakin lamban.

F. KESIMPULAN

Dari percobaan kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Contoh regulasi dalam tubuh manusia antara lain:


a. Sistem ekskresi
Sistem ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa metabolism yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi oleh tubuh. Dalam percobaan ini menunjukkan ekskresi
yang dikeluarkan oleh organ ekresi berupa kulit yaitu keringat.
b. Sistem respirasi
Sistem respirasi yaitu perubahan frekuensi inspirasi dan frekuensi nadi.
c. Sistem termoregulasi
Sistem termoregulasi adalah perubahan suhu tubuh sebelum aktivitas dan
sesudah aktivitas.
2. Mekanisme thermoregulasi pada tubuh manusia :
a. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat
 Pembuluh darah mengembang sehingga memungkinkan panas
dibebaskan keluar (Vasolidasi).
 Kulit menerima instruksi dari hipotalamus, sehingga pori-pori yang
berada dikulit terbuka. Pori-pori ini merupakan tempat keluarnya
keringat.
 Apabila air peluh ( keringat ) menguap maka panas dapat terbebaskan ke
lingkungan sehingga suhu tubuh yang tadinya dingin menjadi lebih panas
karena suhu meningkat.
b. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun
 Hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme
untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas
 Termoreseptor pada kulit akan menaikkan suhu tubuh, lalu hipotalamus
pada otak akan mengatur suhu darah yang dilaluinya.
 Pembuluh darah akan menyempit untuk menjauhi kulit sehingga panas
tidak keluar terlalu banyak.
18
 Bulu kulit ditegakkan agar panas sukar dibebaskan yang diatur oleh
efektor.
 Mengurangi keringat yang diproduksi oleh kelenjar keringat.

G. SARAN
Pada percobaan ini, akan lebih baik jika :
1. Praktikan menggunakan alat yang lebih memadahi sehingga data lebih
akurat.
2. Praktikan melakukan pengambilan data langsung setelah beraktivitas.
3. Melakukan pengambilan data secara bersama-sama antara tensi,
termometer tubuh, denyut jantung, dan pernapasan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Basoeki, soejono.1999.Fisiologi Manusia.Malang: UNM

Campbell, dkk. 2002. BIOLOGI. Jakarta : Penerbit Erlangga

Dwidijoseputro, D. 1977. Pengatar Genetika. Jakarta: Bhratara

Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC. Jakarta.

Martini.1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.


Prentice  Hall International  Inc:New Jersey.

Pertiwi, Kartika Ratna. 2008. Hand Out Biologi Umum Regulasi Jurusan Pendidikan  
Biologi Semester 1. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi UNY

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Soewolo, dkk. 2003. FISIOLOGI MANUSIA . Malang : Universitas Negeri Malang


Press

Suripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung : ITB

Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing   Co. Inc : USA.

20
LAMPIRAN

Termometer

Tensi

21

Anda mungkin juga menyukai