Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOKIMIA

“KERATIN PADA BULU”

KELOMPOK 4
Disusun Oleh:

1. Novita Rahmawati (19312241012)


2. Anggra Dinda R.W.P (19312241014)
3. Sinta Rizki Rahayu (19312241030)
4. Anindiah Rizqi H (19312241037)

Pendidikan IPA A 2019

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah, serta Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah biokimia yang berjudul “Keratin Pada Bulu” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
biokimia serta untuk menambah wawasan mengenai “Keratin Pada Bulu” bagi para pembaca
dan juga bagi kami sendiri sebagai pembuat makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Das Salirawati selaku dosen biokimia
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 15 November 2021

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biokimia Jaringan terdiri atas jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan
jaringan syaraf. Jaringan epitel meliputi : 1.) Epidermis kulit yaitu yang terdapat pada
stratum korneum, protein utama penyusun terdiri atas keratin yang mengandung
albumin (sklero protein), sifatnya sukar larut, terdapat enzim proteolitik, mengandung
sistin sebanyak 20% (merupakan asam amino utama ), lemak, melanin merupakan
derivat tirosin serta distimulasi oleh MSH. 2.) Rambut, berbentuk α-keratin, dengan
kandungan sistein terbanyak, berbentuk spiral yang dapat membentuk rambut
keriting. Pembentukan rambut disebabkan karena adanya ikatan disulfida yang dapat
disambung dan diputuskan. 3.) Kuku 4.) Saluran pernafasan dan urinaria.
Ada 3 bagian jaringan ikat yaitu terdiri atas bahan dasar (Ground substance),
sel khusus Berupa serat/serabut. Bahan dasar ini yang disebut matriks ekstraseluler,
bentuk terdiri atas gel-air, garam, protein dan glikosaminoglikan. Matriks
ekstraseluler dalam membentuk jaringan ikat terdiri atas :
1. Protein struktural terdiri atas kolagen, elastin dan fibrillin
2. Protein khusus yang terdiri atas fibrillin, fibronectin dan laminin
3. Proteoglikan membentuk rantai panjang disakarida berulang
(glikosaminoglikan).
Jaringan ikat terdiri atas dermis kulit, selaput tendon dan otot. Jaringan ikat
sebagai penunjang pembuluh darah dan limfa, tulang, tulang rawan, gigi dan jaringan
serat. Peranan jaringan ikat berfungsi dalam mempertahankan organ tubuh, sebagai
barrier dan proses penyembuhan luka.
Protein Struktural yaitu yang memberikan struktur dan gerak, antara lain :
kolagen dapat menahan tekanan/regangan misal tulang, tendon, tulang rawan. Elastin
dapat meregang dalam 2 arah misalnya ligamen, karet dan dinding pembuluh darah.
Keratin bersifat kaku tidak larut, tidak dapat dicerna misalnya kuku, bulu dan tanduk.
fibrin terdapat pada serat sutra, sarang laba-laba dan resilin sayap serangga (Endah
Wulandari).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keratin?
2. Bagaimana karakteristik keratin?
3. Apa saja fungsi keratin pada bulu?
4. Bagaimana pentingnya keratin?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang keratin
2. Untuk mengetahui karakteristik keratin
3. Untuk mengetahui fungsi keratin pada bulu.
4. Untuk mengetahui pentingnya keratin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keratin
Keratin merupakan protein yang memiliki struktur tersier karena memiliki
ikatan sistin atau ikatan disulfida karena keratin merupakan asam amino yang terdiri
dari sistein. Tidak hanya sistein, keratin juga disusun oleh glisin, prolin dan serin.
Asam amino sistein mengandung sulfur yang dapat membentuk ikatan disulfida.
Ikatan sulfida mampu menghambat proses enzim proteolitik yang mendegradasi
keratin dan dapat menjadi penentu kekuatan mekanik dari keratin. Keratin banyak
dijumpai pada rambut, bulu, kuku, dan tanduk. Bulu ayam memiliki kandungan
keratin yang tinggi. Keratin pada bulu merupakan struktur protein yang berserat.
Kandungan keratin pada bulu ayam menurut Gupta et al. (2012), tersusun atas
beberapa asam amino, yaitu arginin, asam aspartat, glutamin, glisin, treonin, serin,
tirosin, leusin, isoleusin, valin, sistein, alanin, fenilalanin, metionin, prolin, dan
histidin.
B. Karakteristik Keratin
Keratin merupakan protein yang terdapat pada rambut dan kuku (Suprayitno,
2017). Keratin ini didefinisikan oleh sejumlah besar asam amino sistein. Dimana
sistein ini adalah asam amino yang mengandung sulfur (s) dan dapat membentuk
sulfur-sulfur (s-s). Isi asam amino dari keratin ditandai dengan konten sistin yang
tinggi. Aktivitas kimia dari keratin terhubung dalam derajat yang signifikan dengan isi
sistein. Ikatan disulfida yang terbentuk antara dua molekul sistein bertanggung jawab
atas kekuatan tinggi dari keratin dan ketahanan terhadap aksi enzim proteolitik. Ikatan
silang terbentuk antara asam amino sistin yang mengandung gugus -SH. Jika dua unit
sistem berikatan, maka terbentuklah sebuah jembatan disulfida -S-S melalui oksidasi-
oksidasi gugus -SH. Protein serat terbentuk sebuah jembatan dari molekul yang rapat
dan teratur berupa ikatan silang antara rantai-rantai asam amino yang berdekatan
sehingga molekul air sukar menembus struktur ini, oleh karena itu protein serat tidak
larut (hidrofobik). Ikatan sistin disulfida atau Keratin yang merupakan serat protein
yang banyak terdapat pada lapisan pelindung pada manusia atau hewan, seperti pada
kulit, rambut atau bulu (Pearson, 1987).

Gambar I Keratin (www.sigmaaldrich.com


Keratin merupakan protein struktural yang tidak larut dalam air yang
ditemukan pada bulu, rambut, kuku, tanduk dan jaringan epidermis lain yang
mengalami pengerasan. Polipeptidanya diikat padat dengan stabilitas yang kuat oleh
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik, serta rantai proteinnya dihubungkan oleh
beberapa ikatan disulfida yang memberi stabilitas mekanik tinggi dan tahan terhadap
pendegradasi protein lainnya seperti pepsin, papain, dan tripsin sehingga sulit
didegradasi (Tosik, 2007).

Gambar 2 Struktur Keratin (www.pgbeautygroomingscience.com)


Keratin berbentuk tiga dimensi yang memiliki lilitan a-heliks atau lipatan B
sheet, dan tersusun atas atom karbon yang berikatan dengan gugus fungsional (gugus
amin-NH2 dan gugus karboksil-COOH), atom hidrogen dan gugus R (sulfur) sesuai
pada Gambar 2 Kandungan karbon yang tinggi mengakibatkan keratin dapat bersifat
fleksibel dan hidrofobik. Keratin juga tersusun atas 8% jembatan sistein (ikatan
disulfida) yang merupakan penghambat enzim proteolitik biasa dalam mendegradasi
keratin dan menjadi penentu kekuatan mekanik dari keratin tersebut (Ketaren, 2008).
Protein keratin mengandung 14% sistin disulfida sebagai jembatan antar
molekul. Protein bulu ayam mempunyai ciri kaya akan asam amino bersulfur, sistin.
Adapun sifat fisik dari keratin adalah tidak larut dalam air. Keratin juga sulit larut
dengan pemanasan alkali dan tidak larut oleh enzim saluran pencernaan, bahwa ikatan
disulfida yang dibentuk antar asam amino sistin menyebabkan protein ini sulit dicerna
oleh enzim proteolitik dalam saluran pencernaan. Selain ikatan disulfida, masih
terdapat ikatan lain yaitu ikatan ester, ionik dan hidrogen.
Material yang kaya akan protein a-keratin adalah rambut, wool, sayap kuku.
Cakar, duri, sisik, tanduk, kulit penyu dan lapisan kulit sebelah luar. Sedangkan
material yang kaya dengan protein ß-keratin adalah sutera, bulu dan jaringan laba-
laba. Bulu ayam termasuk protein keratin dengan struktur a-helix. Keratin ini yang
terdapat di dalam kandungan bulu ayam yang dapat diekstraksi untuk digunakan
dalam berbagai keperluan (Feughalman, 1997).
Keratin tidak dapat larut dalam air dan senyawa organik. Sifat kimia keratin
adalah asam dan basa lemah. Hal ini ditandai dengan kandungan sistein dalam urutan
asam amino keratin dan dapat dihidrolisis dengan asam, dikurangi dan dioksidasi.
Kekuatan ikatan keratin dipengaruhi oleh dua molekul sistein yang terikat oleh ikatan
disulfida. Fraksi protein keratin digunakan dalam formulasi krim perawatan anti-
kerut, pelurus rambut sulfit, conditioner sampo dan perawatan pribadi lainnya (Gupta,
2012).
C. Fungsi Keratin pada Bulu
Keratin memberikan kekuatan pada jaringan. Kemudian pada sel, keratin terdiri dari
filamen menyusun sitoskeleton (Ahern, Kevin et al, 2021).
D. Pentingnya Keratin
Keratin merupakan struktur yang penting dan memiliki fungsi sebagai pelindung yang
berada di jaringan epitel. Beberapa keratin ditemukan pada bagian tubuh yang
memiliki fungsi sebagai pengatur aktivitas sel, seperti pertumbuhan sel dan sintesis
protein.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keratin merupakan protein yang memiliki struktur tersier karena memiliki
ikatan sistin atau ikatan disulfida karena keratin merupakan asam amino yang
terdiri dari sistein.
2. Karakteristik keratin yaitu terdiri dari asam amino sistein, memiliki ikatan
disulfida, tidak mampu larut dalam air dan senyawa organik, berbentuk tiga
dimensi yang memiliki lilitan a-heliks atau lipatan B sheet, tersusun atas atom
karbon yang berikatan dengan gugus fungsional, dan dapat dihidrolisis oleh
asam.
3. Keratin memiliki fungsi memberikan kekuatan bagi jaringan dan berfungsi
menyusun sitoskeleton.
4. Keratin tergolong penting karena sebagai pelindung yang berada di jaringan
epitel. Selain itu, juga sebagai pengatur aktivitas sel, seperti pertumbuhan sel
dan sintesis protein.

B. Saran
Saran bagi penulis agar kajian pustaka dalam penjabaran materi dapat lebih
ditingkatkan baik dari segi bobot isi maupun kualitas dengan menambah banyak
sumber literatur yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, Kevin, Indira Rajagopal, dan Taralyn Tan. 2021. Structure and Function- Protein II.
Diakses melalui https://bio.libretexts.org pada tanggal 16 November 2021 pukul 7.12
WIB.
Feughelman, Max.1997. Mechanicał Properties and Structure of Alpah-Keratin Fibres.
Sydney: University of New South Wales Press.
Gupta, Arnun., Nuruldiyanah Binti Kamarudin., Chua Yeo Gek Kee and Rosli Bin Mohd
Yunus. 2012. Extraction Of Keratin Protein From chicken Feather. Journal Chemical
Engineering. Vol. 6
Ketaren, N. (2008) Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Sebagai Sumber Protein Ayam
Pedaging Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Medan: Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Pearson, Colin. 1987. Conservation Marine Archeological Objects. British: Butterworth.
Walida, Hilwa. 2021. Proses Isolasi Bakteri Keratinolitik. Jakarta:CV Literasi Nusantara
Abadi.
Warung Sains Teknologi. 2020. Kumpulan Riset dan Inovasi Anak Bangsa di Bidang Sains
dan Teknologi. Jakarta:Guepedia.

Anda mungkin juga menyukai