Anda di halaman 1dari 14

BIOLOGI SEL

MATRIKS EKSTRASELULER DAN DINDING SEL

Disusun oleh :

1. Adelia Rahayu (1730207046)


2. Ayu Firanda (1730207055)
3. Desti Fratiwi (1730207062)
4. Eri Sinta (1730207069)
5. Indah Fitriyani (1720207077)
6. .Rangga Geni (1720207097)

Dosen Pembimbing :

Ummi Hiras Habisukan, S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah Biologi Sel ini dengan baik yaitu
mengenai “Matriks Ekstraseluler dan Dinding Sel”.

Dengan selesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari ujuk ajar dosen
pembimbing bidang studi serta bantuan dari semua pihak yang turut serta dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih, juga kepada kedua orang tua yang
selalu memberi semangat maupun material yang sangat menunjang keberhasilan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan dan penyusunan makalah ini belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga
kepada semua pembaca.

Palembang, 01 Desember 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaringan hidup tidak hanya akumulasi dari sel-sel padat. Sebagian besar volume
jaringan yang terdiri dari ruang ekstraseluler (extra-berarti ‘luar’ atau ‘melampaui’,
seperti dalam extraterrestrial). Kekosongan ini diisi dengan anyaman rumit yang
disebut matriks ekstraseluler.
Alih-alih menjadi bahan pengisi inert, seperti kemasan styrofoam sekitar
pengiriman barang pecah belah, matriks ekstraseluler adalah komponen fisiologis
aktif dinamis dari semua jaringan hidup. Selain memberikan dukungan struktural
untuk sel tertanam dalam sebuah jaringan, matriks ekstraseluler memandu divisi
mereka, pertumbuhan, dan perkembangan. Dengan kata lain, matriks ekstraseluler
sangat menentukan bagaimana jaringan terlihat dan berfungsi.
Walaupun tidak memiliki dinding sel seperti sel tumbuhan, sel hewan memiliki
matriks ekstraseluler (MES) atau extracellular matrix (ECM). Bahan penyusun utama
MES adalah glikoprotein yang disekresikan oleh sel. Glikoprotein merupakan protein
yang berikatan secara kovalen dengan karbohidrat yang biasanya berupa gula rantai
pendek. Glikoprotein yang paling melimpah dalam sel hewan adalah kolagen, yang
membentuk serat-serat kuat di luar sel. Faktanya, sekitar 40% dari total protein dalam
tubuh manusia merupakan kolagen. Serat kolagen tertanam dalam jejaring yang
merupakan jaringan proteoglikan. Suatu molekul proteoglikan terdiri dari satu protein
inti kecil dengan banyak rantai karbohidrat yang terikat secara kovalen, sehingga 95%
molekul tersebut bisa berupa karbohidrat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan matriks ekstraseluler (MES) ?
2. Bagaimana struktur, komponen dan fungsi MES hewan ?
3. Bagaimana struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang matriks ekstraseluler (MES)
2. Untuk mengetahui struktur, komponen dan fungsi MES hewan
3. Untuk mengetahui struktur, komponen dan fungsi MES tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN

A. MATRIKS EKSTRASELULER
Matriks ekstraseluler (bahasa Inggris: extracellular matrix, ECM) merupakan
komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan sifat yang unik pada kulit
dari elastisitas, daya rentang dan pemadatannya. ECM merupakan komponen paling
besar pada lapisan kulit dermis. Matriks ekstraseluler dapat memengaruhi bentuk sel,
kelangsungan hidup sel, perkembangbiakan sel, polaritas dan kelakuan sel. Sebagian
besar sel perlu melekat ke matriks ekstraseluler untuk tumbuh dan berkembangbiak.
Sebagian besar sel hewan, tumbuhan maupun organisme unisel, mengeluarkan
senyawa ke daerah diluar membran plasma. Secara umum, senyawa tersebut di beri
nama Matriks ekstraseluler (MES). Senyawa ini memiliki beraneka peran. MES yang
dihasilkan sel hewan mempunyai struktur sangat bervariasi, contoh kerangka elastin
dan tendon, tulang rawan, dan unsur penyongkong lapisan epitelium. Pada tumbuhan,
MES membentuk dinding yang mengelilingi dan mempertautkan sel-sel jaringan
tumbuhan. MES sel prokariota membentuk dinding sel.
Meskipun memiliki fungsi yang bermacam-macam, namun fungsi utama MES
adalah sebagai penyonkong. Komponen penyusun MES terdiri atas substansi dasar
dan serabut-serabut. Perbedaan sifat antara MES ditentukan oleh perbandingan dan
jenis komponen penyusunnya.
B. MATRIKS EKSTRASELULER HEWAN
Komponen matriks ekstrasel (MES) hewan, seperti halnya MES organisme
lainnya, terdiri atas serabut-serabut dan substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan
terdiri atas kolagen, elastin, dan retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas
proteoglikan dan glikoprotein.
1. Serabut Matriks Ekstrasel Hewan
Serabut terbanyak yang berada di MES adalah kolagen. Selain kolagen
terdapat pula serabut elastin dan retikulin. Kolagen merupakan serabut semi kristal
yang mengikat sel-sel pada tempatnya, memberi daya tahan, dan kekenyalan MES.
Selain itu juga, berpengaruh pada kelincahan sel. Kolagen dijumpai pada semua
hewan, dari sponge sampai chordat. Pada vertebrata, kolagen merupakan protein
terbanyak dalam tubuh. Pada avertebrata, serabut kolagen terutama dijumpai di MES
sponge dan lapisan kutikula integumentum nematoda.
Kolagen terdiri atas tropokolagen. Setiap tropokolagen terdiri atas tiga rantai
polipeptida yang disebut rantai a. Masing-masing rantai mengulir kekiri, namun
ketiganya mengitari sumbu pusat dalam uliran kekanan. Struktur molekul
tropokolagen ditentukan oleh komposisi asam amino terutama glycine, proline, dan
hydroxyproline, yang membantu memantapkan rangkaian tiga ulir dengan jalan
menggunakan ikatan hidrogen sebagai ikatan antar rantai.
Sampai saat ini diketahui bahwa terdapat empat jenis kolagen. Komponen
penyusun keempat jenis kolagen ini tidak banyak berbeda. Perbedaan terletak pada
kandungan glycine dan asam-asam aminonya. Sebagian besar kolagen disintesis oleh
sel-sel turunan mesenkim. Seperti halnya protein yang akan disekresikan, kolagen
disintesis pada polisom yang terkait pada retikulum endoplasma (RE)dengan
polipeptida awal menembus membran RE. Hydroxypoline dan hydroxylisine
ditambahkan kerantai prokolagen dengan bantuan enzim hydroxyprolyl dan
hydroxylisyl hidroxykilase. Kedua enzim tersebut dijumpai didalam sisterna RE.
Galaktosil dan glukosil transferese yang berada pula didalam sisterna RE
berperan untuk menambahkan galaktosa dan glukosa pada rantai awal prokolagen.
Perakitan prokolagen diawali di RE, kemudian dengan jalan penuntasan diangkut ke
aparatus golgi, selanjutnya mendapat tambahan karbohidrat. Dari golgi, dibawa oleh
granula sekretoris kearah membran sel, untuk disekresikan.
Setelah berada diruang antarsel, prokolagen segera dirakit menjadi serabut
kolagen dengan bantuan enzim prokolagen peptidase. Enzim-enzim ini memotong
bagian peptida yang tidak mengulir dari prokolagen-prokolagen. Tiga buah
prokolagen dirakit menjadi sebuah tropokolagen. Segera tropokolagen-tropokolagen
terakit, mereka saling berikatan membentuk serabut kolagen.
2. Substansi Dasar Matriks Ekstrasel Hewan
Substansi dasar yang mengelilingi kolagen terdiri atas proteoglikan. Senyawa
ini berbeda dari glikoprotein karena kandungan karbohidrat molekul-molekul
kelompok tinggi. Beberapa proteoglikan memiliki karbohidrat 95% dari berat kering
keseluruhan.
Proteoglikan terdiri atas rantai polipeptida sebagai sumbu, padanya terkait
molekul-molekul karbohidrat. Molekul tersebut terikat dengan ikatan kovalen pada
sumbu. Pada umumnya, rantai karbohidrat terikat pada protein sumbu dengan ikatan
serin, kadang-kadang dijumpai pula ikatan ke treonin. Tipe karbohidrat primer yang
terikat pada proteoglikan adalah glikosaminoglikan (GAG) yang terdiri atas rantai
tidak bercabang dan tersusun dari untaian sepasang monosakarida. Glikosaminoglikan
berasal dari glukosamin atau galaktosamin yang merupakan monosakarida dengan
gugus amin dan glikan yang berarti polisakarida. Banyak gula beramin pada GAG
yang membentuk proteoglikan, gula beramin diubah dengan penambahan gugus
sulfat. Sejumlah kecil kelompok karbohidrat yang mirip glikoprotein dapat pula
terikata pada sumbu polipeptida. Proteoglikan merupakan salah satu substansi dasar
jaringan ikat, contohnya tulang, kornea, dan tulang rawan.
Gabungan asam hialuronat-proteoglikan dan proteoglikan berikatan langsung
dengan kolagen membentuk MES. Perbandingan antara substansi dasar dengan
serabut kombinasi khusus antara molekul kolagen dan proteoglikan menentukan
kekuatan MES. Contohnya tulang rawan yang bersifat lunak dan lembut MES-nya
memiliki proteoglikan dalam jumlah besar. Tendon yang bersifat liat dan elastis,
sebagian besar terdiri atas kolagen. Gabungan dan perbandingan antara kolagen,
proteoglikan, dan mineral menghasilkan suatu struktur yang memiliki kepadatan dan
kekerasan istimewa maupun kekenyalan dan daya tahan tinggi terhadap tekanan.
Kristal mineral yang terendapkan dalam MES tersusun berlapis-lapis.
Proteoglikan dijumapai ditempat-tempat kolagen yang berada dalam MES.
Pada hewan vertebrata, proteoglikan dijumpai dalam jumlah besar di tulang rawan,
50% merupakan gabungan proteoglikan-asam hialuronat, misalnya pada zalir yang
mengelilingi oosit mamalian, zalir tersebut berperan untuk menambah kekentalan, dan
menjaga serta mempertahankan volume folikel.
Selain sebagai substansi dasar yang mengelilingi kolagen, proteoglikan juga
merupakan tempat melekatnya sel-sel jaringan ikat. Sel-sel menggunakan
proteoglikan sebagai landasan gerakan amoebaid saat berpindah tempat. Penempelan
sementara pada proteoglikan sangat penting selama perkembangan embrio. Gerakan
dan perpindahan sel dapat terjadi apabila terdapat perubahan jenis proteoglikan yang
mengelilingi sel tersebut.
Kolagen dan proteoglikan membentuk anyamanan kuat dari banyak serabut
yang berhubungan dan berikatan dengan reseptor permukaan sel, langsung atau
perantaraan fibrinektin, laminin dan protein penghunbung lainnya. Banyak reseptor
permukaan sel yang termasuk kelompok integrin mengikatkan MES ke rangka sel,
sehingga terbentuk suatu sistem berupa jaring-jaring yang terentang dari dalam sel ke
sekelilingnya.
C. MATRIKS EKSTARSEL TUMBUHAN
Seperti halnya MES hewan, MES tumbuhan atas serabut atau serat yang
dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut penyusun tumbuhan adalah selulosa,
sedangkan substansi dasar yang mengelilingi terdiri atas kelompok karbohidrat dan
glikoprotein. MES tumbuhan lebih di kenal dengan dinding sel.
Dinding sel tumbuhan memberikan kekuatan kepada jaringan tumbuhan,
melindungi sel dari gangguan mekanik, dan sebagai penghalang bagi masuknya
bakteri patogen atau jamur. Hanya beberapa sel, yang tidak memiliki dinding sel.
Misalnya sel endosperm. Pada awal perkembangannya, dinding sel sangat lunak,
lentur, dan mudah mulur. Dinding tersebut merupakan dinding primer yang
memanjang seiring dengan bertambah besar dan dewasanya jaringan tumbuhan.
Selama dan sesudah pemanjangan sel, bahan dinding sel ditambahkan pada
permukaan membran sel sehingga menghasilkan ketebalan dan kekuatan pada dinding
sel sekunder. Struktur dinding sel primer yang sangat sederhana, terdiri atas satu
lapisan bahan homogen. Dinding sel sekunder memiliki struktur berupa lapisan rumit
yang terdiri atas beberapa lapisan dengan beragam bentuk tak hingga.
1. Serabut Matriks Ekstrasel Tumbuhan
MES tumbuhan didominasi oleh serabut selulosa. Selulosa terdiri dari untaian
lurus glukosa. Senyawa tersebut memiliki sifat sukar larut. Pada dinding sel, untaian
molekul selulosa tersusun sejajar satu dengan yang lain membentuk serabut yang
disebut mikrofibil selulosa. Diantara mikrofibil selulosa terdapat pula polimer dari
glukosa dengan heksosa yang lain. Pada dinding sel fungi dan algae, terdapat kalosa
yang merupakan polimer dari glukosa dan heksosa lain. Dinding sel algae berisi
polimer murni dari xylosa, manosa, atau glukosa.
2. Substansi Dasar Matriks Ekstrasel Tumbuhan
Substansi dasar MES (dinding sel) tumbuhan adalah kelompok karbohidrat
dan glikoprotein. Kelompok karbohidrat terdiri atas dua macam polisakarida yaitu
pektin dan hemiselulosa.
a. Pektin merupakan polisakarida yang bercabang, terdiri atas poros asam
galakturonat atau campuran asam galakturonat dan ramnosa. Akibatnya pektin
memiliki PH rendah (asam). Hal ini penting untuk pembuatan daya ikat elektrostatik
antara dengan glikoprotein yang terdapat di dinding sel. Struktur pektin yang sangat
bercabang-cabang, memungkinkan pektin mampu menangkap molekul air dan
membentuk gel. Gel inilah yang mampu memberikan kekuatan pada dinding sel
tumbuhan.
b. Hemiselulosa merupakan kelompok molekul yang sangat bervariasi, terdiri atas
untaian glukosa atau xylosa sebagai poros.
Senyawa glikoprotein yang menjadi substansi dasar dinding sel tumbuhan antara lain
ekstensin, pektin dan lignin. Ekstensin mirip dengan kolagen pada MES hewan. Kadar
ekstensin dalam dinding sel berkisar 1-10%. Pada dinding sel yang sedang tumbuh
kadar ekstensin sangat rendah. Glikoprotein lain yang berada dalam dinding sel
dikenal dengan nama pektin, molekul yang mengikat karbohidrat dengan berbagai
derajat kekhususan. Lignin merupakan bahan tidak larut yang dirakit dari kelompok
alkohol menjadi struktur bercabang. Lignin hanya terdapat pada kayu batang
tumbuhan yang termasuk Angiospermae dan Gymnospermae.
Susunan serabut selulosa dalam dinding primer berbeda dari dinding sekunder. Pada
dinding primer susunan serabut tidak teratur, sedangkan pada dinding sekunder,
serabut selulosanya tersusun lebih teratur. Mereka hampir tersusun sejajar satu dengan
yang lain.
D. JARINGAN
Jaringan meruapakan kelompok kerja sel-sel pembentuk tubuh organisme
multisel. Kelompok kerja ini tidak hanya terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa
substansi yang di sekresikan oleh sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang
disebut MES inilah yang memberi kekuatan pada jaringan.
1. Jaringan tumbuhan
Tumbuhan merupakan organisme yang cenderung menetap, dengan jaringan
yang bersifat kaku dan sel penyusunnya berada di dalam kotak-kotak yang berdinding
tebal. Dinding sel (MES) tersebut yang memberi kekuatan kepada jaringan tumbuhan.
Pada tumbuhan terdapat 3 sistem jaringan yaitu jaringan dasar, jaringan dermal dan
jaringan vaskuler.
a. Jaringan dasar merupakan jaringan pengemas dan penyongkong. Selain itu
jaringan dasar juga befungsi untuk mengolah dan menyimpan makanan. Terdapat 3
macam jaringan jaringan dasar, yaitu jarinagna parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
b. Jaringan dermal merupakan jaringan pelindung. Jaringan ini tersusun atas sel-sel
yang dikemas rapat satu dengan yang lain.
c. Jaringan vaskuler terdiri atas dua macam jaringan yaitu xilem yang berfungsi
untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun dan floem berfungsi
untuk mengangkut senyawa organik dari daun keseluruh tubuh tumbuhan.
2. Jaringan Hewan
Seperti halnya jaringan tumbuhan, jaringan hewan juga terdiri atas sel-sel dan
MES. Susunan komponen jaringan ini sangat bervariasi. Dalam beberapa jaringan,
MES sangat banyak, contohnya peritoneumdan tualang. Namun dalam beberapa
jaringan yang lain MES sedikit sekali, contohnya epitelium dan otot. Secara umum
jaringan hewan dibedakan menjadi empat macam yaitu jaringan pengikat, epitelium,
otot dan saraf.
Di dalam jaringan pengikat, MES atau substansi antara sel sangat banyak, sedangkan
dalam tiga jaringan yang lain MES sedikit boleh dikatakan tidak ada. Satu diantara
tiga jaringan hewan yang memiliki MES sedikit yaitu jaringan epitelium.
E. DINDING SEL
Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi
(jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda. Dinding
sel hanya dimiliki oleh sel tumbuhan, sehingga menyebabkan sel tidak dapat bergerak
dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat
positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan
penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan
air yang masuk ke dalam sel.Sel yang dikelilingi oleh dinding sel atau sekresi lainnya
tidak terisolasi. Sel ini tetap berinteraksi dengan sel lainnya atau dengan
lingkungannya. Dalam spesies multisel, interaksi ini melalui sel junctional, yaitu
struktur yang menghubungkan sel dengan sel lain dan dengan lingkungannya. Sel
mengirimkan dan menerima ion, molekul, atau sinyal melalui junction ini. Beberapa
jenisnya membantu sel dalam mengenal dan berlekatan satu sama lain atau dengan
matriks ekstraseluler.
Pada tumbuhan, jembatan disebut plasmodesmata (tunggal: plamodesma)
berkembang menembus dinding primer kedua sel berhadapan, menghubungkan
sitoplasma sel. Zat seperti air, ion, nutrien, dan molekul sinyal dapat mengalir secara
cepat dari sel ke sel melalui plasmodesmata. Terminal bar (junctional
complex) kebanyakan ada pada jaringan hewan.Terminal bar merupakan serangkaian
bentuk pengkhususan dari membran sel berbentuk sebagai : zonula occludens, zonula
adhaerens, dan serangkaian desmosome. Tight junction pada terminal bar mempunyai
struktur khas, yaitu menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada permukaannya.
Daerah zonula adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-sifat
sebagai macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi
zonula occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang
dibatasi oleh epitel bersangkutan, sedangkan fungsi zonula adhaerens adalah untuk
pelekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain seperti
pada otot jantung.
Di antara dua buah sel epitel yang berdekatan biasanya terdapat daerah kontak
yang spesifik, dan disebut pertautan sel (Junctional complex). Ada 3 jenis pertautan
sel yaitu (i)tight junction atau ocluding junction atau taut kedap, (ii) adhering
junction atau taut lekat, dan (iii) gap junction atau taut rekah.
1. Tight Junction
Pada tight junction, menghubungkan sel-sel di permukaan dan rongga dalam hewan.
Junction ini merapatkan sel sehingga cairan tidak dapat melaluinya. Ada dua jenis
yaitu :
a. Zonula ocludens.
Zonula atau sabuk bila tautan melingkari seluruh sel. Zonula ocludens adalah taut
kedap yang meluas mengelilingi permukaan apikal sel, sehingga tampak menyerupai
sabuk. Zonula ocluden tersusun atas komponen-komponen berupa partikel-partikel
protein dari masing-masing membran sel yang saling berhubungan dan bertautan.
Zonula ocludens berfungsi (i) sebagai penutup pada bagian apikal dari ruang intersel
sehingga molekul-molekul yang larut dalam air tidak bisa lewat, (ii) sebagai perekat
diantara sel-sel yang bersebelahan sehingga memungkinkan organ yang dibentuk oleh
sel-sel ini dapat meregang tanpa terjadi kerusakan sel atau ruang intersel. (iii) sebagai
barrier untuk mencegah terjadinya diffusi protein dari luar sel (pada permukaan
apikal)
b. Fasia ocludens.
Fasia atau pita bila tautan hanya menempati daerah kecil pada permukaan sel atau
dinding lateral sel. F. ocludens mirip dengan Z. ocludens, namun bentuknya berbeda,
dimana pada fasia ocludens berbentuk pita terputus-putus. Fasia ocludens dijumpai
pada sel-sel endotel yang melapisis pembuluh darah, kecuali kapiler darah pada otak,
sel-sel endotelnya dilekatkan oleh zona ocludens. Dengan perlekatan yang terputus-
putus ini, maka sel endotel kapiler darah memungkinkan terbentuknya cairan jaringan
dan keluarnya leukosit dari kapiler (ocludens membatasi pori-pori kapiler).
2. Adhering Junction
Merupakan tipe tautan sel yang tersebar luas dalam jaringan yang mengikat sel sel
yang bersebelahan dengan sangat erat dimana unit-unit struktural seperti sitoskeleton,
membran sel dan matriks ekstraselluler ikut terlibat mengadakan hubungan. Pada
Adhering junction disusun atas dua jenis protein yaitu (i) intercelluler attachment
protein yang menghubungkan elemen spesifik dari sitoskeleton. Baik filament aktin
maupun filamen intermediat dengan kompleks tautan, (ii) transmembran linker yang
merupakan glikoprotein interseluler yang berbentuk filamen yang saling menganyam.
Adhering junction berfungsi (i) untuk mengatur lumen dan luas permukaan sel (ii)
memelihara ketegangan membran sel, dan (iii) mengatur konstraksi bagian apikal sel.
Adhering junction banyak dijumpai pada jaringan tubuh yang secara subjektif banyak
mengalami tegangan mekanis yang berat seperti jantung, epitel kulit, dan epitel leher
rahim. Adhering junction dibedakan atas tiga yaitu:
a. Zonula Adheren
Zonula adherens atau sabuk lekat: Z. adherens merupakan jenis tautan yang terdapat
pada jaringan epitel dan non epitel dan dibawah ocludens terlihat dalam berbagai
bentuk berupa titik-titik kecil yang menghubungkan filamen aktin dari sel yang
bersebelahan. Pada sel-sel epitel terlihat sebagai sabuk dan disebut sebagai adhesion
belt. Posisi z. adheren biasanya terletak di tengah dari tautan yang ada, yaitu di atas
adalah z. ocludens dan di bawahnya terdapat desmosom. Struktur yang membentuk
adherins junction adalah transmembran linker glikoprotein, filamen intermedian (10
nm) yang menyebar dari daerah tautan ke dalam matriks sitoplasma sel dan membran
plasma terpisah pada jarak 10-15.
b. Makula adherens atau desmosom
Desmosom terletak di bawah z. adherens dan merupakan struktur yang memegang sel
berdekatan, dimana setiap sel membentuk setengah desmosom. Struktur yang
membentuk desmosom adalah (i) cytoplasmiq plaque, (ii) filamen intermediat yang
jenisnya tergantung pada tipe sel yang membentuknya misalnya filamen keratin pada
jaringan epitel, filamen desmin pada jantung, filamen vemetin pada membran otak
(iii)membran sel, dan (iv) transmembran linker glikoprotein.
c. Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan struktur yang terbentuk apabila terjadi tautan antar sel
dengan membran basalis. Terlihat hanya setengah desmosom yang terbentuk.
3. Gap Junction
Junction ini berada diantara sel-sel epitelium yang berdampingan. Struktur Gap
junction mirip porus nukleus dan memungkinkan seluruh bagian sel untuk merespon
stimulus tunggal. Contohnya, dalam otot jantung, sinyal kontraksi mengalir dari sel ke
sel melalui gap junction sehingga sel berkontraksi sebagai satu unit. Dengan adanya
gap junction ini dapat terjadi komunikasi langsung dari dua sel yang berdekatan
bersatu membentuk saluran yang menghubunkagn kedua sel tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan disimpulkan bahwa matriks
ekstraseluler merupakan komponen paling besar pada kulit normal dan memberikan
sifat yang unik pada kulit dari elastisitas. ECM merupakan komponen paling besar
pada lapisan kulit dermis. Komponen matriks ekstrasel (MES) hewan, seperti
halnya matriks ekstraseluler (MES) organisme lainnya, terdiri atas serabut-serabut
dan substansi dasar. Serabut-serabut MES hewan terdiri atas kolagen, elastin, dan
retikulin. Sedangkan substansi dasarnya terdiri atas proteoglikan dan
glikoprotein. matriks ekstraseluler (MES) tumbuhan atas serabut atau serat yang
dikelilingi oleh substansi dasar. Serabut penyusun tumbuhan adalah selulosa,
sedangkan substansi dasar yang mengelilingi terdiri atas kelompok karbohidrat dan
glikoprotein. matriks ekstraseluler tumbuhan lebih di kenal dengan dinding sel.
Jaringan meruapakan kelompok kerja sel-sel pembentuk tubuh organisme multisel.
Kelompok kerja ini tidak hanya terdiri atas sel-sel saja, tetapi juga berupa substansi
yang di sekresikan oleh sel-sel serabut ke sekelilingnya. Substansi yang disebut MES
inilah yang memberi kekuatan pada jaringan. Sel junctional, yaitu struktur yang
menghubungkan sel dengan sel lain dan dengan lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Issoegianti, R, SM., dkk. 2011. Biologi Sel. Jakarta : Universitas Terbuka

Starr, Cecie., dkk. 2012. Biologi Kesatuan dan Keanekaragaman Makhluk Hidup. Jakarta:

Salemba Teknika

Yatim, Wildan.1996. Biologi sel. Bandung: Tarsito

Anda mungkin juga menyukai