Anda di halaman 1dari 22

TEKNOLOGI BESI BAJA

PROSES PEMBUATAN TINPLATE

Disusun Oleh :

Ade Amalia Hidayati (3335170005)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018/2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wadah logam dalam bentuk kotak atau cangkir emas digunakan pada zaman
kuno sebagai lambang prestise. Teknik pengalengan makanan sebagai upaya
pengawetan bahan pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu
pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan
Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810
yang dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris
menciptakan kaleng.
Industri kemasan kaleng tinplate di Indonesia telah dirintis sejak lama, dan
hingga kini masih memperhatikan perkembangan cukup baik. Jumlah pabrik
kaleng tidak banyak bertambah dan saat ini tercatat sekitar 84 pabrik dan tersebat
di beberapa kota besar seperti Medan, Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Ujung Pandang. Pada umumnya perusahaan-
perusahaan tersebut telah berdiri sejak lama dan pada umumnya didirikan dalam
rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan sebagaian kecil saja yang
berbentuk Penanaman Modal Asing (PMA). Dari 84 perusahaan tersebut yang
tergolong cukup besar hanya beberapa perusahaan saja seperti PT United Can Co,
PT Ancol Terang Metal Printing, PT Cameta Can, PT Jasa Lestari Mandiri, PT
Multi Makmud Indah Lestari, PT.LATINUSA, PT Putra Dharma dan PT
Indonesia Multi Colour Printing.
Kemasan kaleng tinplate itu sendiri adalah kemasan kaleng yang terbuat dari baja
lembaran berlapis timah berbentuk silinder yang umum digunakan untu kemasan
makanan dan minuman. Kemasan ini terdiri dari badan dan alas, terbuat dari baja
lembaran lapis timah, tutup terbuat dari baja lembaran lapis timah atau
alumunium yang digunakan sebagai wadah yang hermatis untuk makanan dan
minuman tidak berkarbonat dan berkarbonat. Kemasan tinplate yang digunakan
memang beragam, industri susu dan produk turunannya menggunakan ukuran
yang berbeda walau produksinya sejenis. Mengingat pentingnya peran cold
rolling mill dikehidupan sehar-hari maka dirasa perlu untuk mengetahui
bagaimana proses pembuatan tinplate pada PT. Krakatau Steel.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui cara pembuatan tinplate di PT.LATINUSA.
2. Dapat mengetahui rangkaian proses dan alat yang digunakan pada pembuatan
tinplate PT.LATINUSA.
3. Dapat mengetahui teknologi yang digunakan dalam pembuatan tinplate
PT.LATINUSA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinplate

Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat kemasan
kaleng, terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini berupa
lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-0.5 mm
dan kandungan timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng.
Digunakan untuk produk yang mengalami sterilisasi.

Di dalam perkembangannya ada beberapa jenis kaleng yaitu kaleng baja


bebas timah (tin-free steel), kaleng 3 lapis (three pieces cans) dan kaleng lapis
ganda (two pieces cans). Plat timah atau tin plate adalah lembaran atau gulungan
baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15 – 0.5 mm. Kandungan timah putih
pada kaleng plat timah berkisar antara 1.0-1,25% dari berat kaleng, seperti
terlihat pada Gambar 6.1 . Kandungan timah putih ini bisanya dinyatakan dengan
TP yang diikuti dengan angka yang menunjukkan banyaknya timah putih,
misalnya pada TP25 mengandung timah putih sebanyak 2.8 g/m2, TP50 = 5.6
g/m2, TP75 = 8.4 g/m2 dan TP100 =11.2 g/m2.

Kaleng bebas timah (tin-free-steel=TFS) adalah lembaran baja yang tidak


dilapisi timah putih. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk pengalengan
makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT), yaitu lembaran
baja yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga terbentuk khromium oksida
di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu
harganya murah karena tidak menggunakan timah putih, dan daya adhesinya
terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat lebih
tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada kedua belah permukaannya
(permukaan dalam dan luar).
Gambar 1. Penampang melintang lembaran kaleng (Syarief et al., 1989)

Kaleng Tipe L = Low Metalloids adalah kaleng yang mempunyai daya


korosif rendah, sehingga dapat digunakan untuk makanan yang berasam tingi.
Kaleng tipe MR (Medium Residual) dan tipe MC (Medium Metalloids Cold
Reduces) adalah kaleng yang mempunyai daya korosif rendah sehingga
digunakan untuk makanan berasam rendah. Kaleng dengan lapisan timah yang
tebal digunakan untuk makanan dengan daya korosif yang tinggi.

Tabel 1. Komposisi kimia (kisaran dan persentase maksimum) dari beberapa


jenis kaleng.
2.2 Bahan Baku Pembuatan Tinplate

2.2.1 Tin Mill Black Plate (TMBP)

Sebagian besar bahan baku yang digunakan oleh PT. Latinusa masih
didatangkan dari manca negara, yaitu dari Jepang dengan NIPPON STEEL
dan Korea Selatan dengan POSCO hanya sebagian kecil saja yang disuplai
oleh PT. Krakatau Steel lewat CRM. Pemesanan TMBP dilakukan empat
bulan sebelum tinplate yang sudah jadi dikirimkan kepada customer. Hal
ini dikarenakan butuh waktu sekitar tiga bulan untuk mendatangkan TMBP
yang pengirimannya dilakukan lewat jalan laut dan butuh waktu satu bulan
untuk proses produksi.

2.2.2 Timah

PT. Latinusa mempunyai tin melting furnace yang menggunakan cara


heating electric. Timah merupakan bahan terpenting kedua setelah TMBP,
namun timah dapat kita peroleh dengan pasokan dari dalam negeri
sehingga dibutuhkan waktu yang lebih pendek dari pemesanan TMBP.
Pada bagian ini timah putih murni (Sn) yang didatangkan dari PT. Timah
dilebur untuk kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu yang sesuai untuk
bagian plating. Kadar kemurnian timah dari PT. Timah mencapai 99,99 %
sehingga sangat baik kualitasnya. Adapun spesifikasi furnace yang ada
dibagian anoda casting ini adalah:

 melting capacity : 600 kg/jam


 working temperature : 350 oC
 halding capacity : 2000 kg
 electrical power : 90 kW
2.2 Bahan Pendukung Pembuatan Tinplate
Proses pelapisan timah disamping membutuhkan dua komponen yang
penting TMBP dan timah juga memerlukan bahan – bahan kimia penunjang
lainnya yang mempunyai fungsi tertentu sehingga didapatkan tinplate yang
mempunyai kualitas unggul. Bahan – bahan tersebut harus dijaga batas
konsentrasinya karena kekurangan dan kelebihan dalam pengunaannya dapat
menyebabkan terjadinya defect pada permukaan tinplate.
2.2.1 NaOH (Natrium Hidroksida)

Larutan NaOH ini ditempatkan di bagian cleaning dan berfungsi untuk


menghilangkan kotoran – kotoran (contaminant) yang berupa minyak,
grease dan debu yang ada di permukaan strip agar tidak terjadi defect pada
saat dilakukan proses plating. Konsentrasi minimum NaOH yang
digunakan dibagian cleaning adalah 6 oz/gal. Temperatur larutan
dianjurkan berkisar antara 70 – 85 oC.

2.2.2 H2SO4 (Asam Sulfat)

Selain adanya berbagai macam kotoran yang berupa minyak, grease


dan debu pada permukaaan strip juga sering dijumpai adanya oksida logam
(karat) yang tidak dapat dihilangkan oleh bagian cleaning, maka untuk
menghilangkannya dipergunakan H2SO4 (asam sulfat) yang juga berfungsi
untuk mengkasarkan permukaan strip agar pori – pori terbuka sehingga
daya lekat terhadap proses plating menjadi lebih baik. Asam sulfat yang
digunakan di bagian pickling mempunyai konsentrasi 5 – 10 %.
Temperatur di pickling adalah temperatur ambient.

2.2.3 PSA (Phenol Sulfat Acid)

Larutan ini digunakan di bagian utama proses, yaitu bagian plating dan
berfungsi untuk meningkatkan konduktifitas larutan serta mencegah
terjadinya oksidasi Sn 2+. menjadi Sn 4+. Konsentrasi PSA yang
digunakan berkisar antara 12 – 20 g/l.

2.2.4 Stannoun Sulfate

Stannous Sulfate merupakan sumber awal ion timah dalam larutan.


Pada saat pembuatan larutan baru, penambahan stannous sulfate tidak perlu
dilakukan setelah penambahan awal karena efesiensi anoda untuk
mengganti kehilangan timah akibat terbawa strip. Konsentrasi Sn 2+ dalam
larutan antara 25 – 30 g/l. Hasil yang baik mungkin didapat jika kerapatan
arus tidak terlalu tinggi dan ini erat kaitannya dengan kondisi temperatur.

2.2.5 ENSA (Ethoxylated Naphhtol Sulfonic Acid)

Penggunaan ENSA dimaksudkan untuk membuat lapisan timah


menjadi mengkilap, setelah mengalami proses melting (reflow). Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi terhadap udara digunakanlah sulfonic N-
120 yang menghasilkan busa (foam) di permukaan larutan.

2.2.6 Na2Cr2O7 (Sodium dikromat)

Larutan ini terdapat di bagian chemical treatment yang bertujuan untuk


mendapatkan strip yang lebih tahan terhadap oksidasi dan tahan terhadap
goresan (abrasive). Penambahan unsur ini dikarenakan tinplate akan
mengalami proses penyimpanan (storage) dalam kurun waktu tertentu
sehingga dengan adanya lapisan cromium akan mencegah terjadinya
oksidasi.

2.2.7 DOS (Dioctye Sebokate)

DOS ini digunakan di bagian oiling dan berguna untuk melindungi


lapisan timah terhadap goresan dan untuk membantu pada saat proses
laquaring dan printing.
2.3 Proses Produksi Tinplate
Metode pelapisan timah (tinplating) yang dilakukan oleh PT. Latinusa adalah
dengan kontinyus proses yang menggunakan cara vertikal (Ferrostan), artinya
semua proses yang dilakukan di dalam sebuah tanki. Pada proses ini strip
(lembaran pelat baja yang berjalan) dilewatkan melalui conductor roll dibagian
atas dan sink roll di bagian bawah tanki. Pada proses pelapisan timah
digunakanlah prinsip elektrolisis, dimana strip yang akan dilapisi dengan timah
diberikan muatan negatif (sebagai katoda) dan timah itu sendiri sebagai positif
(anoda) yang akan dialiri dengan arus listrik.
2.3.1 Electrolytic Tinning Line (ETL)
Secara umum ETL yang digunakan di PT. Latinusa dapat dibagi kedalam
tiga bagian yang penting. Bagian – bagian itu antara lain:
1. Entry Section
Entry section merupakan bagian awal dari proses Electrolytic Tinning
Line (ETL) yang melayani pelepasan coil dari TMBP menjadi strip dan
menyiapkan strip untuk digunakan dalam proses produksi yang akan
berlangsung secara terus – menerus. Bagian ini terdiri dari mesin –
mesin dan peralatan yang sesuai untuk pelepasan coil (uncoiling)
menjadi strip, penghantar strip ke bagian lain, pengukuran tegangan
strip, melakukan pengontrolan sisi strip, mengontrol agar posisi strip
tetap berada di tengah roll dan memotong ujung strip serta melakukan
penyambung ujung – ujung strip. Proses dan kegiatan yang dilakukan
oleh entry section dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pay off reel 1&2
Mandril yang terdapat di pay off reel dengan dikendalikan oleh
sistem hidrolik dapat expand dan collaps pada saat coil
dimasukkan. Hal ini dimaksudkan agar coil tetap kokoh dan tidak
bergeser dari posisinya selama proses uncoiling. Dengan bantuan
threading belt yang mengandung magnet, strip akan dihantar ke
pinch roll yang berfungsi menarik strip dan mendorongnya menuju
double cut shear untuk dipotong ujungnya. Dari double cut shear
dengan bantuan carry over belt strip akan dihantar menuju welding
machine untuk dilakukan proses penyambungan.
b. Welding Machine
Penyambungan strip di welding machine dapat dilakukan dengan
cepat. Arus listrik dialirkan melalui dua bidang strip dengan
elektroda tembaga yang berbentuk roda – roda. Strip juga berfungsi
sebagai tahanan yang akan menyebabkan timbulnya panas sehingga
menyebabkan terjadinya proses penyambungan dua ujung strip.
Welding machine seperti ini dapat melumerkan tumpukan dua ujung
strip yang dipertemukan sehingga ketebalan las kurang dari
ketebalan kedua sheet dan tidak memiliki overlap yang menonjol.
c. Entry loop tower
Entry loop tower berfungsi untuk mengkompensasikan keadaan
pada saat penyambungan strip agar kecepatan strip di process
section tidak mengalami perubahan pada saat proses produksi
sedang berjalan normal, entry loop menyimpan strip yang datang
dari bagian entry.
d. Side Trimmer
Pisau potong pada bagian ini terdiri dari 2 pasang pisau roll di sisi
kanan dan kiri. Pengaturan pisau roll atas ketajamannya dilakukan
dengan sebuah engkol dan roda gigi berputar pada arah radial dan
sebuah ulir pada arah aksial untuk menyesuaikan pada ketebalan
dan lebar strip.
2. Proses Section
a. Cleaning
Proses cleaning ini berlangsung secara elektrolisis. Arus listrik DC
dialirkan pada strip melalui conductor roll dan sepasang gride akan
memberikan muatan yang berlawanan terhadap larutan elektrolit.
Muatan yang diberikan pada strip dapat berupa muatan negatif
maupun positif dan larutan yang digunakan adalah NaOH.

Gambar 2. Proses elektrolisis di cleaning


b. Picking
Tujuan dari proses pickling adalah untuk menghilangkan oksida
logam dan karat yang terdapat pada permukaan strip dan
mengkasarkan permukaan strip sehingga daya lekat terhadap
pelapisan timah menjadi lebih baik. Asam sulfat (H2SO4) yang
digunakan di bagian pickling ini mempunyai konsentrasi 5 – 10 %.
Besar temperatur larutan pickling adalah sama dengan temperatur
lingkungan.
c. Plating Section
Proses elektrolisis dari plating merupakan bagian dari proses kimia
di mana larutan dialiri arus listrik sehingga terjadi proses pelapisan
timah. Proses Electrolytic plating dapat berlangsung bila terdapat
larutan, logam yang dilapisi 2 elektoda dan sumber arus yang searah
(DC) seperty baterai, rectifier.
Gambar 3. Proses elektrolisis di plating
d. Marking
Pada strip yang mempunyai ketebalan coating yang berbeda akan
mendapatkan penandaan agar mudah dibedakan antara sisi satu
dengan yang lainnya. Proses penandaan dilakukan dengan
menggunakan roll – roll yang bermotif dan berfungsi untuk
menempelkan larutan ”tanda” dengan permukaan strip.
e. Reflow Melting
Strip yang sudah dilapisi dengan timah akan mempunyai
permukaan buram. Untuk membuat permukaan yang mengkilap,
strip perlu dipanaskan kembali di atas temperatur 232 oC, setelah
timah mulai mencair strip langsung didinginkan kembali secara tiba
– tiba pada temperatur yang berkisar antara 49 – 71 oC. Hal ini yang
akan menghasilkan permukaan strip mengkilap dan juga dapat
mencegah terjadinya korosi pada permukaan strip.
f. Chemical Treatment
Pada proses chemical treatment bahan yang digunakan adalah
sodium dicromat. Untuk menghasilkan proses chemical treatment
yang optimum, maka temperatur larutan harus selalu berada di antar
49 – 54 oC dengan konsentrasi 20 – 30 g/l dan pH di antara 4 – 5.
Setelah proses chemical treatment maka sangat perlu untuk
mengadakan rinsing dengan air yang baik untuk membersihkan
semua larutan chemical tretment yang masih melekat pada strip.
g. Tin Coating Gauge (FAG)
Alat ukur ini memakai prinsip photo dengan menggunakan dua
buah sinar radiasi yang ditembakkan pada strip yang sudah dilapisi
dengan timah. Tujuannya dari pengukuran ini adalah untuk
mengetahui apakah lapisan timah (coating) telah sesuai dengan
pesanan.
h. Oiling
Oiling adalah pemberian lapisan oli tipis pada permukaan strip.
Lapisan ini menimbulkan efek pelumasan pada permukaan strip
untuk melindungi dari berbagai macam gesekan seperti abration
dan scrath pada operasi selanjutnya.
3. Exit Section
Exit section merupakan bagian akhir dari proses ETL yang berfungsi
untuk menampung atau menggulung kembali strip yang sudah diproses
menjadi tinplate menjadi coil. Proses dan kegiatan yang dilakukan exit
section dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Exit loop tower
Menyediakan strip pada saat terjadinya proses penyambungan,
maka exit loop tower ini menampung strip yang datang dari bagian
proses saat terjadinya pemotongan coil pada bagian exit section.
b. Visual inspection mirror
Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan defect pada permukaan
tinplate secara visual, caranya adalah dengan melakukan
pengamatan langsung strip yang sudah dilapisi lewat secara vertikal
di antara dua buah cermin kanan kiri untuk memperjelas dalam
pengamatan maka pada bagian ini juga dilengkapi dengan dua
lampu ETL dan dua buah lampu strobo.
c. Automatic pinhole detector
Tujuan dari pemeriksaan pada bagian ini adalah untuk mendeteksi
adanya defect yang tidak dapat dideteksi pada bagian visual
inspection seperti pinhole, arc burn dan lain – lainnya.
d. Cut shear auto & manual
Setelah gulungan strip pada coil mencapai jumlah tertentu (sesuai
dengan setting) maka dilakukan pemotongan secara automatic pada
bagian ini, apabila suatu waktu sistem auto ada masalah kita dapat
menggunakan sistem manual.
e. Recoiler
Untuk menampung strip yang sudah dilapisi (tinplate) maka pada
bagian exit ini strip digulung kembali pada recoiler (tinplate) di
bagian exit. Recoiler ini terdapat dua buah yang bekerja secara
bergantian sehingga proses ETL dapat berjalan dengan kontinyu.
2.3.2 Shearing Line
Produksi tinplate yang dihasilkan oleh PT. Latinusa selain dalam bentuk
coil juga terdapat dalam bentuk sheet atau lembaran. Pada bagian
shearing line ini dilakukan pemotongan strip menjadi lembaran –
lembaran dengan ukuran panjang sesuai dengan pesanan. Ada beberapa
bagian penting dari shearing line:
1. Pay off reel
Seperti halnya pada bagian ETL, pay off reel juga berfungsi sebagai
uncoiler, yaitu melepaskan gulungan strip dari coil-nya. Dalam bagian
ini recoiler dilengkapi dengan treading belt yang mengandung magnet.
2. Visual inspection
Pada bagian shearing line ini juga dilakukan pemeriksaan cacat yang
terdapat pada permukaan strip yang berasal dari ETL. Pemeriksaan di
sini berfungsi untuk menentukan klasifikasi dari sheet yang dihasilkan.
Klasifikasi ini adalah berdasarkan mutunya:
a. PRIME
b. AWW
c. UAWW (Unassorted Waste Waste)
d. PULPCOIL
3. Automatic Inspection (Pinhole Detector)
Adanya cacat kecil pada permukaan strip yang biasanya tidak dapat
dideteksi oleh bagian visual inspection maka bagian automatic
inspection dapat pula mendeteksi ketebalan strip. Berdasarkan
pengamatan pada bagaian ini, maka mutu sheet dapat dibedakan
berdasarkan mutu prime dan scrap.
4. Drum shear
Drum shear ini berguna untuk memotong sheet dalam ukuran panjang
sesuai pesanan customer. Alat potong di sini terdapat dua roll atas dan
bawah, untuk mendapat potongan yang panjang, maka kecepatan
putaran diperlambat dengan mengatur setting dan programnya.
5. Sheet clasifier
Bagian sheet classifier ini berguna untuk mengatur masuknya sheet ke
dalam piler – piler yang sesuai.
6. Piler/Box
Piler ini berguna untuk menempatkan lembaran (sheet) sesuai dengan
mutunya. Piler di bagian ini terdapat 4 buah. Piler nomor 1 untuk sheet
yang berlubang atau welding. Piler nomor 2 untuk sheet yang akan
disortir kembali sedangkan untuk piler nomor 3 dan 4 khusus untuk
sheet yang bermutu paling baik.

Gambar 4. Electrolytic Tinning Line


BAB III

KESIMPULAN

Berikut adalah kesimpulan dari proses produksi tinplate, yaitu:


a. Pelat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat
kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah.
b. Bahan baku pembuatan tinplate adalah Tin Mill Black Plate (TMBP) dan
timah.
c. Bahan pendukung pada pembuatan tinplate adalah NaOH (Natrium
Hidroksida), H2SO4 (Asam Sulfat), PSA (Phenol Sulfat Acid), Stannoun
Sulfate, ENSA (Ethoxylated Naphhtol Sulfonic Acid), Na2Cr2O7 (Sodium
dikromat) dan DOS (Dioctye Sebokate).
d. Proses pembuatan tinplate terdapat 2 proses penting yaitu Electrolytic
Tinning Line (ETL) dan Shearing Line.

Anda mungkin juga menyukai