LANDASAN TEORI
5
6
3. Die Casting, yaitu jenis pembentukan yang cetakannya terbuat dari logam.
Sehingga cetakannya dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang
dicor ialah logam non-ferrous.
4. Invesment Casting, yaitu jenis pembentukan yang polanya terbuat dari lilin
(wax), dan cetakannya terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang
biasa menggunakan jenis pembentukan ini ialah benda coran yang
memiliki kepresisian yang tinggi misalnya rotor turbin.
memadatkan pasir disekitar pola. Pola ini dibuat sedikit lebih besar karena untuk
mengatasi penyusutan pada saat proses pengerasan terjadi. Pasir yang digunakan
harus memiliki kelembaban dan mengandung suatu bahan pengikat supaya bentuk
pola bertahan lama. Pada Praktikum Teknik Pembentukan Material Laboratorium
Teknik Mesin Universitas Gunadarma pasir yang digunakan yaitu pasir silika
dengan bahan pengikat berupa water glass.
Pada rongga cetakan membentuk suatu permukaan luar dari produk cor.
Selain itu pada permukaan dalam produk cor ditentukan melalui inti (core).
Proses pengecoran logam cetakan pasir ini harus dilakukan secara hati-hati
saat penuangan logam yang mana akan menyebabkan beberapa macam cacat pada
hasil produk cor yang telah dibuat. Cetakan pasir untuk pembentukan benda
tuangan melalui pengecoran harus dibuat dan dikerjakan sedemikian rupa dengan
bagian-bagian yang lengkap sesuai dengan bentuk benda kerja sehingga diperoleh
bentuk yang sempurna sesuai dengan yang kita kehendaki. Berikut bagian-bagian
dari cetakan pasir (sand casting) antara lain meliputi:
1. Pola (pattern), merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat.
Pola dapat dibuat dari kayu, plastik (polimer) atau logam. Pemilihan
material pola tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi
dimensi, jumlah produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan,
yang nantinya akan dibentuk pada cetakan pasir dalam bentuk rongga atau
yang disebut mold jika model ini dikeluarkan yang di dalamnya akan
dituangkan logam cair.
2. Inti (core), merupakan bagian khusus yang memiliki lubang atau rongga
seperti pada blok mesin kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan
inti. Inti ditempatkan dalam rongga cetak sebelum penuangan untuk
membentuk permukaan bagian dalam produk dan akan dibongkar setelah
cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas
baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak rapuh).
3. Cope, merupakan bagian atas dari cetakan pasir untuk menutup cetakan
pasir pada pencetakan pola hingga pasir mengeras membentuk sesuai pola.
4. Drag, merupakan bagian bawah dari cetakan pasir untuk menutup cetakan
9
pasir pada pencetakan pola hingga pasir mengeras membentuk sesuai pola.
5. Rongga Cetakan (Cavity), merupakan ruangan tempat logam cair yang
dituangkan ke dalam cetakan. Bentuk rongga ini sesuai dengan pola yang
sudah dibuat sebelumnya.
6. Sistem saluran masuk (Gatting System), merupakan saluran masuk ke
rongga cetakan dari saluran turun, bisa memiliki lebih dari satu tergantung
ukuran rongga cetakan yang akan dituangkan logam cair.
7. Saluran turun (Sprue), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi
vertikal, bisa memiliki lebih dari satu tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
8. Penambah (Riser), merupakan lubang pengeluaran yang disediakan untuk
mengalirnya sisa lelehan logam cair dari dalam cetakan serta sedikit reserve
larutan logam cair. Selain itu berguna dalam mengisi kembali rongga
cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
Komponen-komponen utama untuk pembuatan cetakan tersebut diatas
merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan cetakan untuk
pengecoran logam.
4. Pasir Olivine
Pasir ini didapatkan dengan cara menghancurkan batu yang membentuk 2MgO,
SiO2 dan 2FeOSiO2. Memiliki daya hantar panas yang lebih besar dibanding
pasir Silika.
5. Pasir Chromite
Pasir Chromite (FeCr2O4) yang berwarna hitam memiliki ketahanan panas yang
sangat baik, tidak beraksi dengan logam cair dan memiliki panas yang baik.
2. Pola Terpisah
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga
cetak dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentuk produk yang dapat
dihasilkan rumit dari pola tunggal.
3. Match-piate pattern
Jenis ini populer yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu”
dengan suatu bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang
berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan
bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan
laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
Selain itu juga terdapat jenis-jenis pola dari bahan yang dibuat, yaitu:
1. Pola Kayu
Pola ini terbuat dari kayu dengan penggunaanya sesuai dengan ketentuan
dan akurasi dimensi yang ditentukan juga.
Kelebihan pola dari bahan kayu yaitu:
a. Digunakan untuk pola yang bentuk dan ukurannya rumit.
b. Mudah didapat.
c. Mudah dikerjakan (proses pengerjaannya mudah).
d. Harganya murah.
Kekurangan pola dari bahan kayu yaitu:
a. Tidak bisa mengerjakan produksi massal.
b. Sering terjadi penyusutan.
2. Pola Logam
Kelebihan pola dari bahan logam yaitu:
a. Bisa digunakan untuk produksi missal.
14
b. Mudah didapat.
Kekurangan pola dari bahan logam yaitu:
a. Tingkat kesulitan pengerjaan .
b. Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk maupun ukurannya.
3. Pola Resin Sintetis
Kelebihan pola dari bahan resin sintetis yaitu:
a. Dapat digunakan untuk bentuk dan ukuran yang rumit.
b. Biasanya untuk produksi massal.
Kekurangan pola dari bahan resin sintetis yaitu:
a. Harganya relatif mahal dan sulit didapat.
Tujuan dari gatting system ini adalah untuk mengatur kecepatan aliran
logam cair ke dalam rongga cetakan, sehingga cetakan terisi secara sempurna. Dan
juga agar slag logam cair tidak ikut masuk kedalam rongga cetakan. Selain pola
benda coran dan pola gatting system kita juga memerlukan pola riser atau pola
16
2.4.1 Flux
Flux yaitu bahan yang ditaburkan pada permukaan aluminium cair secara
merata yang bertujuan agar gas hidrogen tidak dapat masuk kedalam aluminium
20
cair. Ada 4 macam flux yang dipakai dalam membuat produk alumunium menjadi
lebih baik dalam hal sifat-sifat fisik ataupum mekanik, yaitu:
1. Covering fluxes, digunakan untuk mencegah hidrogen masuk kedalam
alumunium cair.
2. Cleaning fluxes, untuk menghilangkan kandungan padat nonmetalik dari
alumunium cair.
3. Drossing-off fluxes, digunakan untuk memperbaiki logam alumunium dari
drosses.
4. Degassing fluxes, dimasukan kedalam alumunium cair untuk
menghilangkan gas yang terjebak dalam alumunium cair yang dapat
menyebabkan porositas.
2.4.2 Tapping
Proses tapping adalah penuangan logam cair dari tungku kedalam ladel yang
dilakukan setelah logam alumunium mencair dan telah ditaburi dengan flux pada
permukaan alumunium agar gas hydrogen tidak dapat masuk ke dalam alumunium
cair. Dalam proses penuangan logam cair dari tungku kedalam ladel harus berhati-
hati dengan menempatkan ladel pada corong tungku supaya logam cair yang
dituangkan tidak terbuang keluar dari tungku.
2.4.3 Pouring
Proses pouring adalah proses penuangan logam cair dari ladel kedalam
cetakan. Dalam proses penuangan logam cair ke dalam cetakan ini tidak boleh
terputus sampai cetakan pasir tersebut benar-benar terisi penuh oleh logam cair dan
21
jika ada sisa, logam cair tersebut dituangkan kedalam wadah yang telah
dipersiapkan dan sudah di couting. Setelah selesai penuangan, logam cair tersebut
kita tunggu sampai membeku dengan waktu kurang lebih sekitar 30 menit. Pada
proses pouring terdapat beberapa teknik yang benar yaitu:
1. Sehalus Mungkin
Aliran tuangan cairan logam dari ladel ke cawan tuang mesti berjalan secara
halus. Penuangan yang halus untuk menghindari masuknya cairan logam ke
dalam cavity cetakan secara bergejolak. Cairan yang masuk secara halus
akan menghasilkan aliran yang searah.
2. Secepat Mungkin
Meskipun cairan yang dituangkan memiliki suhu tinggi, namun cairan
tersebut akan drop puluhan derajat celcius hanya dalam hitungan
detik.cairan mesti memenuhi seluruh rongga cetakan dalam tempo
sesingkat-singkatnya. Bila tidak resikonya cairan akan membeku sebelum
mengisi cetakan.
3. Sedekat Mungkin
Jarak penuangan antara bibir ladel dan cawan tuang idealnya dibuat sedekat
mungkin atau serendah mungkin. Hal ini dimaksudkan:
a. Pertama, cairan efektif masuk kedalam cetakan. Kesalahan alir atau
terbuangnya cairan bisa dihindari karena operator bisa dengan mudah
mengarahkan cairan kedalam cawan tuang.
b. Kedua, dengan dekatnya tinggi penuangan, cairan akan masuk kedalam
cetakan secara halus. Semakin dekat penuangan atau semakin rendah
tinggi penuangan, maka semakin kecil pula cairan tersebut teroksidasi.
Udara luar bisa saja masuk pada cairan logam yang sedang tertuang.
Penyebab terjadinya cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas adalah:
a. Kecepatan penuangan yang terlalu lambat.
b. Suhu penuangan yang terlalu tinggi.
c. Ketahanan panas pasir cetak rendah.
d. Terjadi pemanasan setempat akibat letak saluran turun yang salah.
e. Pasir cetak banyak mengandung lumpur.
f. Perbaikan cetakan yang tidak sempurna.
g. Pelapisan cetakan yang terlalu tebal.
h. Kepadatan cetakan pasir yang kurang.
i. Lubang angin pada cetakan kurang.
Untuk mencegah timbulnya cacat diatas dapat dilakukan dengan
merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:
a. Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak
banyak mengandung lumpur.
24
3. Cacat Retakan
Cacat retakan disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendinginan yang tidak seimbang selama
pembekuan, bentuk retakan dapat dilihat pada gambar 2.22.
a) Cetakan rontok
c) Pelekat
5. Salah alir
Salah alir disebabkan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan.
Umumnya terjadi penyusutan akibat logam cair membeku terlebih dahulu
sebelum mengisi rongga cetakan secara keseluruhan. Bentuk cacat salah alir
dapat dilihat pada gambar 2.28.
Tabel 2.3 Bentuk, Penyebab, dan Pencegahan Cacat Inklusi dan Struktur
Tak Seragam.
Bentuk Cacat Penyebab Pencegahan
Inklusi dan
Struktur Tak
Seragam
• Logam cair • Menjaga logam cair
teroksidasi. tidak teroksidasi.
Inklusi Terak • Masih terdapat • Membersihkan terak.
terak. • Perencanaan saluran
• Perencanaan tuang yang cermat
saluran turun yang dan teliti.
tidak sempurna.
• Waktu penuangan
yang terlalu lama.
8. Deformasi
Cacat deformasi disebabkan perubahan bentuk coran selama pembekuan
akibat gaya yang timbul selama penuangan dan pembekuan. Bentuk,
penyebab, dan pencegahan cacat deformasi dapat dilihat pada tabel 2.4
dibawah ini:
33