Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Modul Pengecoran – Kelompok XII

Muhammad Nadhif Ridho120360030

Praktikum Teknik Material II – TA 2021/2022


Prodi Teknik Material, JTPI, Institut Teknologi Sumatera

LATAR BELAKANG Gatting System merupakan sistem saluran pada


cetakan untuk proses pengecoran logam , di dalam
Pengecoran terbuat dari logam yang dicairkan sistem saluran terdapat salah satu bagian yang
dengan hasil yang disebut dengan coran atau sangat berpengaruh terhadap aliran fluida logam
benda cor yang mana dilakukan pembuatan pola yaitu sprue well. Sprue Well ini berfungsi untuk
bentuk coran terlbih dahulu. Metode yang sering menyerap energi kinetik dan meminimalisir
digunakan dalam pengecoran ialah sand casting terjadinya turbulensi yang dapat mempengaruhi
yang mana pada metode ini memilki kemampuan kualitas dari produk hasil pengecoran dengan
untuk membentuk bentuk tipis dan rumit. Sand cetakan pasir. Penelitian ini menggunakan material
casting juga dapat meminimalisir terjadinya Aluminium daur ulang dengan variasi gatting
kegagalan karena permeabilitas yang dimiliki oleh system pada sprue well dengan bentuk balok,
pasir dapat mencegah terjadi gelembung gas dan silinder dan setengah bola dan menggunakan
penyusutan rongga-rongga metode sand casting serta menuangkan cairan
logam dengan temperatur 660o C. Bahan utama
Tujuan dari praktikum ini ialah kami sebagai dalam [3]. Sand casting ini sendiri ialah pasir
praktikan mampu merancang gatting system silika.
proses pengecoran , mengetahui proses peleburan
dan pemaduan logam yang mana sangat Pasir silika di industri pengecoran logam sangat
bermanfaat bagi paraktikan untuk menjadi bekal diperlukan untuk pembuatan inti dan cetakan.
dalam bekerja dalam dunia industry dan juga Pasir kuarsa dikenal dengan nama pasir putih
praktikan mampu menggunakan alat-alat merupakan hasil pelapukan batuan yang
prosesnya dengan baik dan benar. mengandung mineral utama seperti kuarsa dan
feldsfar. Pasir kuarsa mempunyai komposisi
gabungan dari SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, TiO2,
TINJAUAN PUSTAKA CaO, MgO, dan K2O yang berwarna putih bening
atau warna yang lain bergantung pada senyawa
Pengecoran adalah proses peleburan bahan atau pengotornya [4].
material pada suatu tungku dengan suhu tinggi,
yang kemudian hasil pelebuarannya di tuang
kedalam cetakan berpola dalam akan mengalami METODOLOGI PENELITIAN
pembekuan secara cepat di udara terbuka. Berat
coran itu sendiri berbeda-beda, mulai dari Pada praktikum sol gel kali ini kita menggunakan
beberapa ratus gram sampai beberapa ton metode sand casting dengan sistem saluran gatting
dengan komposisi yang berbeda dan hampir system. Adapun alat, bahan dan langkah-langkah
semua logam ataupaduan dapat dilebur dan dicor yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
[1]. Proses pengecoran kali ini menggunakan sebagai berikut.
metode sand casting.
Alat :
Sand casting ialah jenis pengecoran dengan 1. Cetakan,
menggunakan cetakan pasir. Jenis pengecoran ini 2. Sekop,
paling banyak dipakai karena ongkos produksinya 3. Ember,
murah dan dapat membuat benda coran yang 4. Tungku,
berkapasitas berton–ton. Ada tiga jenis cetakan 5. Crussible,
pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold 6. Termokopel
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah 7. Sarung tangan,
adalah jenis green sand mold (cetakan pasir 8. Kacamata pelindung,
basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah 9. Kuas,
berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air 10. Gelas ukur, dan
atau lembab ketika logam cair dituangkan ke 11. Timbangan.
cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah
skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam Bahan :
cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan 1. Alumunium, 3. Kapur 5. Air
dipanaskan atau dikeringkan [2]. 2. Pasir juwono 4. Bentonit ,dan

Praktikum Teknik Material II-Institut Teknologi Sumatera


Langkah-langkah pada praktikum pengecoran ini 2. Proses peleburan dan pemaduan
adalah sebagai berikut : Tabel 2. Proses peleburan
1. Mendesain pola cetakan huruf “T” yang akan 1 Tm (Temperatur leleh) 640℃ dengan
digunakan warna dull red
2. Mengayak pasir juwono lalu timbang 2 Tm (Waktu leleh) 40 menit
sebanyak 4000 gram
3. Mencampurkan pasir juwono seberat 4000
gram dengan perekat berupa bentonit
sebanyak 4% (160 gr) dan air sebanyak 8%
(320 ml),
4. Membuat cetakan atas dan bawah dari
campuran pasir juwono mengikuti desain
pola.
5. Mempersiapkan alumunium yang akan
dilebur, pastikan allumunium sudah bersih
dari kotoran guna mengurangi cacat,
6. Pada tahap peleburan, piston dimasukan ke
crussible kemudian dihitung suhu per 20
menit menggunakan termokopel sebanyak 2
kali,
7. Membuang pemgotor yang terdapat pada
tungku, Gambar 2. Diagram fasa Al-Si
8. Setelah logam mencair pada suhu 640°C,
tuang logam pada cetakan dengan cepat, Dari tabel diatas didapatkan diagram fasa Al-Si
9. Biarkan alumunium dingin dan padat sesuai dengan komposisi (alumunium 95% dan silikon
pola cetakan, 5%) pada suhu leleh 640℃ yang mengakibatkan
10. Bila sudah dirasa padat, bongkar cetakan pasir fasa cair muncul. Dari penelitian tentang tahapan
kemudian alumunium disiram dengan air pengecoran tersebut material harus mencapai
(quenching) supaya memperoleh bentuk temperatur yang sesuai dan juga proses penuangan
martensite 100%, yang akan berubah fasa ketika terlalu dan
11. Pembersihan dan pemeriksaan hasil coran, mengakibatkan cacat cor dan solidifikasi kurang
dan analisa hasil coran. baik.

3. Penuangan dan pembekuan


HASIL DAN DISKUSI Temperatur saat puring ialah 613℃ dan waktu
puring selama 21 detik.
Dari praktikum pengecoran yang telah dilakukan
diperoleh data sebagai berikut :

1. Spesifikasi bahan dan getting system

Table 1. Spesifikasi material


1 Berat awal (W0) 360 gram
2 Raw material Allumunium
alloy (piston)
3 Spesifik material Al-Si seri 4
4 Bahan bakar Gas dan Gambar 3. Isometri
bricket

Gambar 4. 2D samping
Gambar 1. Desain cetakan

Praktikum Teknik Material II– Institut Teknologi Sumatera


masih terlalu rendah, serta permeabilitas pasir
cetak yang kurang sempurna menyebabkan logam
cair teroksidasi dan menimbulkan bolongan pada
permukaan hasil coran. Pada gambar 8 keterangan
angka 1 ialah terdapat cacat retakan hasil coran
yang dapat dianalisa disebakan oleh tebal dinding
coran yang kurang serta pemuain hasil coran yang
seperti terjadi pada angka 3 disebabkan pemadatan
Gambar 5. 2D atas cetakan pasir yang kurang merata sehingga banyak
saluran yang tidak bisa menahan lelehan material
yang dituangkan/

KESIMPULAN

Dari praktikum pengecoran ini diperoleh


kesimpulan sebagai berikut,
1. Sebagai praktikan kami dapat melaksanakan
Gambar 6. 2D bawah setiap tahapan dengan baik yaitu membentuk
hasil coran dengan bentuk geometri huruf “T”
namun pada permukaan hasil coran masih
terdapat cacat karena berbagai hal
2. Cacat yang dihasilkan antara lain, cacat lubang,
cacat retakan, deformasi cacat yang sangat
mengurangi kondisi permukaan hasil coran,
yang disebabkan logam cair teroksidadi dengan
cepat.
3. Terjadinya masing-masing cacat tersebut
karena unsur pemadatan pasir yang kurang
merata.

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 7. Cacat hasil pengecoran
[1]. W.T. Bhirawa. “Proses Pengecoran Logam
Dengan Menggunakan Sand Casting”. Jurnal
Teknik Industri, Universitas Suryadarma,
(2015). Hal 34-44

[2]. Mohammad Hafidz Ardiansyah. “Studi


Pengecoran Alumunium Dengan Metode
San Casting”. Jurnal Mesin, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, (2020). Hal 1-11

[3]. Sri Endah Susilowati. “Pengaruh Bentuk


Sprue Well Pada Gatting System Terhadap
Aliran Fluida Logam Dan Nilai Kekerasan
Pada Pengecoran Aluminium Daur Ulang
Gambar 8. Cacat hasil pengecoran Menggunakan Sand Casting”. Jurnal Kajian
Teknik Mesin, (2020). Hal 104-115
Material yang telah mencair pada suhu 613℃
dituangkan pada cetakan pasir bentuk geometri T
dengan waktu tuang selama 21 detik. Pada gambar [4]. Unung Lesmanah. “ANALISIS PENGARUH
diatas didaptakan tampak dua dimensi sampel PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN DAUR
dengan posisi isometris, atas, bawah. Gambar 7 ULANG PASIR SILIKA PADA PEMBUATAN
dan 8 adalah gambar sampel disertai cacat hasil INTI TERHADAP KEKASARAN PRODUK
pengecoran. Pada gambar 7 keterangan angka 1 HASIL COR BAJA”. Jurnal Teknik Mesin,
ialah terdapat cacat lubang pada hasil coran , hal Universitas Islam Malang. (2018). Hal 1-6
ini terjadi karena temperatur penuangan yang

Praktikum Teknik Material II– Institut Teknologi Sumatera


Praktikum Teknik Material II– Institut Teknologi Sumatera
Praktikum Teknik Material II– Institut Teknologi Sumatera

Anda mungkin juga menyukai