Latar Belakang
Era globaliasasi menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan
sebagai
salah
satu
institusi
pendidikan
dituntut
untuk
2. Menerapkan pengetahuan
yang diperoleh
diperkuliahan
untuk
sistem
pengorganisasian,
pengelolaan
pabrik,
segi
Ruang Lingkup
Dalam pelaksanaannya, kerja praktik di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis
BAB II
BAHAN BAKU DAN PRODUK
2.1
Bahan Baku
Bahan baku pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
penunjang.
2.1.1
Bahan Utama
Bahan baku utama pada proses pengolahan emas di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah ore. Ore merupakan batuan dengan
kandungan mineral yang tinggi, seperti emas dan perak. Ore dihasilkan dari
proses penambangan bawah tanah dengan menggunakan metoda cut and fill
dimana tailing yang ditambahkan dengan semen dan zat aditif ditimbun kembali
kedalam stope. Saat ini, PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor memiliki beberapa titik penambangan (urat) yaitu urat Pasir Jawa, urat
Ciguha, urat Ciurug, dan urat Kubang Cicau. Urat merupakan jalur batuan yang
memiliki kandungan emas. Berdasarkan perhitungan tim geologi, PT ANTAM
Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor akan mengalami pasca tambang
pada tahun 2019.
Ore yang diolah oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor memiliki kadar emas sebesar 4 5 ppm. Kandungan emas di dalam Ore
dibagi menjadi dua jenis yaitu endapan primer dan endapan sekunder.
1.
Endapan primer
Endapan emas primer terdapat dalam urat batuan kuarsa atau batuan asam
seperti riolit dan liparit. Di dalam batuan tersebut emas ditemukan sebagai
mineral sebagai berikut:
a)
Native Gold, yaitu mineral emas yang berupa partikel kecil bebas (logam Au
yang tidak bersenyawa dengan logam lain). Mineral tersebut ini memiliki
kandungan emas lebih dari 75%.
b)
Elektrum, yaitu mineral paduan emas dan perak disamping tembaga dan besi
Endapan sekunder
Bijih emas sekunder ini merupakan endapan alluvial, yaitu endapan pasir
yang mengandung butiran emas. Endapan ini berasal dari endapan primer sebagai
akibat dari proses pelapukan terhadap batuan yang mengandung bijih emas.
Pengambilan atau pemotongan dari endapan alluvial tersebut cukup dengan
pendulangan (panning).
2.1.2
a.
Bahan penunjang
beracun, dan larut dalam pelarut organik seperti etanol, aseton dan eter. Natrium
Sianida memiliki titik leleh sebesar 563C, titik didih sebesar 1496C, dan berat
molekul sebesar 49.015 g/mol.
Pada proses pengolahan emas Natrium Sianida digunakan pada tangki
leaching, tangki Inline Leach Reactor (ILR) dan kolom elution dalam bentuk cair.
Kebutuhan larutan Natrium Sianida pada tangki leaching sebesar 700 750 ppm,
tangki ILR sebesar 10.000 ppm dan kolom elution sebesar 225 kg.
b.
800
Ekstrak kayu pionera biopolymer LPenambahan ekstrak kayu pionera dilakukan pada ball mill di proses
milling. Ekstrak kayu pionera akan mendispersi slurry sehingga terjadi penurunan
viskositas larutan tanpa menurunkan %padatan dalam larutan, sehingga
memperlancar proses agitasi pada tangki leaching. Ekstrak kayu pionera yang
ditambahkan pada ball mill plant 1 dan plant 2 sebanyak 50 kg per shift dengan
3
laju alir 288 m untuk plant 1 dan 528 m untuk plant 2. Pada saat pH dalam
kondisi asam, kebutuhan ekstrak kayu pionera ini akan dikurangi karena adanya
injeksi CaCO3 yang akan menyebabkan terbentuknya endapan.
c.
Karbon aktif
Karbon aktif adalah padatan hitam berbentuk mikropore dari karbon yang
terbuat dari gambut, kayu, lignit atau batu bara. Karbon aktif memiliki berat jenis
sebesar 0,25-0,6 g/mL. Karbon aktif stabil pada kondisi normal serta dapat
disimpan di dalam tempat tertutup guna mengurangi kontak langsung dengan
oksigen yang dapat menyebabkan karbon teroksidasi.
Distribusi karbon aktif pada tangki CIL sebesar 30 gram/ liter. Karbon
aktif yang digunakan berbentuk granular dengan diameter 1,2 mm dan panjang. 5
mm. Kadar emas pada loaded carbon sebesar 500-700 ppm. Karbon yang sudah
tidak aktif, diaktifkan kembali melalui proses pemanasan tanpa adanya kontak
dengan udara dalam kiln pada suhu 500-600C dan kapasitas 1-2 ton.
d.
putih, tidak berbau atau sedikit berbau seperti sulpur dioxide, dengan pH 4,0 4,6
larut bebas dalam gliserol dan sedikit larut dalam alkohol.
SMBS ditambahkan pada proses detoksifikasi sianida di tailing treatment
-
Boraks (Na2B4O7)
Boraks adalah bahan kimia berbentuk kristal keras atau granular yang
dapat bereaksi hebat dengan asam. Boraks memiliki titik leleh sebesar 75C, berat
3
jenis sebesar 1,73 gram/cm , kelarutan dalam air sebesar 50 gram/liter (20C)
serta dapat terurai pada suhu di atas 100C.
Penambahan boraks sebanyak 1 kg untuk 20 kg cake pada proses smelting
bertujuan untuk menurunkan titik leleh dari emas dan perak. Selain itu boraks
dapat mengikat pengotor yang terdapat pada cake, seperti besi, mangan, tembaga,
dll.
f.
Oksigen (O2)
Oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Flokulan
Flokulan adalah bahan kimia berupa senyawa polimer yang berfungsi
Asam klorida digunakan dalam proses elution tahap pertama yaitu acid
wash. Pada setiap proses elution, asam klorida yang digunakan sebanyak 700 kg
dengan konsentrasi
sebesar
3%.
Asam
Klorida
ini
berfungsi
untuk
berbentuk pelet atau flakes dan sangat korosif. Natrium hidroksida ini akan
meleleh pada suhu 318,4C dan mendidih pada suhu 1390C. Pada suhu 20C
3
j.
berbau. Hidrogen peroksida ini memiliki titik leleh sebesar -0,43C dan titik didih
sebesar 152C. Larut dalam alkohol, eter, dan air dalam segala perbandingan.
3
CNO yang lebih stabil sehingga terjadi penurunan konsentrasi sianida. Kebutuhan
H2O2 pada IPAL Cikaret lebih banyak dibandingkan dengan IPAL Tambang
karena kadar sianida yang masih tinggi.
k.
Koagulan
Koagulan merupakan larutan polialuminium, berwarna agak kekuningan,
tidak beracun dan larut dalam air. Koagulan berfungsi untuk mendestabilisasi
partikel-partikel koloid dalam larutan sehingga membentuk flok-flok yang dapat
mengendap. Proses koagulasi ini biasanya dilanjutkan dengan proses flokulasi.
Koagulan digunakan di Water Treatment Plant (WTP), IPAL Tambang,
IPAL Cikaret, thickener 1 dan thickener 2. Jenis koagulan yang digunakan adalah
tawas yang berupa cairan dan padatan. Penambahan padatan tawas di IPAL
Cikaret dan IPAL Tambang berfungsi sebagai pengganti CuSO 4
untuk
hijauan, kristal putih rhombic. Kelarutan tembaga sulfat dalam air sebesar 12,5%
(pada temperatur kamar) dan larut sangat baik dalam methanol, memiliki pH
sekitar 4,0 dalam 0,2 m larutan. Tembaga sulfat memiliki titik leleh sebesar 3,6C.
Tembaga sulfat digunakan pada proses detoksifikasi sianida yang
berfungsi sebagai katalis dan menurunkan pH hingga pH netral (pH=7).
Kebutuhan tembaga sulfat pada proses detoksifikasi sebanyak 50 kg.
m.
Kaporit (Ca(OCl)2)
Kaporit berbentuk granulat atau pipih, berwarna putih keabu-abuan dan
memiliki aroma klorin. Kaporit memiliki berat molekul sebesar 142,98 gram/mol
dan kelarutan dalam air sebesar 21,4% pada suhu 25C. Kaporit larut dalam air,
namun tidak larut dalam alcohol dan asam-asam encer.
Kaporit digunakan pada Water Treatment Plant (WTP) sebagai disinfektan
pembunuh bakteri patogen seperti E. Coli, pembasmi lumut serta jentik nyamuk.
2.2
Produk
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memproduksi
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Emas di PT ANTAM Tbk. UBPE Pongkor
Crushing
Milling
Milling merupakan tahap kedua dari unit sianidasi. Milling bertujuan untuk
mereduksi ukuran ore menjadi 200 mesh atau 74 mikron dengan mengunakan ball
millsehingga dapat meningkatkan derajat liberasi (pembebasan mineral/unsur
dalam bijih).Semakin kecil ukuran ore, semakin besar pula derajat liberasi.
Diagram alir proses milling dapat dilihat pada Gambar 3.3
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas memiliki 2 buah ball mill
dengan kapasitas pada plant 1 sebesar 22 ton/jam dan pada plant 2 sebesar 33
Ukuran grinding ballpada plant 1sebesar 80 mm, sedangkan pada plant 2 sebesar
50-60 mm. Faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan ukuran grinding
ball salah satunya adalah diameter ball millyangakan menentukan gaya gerus,
gaya tekan, dan gaya pukul yang dihasilkan grinding ball dalam ball mill.
Ball mill plant 1 berdiameter 3 m sedangkan ball mill plant 2 berdiameter 3,6 m,
sehingga pada ball mill plant 1 ukuran grinding ball yang digunakan lebih besar.
Adanya pencampuran ukuran grinding ball pada ball mill plant 2 bertujuan agar
tidak ada ruang kosong antara grinding ball dengan grinding ball maupun ore
dengan grinding ball sehingga gaya yang dihasilkan dalam ball mill lebih
maksimal.
Ore pada ball mill berasal dari Fine Ore Bin (FOB) 1 dan 2, Fine Stock
Tank (FST), underflow cyclone dan oversize dariproses GCC. Ore dari FOB 1
akan ditransfer menggunakan conveyor 5, ore dari FOB 2 akan ditransfer
menggunakan conveyor 6 menuju ball mill. Namun sebelum ore ditransfer
menggunakan conveyor, ore akan melewati mill feeder yang berfungsi untuk
mengatur laju alir ore. Pada ball mill dilakukan penambahan ekstrak kayu pionera
3
sebanyak 50 kg per shift dengan laju alir 288 m untuk plant 1 dan 528 m untuk
plant 2. Ekstrak kayu pionera berfungsi untuk menurunkan viskositas slurry tanpa
menurunkan % solid , sehingga proses agitasi pada leaching tidak terganggu. Saat
ini ore yang dihasilkan dari proses penambangan cenderung asam, sehingga
dilakukan penambahan kapur guna menjaga pH pada kondisi basa. Namun,
penambahan ekstrak kayu pionera dikurangi, karena dapat mempercepat proses
pengendapan pada tangki leaching. % solid dalam ball mill dijaga pada nilai 60%,
nilai % solid yang terlalu besar dalam ball mill akan menyebabkan grinding ball
cepat aus, namun apabila terlalu rendah akan menyebabkan gaya pukul yang
dihasilkan kecil karena terlalu banyak air yang terkandung dalam ball mill
Bagian dalam ball mill dilapisi dengan pelapis karet tebal (ruber liner)
untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding ball dengan
permukaan ball mill. Ruber liner dalam ball mill tersusun dari lifter bar dan shell
plate. Lifter bar merupakan bagian rubber liner yang menjorok keluar untuk
mengangkat grinding ball, sedangkan shell plate merupakan bagian yang
menjorok kedalam untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara grinding
ball dengan permukaan ball mill.
Ore yang telah direduksi ukurannya dalam ball mill akan disaring
menggunakan trommol screen. Undersize dari trommol screen dengan ukuran -0,8
mm akan dialirkan menuju mill discharge sump, sedangkan oversize pada plant 1
akan dikembalikan ke dalam ball mill melalui hopper yang terhubung dengan
conveyor 5, sedangkan oversize pada plant 2 akan dikembalikan ke ball mill
dengan menggunakan conveyor 6. Conveyor ini memiliki kemiringan lebih dari
25 sehingga belt pada conveyor ini memiliki tekstur yang berbeda yang dapat
mencegah jatuhnya ore. Undersize yang berupa slurry pada mill discharge sump
akan diencerkan menggunakan air proses yang berasal dari overflow thickener.
sehingga diperoleh % solidsebesar 40 - 42%. Penambahan air proses yang berasal
dari overflow thickener akan mengurangi kebutuhan natrium sianida pada proses
leaching karena air proses tersebut masih mengandung sianida yang cukup tinggi.
Slurrypada mill discharge sump selanjutnya akan dipompakan menuju
cyclone dan gravity concentration circuit (GCC).
Pada cyclone terjadi proses pemisahan berdasarkan ukuran dan berat jenis
dengan menggunakan gaya sentrifugal. Slurry akan dipompakan ke cyclone
dengan tekanan 810 psi pada plant 1 dan 14-16 psi pada plant 2. Partikel yang
memiliki ukuran dan berat jenis yang besar akan jatuh ke bawah sebagai
underflow dan kembali ke ball mill. Partikel dengan ukuran dan berat jenis yang
kecil akan keluar sebagai overflow dan akan dialirkan menuju trash screen untuk
dipisahkan dari pengotor seperti plastik, kayu, dan besi sebelum diumpakan ke
tangki leaching. Underflow memiliki % solid sebesar 4042%, sedangkan % solid
overflow sebesar 60-70%.
3.1.3
Leaching
Leaching atau ekstraksi padat cair marupakan proses pemisahan satu atau
beberapa kornponen yang dapat larut dari bahan padat dengan bantuan pelarut.
Metode leaching yang digunakan di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Emas Pongkor ini adalah agitation leaching dengan menggunakan pelarut natrium
sianida (NaCN). Agitasi ini bertujuan untuk memperbesar luas kontak antara
pelarut dengan emas dan perak yang akan diekstrak.Diagram alir dari proses
leaching dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.
Keterangan:
: Karbon
: Slurry
Gambar 3.4 Diagram alir Proses Leaching
Plant 1
sedangkan terdapat satu tangki leaching pada plant 2 dengan kapasitas 1000 m .
Waktu tinggal pada proses leaching hingga proses Carbon In Leach (CIL) pada
plant 1 dan 2 selama 48 jam. Adapun parameter parameter yang berpengaruh
pada proses leaching emas dan perak ini adalah konsentrasi sianida, pH,
konsentrasi oksigen terlarut dan % solid.
1. Konsentrasi Sianida
Proses leaching akan berlangsung optimal pada konsentrasi sianida
sebesar 700 750 ppm dengan kadar emas dan perak pada ore sebesar 4-5 ppm.
Selama proses leaching berlangsung terjadi pengurangan konsentrasi sianida,
karena sianida telah berikatan dengan emas dan perak membentuk senyawa
kompleks. Konsentrasi sianida pada tangki CIL terakhir sebesar 200 ppm.
Kebutuhan natrium sianida (NaCN) didapatkan dari campuran barrent solution
dan fresh NaCN. Barrent solution tersebut didapatkan dari proses pre-treatment
dan electrowinning di proses elution.
2. pH
Proses leaching membutuhkan pH sebesar 10,3-10,8. pH yang asam akan
menyebabkan terbentuknya HCNyang dapat dilihat pada reaksi 3.1. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi sianida di dalam tangki berkurang, sehingga proses
leaching emas dan perak tidak berlangsung secara optimal. Selain itu, HCN yang
terbentuk akan mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Ketika pH pada prosess leaching berada di atas range yang ditentukan (pH >
10,8) akan terbentuk senyawa H2O2 yang akan mengakibatkan terdestruksinya
sianida. Proses destruksi sianidadapat dilihat pada reaksi 3.2.
CN+ H2O
HCN + OH
(3.1)
(3.2)
4 NaAu(CN)2 + 4 NaOH
(3.3)
4 Ag + 8 NaCN + O2 + 2H2O
4 NaAg(CN)2 + 4 NaOH
(3.4)
sedikit.
Hal
ini
membuat
menurunnya
kapasitas
produksi,
sedangkan %solid yang terlalu tinggi akan memperberat kinerja agitator dan
mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam tangki.
3.1.4 Gravity Concentration Circuit (GCC)
Gravity Concentration Circuit merupakan teknologi baru yang digunakan
oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pengolahan Emas Pongkor untuk
mengoptimalkan recovery emas dan perak menggunakan larutan natrium sianida
dan hidrogen peroksida. Proses ini menyumbangan kontribusi sebanyak 10-15%
dalam recovery emas dan perak. Rasio slurry yang diolah pada unit GCC dan
tangki leaching sebesar 20 berbanding 80. Penggunaan GCC dapat mengurangi
biaya proses elusi karena berkurangnya karbon yang harus diolah pada proses
3
Carbon In Leach (CIL). Laju alir slurry dari mill discharge sump sebesar 60 m /
3
jam untuk plant 1 dan 100 m / jam untuk plant 2. Produk dari proses ini berupa
pregnant solution dan tailing. Gravity Concentration Circuit terdiri dari 3 proses
yaitu magnetic screen. falcon gravity, dan Inline Leach Reactor (ILR).Diagram
alir proses pada gravity concentrator circuit dapat dilihat pada Gambar 3.6
1. Magnetic Screen
Feed dengan % solid 40-42% akan dialirkan dari mill discharge sump
menuju magnetic screen untuk memisahkan ore yang berukuran -2 mm dan + 2
mm
serta
menghilangkan
pengotor-pengotor
yang
bersifat
magnetic.
Magnetic screen ini akan berputar 180 setiap 8 jam, sehingga bagian bawah
screen akan berada diatas agar ore mengenai seluruh bagian screen sehingga
screen tidak akan cepat rusak. Oversize dari magnetic screen dan pengotor yang
bersifat magnetic dikembalikan ke ball miil, sedangkan undersize dari magnetic
screen akan dialirkan ke falcon gravity concentrator.
memiliki berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm dan berat jenis
3
perak 10,5 gr/cm ) akan terlempar dan menempel pada dinding falcon, sedangkan
3
pengotor yang umumnya berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm ) kembali ke
ball mill sebagai overflow. Proses dalam falcon berlangsung selama 40 menit.
Konsentrat emas dan perak akan turun menuju feed cone sebagai underflow.
Selama penurunan konsentrat emas dan perak, aliran masuk magnetic screen akan
dialihkan menuju mill discharge sump agar konsentrat emas dan perak tidak
bercampur lagi dengan slurry. Bypass aliran ini dilakukan secara otomatis selama
5 menit bersamaan dengan waktu penurunan konsentrat. Konsentrat emas dan
perak akan ditampung dalam feed cone hingga 1.500 kg sebelum dialirkan ke ILR.
3. Inline Leach Reactor (ILR)
Inline Leach Reactor (ILR) merupakan reaktor tempat berlangsungnya
proses intensive leaching. Intensive leaching adalah pelarutan selektif mineral
menjadi CNO . Proses leaching pada tahap ini berlangsung selama 8 jam.
d. Flokulasi 1
Proses flokulasi bertujuan untuk mengendapkan padatan slurry agar
didapatkan pregnant solution yang jernih dengan menambahkan flokulan.
Flokulan ditambahkan pada sump SST yang selanjutnya akan disirkulasikan
menuju ILR dan solution cone. Waktu flokulasi dan waktu pegendapan masingmasing berlangsung selama 40 menit.
e. Leaching 2
Proses leaching 2 bertujuan untuk mengikat emas dan perak yang masih
tersisa di dalam slurry. Pada tahap ini ditambahkan barrent solution dengan
konsentrasi sianida sebesar 200-300 ppm ke dalam solution cone. Waktu leaching
pada tahap ini lebih singkat yaitu selama 60 menit.
f. Flokulasi 2
Tujuan dari proses flokulasi 2 ini sama dengan flokulasi 1 yaitu untuk
menjernihkan pregnant solution yang akan dialirkan menuju gekko eluate
tank.Proses flokulasi ini berlangsung lebih dari dua kali tergantung kejernihan
pregnant solution. Keruhnya pregnant solution disebabkan karena kebocoran
valve sehingga feed masuk dan tercampur dengan pregnant solution.
g. Pembuangan Tailing
Tailing yang dihasilkan dari proses ini akan di kembalikan ke ball mill.
h. Pencucian ILR
Pencucian ILR bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang
masih tersisa di dalam ILR. Pencucian dilakukan dengan menggunakan
fresh water selama 5 menit. Air hasil pencucian ILR selanjutnya akan dialirkan
menuju mill discharge sump.
3.2 Unit Recovery
Unit recovery merupakan unit proses setelah sianidasi. Unit recovery
bertujuan untuk mengambil senyawa kompleks emas dan perak. Adapun prosesproses yang termasuk dalam unit recovery adalah Carbon In Leach (CIL),
elution, electrowinning, dan smelting.
3.2.1 Carbon In Leach (CIL)
CIL merupakan proses adsorpsi senyawa kompleks emas dan perak
menggunakan karbon. Adapun proses adsorpsi emas dan perak dapat dilihat pada
reaksi 3.5 dan 3.6. Terdapat lima tangki CIL di plant 1 dengan kapasitas tiap
3
tangki sebesar 290m , sedangkan pada plant 2 terdapat tujuh tangki CIL dengan
3,
kapasitas tiap tangki sebesar 290 m kecuali tangki 2 dan 3 sebesar 340 m . Nilai
distribusi karbon pada tangki CIL pertama dan terakhir dijaga pada nilai 30 mg/ L.
Karbon dialirkan secara counter current dengan slurry. Karbon dialirkan dari
tangki terakhir agar Au terserap seluruhnya mulai dari kadar yang terendah hingga
tertinggi, sehingga seluruh emas dan perak terserap secara optimal ke dalam
karbon.
-
[C Au(CN)2]2
(3.5)
[C Au(CN)2]2
(3.6)
2[Au(CN)2 ] + C
2[Ag(CN)2 ] + C
Pada setiap tangki terdapat screen dengan jenis kambalda untuk mencegah
terbawanya karbon oleh aliran slurry. Ukuran kambalda harus lebih kecil dari
slurry dan lebih besar dari karbon. Hal ini bertujuan agar slurry dapat lolos dari
kambalda, sedangkan karbon akan tertahan. Kambalda memiliki ukuran pori 0,8
mm, sedangkan karbon berukuran 1,2 mm. Pada plant 1 karbon ditransfer
menggunakan pompa dan pada plant 2 karbon ditransfer menggunakan airlift.
Karbon yang ditransfer menggunakan pompa akan lebih cepat hancur, sedangkan
karbon yang ditransfer menggunakan airlift tidak akan cepat hancur karena
menggunakan udara tekan.
Loaded carbon dari tangki CIL akan dibersihkan terlebih dahulu dari
slurry menggunakan fresh water sebelum ditampung di dalam surge bin. Slurry
yang dihasilkan dari proses CIL akan dialirkan ke thickener melalui safety screen
untuk menyaring karbon yang terbawa oleh aliran slurry. Senyawa kompleks
emas dan perak yang terdapat pada loaded carbon akan dipisahkan pada proses
elution. Barrent carbon dari proses elution yang sudah tidak aktif lagi akan
diaktifkan dengan pemanasan di kiln.
Penggunaan metoda Carbon In Leach pada proses pengolahan emas di PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dikarenakan ore yang
dihasilkan
dari
proses
penambangan
memiliki
sifat
seperti
karbon
3.2.2 Elution
Elution merupakan proses pengambilan senyawa kompleks emas dan
perak yang terkandung di dalam karbon aktif. Proses elution ini menggunakan
Anglo Amerian Research Laboratory (AARL) sebagai standard prosesnya.
Diagram alir proses elution di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor dapat dilihat pada Gambar 3.7.
1. Acid Wash
Acid wash merupakan tahap pertama yang dilakukan pada proses elution
untuk mengikat pengotor-pengotor yang ikut teradsorp oleh karbon pada tangki
CIL. Pengotor-pengotor yang biasanya ikut teradsorp oleh karbon adalah MgCO 3,
CaCO3 dan silika. Proses pengikatan pengotor-pengotor tersebut digambarkan
pada reaksi 3.7, 3.8 dan 3.9. Pada proses acid wash ini digunakan HCl sebanyak
700 kg dengan konsentrasi 3%. HCl dari kolom elution
akan dimasukkan ke
dalam tangki CIL terakhir untuk menurunkan pH, sehingga meringankan beban
proses detoksifikasi. Pada tahap ini dilakukan penambahan fresh water untuk
membantu pemompaan HCl ke dalam kolom elution. Acid wash ini berlangsung
selama 10 15 menit.
CaCO3 + 2HCl
(3.7)
MgCO3 + 2HCl
(3.8)
C[Ca-Au(CN)2]2 + 2H
2+
Ca + C-AuCN + 2HCN
(3.9)
2. Water Wash
Water wash bertujuan untuk menghilangkan HCl yang masih terkandung
di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang dipanaskan terlebih
dahulu mencapai suhu 80 - 90C menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE)
dengan media pemanas etilen glikol. Fresh water yang digunakan dilewatkan
terlebih dahulu ke sand filter dan softener. Softener ini berfungsi untuk
menurunkan kesadahan yang dapat menyebabkan kerak. Air dari proses ini akan
dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir. Tahap water wash ini membutuhkan
waktu selama 2 -2,5 jam.
3. Pre Treatment
Pre treatment ini bertujuan untuk memperlemah ikatan emas dan perak di
dalam karbon. Pada tahap ini dilakukan penambahan barrent solution berupa
campuran NaOH dan NaCN. NaOH yang digunakan pada masing-masing plant
sebanyak 250 kg dan NaCN sebanyak 225 kg. Penggunaan NaOH dan NaCN
bertujuan untuk melemahkan ikatan emas dan perak dalam karbon. Proses
pelemahan ikatan emas dan perak ini digambarkan pada reaksi 3.10, 3.11 dan
3.12. Berdasarkan standard AARL pH pada tahap ini sebesar 12,8, namun pH
pada tahap pre treatment ini sebesar 13. pH dijaga pada kondisi basa agar CN
tidak berubah menjadi HCN. Barrent solution yang digunakan dipanaskan terlebih
dahulu mencapai suhu 80 90 C. Barrent solution dari tahap ini akan
dimasukkan ke dalam tangki CIL terakhir, sedangkan larutan hasil tahap pre
treatment ini dialirkan ke dalam eluate tank.
[C-Au(CN)]n + nNaCN
nNa
[C-Ag(CN)]n + nNaCN
nNa
(3.10)
(3.11)
+ n[Au(CN)2 ]+ C
+ n[Ag(CN2 ] + C
C OH + OH
C O + H2O
(3.12)
4. Recycle Elution
Recycle elution ini bertujuan untuk melepaskan ikatan emas dan perak dari
karbon yangberlangsung selama 2 jam 15 menit pada suhu 90 - 120C. Tahap ini
menggunakan recycle water yang berasal dari tahap water elution dan
electrowinning. Larutan hasil tahap recycle elution ini dimasukkan ke dalam
eluate tank.
5. Water Elution
Water elution bertujuan untuk mengambil emas dan perak yang masih
terkandung di dalam karbon. Tahap ini menggunakan fresh water yang
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan PHE mencapai suhu 90 - 120C. Tahap
water elution berlangsung selama 2 jam. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan
ke dalam recycle tank untuk digunakan pada tahap recycle elution.
6. Cooling
Cooling bertujuan untuk mendinginkan karbon pada kolom elutionagar
karbon tidak teroksidasi menjadi CO. Pada tahap ini digunakan fresh water yang
berasal dari fresh water tank. Tahap ini berlangsung selama 45 60 menit dengan
suhu sebesar 60 100 C. Fresh water dari tahap ini akan dialirkan ke dalam
recycle tank bersamaan dengan fresh water dari tahap water elution untuk
digunakan pada tahap recycle elution.
3.2.3
Reaktivasi Karbon
Reaktivasi karbon merupakan proses pengaktifan kembali karbon berdaya
serap rendah akibat tertutupnya pori-pori karbon oleh senyawa lain. Senyawa
senyawa lain yang menutupi karbon ini disebut sebagai fouling. Fouling
merupakan akumulasi senyawa organik maupun anorganik yang mempengaruhi
adsorpsi Au dan Ag, sehingga menyebabkan penurunan tingkat kapasitas adsorpsi
dan efektivitas proses desorpsi (elution). Terdapat 2 cara yang dilakukan untuk
mengaktifkan kembali karbon yaitu dengan proses acid wash dan proses
pemanasan karbon menggunakan regeneration kiln.
Proses acid wash hanya mampu menhilangkan senyawa-senyawa
anorganik yang terserap dalam karbon, sedangkan senyawa organik dihilangkan
dengan cara pemanasan menggunakan regeneration kiln. Saat proses pengaktifan,
karbon akan dipanaskan di dalam regeneration kiln dengan suhu 500-600C tanpa
kontak langsung dengan udara.
3.2.4
Electrowinning
Electrowinning merupakan proses pengendapan emas dan perak pada
kutub katoda menggunakan arus listrik. Katoda dan anoda yang digunakan dalam
proses ini adalah SS-316 dengan jumlah katoda sebanyak 10 buah dan anoda 11
buah. Pregnant solution dari eluate tank dan gekko eluate tank akan dialirkan
menuju electrowinning cell yang merupakan bak-bak berisi katoda-anoda.
Terdapat 4 bak untuk plant 1, 4 bak untuk plant 2 dan 2 bak untuk gekko. Arus
dan tegangan yang digunakan pada proses ini sebesar 0,7-12 kA dan 8 V. Reaksi
sel yang terjadi :
Anoda : 2OH
O2+ H2O + 2e
-
Katoda : 2Au(CN)2 + 2e
-
2Au + 4CN
-
(3.13)
-
(3.14)
-
(3.15)
Selain arus dan tegangan, kondisi pH perlu dijaga pada nilai 12,5 dengan
cara penambahan natrium hidroksida. Selama proses electrowinning, pH akan
+
turun karena adanya pelepasan gas H yang akan menghasilkan gas HCN yang
akan menyebabkan korosi pada anoda. Satu siklus proses electrowinning
membutuhkan natrium hidroksida sebanyak 75 kg untuk plant 1 dan 100 kg untuk
plant 2.
Proses electrowinning akan berlangsung selama 12-13 jam dan akan
dihentikan saat kandungan emas dalam pregnant solution kurang dari 3 ppm.
Proses ini akan menghasilkan endapan logam (cake) pada katoda yang selanjutnya
akan dilebur (smelting) menjadi dore bullion. Larutan dengan kadar emas kurang
dari 3 ppm (barrent solution) akan ditampung dalam cyanide holding tank untuk
digunakan kembali karena kandungan sianida yang cukup tinggi.
3.2.5
Smelting
Smelting (peleburan) adalah proses pemisahan emas dan perak pada cake
yang dihasilkan dari proses electrowinning. Tahap pertama pada proses smelting
adalah pengurangan kandungan air pada cake menggunakan dryer. Cake yang
telah berkurang kadar airnya, digarang menggunakan furnace pada suhu 700
900C. Setelah dilakukan penggarangan, cake didinginkan terlebih dahulu,
kemudian ditambahkan boraks (fluks) sebanyak 1 kg/20kg cake. Penambahan
boraks ini bertujuan untuk mengikat pengotor yang terdapat pada cake seperti
silika dan untuk menurunkan titik leleh logam dan pengotor yang cukup tinggi.
o
Titik leleh silika sebesar 1600-1750 C, sedangkan titik leleh emas sebesar
o
F ore = 23.364,8dmt/bulan
PROSES
X Au = 5,43 gram/ton
X Ag = 59,49 gram/ton
= F ore x X Au
W Ag = F ore x X Ag
= 126,87 kg
= 1.389,97 kg
= 109,7876 kg
= 859,05 kg
Yield Au
Yield Ag
= 86,53 %
= 61,80 %
BAB IV PERALATAN
PROSES
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki 3
unit utama pada proses pengolahan emasnya yaitu unit sianidasi, unit
recovery dan unit pengolahan limbah. Setiap unit tersebut terdiri dari beberapa
proses yang ditunjang oleh peralatan pendukung.
4.1
Unit Sianidasi
Unit sianidasi terdiri dari proses crushing, milling, leaching dan Gravity
Kuantitas material yang masuk ke dalam primary crusher diatur dengan volume
oli hidrolik yang menggerakan appron feeder, bila tekanan naik maka appron
feeder akan berjalan dengan cepat, begitu juga sebaliknya. Appron feeder
memiliki kapasitas 90 dmt/h, namun saat ini hanya mampu mengumpan ore
sekitar 70 dmt/h. Appron feeder memiliki dengan lebar 1 m dan panjang 6,4 m.
c. Primary Crusher
Primary crusher adalah salah satu alat penghancur yang terdapat dalam
proses crushing. Tipe dari primary crusher ini adalah 10 K Doble Toggle Jaw
3
Crusher dengan kapasitas 90 m /hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 90 kW dengan
putaran motor 1500 rpm.
d. Secondary Crusher
Secondary crusher berfungsi untuk mereduksi oversize yang dihasilkan
primary screen dan akan dikembalikan ke primary screen untuk diklasifikasikan
kembali. Sebelum memasuki secondary crusher, ore ditampung terlebih dahulu di
dalam surge bin dengan kapasitas 18 ton. Tipe dari secondary crusher adalah
3
roller cone RC 54 dengan kapasitas 90 m /hr. Konsumsi daya alat ini sebesar 150
kW dengan putaran motor 985 rpm.
f. Primary Screen
Primary screen dengan tipe inclined vibrating berfungsi untuk
memisahkan ore yang berukuran +12,5 mm dengan -12,5 mm. Oversizenya akan
direduksi lagi oleh secondary crusher, sedangkan undersizenya akan dipisahkan
lagi menggunakan secondary screen. Primary screen memiliki deck ganda dengan
ukuran deck atas 2,5 mm dan deck bawah 12,5 mm. Konsumsi daya alat ini
sebesar 11 kW dengan putaran motor 1450 rpm.
g. Secondary Screen
Secondary screen dengan tipe horizontal vibrating double deck berfungsi
untuk memisahkan kembali undersize yang berasal dari primary screen. Oversize
dari secondary screen ini akan ditransfer ke Fine Ore Bin (FOB), sedangkan
undersizenya akan ditrasnfer ke Fine Stock Tank (FST). Secondary screen
memiliki deck ganda dengan ukuran deck atas 5 mm dan deck bawah 1 mm.
Konsumsi daya alat ini sebesar 11 kW.
h. Fine Ore Bin (FOB)
Fine Ore Bin (FOB) merupakan tempat penampungan ore yang berasal
dari unit crushing yang berukuran +12,5 mm. Setiap plant memiliki satu buah
FOB dimana keduanya dihubungkan oleh conveyor. FOB plant 1 dan 2 memiliki
kapasitas sebesar 800 ton dengan diameter 8,2 m dan tinggi 14,9 m. Material dari
FOB plant 1 dan 2 adalah SS-41. BIS Alloy-360.
i. Belt Conveyor
Belt conveyor adalah alat transportasi ore dari satu alat ke alat yang
lainnya. Pada unit crushing ini terdapat lima buah belt conveyor, yaitu:
Belt Conveyor 1
Belt conveyor 1 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari primary
crusher (jaw crusher) ke belt conveyor 2. Belt conveyor 1 memiliki lebar 900 mm
dan panjang 45 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan putaran
motor 1440 rpm.
Belt Conveyor 2
Belt conveyor 2 berfungsi untuk mentransportasikan ore dari belt conveyor
Belt Conveyor 3
Belt conveyor 3 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang
dihasilkan oleh primary screen ke surge bin untuk direduksi lagi ukurannya oleh
secondary screen (cone crusher). Belt conveyor 3 memiliki memiliki lebar 900
mm dan panjang 135 m. Konsumsi daya conveyor ini sebesar 7,5 kW dengan
putaran motor 1440 rpm.
Belt Conveyor 4
Belt conveyor 4 berfungsi untuk mentransportasikan oversize yang
dihasilkan oleh secondary screen ke Fine Ore Bin (FOB). Belt conveyor 4
memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 525 m. Konsumsi daya
conveyor ini sebesar 22 kW dengan putaran motor 1470 rpm.
FOB 2. Fine ore conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dan panjang 25 m.
Konsumsi daya conveyor ini sebesar 4 kW.
2. Milling
a. Mill Feeder
Mill feeder berfungsi untuk mengumpankan ore dari FOB ke belt conveyor
5 dan 6. Mill feeder memilki memiliki lebar 1200 mm dan panjang 12 m.
Konsumsi daya alat ini sebesar 30 kW.
b. Mill Feed Conveyor
Mill feed conveyor merupakan alat transportasi ore dari FOB ke ball mill.
Pada plant 1 terdapat belt conveyor 5 dan pada plant 2 terdapat belt conveyor 6.
Mill feed conveyor memiliki memiliki lebar 600 mm dengan konsumsi daya
sebesar 5,5 kW dan putaran motor 1435 rpm.
c. Ball Mill
Ball mill merupakan mesin penggiling yang digunakan untuk menggiling
ore dari 12,5 mm menjadi 200 mesh. Ball mill dilengkapi dengan rubber
liner yang berfungsi untuk menghindari kontak langsung antara grinding ball
dengan permukaan ball mill. Terdapat lifter bar dan shell yang berfungsi untuk
mengangkat grinding ball. Spesifikasi ball mill setiap plant dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Plant 1
Plant 2
Ukuran
3 m x 5,9 m
3,6 m x 6,0 m
Kapasitas
22 TPH
33 TPH
Daya
750 kW
1200 kW
Putaran Motor
20 rpm
18 rpm
Circuit (GCC). Mill discharge sump pada plant 1 memiliki kapasitas 5,0 m ,
3
f. Trash Screen
Trash
screen
dengan
tipe
horizontal
vibrating
berfungsi
untuk
memisahkan slurry yang dihasilkan dari overflow hydrocyclone dengan sampahsampah seperti kayu dan plastik, sebelum dialirkan ke tangki leaching. Trash
screen pada plant 1 berukuran 1,2 m x 3,0 m, sedangkan pada plant 2 berukuran
900 mm x 1800 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,5 kW.
3. Gravity Concentrator Circuir (GCC)
a. Magnetic Screen
Magnetic Screen berfungsi untuk menangkap logam-logam yang bersifat
magnetik yang terdapat dalam slurry yang dilengkapi dengan alat penyaring untuk
memisahkan partikel berukuran -2 mm sebelum masuk ke proses selanjutnya.
Magnetic screen memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Dimensi
: 1,8 L x 2,38 m W
Laju Umpan
: 200 m /jam
Ukuran Partikel
: 1m 2mm
Putaran Drum
: 20 rpm
Daya
: 1,1 kW
berat jenis lebih tinggi (berat jenis emas 19,3 gr/cm dan berat jenis perak 10,5
3
gr/cm ) akan menempel pada dinding falcon, sedangkan pengotor yang umumnya
3
berupa silika (berat jenis silika 2,6 gr/cm ) akan dikembalikan menuju ball
mill. Falcon gravity concentrator memiliki spesifikasi sebagai berikut :
3
Kapasitas Slurry
Ukuran Partikel
: 45m 2mm
Kecepatan Motor
Daya
: 18 kW
Panjang
: 2,29 m
Diameter
:1m
Ukuran Partikel
: 74 m
Putaran Motor
: 2 rpm
d. Feed Cone
Feed cone merupakan tangki penampungan konsentrat emas dan perak
hasil dari proses gravity concentrator. Di dalam feed cone akan berlangsung
proses pengurangan kadar air dalam konsentrat (dewatering). Feed cone akan
menampung konsentrat sebanyak 1500 kg sebelum dialirkan menuju Inline
Leach
3
Reactor (ILR). Feed cone memiliki kapasitas sebesar 2,5 m dengan panjang
5,769 m, lebar 5,221 m, dan tinggi 2,270 m.
e. Solution Cone
Solution cone merupakan tangki penampungan larutan natrium sianida
yang akan digunakan untuk proses intensive leaching di ILR. Kapasitas tangki ini
3
sebesar 4,3 m . Tangki ini juga berfungsi sebagai tempat sirkulsi slurry selama
proses intensive leaching.
f. Sump Tank
Sump tank merupakan tangki terbuka yang menghubungkan antara ILR
dan solution cone berfungsi sebagai tempat sirkulasi slurry. Tangki ini dilengkapi
dengan alat penyaring yang berfungsi untuk menyaring partikel yang berukuran
besar yang ikut terbawa dalam aliran slurry dari ILR.
4. Leaching
a. Leaching Tank
Leaching tank merupakan tangki yang digunakan untuk proses pelarutan
selektif logam emas dan perak dari ore menggunakan larutan natrium sianida.
Pada plant 1 terdapat 2 tangki leaching dengan kapasitas masing-masing sebesar
3
b. Talangan (Launder)
Talangan berfungsi untuk mengalirkan slurry dari tangki leaching pertama
menuju tangki-tangki selanjutnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
c. Cyanide Mixing Tank
Tangki ini berfungsi untuk melarutkan sianida yang akan digunakan untuk
proses leaching pada tangki leaching dan GCC. Tangki bermaterial stainless steel
ini dilengkapi dengan agitator dan cyanide drum tripper untuk menumpahkan
3
d. Holding Tank
Holding tank befungsi untuk menampung barrent solution yang dihasilkan
dari proses elution tahap pre treatment dan proses electrowinning. Holding tank
3
Unit Recovery
Unit sianidasi terdiri dari proses carbon in leach, elution, electowinning,
dan smelting.
Volume
290 m
340 m
Diameter
7,25 m
7,25 m
Tinggi
7,65 m
8,9 m
Material
Carbon steel
Carbon steel
b. Agitator
Agitator pada tangki CIL berfungsi untuk memperbesar luas kontak antara
karbon aktif dengan senyawa kompleks emas dan perak. Agitator ini dilengkapi
saluran udara yang dihasilkan oleh kompresor untuk memenuhi konsentrasi
oksigen terlarut di dalam tangki CIL. Konsumsi daya agitator pada tangki CIL
sebesar 22 kW dengan putaran motor 1455 rpm.
c. Interstage Screen
Interstage screen dengan tipe kambalda terdapat di bagian atas tangki
tangki CIL untuk mencegah terbawanya karbon dengan aliran slurry. Interstage
2
screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 2,6 m dengan ukuran pori
0,8 mm.
d. Carbon Transfer Screen
Carbon transfer screen dengan sieve band berfungsi untuk memisahkan
karbon yang akan dipompakan oleh carbon transfer pump dengan slurry. Carbon
2
transfer screen dengan material stainless steel memiliki ukuran 0,6 m dengan
ukuran pori 1,5 mm.
e. Carbon Transfer Pump
Carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan karbon dari tangki
yang satu ke tangki lainnya. Carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 34
3
m /h. Konsumsi daya Carbon transfer pump sebesar 5,5 kW dengan putaran
motor 1435 rpm. Pada Plant 2 menggunakan air lift untuk memindahkan karbon
dengan bantuan udara yang dihasilkan oleh kompresor. Penggunaan air lft ini
bertujuan untuk mencegah rusaknya karbon.
f. Loaded Carbon Transfer Pump
Loaded carbon transfer pump berfungsi untuk memompakan loaded
carbon dari tangki CIL pertama ke surge bin melewati loaded carbon screen.
3
Loaded carbon transfer pump memiliki kapasitas sebesar 35 m /h. Konsumsi daya
Loaded carbon transfer pump sebesar 7,5 kW dengan putaran motor 1470 rpm.
g. Loaded Carbon Screen
Loaded carbon screen diletakan sebelum surge bin untuk memisahkan
loaded carbon dengan slurry. Loaded carbon screen memiliki ukuran 900 m x
800 m dengan ukuran pori 1,0 mm. Konsumsi daya alat ini sebesar 1,1 kW.
2. Elution
a. Carbon Surge Bin
Carbon surge bin merupakan tempat penampungan loaded carbon yang
berasal dari tangki CIL pertama. Surge bin dengan material SS-41 memiliki
kapasitas sebesar 6 ton
b. Elution Column
Elution column merupakan tangki tertutup tempat berlangsungnya proses
desorpsi atau pelepasan logam Au dan Ag dari loaded carbon. Elution column
3
c. Electrolyte Filter
Electrolyte filter berfungsi untuk menyaring karbon yang ikut terbawa
bersama aliran yang akan masuk ke dalam recycle tank dan eluate tank. Selain itu,
electrolyte filter berfungsi untuk menjaga saluran yang ada pada reclaime heat
exchanger agar tidak terjadi penyumbatan. Terdapat 2 electrolyte filter yang
digunakan dengan tipe Inline Sigle Basket Strainer berkapasitas 24 m/jam dan
diameter lubang 0,35 mm.
d. Reclaim Heat Exchanger
Reclaime Heat exchanger (RHE) digunakan pada pemanasan awal larutan
yang akan digunakan pada elution column. Larutan akan dipanaskan hingga suhu
60 C sebelum dipanaskan didalam plate heat exchanger (PHE). Selain itu, RHE
juga digunakan untuk menangkap panas dari solution yang berasal dari elution
3
j. Recycle Tank
Recycle tank merupakan tangki penampung air yang dihasilkan dari proses
elution tahap water elution dan cooling yang akan digunakan kembali pada tahap
3
memiliki kapasitas 60 m dengan dimensi diameter 4 meter dan tinggi 5,3 meter,
3
solid hingga mencapai 50-60% solid. Selain itu, thickener 1 berfungsi untuk
menurunkan konsentrasi sianida yang akan dialirkan ke tangki detoksifikasi.
Thickener 1 memiliki ukuran diameter 12 m dengan konsumsi daya sebesar 7,5
kW.
2. Thickener 2
Thickener 2 berfungsi untuk mengendapkan slurry tahap kedua hingga
mencapai 50-60% solid. Thickener 2 memiliki ukuran diameter 7,5 m dengan
konsumsi daya sebesar 5,5 kW.
3. Thickener Underflow Sump
Thickener underflow sump berfungsi untuk menampung underflow dari
thickener 1 dan 2 yang selanjutnya akan dialirkan ke proses detoksifikasi.
Thickener underflow sump memiliki kapasitas 4 m3 dengan ukuran 2 m x 2,5 m.
kapasitas 6 m .
6. Carbon In Column (CIC) Tank
CIC tank adalah tangki yang berisi karbon aktif untuk menyerap
kandungan emas dan perak yang terdapat pada overflow thickener plant 2 sebelum
3
silo memiliki kapasitas sebesar 4 m dengan diameter 2,1 m dan tinggi 2,2 m
9. Backfill Sump
Backfill sump berfungsi untuk menampung underflow dari backfill silo
berupa tailing yang akan digunakan untuk filling di tambang. Backfill sump
3
bendungan dengan kapasitas 2500 m dan luas 12 hektar. Tailing yang dibuang ke
tailing dam berasal dari overflow backfill silo. Ketinggian air dijaga pada elevasi
510 mdpl.
memiliki satu buah decant pond dengan kapasitas 4500,5 m dengan panjang 214
m, lebar 8,66 m dan kedalaman 1,67 m.
BAB V
UTILITAS
Utilitas adalah unit yang mendukung berlangsungnya suatu proses
produksi dalam suatu pabrik. Unit utilitas yang tersedia di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor meliputi kebutuhan air (water supply),
kebutuhan udara tekan (air supply) dan kebutuhan energi listrik (electrical
supply).
5.1
untuk mendukung proses produksi. Kebutuhan air di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor pada proses pengolahan emas dan peraknya
meliputi air bersih (fresh water), air proses (process water), dan raw water.
1.
buah tangki tertutup berkapasitas 750 m . Kebutuhan air bersih (fresh water) di
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor sebanyak 84.910,98
3
Gold Room, untuk kebutuhan shower dan pengencer pada tangki NaCN
1.
dengan konsentrasi yang rendah dan masih dapat digunakan pada proses produksi.
Air proses (process water) berasal dari tailing dam, overflow thickener plant 1
dan overflow thickener plant 2.
Air proses (process water) berasal dari tailing dam dipompakan oleh
3
return water pump dengan debit 125 m /jam menuju dua buah tangki dengan
3
kapasitas 600 m . Air bersih (fresh water) yang berasl dari tailing dam digunakan
untuk keperluan proses dan didistribusikan menuju:
Tailing Sump
Trash Screen
In/Outlet Mill
2. Raw Water
Raw water adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan kantor,
laboratorium, dan goldroom. Raw water berasal dari PT. Pasir Jawa yang
tank dengan kapasitas 60 m , sedangkan raw water untuk keperluan kantor dan
laboratorium langsung didistribusikan menggunakan pompa. Kebutuhan raw
water pada bulan Februari 2015 di PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
3
Satu buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 172 m /jam, tekanan
operasi 6 bar, dan daya sebesar 18,5 kW.
Tiga buah kompresor rotary screw dengan kapasitas 258 m /jam, tekanan
operasi 6 bar, dan daya sebesar 24 kW.
Dua buah kompresor dengan kapasitas 23 m /jam, tekanan operasi 7,5 bar,
dan daya sebesar 152 kW.
Dua buah kompresor rotary screw dengan tekanan operasi maksimal 7,5
bar dan daya sebesar 132 kW.
Empat buah kompresor rotary cyclone dengan kapasitas 220 m /jam dan
daya sebesar 22 kW.
5.3
2.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berjumlah lima unit. Dua unit
memiliki kapasitas sebesar 1825 kVA dengan kebutuhan bahan bakar solar
250 L/jam. Tiga unit lainnya memiliki kapasitas sebesar 1500 kVA dengan
kebutuhan bahan bakar solar 200 L/jam. PLTD digunakan ketika distribusi
listrik dari PLN mengalami gangguan.
Kebutuhan energi listrik paling besar terdapat pada proses penambangan
yaitu sebesar 55% dari total konsumsi listrik. Proses pengolahan menggunakan
35% dari total konsumsi listrik, sedangkan 10% sisanya digunakan untuk
penerangan seluruh lokasi tempat kerja. Konsumsi listrik di PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Konsumsi Listrik Bulan Januari Februari 2015
Bulan
PLN (kWh)
PLTD (kWh)
Januari
5.169.504
20.500
Februari
Sumber Listrik
BAB VI MANAJEMEN
INDUSTRI
Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas adalah suatu unit bisnis strategis
yang menjadi bagian dari unsur operasi dalam organisasi PT PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor adalah mengelola operasional usaha
pertambangan emas berdasarkan prinsip-prisnsip good mining practice untuk
mencapai visi, misi dan strategi korporat agar menghasilkan nilai tambah bagi
pemegang saham dan stakeholder perusahaan.
6.1
b.
c.
Manager
berperan
menyusun
strategi,
kebijakan
dan
melalui
koordinasi,
mengevaluasi
kinerja
organisasi,
serta
peralatan
dan
bengkel
umum,
pemeliharaan
tambang,
dan
pemeliharaan pabrik;
h. Engineering Bureau berperan mengkaji ulang teknologi yang terpakai untuk
mengadakan efisiensi dalam bidang teknik;
i. Quality Control Bureau berperan dalam hal pengukuran tambang, pengawasan
kadar bijih emas dan geoteknik, dan penyelenggaraan laboratorium;
j. Finance Bureau berperan mengelola dan mengawasi seluruh aktivitas
keuangan serta sistem informasi di lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor sehingga dapat mendukung strategi bisnis dan
operasi perusahaan;
k. Human
Resources Bureau
berperan merekrut,
mempertahankan
dan
and
Material
Management
Bureau
berperan
mengelola
Emas bertanggung jawab kepada direksi perseroan. Business Unit Head bertugas
dan bertanggung jawab sebagai berikut:
1. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang penambangan
dan pengolahan emas, pengolahan lingkungan pertambangan emas, dan
pengembangan masyarakat di sekitas lokasi pertambangan guna mengadakan
perbaikan kualitas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dan pencapaian
target manajemen di bidang operasional.
2. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang keuangan guna
mengadakan perbaikan berdasarkan risk management dan cost reduction
dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas untuk pencapaian target
manajemen di bidang keuangan.
3. Mengevaluasi dan mengkaji penerapan operasional di bidang sumber daya
manusia guna mengadakan perbaikan kualitas sumber daya manusia dan
pemberdayaan
melalui
pengembangan
sumber
daya
manusia
untuk
b.
pengolahan,
pemeliharaan,
engineering
dan
pengawasan
kualitas
serta
2)
oleh:
3)
Departemen Sianidasi
Departemen Recovery
Departemen Metalurgi
4)
Engineering.
5)
6)
Departemen Laboratorium
c.
2)
oleh:
Departemen Learning
3)
Departemen Security
4)
Center
and
Occupational
Health
Bureau
Head
dalam
d.
atas:
e.
Departemen KeselamatanKerja
Departemen Lingkungan
f.
6.2
Tenaga Kerja
6.2.1
perusahaan padat karya, dimana karyawan terdiri dari tenaga kerja ahli yang
mengutamakan kemauan untuk bekerja keras, sesuai dengan bidang pekerjaannya
yaitu pertambangan bawah tanah (underground mining).
Tabel 6.1 Kekuatan Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor Per 31 Januari 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
SATUAN KERJA
BUSINESS UNIT HEAD & STAF
Quality Management Assurance Bureau & STAF
OPERATION DIVISION HEAD
MINING OPERATION BUREAU & STAF
MINE PLANNING & DEVELOPMENT BUREAU
& STAF
PROCESS PLANT BUREAU & STAF
MAINTENANCE BUREAU & STAF
ENGINEERING BUREAU & STAF
QUALITY CONTROL BUREAU & STAF
Sistem dan Prosedur
CSR, HR AND FINANCE DIVISION HEAD
FINANCE BUREAU & STAF
HUMAN RESOURCES BUREAU & STAF
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BUREAU
HEALTH CENTER & OCCUPATIONAL HEALTH &
STAF
PROCUREMENT & MATERIAL MGT BUREAU &
STAF
HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT BUREAU &
STAF
Jan-15
TETAP CAPEG TKWT LS RUI JUMLAH
24
8
1
161
1
111
24
9
1
276
35
12
54
66
91
9
35
2
8
31
12
1
-
1
1
1
1
56
77
33
3
8
3
123
169
9
69
0
2
12
39
16
22
29
24
29
59
529
26
335
891
PT
ANTAM
Tbk
Unit
Bisnis
Pertambangan
Emas
Pongkor
Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah karyawan perusahaan yang diangkat berdasarkan SK
tidak
tetap
merupakan
karyawan
yang
diangkat
b.
Pegawai Percobaan
Pegawai percobaan adalah calon pegawai perusahaan dan apabila pegawai
ini dinilai baik dan memiliki loyalitas yang tinggi. Haknya diberikan 80%.
Contoh :Tenaga kerja calon pegawai, hasil dari recruitment.
c.
d.
e.
6.2.2
Shift Kerja
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki dua
pembagian kerja yaitu shift dan non shift. Adapun jadwal kerja karyawan PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor tersedia pada tabel 6.2.
Tabel 6.2 Jadwal Kerja Karyawan PT ANTAM Tbk UBPE Pongkor
Non Shift
07.30 16.15
Jam Kerja
Hari Senin Jumat (kecuali hari
libur nasional)
Personal
Piket
6.3
Fasilitas Karyawan
6.3.1
Transportasi
a.
Bis Karyawan
Shift
1
08.00 16.00
2
16.00 24.00
3
24.00 08.00
Sistem Shift:
Grup:
1-1-2-2-3-3-0-0
(0=
A, B, C, D
libur)
Pengawas, operator
Hari kerja: 16.15 07.30
Hari libur: 07.30 07.30
Pongkor. Adapun jadwal keberangkatan dan trayek bis karyawan tersedia pada
tabel 6.2.
Tabel 6.3 Trayek Bis dan Jadwal Keberangkatan
b.
Leuwiliang Pongkor
Parengpeng Pongkor
Pongkor Leuwiliang
Mobil Dinas
Mobil dinas merupakan fasilitas yang diberikan untuk pejabat struktural
Business Unit
Head dengan mempertimbangkan bobot jabatan, peringkat, lama kerja, dan lama
di struktural. Setiap pengguna mobil dinas wajib mengikuti persyaratan dan
aturan yang berlaku.
c.
Mobil Operasional
Mobil pick up digunakan untuk mendukung kegiatan operasi di tambang,
pabrik, pemeliharaan, keamanan, comdev, dll. Izin pemakaian sesuai aturan aturan departemen pemegang.
6.3.2
Kantin
Kantin merupakan fasilitas penyedia kebutuhan konsumsi pangan
6.3.3
Mess
Mess merupakan fasilitas tempat tinggal yang diberikan kepada pekerja
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor dan tamu khusus
perusahaan. Terdapat dua mess yaitu di area administrasi dan perumahan
Parengpeng.
6.3.4
Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang tersedia berupa telepon internal, antar lokasi di
dalam wilayah kantor. Telepon keluar dari Pongkor melalui operator dan terdapat
jaringan selular dari INDOSAT. Komunikasi di dalam dan keluar tambang
menggunakan telepon internal dan HT. Fasilitas e-mail diberikan untuk karyawan
tertentu.
6.3.5
Pusat Informasi
a.
penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work Instruction.
b.
fungsi penghubung internal maupun keluar area sesuai kebutuhan dan Work
Instruction.
c.
6.3.6
Poliklinik
Poliklinik
merupakan
fasilitas
perusahaan
untuk
meningkatkan
6.3.7
Jaminan Sosial
Setiap pegawai yang berstatus sebagai pegawai tetap PT ANTAM Tbk
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor diberikan hak fasilitas jaminan sosial,
meliputi:
a. Jaminan sosial tenaga kerja
b. Iuran program jaminan sosial tenaga kerja
c. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.
d. Jaminan hari tua
e. Asuransi jiwa
f. Jaminan pemeliharaan dan fasilitas pegawai
g. Program iuran kesejahteraan hari tua.
6.4
Keselamatan Kerja
Kesahatan dan Keselamatan Kerja (K3) selalu menjadi prioritas utama PT
ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor. Terdapat dua program
safety yang dilaksanakan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor yaitu safety induction dan safety talk. Safety induction diperuntukkan
untuk siapapun yang akan memasuki lingkungan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor. Safety talk diperuntukkan bagi seluruh karyawan,
terutama yang berada di pertambangan dan pengolahan. Safety talk dilaksanakan
sebelum memulai pekerjaan yang bertujuan untuk menghindari resiko terjadinya
kecelakaan kerja. Pada safety talk terdapat penyampaian keadaan tidak aman yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja serta evaluasi kerja pada shift sebelumnya.
Seluruh karyawan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor yang bekerja di pertambangan dan pengolahan wajib menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti wearpack, safety helmet, ear plug, safety shoes. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
6.5
program
agroeutourism,
memperhatikan
luas wilayah
Konservasi
merupakan
salah
satu program
CSR.
Insiasi
masyarakat
dengan
Pihak
TNGH-S
Melalui
Pengelolaan
Kolaboratif;
Upaya untuk menerjemahkan pengelolaan kolaboratif multipihak antara
Antam UBPE Pongkor, TNGH-S serta masyarakat sekitar.
c. Penguatan kemandirian kelembagaan institusi ekonomi lokal yang berbasiskan
komoditas lokal.
d. Meningkatkan akses pelayanan dan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Pengembangan POSYANDU yang lebih ditekankan pada pengembangan
kemampuan manajerial (pengelolaan); upaya pemanfaatan pekarangan untuk
tanaman obat; pencegahan dan penanggulangan gizi buruk; pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular.
Pemenuhan
pendidikan
dasar
tahun.
Ditekankan
pada
upaya
BAB VII
TATA LETAK PABRIK
7.1
Lokasi
PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor terletak di
7.2
Penggunaan Lahan
Lahan di PT. ANTAM Tbk UBPE terbagi menjadi empat sektor utama,
yaitu area administrasi, area pengolahan, area tambang, dan area IPAL. Gambar
pembagian lahan disajikan pada Gambar 7.2.
7.2.1
Area Administrasi
Area administrasi terdiri kantor pusat administrasi sebagai pusat
manajemen dan tempat penyimpanan arsip-arsip di PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor. Pada area ini terdapat beberapa kantor pimpinan
perusahaan seperti Business Unit Head, Corporate Social Responsibility, Human
Resources dan Finance Division Head.
Area administrasi dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain seperti
poliklinik, masjid, kantin, lapangan tenis, dan lahan parkir untuk pegawai yang
menggunakan kendaraan roda empat.
7.2.2
Area Pengolahan
Area pengolahan ini terdiri dari pabrik, gudang, dan kantor. Pabrik
merupakan tempat proses pengolahan bahan baku berupa ore menjadi produk
utama dore bullion. Area pengolahan terdiri dari 3 unit yaitu unit sianidasi, unit
recovery, dan unit pengolahan limbah. Gudang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan seluruh kebutuhan proses produksi serta proses penambangan
seperti bahan-bahan kimia dan spare part. Selain itu, gudang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara alat-alat dari pabrik yang sudah tidak digunakan.
Terdapat 3 kantor di area pengolahan yaitu :
1. Kantor pengolahan sebagai pusat tempat manajerial Process Plant Bureau dan
Engineering Bureau.
2. Kantor administrasi Maintenance sebagai tempat manajerial Maintenance dan
termasuk pengelolaan di bidang operasi peralatan dan bengkel umum,
kelistrikan, pemeliharaan tambang, dan pemeliharaan pabrik.
3. Laboratorium sebagai tempat untuk analisis sampel pada plant dan juga
sebagai tempat percobaan perencanaan pengolahan pabrik.
7.2.3
Area Tambang
Area tambang tersebar di beberapa tempat seperti area tambang Ciurug,
Ciguha, Kubang Cicau, Gudang Handak dan Pasir Jawa. Di area tambang terdapat
bengkel di dalam dan di luar tambang bawah tanah. Bengkel yan g berada di
luar tambang bawah tanah merupakan bengkel grandby yang berfungsi untuk
mengangkut hasil tambang, sedangkan bengkel yang berada di dalam merupakan
bengkel untuk memelihara alat-alat berat dalam tambang. Area tambang ini juga
memiliki kantor administrasi tersendiri sebagai pusat manajerial tambang.
7.2.4
BAB VIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
.Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT ANTAM Tbk Unit
Bisnis Pertambangan Emas Pongkor berpotensi merusak lahan dan mengganggu
keanekaragaman hayati sekitar, sehingga PT ANTAM Tbk Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor wajib melakukan pengelolaan lingkungan untuk
mengurangi dampak terhadap lingkungan.
8.1
Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
Kebijakan Lingkungan
Kebijakan lingkungan ini merupakan bentuk komitmen PT ANTAM Tbk
lahan
terganggu
dan
merehabilitasi
sesuai
dengan
Peringkat
PROPER
Konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency)
Emas
dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan
bertanggungjawab terhadap masyarakat;
Hijau
Pengelolaan
lingkungan
compliance)
melalui
lebih
dari
pelaksanaan
yang
sistem
dipersyaratkan
pengelolaan
(beyond
lingkungan,
Biru
Merah
Hitam
melakukan
mengakibatkan
pelanggaran
perbuatan
pencemaran
terhadap
ataun
dan/atau
peraturan
melakukan
kerusakan
kelalaian
yang
lingkungan
serta
penundang-undangan
atau
tidak
8.1.2
Tahun
Tingakatan PROPER
2010
Hijau
2011
Biru
2012
Biru
2013
Hijau
2014
Hijau
Keanekaragaman Hayati
Pada Desember 2010 sebagai salah satu bentuk tanggungjawab dan
Reklamasi
Upaya lain yang dilakukan PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
Pengolahan Limbah
Pada proses produksinya PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan
lingkungan.
Pengolahan
limbah
yang
dilakukan
adalah
tailing
treatment
-
dengan mengubah (CN ) menjadi sianat (CNO ) yang lebih stabil sehingga tidak
membahayakan apabila dibuang ke lingkungan.
8.2.1 Tailing Treatment
Tailing treatment merupakan proses pengolahan limbah slurry yang
dihasilkan oleh PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
Slurry yang berasal dari tangki CIL terakhir akan melalui tahap-tahap pengolahan
meliputi thickening, detoksifikasi, dan backfill silo. Diagram alir tailing treatment
dapat dilihat pada Gambar 8.1
1. Thickener
Slurry yang berasal dari tangki terakhir CIL akan dialirkan menuju
thickener 1 untuk diendapkan selama 15 menit dengan bantuan koagulan dan
flokulan. Pada thickener ini diharapkan % solid mencapai 50%. Underflow dari
thickener akan ditampung di dalam underflow sump, sedangkan overflow akan
dialirkan menuju ke thickener 2. Proses pada thickener 2 berlangsung lebih lama
yaitu 20 menit. Pada thickener 2 ditambahkan pula koagulan dan flokulan
bertujuan untuk menjernihkan overflow dari thickener 1. Overflow dari
thickener
2 akan ditampung di overflow sump sebelum dialirkan ke ball mill sebagai
Thickener
dilengkapi
dengan
rake
arms
yang
berfungsi
untuk
2. Detoxification
Detoxification merupakan proses destruksi sianida untuk mengurangi
kadar sianida sehingga memenuhi baku mutu lingkungan. Underflow dari
thickener memiliki kadar sianida sebesar 150-200 ppm dengan pH 9-10. Pada
proses destruksi ini dilakukan penambahan sodium metabisulfit (SMBS) dan
-
CN . Proses destruksi sianida pada detoxification tank dapat dilihat pada reaksi
8.1.
-
(8.1)
3. Backfill Silo
Slurry dari detoxification tank akan ditampung dalam backfill silo sebelum
dialirkan menuju tambang dan tailing dam. Underflow dari backfill silo akan
dialirkan menuju tambang sebagai bahan pengisi lubang bekas penambangan.
Slurry akan ditambahkan semen dan zat-zat additif sebelum digunakan sebagai
filling untuk memperkuat konstruksi. Overflow dari backfill silo akan dialirkan
menuju tailing dam. Namun saat ini, tambang tidak selalu membutuhkan slurry
untuk filling sehingga slurry akan dialirkan menuju tailing dam.
4. Tailing Dam
Tailing dam merupakan tempat pembuangan akhir slurry dimana terjadi
proses destruksi sianida secara alami akibat perubahan suhu, perubahan pH,
penguapan, dan pengenceran oleh air hujan sehingga akan terjadi penurunan kadar
sianida. Slurry dari backfill silo akan dialirkan ke bak existing untuk diendapkan,
selanjutnya overflow dari bak existing akan dialirkan ke dam utama, sedangkan
underflownya akan diangkut oleh dump truck menuju tempat pembuangan tailing
akhir. Pada saat bak existing penuh, slurry akan dialirkan menuju bak ekspansi
sebagai bak cadangan. Apabila tempat pembuangan akhir yang telah terisi penuh
oleh tailing akan dilakukan reklamasi.
Setiap bak dilengkapi dengan bak rembesan (Seepage Collection Dam)
yang berfungsi untuk menampung resapan air sehingga air akan mengalir ke dam
utama. Slurry dari dam utama akan dialirkan ke IPAL Cikaret untuk dilakukan
pengolahan sebelum dibuang ke sungai.
8.2.2 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
PT ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor menghasilkan
air limbah dari proses pertambangan dan pengolahan yang perlu diolah sebelum
dibuang ke lingkungan. Terdapat 2 unit pengolahan air limbah yaitu IPAL
Tambang dan IPAL Cikaret.
1. IPAL Tambang
IPAL Tambang berfungsi untuk mengolah air limbah yang berasal dari
proses penambangan. Air dari tambang akan dialirkan menuju ST-1 yang
selanjutnya akan dialirkan menuju ST-6. Pada ST-6 akan terjadi proses
pengendapan, overflow dari ST-6 akan dialirkan ke tangki effluent pada IPAL
Tambang.
Di dalam effluent tank akan terjadi proses destruksi sianida, penurunan pH,
dan penurunan nilai suspended solid (ss) hingga mencapai nilai baku mutu yang
telah ditetapkan. Baku mutu air limbah pada IPAL Tambang dapat dilihat pada
tabel 8.2.
Tabel 8.3 Baku Mutu Air Limbah IPAL Tambang
Tahun 2004
(OTI) ANTAM
0,5 ppm
0,35 ppm
pH
6 -9
7-8
SS
200 ppm
50 ppm
Parameter
CN
akan
langsung
dibuang
ke
sungai
Cikaniki.
Slurry
sebagai
underflow akan dikembalikan menuju ST-12 untuk diproses kembali karena masih
memiliki kandungan emas dan perak.
2. IPAL Cikaret
IPAL Cikaret akan mengolah air limbah yang berasal dari overflow tailing
dam yang dihasilkan dari proses tailing treatment. Proses yang dilakukan pada
IPAL Cikaret hampir sama dengan proses yang dilakukan pada IPAL Tambang.
Perbedaannya adalah kandungan sianida, nilai suspended solid dan pH dalam air
limbah yang diolah lebih tinggi dibandingkan dengan IPAL Tambang. Hal ini
dikarenakan air limbah ini bersalah dari proses pengolahan emas.
Koagulan
Flokulan
H2O2
Tailing
Dam
Effluent
Tank
Decant
Pond
Sungai Cikaniki
Pembuangan
Akhir Tailing
Oveflow dari tailing dam akan dialirkan menuju effluent tank untuk
dilakukan proses destruksi siainida, penurunan nilai suspended solid, dan
penetralan air limbah. Proses destruksi dilakukan dengan penambahan hidrogen
peroksida. Reaksi destruksi sianida dengan hidrogen peroksida dapat dilihat pada
reaksi 8.2. Alumunium sulfat berfungsi untuk mempercepat destruksi sianida dan
menurunkan pH air limbah. Koagulan dan flokulan digunakan untuk menurunkan
nilai suspended solid.
-
CN + H2O2
CNO + H2O
(8.2)
Air limbah yang telah diolah dalam effluent tank akan dialirkan menuju
decant pond untuk dilakukan proses pengendapan. Terdapat 3 decant pond yang
akan menampung air limbah.dengan kapasitas masing-masing sebesar 7263,03
3