Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

ISOLOASI / PENANAMAN MIKROBA

OLEH

KELOMPOK 3

1. NI KOMANG PUTRI PRADNYANI (202011)


2. IDA AYU NYOMAN ALIT SAWITRI (202012)
3. MOH.ANANG MAARUF (202013)
4. NI KETUT NIK WAHYUNI (202014)
5. NI KOMANG WIDIASIH (202015)
6. I NYOMAN HARDIANTA (202033)

D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik
2. Mampu melakukan isolasi bakteri dengan metode gores dan metode sebar

B. DASAR TEORI
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, baik didalam tanah, air, udara
maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan
selaput lendir). Mikroba sangat beragam jumlahnya, yang umumnya berada dalam
suatu populasi campuran. Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) tidak ada
bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri patogen
terdapat bersama-sama bakteri yang tidak berbahaya sehingga beberapa teknik isolasi
dan pemurnian mikroba sangat diperlukan untuk memisahkan tiap jenis mikroba
tersebut sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut (Waluyo, 2004).
Teknik pengambilan sampel untuk mendapatkan mikroba yang diinginkan
merupakan suatu aspek penting yang harus diperhatikan ketika melakukan penelitian
mikrobiologi. Sampel yang diambil haruslah merupakan representasi dari seluruh
bagian yang diteliti. Untuk itu diperlukan teknik yang benar agar terhindar dari
kesalahan yang mengakibatkan sampel menjadi bias.
Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor-faktor nutrisi serta
kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau udara). Cara menumbuhkan mikroba yang
anaerob sangat berbeda dengan yang aerob. Mengisolasi suatu mikroba ialah
memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya
sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara
menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain
untuk pertumbuhannya (Jutono dkk, 1980).
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan biakan
bakteri dari satu wadah ke wadah lain secara aseptik, sehingga hanya biakan murni
yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini sangat penting dalam tahap awal pekerjaan
isolasi mikroba terutama yang berasal dari stok kultur (bukan dari substrat).
Kegagalan dalam hal pemindahan biakan dapat menyebabkan kontaminasi dari
pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan (Dwidjoseputro, 1990).
Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikrobia adalah Spread plate
method (cara tebar/sebar), Streak plate method (cara gores), Pour plate method (cara
tabur).
1. Spread Plate Method (cara sebar)
Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara
menginokulasi kultur mikroba dengan cara dipulas atau disebar pada permukaan
media agar padat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba.
Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu
dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni
mikroba yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung

2. Streak Plate Method (cara gores)


Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450C, dituang ke dalam cawan
petri steril (cawan gelas dengan garis tengah sekitar tiga inci) dan dibiarkan sampai
menjadi padat. Kemudian menginokulasi biakan dilakukan dengan jarum ose pada
permukaan atas agar yang penuh dengan biakan campuran (misalnya specimen ludah
atau bahan lain). Ada beberapa metode penggoresan yang berbeda, namun kesemua
metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar organisme pada beberapa goresan
pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan jarum ose bergantian dari
satu bagian ke bagian lain cawan petri, bakteri yang tertinggal pada jarum ose
semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir akan
meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga setelah
mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar
terpisah satu sama lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril,
dan akan tumbuhlah biakan murni (Hadioetomo, 1993).

  Gambar 2.1 Metode Streak Plate (Colome, 2001)


        Ada beberapa teknik goresan yang biasa dipakai yaitu:

a. Goresan Sinambung
Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri
dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu petridish diputar
180o dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya
digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan
ke cawan atau medium baru.
b. Goresan T
Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian menggunakan
spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan
didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya.
c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu
dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung
banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari
goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah
menjadi koloni tunggal.

3. Pour Plate Method


Teknik ini dilakukan dengan menginokulasi medium agar yang sedang
mencair pada temperatur 45-50ºC dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba,
dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
 Kawat ose
 Lampu bunsen
 Beaker glass
 Spreader
 Pipet Volume

Bahan

 Agar miring nutrien agar


 Agar NA lempeng
 Biakan bakteri
 Roti dan Tempe

D. CARA KERJA
1. Streak Plate Method (cara gores)

Disiapkan biakan bakteri yang akan ditanam

Dibakar kawat ose, kemudian dinginkan

Disentuhkan ujung kawat ose pada koloni bakteri

Digoreskan kawat ose pada permukaan lempeng nutrien agar secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar, putar cawan petri dan oles kembali pada permukaan agar
yang kosong

Dibakar kembali kawat ose

inkubasikan selama 24 jam pada suhu ruangan


2. Teknik Sebar (Spread Plate Method)

Dibuat pengenceran 10-1-10-3 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer

Diambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan bakar leher
tabung

Dipindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan NA dalam cawan petri

Dibakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, kemudian


dibiarkan dingin

Ditebarkan atau sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan
sampai permukaan agar mengering

Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik selama 24


jam pada suhu kamar , diamati pertumbuhannya

3. Pour Plate Method (metode tabur)

Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu kurang lebih 45-50o (cirinya
terasa hangat dikulit

Dibuka tutup tabung yang mengandung kultur bakteri dan bakteri leher botol

dipindahkan 1 ml kultur murni kedalam tabung reaksi yang mengandung NA secara


aseptis

Dibakar leher tabung diatas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung
kultur murni bakteri kedalam cawan petri

Digoyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai


homogen. penggoyangan petri jangan terlalu kuat. pada saat penuangan media, petri
bisa diletakkan dalam radius maximal 20cm dari sumber api (zona steril )

Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. inkubasi
terbalik dilakukan setelah agar memadat . Amati pertumbuhannya
4. Penanaman Biakan Fungi

Diambil 2 lempeng PDA

Dipotong kecil roti dan tempe

Diletakkan potongan roti pada petri A

Diletakkan potongan tempe pada petri B

Biakkan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27oC

E. HASIL PENGAMATAN

No Tehnik Gambar Keterangan


1 Tehnik Gores
1. Goresan T a. Bacteri S A - Warna koloni : bening
kekuningan
- Bentuk koloni : circular
(melingkar)
- Tepi koloni : tidak beraturan

b. Bacteri E.coli

2. Goresan a. Bacteri S A
Sinambung - Warna koloni : bening
kekuningan
- Bentuk koloni : circular
(melingkar)
- Tepi koloni : tidak beraturan

b. Bacteri E.coli

3. Goresan a. Bacteri S A
Kuadran - Warna koloni : bening
kekuningan
- Bentuk koloni : circular
(melingkar)
- Tepi koloni : tidak beraturan

b. Bacteri E. Coli
4. Goresan a. Bacteri S A
Radian - Warna koloni : berwarna
kekuningan
- Bentuk koloni : irregular
(tidak beraturan)
- Tepi koloni : tidak beraturan

b. Bacteri E.coli

No Teknik Gambar Keterangan


.
2 Teknik Sebar 1. 10-1
- Bakteri SA a. Warna Koloni : Kuning
Pucat
b. Bentuk Koloni : Bulat
c. Tepi Koloni : Berombak

- Bakteri E-coli
a. Warna koloni : Kuning
pucat
b. Bentuk koloni : Bulat
c. Tepi koloni : tidak
beraturan
2. 10-2
- Bakteri SA

a. Warna koloni : Putih


b. Bentuk koloni : Myeelold
(seperti benang redler)
c. Tepi koloni : Filamen atau
seperti benang-benang

- Bakteri E. coli

a. Warna koloni : Kuning


b. Bentuk koloni : Bulat
c. Tepi koloni : Berombak

3. 10-3
- Bakteri SA

a. Warna koloni : Kuning


b. Bentuk koloni : Bulat
c. Tepi koloni : Berombak

- Bakteri E. coli

a. Warna koloni : Putih


kekuningan
b. Bentuk koloni : Bulat
c. Tepi koloni : Rata
No Teknik Gambar Keterangan
.
3 Teknik tuang - Bakteri SA
a. Warna Koloni : putih
b. Bentuk Koloni : Myeelold
( seprti benang radler)
c. Bentu Tepi Koloni : Seperti
riunbai

- Bakteri E.Coli

a. Warna Koloni : Putih


b. Bentuk Koloni : Myeelold
( seprti benang radler)
c. Bentuk Tepi Koloni : Seperti
riunbai

No Teknik Gambar Keterangan


.
4 Penanaman - Fungi Tempe
Biakan a. Warna Koloni : putih
Fungi kekuningan
b. Bentuk Koloni : Curled
( berkerut)
c. Bentuk Tepi Koloni :
Berombak

- Fungi Roti
a. Warna Koloni : Putih
Kekuningan
b. Bentuk Kolani : amoehoid
( seperti amuba)
c. Bentuk Tepi Koloni : Berlekuk
F. PEMBAHASAN
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Untuk menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor-
faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau udara).
Dalam praktikum mikrobiologi, kondisi steril (bebas dari mikroorganisme
kontaminan) sangat penting dan merupakan faktor yang paling menentukan
percobaan. Oleh karena itu, dalam praktikum selalu dilakukan sterilisasi/teknik
aseptik terlebih dahulu. Transfer material, pananaman dilakukan dalam ruang steril
(cleanbench) yang dilengkapi api burner (Bunsen), filter udara, lampu UV. Di
laboratorium mikrobiologi kita menggunakan teknik aseptis untuk mencegah
kontaminasi mikrobiologi dan mencegah kontaminasi ruangan dan personil dengan
mikroorganisme. Selain itu digunakan teknik aseptic selama pengambilan sampel agar
tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril.
Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikroba adalah Spread plate
method (cara tebar/sebar), Streak plate method (cara gores), dan Pour plate method
(cara tabur). Bakteri yang digunakan adalah E.coli dan SA.
Bakteri S.A ( Staphylococcus Aureus ) merupakan bakteri Gram positif
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang
tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC)
Bakteri E.coli ( Escherichia coli ) merupkan bakteri yang hidup di dalam usus
manusia untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri ini umumnya tidak
berbahaya. Namun, ada jenis E.coli tertentu yang menghasilkan racun
dan menyebabkan diare parah. Paparan E. Coli ini dapat menimbulkan gejala berupa
sakit perut, diare, mual, dan muntah. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri E. coli ini
akan berdampak lebih parah jika terjadi pada anak-anak dan lansia.

1. Teknik Gores (Streak Plate Method)


Pada praktikum Jumat, 30 april 2021 ada beberapa metode penggoresan yang
berbeda, namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar
organisme pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan
menggerakkan jarum ose bergantian dari satu bagian ke bagian lain cawan petri,
bakteri yang tertinggal pada jarum ose semakin berkurang. Jika dilakukan secara
sempurna, goresan akhir akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah
satu sama lain, sehingga setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari
bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama lain. Kemudian koloni
tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan murni,
pada praktikum kali ini ada 4 teknik goresan yang di pakai yaitu goresan T,
goresan sinambun, goresan radian dan goresan kuadran.
Teknik gores dilakukan dengan cara diSiapkan biakan bakteri yang akan
ditanam kembali, bakar kawat ose, biarkan dingin kemudian sentuhkan ujung
kawat ose pada koloni bakteri dan Goreskan kawat ose pada permukaan lempeng
nutrien agar secara kontinyu sampai setengah permukaan agar, putar cawan petri
dan oles kembali pada permukaan agar yang kosong kemudian Bakar kembali
kawat ose dan Inkubasikan selama 24 jam pada suhu ruangan secara terbalik.
Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan terbalik untuk mencegah air kondensasi
jatuh di atas permukaan sehingga dapat terjadi penyebaran koloni (Waluyo 2004).
Teknik goresan T yaitu adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian
menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose
dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya. Hasil
yang didapatkan setelah inkubasi selama 24 jam memiliki Warna koloni bening
kekuningan, Bentuk koloni circular (melingkar), Tepi koloni tidak beraturan
Teknik goresan sinambung adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada
koloni bakteri dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu
petridish diputar 180o dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung
umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk
peremajaan ke cawan atau medium baru. Hasil yang didapatkan setelah inkubasi
selama 24 jam memiliki Warna koloni bening kekuningan, Bentuk koloni :circular
(melingkar), Tepi koloni tidak beraturan
Teknik goresan radian menggoreskan ose dari atas sampai bawah dengan
membentuk anak panah lalu di mulai dengan goresan zig-zag dari pinggiran
cawan petri sampai ke bawah. Hasil yang didapatkan setelah inkubasi selama 24
jam memiliki Warna koloni berwarna kekuningan, Bentuk koloni irregular (tidak
beraturan), Tepi koloni : tidak beraturan
Teknilk goresan kuadran Hampir sama dengan goresan T, namun berpola
goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal
sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya
dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin
sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal. Hasil yang didapatkan
setelah inkubasi selama 24 jam memiliki Warna koloni bening kekuningan,
Bentuk koloni circular (melingkar), Tepi koloni : tidak beraturan

2. Teknik Sebar (Spread plate method)


Teknik ini dibuat dengan pengenceran 10-1-10-3 dari kultur murni bakteri
dengan larutan pengencer. Tujuan pengenceran adalah setelah inkubasi terbentuk
koloni pada cawan yang berisi media dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana
jumlahnya antara 30 dan 300 (Fardiaz,1993). Larutan pengencer yang digunakan
adalah NaCl. Pengerjaan teknik sebar dilakukan di Kabinet Laminar Airflow
Untuk melindungi sampel dari kontaminasi udara.
Pengenceran 10-1 dilakukan dengan menambahkan 1 ml kultur yang
dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya ditambahkan 9 ml larutan
pengencer (NaCl) kemudian di vortex dan diambil 0,1 ml selanjutnya sebar ke
lempeng NA. Pengenceran 10-2 dilakukan dengan menambahkan 1 ml dari
pengenceran 10-1 dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya ditambahkan 9
ml larutan pengencer (NaCl) kemudian di vortex dan diambil 0,1 ml selanjutnya
sebar ke lempeng NA. Pengenceran 10-3 dilakukan dengan menambahkan 1 ml
dari pengenceran 10-2 dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya ditambahkan
9 ml larutan pengencer (NaCl) kemudian di vortex dan diambil 0,1 ml
selanjutnya sebar ke lempeng NA. Setelah permukaan agar mengering,
selanjutnya inkubasikan secara terbalik selama 24 jam pada suhu kamar.
Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan terbalik untuk mencegah air
kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga dapat terjadi penyebaran koloni
(Waluyo 2004).
Sebelum atau sesudah membuka lempeng NA atau tabung reaksi yang berisi
pengenceran dan alat lainnya perlu dilakukan teknik aseptik terlebih dahulu
dengan cara membakar cawan petri atau tabung reaksi diatas api bunsen.
 Hasil yang didapatkan setelah diinkubasi selama 24 jam pada teknik sebar 10-
1
pada bakteri SA memiliki Warna koloni Putih, bentuk koloni Myeelold
(seperti benang redler) dan tepi koloni adalah Filamen atau seperti benang-
benang. Dan pada bakteri E.Coli memiliki warna koloni Kuning pucat
berbentuk bulat dan menyebar dan Tepi koloni tidak beraturan.
 Hasil yang didapat setelah diinkubasi selama 24 jam pada teknik sebar 10-1
pada bakteri SA memiliki warna koloni putih, koloni berbentu Myeelold
(seperti benang redler) serta memiliki tepi koloni Filamen atau seperti
benang-benang. Dan pada bakteri E.Coli memiliki warna kuning, berbentuk
bulat dan tepi berombak.
 Hasil yang didapat setelah diinkubasi selama 24 jam pada teknik sebar 10-3
pada bakteri SA memiliki warna kuning, berbentuk bulat dan tepi koloni
berombak. Sedangkan pada bakteri E.Coli memiliki warna putih kekuningan,
berbentuk bulat dan memiliki tepi koloni rata.

3. Teknik Tuang
Teknik tuang dilakukan dengan cara mendiinginkan media NA dalam
tabung reaksi sampai suhu kurang lebih 45-50o (cirinya terasa hangat dikulit),
kemudian Dibuka tutup tabung yang mengandung kultur bakteri dan bakteri leher
botol , dipindahkan 1 ml kultur murni kedalam tabung reaksi yang mengandung
NA secara aseptis, dibakar leher tabung diatas bunsen, dan tuangkan media NA
yang telah mengandung kultur murni bakteri kedalam cawan petri , kemudian
Digoyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai
homogen. penggoyangan petri jangan terlalu kuat. pada saat penuangan media,
petri bisa diletakkan dalam radius maximal 20cm dari sumber api (zona steril ),
Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam.
inkubasi terbalik dilakukan setelah agar memadat.
Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan terbalik untuk mencegah air
kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga dapat terjadi penyebaran koloni
(Waluyo 2004). Tujuannya adalah memisahkan sel-sel bakteri satu sama lain
sehingga terbentuk menjadi koloni-koloni yang terpisah dalam bentuk medium
yang padat. Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan
biakan murni.
Setelah 24 jam diinkubasi, hasil yang didapatkan Bakteri SA
( Staphylococcus Aureus ) memiliki Warna Koloni putih berbentuk Myeelold
( seprti benang radler) dan bentuk tepi Koloni Seperti riunbai. Dan Bakteri E.Coli
( Escherichia Coli memiliki warna Koloni Putih berbentuk Myeelold ( seprti
benang radler) dan b entuk Tepi Koloni Seperti riunbai.

4. Penanaman Biakan Fungi


Penanaman biakan fungi menggunakan media roti tawar dan tempe. Roti
tawar adalah salah satu bahan pangan yang banyak dikunsumsi di masyarakat.
Ketahanan roti tawar tidak lebih dari seminggu sehingga mudah terkontaminasi
oleh mikoorganisme seperti jamur. Jamur tempe atau yang sering disebut sebagai
kapang tempe memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan butir-
butir kedelai menjadi tempe yang padat. Jamur yang biasa digunakan dalam
pembuatan tempe termasuk kelompok jamur Zygomycota yang memiliki benang-
benang hifa yang bersekat.
Penanaman Biakan Fungi dilakukan dengan cara diambil 2 lempeng PDA,
dipotong kecil roti dan tempe kemudian diletakkan potongan roti pada petri A dan
diletakkan potongan tempe pada petri B selanjutnya dibiakkan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 27oC. Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan terbalik untuk
mencegah air kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga dapat terjadi
penyebaran koloni (Waluyo 2004).
Setelah diinkubasi secara terbalik selama 24 jam, maka didapatkan hasil
Fungi media roti tawar memiliki Warna Koloni Putih Kekuningan berbentuk
amoehoid ( seperti amuba) dan Bentuk Tepi Koloni Berlekuk. Fungi media Tempe
memiliki warna Koloni putih kekuningan berbentuk Curled ( berkerut) dan bentuk
tepi koloni berombak.

G. KESIMPULAN
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan
mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Untuk
menanam suatu mikroba perlu diperhatikan faktor-faktor nutrisi serta kebutuhan akan
oksigen (gas, O2 atau udara). Dalam praktikum mikrobiologi, kondisi steril (bebas
dari mikroorganisme kontaminan) sangat penting dan merupakan faktor yang paling
menentukan percobaan. Oleh karena itu, dalam praktikum selalu dilakukan
sterilisasi/teknik aseptik terlebih dahulu.
Pada praktikum jumat, 30 april 2021 dilakukan isolasi bakteri dengan teknik
gores, metode tabur dan metode tuang dan juga penanaman biakan fungi dengan
media roti tawar dan tempe. Bakteri yang digunakan adalah S.A ( Staphylococcus
Aureus ) dan Bakteri E.coli ( Escherichia coli ).
Pada proses isolasi bakteri dengan teknik penggoresan diperlukan keahlian
dalam menggoreskan media agar didapatkan biakan murni bakteri yang diinginkan.
Karena penggoresan yang semakin melemah pada setiap kuadran akan menyaring
atau mengisolasi secara tidak langsung pada jenis bacteri tertentu sehingga metode ini
akan memperoleh biakan murni pada satu titik pada kuadran empat.
Pada proses isolasi bakteri dengan teknik sebar, dilakukan pengenceran 10-1-10-3
dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer. Tujuan pengenceran adalah
setelah inkubasi terbentuk koloni pada cawan yang berisi media dalam jumlah yang
dapat dihitung, dimana jumlahnya antara 30 dan 300.
Pada proses isolasi bakteri dengan teknik tuang dengan menggunakan bakteri
SA dan E.Coli. Penanaman biakan fungi menggunakan media roti tawar dan tempe.
Penanaman Biakan Fungi dilakukan dengan cara diambil 2 lempeng PDA, dipotong
kecil roti dan tempe kemudian diletakkan potongan roti pada petri A dan diletakkan
potongan tempe pada petri B selanjutnya dibiakkan diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 27oC. Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan terbalik untuk mencegah air
kondensasi jatuh di atas permukaan sehingga dapat terjadi penyebaran koloni
(Waluyo 2004).

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, L., 2004, Mikrobiologi Umum, Malang, UMM press.

Jutono dkk.1980.Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum (Untuk Perguruan


Tinggi).Yogyakarta:Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta

Colome,JS, Et al., 2001, Laboratory Exercises in Microbiology, West Publishing


Company.New York.

Anda mungkin juga menyukai