Anda di halaman 1dari 2

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN FARMASI UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI 4.

1 PENGKAJIAN /
PENILAIAN PERESEPAN (PEDOMAN TELAAH ULANG REGIMEN OBAT (DRUG REGIMEN REVIEW) )
Tujuan : Memastikan bahwa rejimen obat diberikan sesuai dengan indikasi kliniknya, mencegah atau
meminimalkan efek yang merugikan akibat penggunaan obat dan mengevaluasi kepatuhan pasien
dalam mengikuti rejimen pengobatan. Kriteria ibu hamil/menyusui yang mendapat prioritas untuk
dilakukan telaah ulang rejimen obat : - Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih
dalam sehari - Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang berisiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang serius - Menderita tiga penyakit atau lebih - Mengalami
gangguan kognitif, atau tinggal sendiri - Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan - Akan
pulang dari perawatan di rumah sakit - Berobat pada banyak dokter - Mengalami efek samping yang
serius, alergi Tatalaksana telaah ulang rejimen obat : a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus
memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoterapi ibu hamil dan menyusui dan
ketrampilan yang memadai b. Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat ibu hamil /
menyusui: - Meminta ibu hamil/menyusui untuk memperlihatkan semua obat yang sedang
digunakannya - Menanyakan mengenai semua obat yang sedang digunakan ibu hamil/menyusui,
meliputi: obat resep, obat bebas, obat tradisional/jamu, obat suplemen - Aspek-aspek yang
ditanyakan meliputi: nama obat, frekuensi, cara penggunaan dan alasan penggunaan - Melakukan
cek silang antara informasi yang diberikan ibu hamil/menyusui dengan data yang ada di catatan
medis, catatan pemberian obat dan hasil pemeriksaan terhadap obat yang diperlihatkan -
Memisahkan obat-obat yang seharusnya tidak digunakan lagi oleh ibu hamil / menyusui -
Menanyakan mengenai efek yang dirasakan oleh ibu hamil / menyusui, baik efek terapi maupun efek
samping - Mencatat semua informasi di atas pada formulir pengambilan riwayat penggunaan obat
ibu hamil/ menyusui c. Meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter d. Mengidentifikasi masalah
yang berkaitan dengan penggunaan obat e. Melakukan tindakan yang sesuai untuk masalah yang
teridentifikasi 4.2 PEDOMAN PEMANTAUAN PENGGUNAAN OBAT Tujuan : Mengoptimalkan efek
terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan akibat penggunaan obat. Tatalaksana
pemantauan penggunaan obat : a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki
pengetahuan tentang patofisiologi, terutama pada ibu hamil dan menyusui, prinsipprinsip
farmakoterapi, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik yang
berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan berkomunikasi yang memadai. b.
Mengumpulkan data ibu hamil/menyusui, yang meliputi : - Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan, nama ruang rawat/poliklinik, nomor registrasi) - Riwayat penyakit
terdahulu - Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi, penggunaan obat non resep) - Data
hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik - Masalah medis yang diderita - Data obat-
obat yang sedang digunakan Data /informasi dapat diperoleh melalui : - wawancara dengan ibu
hamil / menyusui atau - catatan medis - kartu indeks (kardeks) - komunikasi dengan tenaga
kesehatan lain (dokter, perawat) c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya
mengidentifikasi adanya masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat d. Memberikan
masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai penyelesaian masalah yang teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir yang dibuat khusus.
Obat Yang Digunakan Pada Masa Kehamilan • Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan •
Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu diharapkan lebih besar
dibandingkan risiko pada janin • Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama
trimester pertama kehamilan • Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara
luas pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat yang belum
pernah dicoba secara klinis • Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu
sesingkat mungkin • Hindari polifarmasi • Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan
pemantauan pengobatan pada beberapa obat (misalnya fenitoin, litium) Obat Yang Digunakan Pada
Wanita Menyusui • Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan
memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun
bayinya. • Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan •
Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan
obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga
berisiko terjadi penimbunan obat • Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang
menghasilkan jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi • Hindari atau hentikan sementara
menyusu • Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat
terhadap efek samping yang mungkin terjadi • Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki
sedikit data 4.3 PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI Informasi perlu diberikan kepada semua
wanita yang merencanakan kehamilan, peran farmasis selain memberikan informasi tentang obat,
juga memberikan penyuluhan tentang kesuburan dan perencanaan kehamilan. Informasi yang
diberikan secara umum adalah untuk menghindari segala jenis obat, alkohol, rokok, dan obat
penenang. Yang harus ditekankan dalam pemberian penyuluhan tentang penggunaan obat pada
wanita hamil adalah manfat pengobatan pada wanita hamil harus lebih besar daripada risiko jika
tidak diberikan pengobatan. Contohnya adalah pada wanita hamil yang menderita epilepsi, lebih
berbahaya apabila tidak diberikan pengobatan karena risiko terjadi kejang pada ibu dan janin lebih
berbahaya dibandingkan dengan potensi kelainan janin sebagai akibat pemberian obat. Oleh karena
itu, nasehat tentang pengobatan secara berkesinambungan pada wanita hamil yang menderita
penyakit kronis sangat diperlukan. Apabila pemberian obat tidak dapat dihentikan selama
kehamilan, maka pengobatan harus berada dalam pengawasan dan pemantauan dokter. Selain itu,
juga harus diberikan informasi mengenai bahaya penggunaan beberapa obat selama menyusui.
Beberapa obat dapat tepenetrasi ke dalam ASI melalui proses difusi pasif, dosis yang masuk biasanya
1-2 % dosis yang digunakan ibu. Dengan ini maka bayi akan terpengaruhi, sehingga penyuluhan
penting dilakukan. Metode penyuluhan dapat diberikan dengan penyuluhan langsung (tatap muka)
ataupun dengan penyebaran pamflet ke masyarakat (melalui RS ataupun puskesmas) agar informasi
tersebar dengan luas dan menghindari efek-efek yang merusak janin ataupun bayi.

Anda mungkin juga menyukai