Anda di halaman 1dari 18

Bab 4 Prinsip Pemberian Obat

Peran utama seorang perawat dalam pemberian obat adalah untuk memastikan resep obat-
obatan diberikan dalam ketentuan yang aman. Pemberian obat adalah komponen yang sangat
penting yang menyediakan perawatan intensif yang luas yang menggabungkan seluruh aspek proses
perawatan. Dalam hal pemberian obat, perawat akan bekerja sama dengan dokter, ahli obat
(apoteker), dan tentunya pasien. Tujuan bab ini adalah mengenalkan peran dan tanggung jawab
perawat dalam memberikan pengobatan secara aman dan efektif.

Penanganan Perawat dalam Pemberian Obat


4.1 Pengetahuan obat-obatan, Pemahaman, dan Tanggung jawab perawat.
Baik dalam memberikan dan mengawasi penggunaan obat, perawat diharapkan memahami
prinsip pharmacotherapeutic untuk semua jenis obat yang diberikan pada setiap pasien.
Memberikan dalam jumlah yang banyak beberapa obat dan menimbulkan kesalahan medikasi
tentunya adalah sebuah tugas yang besar. Tanggung jawab perawat termasuk pengetahuan dan
pemahamannya adalah:
 Jenis obat apa yang dipesan
 Nama (generik dan trade) dan klasifikasi obat
 Tujuan kegunaan
 Efek pada tubuh
 Kontra-indikasi
 Pertimbangan khusus ( berapa usia, berat badan, pembagian lemak tubuh, dan
individual pathopysiologic states affect pharmacotherapeutic response)
 Efek samping
 Mengapa pengobatan dibuat untuk pasien tersebut
 Bagaimana obat tersebut diberikan oleh farmasi
 Bagaimana obat diberikan, termasuk jarak dosis
 Pertimbangan perawat sehubungan dengan pengobatan yang diberikan pada pasien.
Sebelum memberikan obat apapun, perawat harus memperoleh dan memproses informasi
yang bersangkutan dengan catatan pengobatan pasien, pertimbangan (khusus) fisik, proses
penyakit, dan mempelajari kebutuhan serta kemampuannya. Faktor pertumbuhan dan
perkembangan harus selalu dipertimbangkan. Penting untuk diingat bahwa variabel dalam jumlah
besar dapat mempengaruhi respon pasien terhadap obat tersebut. Memahami betul akan variabel-
variabel ini dapat membantu mengoptimalkan farmakoterapi.
Tujuan dari mempelajari pharmacology adalah untuk membatasi angka dan ketidakcocokan
penggunaan obat. Banyak kasus efek ketidakcocokan dapat diatasi. Perawat profesional secara rutin
dapat menghindari berbagai masalah efek ketidakcocokan penggunaan obat pada pasien dengan
mengaplikasikan pengetahuan dan pemahamannya tentang pharmacotherapeutics dalam klinik
praktek. Bagaimanapun, beberapa kasus di antaranya tidak dapat ditangani. Sangat penting bagi
perawat untuk siaga dalam mengenali dan merespon kemungkinan adanya efek ketidakcocokan
pengobatan.
Reaksi alergi dan anaphylactic termasuk efek serius yang harus dicermati dengan hati-hati
dan ditangani, jika memungkinkan. Reaksi alergi adalah respon berlebih yang diperoleh dari
pertahanan tubuh terhadap zat asing (allergen). Tanda-tanda reaksi alergi bermacam-macam
kekerasannya dan termasuk kulit yang ruam dengan atau tanpa disertai gatal, edema, mual, diare,
ingusan, atau mata memerah dan berair. Setelah menemukan alergi pasien terhadap suatu produk,
adalah tanggung jawab perawat untuk mengingatkan personalia dengan mendokumentasikan alergi
dalam catatan medis, dan memberikan label pada grafik dan catatan pemberian medikasi (MRA).
Lebih tepatnya, gelang perantara yang disetujui harus diberikan pada pasien untuk mengingatkan
seluruh perawat tentang alergi obat secara spesifik.
Informasi yang berhubungan dengan alergi obat harus dikomunikasikan pada dokter dan
farmasis agar aturan pengobatan dapat dinilai berdasarkan sensitifitas pada beberapa macam
produk pharmacologic.
Anaphylaxis adalah satu jenis reaksi keras alergi yang melibatkan pengeluaran sistemik
histamine secara besar-besaran dan zat mediator inflamasi yang lain yang dapat mengarah pada
shok yang mengancam jiwa. Gejalanya seperti dyspnea akut dan hipotensi atau takikardi mendadak
yang diikuti dengan pemberian obat merupakan indikasi anaphylaxis, yang harus segera menerima
perawatan.
4.2 Benar Pemberian Obat
5 Benar pemberian obat membentuk dasar operasional bagi keselamatan pemberian
medikasi. 5 Benar ini memberikan pedoman yang mudah dan praktis bagi perawat untuk digunakan
ketika melakukan persiapan pengobatan, pengiriman dan administrasi, dan fokus pada hasil individu.
5 Benar tersebut adalah:
 Benar pasien
 Benar medikasi
 Benar dosis
 Benar rute administrasi
 Benar waktu pengiriman
Toxic Epidermal Necrolysis (TEN)
 Reaksi alergi berat dan mematikan yang disebabkan oleh obat
 Penggolongan dengan menyebar-luaskan epidermal, disebabkan oleh disintegrasi
keratinocytes yang besar
 Pelepasan epidermal berat termasuk lapisan kulit terluar dan membran mucous
 Keterlibatan multisistem organ dan kematian jika reaksi tidak diketahui dan
didiagnosa
 Muncul ketika gagal hati yang merusak obat, yang kemudian tidak dapat dikeluarkan
dengan normal
 Dihubungkan dengan penggunaan beberapa anticonvulsants (phenytoin [Dilantin],
carbamazepine [Tegretol]), antibiotik trimethoprim/sulfamethoxazole Bactrim,
Septra, dan obat lain, tetapi dapat muncul dengan menggunakan resep apapun atau
persiapan OTC, termasuk ibuprofen (Advil, Motrin)
 Resiko kematian menurun jika obat yang mengganggu segera ditarik dan diberikan
dukungan perawatan
 30% pengelupasan kulit atau lebih pada tubuh
Stevens-Johnson Syndrome (SJS)
 Biasanya ditangani dengan obat yang sama atau mirip seperti TEN
 Dimulai dengan pharmacotherapy pada hari 1 – 14
 Infeksi saluran pernapasan atas (URI) yang tidak spesifik, seperti menggigil, demam,
dan tidak enak badan (malaise) biasanya tanda dimulainya SJS
 Diikuti dengan penyebaran luka seperti melepuh beberapa hari kemudian
 Pengelupasan 10% kulit tubuh
Beberapa prinsip benar telah ditambahkan dalam kurun waktu tertentu, tergantung pada
kurikulum akademik tertentu atau kebijakan perantara. Penambahan pada 5 benar original termasuk
mempertimbangkan hak untuk menolak pengobatan, benar untuk menerima pendidikan mengenai
obat, benar persiapan, dan benar dokumentasi.
Tiga pengecekan pemberian obat yang digunakan perawat dalam gabungan 5 benar
membantu memastikan keselamatan dan ke-efektifan obat pada pasien. Pengecekan ini adalah:
 Mengecek obat dengan MAR atau sistem informasi medis ketika memindahkan dari
laci, lemari es, atau tempat penyimpanan terkontrol lainnya
 Mengecek obat saat menyiapkannya; menuangkan, mengeluarkannya dari unit
tempat dosis, atau ketika menghubungkan kabel pipa IV ke kantong
 Mengecek obat sebelum memberikannya pada pasien.
Meskipun semua usaha untuk menyediakan keselamatan pengiriman obat, kesalahan dapat
terjadi, beberapa diantaranya fatal. Meskipun perawat bertanggung jawab dalam menyiapkan dan
mengirimkan obat-obatan, contoh keselamatan obat adalah hasil dari multidisipliner yang keras.
Tanggung jawab akan keakuratan pengiriman obat terletak pada setiap individu, termasuk dokter,
farmasis, dan perawat profesional lainnya.

4.3 Permohonan Pasien dan Pharmacotherapy yang Sukses


Permohonan adalah faktor penting yang mempengaruhi kesuksesan pharmacotherapeutic.
Seperti yang termasuk dalam pharmacology, permohonan (pemenuhan) adalah menjalani
pengobatan dengan resep yang sesuai oleh dokter praktek, atau dalam hal ini obat OTC, mengikuti
instruksi pada.....
PERTIMBANGAN KHUSUS
Tantangan pada obat administrasi anak
Mengatur pengobatan untuk bayi dan anak kecil membutuhkan pengetahuan dan teknik
khusus. Perawat harus memiliki pengetahuan mengenai pertumbuhan dan pola perkembangan. Jika
memungkinkan, berikan pilihan pada anak dalam memilih sendok yang ingin dipakai, dropper, atau
syringe. Tunjukkan perilaku sebenarnya dalam memberikan pengobatan pada anak: menggunakan
ancaman atau ketidakjujuran sangat tidak dapat diterima. Pengobatan secara oral yang dihancurkan
untuk diminum oleh anak dapat dicampur dengan madu, sirup, jelly, atau sup buah untuk
menghindari rasa tidak enak. Obat-obatan tidak boleh dicampur dengan produk diet, seperti
kentang, susu, atau jus buah, untuk menutupi rasa pahit, karena anak dapat menunjukkan sikap
tidak menurut pada hal ini dan menolak untuk mengkonsumsinya nanti. Untuk mencegah mual,
pengobatan dapat didahului dan disertai dengan isapan minuman bersoda yang dituangkan di atas
es yang dihancurkan.
Meskipun perawat harus sangat berhati-hati dalam mengaplikasikan semua prinsip efektif
administrasi obat, strategi ini kurang bernilai kecuali pasien setuju dengan resep obat dapat
bertahan lama. Sebelum memberikan obat, perawat harus menggunakan proses perawatan untuk
memformulasikan rencana perawatan pribadi yang dapat membuat pasien untuk menjadi partisipan
aktif dalam kasusnya. Dengan begitu pasien dapat menerima atau menolak rangkaian terapi
pharmacologic, berdasarkan informasi akurat yang ditunjukkan dalam aturan dengan gaya
pembelajaran individu. Penting sekali untuk diingat bahwa seorang dewasa yang bertanggung jawab
dan paham betul selalu memiliki pilihan yang sah untuk menolak menjalani pengobatan.
Dalam perencanaan perawatan, sangat penting untuk memberikan informasi yang perlu
diketahui oleh pasien mengenai pengobatan medis. Ini melibatkan faktor seperti nama obat,
mengapa obat itu dipesan, tindakan pemberian obat, adanya efek samping, dan interaksi potensial
pada obat-obatan lain, makanan, suplemen herbal, atau alkohol. Pasien perlu diingatkan bahwa
mereka ikut berperan dalam meyakinkan pengobatan mereka sendiri dapat efektif dan aman.
Banyak faktor dapat mempengaruhi baik pasien patuh pada pharmacotherapy. Obat bisa
saja sangat mahal atau tidak disetujui oleh perencanaan asuransi kesehatan pasien. Pasien
terkadang lupa dosis medikasi, terutama ketika mereka harus meminum 3-4 kali sehari. Pasien sering
menghentikan penggunaan obat yang tidak membawa efek samping atau mengganggu pilihan gaya
hidup. Efek keras yang terkadang mendesak permohonan adalah sakit kepala, pusing, mual, diare,
atau impotensi.
PHARMFACTS
Jus Anggur dan Interaksi Obat
 Jus anggur tidak aman bagi pasien yang menjalani pengobatan tertentu
 Zat kimia (seperti flavanoids) dalam jus anggur menurunkan aktifitas enzim tertentu
dalam sistem intestinal yang dapat merusak pengobatan. Hal ini menyebabkan
sejumlah besar pengobatan untuk aliran darah, menghasilkan penurunan aktifitas
obat.
 Obat dapat mempengaruhi jus anggur seperti midazolam (Versed), cyclosporine
(Sandimmune, Neoral), antihyperlipidemics seperti lovastatin (Mevacor) dan
simvastatin (Zocor), antihistamines tertentu seperti astemizole (Hismanal),
erythromcin, antifungals tertentu seperti itraconazole (Sporanox), ketoconazole
(Nizoral) dam mibefradil (Posicor).
 Jus anggur harus dikonsumsi paling tidak 2 jam sebelum atau 5 jam setelah
mengkonsumsi obat yang dapat berbaur dengannya.
 Beberapa minuman rasa dengan jus buah bisa berisi jus anggur, walaupun anggur
bukanlah bagian dari nama minuman. Cek label bahan.
Pasien sering menjalani pengobatan tanpa aturan, terkadang menentukan dosis obatnya
sendiri. Beberapa pasien percaya bahwa 1 table itu baik, 2 akan lebih baik. Lainnya percaya mereka
akan tergantung pada obat itu jika diminum sesuai resepnya; maka, mereka hanya mengambil
setengah dosis dari resep yang seharusnya. Pasien biasanya enggan untuk mengakui atau
melaporkan ketidak-patuhan pada perawat karena takut ditegur atau merasa malu. Karena begitu
banyak dan variatif alasan untuk ketidak-patuhan ini, perawat harus waspada pada saat menanyai
pasien tentang pengobatan mereka. Ketika pharmacotherapy gagal untuk menghasilkan hasil yang
memuaskan, maka ketidak-patuhan menjadi satu kemungkinan penjelasannya.
4.4 Pemesanan Obat dan Jadwalnya
Penyedia perawat menggunakan singkatan untuk mengkomunikasikan tujuan dan waktu
untuk memberikan obat. Tabel 4.1 mendata singkatan umum yang berhubungan dengan jadwal
secara keseluruhan.
Pemesanan STAT berarti pada segala jenis pengobatan yang dibutuhkan dengan segera, dan
diberikan hany sekali. Jarang sekali berhubungan dengan pengobatan darurat yang diperlukan bagi
situasi yang mengancam jiwa. STAT berasal dari kata statim, bahas Latin yang berarti “segera”.
Dokter umumnya memberitahu perawat pemesanan STAT apapun, agar bisa didapatkan dari farmasi
dan diadministrasikan dengan segera. Kerangka waktu antara penulisan pesanan dan administrasi
obat harus 5 menit atau kurang. Meskipun tidak mendesak, pesanan ASAP (as soon as possible)
harus tersedia untuk administrasi pasien dalam waktu 30 menit penulisan pesanan.
Pesanan single adalah untuk obat yang hanya akan diberikan sekali, dan di waktu tertentu,
seperti pesanan pre-operatif. Pesanan PRN (dalam bahasa Latin: pro re nata) diambil sesuai
kebutuhan dari kondisi pasien. Perawat menentukan berdasarkan catatan pasien, ketika pengobatan
seperti ini akan diberikan. Pemesanan yang tidak ditulis dengan STAT, ASAP, NOW, atau PRN disebut
pesanan rutin. Biasanya dikeluarkan dalam jangka waktu 2 jam dari sejak penulisan oleh dokter.
Pesanan standing (standing order) ditulis pada situasi tertentu, yang mana akan dikeluarkan di
bawah kondisi tertentu. Contohnya adalah resep PRN untuk kondisi post-operatif yang ditulis untuk
semua pasien yang telah melalui prosedur operasi tertentu. Pesanan yang umum bagi pasien yang
telah menjalani tonsillectomy yang berarti “sakit tenggorokan Tylenol elixir 325 mg PO q6h PRN”.
Karena pemikiran legal atas penempatan seluruh pasien dalam satu kategori perawatan, standing
order tidak lagi diijinkan dalam beberapa fasilitas.
Kebijakan perantara mendikte bahwa pemesanan obat ditinjau olah dokter yang hadir pada
jam-jam tertentu, biasanya paling tidak 7 hari sekali. Resep obat untuk narkotika dan jadwal obat
yang lain biasanya secara otomatis diberhentikan setelah 72 jam, kecuali dipesan secara khusus oleh
dokter. Penghentian pengobatan secara otomatis tidak kemudian digunakan ketika jumlah dosis,
atau dalam waktu yang tepat, ditentukan.
Beberapa pengobatan harus dilakukan dalam waktu tertentu. Jika satu obat menyebabkan
sakit perut, biasanya diberikan dengan makanan untuk mencegah sakit pada epigastric, mual, atau
muntah. Pengobatan lainnya harus diberikan diantara waktu makan karena makanan bisa diserap.
Beberapa pengobatan CNS dan antihipertensif sebaiknya diberikan pada waktu tidur, karena dapat
menimbulkan kantuk. Sildenafil (Viagra) sangat unik sehingga harus dikonsumsi 30 atau 60 menit
sebelum melakukan hubungan seksual, untuk mencapai ereksi yang efektif. Perawat harus
memperhatikan dalam mendidik pasien tentang waktu mengkonsumsi obat-obatan, agar
meningkatkan permohonan dan mengurangi potensi keberhasilan therapeutic.
Pada saat pengobatan dijalankan, perawat harus tepat membuktikan bahwa pengobatan
telah diberikan pada pasien. Sangat diperlukan untuk menyertakan nama obat, dosis, waktu
pemberian obat, adanya pertimbangan, dan tanda tangan perawat. Apabila pengobatan ditolak atau
dihilangkan, kasus ini harus dicatat dalam lembar tertentu dalam catatan medis. Sangat biasa untuk
mendokumentasikan alasannya, jika memungkinkan. Adanya perhatian dan keluhan mengenai
pengobatan juga disertakan.

Tabel 4.1 Singkatan Administrasi Obat


Singkatan Arti Singkatan Arti
ac Sebelum makan qd Setiap hari¹
ad lib Diinginkan/diperintahkan qh Setiap jam
AM Pagi hari qhs Waktu tidur (setiap malam)²
bid Dua kali sehari qid Sehari empat kali
cap capsule qod Hampir setiap hari³
/d Per hari q2h Setiap 2 jam (lengkap)
gtt tetes q4h Setiap 4 jam (lengkap)
h atau hr jam q6h Setiap 6 jam (lengkap)
hs Waktu tidur/istirahat q8h Setiap 8 jam (lengkap)
no nomor q12h Setiap 12 jam
pc Setelah makan lengkap; setelah makan Rx Diambil/diterima
PM Sore hari STAT Segera; sekaligus
PRN Jika dibutuhkan/perlu tab tablet
q Setiap hari tid Tiga kali sehari
*The Institute for Safe Medical Practices merekomendasikan perubahan seperti, untuk menghindari kesalahan medis: ¹ untuk qd,
digunakan “harian” atau “setiap hari”; ² untuk qhs, digunakan “di malam hari”; ³ untuk qod, digunakan “hampir setiap hari”

4.5 Sistem Pengukuran


Dosis adalah penamaan dan penyaluran berdasarkan berat dan volumenya. Tiga sistem
pengukuran digunakan dalam pharmacology: metric, apothecary, dan household.
Sistem yang umum digunakan pada pengukuran obat adalah sistem metric. Volume obat
dihitung dalam Liter (L) atau milimeter (ml). Ukuran cubic centimeter (cc) adalah ukuran yang umum
yang setara dengan 1 ml fluid (zat cair). Ukuran berat obat dihitung dalam kiliogram (kg), gram (g),
miligram (mg), atau micogram (mcg atau g).
Apothecary dan sistem rumah tangga adalah sistem pengukuran yang lama. Meskipun
banyak dokter dan farmasis menggunakan sistem, metric, sistem lama ini masih dapat digunakan.
Sampai sistem metric benar-benar menggantikan sistem lain, perawat harus mengawasi dosis
berdasarkan pada ketiga sistem pengukuran. Perkiraan kesetaraan antara metric, apothecary, dan
unit household pada volume dan berat tertera di tabel 4.2.
Karena orang Amerika sangat mengenal dengan ukuran sendok teh, sendok makan, dan
cangkir, maka penting bagi perawat untuk mengubah antara rumah tangga dan sistem metric dalam
pengukurannya. Di rumah sakit, segelas cairan diukur dalam milimeter atau kubik sentimeter – 8 ons
gelas air sama dengan 240 ml (cc). Jika seorang pasien dihentikan untuk meminum 2400 ml cairan
per hari, perawat bisa meminta pasien untuk meminum 8 ons gelas atau 10 cangkir per hari.
Demikian juga, ketika anak kecil diberikan obat mujarab, perawat harus menjelaskan bahwa 5 ml
obat adalah setara dengan 1 sendok makan. Perawat harus menganjurkan ketepatan penggunaan
dosis obat saat di rumah, contohnya dosis oral syringe (semprot), oral tetes, sendok silinder, dan
cangkir obat. Hal ini lebih pada tradisional rumahan dengan menggunakan sendok karena lebih
akurat. Memakan dengan ukuran perabot rumah tangga yang tidak biasa menggunakan sendok teh
atau sendok makan sering tidak sama dengan volume yang tertera pada resep.
Tabel 4.2 Ukuran Sejajar Dengan Perkiraan Metric, Apothecary, dan Household (alat rumah tangga)
Metric Apothecary Household
1 ml 15-16 menit 15-16 tetes
4-5 ml (cc) 1 ons cairan 1 sendok teh atau 60 tetes
15-16 ml 4 ons cairan 1 sendok makan atau 3-4 sendok teh
30-32 ml 8 ons cairan atau 1 ons cairan 2 sendok makan
240-250 ml 8 ons (1/2 pint) 1 gelas atau cangkir
500 ml 1 pint (takaran Inggris: 0.568 liter) 2 gelas atau 2 cangkir
1 liter 32 ons atau 1 quart 4 gelas atau 4 cangkir atau 1 quart (0.9463 liter)
1 mg 1/60 butir -
60-64 mg 1 butir -
300-325 mg 5 butir -
1 gram 15-16 butir -
1 kg - 2.2 pound
Untuk mengubah butir ke gram: butir dibagi 15 atau 16
Untuk mengubah gram ke butir: gram dikali 15 atau 16
Untuk mengubah minim ke mililiter: minim dibagi 15 atau 16

Rute Administrasi Obat


Tiga kategori dari administrasi obat adalah enteral, topikal, dan parenteral, dan subset
terletak di antaranya. Tiap rute memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Sementara
beberapa obat diformulasikan untuk diberikan dalam beberapa rute, lainnya lebih spesifik pada satu
rute.
Protokol tertentu dan teknik umum di semua metode administrasi obat. Pelajar harus
meninjau garis pedoman administrasi obat di daftar berikut sebelum melanjutkan ke bagian
berikutnya yang mendiskusikan spesifikasi rute administrasi obat.
 Meninjau pemesanan obat dan mengecek alergi pada obat
 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan, jika perlu
 Menggunakan teknik aseptik ketika menyiapkan dan memberikan pengobatan
parenteral
 Mengidentifikasi pasien dengan memintanya untuk menyebutkan nama lengkap
(atau menanyakan orang tua atau wali), mengecek plester identifikasi, dan
membandingkan informasi ini dengan MAR
 Menanyakan pasien perihal alergi yang diketahui
 Memberitahu pasien nama obat dan metode pemberiannya
 Posisi pasien untuk rute administrasi yang sesuai
 Untuk obat enteral, bantu pasien dalam posisi duduk
 Jika obat belum dibungkus (dosis unit), pindahkan dari bungkus di sisi tempat tidur
jika memungkinkan
 Kecuali diinstruksikan secara spesifik untuk melakukannya secara berurutan, jangan
tinggalkan obat di sisi tempat tidur
 Catat administrasi pengobatan dan segala respon yang bersangkutan dengan MAR
4.6 Administrasi Obat Enteral
Rute enteral (dari luar) termasuk obat yang diberikan secara oral, dan yang melalui
nasogastric atau pembuluh gastrotomy. Administrasi obat secara oral yang paling umum, paling
nyaman, dan biasanya lebih murah ongkos rutenya. Hal ini dipertimbangkan rute paling aman,
karena rintangan pada kulit tidak membahayakan. Dalam kasus overdosis, pengobatan pada perut
dapat diselamatkan dengan memuntahkannya. Persiapan oral tersedia dalam bentuk tablet, kaspul,
dan cair. Pemberian obat melalui rute enteral mengambil keuntungan dari permukaan absorpsi yang
luas terhadap oral mucosa, perut, atau usus besar.
Tablet dan Kapsul
Tablet dan kapsul adalah bentuk umum dari obat. Pasien lebih memilih tablet atau kapsul
dari rute lainnya dan bentuknya karena kemudahan penggunaannya. Dalam beberapa kasus, tablet
dapat dihitung lebih dari tiap-tiap dosisnya.
Beberapa pasien, contohnya anak-anak, mempunyai kesulitan menelan tablet dan kapsul.
Menghancurkan tablet atau membuka kapsul dan membubuhi obat dalam makanan atau
mencampurnya dengan jus akan membuatnya lebih enak dan mudah ditelan. Bagaimanapun,
perawat tidak boleh menghancurkan tablet atau membuka kapsul kecuali pemilik pabrik
menyatakan ini diperbolehkan. Beberapa obat dilarang dihancurkan atau dibuka, sementara lainnya
membawa iritasi pada perut mucosa dan menyebabkan mual atau muntah. Terkadang, obat tidak
seharusnya dihancurkan karena dapat mengiritasi oral mucosa, yang sangat pahit, atau terdiri dari
bahan bernoda pada gigi. Sebagian besar petunjuk obat menyediakan daftar obat yang tidak boleh
dihancurkan (Wilson, Shannon, Stang, 2003). Petunjuk dalam pemberian tablet dan kapsul ada pada
tabel 4.3A.
Isi asam yang kuat di dalam perut dapat menyebabkan kerusakan pada penyerapan
pengobatan. Untuk mengatasi masalah ini, tablet memiliki lapisan berupa lilin yang keras yang dapat
melawan keasaman. Tablet enteric-coated ini dibuat untuk melarutkan alkaline pada usus kecil.
Penting bagi perawat untuk tidak menghancurkan tablet ini, karena pengobatan akan langsung
disebarkan ke dalam perut.
Studi telah mendemonstrasikan dengan jelas bahwa permohonan menurun di saat jumlah
dosis per hari meningkat. Dengan pemikiran ini, pharmacologist telah mencoba membuat pola obat
baru agar dapat diberikan satu atau dua kali dalam satu hari. Tablet sustained-release atau kapsul
dibuat agar larut perlahan. Melepaskan obat dalam waktu yang panjang dan hasilnya adalah durasi
yang lebih lama pada aksi pengobatan. Disebut juga dengan pengobatan extended-release (XR),
long-acting (LA), atau slow-release (SR), bentuk ini memberikan kenyamanan dalam satu atau dua
dosis per harinya. Pengobatan extended-release tidak boleh dihancurkan atau dibuka.
Memberikan pengobatan melalui rute oral memiliki kerugian tertentu. Pasien harus dalam keadaan
sadar dan dapat menelan dengan baik. Beberapa tipe obat, termasuk protein, dinonaktifkan dengan
mengkonsumsi enzim dalam perut dan perjalanan usus kecil ke liver, dimana kemudian diaktifkan
sebelum mencapai organ target. Variasi signifikan dalam bidang GI dan kemampuannya menyerap
obat dapat menciptakan perbedaan dalam bioaviability. Sebagai tambahan, anak-anak dan beberapa
orang dewasa enggan untuk menelan tablet yang besar dan kapsul, atau meminum obat secara oral
yang tidak ber-rasa.

Tabel 4.3 Administrasi Obat Enteral


Bentuk obat Pedoman administrasi
A. Tablet, kapsul, atau cair 1. Beritahukan bahwa pasien harus siaga dan
dapat menelannya
2. Letakkan tablet atau kapsul ke dalam cangkir
obat
3. Jika cair, kocok botol untuk mencampur agen,
dan ukur dosis setinggi mata ke dalam cangkir
(eye level)
4. Berikan cangkir obat pada pasien
5. Berikan segelas air untuk memudahkan
menelan obat
6. Tunggui pasien hingga semua obat ditelan
B. Sublingual 1. Beritahukan bahwa pasien harus siaga dan
dapat menahan obat di bawah lidah
2. Letakkan obat sublingual di bawah lidah
3. Beritahukan pasien untuk tidak mengunyah
atau menelan tablet, atau memindahkan
tablet dengan lidah
4. Beritahukan pasien untuk membiarkan obat
mencair seluruhnya sebelum ditelan dengan
air liur
5. Tunggui pasien hingga semua obat ditelan
6. Berikan segelas air, jika pasien menginginkan
C. Buccal 1. Beritahukan bahwa pasien harus siaga dan
dapat menahan obat di antara gusi dan pipi
2. Letakkan tablet buccal sejajar di antara gusi
dan pipi
3. Beritahukan pasien untuk tidak mengunyah
atau menelan tablet, atau memindahkan
tablet dengan lidah
4. Beritahukan pasien untuk membiarkan obat
mencair seluruhnya sebelum ditelan dengan
air liur
5. Tunggui pasien hingga semua obat ditelan
6. Berikan segelas air, jika pasien menginginkan
D. Nasogastric dan gastrotomy 1. Berikan obat cair jika memungkinkan untuk
menghindari penyumbatan pembuluh
2. Jika obat padat, hancurkan hingga menjadi
bubuk dan campurkan dengan 30 ml air
hangat hingga larut
3. Perbaiki dan periksa penempatan pembuluh
4. Jangan makan, jika berlaku pada pasien
5. Bunyikan perut dan ukur volume residunya.
Jika lebih dari 100 ml bagi orang dewasa,
periksa kebijakan perantara
6. Kembalikan residu melalui gravity dan bilas
dengan air
7. Tuangkan obat ke dalam kantong semprot
dan biarkan mengalir ke pembuluh. Berikan
obat secara terpisah, sambil berikan air
8. Letakkan kepala pada posisi tegak sekitar 1
jam untuk mencegah aspirasi
9. Berikan makan seperti yang dijadwalkan.
Letakkan kepala pada posisi tegak 45 derajat
untuk mencegah aspirasi

Administrasi Obat Sublingual dan Buccal


Untuk administrasi sublingual dan buccal, tabletnya tidak ditelan, tetapi didiamkan
di dalam mulut. Mucosa pada rongga mulut mengandung persediaan darah yang dapat
menyerap obat tertentu dengan baik. Pengobatan diberikan dengan cara ini tidak secara
langsung menghancurkan enzim pencerna, atapun mengalami metabolisme hepatic tahap
pertama.
Untuk rute / cara sublingual, obat diletakkan di bawah lidah dan dibiarkan mencair
dengan perlahan. Karena persediaan darah yang mencukupi pada daerah ini, maka dengan
rute sublingual menghasilkan tindakan cepat. Dosis sublingual lebih seringnya
diformulasikan dengan tablet yang cepat hancur, atau kapsul agar-agar yang lembut dengan
obat cair.
Ketika banyak obat dipesan, persiapan bagi sublingual harus diberikan setelah
pengobatan secara oral sudah ditelan. Pasien harus diingatkan agar tidak memindahkan
obat dengan menggunakan lidah, ataupun makan atau minum apapun hingga semua
pengobatan benar-benar dicerna. Mucosa sublingual tidak sesuai untuk formulasi jangka
panjang karena bekerja pada area kecil dan sering dibasahi dengan sejumlah air liur. Tabel
4.3B dan gambar 4.1A menunjukkan poin penting sehubungan dengan administrasi obat
sublingual.
Untuk memberikan dengan rute buccal, tablet atau kapsul diletakkan di rongga
mulut di antara gusi dan pipi. Pasien diinstruksikan untuk tidak menggunakan lidah, jika tidak
maka akan berpindah ke area sublingual dimana dapat ditelan. Rongga buccosa lebih sedikit
kandungan airnya bagi pengobatan dibandingkan dengan area sublingual, dengan
penyerapan yang lebih lambat. Rute buccal lebih memberikan pelepasan yang menyokong
ketimbang rute sublingual karena area permukaan mucosanya. Obat yang diformulasikan
untuk pemberian buccal pada umumnya tidak menyebabkan iritasi dan lebih kecil untuk
menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Layaknya rute sublingual, pemberian obat
dengan rute buccal menghindari metabolisme tahap pertama pada liver dan proses
enzimatik pada perut dan usus kecil. Tabel 4.3C dan gambar 4.1B menunjukkan pedoman
untuk administrasi obat buccal.
Administrasi Obat Nasogastric dan Gastrotomy
Pasien dengan pembuluh nasogastrik atau mekanisme pencernaan enteral seperti pembuluh
gastrotomy menjalani pemberian obat dengan beberapa bantuan. Pembuluh nasogastric (NG)
adalah pembuluh yang halus dan fleksibel untuk dimasuki nasopharynx dengan ujungnya mengarah
pada perut. Pembuluh gastrotomy (G) diletakkan tepat pada perut pasien. Biasanya, pembuluh NG
digunakan untuk perawatan jangka pendek, sedangkan pembuluh G diberikan bagi pasien dengan
perawatan jangka panjang. Pemberian obat melalui pembuluh ini biasanya dalam bentuk cairan.
Meskipun obat padat dapat dihancurkan atau dilarutkan, cenderung menyebabkan penyumbatan di
dalam pembuluh. Pelepasan yang menyokong melarutkan obat dengan tidak menghancurkannya
dan melalui pembuluh NG atau G. Pemberian obat melalui cara ini sama dengan proses psikologi
yang diberikan secara oral. Tabel 4.3D memberikan pedoman untuk pemberian obat melalui
pembuluh NG dan G.
4.7 Administrasi Obat Topikal
Obat topikal biasanya diberikan pada kulit atau saluran membran mata, telinga, hidung,
saluran pernapasan, saluran air kencing, vagina, dan rektum. Berikut aplikasinya:
 Persiapan dermatologis - obat diberikan pada kulit; cara topikal yang umum dipakai.
Formulasinya krim, lotion, jel, bubuk, dan berupa semprot.
 Instalasi dan irigasi - obat diberikan pada rongga atau lubang. Antara lain mata,
telinga, hidung, saluran kencing, rektum dan vagina.
 Pernapasan - obat diberikan di saluran pernapasan dengan inhaler, nebulizer, atau
perlengkapan pernapasan yang mendukung. Indikasi yang paling umum untuk
menghirup obat adalah bronchoconstriction (sesak napas) dikarenakan bronchitis
atau asma; bagaimanapun, sejumlah penyalahgunaan obat ilegal diberikan dengan
cara ini karena dapat menghasilkan tindakan yang sangat cepat pada obat (reaksi).
Kebanyakan obat diberikan secara topikal untuk menghasilkan efek lokal. Contohnya,
antibiotik yang diberikan pada kulit sebagai perawatan kulit infeksi. Perantara antineoplastic
ditanamkan pada saluran kencing melalui catheter untuk merawat tumor pada membran kandung
kemih. Corticosteroid disemprotkan ke saluran pernapasan untuk mengurangi inflamasi pada
membran nasal yang disebabkan oleh alergi rhinitis. Lokal, pemberian topikal menghasilkan sedikit
efek samping dibandingkan obat yang sama yang diberikan secara oral atau secara parenteral. Hal ini
disebabkan karena pada saat diberikan secara topikal, obat-obat tersebut diserap secara perlahan
dan beberapa mencapai sirkulasi minimal.
Beberapa obat yang diberikan secara topikal memberikan hasil pelepasan yang lambat dan
penyerapan obat bersirkulasi. Perantara ini diberikan untuk efek sistemik. Sebagai contoh,
penambalan nitroglycerin tidak dilakukan untuk merawat kulit dalam kondisi normal, tetapi untuk
merawat kulit dalam kondisi sistemik; penyakit pembuluh jantung. Demikian juga prochlorperazine
(Compazine) obat rangsang diberikan melalui dubur bukan untuk merawat penyakit pada rektum,
melainkan untuk mengurangi rasa mual.
Perbedaan antara obat topikal diberikan untuk efek lokal dan diberikan untuk efek sistemik
adalah penting bagi perawat. Dalam kasus obat-obatan lokal, penyerapannya tidak diinginkan dam
dapat membawa efek samping. Untuk obat sistemik, penyerapannya esensial bagi tindakan
therapeutic dari obat. Dengan perantara topikal, obat tidak boleh diberikan pada kulit kasar dan
terluka, kecuali disarankan.
Sistem Pemberian Transdermal
Penggunaan tambalan transdermal memberikan makna yang efektif dalam mengirimkan
(memberikan) beberapa pengobatan. Contohnya nitroglycerin untuk angina pectoris dan
scopolamine (Transderm-Scop) untuk penyakit motion (motion sickness). Meskipun tambalan
transdermal mengandung obat-obat tertentu, tingkat pengiriman dan dosis aktual yang diterima
bermacam-macam. Tambalan dapat berubah pada dasarnya, menggunakan rotasi sampingan secara
rutin, yang harus dicatat di MAR. Sebelum melaksanakan penambalan transdermal, perawat harus
memeriksa tambalan (jahitan) sebelumnya telah diangkat dan diatur dengan tepat. Pengobatan
yang diberikan dengan cara ini menghindari efek tahap pertama pada liver dan enzim pencernaan
bypass. Tabel 4.4A dan gambar 4.2 menjelaskan poin penting tentang pemberian obat transdermal.
Administrasi Ophthalmic
Cara ophthalmic digunakan pada kondisi lokal untuk mata dan sekitarnya. Indikasi umum
termasuk kekeringan yang berlebih, infeksi, glaukoma, dan pelebaran pupil pada saat tes
penglihatan. Obat ophthalmic tersedia dalam bentuk irigasi mata, tetes, obat salep, dan pengobatan
disks. Gambar 4.3 dan tabel 4.4B menunjukkan pedoman untuk administrasi dewasa. Meskipun
prosedurnya sama dengan anak-anak, sangat disarankan untuk meminta bantuan dari perawat yang
lebih dewasa. Dalam beberapa kasus, bayi atau balita perlu diberikan sarung tangan untuk
mencegah luka cidera pada mata pada saat pemberian obat. Bagi anak muda, memperagakan
prosedur menggunakan fasilitas kerjasama boneka dan mengurangi kegelisahan.
Administrasi Otic
Cara otic digunakan untuk merawat satu kondisi pada telinga, termasuk infeksi dan
penyumbatan lembut pada saluran pendengaran. Pengobatan otic termasuk eardrops dan irigasi,
yang biasanya dipesan dengan tujuan untuk membersihkan. Pengobatan pada bayi dan anak-anak
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari cidera pada struktur sensitif telinga. Gambar
4.4 dan tabel 4.4C menunjukkan inti dari pemberian pengobatan otic.
Administrasi Nasal
Rute nasal digunakan untuk administrasi obat lokal dan sistemik. Rongga nasal memiliki
permukaan serap bagi beberapa pengobatan. Keuntungan dari cara ini adalah kemudahan
penggunaan dan terhindar dari efek tahap pertama dan pencernaan enzim. Formulasi nasal semprot
pada corticosteroid mengubah perawatan alergi rhinitis karena batas keselamatan yang tinggi ketika
diberikan dengan cara ini.
Meskipun rongga nasal memiliki permukaan sempurna bagi pemberian obat, ada potensi
kerusakan pada cilia diantara rongga nasal, dan iritasi rongga merupakan hal umum. Sebagai
tambahan, keluarnya membran selaput lendir di antara individu dapat mempengaruhi penyerapan
obat dari sisi ini.
Obat tetes dan semprot (spray) jarang digunakan untuk lokal efek astringent (zat yang
menciutkan), yang dapat menciutkan membran rongga yang bengkak atau kelonggaran dan
memudahkan pengeringan. Hal ini keringanan kongesti nasal dikarenakan kedinginan. Hidung juga
memiliki cara untuk mencapai sinus nasal dan pembuluh eustachio. Penempatan pasien yang sesuai
sering menyebabkan hidung berair pada penyakit sinus tergantung bagian sinus mana yang diobati.
Kasus lain yang sama bagi pengobatan pembuluh eustachio. Tabel 4.4D dan gambar 4.5
mengilustrasikan fakta penting sehubungan dengan pemberian obat nasal.

Tabel 4.4 Administrasi Obat Topikal


Bentuk obat Pedoman administrasi
A. Transdermal 1. Ambil tambalan transdermal dan baca
pedoman pabrik: aplikasi tempat dan
frekuensi perubahan pendapat berdasarkan
pengobatan
2. Gunakan sarung tangan sebelumnya, untuk
menghindari penyerapan perantara oleh
perawat
3. Pindahkan obat yang sebelumnya atau
tambalan, dan bersihkan area tersebut
4. Jika menggunakan salep transdermal, berikan
pengobatan dengan urutan yang tepat pada
kertas yang telah diukur bersama dengan pipa
obat
5. Tekan tambalan atau berikan kertas obat
untuk membersihkan, mengeringkan dan
menghilangkan rambut pada kulit
6. Ubah tempat untuk menghindari iritasi kulit
7. Tandai tambalan dengan tanggal, waktu dan
inisial
B. Ophthalmic 1. Minta pasien untuk berbaring telentang, atau
duduk agak miring
2. Dengan halus, tarik penutup perlahan untuk
membuka kantong conjunctival, membuat
sebuah kantong
3. Minta pasien untuk melihat ke atas
4. Tahan tetes mata 1/4-1/8 inci di atas kantong
conjunctival. Jangan letakkan tetes mata
terlalu dekat karena dapat menstimulasi
reflek berkedip
5. Berikan jumlah tetesan sesuai resep ke dalam
kantong tengah. Hindari menyentuh mata
atau kantong conjunctival dengan ujung tetes
mata
6. Ketika memberikan obat salep, lakukan
segaris dengan ujung dalam penutup, dari
dalam ke luar canthus
7. Minta pasien untuk menutup mata dengan
perlahan. Berikan tekanan lembut dengan jari
ke pembuluh nasolacrimal pada canthus
dalam selama 1-2 menit, untuk menghindari
kekeringan berlebih pada hidung dan
tenggorokan, maka dari itu meminimalkan
resiko penyerapan ke dalam sistem sirkulasi
8. Gunakan tisu, bersihkan bekas obat di sekitar
mata
9. Ganti alat tetes. Jangan mencuci alat tetes
C. Otic 1. Minta pasien untuk berbaring miring atau
duduk dengan kepala miring telinga yang
terinfeksi mengarah ke atas
2. Jika perlu, bersihkan pinna pada telinga dan
meatus dengan menggunakan kain basah
untuk mencegah pencucian ke dalam lubang
telinga selama meneteskan instalasi
3. Tahan alat tetes 1/4 inci di atas lubang
telinga, berikan jumlah tetes sesuai resep ke
dalam telinga samping, agar obat dapat turun
dengan sendiri ke dalam. Hindari melettakan
tetesan langsung ke membran tympanic
4. Tekan perlahan tragus telinga selama 3-4
menit
5. Minta pasien untuk tetap pada posisi miring
selama 10 menit untuk mencegah hilangnya
pengobatan
6. Jika menggunakan bola kapas, siram dengan
obat dan masukkan ke lubang bagian terluar
dari telinga
7. Bersihkan sisa tetesan dari lubang telinga
dengan menggunakan tisu
D. Tetes rongga nasal 1. Minta pasien untuk meniupkan hidungnya
untuk membersihkan jalan nasal
2. Berikan volume yang tepat ke dalam tetesan
3. Minta pasien untuk membuka mulut dan
bernapas melalui mulut
4. Tahan ujung tetesan tepat di atas nostril dan,
tanpa menyentuh hidung dengan alat tetes,
segera teteskan ke tengah tulang ethmoid di
atas concha – bukan dasar rongga nasal,
dimana akan menuju ke dalam tenggorokan
dan menuju pipa eustachian
5. Minta pasien untuk tetap dalam posisinya
selama 5 menit
6. Bersihkan sisa yang ada pada alat tetes
E. Vaginal 1. Minta pasien dalam posisi telentang dengan
kedua lutut menekuk terpisah
2. Letakkan air lubricant (minyak) ke dalam
cangkir obat
3. Gunakan sarung tangan; buka obat rangsang
dan berikan di sekitarnya
4. Buka mulut vagina dengan memisahkan labia
menggunakan tangan
5. Masukan obat rangsang sedalam 8-10 cm,
atau sejauh yang bisa dilewati
6. Jika menggunakan krim, jeli, atau busa,
perlahan masukkan aplikator sedalam 5cm ke
dalam dinding vagina dan dorong perlahan
alat penyedot hingga kosong. Angkat aplikator
dan gantikan dengan handuk lap.
7. Minta pasien untuk menurunkan kakinta dan
tetap berbaring dalam posisi miring selama 5-
10 menit
F. Obat rangsang Rectal 1. Minta pasien berbaring menyamping (posisi
Sim)
2. Gunakan sarung tangan; buka obat rangsang
dan berikan di sekitarnya
3. Basahi ujung jari dengan sarung tangan
dengan minyak
4. Beritahukan pasien ketika obat rangsang akan
dimasukkan; minta pasien untuk tenang, tarik
napas dalam dan buang napas selama proses,
untuk merilekskan lubang sphincter
5. Perlahan masukkan obat rangsang ke dalam
dubur, melewati lubang anus untuk
memastikan penyimpanan
6. Minta pasien untuk dalam posisi Sim atau
berbaring telentang untuk mencegah
keluarnya obat rangsang
7. Minta pasien untuk menahan obat rangsang
selama 30 menit agar menyerap, kecuali obat
rangsang diberikan untuk menstimulasi buang
air besar

Administrasi Vaginal
Rute vaginal digunakan untuk memberikan pengobatan infeksi lokal dan untuk mengurangi
sakit pada vagina dan gatal. Pengobatan vaginal memasangkan obat rangsang, krim, jel, atau busa.
Penting bagi perawat untuk menjelaskan tujuan dari pengobatan dan memberikan privasi dan
martabat pasien. Sebelum memasukkan obat vaginal, perawat harus menginstruksi pasien untuk
mengosongkan kandung kemih, untuk mengurangi ketidaknyamanan saat menjalani pengobatan
dan kemungkinan iritasi atau luka pada saluran vagina. Pasien harus ditawarkan lapisan perineal saat
pengobatan. Tabel 4.4E dan gambar 4.6 memberikan pedoman mengenai administrasi obat vaginal.
Administrasi Rectal
Rute rectal dapat digunakan untuk pemberian obat lokal atau sistemik. Cara yang aman dan
efektif dalam memberikan obat bagi pasien yang tidak sadarkan diri atau mengalami mual dan
muntah. Obat rectal biasanya dalam bentuk obat rangsang, meskipun obat pencahar dan perantara
diagnostik diberikan melalui enema. Meskipun penyerapan lebih lambat dibandingkan rute-rute lain,
namun kuat dan dapat diandalkan saat pengobatan dapat dikontrol oleh pasien. Darah venous dari
rektum bagian bawah disalurkan dari liver; maka, efek tahap pertama dapat dihindari, begitu pula
enzim pencerna dari saluran atas GI. Tabel 4.4F memberikan penjelasan mengenai administrasi obat
rectal.
4.8 Administrasi Obat Parenteral
Administrasi parenteral mengarah pada penyaluran obat dengan cara lain selain oral dan
topikal. Rute parenteral memberikan obat melalui jarum ke dalam lapisan kulit, jaringan di bawah
kulit, otot, atau pembuluh darah. Pemberian parenteral yang lebih maju termasuk pemberian
melalui arteri, rongga tubuuh (seperti intrathecal), dan organ-organ (seperti intracardiac).
Pemberian obat secara parenteral jauh lebih cepat penyebarannya daripada topikal atau enteral.
Karena adanya potensi dalam memasukkan mikroba pathogenik langsung ke dalam darah atau
jaringan tubuh, teknik bebas kuman harus diberlakukan. Perawat diharapkan untuk mengidentifikasi
dan menggunakan dengan sesuai material bagi pemberian obat parenteral, termasuk peralatan
khusus dan teknik yang diperlukan untuk menyiapkan dan memberikan produk suntikan. Perawat
harus tahu benar lokasi anatomi untuk administrasi parenteral, dan prosedur yang aman mengenai
pembuangan peralatan yang berbahaya.
Administrasi Intradermal dan Subcutaneous (jaringan di bawah kulit)
Penyuntikkan ke dalam kulit mengantarkan obat pada pembuluh darah yang tersedia pada
setiap lapisan kulit. Obat dapat disuntikkan secara intradermal atau subcutaneous. Perbedaan besar
antara kedua metode ini adalah kedalaman dari suntikan. Keuntungan dari kedua metode ini adalah
memberikan obat pada pasien yang tidak dapat meminum secara oral. Pemberian obat dengan rute-
rute ini menghindari efek hepatis tahap pertama dan enzim pencerna. Kerugiannya hanya sedikit
volume yang bisa diberikan, dan suntikan dapat menyebabkan sakit dan pembengkakan pada
tempat suntikan.
Suntikan intradermal (ID) diberikan pada lapisan dermis dari kulit. Karena dermis memiliki
pembuluh darah lebih banyak ketimbang lapisan kulit bagian bawah, maka obat mudah diserap.
Biasanya digunakan untuk alergi dan penyakit screening atau pemberian anestetik lokal sebelum
pada urat darah. Suntikan intradermal sangat terbatas untuk volume obat yang sangat kecil,
biasanya hanya 0,1 sampai 0,2 ml. Tempat penyuntikan ID adalah permukaan kulit yang tidak
berrambut pada bagian atas belakang, di atas tulang belikat, bagian atas dada, dan bagian dalam
lengan bawah. Pedoman untuk suntikan intradermal ada di tabel 4.5A dan gambar 4.7.
Suntikan subcutaneous (SC atau SQ) diberikan ke bagian terdalam dari lapisan kulit. Insulin,
heparin, vitamin, beberapa vaksin, dan pengobatan lain diberikan di area ini karena tempat
penyuntikan mudah diakses dan dapat menyerap lebih kuat. Bagian tubuh yang ideal untuk suntikan
SC adalah:
 Aspek luar dari bagian atas lengan, di area di atas otot trisep
 2/3 bagian tengah dari area paha depan
 Area-area tulang belikat dari bagian atas belakang
 Bagian atas dorsogluteal dan area ventrogluteal
 Area abdominal, diatas kepala iliac dan di bawah diafragma, 1,5 sampai 2 inci di luar
umbilicus
Dosis subcutaneous sangat kecil volumenya, biasanya dengan jarak 0,5 sampai 1 ml. Ukuran
jarum pun bermacam-macam tergantung pada kwantitas lemak tubuh pasien. Panjangnya biasanya
satu setengah dari cubitan kulit yang dapat diambil dengan ibu jari dan jari telunjuk. Sangat penting
untuk menukar tempat suntikan secara berurutan dan dicatat, untuk menaikkan penyerapan,
meminimkan kerusakan lapisan, dan mengurangi ketidaknyamanan. Untuk insulin, bagaimanapun,
perpindahan harus di sekitar area anatomikal untuk menaikkan penyerapan yang tepat dan
mempertahankan konsistensi tingkat tekanan gula darah. Saat melakukan suntikan SC, tidak
diperlukan untuk memberitahukan suntikannya. Dicatat bahwa penyemprotan zat vaksin dan insulin
tidak perlu berubah-ubah, agar perawat tidak perlu mengganti satu ke yang lain. Tabek 4.5B dan
gambar 4.8 menunjukkan informasi lengkap mengenai administrasi obat SC.
Administrasi Intramuscular
Suntikan intramuscular (IM) memberikan pengobatan ke dalam otot spesifik. Karena lapisan
otot memiliki persediaan darah lebih, maka pengobatan bergerak lebih cepat ke dalam pembuluh
darah untuk menghasilkan tindakan cepat dan kuat dibandingkan dengan oral, ID, atau SC. Struktur
anatomikal otot membolehkan lapisan ini untuk menerima volume pengobatan yang lebih besar
daripada daerah subcutaneous. Seorang dewasa yang ototnya berkembang dengan baik dapat
menampung dengan aman hingga 4 ml pengobatan pada otot besar, meskipun hanya 2 atau 3 ml
yang disarankan. Otot deltoid dan trisep dapat menerima maximal 1 ml.
Pertimbangan besar bagi perawat mengenai pemberian obat IM adalah pilihan tempat
suntikan yang tepat. Tempat penyuntikan harus terletak jauh dari tulang, pembuluh darah yang
besar, dan nadi. Ukuran dan panjang jarum ditentukan oleh ukuran tubuh dan masa otot, jenis obat
yang diberikan, jumlah lapisan adipose yang menutupi otot, dan usia pasien. Informasi mengenai
suntikan IM diberikan pada tabel 4.5C dan gambar 4.9. Empat tempat suntikan intramuscular adalah:
 Ventrogluteal site – tempat suntikan IM yang disukai. Area ini merupakan ketebalan
yang sangat dari otot gluteal, mengandung sedikit lemak ketimbang area pantat,
maka mengurangi kebutuhan untuk menentukan kedalaman lemak subcutaneous.
Merupakan tempat yang nyaman bagi anak-anak dan bayi usia di atas 7 bulan.
 Deltoid site – digunakan pada remaja yang bertumbuh dengan baik dan dewasa
untuk volume pengobatan yang tidak lebih dari 1 ml. Karena nadi radial berada pada
jarak dekat, deltoid umumnya tidak digunakan, kecuali volume vaksin yang kecil,
seperti hepatitis B pada orang dewasa.
 Dorsogluteal site – digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang sudah
berjalan selama 6 bulan. Area ini aman selama perawat menempatkan suntikan
untuk menghindari kebocoran atau iritasi pada nadi sciatic dan pembuluh darah.
 Vastus lateralis site – biasanya tebal dan dapat dipakai pada orang dewasa dan anak-
anak, sepertiga bagian tengah dari otot adalah tempat penyuntikan IM.

Tabel 4.5 Administrasi Obat Parenteral


Bentuk obat Pedoman administrasi
A. Rute Intradermal 1. Siapkan obat dalam vaksin atau pipa 1 cc,
dengan ukuran 25-27, 3/8-5/8 inci jarum
2. Gunakan sarung tangan dan bersihkan tempat
penyuntika dengan antiseptik dengan gerakan
memutar. Biarkan kering sebentar.
3. Dengan ibu jari dan jari telunjuk, regangkan
kulit
4. Masukkan jarum, dengan sudut menghadap
ke atas pada sudut 10-15 derajat
5. Masukkan jarum sampai alat ukur ada di
bawah kulit; jangan digerakkan
6. Perlahan suntikkan obat untuk membentuk
wheal atau bleb kecil
7. Gantikan dengan cepat jarum, dan perlahan
tepuk dengan alas tipis 2x2. Jangan memijat
area ini
8. Minta pasien untuk tidak menggosok atau
menggaruk di sekitar area ini
B. Rute Subcutaneous 1. Siapkan pipa obat 1-3 cc dengan ukuran 23-
25, jarum 1/2-5/8 inci. Untuk heparin, jarum
yang dianjurkan adalah 3/8 inci dan ukuran
25-26
2. Pilih area, hindari area dengan tulang
menonjol, nadi utama, dan pembuluh darah.
Untuk heparin, periksa bersama perawat
untuk area penyuntikan yang tepat
3. Periksa perpindahan tempat suntikan dan
pilih area baru untuk menyuntik
4. Pakai sarung tangan dan bersihkan area
penyuntikan dengan antiseptik dengan cara
memutar
5. Biarkan kering
6. Cubit area kulit dengan ibu jari dan jari
telunjuk atau regangkan jika ada lapisan
bawah kulit yang kuat
7. Masukkan jarum dengan sudut 45 atau 90
derajat tergantung ukuran tubuh: 90 derajat
jika gemuk sekali; 45 derajat jika berat rata-
rata. Jika pasien sangat kurus, gabungkan kulit
pada area penyuntikan jarum dan berikan
sudut 90 derajat
8. Untuk suntikan nonheparin, berikan dengan
menarik bagian belakang pipa. Jika ada darah,
tarik jarum, lepaskan pipa dan siapkan
suntikan baru. Untuk heparin, jangan
digerakkan, karena dapat merusak lapisan
sekitar dan menyebabkan memar
9. Lakukan suntikan perlahan
10. Angkat jarum dengan cepat, dan pijat lembut
area suntikan dengan kapas antiseptik. Untuk
heparin, jangan memijat area ini, karena
dapat menimbulkan memar atau pendarahan
C. Rute Intramuscular: sisi ventrogluteal 1. Gunakan obat dengan ukuran 20-23, jarum ⁶.5
inci
2. Pakai sarung tangan dan bersihkan area
penyuntikan dengan kapas antiseptik dengan
gerakan memutar. Biarkan kering.
3. Tentukan area dengan menaruh tangan pada
trochanter dan ibu jari ke arah umbilicus.
Arahkan ke depan tulang belakang dengan jari
telunjuk menempel pada jari tengah untuk
diarahkan ke atas tulang (membentuk huruf
V). Suntikan diberikan diantara jari berbentuk
V dari jari telunjuk dan jari tengah
4. Masukkan jarum dengan pelan, seperti
gerakan anak panah pada sudut 90 derajat di
antara area berbentuk V
5. Gerakkan dan periksa darah. Jika darah
keluar, tarik jarum, lepas pipa, dan siapkan
suntikan baru
6. Suntikkan perlahan dan lembut, juga
menekan alat penghisap
7. Pindahkan jarum dengan cepat
8. Tekan dengan kain tipis 2x2 dan pijat dengan
baik agar hangat dan membiarkan obat
terserap ke dalam otot
D. Rute Intravenous 1. Untuk memberi obat IV cair:
a. Periksa pesanan dan kecocokan obat
dengan cairan IV
b. Siapkan pengobatan dalam pipa 5-20
dengan ukuran 1-1.5 inci, jarum 19-21
c. Pakai sarung tangan dan pilih tempat
penyuntikan pada tanda atau gejala
inflamasi atau extravasasi
d. Tentukan area pengobatan pada cairan
IV dan bersihkan dengan kapas antiseptik
e. Masukkan jarum dengan hati-hati atau
masukkan langsung ke area dan
suntikkan obat
f. Tarik jarim dan akhiri dengan memutar
botol dari ujung ke ujung
g. Gantung kantong dan periksa kecepatan
infus
2. Untuk memberi obat ke bolus IV (IV push)
menggunakan saluran IV atau kanal IV
(reseal):
a. Periksa pesanan dan kecocokan obat
dengan cairan IV
b. Tentukan kecepatan infus
c. Tentukan apabila cairan IV diinfuskan di
porsi yang tepat (IV line) dan adalah
tempat yang memadai
d. Siapkan obat dalam pipa dengan ukuran
jarum 25-26
e. Pakai sarung tangan dan lakukan
pengobatan pada tanda atau gejala
inflamasi atau extravasasi
f. Pilih area penyuntikan, pasang pipa,
dekat dengan area penempatan (IV line)
g. Bersihkan pipa/saluran atau kunci area
dengan kapas antiseptik dan masukkan
jarum ke area
h. Jika melakukan pengobatan melalui IV
line, pisahkan pipa dengan mencubit
tepat di atas area suntikan
i. Perlahan suntikkan obat dengan waktu
tertentu; biasanya tidak lebih cepat dari
1mL/menit, kecuali ditetapkan
j. Tarik pipa. Lepaskan pipa dan pastikan
infus IV tepat jika digunakan dengan IV
line yang ada
k. Ketika menggunakan IV lock, periksa
bersama perawat dalam menggunakan
bilasan saline (berkaitan dengan garam)
sebelum dan sesudah penyuntikan obat

Administrasi Intravenous
Pengobatan intravenous (IV) dan cairan diberikan langsung ke dalam aliran darah dan
segera disebarkan ke seluruh fungsi tubuh. Rute IV digunakan jika tindakan cepat yang diinginkan.
Seperti rute parenteral lainnya, pengobatan IV menyingkat proses enzimatik pada sistem
pencernaan dan efek tahap pertama pada liver. Tiga jenis dasar dari administrasi IV antara lain:
 Large-volume infusion – mengatur zat cair, mengganti, atau suplemen. Obat yang
cocok dapat dicampur menjadi sewadah zat cair IV volume besar seperti saline
normal atau laktat Ringer. Tabel 4.5D dan gambar 4.10 mengilustrasikan tekniknya.
 Intermittent infusion – sedikit dari solusi IV dibuat berurutan atau bertolak-belakang
dengan yang sebelumnya large-volume infusion. Digunakan untuk memberikan
pengobatan bantuan, seperti antibiotik atau analgesik dalam jangka waktu pendek.
Diilustrasikan pada tabel 4.11
 IV bolus (dorong) administration – difokuskan pada pemberian dosis secara langsung
ke sirkulasi melalui semprot untuk memberikan pengobatan sekali dosis. Suntikan
bolus dapat diberikan melalui suntikan intermittent (sebentar) atau langsung
dorongan IV. Teknik administrasi bolus dapat dilihat detilnya di tabel 4.5D dan
gambar 4.12.
Meskipun rute IV memberikan tindakan tercepat , juga berbahaya. Sekali disuntikkan,
pengobatan tidak dapat dikembalikan. Jika obat atau jarum terkontaminasi, patogen bisa menyerang
pembuluh darah dan lapisan tubuh. Pasien yang menerima suntikan IV harus selalu diawasi untuk
reaksi yang merugikan. Beberapa reaksi diantaranya muncul seketika setelah penyuntikan; lainnya
bisa memerlukan berjam-jam atau berhari-hari untuk muncul. Penangkal obat yang dapat
membahayakan atau reaksi fatal harus selalu tersedia.

Anda mungkin juga menyukai