Peran utama seorang perawat dalam pemberian obat adalah untuk memastikan resep obat-
obatan diberikan dalam ketentuan yang aman. Pemberian obat adalah komponen yang sangat
penting yang menyediakan perawatan intensif yang luas yang menggabungkan seluruh aspek proses
perawatan. Dalam hal pemberian obat, perawat akan bekerja sama dengan dokter, ahli obat
(apoteker), dan tentunya pasien. Tujuan bab ini adalah mengenalkan peran dan tanggung jawab
perawat dalam memberikan pengobatan secara aman dan efektif.
Administrasi Vaginal
Rute vaginal digunakan untuk memberikan pengobatan infeksi lokal dan untuk mengurangi
sakit pada vagina dan gatal. Pengobatan vaginal memasangkan obat rangsang, krim, jel, atau busa.
Penting bagi perawat untuk menjelaskan tujuan dari pengobatan dan memberikan privasi dan
martabat pasien. Sebelum memasukkan obat vaginal, perawat harus menginstruksi pasien untuk
mengosongkan kandung kemih, untuk mengurangi ketidaknyamanan saat menjalani pengobatan
dan kemungkinan iritasi atau luka pada saluran vagina. Pasien harus ditawarkan lapisan perineal saat
pengobatan. Tabel 4.4E dan gambar 4.6 memberikan pedoman mengenai administrasi obat vaginal.
Administrasi Rectal
Rute rectal dapat digunakan untuk pemberian obat lokal atau sistemik. Cara yang aman dan
efektif dalam memberikan obat bagi pasien yang tidak sadarkan diri atau mengalami mual dan
muntah. Obat rectal biasanya dalam bentuk obat rangsang, meskipun obat pencahar dan perantara
diagnostik diberikan melalui enema. Meskipun penyerapan lebih lambat dibandingkan rute-rute lain,
namun kuat dan dapat diandalkan saat pengobatan dapat dikontrol oleh pasien. Darah venous dari
rektum bagian bawah disalurkan dari liver; maka, efek tahap pertama dapat dihindari, begitu pula
enzim pencerna dari saluran atas GI. Tabel 4.4F memberikan penjelasan mengenai administrasi obat
rectal.
4.8 Administrasi Obat Parenteral
Administrasi parenteral mengarah pada penyaluran obat dengan cara lain selain oral dan
topikal. Rute parenteral memberikan obat melalui jarum ke dalam lapisan kulit, jaringan di bawah
kulit, otot, atau pembuluh darah. Pemberian parenteral yang lebih maju termasuk pemberian
melalui arteri, rongga tubuuh (seperti intrathecal), dan organ-organ (seperti intracardiac).
Pemberian obat secara parenteral jauh lebih cepat penyebarannya daripada topikal atau enteral.
Karena adanya potensi dalam memasukkan mikroba pathogenik langsung ke dalam darah atau
jaringan tubuh, teknik bebas kuman harus diberlakukan. Perawat diharapkan untuk mengidentifikasi
dan menggunakan dengan sesuai material bagi pemberian obat parenteral, termasuk peralatan
khusus dan teknik yang diperlukan untuk menyiapkan dan memberikan produk suntikan. Perawat
harus tahu benar lokasi anatomi untuk administrasi parenteral, dan prosedur yang aman mengenai
pembuangan peralatan yang berbahaya.
Administrasi Intradermal dan Subcutaneous (jaringan di bawah kulit)
Penyuntikkan ke dalam kulit mengantarkan obat pada pembuluh darah yang tersedia pada
setiap lapisan kulit. Obat dapat disuntikkan secara intradermal atau subcutaneous. Perbedaan besar
antara kedua metode ini adalah kedalaman dari suntikan. Keuntungan dari kedua metode ini adalah
memberikan obat pada pasien yang tidak dapat meminum secara oral. Pemberian obat dengan rute-
rute ini menghindari efek hepatis tahap pertama dan enzim pencerna. Kerugiannya hanya sedikit
volume yang bisa diberikan, dan suntikan dapat menyebabkan sakit dan pembengkakan pada
tempat suntikan.
Suntikan intradermal (ID) diberikan pada lapisan dermis dari kulit. Karena dermis memiliki
pembuluh darah lebih banyak ketimbang lapisan kulit bagian bawah, maka obat mudah diserap.
Biasanya digunakan untuk alergi dan penyakit screening atau pemberian anestetik lokal sebelum
pada urat darah. Suntikan intradermal sangat terbatas untuk volume obat yang sangat kecil,
biasanya hanya 0,1 sampai 0,2 ml. Tempat penyuntikan ID adalah permukaan kulit yang tidak
berrambut pada bagian atas belakang, di atas tulang belikat, bagian atas dada, dan bagian dalam
lengan bawah. Pedoman untuk suntikan intradermal ada di tabel 4.5A dan gambar 4.7.
Suntikan subcutaneous (SC atau SQ) diberikan ke bagian terdalam dari lapisan kulit. Insulin,
heparin, vitamin, beberapa vaksin, dan pengobatan lain diberikan di area ini karena tempat
penyuntikan mudah diakses dan dapat menyerap lebih kuat. Bagian tubuh yang ideal untuk suntikan
SC adalah:
Aspek luar dari bagian atas lengan, di area di atas otot trisep
2/3 bagian tengah dari area paha depan
Area-area tulang belikat dari bagian atas belakang
Bagian atas dorsogluteal dan area ventrogluteal
Area abdominal, diatas kepala iliac dan di bawah diafragma, 1,5 sampai 2 inci di luar
umbilicus
Dosis subcutaneous sangat kecil volumenya, biasanya dengan jarak 0,5 sampai 1 ml. Ukuran
jarum pun bermacam-macam tergantung pada kwantitas lemak tubuh pasien. Panjangnya biasanya
satu setengah dari cubitan kulit yang dapat diambil dengan ibu jari dan jari telunjuk. Sangat penting
untuk menukar tempat suntikan secara berurutan dan dicatat, untuk menaikkan penyerapan,
meminimkan kerusakan lapisan, dan mengurangi ketidaknyamanan. Untuk insulin, bagaimanapun,
perpindahan harus di sekitar area anatomikal untuk menaikkan penyerapan yang tepat dan
mempertahankan konsistensi tingkat tekanan gula darah. Saat melakukan suntikan SC, tidak
diperlukan untuk memberitahukan suntikannya. Dicatat bahwa penyemprotan zat vaksin dan insulin
tidak perlu berubah-ubah, agar perawat tidak perlu mengganti satu ke yang lain. Tabek 4.5B dan
gambar 4.8 menunjukkan informasi lengkap mengenai administrasi obat SC.
Administrasi Intramuscular
Suntikan intramuscular (IM) memberikan pengobatan ke dalam otot spesifik. Karena lapisan
otot memiliki persediaan darah lebih, maka pengobatan bergerak lebih cepat ke dalam pembuluh
darah untuk menghasilkan tindakan cepat dan kuat dibandingkan dengan oral, ID, atau SC. Struktur
anatomikal otot membolehkan lapisan ini untuk menerima volume pengobatan yang lebih besar
daripada daerah subcutaneous. Seorang dewasa yang ototnya berkembang dengan baik dapat
menampung dengan aman hingga 4 ml pengobatan pada otot besar, meskipun hanya 2 atau 3 ml
yang disarankan. Otot deltoid dan trisep dapat menerima maximal 1 ml.
Pertimbangan besar bagi perawat mengenai pemberian obat IM adalah pilihan tempat
suntikan yang tepat. Tempat penyuntikan harus terletak jauh dari tulang, pembuluh darah yang
besar, dan nadi. Ukuran dan panjang jarum ditentukan oleh ukuran tubuh dan masa otot, jenis obat
yang diberikan, jumlah lapisan adipose yang menutupi otot, dan usia pasien. Informasi mengenai
suntikan IM diberikan pada tabel 4.5C dan gambar 4.9. Empat tempat suntikan intramuscular adalah:
Ventrogluteal site – tempat suntikan IM yang disukai. Area ini merupakan ketebalan
yang sangat dari otot gluteal, mengandung sedikit lemak ketimbang area pantat,
maka mengurangi kebutuhan untuk menentukan kedalaman lemak subcutaneous.
Merupakan tempat yang nyaman bagi anak-anak dan bayi usia di atas 7 bulan.
Deltoid site – digunakan pada remaja yang bertumbuh dengan baik dan dewasa
untuk volume pengobatan yang tidak lebih dari 1 ml. Karena nadi radial berada pada
jarak dekat, deltoid umumnya tidak digunakan, kecuali volume vaksin yang kecil,
seperti hepatitis B pada orang dewasa.
Dorsogluteal site – digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang sudah
berjalan selama 6 bulan. Area ini aman selama perawat menempatkan suntikan
untuk menghindari kebocoran atau iritasi pada nadi sciatic dan pembuluh darah.
Vastus lateralis site – biasanya tebal dan dapat dipakai pada orang dewasa dan anak-
anak, sepertiga bagian tengah dari otot adalah tempat penyuntikan IM.
Administrasi Intravenous
Pengobatan intravenous (IV) dan cairan diberikan langsung ke dalam aliran darah dan
segera disebarkan ke seluruh fungsi tubuh. Rute IV digunakan jika tindakan cepat yang diinginkan.
Seperti rute parenteral lainnya, pengobatan IV menyingkat proses enzimatik pada sistem
pencernaan dan efek tahap pertama pada liver. Tiga jenis dasar dari administrasi IV antara lain:
Large-volume infusion – mengatur zat cair, mengganti, atau suplemen. Obat yang
cocok dapat dicampur menjadi sewadah zat cair IV volume besar seperti saline
normal atau laktat Ringer. Tabel 4.5D dan gambar 4.10 mengilustrasikan tekniknya.
Intermittent infusion – sedikit dari solusi IV dibuat berurutan atau bertolak-belakang
dengan yang sebelumnya large-volume infusion. Digunakan untuk memberikan
pengobatan bantuan, seperti antibiotik atau analgesik dalam jangka waktu pendek.
Diilustrasikan pada tabel 4.11
IV bolus (dorong) administration – difokuskan pada pemberian dosis secara langsung
ke sirkulasi melalui semprot untuk memberikan pengobatan sekali dosis. Suntikan
bolus dapat diberikan melalui suntikan intermittent (sebentar) atau langsung
dorongan IV. Teknik administrasi bolus dapat dilihat detilnya di tabel 4.5D dan
gambar 4.12.
Meskipun rute IV memberikan tindakan tercepat , juga berbahaya. Sekali disuntikkan,
pengobatan tidak dapat dikembalikan. Jika obat atau jarum terkontaminasi, patogen bisa menyerang
pembuluh darah dan lapisan tubuh. Pasien yang menerima suntikan IV harus selalu diawasi untuk
reaksi yang merugikan. Beberapa reaksi diantaranya muncul seketika setelah penyuntikan; lainnya
bisa memerlukan berjam-jam atau berhari-hari untuk muncul. Penangkal obat yang dapat
membahayakan atau reaksi fatal harus selalu tersedia.