Anda di halaman 1dari 18

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Penyusun : 1. Beny Firman, S.T.,M.Eng


2. Arinda Kuncahyaningrum, A.Md

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DIGITAL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA

1
Undang-undang Nomor 7 tahun

1987 Tentang Hak Cipta

Pasal 44

(1) Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau memperbanyak


suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan /atau denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan / atau denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah)

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA INDUSTRI

Hak cipta 2019 pada penullis, dilarang keras mengutip, menjiplak,


mem fotocopy baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini
tanpa mendapat izin tertulis dari pengarang dan penerbit

Penulis : Beny Firman, Arinda


Kuncahyaningrum Page Make Up : Beny Firman, Arinda
Kuncahyaningrum Desain Cover : Beny Firman, Arinda
Kuncahyaningrum Diterbitkan Oleh : AKPRIND PRESS

ISBN : ………………..

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
UNIT 1 Trainer Pembangkit Listrik Tenaga Surya.................................................5
1.1. Tujuan Praktikum......................................................................................5
1.2. Alat dan Bahan..........................................................................................5
1.3. Dasar Teori................................................................................................5
1.4. Langkah Kerja...........................................................................................8
UNIT 2 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC..........................................9
2.1. Tujuan Praktikum......................................................................................9
2.2. Alat dan Bahan..........................................................................................9
2.3. Dasar Teori................................................................................................9
2.3.1. Pengertian...........................................................................................9
2.3.2. PWM..................................................................................................9
2.4. Langkah Kerja.........................................................................................11
UNIT 3 BEBAN AC PADA INSTALASI LISTRIK TENAGA SURYA............13
3.1. Tujuan Praktikum....................................................................................13
3.2. Alat dan Bahan........................................................................................13
3.3. Dasar Teori..............................................................................................13
3.4. Langkah Kerja.........................................................................................14
UNIT 4 SILICON CONTROL RECTIFIER ( SCR )............................................16
4.1. Tujuan Praktikum....................................................................................16
4.2. Alat dan Bahan........................................................................................16
4.3. Dasar Teori..............................................................................................16
4.3.1. Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier)................................16
4.3.1. Prinsip Kerja........................................................................................17
4.4. Langkah Kerja.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
KATA PENGANTAR

Maksud dari penyusunan modul petunjuk praktikum ini adalah


memberikan pedoman bagi mahasiswa dalam rangka pelaksanaan
kegiatan praktikum di Laboratorium Elektronika Digital Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Dengan adanya modul ini diharapkan
mahasiswa mengerti atau setidaknya memhami langkah-langkah apa yang
harus dilakukan kegiatan berlangsung.

Tulisan disini hanya sebagai pengantar bagi mahasiswa untuk


mendalami lebih lanjut bidang yang dihadapinya sebelum melaksanakan
praktikum, mahasiswa diharapkan untuk mempelajari petunjuk-petunjuk
yang diberikan dalam modul ini, sehingga tidak mengalami kesulitan pada
waktu test saat pelaksanaan, serta mendapatkan gambaran yang jelas
maksud percobaan dari unit-unit praktikum yang akan dilaksankan. Sangat
dianjurkan kepada mahasiswa untuk membaca dan mempelajari referensi
maupun literatur – literatur lain yang berhubungan dengan bidang yang
dihadapinya. Dengan demikian diharapkan adanya penambahan
kemampuan serta wawasan sehingga akan lebih memantapkan langkah
dalam menerjuni bidang yang sudah menjadi pilihan mereka.

Akhir kata, semoga tulisan disini bermanfaat. Tak ada gading yang
tak retak sekiranya terdapat kesalahan dalam penyusunan modul ini,
dengan segala kerendahan hati kritik maupun saran akan diterima demi
kesumpurnaan isinya.

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DIGITAL

IST. AKPRIND YOGYAKARTA


UNIT 1

TRAINER PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

1.1. Tujuan Praktikum


a. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengoperasian unit
percobaan trainer solar cell.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui/memahami prinsip kerja trainer
solar cell.

1.2. Alat dan Bahan


1. Unit percobaan 1
2. Kabel konektor

1.3. Dasar Teori


Modul surya (fotovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara
seri dan paralel, untuk meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga
cukup untuk pemakaian sistem catu daya beban. Untuk mendapatkan keluaran
energi listrik yang maksimum maka permukaan modul surya harus selalu
mengarah ke matahari.
Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang
merupakan unit rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul
photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film.
Modul photovoltaic kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana,
sedangkan untuk membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi. Modul
photovoltaic tersusun dari beberapa sel photovoltaic yang dihubungkan secara seri
dan parallel.
Sel surya adalah suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi
surya menjadi energi listrik dalam bentuk arus searah (DC). Modul surya
(photovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel,
untuk meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga cukup untuk
pemakaian sistem catu daya beban.Untuk mendapatkan keluaran energi listrik
yang maksimum maka permukaan modul surya harus selalu mengarah ke
matahari. Selanjutnya energi listrik tersebut disimpan dalam Baterai. Baterai disini
berfungsi sebagai penyimpan energi listrik secara kimiawi pada siang hari dan
berfungsi sebagai catu daya listrik pada malam hari. Untuk menjaga
kesetimbangan energi di dalam baterai, diperlukan alat pengatur elektronik yang
disebut Battery Charge Regulator.
Alat ini berfungsi untuk mengatur tegangan maksimal dan minimal dari
baterai dan memberikan pengamanan terhadap sistem, yaitu proteksi terhadap
pengisian berlebih (overcharge) oleh penyinaran matahari, pemakaian
berlebih (overdischarge)oleh beban, mencegah terjadinya arus balik ke modul
surya, melindungi terjadinya hubung singkat pada beban listrik dan sebagai
interkoneksi dari komponen-komponen lainnya.
Secara sederhana, proses pembentukan gaya gerak listrik (GGL) pada
sebuah sel surya adalah sebagai berikut:
1. Foton dari cahaya matahari menumbuk panel surya kemudian diserap oleh
material semikonduktor seperti silikon.
2. Elektron (muatan negatif) terlempar keluar dari atomnya, sehingga mengalir
melalui material semikonduktor untuk menghasilkan listrik. Muatan positif
yang disebut hole (lubang) mengalir dengan arah yang berlawanan dengan
elektron pada panel surya silikon.
3. Gabungan/susunan beberapa panel surya mengubah energi surya menjadi
sumber daya listrik DC.
Ketika sebuah foton menumbuk sebuah lempeng silikon, salah satu dari
tiga proses kemungkinan terjadi, yaitu:
1. Foton dapat melewati silikon; biasanya terjadi pada foton dengan energi
rendah.
2. Foton dapat terpantulkan dari permukaan.
3. Foton tersebut dapat diserap oleh silikon yang kemudian:
a. Menghasilkan panas
b. Menghasilkan pasangan elektron-lubang, jika energi foton lebih besar
daripada nilai celah pita silikon.
Ketika sebuah foton diserap, energinya diberikan ke elektron di lapisan
kristal. Biasanya elektron ini berada di pita valensi, dan terikat erat secara kovalen
antara atom-atom tetangganya sehingga tidak dapat bergerak jauh dengan leluasa.
Energi yang diberikan kepadanya oleh foton mengeksitasinya ke pita konduksi,
dimana ia akan bebas untuk bergerak dalam semikonduktor tersebut. Ikatan
kovalen yang sebelumnya terjadi pada elektron tadi menjadi kekurangan satu
elektron; hal ini disebut hole (lubang).
Keberadaan ikatan kovalen yang hilang menjadikan elektron yang terikat
pada atom tetangga bergerak ke lubang, meniggalkan lubang lainnya, dan dengan
jalan ini sebuah lubang dapat bergerak melalui lapisan kristal. Jadi, dapat
dikatakan bahwa foton-foton yang diserap dalam semikonduktor membuat
pasangan-pasangan elektron-lubang yang dapat bergerak.
Sebuah foton hanya perlu memiliki energi lebih besar dari celah pita
supaya bisa mengeksitasi sebuah elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
Meskipun demikian, spektrum frekuensi surya mendekati spektrum radiasi benda
hitam (black body) pada ~6000 K, dan oleh karena itu banyak radiasi surya yang
mencapai Bumi terdiri atas foton dengan energi lebih besar dari celah pita silikon.
Foton dengan energi yang cukup besar ini akan diserap oleh sel surya, tetapi
perbedaan energi antara foton-foton ini dengan celah pita silikon diubah menjadi
kalor (melalui getaran lapisan Kristal yang disebut fonon) bukan dalam bentuk
energi listrik yang dapat digunakan selanjutnya. Sel surya yang paling banyak
dikenal dibentuk sebagai daerah luas sambungan P-N yang dibuat dari silikon.
Sebagai penyederhanaan, seseorang dapat dibayangkan menempel selapis silikon
tipe-n dengan selapis silikon tipe-p. Pada prakteknya, sambungan P-N tidak dibuat
seperti ini, tetapi dengan cara pendifusian pengotor tipe-n ke satu sisi dari wafer
tipe-p (atau sebaliknya).

Jika sebagian silikon tipe-p diletakkan berdekatan dengan sebagian silikon


tipe-n, maka akan terjadi difusi elektron dari daerah yang memiliki konsentrasi
elektron tinggi (sisi sambungan tipe-n) ke daerah dengan konsentrasi elektron
rendah (sisi sambungan tipe-p). Ketika elektron berdifusi melewati sambungan p-
n, mereka bergabung dengan lubang di sisi tipe-p. Difusi pembawa tidak terjadi
tanpa batas karena medan listrik yang dibuat oleh ketidakseimbangan muatan
pada kedua sisi sambungan yang dibuat oleh proses difusi ini. Medan listrik yang
terbentuk sepanjang sambungan p-n membuat sebuah dioda yang mengalirkan
arus dalam satu arah sepanjang sambungan. Elektron bisa bergerak dari sisi tipe-n
ke sisi tipe-p, sedangkan lubang dapat lewat dari sisi tipe-p ke sisi tipe-n. Daerah
dimana elekron telah berdifusi sepanjang sambungan ini disebut sebagai daerah
deplesi karena ia tidak lagi mengandung pembawa muatan bebas. (Pudjanarsa,
2008)

1.4. Langkah Kerja


1. PERCOBAAN 1 ( SOLAR CELL SAAT HUBUNG TERBUKA )
1) Merangkai unit percobaan sesuai instruksi yang diminta ( hubung
terbuka )
2) Melihat tegangan yang masuk pada volt meter
3) Melakukan percobaan selama 3 kali dengan interval waktu selama
5 menit
4) Mencatat hasil percobaan pada lembar kerja
2. PERCOBAAN 2 ( SOLAR CELL SAAT HUBUNG TERTUTUP )
1) Menghubungkan unit percobaan sesuai instruksi yang diminta
( kabel merah dengan port merah, kabel hitam dengan port hitam
)
2) Menghidupkan / memutar potensio pada kondisi auto
3) Melakukan percobaan selama 3 kali dengan interval waktu masing
– masing selama 5 menit
4) Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja
UNIT 2

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC


2.1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaturan kecepatan motor DC.
b. Mahasiswa mengetahui prinsip dasar MOSFET.
c. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik penyulutan PWM pada gate
MOSFET.

2.2. Alat dan Bahan


1. Unit percobaan 2
2. CRO
3. Multimeter

2.3. Dasar Teori


2.3.1. Pengertian
Motor DC adalah salah satu jenis motor listrik yang banyak digunakan
pada rangkaian elektronika, mulai dari robot line following sampai dengan mobile
robot lainnya. Tak heran memang karena selain harganya murah, motor DC juga
sangat mudah dikontrol dibandingkan dengan jenis motor listrik lainnya.
Salah satu masalah yang banyak dialami oleh pengguna motor DC adalah
sulitnya mengatur kecepatan putaran. Pengguna hanya bisa mengatur putaran
motor DC hanya dengan mengganti nilai input tegangannya saja. Padahal ada cara
yang lebih mudah, yakni dengan menggunakan bantuan potensiometer. (Admin,
2016)
2.3.2. PWM
PWM (Pulse Width Modulation) adalah salah satu teknik modulasi dengan
mengubah lebar pulsa (duty cylce) dengan nilai amplitudo dan frekuensi yang
tetap. Satu siklus pulsa merupakan kondisi high kemudian berada di zona transisi
ke kondisi low. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli
yang belum termodulasi. Duty Cycle merupakan representasi dari kondisi logika
high dalam suatu periode sinyal dan di nyatakan dalam bentuk (%) dengan range
0% sampai 100%, sebagai contoh jika sinyal berada dalam kondisi high terus
menerus artinya memiliki duty cycle sebesar 100%. Jika waktu sinyal keadaan
high sama dengan keadaan low maka sinyal mempunyai duty cycle sebesar 50%.

Gambar 2. 1 Pulsa Width Modulation


sumber : (Firman, 2015)

Aplikasi penggunaan PWM biasanya ditemui untuk pengaturan kecepatan


motor dc, pengaturan cerah/redup LED, dan pengendalian sudut pada motor
servo.

Contoh penggunaan PWM pada pengaturan kecepatan motor dc semakin


besar nilai duty cycle yang diberikan maka akan berpengaruh terhadap cepatnya
putaran motor. Apabila nilai duty cylce-nya kecil maka motor akan bergerak
lambat. (Firman, 2015)

Untuk membandingkannya terhadap tegangan DC, PWM memiliki 3 mode


operasi yaitu :

1. Inverted Mode

Pada mode inverted ini jika nilai sinyal lebih besar dari pada titik
pembanding (compare level) maka output akan di set high (5v) dan sebaliknya
jika nilai sinyal lebih kecil maka output akan di set low (0v) seperti pada
gelombang A pada gambar di atas.

2. Non Inverted Mode


Pada mode non inverted ini output akan bernilai high (5v) jika titik
pembanding (compare level) lebih besar dari pada nilai sinyal dan sebaliknya jika
bernilai low (0v) pada saat titik pembanding lebih kecil dari nilai sinyal.

3. Toggle Mode

Pada mode toggle output akan beralih dari nilai high (5v) ke nilai low (0v)
jika titik pembanding sesuai dan sebaliknya beralih dari nilai low ke high.

2.4. Langkah Kerja


1. PENGUKURAN FREKUENSI LOAD
1) Menghubungkan chanel ( pada CRO ) ke LOAD dan ground
dengan GND pada alat percobaan kemudian memutar switch motor
ke keadaan speed rendah kemudian mengamati bentuk gelombang
pada CRO dan mencatat data yang diminta pada lembar kerja
( nilai Volt/DIV, Time/DIVE, VPP )
2) Menghubungkan chanel ( pada CRO ) ke LOAD dan ground
dengan ground kemudian memutar switch motor pada keadaan
speed medium kemudian mengamati bentuk gelombang pada CRO
dan mencatat data hasil percobaan
3) Setelah menghubungkan unit percobaan ke CRO ( CH – LOAD
dan GND - GND ) memutar switch motor ke keadaan high
speed kemudian mengamati bentuk gelombang yang dihasilkan
dan mencatat data pada lembar percobaan
2. PENGUKURAN FREKUENSI GATE
1) Menghubungkan chanel ( pada CRO ) ke GATE dan GND – GND
pada alat percobaan kemudian memutar switch motor ke keadaan
low speed kemudian mengamati bentuk gelombang pada CRO
dan mencatat data pada lembar kerja
2) Setelah menghubungkan unit percobaan dan CRO ( CH – GATE,
GATE – GATE ) memutar switch motor ke keadaan medium
speed kemudian mengamati bentuk gelombang pada CRO dan
mencatat data pada lembar percobaan
3) Menghubungkan alat percobaan pada CRO ( CH – GATE ) dan
( GND – GND ) kemudian mengatur CRO sampai mendapatkan
gelombang yang diinginkan, kemudian memutar potentiometer
ke keadaan high speed dan mencatat hasil percobaan pada lembar
kerja
3. PENGUKURAN FREKUENSI DRAIN
1) Menghubungkan chanel ( pada CRO ) ke DRAIN dan GND –
GND kemudian memutar switch motor pada keadaan low speed
kemudian mengamati bentuk gelombang pada CRO dan
mencatat hasil percobaan pada lembar kerja
2) Menghubungkan chanel ( pada CRO ) ke DRAIN dan GND –
GND kemudian memutar switch motor pada keadaan medium
speed kemudian mengamati bentuk gelombang yang dihasilkan
dan mencatat hasil percobaan pada lembar kerja
3) Menghubungkan CH ( pada CRO ) ke DRAIN dan GND – GND
kemudian memutar switch motor pada keadaan high speed
kemudian mengamati bentuk gelombang yang dihasilkan pada
CRO dan mencatatnya pada lembar kerja
UNIT 3

BEBAN AC PADA INSTALASI LISTRIK TENAGA SURYA

3.1. Tujuan Praktikum


a. Agar praktikan dapat membaca/mengukur tegangan dan arus pada
unit percobaan 3.
b. Agar praktikan dapat menghitung beban AC pada instalasi listrik
tenaga surya.

3.2. Alat dan Bahan


1. Unit percobaan 3
2. Lembar pengamatan
3. Kabel penghubung

3.3. Dasar Teori

Gambar 2. 2 Rancangan Alat Peraga

Gambar 2.2 memperlihatkan rancangan alat peraga panel surya. Bagian-


bagian yang terdapat pada rancangan meliputi panel surya dan tiang, pengukur
tegangan dan arus DC input (volt meter dan ampere meter), unit pengontrol
batterei, batterei, pengukur tegangan dan arus output, inverter DC ke AC, beban
lampu LED dan stop kontak AC. Panel surya mengubah energi cahaya matahari
menjadi energi listrik, sebelum masuk ke rangkaian unit pengontrol batterei,
tegangan dan arus panel surya diukur menggunakan volt dan ampere meter. Unit
pengontrol batterei berfungsi untuk mengendalikan pengisian listrik dari panel
surya ke batterei sehingga batterei tidak mengalami kerusakan akibat pengisian
yang berlebihan (over charging). Selanjutnya arus dan tegangan output dari
batterei diukur oleh volt dan ampere meter sebelum masuk ke pengubah tegangan
DC ke AC (inverter). Beban yang diberikan pada alat peraga ini adalah berupa
lampu LED dan stop kontak AC yang bisa disambungkan ke beban AC lainnya
seperti alat pengisi batterei handphone (charger), laptop, dll. Rancangan dari tiang
terbagi menjadi 3 bagian yaitu bagian penyangga dasar dengan tinggi 1 meter,
penyangga atas dengan tinggi 1 meter dan bagian pemegang panel surya yang bisa
diatur arahnya. (Mardiyono, et al., 2016)

3.4. Langkah Kerja


1. PENGUKURAN STATIS PADA BEBAN AC
1) Menghubungkan modul inverter dan beban dengan kabel jumper
yang sudah disediakan dengan kode warna yang tepat
2) Memastikan kondisi inverter padam sebelum menyambung modul
3) Melakukan pengamatan pada panel metr analog
4) Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja yang telah
disediakan
2. PERBANDINGAN PENGUKURAN PADA DAYA
1) Menjalankan inverter dengan daya sebesar 300 watt, untuk
mendapatkan arus ideal menggunakan rumus :

(3.1)

2) Melakukan perhitungan daya input oleh accu – battery dan output


pada inverter beban terpasang
3) Dari pengamatan diatas melakukan perhitungan untuk
menentukan berapa besar losses daya input dengan persamaan
berikut :
(3.2)
(3.3)

(3.4)
Dimana, P adalah daya

V adalah tegangan
I adalah arus
∆D adalah selisih nilai daya input dan output
4) Mencatat hasil pengukuran pada lembar kerja yang disediakan
UNIT 4

SILICON CONTROL RECTIFIER ( SCR )

4.1. Tujuan Praktikum


a. Mengetahui kendali tegangan menggunakan komponen SCR yaitu
thyristor.
b. Analisa karakteristik kendali tegangan AC.
c. Metode pengukuran sinyal AC dengan tegangan 220V.

4.2. Alat dan Bahan


1. Unit 4 pengukuran tegangan AC
2. Osciloscope
3. Multimeter

4.3. Dasar Teori


4.3.1. Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier)
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah dioda
yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan dioda pada umumnya
yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki
terminal. Kaki terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai dengan terminal “Gate”
atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control), sedangkan kaki
lainnya sama seperti dioda pada umumnya yaitu terminal “Anoda” dan Terminal
“Katoda”. Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota
kelompok komponen Thyristor.

Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4 lapis semikonduktor yaitu
PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN Trioda.
Terminal “Gate” yang berfungsi sebagai pengendali terletak di lapisan bahan tipe-
P yang berdekatan dengan Kaki Terminal “Katoda”. Cara kerja sebuah SCR
hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar transistor (bipolar junction
transistor).
4.3.1. Prinsip Kerja
Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR
memerlukan tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat
mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate diberikan tegangan positif sebagai pemicu
(trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari Anoda (A) ke Katoda (K).
Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON meskipun
tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut dilepaskan.
Untuk membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-Katoda harus
diturunkan hingga berada pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus
Holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari datasheet SCR itu sendiri. Karena
masing-masing jenis SCR memiliki arus Holding yang berbeda-beda. Namun,
pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu
menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol. (Micco, 2015)

4.4. Langkah Kerja


1. Memastikan keselamatan kerja sebelum melakukan percobaan
2. Mengatur peralatan pengaturan ( kalibrasi ) sebelum melakukan
pengukuran
3. Percobaan menggunakan beban lampu pijar, kemudian lengkapi table
dibawah / dilembar pekerjaan dengan data pengaturan statis dan
sinual
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2016. Cara Mengatur Kecepatan Putaran Motor DC. [Online]


Available at: http://belajarelektronika.net/cara-mengatur-kecepatan-putaran-motor-dc/

Firman, 2015. Tentang PWM (Pulse Width Modulation). [Online]


Available at: http://kl301.ilearning.me/2015/05/19/tentang-pwm-pulse-width-
modulation/

Mardiyono, Ariyono, S., Wasito, E. & Handoko, S., 2016. PEMANFAATAN ENERGI SURYA
SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DAN PENINGKATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA DI
SEKOLAH ALAM AR RIDHO. DIAMAS, p. 47.

Micco, 2015. Pengertian SCR (Silicon Controlled Rectifier) dan Prinsip Kerjanya. [Online]
Available at: https://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/mata-
pelajaran/1737-pengertian-scr-silicon-controlled-rectifier-dan-prinsip-kerjanya

Pudjanarsa, A., 2008. MESIN KONVERSI ENERGI. pp. 223-229.

Anda mungkin juga menyukai