Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

SEMESTER GANJIL 2023/2024


KONFIGURASI PANEL SURYA

Di Buat Oleh :

NAMA : SABILA IKA PUTRI U.


NIM : 42123296
KELOMPOK :2

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Setalah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan konfigurasi panel surya,
2. Mengetahui kinerja panel surya,
3. Mengetahui perbedaan panel surya jenis monokristal dan polikristal.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Panel Surya dan Prinsip Kerjanya

Panel surya adalah seperangkat alat dengan bahan semi konduktor yang dapat
mengkonversi energi sinar matahari yang diterimanya menjadi energi listrik. Panel surya disebut
juga photovoltaic dan terbuat dari bahan semi konduktor yang pada umumnya adalah silicon.
Panel surya dimanfaatan sebagai alat untuk mengubah cahaya matahari yang mengandung
energi foton untuk diubah menjadi energi listrik. Panel surya bekerja berdasarkan prinsip
photovoltaic, yaitu dengan cara mengubah energi foton dari radiasi cahaya matahari yang
diterimanya menjadi energi listrik. Silikon terdiri atas 2 lapisan didalamnya, yaitu lapisan n(-)
dan lapisan p(+). Lapisan n adalah lapisan yang berada di atas permukaan panel surya dan
berhubungan langsung dengan cahaya matahari, sedangkan lapisan p berada dibawah lapisan
n yang dipisahkan oleh sebuah gerbang (junction).

Gerbang ini akan terbuka saat ada cahaya matahari menyinari permukaan panel surya.
Terbukanya gerbang antar lapisan mengakibatkan elekron yang dihasilkan mengalir. Intensitas
cahaya matahari sangatlah mempengaruhi terbukanya gerbang antar lapisan, semakin lebar
gerbang antar lapisan terbuka karena intensitas cahaya matahari yang besar, maka semakin
besar pula arus yang mengalir. Pada umumnya panel surya memiliki rangkaian ekivalen seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1 dan pemodelan matematis sangat diperlukan untuk mengetahui
bagaimana parameter panel surya yang digunakan.

Photovoltaic (PV) atau biasa disebut panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya
yang berfungsi untuk mengkonversikan radiasi cahaya matahari menjadi semikonduktor yang
terdiri dari diode p-n junction, yang mana ketika terkena cahaya matahari (foton) akan
menghasilkan energi listrik, proses perubahan ini disebut photoelectric. Hal yang
memperngaruhi besarnya daya yang dihasilkan oleh PV yaitu intensitas cahaya (iradiasi) dan
temperature dari modul PV (Bayu Prima Juliansyah Putra, dkk, 2013).

Pada aplikasinya panel surya dihubung secara seri yang terdiri dari beberapa buah yang
umunya dikenal dengan string seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1(a). Selain itu dapat
dihubung secara seri kemudian string tersebut diparalel dikenal dengan array yang dapat dilihat
pada Gambar 1(b). Untuk menghitung arus, tegangan dan daya pada kedua konfigurasi
tersebut digunakan [1].
Gambar 2.1 (a) string panel surya dan (b) array panel surya.

𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔=𝑉1+𝑉2+𝑉3+𝑉4+𝑉5 (1)
𝐼𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔=𝐼1=𝐼2=𝐼3=𝐼4=𝐼5 (2)
𝑉𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦=𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔1=𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔2=𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔3=𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔4=𝑉𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔5 (3)
𝐼𝑎𝑟𝑟𝑎𝑦=𝐼𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔1+𝐼𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔2+𝐼𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔3+I𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔4+𝐼𝑠𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔5 (4)
𝑃=𝑉×𝐼 (5)

Kualitas fabrikasi panel surya dapat dilihat dari besaran suatu faktor yang disebut
sebagai fill-factor (FF). Sedangkan kinerja dari panel surya diukur dengan efisiensi. FF dari
suatu panel surya diukur dengan (6) sedangkan efisiensinya dihitung dengan (7) atau (8) [1,2]:
𝐹𝐹=[𝑉𝑜𝑐−𝑙𝑛(𝑉𝑜𝑐+0.72)]/(𝑉𝑜𝑐+1) (6)
𝜂=(𝐹𝐹×𝑉𝑜𝑐×𝐼𝑠𝑐)/(𝐺×𝐴) (7)
𝜂=𝑃/(𝐺×𝐴) (8)
dengan
𝑉𝑜𝑐 = tegangan hubung buka (V)
𝑛 = faktor ideal Dioda (1.3)
𝑘 = konstanta Boltzmann (1.3806503e-23 J/K)
𝑡 = suhu (°K)
𝑞 = muatan elektron (1.60217646e-19 C)
𝐼𝑠𝑐 = arus hubung singkat (A)
𝐺 = iradiasi (W/m2)
𝐴 = luas area permukaan panel surya (m2)

kinerja dari suatu panel surya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja dari panel surya:

2.1.1 Temperatur Lingkungan

Temperatur lingkungan sangatlah berpegaruh pada tegangan yang dihasilkan oleh


panel surya. Panel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperaturnya tetap
normal (yaitu pada 25 ‘C), kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal akan
menurunkan nilai tegangan. Setiap kenaikan temperatur panel surya 10’ Celsius dari 25’C
akan mengurangi sekitar 0,4 % dari total tegangan yang dihasilkan atau akan melemah dua
kali lipat pada kenaikan temperatur panel per 100 C’.

2.1.2 Intensitas Cahaya Matahari

Arus yang dihasilkan panel surya sangatlah bergantung pada intensitas cahaya
matahari yang mengenai permukaannya. Semakin besar intensitas cahaya matahari, maka
semakin besar arus yang dihasilkan.

2.1.3 Kondisi Angin

Semakin besar angin yang bertiup disekitar panel maka akan membantu menurukan
suhu permukaan panel surya, sehingga tegangan keluaran dapat terjaga.

2.1.4 Keadaan Cuaca

Keadaan cuaca seperti berawan, mendung, berkabut, hingga tingkat kelembapan dan
kondisi lainnya akan mempengaruhi tegangan keluaran dari panel surya.

2.1.5 Posisi Panel Surya Terhadap Matahari

Posisi dimana cahaya matahari tegak lurus terhadap permukaan panel menentukan
arus yang dihasilkan, semakin tegak permukaan panel surya terhadap matahari maka
semakin maksimal intensitas cahaya yang diserap oleh panel surya, sehingga posisi panel
surya sangat tergantung terhadap waktu dari pergerakan posisi matahari dari terbit sampai
terbenam.
2.2 Jenis Panel Surya

Jenis panel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis


besar panel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

2.2.1 Monocrystalline

Panel surya jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang sangat tipis. Dengan
cara pembuatan seperti ini, akan dihasilkan lembaran panel surya yang identik satu sama
lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi panel surya yang paling efisien dibandingkan
jenis panel surya lainnya yaitu sekitar 15% - 20%. Mahalnya harga kristal silikon murni dan
teknologi yang digunakan dalam pembuatannya, menyebabkan mahalnya harga jenis panel
surya ini dibandingkan jenis panel surya yang lain di pasaran. Kelemahan dari panel surya
jenis ini jika disusun membentuk modul akan menyisakan banyak ruangan yang kosong
karena panel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam. Berikut adalah
monocrystallinepada gambar 2.1.

Gambar 2.2 Monocrystalline

2.2.2 Polycrystalline

Panel surya jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur dan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikonnya tidak semurni
pada panel surya monocrystalline, sehingga panel surya yang dihasilkan tidak identik satu
sama lain dan efisiensinya lebih rendah, yaitu13% - 16%. Panel surya ini berbentuk persegi
panjang, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada ruangan
kosong, tidak seperti susunan pada panel surya monocrystalline. Proses pembuatannya
lebih mudah dibanding monocrystalline sehingga harganya lebih murah. Jenis ini paling
banyak dipakai saat ini. Berikut adalah polycrystalline pada gambar 2.1.
Gambar 2.3 polycrystalline

2.2.3 Thin Film Solar Cell (TFSC)

Panel surya jenis ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan
material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Panel surya jenis ini berbentuk sangat
tipis. Jenis ini dikenal juga dengan nama Thin Film Photovoltaic (TFPV).

2.3 Karakteristik Panel Surya

Daya keluaran dari panel surya sebanding dengan tegangan keluaran dikalikan dengan
arus keluarannya. Panel surya dapat menghasilkan arus dari tegangan yang berbeda-beda.
Hal ini berbeda dengan baterai yang menghasilkan arus dari tegangan yang relatif konstan.
Karakteristik keluaran dari panel surya dapat dilihat dari kurva I-V. Kurva I-V menunjukkan
hubungan antara arus dan tegangan dari panel surya.

Gambar 2.4 kurva I-V

Gambar II.2 menunjukkan bagaimana kurva I-V, sumbu horizontal adalah tegangan,
sumbu vertikal adalah arus. Kebanyakan kurva I-V diberikan dalam Standar Test Conditions
(STC) 1000 W/m2 radiasi (atau disebut satu matahari puncak/ one peak sun hour) dan 25
derajat Celcius/ 77 derajat Fahrenheit panel surya. Sebagai informasi, STC mewakili kondisi
optimal dimana dalam keadaan lingkungan laboratorium. Kurva I-V terdiri dari 3 hal yang
penting: 1. Maximum Power Point (MPP) 2. Open Circuit Voltage (Voc) 3. Short Circuit Current
(Isc).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan ini adalah:
1. Rangka panel surya : 1 set
2. Panel surya jenis monokristal dan polikristal : 5 buah
3. Calm meter : 1 buah
4. Solar power meter : 1 buah
5. Thermo gun : 1 buah
6. Kabel jumper dengan MC4 : secukupnya
3.2 Rangkaian Percobaan

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan (a) konfigurasi seri, (b) paralel dan (c) seri paralel.
3.3 Prosedur Percobaan
A. Keamanan & Keselamatan Kerja (K3)
1) Potensi Bahaya
a. Electric Shock yang dapat mempengaruhi aliran arus di badan manusia.
b. Busur api (arcing) yang dapat menghasilkan panas dan dapat mengakibatkan
hubung singkat, kebakaran, luka sampai kematian.
c. Kebakaran yang diakibatkan oleh kondisi overload dari peralatan dan kabel.
2) Antisipasi
a. Mengikuti petunjuk instruksi manual dan pembimbing.
b. Memeriksa kembali semua rangkaian sebelum memulai mengoperasikan
peralatan praktikum dengan pengawasan pembimbing.

B. Prosedur Percobaan
1) Mempersiapkan Alat dan Bahan,
2) Merangkai alat dan bahan sesuai rangkaian Gambar 2 (a) untuk satu panel.
3) Meminta kepada dosen pembimbing untuk memeriksa rangkaian yang di buat,
4) Mengukur Iradiasi (G), suhu panel (T), 𝐼𝑠𝑐 (arus singkat) dan 𝑉𝑜𝑐 (tegangan terbuka)
dan mencatat hasilnya pada Tabel 1,
5) Mengulangi langkah 4 untuk 2 – 5 panel dan mencatat hasilnya pada Tabel 1,
6) Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk panel surya yang terhubung secara paralel dan
mencatat hasilnya pada Tabel 2,
7) Mengulangi langkah 4 untuk panel surya yang terhubung secara seri paralel dan
mencatat hasilnya pada Tabel 3,
8) Mengulangi langkah 5 dengan jumlah panel 5 buah untuk jenis monokristal dan
polikristal yang konfigurasi seri.
9) Merapikan dan mengembalikan alat dan bahan.

BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

Tabel 4.1. Hasil pengukuran konfigurasi seri.


Jumlah Panel Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)
1 348,55 49,94 13,51 1,51
2 304,18 52,21 41,4 2,6
3 300,40 48,93 68 1,18
4 300,40 49,18 85,6 2,76

Data panel surya


Voc : 21 V Imp : 5,71 A
Isc : 6,4 A Pmp : 100 WP
Vmp : 17,6 V

Tabel 4.2. Hasil pengukuran konfigurasi paralel.


Jumlah Panel Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)
1 322,59 48,67 21,31 2,64
2 290,98 46,15 21,38 3,92
3 634,97 45,64 23,07 8,40
4 420,95 47,16 22,50 9,44

Data panel surya


Voc : 21 V Imp : 5,71 A
Isc : 6,4 A Pmp : 100 WP
Vmp : 17,6 V

Tabel 6.3 Hasil pengukuran konfigurasi seri paralel.

Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)


954,80 39,33 42,49 6,60

Data panel surya


Voc : 21 V Imp : 5,71 A
Isc : 6,4 A Pmp : 100 WP
Vmp : 17,6 V

Tabel 6.4 Hasil pengukuran output panel surya jenis monokristal dan polikristal.
Jenis Panel Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)

672,87 37,56 22,9 3,81


Monokristal
881 58,52 22,36 5,74
478,38 39,33 22,44 2,57
Polikristal
915,39 54,23 22,21 6,21

Data panel surya jenis monokristal


Voc : 21 V Imp : 5,71 A
Isc : 6,4 A Pmp : 100 WP
Vmp : 17,6 V
Data panel surya jenis polikristal
Voc : 21 V Imp : 5,71 A
Isc : 6,4 A Pmp : 100 WP
Vmp : 17,6 V

BAB VII
ANALISIS PERCOBAAN

7.1 Analisis Percobaan konfigurasi Seri


400
350 348.55

300 304.18 300.4 304.4

250
200
150
100
85.6
68
50 49.94 52.21
41.4 48.93 49.18
13.51
0 1.56 2.6 1.18 2.76
1 Panel 2 Panel 3 Panel 4 Panel 5

Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C)


Voc (V) Isc (A)
Grafik 7.1 hasil data konfigurasi Seri

Dalam percobaan konfigurasi seri ini, telah dilakukan pengukuran menggunakan 2, 3


dan 4 panel yang di susun secara seri. Konfigurasi ini merupakan salah satu metode
penggabungan panel-panel surya yang menghubungkan positif dari satu panel dengan negative
panel yang lainnya, sehingga menghasilkan tegangan dari penjumlahan masing-masing panel
surya.

Tabel 7.1. Hasil pengukuran konfigurasi seri.

Jumlah Panel Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)

1 348,55 49,94 13,51 1,51


2 304,18 52,21 41,4 2,6
3 300,40 48,93 68 1,18
4 300,40 49,18 85,6 2,76

Dari grafik 7.1 dan table 7.1, dapat dilihat bahwa tegangan (Voc) yang di hasilkan dari 2
panel yang diserikan sebesar 41,4 V kemudian dari 3 panel menghasilkan tegangan Voc
sebesar 68 V dan dari 4 panel yang diserikan menghasilkan tegangan Voc sebesar 85,6 V yang
apabila semua panel mendapat cahaya matahari yang sama maka nilai tengangan voc setiap
panel sebesar 21 V (berdasarkan data yang diketahui di panel surya), maka secara teori
rangkaian seri 2, 3 dan 4 adalah sebesar 21 V, 42 V dan 84 V. Dari table diatas pula diliat Arus
Isc kisaran (1,51 + 2,6 + 1,18 + 2,76)/4 = 2,012 A. yang artinya Isc dianggap konstan. Jika
dibandingkan dengan kekuatan maksimum dari panel (spesifikasi Panel) diperoleh table
sebagai berikut;
Tabel 7.2. Data panel konfigurasi seri.
Jumlah Panel E (Wm2) TC (°C) Voc (V) Isc (A)
1 1000 25 21 6,4
2 1000 25 42 6,4
3 1000 25 63 6,4
4 1000 25 84 6,4

Dari dua table diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika menghubungkan panel
surya secara seri, tengangan Voc dari rangkaian akan meningkat seiring dengan jumlah panel
yang digunakan, sementara arus Isc cenderung tetap atau hampir tetap. Jadi semakin banyak
panel surya yang digunakan dapat meningkatkan tengangan total yang dihasilkan, yang bisa
berguna terutama jika memerlukan kebutuhan untuk tengangan yang lebih tinggi. Akan tetapi
jika satu panel mengalami masalah itu dapat mempengaruhi kinerja keseluruhan sistem karena
arus pada rangkaian ditentukan oleh panel yang memeiliki arus terendah, dan juga apabila
salah satu panel rusak maka keseluruhan sistem tidak akan berfungsi.

7.2 Analisis Percobaan konfigurasi Pararel


700
634.97
600
500
420.95
400
322.59
300 290.98

200
100
48.67 46.15 45.64 47.16
21.31 21.38 23.07 22.5
0 2.64 3.92 8.4 9.44

1 Panel 2 Panel 3 Panel 4 Panel

Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C)


Voc (V) Isc (A)
Grafik 7.1 hasil data konfigurasi Paralel
Dalam percobaan konfigurasi Pararel ini, telah dilakukan pengukuran menggunakan 1,
2, 3, dan 4 panel yang di susun secara Pararel. Konfigurasi ini merupakan salah satu metode
penggabungan panel-panel surya yang menghubungkan potitif dari satu panel dengan positif
panel yang lainnya begitupun sebaliknya, sehingga menghasilkan Arus dari penjumlahan
masing-masing panel surya.
Tabel 7.3. Hasil pengukuran konfigurasi paralel.
Iradiasi Suhu Panel
Jumlah Panel Voc (V) Isc (A)
(W/m2) (°C)
1 322,59 48,67 21,31 2,64
2 290,98 46,15 21,38 3,92
3 634,97 45,64 23,07 8,40
4 420,95 47,16 22,50 9,44

Dari grafik 7.2 dan table 7.3, dapat dilihat bahwa Arus (Isc) yang di hasilkan dari 1 panel
yang diparalelkan sebesar 2,64 A, kemudian dari 2 panel menghasilkan arus isc sebesar 3,92
A, dari 3 panel yang dipararelkan menghasilkan Isc sebesar 8,40 A, dan dari 4 panel yang
dipararelkan menghasilkan Isc sebesar 9,44 A, yang apabila semua panel mendapat energi
yang sama maka secara teori besar arus Isc rangkaian pararel 2, 3, dan 4 panel adalah 5,28
(dari 2,64+2,64), 7,92 dan 10,56 A. Dari table diatas dapat diliat Tegangan Voc adalah kurang
lebih 21,31 volt yang artinya Voc dianggap konstan. Jika dibandingkan dengan kekuatan
maksimum dari panel (spesifikasi Panel) diperoleh table sebagai berikut;

Tabel 7.4. Data panel konfigurasi Pararel.

Jumlah Panel E (Wm2) TC (°C) Voc (V) Isc (A)

1 1000 25 21 6,4
2 1000 25 21 12,8
3 1000 25 21 19,2
4 1000 25 21 25,6

Dari dua table diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika menghubungkan panel
surya secara Pararel, Arus Isc dari rangkaian akan meningkat seiring dengan jumlah panel
yang digunakan, sementara Tengangan Voc cenderung tetap atau hampir tetap. Jadi semakin
banyak panel surya yang digunakan dapat meningkatkan arus total yang dihasilkan, yang bisa
berguna terutama jika memerlukan kebutuhan untuk arus yang lebih tinggi. Tegangan yang
hampir tetap dapat membuat instalasi lebih mudah untuk digunakan dalam beberapa perangkat
yang memerlukan tegangan yang konsisten.

7.3 Analisis Percobaan Konfigurasi Seri-Paralel

Tabel 7.5 Hasil pengukuran konfigurasi seri paralel.

Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)

954,80 39,33 42,49 6,60


Dalam praktikum ini, kami telah melakukan pengukuran dan analisis terhadap
konfigurasi seri paralel yang menggunakan 4 buah panel surya. Konfigurasi panel surya seri-
paralel bertujuan untuk mengoptimalkan produksi energi surya. Dengan menghubungkan
beberapa panel dalam satu rangkaian seri, kita dapat meningkatkan tegangan, sementara
penggabungan beberapa rangkaian secara paralel meningkatkan arus. Hasil dari Konfigurasi
seri-paralel adalah meningkatan daya total yang dihasilkan oleh sistem panel surya,
memungkinkan efisiensi yang lebih baik dalam memanfaatkan energi matahari yang tersedia.

Dapat dilihat pada tabel 7.5 hasil pengukuran konfigurasi seri paralel diperoleh tegangan
sbesar 42.49 V dan arus sbesar 6.6 A dengan Iradiasi 954.8 W/m2 pada suhu 39.33°. Dapat
disimpulkan bahwa tegangan yang diperoleh berbanding terbalik dengan nilai arusnya.

7.4 Pengukuran Output Panel Surya Jenis Monokristal dan Polikristal

Tabel 6.4 Hasil pengukuran output panel surya jenis monokristal dan polikristal

Jenis Panel Iradiasi (W/m2) Suhu Panel (°C) Voc (V) Isc (A)
672,87 37,56 22,9 3,81
Monokristal
881 58,52 22,36 5,74
478,38 39,33 22,44 2,57
Polikristal
915,39 54,23 22,21 6,21

Dapat dilihat pada tabel 7.6 hasil pengukuran output panel surya jenis monokristal dan
polikristal masing-masing dilakukan sebanyak 2 percobaan dari masing-masing panel surya.
Dari hasil pengukuran menggunakan panel monokristal pada percobaan pertama diperoleh
tegangan output sebesar 22,44 V dan arus sebesar 2,57 A dengan Iradiasi 478,38 W/m2 pada
suhu 39,33° dan pada percobaan Kedua dengan menggunakan panel surya monokristal
diperoleh tegangan output sebesar 22,36 V dan arus sebesar 5,74 A dengan Iradiasi 881 W/m2
pada suhu 58,52°. Sedangkan untuk percobaan pertama panel polikristal diperoleh tegangan
output sebesar 22.9 V dan arus sebesar 3.81 A dengan Iradiasi 672,87 W/m2 pada suhu
37,56°. dan pada percobaan Kedua dengan menggunakan panel surya polikristal diperoleh
tegangan output sebesar 22,21 V dan arus sebesar 6,21 A dengan Iradiasi 915,39 W/m2 pada
suhu 54.23°. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penggunakan panel jenis polikristal
menghasilkan tegangan dan arus yang lebih besar dibanding panel jenis monokristal.

Perhitungan FF dan efisiensi panel surya jenis monokristal dan polikristal


𝐹𝐹 = [𝑉𝑜𝑐 − 𝑙(𝑉𝑜𝑐 + 0.72)] ⁄ (𝑉𝑜𝑐 + 1)
= [22,36-ln(22,36+0.72)] / (22.36+1)
= [559-2ln(577/25)]/584
= 0,822818
BAB VIII
KESIMPULAN
1. Konfigurasi panel surya mengacu pada cara panel surya disusun dan dihubungkan
untuk menghasilkan listrik dari sinar matahari. Konfigurasi ini sangat bergantung pada
berbagai faktor, termasuk kebutuhan daya listrik, lokasi geografis, dan jenis panel surya
yang digunakan. Pada percobaan yang telah dilakukan hanya dua cara konfigurasi
panel yang dibuat yaitu konfigurasi panel surya secara seri dan secara pararel.
A. Konfigurasi Panel surya secara seri artinya panel-panel surya akan dihubungkan dari
panel satu ke panel yang lain dengan cara menghubungkan negative panel surya ke
positive panel surya yang lain, panel surya yang disusun secara seri akan
menghasilkan tegangan yang besar (tegangannya di jumlah) tetapi memiliki arus
yang relative konstan. Namun kekurangan dari konfigurasi seri adalah apabila
terdapat sebuah panel yang rusak atau bermasalah maka seluruh komponen tidak
akan berfungsi.
B. Konfigurasi Panel surya secara Pararel artinya panel-panel surya akan dihubungkan
dari panel sat uke panel yang lain dengan cara menghubungkan positive panel ke
positive panel yang lain begitupun dengan negatifnya, dalam hal ini kebalikan dari
konfigurasi seri dimana arus yang dihasilkan akan dijumlahkan sedangkan
tegangangnya relative konstan.
2. Kinerja panel surya dapat diukur dengan beberapa parameter kunci, yang termasuk
tegangan keluaran saat rangkaian terbuka (Voc), arus keluaran saat hubung singkat
(Isc), daya keluaran maksimum (Pmax), dan efisiensi konversi energi. Dalam
penjelasan di atas, fokus pada pengukuran Voc dan Isc dalam konfigurasi seri dan
paralel. Berikut adalah penjelasan tentang kinerja panel surya berdasarkan data
yang diberikan:
A. Dalam konfigurasi seri, tegangan (Voc) meningkat seiring dengan
penambahan panel surya tambahan karena tegangan dari masing- masing panel
surya dijumlahkan. Namun, arus (Isc) cenderung tetap atau hampir tetap karena
arus dalam rangkaian ditentukan oleh panel yang memiliki arus terendah. Oleh
karena itu, konfigurasi seri cocok jika Anda memerlukan tegangan yang lebih
tinggi namun dengan arus yang relatif rendah. Namun, jika salah satu panel
surya mengalami masalah atau bayangan, kinerja keseluruhan sistem dapat
terpengaruh.
B. Dalam konfigurasi paralel, tegangan (Voc) dari rangkaian cenderung tetap atau
hampir tetap karena tegangan dari setiap panel surya tetap. Sebaliknya, arus
(Isc) meningkat seiring dengan penambahan panel surya tambahan dalam
paralel. Konfigurasi ini berguna jika Anda memerlukan arus yang lebih tinggi
namun dengan tegangan yang relatif stabil. Tegangan yang tetap dapat
membuatnya lebih mudah digunakan dalam beberapa perangkat yang
memerlukan tegangan yang konsisten.
3. Perbedaan dari panel surya monokristal dan polikristal yaitu;
A. Panel surya jenis monokristal terbuat dari batangan kristal silikon murni yang sangat
tipis. Dengan cara pembuatan seperti ini, akan dihasilkan lembaran panel surya
yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi panel surya
yang paling efisien dibandingkan jenis panel surya lainnya yaitu sekitar 15% - 20%.
Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan dalam
pembuatannya, menyebabkan mahalnya harga jenis panel surya ini dibandingkan
jenis panel surya yang lain di pasaran. Kelemahan dari panel surya jenis ini jika
disusun membentuk modul akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena
panel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam. sedangkan
B. Panel surya jenis polikristal terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur
dan kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikonnya
tidak semurni pada panel surya monocrystalline, sehingga panel surya yang
dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, yaitu13% -
16%. Panel surya ini berbentuk persegi panjang, jika disusun membentuk panel
surya, akan rapat dan tidak akan ada ruangan kosong, tidak seperti susunan pada
panel surya monocrystalline. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding
monocrystalline sehingga harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat
ini.

Anda mungkin juga menyukai