Anda di halaman 1dari 8

SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI

eISSN 2830-0343

Efek Penurunan Suhu Terhadap Daya Panel Surya Menggunakan Sistem


Pendinginan

Ajeng Bening1* dan Dezetty Monika1

1. Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta, Depok, 16425, Indonesia

*E-mail:ajeng.beningkusumaningtyas@elektro.pnj.ac.id

Abstrak

Panel Surya adalah pembangkit yang menggunakan energi matahari yang dapat dengan mudah diterapkan untuk
pembangkitan skala besar dan pembangkitan skala kecil. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya yang
dihasilkan panel surya, salah satunya adalah suhu panel. Panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel surya
tipe monocrystaline dan polycrystaline. Sensor thermocontrol yang ada di sistem pendinginan PLTS ini digunakan
sebagai sensor suhu panel, sehingga ketika suhu panel meningkat maka akan mengaktifkan pompa air yang ada di bak
penampung air. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menggunakan sistem pendingin, daya
yang dihasilkan panel surya meningkat dengan kondisi pembebanan sama. Pada pengujian panel polycrystaline pada
pukul 12.00, suhu awal panel 37⸰C berubah menjadi 32⸰C, dan terjadinya peningkatan tegangan output sebesar 0,1 volt
serta peningkatan daya sebesar 1,15 watt. Begitu juga pada panel monocrystaline, suhu awal panel sebesar 35,6⸰C berubah
menjadi 32⸰C, menghasilkan peningkatan sebesar 0,1 volt pada tegangan output dan 1,56 watt pada daya.

Kata kunci : tegangan output, daya, suhu, monocrystalline, polycrystalline

Abstract

Solar panels are plants that use solar energy that can be easily applied to large-scale generation and small-
scale generation. There are several factors that affect the power generated by solar panels, one of which is
the panel temperature. The panels used in this study are monocrystaline and polycrystaline type solar panels.
The thermocontrol sensor in the PLTS cooling system is used as a panel temperature sensor, so that when
the panel temperature increases it will activate the water pump in the water reservoir. Based on the research
data, it shows that after using the cooling system, the power generated by solar panels increases with the
same loading conditions. In the polycrystalline panel test at 12:00, the initial panel temperature of 37⸰C
changed to 32⸰C, and there was an increase in output voltage of 0.1 volts and an increase in power of 1.15
watts. Likewise, in the monocrystalline panel, the initial panel temperature of 35.6⸰C changed to 32⸰C,
resulting in an increase of 0.1 volt in output voltage and 1.56 watts in power.

Keywords: voltage output, dc power, temperature, monocrystalline, polycrystalline

1. Pendahuluan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah suatu teknologi pembangkit yang mengonversikan energi foton dari
matahari menjadi energi listrik. Proses konversi ini menggunakan alat yaitu photovoltaic (PV) modul yang terdiri dari
beberapa sel surya. Pemanfaatan energi matahari menjadi energi listrik merupakan salah satu cara untuk dapat
menghasilkan energi listrik secara mudah, tidak menimbulkan emisi karbon dan dapat digunakan dalam pembangkitan

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


469
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

skala besar ataupun skala kecil. Sumber energi terbarukan yang berasal dari matahari yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik dengan menggunakan solar panel memiliki nilai efisiensi antara 9-12%(Pido 2019). Radiasi matahari yang
tidak dikonversikan oleh panel surya terdapat lebih dari 80%, pantulan energi matahari yang tidak terkonversi ini
menyebabkan meningkatnya suhu permukaan panel surya dan dapat menurunkan efisiensi kinerja panel surya. Dari kedua
jenis panel terdapat perbedaan karakteristik dan cara kerjanya. Untuk panel monocrystaline memiliki suhu kinerja panel
yang tinggi, sedangkan polycrystaline ketika suhu panel meningkat maka akan menurunkan kinerja panel. Peningkatan
suhu permukaan panel surya dapat berdampak pada penurunan tegangan output dan daya panel (Dash and Gupta
2015),(Edaris et al. 2018),(Sandhya, Narciss Starbell, and Jims John Wessley 2015). Oleh karena itu menurunkan suhu
permukaan panel dapat meningkatkan daya dan tegangan output panel.

Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan untuk dapat menurunkan suhu panel surya agar dapat meningkatkan
efisiensi kinerja panel. Pada penelitian ini sistem pendinginan menggunakan media air yang dialirkan bagian belakang
sel surya, Dampak dari adanya sistem pendinginan ini dapat menurunkan suhu panel dari 50,92 °C menjadi 34,36 °C.
Debit air yang digunakan untuk media pendinginan sebesar 150 ml/s daya diperoleh 45,36 W dan efisiensi yang
didapatkan sebesar 10,07 %, Sedangkan untuk sel surya tanpa pendingin daya maksimum diperoleh sebesar 42,51 W, dan
efisiensi yang diperoleh 9,44 % (Pido 2019),(Silverman et al. 2018).

Sistem pendinginan panel surya juga dapat dilakukan dengan membuat sistem sirkulasi untuk mengeluarkan udara panas
dengan kipas dan kondensor (thermal ventilation). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panel surya yang tidak
terintegrasi dengan sistem pendinginan memiliki nilai tegangan output 34-35 V dan nilai arus antara 7.2-7.6 A dan
memiliki daya output 252-281 W. Sedangkan sistem panel surya yang terintegrasi dengan sistem pendinginan dapat
meningkatkan tegangan dan arus output pada panel sehingga daya output juga meningkat yaitu sekitar 314-346W
(Sreewirote, Noppakant, and Pothisarn 2017).

Penelitian lain yang dilakukan untuk menurunkan suhu permukaan panel adalah dengan mengalirkan air di permukaan
bagian depan panel surya. Hasil penelitian menunjukkan panel surya dengan pendingin mengalami peningkatan tegangan
rata-rata sebesar 5.5 % dibandingkan dengan tanpa pendingin. Selain itu, panel surya dengan pendingin mengalami
peningkatan daya rata-rata sebesar 6% dibandingkan dengan tanpa pendingin (Saputra et al. 2022). Untuk menurunkan
suhu panel juga dapat dilakukan pembersihan permukaan panel secara berkala (Zainuddin et al. 2019).

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan diketahui bahwa suhu merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi tegangan output dan daya yang dihasilkan panel surya. Dalam penelitian ini sistem pendinginan yang
digunakan menggunakan media air. Tujuannya agar dapat menurunkan suhu permukaan panel sehingga dapat
meningkatkan tegangan output dan daya yang dihasilkan panel. Penyemprotan air dilakukan lewat pipa yang ada di atas
permukaan panel surya. Suhu panel surya akan diukur dengan sensor thermocouple yang akan terhubung ke
thermocontrol. Ketika thermocontrol menunjukkan suhu tinggi maka akan mengaktifkan pompa air untuk mengalirkan
air melewati pipa yang ada di atas permukaan panel.

Parameter yang mempengaruhi daya output panel adalah (Pido 2019),(Konjare et al. 2015),(Matias et al. 2016).
a. Nilai arus hubung singkat atau short circuit current (Isc) adalah arus keluaran maksimum yang diperoleh dari sel
surya pada kondisi tidak ada resistansi (R), V= 0. Pada umunya nilai arus short circuit ini sudah ada pada data
nameplate panel.
b. Tegangan hubung terbuka atau open circuit voltage (Voc) adalah kapasitas tegangan maksimum yang dapat dicapai
pada saat tidak adanya arus atau dalam kondisi panel tidak beban.
c. Daya maksimum (Pmax) pada Gambar 1, berada pada titik A (Vmax, Imax).
d. Faktor pengisian atau Fill Factor (FF) merupakan harga yang mendekati konstanta suatu sel surya tertentu. Jika nilai
FF lebih tinggi dari 0.7, maka sel surya tersebut lebih baik. Faktor pengisi adalah ukuran kualitas dari sel surya dapat
diketahui dengan membandingkan daya maksimum teoritis dan daya output pada tegangan rangkaian terbuka dan
hubungan pendek. Faktor pengisi yaitu parameter yang menyatakan seberapa besar Isc × Voc dari daya maksimum
Vm × Im yang dihasilkan sel surya .

FF = 𝑉𝑚 𝑥 𝐼𝑚 (1)
𝑉𝑜𝑐 𝑥 𝐼𝑠𝑐

Di mana FF adalah faktor pengisi, Vm adalah tegangan maksimum dengan satuan Volt dan Im adalah arus maksimum
dengan satuan ampere.

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


470
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

e. Daya adalah besaran yang diturunkan dari nilai tegangan dan arus sehingga sehingga nilai tegangan dan arus yang
dihasilkan merupakan bagian dari kelistrikan yang dimiliki oleh sel surya.

P= Vx I (2)

f. Daya maksimum (Pm) diperoleh dengan arus dan tegangan pada setiap titik A kurva I –V pada Gambar 1. Secara
grafis daya maksimum pada sel surya berada pada puncak yang memiliki luas terbesar. Titik puncak tersebut dapat
disebut maximum power point (MPP).

Pm = Vm x Im (3)

Gambar 1. Kurva I-V

g. Daya masuk (Pin) diperoleh dari perkalian antara intensitas radiasi matahari yang diterima dengan luas area solar
cell dapat dihitung dengan persamaan.

Pin = Ir x A (4)

Dengan Pin adalah daya input akibat radiasi matahari dengan satuan watt, Ir adalah intensitas radiasi matahari
dengan satuan W/m2 dan A adalah luas area permukaan sel surya satuan m2.

h. Daya keluaran (Pout) pada sel surya yaitu besaran nilai dari hasil perkalian antara tegangan rangkaian terbuka (Voc)
dengan arus hubung singkat (Isc) dan faktor pengisi (FF) yang dihasilkan oleh sel surya dapat dihitung dengan
persamaan.

Pout = Voc x Isc x FF (5)

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari penurunan suhu permukaan panel surya terhadap tegangan output
dan daya dc dari panel surya. Selain itu juga akan dihitung daya input dan daya output panel. Dalam penelitian ini akan
digunakan dua jenis panel monocrystalline dan polycrystalline. . Penelitian dilakukan di bengkel teknik listrik Politeknik
Negeri Jakarta, dan pengambilan data dilakukan mulai pukul 09.00 sampai 14.00 WIB selama 3 hari. Model sistem terdiri
dari rangkaian panel surya beserta baterai serta rangkaian panel kontrol. Rangkaian solar panel terdiri dari solar PV
sebanyak satu buah panel tipe monocrystalline 50 Wp ,satu buah panel polycrystalline 50 Wp dan baterai. Rangkaian
kontrol terdapat sensor thermocontrol, thermocouple, dan pompa air. Alat pengukuran yang digunakan adalah voltmeter
DC dan Amperemeter DC untuk mengukur besaran tegangan dan arus panel. Model rancang bangun sistem dapat dilihat
pada gambar 2, dan gambar diagram PLTS terdapat di gambar 3. Sensor suhu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sensor thermocouple dan thermocontrol. Beban panel surya adalah baterai dan motor pompa DC. Sistem pendinginan
akan aktif jika sensor thermocouple mendeteksi adanya peningkatan suhu di panel, sehingga thermocouple akan memberi
sinyal ke thermocontrol sehingga thermocontrol akan mengaktifkan pompa air. Pompa akan mengelirkan air melewati
pipa yang ada di bagian atas permukaan panel surya.

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


471
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

Gambar 2 Rancang Bangun Panel dan sistem pendingin

Gambar 3 Instalasi kelistrikan Sistem PLTS

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


472
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

Gambar 4 Diagram kontrol sistem pendinginan PLTS

Gambar 4 tersebut adalah diagram dari input dan proses sistem pendinginan panel. Sistem pendinginan yang digunakan
menggunakan aliran air. Pompa akan mengalirkan air sehingga air dapat mengalir di saluran pipa panel surya. Output dari
panel surya terhubung pada alat ukur yaitu voltmeter DC dan ampere meter DC sehingga dapat mengukur tegangan dan
arus output dari panel. Selain itu output dari panel juga terhubung ke sensor thermocouple, sensor ini berfungsi sebagai
sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi suhu permukaan panel. Thermocouple yang ada di panel terhubung dengan
thermocontrol. Sehingga ketika suhu panel mencapai di atas 38⸰C maka sensor thermocouple akan mengaktifkan
thermocontrol. Pompa air akan aktif apabila mendapat sinyal input dari thermocontrol, sehingga pompa akan mengalirkan
air melewati pipa yang ada di atas panel. Ketika suhu permukaan panel sudah mencapai kurang dari 34⸰C maka pompa
akan mati. Ketika suhu panel lebih rendah maka tegangan output panel akan meningkat.

Gambar 5 Sistem PLTS dan Sistem Pendinginan nya

Gambar 6 Perbandingan nilai suhu dan tegangan output panel sebelum dan sesudah menggunakan sistem pendinginan

Pada penelitian ini beberapa variabel yang akan diamati dan diukur adalah pengukuran suhu permukaan panel, tegangan
output panel, daya panel, dan arus. Pengukuran suhu diamati dari hasil sensor thermocouple, nilai tegangan dan arus dc
didapatkan dari voltmeter dc dan amperemeter dc. Untuk daya yang dihasilkan panel dihitung menggunakan rumus yang
ada di persamaan 2. Setelah mengetahui nilai daya yang dihasilkan panel maka akan dibandingkan nilai daya dc sebelum

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


473
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

dan setelah menggunakan sistem pendinginan. Selain itu juga akan diamati efek penurunan suhu terhadap daya dan
tegangan output terhadap panel polycrystaline dan monocrystaline.

3. Pembahasan
Berikut ini adalah hasil dari penelitian untuk mengamati dan menganalisis efek dari suhu permukaan panel surya terhadap
tegangan output dan daya yang dihasilkan panel surya dengan pembebanan yang nilainya tetap. Beban dalam penelitian
ini menggunakan motor water pump 12 volt. Panel surya yang digunakan tipe polycrystaline dan tipe monocrystaline.
Berikut ini adalah data spesifikasi panel surya yang digunakan dalam penelitian

Tabel 1. Data Spesifikasi Panel Monocrystaline

Parameter Nilai besaran


Rated maximum power 50 Wp
Tolerance 3%
Voltage at Pmax (Vm) 18 volt
Current at Pmax (Im) 2,78 ampere
Open circuit voltage (Voc) 22,4 volt
Short circuit current (Isc) 3,24 ampere
Maximum fuse ampere rating 15 A
Cell technology Mono-Si
Dimension 540 mm x 670 mm x 30mm

Tabel 2. Data Spesifikasi Panel Polycrystaline

Parameter Nilai besaran


Rated maximum power 50 Wp
Tolerance +-3%
Voltage at Pmax (Vm) 17,8 volt
Current at Pmax (Im) 2,81 A
Open circuit voltage (Voc) 21,8 volt
Short circuit current (Isc) 3,03 A
Cell eficiency 16,93%
Cell technology Poly
Dimension 670mm x 530mm x 30mm

Tabel 3. Data Hasil Penelitian Panel Polycrystaline Sebelum Menggunakan Sistem Pendinginan

Pukul Iradiasi Suhu Arus Tegangan Faktor Daya DC panel Pin panel Pout
(W/m2) panel panel output Pengisian (Watt) ( Watt) (watt)
(⸰C) (A) (volt) (FF)
09.00 307 34 1,2 12,4 0,75 14,88 109,016 50,018
10.00 950 36 1,41 12,6 0,75 17,766 337,345 50,018
11.00 883 36,5 0,74 12 0,75 8,88 313,553 50,018
12.00 1021 37 2,5 12,7 0,75 31,75 362,557 50,018
13.00 971 36 0,96 12,1 0,75 11,6 344,802 50,018
14.00 222 35,7 0,15 12 0,75 1,8 78,832 50,018

Tabel 4. Data Hasil Penelitian Panel Polycrystaline Setelah Menggunakan Sistem Pendinginan

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


474
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

Pukul Iradiasi Suhu Arus Tegangan Faktor Daya DC panel Pin panel Pout
(W/m2) panel panel output Pengisian (Watt) ( Watt) (watt)
(⸰C) (A) (volt) (FF)
09.00 307 32 1,3 12,5 0,75 16,25 109,016 50,018
10.00 950 32,4 1,45 13 0,75 18,85 337,345 50,018
11.00 883 32,7 2,59 12,1 0,75 31,339 313,553 50,018
12.00 1021 32 2,57 12,8 0,75 32,896 362,557 50,018
13.00 971 34 1,94 12,5 0,75 24,25 344,802 50,018
14.00 222 34 0,17 12,2 0,75 2,074 78,832 50,018

Pada tabel 3 dan 4 tersebut adalah hasil penelitian dari panel polycrystaline sebelum menggunakan sistem pendinginan
dan sesudah menggunakan sistem pendinginan. Faktor pengisian, daya dc panel, Pin panel dan Pout panel dihitung
berdasarkan persamaan 1 sampai persamaan 5. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan output dan
daya dc panel mengalami peningkatan nilai setelah menggunakan sistem pendinginan. Pada pukul 12. suhu awal panel
adalah 37⸰C dengan tegangan output 12,7 volt arus 2,5 ampere sehingga daya yang dihasilkan 31,75 watt setelah proses
pendinginan suhu panel menjadi 32⸰C dengan tegangan output menjadi 12,8 volt arus 2,5 ampere daya yang dihasilkan
sebesar 32,9 watt. Hal ini menunjukkan setelah suhu panel menjadi lebih dingin maka tegangan output, arus dan daya
yang dihasilkan panel meningkat dibandingkan saat panel belum diberi sistem pendinginan.

Tabel 5. Data Hasil Penelitian Panel Monocrystaline Sebelum Menggunakan Sistem Pendinginan

Pukul Iradiasi Suhu Arus Tegangan Faktor Daya DC panel Pin panel Pout
(W/m2) panel panel output Pengisian (Watt) ( Watt) (watt)
(⸰C) (A) (volt) (FF)
09.00 307 32 1,3 11,5 0,69 14,95 111,073 50,04
10.00 950 32 C 1,56 11,8 0,69 18,408 343,71 50,04
11.00 883 36 C 0,55 13,1 0,69 7,205 319,469 50,04
12.00 1021 35,6 C 2,4 13,1 0,69 31,44 369,398 50,04
13.00 971 38 0,82 12,5 0,69 10,25 351,308 50,04
14.00 222 33,1 0,13 12,5 0,69 1,625 80,3196 50,04

Tabel 6. Data Hasil Penelitian Panel Monocrystaline Setelah Menggunakan Sistem Pendinginan

Pukul Iradiasi Suhu Arus Tegangan Faktor Daya DC panel Pin panel Pout
(W/m2) panel panel output Pengisian (Watt) ( Watt) (watt)
(⸰C) (A) (volt) (FF)
09.00 307 31 1,4 11,7 0,69 16,38 111,073 50,04
10.00 950 30,2 C 1,65 12,1 0,69 19,965 343,71 50,04
11.00 883 33 C 2,45 13,2 0,69 32,34 319,469 50,04
12.00 1021 32 C 2,5 13,2 0,69 33 369,398 50,04
13.00 971 34 1,2 12,6 0,69 15,12 351,308 50,04
14.00 222 32,7 0,1 12,2 0,69 1,22 80,3196 50,04

Pada tabel 5 dan 6 tersebut adalah hasil penelitian dari panel monocrystaline sebelum menggunakan sistem pendinginan
dan sesudah menggunakan sistem pendinginan. Faktor pengisian, daya dc panel, Pin panel dan Pout panel dihitung
berdasarkan persamaan 1 sampai persamaan 5. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan output dan
daya dc panel mengalami peningkatan nilai setelah menggunakan sistem pendinginan. Pada pukul 12. suhu awal panel
adalah 35,6⸰C dengan tegangan output 13,1 volt arus 24 ampere sehingga daya yang dihasilkan 31,44 watt setelah proses
pendinginan suhu panel menjadi 32⸰C dengan tegangan output menjadi 13,2 volt arus 2,5 ampere daya yang dihasilkan
sebesar 33 watt. Hal ini menunjukkan setelah suhu panel menjadi lebih dingin maka tegangan output, arus dan daya yang
dihasilkan panel meningkat dibandingkan saat panel belum diberi sistem pendinginan.

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


475
SNIV: SEMINAR NASIONAL INOVASI VOKASI
eISSN 2830-0343

4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan sistem pendinginan panel surya sangat berpengaruh terhadap tegangan output dan daya
yang dihasilkan panel surya, ketika suhu lebih dingin maka tegangan output dan daya menjadi meningkat jika
dibandingkan dengan sebelum diberi pendinginan. Terlihat pada saat pukul 12, suhu awal panel polycrystaline 37⸰C
berubah menjadi 32⸰C dan terjadinya peningkatan tegangan output sebesar 0,1 volt serta peningkatan daya sebesar 1,15
watt. Begitu juga pada panel monocrystaline, suhu awal panel sebesar 35,6⸰C berubah menjadi 32⸰C, menghasilkan
peningkatan sebesar 0,1 volt pada tegangan output dan 1,56 watt pada daya.

Daftar Pustaka
Dash, P K, and N C Gupta. 2015. Effect of Temperature on Power Output from Different Commercially Available
Photovoltaic Modules. Journal of Engineering Research and Applications www.ijera.com 5(1), 148–51.
Edaris, Zahratul Laily et al. 2018. Experimental and Simulated Evaluation of Temperature Effect on Panel Efficiency
Performance with Front Water Cooling. 2018 International Conference on Computational Approach in Smart
Systems Design and Applications, 1–5.
Konjare, Shirish S., R. L. Shrivastava, R. B. Chadge, and Vinod Kumar. 2015. Efficiency Improvement of PV Module
by Way of Effective Cooling - A Review. 2015 International Conference on Industrial Instrumentation and
Control, 1008–11.
Matias, Calebe Abrenhosa, Licinio Moraes Santos, Aylton Jose Alves, and Wesley Pacheco Calixto. 2016. Electrical
Performance Evaluation of PV Panel through Water Cooling Technique. EEEIC 2016 - International Conference
on Environment and Electrical Engineering.
Pido, Rifaldo. 2019. Analisa Pengaruh Kenaikan Temperatur Permukaan Solar Cell Terhadap Daya Output. Gorontalo
Journal of Infrastructure and Science Engineering, 2(2), 24.
Sandhya, S., R. Narciss Starbell, and G. Jims John Wessley. 2015. Study on Performance Enhancement of PV Cells by
Water Spray Cooling for the Climatic Conditions of Coimbatore, Tamilnadu. ICIIECS 2015 - 2015 IEEE
International Conference on Innovations in Information, Embedded and Communication Systems, 0–4.
Saputra, Eqwar, Dwi Purwanto, Sulthan Rofi’ur Rahim, and Alwi Isya Bakhtiar. 2022. Peningkatan Performa Panel
Surya Dengan Sistem Pendingin Untuk Mereduksi Panas Permukaan. Media Mesin: Majalah Teknik Mesin,
23(1), 28–35.
Silverman, Timothy J. et al. 2018. Reducing Operating Temperature in Photovoltaic Modules. IEEE Journal of
Photovoltaics, 8(2), 532–40.
Sreewirote, Bancha, Akeratana Noppakant, and Chaichan Pothisarn. 2017. Increasing Efficiency of an Electricity
Production System from Solar Energy with a Method of Reducing Solar Panel Temperature. Proceedings of
the 2017 IEEE International Conference on Applied System Innovation: Applied System Innovation for
Modern Technology, 1308–11.
Zainuddin, Nurul F., M. N. Mohammed, S. Al-Zubaidi, and Sami I. Khogali. 2019. Design and Development of Smart
Self-Cleaning Solar Panel System. 2019 IEEE International Conference on Automatic Control and Intelligent
Systems, 40–43.

Vol. 2, No. 1, Juni, 2023


476

Anda mungkin juga menyukai