Anda di halaman 1dari 22

Laporan Ilmiah

KAMERA DAN ANATOMI


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Visual Dan
Fotografi
Dosen Pengampu : Dilla Fatmala, S.Ds., M.Ds.

Oleh Kelompok 2 :
1. Dias Dwi Anugrah Saputra (41822200)
2. Deane Nisrina Alya Nuraini (41822201)
3. Muhamad Rafli Restu Putra (41822202)
4. Ramadhani Yamirza (41822204)
5. Ibnu Nabil Akram (41822205)
6. Laras Putri (41822207)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2023
KATA PENGATAR

Puji beserta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya serta kemauan yang keras disertai bantuan
dari berbagai pihak sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ilmiah “Kamera
dan Anatomi” ini tepat pada waktunya. Shalawat beriringan salam kami doakan
kepada Allah SWT agar senantiasa tercurahkan buat tambatan hati pautan cinta
kasih yakninya Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan laporan ilmiah ini secara umumnya dan kepada
Dosen Mata Kuliah Komunikasi Visual dan Fotografi Ibu Dilla Fatmala, S.Ds.,
M.Ds.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan karena kami masih dalam tahap pembelajaran. Namun, kami tetap
berharap agar laporan ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan laporan ilmiah ini sangat kami harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan pada laporan ilmiah kami berikutnya. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih.

Bandung, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1. 1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1. 2. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1. 3. Tujuan Masalah ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2. 1. Sejarah Kamera ............................................................................. 3
2. 2. Perkembangan Kamera.................................................................. 4
2. 2. 1. Era Penemuan Film ................................................................. 4
2. 2. 2. Era Fotografi Instan ................................................................ 5
2. 2. 3. Era Kamera SLR (Single Lens Reflect) .................................. 6
2. 3. Prinsip Kerja Kamera .................................................................... 7
2. 4. Macam-Macam Kamera ................................................................ 8
2. 5. Pengoperasian Kamera Secara Otomatis ......................................11
2. 6. Anatomi Kamera ......................................................................... 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18
3. 1. Simpulan ...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi kamera telah


mengalami kemajuan pesat, memainkan peran integral dalam dunia modern.
Kamera tidak lagi hanya menjadi alat untuk merekam momen-momen berharga,
tetapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, digunakan
dalam berbagai konteks mulai dari industri kreatif hingga riset ilmiah.
Seiring dengan kemajuan teknologi, kita menyaksikan transformasi
signifikan dalam desain dan fungsionalitas kamera. Dari kamera analog klasik
hingga kamera digital canggih saat ini, perkembangan ini mencerminkan upaya
terus-menerus untuk meningkatkan kualitas gambar, kecepatan pemrosesan, dan
keterjangkauan teknologi fotografi.
Namun, untuk memahami sepenuhnya kamera dan kinerjanya, kita perlu
menggali lebih dalam ke dalam anatomi kamera itu sendiri. Anatomi kamera
mencakup berbagai komponen penting seperti lensa, sensor gambar, prosesor
gambar, dan mekanisme pencahayaan. Memahami fungsi dan keterkaitan antar
bagian-bagian ini menjadi kunci untuk mengoptimalkan penggunaan kamera dalam
berbagai aplikasi, mulai dari fotografi hingga pengamatan ilmiah.
Dari hal tersebut, laporan ilmiah ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut
mengenai sejarah kamera, perkembangan teknologi kamera, cara kerja kamera,
hingga mengulas elemen-elemen anatomi yang memainkan peran krusial dalam
penciptaan gambar. Dengan pemahaman mendalam tentang kamera dan anatomi,
kita dapat lebih baik dalam mengoperasikan kamera hingga menghasilkan gambar
yang bagus.

1. 2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Terciptanya Kamera?


2. Bagaimana Perkembangan Kamera Dari Masa ke Masa?
3. Bagaimana Prinsip Kerja Kamera?
4. Apa Saja Macam-Macam Kamera?
5. Bagaimana Cara Pengoperasian Kamera Secara Otomatis?
6. Apa Saja Bagian Dari Anatomi Kamera?

1. 3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Bagaimana Sejarah Terciptanya Kamera


2. Mengetahui Perkembangan Kamera Dari Masa ke Masa

1
3. Memahami Prinsip Kerja Kamera
4. Mengetahui Macam-Macam Kamera
5. Memahami Cara Pengoperasian Kamera Secara Otomatis
6. Mengetahui Bagian Dari Anatomi Kamera

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Sejarah Kamera
Kata kamera berasal dari Bahasa latin “Camera Obscura” yang berarti kamar
gelap atau “dark room”. Prinsip kerja kamera pertama kali ditemukan sekitar tahun
1000 Masehi oleh ilmuwan Arab bernama Al-Haitam atau Alhazen yang pada
awalnya menggunakan bolongan kecil pada kulit dan sinar cahaya matahari untuk
menangkap bayangan matahari yang cahayanya dapat menembus dan memantul
diatas tanah. Kemudian pengertian prinsip Camera Obscura ini dikembangkan
ulang oleh seorang pelukis dan ilmuwan bernama Leonardo DaVinci pada tahun
1452-1519.

Camera Obscura merupakan sebuah kamar gelap yang diberi lubang kecil
disalah satu sisinya sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan
dari benda-benda yang ada di depannya.
Pada abad ke-16 penambahan lensa optis pada sistem kamar gelap dan lubang
pin-hole kamera dilakukan untuk
meningkatkan kecerahan gambar. Prinsip
kamera dengan penambahan lensa optis
tersebut telah dibuat di Inggris pada tahun
1770 dengan ukuran kotak 6cm x 6cm.
Tipe kamera tersebutlah yang mendasari
terbentuknya sistem kamera SLR dengan
menempatkan beberapa cermin untuk
menghasilkan gambar yang semakin
baik. Tambahan beberapa cermin tersebut
menghasilkan gambar yang tidak
terbalik. Sistem Camera Obscura
tersebut semakin berkembang dengan ditempatkannya beberapa lensa pada posisi
tertentu sehingga kecerahan gambar dan fokus pada gambar dapat terbentuk secara
sempurna.

3
2. 2. Perkembangan Kamera
2. 2. 1. Era Penemuan Film
Pada mulanya kamera tidak begitu diminati karena cahaya yang masuk sedikit
sehingga bayangan yang terbentukpun samar. Sejarah penemuan film dan
perkembangan kamera dimulai ketika orang-orang berusaha untuk dapat
mengabadikan benda yang berada di depan kamera.

Ditemukannya teknik perekaman gambar pertama yaitu teknik Heliography


pada abad ke-19 oleh Frenchman Joseph Nicehore (1765-1833) dimana Joseph
bereksperimen menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan menggunakan
pencahayaan 8 jam, ia berhasil mengabadikan benda yang berada di depan lensanya
menjadi sebuah gambar pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut.

a. Camera Daguerreo – Type

Gambar 1

Teknik perekaman gambar semakin berkembang dengan


ditemukannya teknik Daguerreo-type” pada plat perak oleh Jacques
Mande Daguerre (1787-1851) yang sensitivitas tekniknya lebih baik
karena hanya memerlukan waktu selama 30 menit untuk melakukan
developing gambar. Kamera dengan Teknik tersebut menghasilkan
gambar yang cukup baik dengan besar 16,5 x 21cm sehingga mulai
diproduksi secara komersial.

b. Camera Brownie

4
Kemunculan kamera Brownie yang ditemukan oleh George
Eastman, pendiri perusahaan plat fotografis pada tahun 1880 yang
mampu menghasilkan gambar half-tone pertama yang ditampilkan di
koran New York Graphic.
Teknik film-base merupakan teknik terbentuknya gambar
fotografis melalui tahap pemprosesan film negatif. Dibutuhkan
penyinaran lebih lanjut untuk menyaring sinar melalui film negatif
tersebut yang kemudian mengenai lapisan kertas film positif yang lama
kelamaan akan terbentuk. Proses tersebut umumnya disebut proses
mencetak foto.
Pada awalnya, kecepatan terbentuknya gambar masih sangat
rendah. Dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengambil sebuah
gambar. Dengan ditemukannya kamera Brownie, pengguna kamera
tidak perlu lagi melakukan proses cetak film sendiri tetapi hanya perlu
melakukan proses perekaman objek kedalam sebuah film dimana
gambarnya dapat dicetak kapanpun penggunanya inginkan.
2. 2. 2. Era Fotografi Instan
a. Land Camera

Pada tanggal 21 februari 1947, Edwin Herbert Land menciptakan


Land Camera secara tidak sengaja saat sedang bertamasya ke New
Mexico karena ingin cepat-cepat melihat hasil foto anaknya.

b. Polaroid Modern SX 70

Pada awal produksinya, kamera instan masih menggunakan film


berbentuk gulungan atau rol. Pada model terbaru, filmnya sudah berupa
kotak-kotak pack yang memerlukan pengelupasan lapisan penutup agar

5
bisa mendapatkan gambar yang telah di-capture. Kamera Polaroid jenis
SX menyertakan film dengan 10 jenis pencahayaan secara integral.

Kotak film dalam pack tersebut berisi larutan kimia yang


digunakan untuk mengembangkan atau develop gambar di kertas yang
menjadi dasarnya. Secara otomatis, kertas film foto instan itu akan
melakukan proses develop saat film keluar dari badan kamera. Dalam
jeda waktu tertentu, objek akan terlihat pada kertas film instan tersebut.

2. 2. 3. Era Kamera SLR (Single Lens Reflect)


Kamera SLR pertamakali dikembangkan dan diperkenalkan pada tahun 1936
oleh Exakta. Kamera SLR merupakan tipe kamera yang menggunakan prinsip kaca
pemantul yang dapat bergerak dan diletakkan antara lensa dan film untuk
memproyeksi gambar. Lensa akan membentuk gambar dengan baik melalui proses
pengaturan layer fokus. Keunggulan kamera SLR terletak pada bentuk gambar yang
terlihat sama seperti objek yang terbentuk pada film.

Pada tanggal 20 mei 1949, sistem penta prisma atau prisma segilima
dikenalkan pertamakali oleh Perusahaan kamera Contax di Jerman Timur. Sistem
tersebut diletakkan pada sisi atas kamera dan menjadi acuan bagi perkembangan
kamera selanjutnya hingga saat ini.

a. Struktur Kamera SLR


1) Lensa
2) Kaca pemantul
3) Jendela penutup (shutter)
4) Film atau sensor digital
5) Layer pemfokus
6) Lensa
7) Penta prisma
8) Lubang pencari objek
Jepang mengembangkan teknologi baru pada kamera SLR dengan
dikeluarkannya kamera SLR Asahiflex oleh Perusahaan Asahi pada tahun

6
1952. Kepopuleran kamera SLR terus berkembang hingga kehadiran
produsen SLR terkenal seperti Nikon, Canon, dan Yashica pada tahun 1959.
2. 3. Prinsip Kerja Kamera

Prinsip kerja kamera pada umumnya adalah menangkap cahaya yang masuk
ke kamera lewat lensa (subjek dapat dilihat terlebih dahulu melalui view finder),
kemudian difokuskan agar diterima oleh sensor cahaya yang memilah-milah cahaya
berdasarkan komponennya. Informasi mengenai konsentrasi komponen cahaya ini
diterjemahkan dan diubah menjadi informasi digital untuk kemudian disimpan
dalam media penyimpan.
Cahaya yang masuk kedalam bagian lensa yang berupa lubang (berbentuk
lingkaran) tersebut diibaratkan seperti jendela kamera ke dunia luar. Jendela ini
punya ukuran lubang tertentu, persis seperti saat kita membuka mata atau menutup
mata. Kamera juga memiliki komponen untuk mengatur kecepatan di lubang
tersebut agar membuka saat kita perintahkan. Dengan mengatur dua hal ini,
intensitas cahaya yang masuk ke kamera dapat diatur. Lensa juga berfungsi untuk
mengatur supaya cahaya secara tajam dapat difokuskan.
Prinsip kerja kamera juga dapat berbeda-beda tergantung dengan jenis
kameranya. Terdapat beberapa jenis kamera berdasarkan cara pengoperasiannya,
yaitu kamera otomatik, semiotomatik, dan manual.
Kamera otomatik biasa dipakai tanpa harus mempelajari cara kerja kamera
yang rumit, biasanya banyak dipakai oleh orang-orang awam untuk kebutuhan
praktis. Sedangkan kamera semiotomatik memerlukan sedikit pengetahuan
mengenai cara kerja kamera sebelum kita memakai kamera tersebut. Kamera ini
biasanya dipakai oleh para penggemar fotografi. Kemudia kamera manual
memerlukan pemahaman yang mendetail mengenai cara kerja kamera sebelum kita
mulai memakainya, biasanya dipakai oleh para hobis, penggemar, dan
profesional fotografi.

7
2. 4. Macam-Macam Kamera
1. Kamera Pocket

Kamera Pocket disebut juga kamera saku karena bentuknya yang kecil,
mudah dibawa ke mana-mana, serta sangat praktis dan mudah digunakan
karena tidak perlu menyetel apa-apa ketika akan menangkap. Dalam hal ini
orang yang memakai kamera Pocket tidak perlu ikut campur dalam
pengaturan teknis kamera, ia hanya perlu membidik dan menjepret (point
and shoot) objek yang akan difoto.
2. Kamera SLR

Kamera SLR (Single Lens Reflex) disebut sebagai kamera cermin


lensa tunggal karena cara kerja kamera ini yang pembidikannya dipantulkan
melalui prisma dan cermin lalu diteruskan pada lensa utama sehingga tidak
terjadi efek paralax (perbedaan bidikan dan hasil gambar yang ditangkap
kamera).
Dengan kamera jenis ini, orang yang ingin menggunakannya harus
menentukan kecepatan shutter speed (kecepatan rana), aperture (bukaan
diafragma) serta fokus. Dengan kamera SLR kita dapat berkreasi sebebas-
bebasnya dengan membuat efek-efek tertentu dengan cara membuat
kombinasi yang berbeda antara shutter speed dan aperture.
Kamera SLR memiliki banyak aksesoris seperti berbagai jenis lensa,
filter, dan lain-lain. Dengan berkembangnya teknologi di bidang fotografi,
saat ini kamera SLR juga memliliki kemampuan serba otomatis yang
menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan seperti fokus otomatis,

8
kecepatan rana otomatis, dan bukaan diafragma otomatis. Selain dapat
disetel otomatis, kamera tersebut dapat disetel manual. Kamera jenis SLR
paling banyak digunakan oleh amatir maupun profesional, selain karena
kemampuannya, menggunakan kamera jenis ini menurut mereka
lebih menantang.
3. Kamera Range Finder

Disebut kamera Range Finder karena pembidikannya secara


langsung tanpa melalui lensa utama sama seperti kamera pocket dan
beberapa fasilitasnya mirip dengan kamera SLR, seperti pengaturan
diafragma, kecepatan rana, penyetelan fokus, serta dapat ditambah aksesoris
seperti filter dan lain-lain. Kamera jenis ini sekarang sudah
tidak populer lagi karena peminatnya yang sedikit dan dianggap sama saja
seperti kamera pocket atau kamera SLR.

4. Kamera Medium Format

Cara kerja kamera ini mirip dengan kamera SLR namun ukuran film
yang digunakan lebih besar yaitu 120 m . Dengan ukuran film tersebut maka
pembesaran yang dihasilkan akan lebih baik daripada menggunakan film 35
mm. Kamera ini biasanya digunakan pada pemotretan still life (benda tidak

9
bergerak), model, ataupun untuk keperluan-keperluan bisnis, seperti iklan
dan majalah yang membutuhkan hasil gambar yang besar.

5. Kamera Large Format

Kamera ini biasa disebut juga view camera. Kamera jenis ini
menggunakan film yang lebih besar, yaitu ukuran 4 x 5 inci atau 8 inci.
Biasanya orang-orang menggunakan kamera ini jika menginginkan hasil
cetak ukuran yang sangat besar dengan kualitas yang sangat bagus. Kamera
ini biasanya hanya digunakan untuk pemotretan yang lebih khusus, seperti
foto udara dan foto arsitektur dari jarak dekat tanpa menimbulkan
distorsi (minimal).

6. Kamera Instan

Kelebihan dari kamera instan adalah kecepatannya dalam


menghasilkan gambar. Dengan kamera ini kita tidak perlu repot-repot
melakukan proses cuci cetak film karena dalam beberapa detik setelah
selesai pengambilan gambar hasil foto akan langsung jadi.

Kekurangan dari kamera instan ini terdapat pada film instan yang
digunakan adalah film instan yang tentunya tidak memiliki klise sehingga
hasil pemotretan tidak memungkinkan untuk dicetak ulang.

10
2. 5. Pengoperasian Kamera Secara Otomatis
Gambar yang baik hanya dapat dicapai bila jumlah cahaya yang mengenai
sensor CCD mencukupi dan dikontrol dengan baik. Komponen utama pada kamera
yang mengatur jumlah cahaya yang diperlukan adalah kecepatan rana (shutter
speed) dan bukaan diafragma (aperture).
1. Shutter Speed (Kecepatan Rana)
Shutter speed adalah alat yang digunakan untuk mengatur kecepatan
cahaya yang masuk untuk menyinari film yang terbuat dari bahan metal
yang tipis dan kuat yang dinamakan shutter blade. Cara kerja dari shutter
blade itu sendiri adalah membuka dan menutup kembali. Pada saat shutter
blade terbuka maka cahaya akan masuk dan menyinari film atau sensor.
Kecepatan membuka dan menutup kembali shutter blade itulah yang
dinamakan shutter speed.

Ukuran kecepatan rana saat membuka dan menutup kembali


dihitung dalam pecahan detik, seperti 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60,
1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, 1/2000, 1/4000, 1/8000. Namun, yang tertera
pada kamera tidak berupa pecahan melainkan 1, 2 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250,
500, 1000, 2000, 4000, 8000. Selain angka-angka tadi, terdapat satu
lambang ukuran kecepatan yaitu “B” yang berarti Bulb, dimana
kecepatannya tergantung dari ketika kita menekan dan melepaskan tombol
pelepas rana. Jadi saat kita menekan tombol tersebut maka rana akan
terbuka dan saat kita melepas tombol tersebut maka rana akan tertutup.

Pada kamera-kamera SLR jenis yang lebih modern yang memiliki


fasilitas seting aperture dan shutter speed secara otomatis angka-angka
kecepatan lebih bervariasi dan kadang-kadang tidak memiliki tombol “B”
namun diganti dengan lambang “--” yang berarti kecepatan tidak dibatasi.
Selain itu cepat lambatnya tidak hanya sebatas 1 detik, namun bisa sampai
dengan 30 detik. Dengan shutter speed yang seperti itu cukup untuk
menggantikan fungsi fasilitas Bulb pada kamera manual yang kadang
merepotkan apabila membutuhkan shutter speed yang sangat lambat.
Semakin lambat shutter speed, maka semakin lama sensor terkena cahaya
dan gambar akan semakin terang. Tetapi sebaliknya, semakin cepat shutter
speed, maka semakin kurang waktu sensor terkena cahaya dan gambar akan
semakin gelap.

2. Aperture (Bukaan Diafragma)


Aperture adalah bukaan diafragma, yang dibuat dari lempengan-
lempengan logam yang tipis yang dapat mengatur besar kecilnya lubang
diafragma pada lensa dengan cara memutar ring diafragma pada lensa.
Khusus untuk lensa-lensa seri G biasanya bukaan diafragma diatur secara
elektronik melalui kamera.

11
Fungsi dari diafragma adalah mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang masuk melalui lensa serta menentukan ruang tajam yang dipilih.
Pemilihan diafragma ini pun sangat dipengaruhi oleh kekuatan cahaya yang
menyinari objek, kecepatan Film (ASA atau ISO), serta shutter speed yang
dipilih.
Ukuran diafragma pada lensa dilambangkan dengan f/angka, seperti
f/1.2: f/1.4: f/1,8: f/2.8: f/4: #/5,6: f/8: f/11, f/16, f/22. Namun, yang
tercantum pada ring lensa hanya angka-angkanya saja tanpa f/, misalnya
1.2: 1.4, 2.8: 4, 5,6: 8: 11: 16: 22. Angka-angka tersebut menunjukkan
kebalikan dari besar diafragma pada lensa. Misalnya f/28 berarti bukaan
diafragmanya lebih besar dari f/16. Khusus untuk lensa-lensa jenis tertentu
besar diafragma bisa lebih kecil lagi seperti f/32. Semakin besar aperture
maka semakin banyak cahaya yang masuk dan gambar semakin terang.
Sedangkan semakin kecil aperture, maka semakin sedikit cahaya yang
masuk dan gambar semakin gelap.

Saat menggunakan mode P, kamera akan menentukan setting aperture dan


shutter speed secara otomatis. Hubungan antara aperture dan shutter speed yang
bersesuain ditunjukan pada gambar dibawah ini.

12
3. Mode Dial
Pada kamera digital SLR pengaturan shutter speed dan aperture
dapat dilakukan menggunakan mode dial. Pada umumnya mode dial yang
ada adalah P, S, A, dan M. Setiap mode menawarkan beberapa setting andal,
mencakup exposure, white balance, dan optimasi gambar. Masing-masing
mode memberikan kontrol yang berbeda untuk shutter speed dan aperture.
Berikut adalah table mode P, S, A, dan M pada mode dial :

Mode Deskripsi
P (Programmed Auto) Kamera menyeting shutter speed
dan aperture secara optimal. Mode
ini biasanya digunakan bila waktu
untuk menyeting shutter speed dan
aperture yang diperlukan singkat.
S (Shutter Priority Auto) Kamera akan mengatur aperture
untuk hasil optimal. Mode ini
digunakan untuk menghentikan
gerak atau mengaburkan gambar.
A (Aperture Priority Auto) Kamera mengatur shutter speed
untuk hasil optimal. Mode ini
digunakan untuk mengaburkan
background ataupun untuk
membuat subjek dan
background menjadi fokus.
M (Manual) User mengatur shutter speed dan
aperture secara manual.
Pot (Potrait) Mode ini dapat menciptakan latar
belakang samar agar sasaran utama
dapat ditonjolkan. Efek ini dapat
dibuat bila kamera menggunakan
diafragma yang besar, yang
membuat latar belakang kabur
atau luar fokus.
L (Landscape) Mode ini cocok untuk memotret
objek dalam jarak jauh
M & CU (Macro&Close-Up) Digunakan untuk memotrek objek
dalam jarak dekat.

Berikut ini adalah contoh hasil pemotretan dengan shutter speed dan
aperture yang diubah-ubah. Shutter speed yang tinggi dapat digunakan
untuk membekukan gerak air yang jatuh. Sedangkan aperture yang besar
dapat digunakan untuk mengaburkan background.

13
2. 6. Anatomi Kamera
Bagian-bagian body kamera sebenarnya bisa berbeda-beda tergantung dengan
jenis kameranya. Tetapi berikut adalah bagian-bagian yang terdapat pada kamera
DSLR yang biasa dan banyak orang-orang gunakan :

0. Fokus Lensa
Ada kalanya auto focus tidak bekerja secara maksimal maka MF dapat
digunakan. Dalam mode MF, kita perlu memutar secara manual lensa untuk
mendapatkan fokus yang tajam.
1. Zoom Lensa
Alat untuk mengatur jauh dekatnya pengambilan objek yang bisa diatur
secara manual sesuai kebutuhan untuk menentukan komposisi dan crop
gambar tanpa edit dan tidak mengurangi secara signifikan size atau kualitas
gambar seperti dari kamera digital.
2. Tombol Lensa
Tombol ini fungsinya sebagai pengunci lensa dengan bodi DSLR

14
3. Stabilizer
Biasanya terdapat pada lensa-lensa yang memiliki auto fokus. Fungsinya
untuk mengurangi dampak shaking dalam pemotretan
4. AF/MF – Mode Fokus Lensa
Tombol yang digunakan untuk menentukan mode lensa auto focus (AF) atau
manual focus (MF)
5. Tombol Flash
Digunakan untuk mengaktifkan flash pada Kamera
6. Thumb Wheel
Tombol ini merupakan tombol untuk mengatur mode dalam pemotretan,
terdapat berbagai macam mode yang bisa digunakan dengan fungsi yang
berbeda-beda.
7. Built in Flash Light
Memberikan lampu (flash) apabila objek gelap
8. Anti Red Eye
Penangkal mata terlihat merah saat menggunakan lampu flash.
9. Focal Legth
Adalah keterangan angka jarak zoom lensa kamera
10. Grip
Pegangan body kamera
11. Shutter Botton
Tombol untuk mengambil foto, tekan ½ untuk mendapatkan kedipan titik
fokus dan ukuran cahaya pada lightmeter kamera sebelum menekan penuh
untuk mengabil foto
12. Dial
Tombol dial digunakan untuk mengatur kecepatan rana (shutter speed)

13. Strap Kamera


Tali untuk menggantungkan kamera

15
14. Hot Shoe
Tempat atau connector body DSLR dengan flash atau trigger
15. AF
Mengganti mode auto fokus kamera + dial
16. Drive
Untuk mengganti mode single/continous/timer/remote pengambilan gambar
saat menekan shutter + dial.
17. ISO
Untuk mengganti mode ISO speed + dial
18. AF Point
Untuk merubah auto fokus point + Dial
19. LCD Panel
Layar kecil menampilkan pengaturan kamera untuk menghemat baterai dari
tampilan LCD utama
20. Dioptric Adjustment
Untuk mengatur +/- lensa kamera pada mata user/fotografer jika fotografer
memiliki kelainan mata/berkacamata.

21. Playback
Untuk melihat hasil gambar atau video yang telah di ambil
22. Unlock
Untuk mengunlock dial diafragma pada pilihan setting menu
23. Multicontroller
Tombol navigasi kamera
24. Quick Control
Untuk mengubah pengaturan secara cepat di yang tampil di LCD kamera
25. Info
Untuk menampilkan info pada LCD pengaturan atau foto

16
26. Menu
Untuk menampilkan option menu setting kamera
27. AF Point Selection
Untuk menentukan titik autofocus pada kamera
28. AE Lock
Auto exposure Lock, dalam mode auto kamera akan mengunci settingan
exposure cahaya(iso,speed,diafragma) dengan menahan tombil AElock dan
tidak akan berubah walaupun shutter di tekan ulang setengah
29. AF On
Autofocus on, dalam mode autofocus lensa akan mengunci posisi focus tepat
di lokasi objek dan tidak akan berubah walaupun shutter di tekan ulang
setengah
30. Live View Shooting
Untuk menampilkan mode live ke LCD saat pemotretan/dial dalam shoot
video
31. Viewfinder
Jendela untuk melihat gambar dari kamera
32. Erase Button
Tombol hapus file foto/video saat preview foto
33. LCD
Layar display atau preview foto/video/setting kamera

17
BAB III
PENUTUP

3. 1. Simpulan
Dari laporan ilmial yang telah kami susun ini kami menyimpulkan bahwa
kamera tidak lagi hanya menjadi alat untuk merekam momen-momen berharga,
tetapi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, digunakan
dalam berbagai konteks mulai dari industri kreatif hingga riset ilmiah. Dari kamera
analog klasik hingga kamera digital canggih saat ini, perkembangan ini
mencerminkan upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas gambar,
kecepatan pemrosesan, dan keterjangkauan teknologi fotografi. Namun, untuk
memahami sepenuhnya kamera dan kinerjanya, kita perlu menggali lebih dalam ke
dalam anatomi kamera itu sendiri. Anatomi kamera mencakup berbagai komponen
penting seperti lensa, sensor gambar, prosesor gambar, dan mekanisme
pencahayaan.
Dari materi-materi yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya diharapkan
baik pembaca maupun kami sudah dapat memahami apa itu kamera, bagaimana
cara mengoperasikan kamera, dan apa saja bagian-bagian dari kamera sehingga kita
semua dapat menghasilkan gambar yang indah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mulyanta, Edi S. 2007 Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta : C.V Andi
Offset
Setiadi, Teguh. 2017 Dasar Fotografi - Cara Cepat Memahami Fotografi.
Yogyakarta : C.V Andi Offset

19

Anda mungkin juga menyukai