Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Fotografi
Pada dasarnya fotografi merupakan karya seni. menurut kamus
besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan
gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang di pekakan.
Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya.
Perbedaan seni lukis dan fotografi ialah, senilukis menggunakan
kuas, cat dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui
kamera untuk menghasilkan suatu karya). Tanpa adanya cahaya, karya
seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan
didalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup
besar. Sebuah karya seni juka film ini terekspos oleh cahaya. Andreas
Feininger (1955) menyatakan bahwa kamera hanyalah alat untuk
menghasilkan sebuah karya seni. nilai lebihnya tergantung pada “tangan”
yang mengeoperasikan lat tersebut.
B. Perkembangan Teknologi Fotografi
Ilmu fotografi sudah muncul sejak jaman dahulu. Buktinya,
manusia prasejarah selalau berkeinginan untuk mengabadikan setiap
peristiwa yang dialaminya. Salah satunya dengan menggambarkan
oeristiwa tersebut pada dinding gua, kulit kayu atau kulit binatang melalui
teknik meluki sampai teknik fotografi yang sangat sederhana.
Teknik fotografi sedehana mulai terungkap abad ke 10. Saat itu,
ilmuwan arab bernama Alhazen menjelaskan cara melihat gerhana
menggunakan ruang gelap. Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah
lubang kecil ( pinhole) yang menghadap kearah matahari. Untuk
pertamakalinya, pronsop kerja alhazen berhasil ditemukan oleh Reinerrus
Gemma Frisius (1554), seorang ahli fisika dan matematikan dari Belanda.
Ternyata, penjelasan alhazen ini diterapkan pada prinsip kerja
kamera obscura. Kamera obscura adalah kamera pertama yanggebrak
dunia fotografi.
Prinsip kerja kamera obscura masih sangat sederhana. Ilmu
fotografi terus berkembang untuk menciptakan hal hal terbaru. Sampai
akhirnya muncul kamera berbentuk kotak yang memiliki lubang kecil
berpenutup dibagian depannya. Bagian belaang kamera merupakan tempat
film. Sama halnya dengankamera obscura, lubang kecil berfungsi unutk
memasukkan cahaya. Cahaya ini lah yang akan mencahayai film. Untuk
mempersingkat waktu pencahayaan dan meningkatakan kualitas foto yang
dihasilkan, dibagian depan lubang dipasang lensa yang masih
memperthankan penutup manualnya.
Perkembangan selanjutnya, kamera dilengkapi dengan diafragma
dan rana. Diafragma adalah lubang tempat masuknya cahaya, sedangkan
rana adalah tirai yang menggantikan fungsi penutup manual dibagian
depan lensa. Besar kecilnya lubang diafragma serta lamanya rana untuk
membuka dan menutup dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Teknologi kamera terus berkembang, pada bulan juni tahun
1888Eastman mulai memproduksi kamera kotak atau box camera dengan
merk Kodak. Kamera berseri Kodak nomor satu ini menawarkan
kepraktisan yang belum pernah ada sebelumnnya dengan kecepatan
tunggal 1/25’ dan lensa focus tetap (fixed-focus lens), kamera ini mampu
merekam semua objek dengan jelas, pada jarak lebih dari delapan kaki.
Film yagn digunakan dalam pemotretan mengalami perkembangan
tersendiri. Unutku pertama kalinya film negatif muncul pada tahun 1604.
Pada saat itu, Anglo Salaseorang ilmuwandari italia melakukan percobaan
terhadap campuran perak yang dicahayai dengan sinar matahari. Beliau
menemukan adanya perubahan warna dengan bereaksinya campuran perak
dan sinar matahari.
John Henrich Schulze, seorang profesor ilmu kedokteran
University of Adolf Jerman berhasil membuat gambar negatif.
Kekurangannya, gambar yang terbentuk tidak mampu bertahan lama.
Maslah yang dihadapi adalah belum adanya metoda yang dapat
menghentikan proses perubahana warna karena pengaruh cahaya.
Pada tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox menerangkan
proses percetakan gambar yang dikenal sebagai sistem negatif positif.
Percobaan pertamanya menghasilkan gambar negatif dengan meletakan
objek pada kertas peka cahaya dan menjemurnya dibawah sinar matahari.
Kertas peka cahaya ini berasal dari kertas tulis yang dicelupkan dalam
campuran garam dan air. Setelah kering, celupan kertas dilapisi dengan
perak nitrat.
Talbot mempelajari cara memperlambat pemudaran gambar. Bliau
menyatakan bahwa konsentrasi garam yang semakin tinggi menyebabkan
semakin rendahnya kepekaan kertas.
Melali kegigihan George Eastman, dunia fotografi mengalami
perkembangan yang lebih pesat. Beliau menciptakan roll fil yang
memberikan kemudahan dan sangat praktis. Eastman American Film
memproduksi roll kertas tipis yang dilapisi emulsi gelatin.
Pada Tahun 1996 ;ima perusahaan film dan kamera seperti Kodak,
fuji, nikkon, Minolta, dan Canon telah memprakarsai dan memperkenalkan
sistem film baru yang dikenal dengan advanced photo system (APS).
Sistem ini diharapkan mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan
yang lebih tinggi daripada firmat film yang sanagat popular sat ini (format
film 35mm). pada format fil 35mm yang belum digunakan terdapat bagian
lidah yang menjulur keluar, hal seperti ini tidak ditemukan pada sistem
APS. Dibagian samping selongsong film terdapat tanda khusus yang
menunjukan beberapa kondisi film seperti film yang belum terpakai, film
yang terbagai sebagaian, film yang terpakai sleuruhnya tapi belum d
proses, dan film yang telah diproses.
Kelebihan lainnya, adalah lapisan magnetic transparan di bidang
film yang tidak beremulsi. Lapisan ini dapat menyimpan data seperti
tanggal pemotretan dan persiapan data tambahan.
Saat ini dunia fotografi telah memasuki babak baru, yaitu babak
digital. Dalam hal ini, kamera digital menggunakan chip yang disebut
dengan Charge Couple Device (CCD) untuk merekam gambar. Fotografi
tetap diciptakan melalui proses kreatifitas manusia dengan bantuan
kamera. Hukum fotografi yang menyangkut masalah pencahayaan, bukaan
diafragma, dan ruang tajam tidak mengalami perubahan. Menurut marvyn
j. Rosen (1993), fotografi digital memiliki beberapa keunggulan yakni :
- Hasil pemotrean dapat dilihat lebih cepat
- Relative lebih murah karena tidak menggunakan film (bebas
biaya cuci cetak)
- Mudah dalam pengoperasiannya
- Lebih mudah di proses
- Hasil yang permanen (tahan lama)
- Ramah lingkungan

Fotografi digital masih memiliki beberapa kekurangan. Pada aspek


teknis, masalah resolusi atau kehalusan gambar hasil foto digital belum
setara dengan hasi foto konvensional. Walaupun dapat diatasi, kamera
dengan resolusi tinggi harganya sangat mahal. Pada aspek sistem,
diperlukannya perlatan penunjang seperti computer, mesin pencetak atau
printer, modem, dan telepon. Kondisi tersebuit belum tentu dimiliki oleh
seluruh lapisan masyarakat.

C. Fotografi dan Kehidupan Manusia


Merebaknya penggunaan fotografi dalam kehidupan manusia
mengakibatkan munculnya penerapan fotografi yang di spesialisasikan
untuk bidang tertentu, misalnya fotografi jurnalistik, pernikahan,
arsitektur, dan ilmiah. Sebagai contoh, seseorang yang inign
mengkhususkan diri untuk pemotretan kehidupan dalam laut, selain
penguasaan fotogragi, ia harus mengetahui dan menguasai kehidupan
dibawah air serta mampu melakukan penyelaman.
Unutk menjadi seorang fotografi yang handal dibutuhkan waktu
dan pengalam yang cukup lama. Keberhasilan akan tercapai jika anda terus
belajar, bertanya dan berlatih.
BAB II

MENGENAL KAMERA FOTO

Kamera adalah alat untuk merekam gambar pada permukaan film.


Kemampuan kamera untuk merekam sesuatu yang terlihat dapat disamakan
dengan mekanisme perekaman pada tape recorder. Seluruh suara yang masuk
melalui microphone (bertindak sebagai telinga) dapat direkam oleh pita kaset.

A. Jenis Jenis Kamera


Saat ini, berbagai jenis kamera dapat dijumpai dipasaran. Jenis
jenis kamera tersebut dapat dikelompokan berdasarkan sistem
pengamatan, format, dan sistem bidiknya.
1. Pengelompokan kamera berdasarkan sistem pengatamannya
a. Kamera non refleks
Kamera non reflex adlah kamera yang tidak menggunakan
cermin putar. Contohnya, amera langsung jadi/polaroid dan
kamera kompak.
a) Kamera langsung jadi/polaroid
Kamera polaroid berbentuk persegi empat, berukuran
besar, dan mampu menghasilkan gambar cetak dalam
waktu yang singkat atau hanya beberapa menit.
b) Kamera kompak
Konstruksi kamera kompak sangat ringkas dan bibitnya
ringan. Sistem pengamatan terpisah dari sistem
penangkapan gambar (lensa) sehingga objek tampak
jelas walaupukkondisi cahaya lemah

b. Kamera refleks
Kamera refleks adalah kamerah yang menggunakan cermin
putar untuk memantulkan objek gambar pada bidang
pengamatannya. Yang termasuk kamera refleks adalah jenis
kamera SLR (Single Lens Reflect) atau RLT (Reflect Lensa
Tunggal), dan kamera TLR (Twins Lens Reflect) atau RLK
(Reflect Lensa Kembar). Kamera SLR memiliki fasilitas
yang cukup lengkap, bobotnya tidak terlalu berat sehingga
mudah dibawa kemana mana. Kamera ini merupakan
kamera yang biasa digunakan oleh fotografe amatir dan
professional.
2. Pengelompokan Kamera Berdasarkan Formatnya
Film terdiri dari film negatif dan positif. Kedua jenis fil tersebut
mempunyai ukuran yang berbeda berbeda atau dinamakan
format film. Pengelompokan kamera berdasarkan format
filmnya diuraikan sebagai berikut.
a. Kamera Format 35mm (small format camera)
Kamera ini menggunakan format film 35 mm. kelebihannya
adalah enak dipegang, fleksibel dan ringan. Kekurangannya
adalah pada hasil pembesaran foto
b. Kamera fomat medium
Kamera ini menggunakan format 120mm. umumnya
digunakan untuk memotret objek orang, portrait, atau foto
model.
c. Kamera format besar
Kamera format besar biasa di sebut view camera, kamera
ini menggunkana film 4x5 inci atau 8x10 inci. Umumnya
digunakan untuk pemotretan studio dan memiliki bukaan
diafragma yang kecil (f/45, f/90). Akibatnya, kamera ini
mampu menambah ruang tajam gambar sehingga detail
gambar semakin baik.
3. Pengelompokan kamera berdasarkan sistem bidiknya
a. View camera
Pada view camera, pembidikan dilakukan secara horizontal
dan langsung pada lensa utama kamera. Umumnya kamera
ini digunakan untuk pemotretan still life di studio karena
dapat menyempurnakan perspektif dan menambah ruang
tajam.
b. View finder camera
Pembidikan kamera ini dilakukan secara horizontal dan
tidak langsung pada lensa utama tetapi melalui jendela bidik
ke objek yang akan dipotret. Penentu jarak (focus) dibantu
oleh seuah lensa kecil yang berada disamping pengamat
bidikan sehingga menimbulkan bayangan. Jika gelang
pengatur jarak diputar, bayangan akan bergerak sampai
bersatu dengan objek uang akan dipotret.
c. Single lens reflect
Pembidikan kamera ini dilakukan secara horizontal dan
berpandangan langsung dengan lensa utama. Lensa
berfungsi unutk meneruskan bayangan objek ke pembidik
dan meneruskan bayangan objek ke film.
d. Twins lens reflect
Pembidikan kamera ini dilakukan secara vertical pada
bagian atas lensa dan tidak langsung ke lensa utama. Lensa
bagian atas berfungsi unutk menangkap ojek yang
dipantulkan oleh cermin ke pembidik sedangkan lensa
bagian baawah berfungsi menangkap objek untuk
diteruskan ke film. Kedua lensa bergerak bersama sama
sampai objek yang akan dipotret tampak menyatu. Kamera
jenis ini sudah jarang digunakan.
B. Panel Panel Pada Kamera SLR
1. Tuas pengokang film, untuk menyiapkan kamera pada posisi
siap bidik, sekaligus memajukan film ke bingkai berikutnya;
2. Tuas bidikan ganda, unutk memasang kamera pada posisi
kamera tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya;
3. Gelang kecepatan rana, gelang penunjuk kecepatan;
4. Gelang kecepatan film, ASA/ISO (film Speed Ring), gelang
penunujuk angka ISO film;
5. Sepatu lampu kilat, tempat unutuk memasang lampu kilat pada
kamera;
6. Terminal sinkronisasi lampu kilat, socket untuk memasang
kabel tambahan yang dihubungkan denganlampu kilat;
7. Gelang kompensasi pencahayaan untuk mengatur jumlah
pencahayaan yang lebih banyak atau sedikit dari jumlah yang
ditunjukan oleh gelang kecepatan;
8. Tuas penggulung balik, unutk menggulung kembali film
kedalam selongsongnya;
9. Kunci pelepas lensa, tombol untuk memasang atau melepas
lensa;
10. Tuas pengontrol ruang tajam, unutk mengetahui ruang tajam
yang dapat direkam oleh kamera;
11. Penangguh waktu, tuas yang digunakan jika pemotret ingin ikut
berpose;
12. Tombol pelepas rana, untuk menjepretkan kamera atau
memotret;
13. Jendela penghitung, untuk melihat jumlah bingkai film yang
sudah terpakai;
14. Gelang focus untuk mengatur focus;
15. Gelang diafragma untuk mengatur pemilihan bukaan
diafragma.
C. Cara Kerja Kamera SLR
Cara kerja kamera jenis SLR diawali dengan masuknya cahaya
melalaui lensa. Cahaya akan dipantulakn oleh kaca pembidik ke atas
melalaui layar lalu dipantulkan kembali secara tegak lurus keluar melalaui
jendela pembidik. Focus tidaknya objek yang akan terlihat pada layar,
pada saat rana ditekan secara otomatis cermin pembalik terangkat.
Bersamaan dengan proses tersebut, tirai rana terbuka sesuai dengan
kecepatan yang diatur pada gelang kecpatan. Dibelakang tirai rana inilah
film dibentangkan sehingga cahaya yangmasuk akan mengenai film.
Setelah tirai rana menutup kembali, cermin pembalik turun seperti keadaan
smeula.
D. Lensa
Lensa merupakan komponen penting sebuah kamera. Tanpa lensa,
proses pemotretan akan beralngsung lama dan tidak akanmenghasilkan
gambar yang baik. Pada lensa kamera terdapat elemen elemen yang terdiri
dari lensa cembung dan cekung.
Saat ini, banyak sekali variasi lensa yang tersedia bagia kamera
SLR, dengan variasi lensa tersebut seorang fotografer dapat melihat
berbagai effek yang dihasilkan oleh lensa.
Lensa dibagi menjadi 3 kelompok yakni :
1. Lensa fix
Adalah lensa yang memiliki panjang focus (titik api) tunggal
sehingga sudut pandangnya tetap
2. Lensa vario vocal (Zoom)
Lensa zoom adalah lensa dengan panjang focus yang berubah
ubah/ dapat bergeser sehingga sudut pandangnya dapat diubah
ubah
3. Lensa special
Lensa ini digunakan untuk kepentingan khusus.

Untuk menghasilkan gambar yang berkualitas seorang fotografer


untuk dapat memilih lensa yang cocok. Berikut ini diuraikan jenis lensa
sesuai dengan kebutuhannya

1. Lensa mata ikan


Lensa ini dipakai untuk kepentingan khusus tanpa
menghiraukan distorsi yang akan ditimbulkannya.
2. Lensa sudut super lebar
Lensa ini dipakai untuk pengambilan gambar arsitektural,
interior, eksterior, pemandangan dan lain lain
3. Lensa lebar
Lensa ini dipakai unutk pengambilan foto bersama, missal foto
keluarga besar.
4. Lensa normal
Lensa ini merupakan lensa bawaan/standar pada saat membeli
kamera. Lensa ini dapakai unutk berbagai kebutuhan.
5. Lensa tele
Lensa ini dipakai untuk memperbesar objek yang akan di foto.
Selain itu, lensa ini dapat digunakan unutuk memperoleh ruang
tajam yang pendek
6. Lensa makro
Lensa ini digunakan untuk memotret objek berukuran kecil atau
pemotretan berjarak dekat, misalnya memotret bunga dan
serangga.
E. Alat Control Penting Pada Kamera
Pada dasarnya seluruh alat control kamera berperan penting pada
proses pemotretan akan tetapi, focus, kecepatan rana, dan diafragma
merupakan alat control yang paling sering digunakan. Karena kecepatan
rana dan bukaan diafragma mempengaruhi pencahayaan film sedangkan
ketajaman gambar akan dipengaruhi oleh focus tidaknya pembidikan
gambar.
1. Fokus
Untuk memperoleh gambar yang tajam dan jelas diperlukan
ketepatan pada penagaturan focus. Artinya jika focus tidak
tepat maka foto yang dihasilkan tidak akan tajam atau buram.
Focus yang tepat dapat diperoleh dengan cara memutar gelang
focus pada lensa sehingga gambar yang terlihat melalui jendela
pengamat menjadi tajam.
2. Kecepatan Rana
Kecepatan rana adalah kecepatan tirai rana untuk mebuka atau
menutup kembali. Artinya makin cepat kecepatan tirai rana
untuk mebuka dan munutp kembali, makin sedikit cahaya yang
akan mencahayai film rana terdiri dari dua jenis yakni :
a. Rana pusat
Tirai rana pusat menutup dengan cara memusat, posisinya
terletak pada lensa kamera, berdampingan dengan
diafragma
b. Rana celah
Rana celah terdiri dari dua jenis yakni vertical dan
horizontal.
Rana celah vertical menutup secar avertikal sedangkan rana
celah horizontal menutup secara horizontal. Posisinya
terletak pada kamera
3. Diafragma
Lensa kamera terdiri dari bebrapa lapis lensa cembung yang
tembus pandang. Diantara lensa tersebut terdapat tirai tirai yang
disusun sedemikian rupa sehingga dapat diatur untuk mebuka
dan menutup kembali. Besar kecilnya bukaan tirai disebut
bukaan siafragma (aperture)
Besar bukaan diafragma dinyataka dengan bilangan f stop.
Bilangan f stop adalah perbandingan antara panjang fokus
dengan diameter bukaan diafragma. Jadi, makin bear bilangan f
stopnya makin kecil bukaan diafragmanya. Besar kecilnya
bukaan diafragma akan menentukan ruang tajam foto.
BAB III

MENGENAL DAN MEMILIH FILM

Film adalah media untuk merekam gambar, yang terdiri dari sebuah lapisan
tipis. Lapisan ini mengandung emulsi peka diatas dasar yang fleksibel dan
transparan. Ketika film secara selektif terkena cahaya yang cukup, sebuah gambar
tersembunyi akan terbentuk. Bentuk gambar yang tersembunyi dapat terlihat jika
film yang teah digulung kedalam selongsongnya dicuci berdasarkan teknik
khusus.
Pada prinsipya, teknik pencucian film diawali dengan tahap memunculkan
gambar sementara menggunakan larutan pengembang. Selanjutnya film menjadi
gelap karena peka terhadap cahaya.
A. Jenis Jenis Film
Ada dua jenis film yang beredar di pasaran, yakni negatif dan
positif. Film negatif terdiri dari dua jenis yaitu film untuk cetakan foto
berwarna dan hitam putih. Film posiif ditampilkan dengan cara
diproyeksikan pada layar menggunakan proyektor.
Untuk memperoleh hasil foto yang lebih baik, biasanya fotografer
menggunakan film slide. Film slide dapat menampilkan warna gambar
hamper sama dengan objek aslinya. Sebaliknya film negatif belum tentu
dapat menampilkan warna gambar sesuai dengan objek aslinya
B. Kecepatan Film
Secara garis besar ada 4 kelompok kecepatan film. Kecepatan
filme tersebut bukan hanya untuk menyesuaikan dengan kondisi
pencahayaan, tetapi juga mencapai efek visual tertentu
1. Film dengan kecepatan lambat / Slow Films (25-64 ISO)
Kelompok ini memberikan detil gambar yang sangat tajam
dengan butiran (grain) yang asangat halus, kontras rendah, serta
saturasi warna yang luar biasa.
2. Film dengan kecepatan sedang/Medium films (100-200 ISO)
Keceoatan film medium merupakan kelompok film yang paling
popular film ini sangat ideal digunakan saat cuaca terang.
3. Film dengan keceapatan cepat/Fast films (400 ISO)
Film dengan ISO 400 memberikan kesempatan untuk memotret
dalam kondisi pencahayaan kurang tanpa lampu kilat
4. Film dengan kecepatan sangat cepat/ Ultra Fast Films (diatas
800 ISO)
Film ini tidak hanya digunakan untuk pemotretan pada
pencahayaan rendah tetepi juga sebuah pilihan yang cukukp
kreatif.
C. Kode DX (DX Coding)
Kode DX adalah metoda yang memungkinkan kamera elektronik
membaca ISO Film yang dimasukkan kedalam kamera. KOde DX
memberikan kemudahan pada fotografer sehingga pengaturan kecepatan
film pada kamera seacara manual tidak perlu dilakukan lagi. Penggunaan
Kode DX akan memperkecil kesalahan pada pengauran ISO film yang
dipakai, juga mempercepat proses penggantian film.
D. Memilih kepekaan / ISO Film
Biasanya, fotografer harus memilih film dengan kecepatan (ISO)
yang sesuai dengan kondisi penerangan. Untuk pemotretan umum, Film
kecepatan menengah (ISO 100 dan 200) paling fleksibel. Cukup cepat
untuk digunakan diluar ruangan atau hari berawan dan cukup lambat
untuk memperoleh pilihan kecepatan rana dan diafragma pada hari cerah.
Jika mempunyai rencana untuk mencetak foto lebih besar dari 28 x 35 cm,
gunkaan film lambat seperti ISO 25 cara ini akan mencegah kekasaran
butiran foto.
BAB IV

TEKNIK PENCAHAYAAN

Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Untuk memperoleh pencahayaan


yang tepat pada saat memotret. Proses masuknya cahaya ke dalam film harus di
atur. Pengaturan cahaya yang masuk ke dalam film dapt diibaratkan dengan
mengisi air ke dalam ember dari kran. Demikian pula proses pemotretan. Kran
diibaratkan sebagai bukaan diafragma sedangkan rana diibaratkan lama waktunya
mengisi ember. Pencahayaan yang tepat diibaratkann dengan seberapa besar
ember yang digunakan

Teknik pencahayaan merupakan salah satu factor utama menghasilkan


gambay yang berkualitas. Untuk memperoleh pencahayaan yang teapt, fotografer
harus ,engatur proses masuknya cahaya ke dalam kamera sehingga dpat
mencahayai film dengan teapt. Beberapa jneis kamera sudah dilengkapi sistem
pencahayaan otomatis. Pada sistem in, kamera akan mengukur sendiri cahaya
yang tersedia dan menentukan besarnya diafragma atau rana yang akan
digunakan.

A. Diafragma dan Rana


Pengaturan cahaya dapat dilakukan sengan mengontrol bukaan
diafragma dan kecepatan rana. Besarnya bukaan diafragma menentukan
jumlah cahaya yang diteruskan ke film, sedangkan kecepatan rana
menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencahayai film.
Kombinasi dari besarnya diafragma dan kecepetan rana merupakan jumlah
cahaya yang dipantulkan dari obyek dan kecpatan film yang digunakan.
Berbagai kombinasi dari bukaan dan kecepatan rana memberikana
pencahayaan yang sama, misalnya pengukur kamera menunjukan
kombinasi f1/125 detik, f/8. Jika mengubah bukaan diafragma satu stop
lebih kecil mencadi f/11 maka kuantitas acahaya yang masuk ke dalam
kamera berkuran setengah kali. Agar memperolah nilai pencahayaan yang
sama harus diimbangi dengan menggunakan kecepatan rana lebih lambat
satu stop, yatitu 1/60 detik. Sebaliknya jika bukaan diafragma diperbesar
satu stop menjadi f5/6 maka kecepatana rana harus di percepat menjadi
1/250 detik.
B. Over dan Under
Secara umum kontras diartikan sebagai perbedaan gradiasi antara
area yang gelap dengan area yang terang pada objek. Pada negatif film,
kontras dinilai berdasarkan bagian yang pekat. Bagian yang transparan
disebut shadow density. Bagian yang peka disebut highlight density.
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan (normal ekposur)
jika semua warna muncul mempunyai nada yang sama dengan yang
diharapkan. Sebuah film dikatakan over exposed , jika bagian shasdow
density menerima cahaya yang berlebihan. Akibatnya bagian ini akan
berwarna lebih pekat daripada yang diharapkan.
Fil over terjadi akibat kurang tapatnya pilihan diafragma atau
kecepatan rana sehingga filam tercahayai secara berlebihan. Sebuah film
dikatakan under exposed, jika bagiaan shadow density menerima cahaya
kurang untuk menampilkan detil gambar. Akibatnya film negatif akan
menjadi tipis terutama pada bagian shadow density.
Untuk memperoleh pencahayaan yang baik. Fotografer dapat
berpedoman pada light meter yang terdapat pada kamera atau pengukur
cahaya genggam. Pada kamera modern, pencahayaan dapat diukur
langsung oeh kamera secara otomatis. Tanda lampu itu sendiri berupa :
- Tanda ( + ), artinya pencahayaan berlebihan;
- Tanda ( o ), artinya pencahayaan cukup;
- Tanda ( - ), artinya pencahayaan kurang.
Jika indicator light meter pada kamera menunjukan pencahayaan
yang berlebih, pemotret harus mengubah diafragma menjadi lebih kecil
atau menggunakan kecepatan rana yang lebih cepat. Sebaliknya, jika
indikaor light meter pada kamera menunjukan pencahayaan yang kurang,
pemotret harus mengubah bukaan diafragma menjadi lebih besar atau
menggunanakan kecpatan rana yang lebih lambat.
Namun, adlakaanya kight meter tertipu atau memberikan
pengukuran yang salah jika dihadapkan dengan kondisi pencahayaan yang
ekstrim. Kondisi ini terjadi jika objek foto memiliki latar belakang hitam
(sangat gelap) atau putih (sangat terang). Untuk mengatasinya fotografer
harus melakukan penyesuaian dengan menggunakan fasilitas kompensasi
pencahayaan.
C. Kompensasi Pencahayaan
Kompensasi pencahayaan dilakukan dengan menambah atau
mengurangu pencahayaan yang dihasilkan oleh pengukur cahaya. Hasil
pengukuran cahaya di kamera akan memberikan kombinasi pencahayaan
yang tapat sekitar 90%. Jika kondisi ini digunakan nutuk memotret obyek
khusus, kamera akan memberikan pencahayaan salah. Hal ini disebabkan
pengukur cahaya deprogram untuk memberikan hasil yang tapat jika
digunakan memotret yang mempunyai daya pantul 18%.
Untuk objek dengan latar belakang terang, cenderung memberikan
pencahayaan kurang sehingga perlu kompensasi +2stop. Jika oengukur
cahaya memberikan kombinasi 1/125 detik, f/16 maka obyek diambil
dengan kombinasu 1/125 detik, f/8. Sebaliknya, jika latar belakang gelap
diperlukan kompensasi -2stop, dari kombinasi 1/125 detik menjadi 1/1500
detik f/16.
Prinsip kompensasi pencahayaan adalah menambah atau mengurangi
pencahayaan, untuk menambah atau mengurangi cahaya dapat dilakukan
dengan mengubah bukaan diafragma atau kecepatan rana sehingga
siperoleh pencahayaan yang cukup pada kondisi ekstrim.
D. Braketing
Meskpiun film mempunyai toleransi pencahayaan, hasil optimal
tetap terlihat pada bingkai (frame) film dengan pencahayaan yang tepat.
Braketing adlah suatu teknik yang memberikan kombinasi pecahayaan
yang berbeda beda pada suatu obyek, selain pencahayaan normal. Tekanik
ini biasa dilakukan jika obyek memperoleh pencahayaan yang tidak umum
atau obyek yagn dianggap penting.
Braket dapat dilakukan ke “dua arah”, dengan menambah atau
mengurangi pencahayaan normal. Untuk film negatif warna/hitam putih
dilakukan dengan selang 1 stop, sedangkan untuk film slide warna
dilakukan dengan selang ½ stop. Pada kamera otomatis braket dapat
dilakukan deangan mengatur selector kompensasai pencahayaan, selector
ISO atau tombol braket otomatis pada kamera terbaru yang canggih.
Kabutuhan Chaya pada sebuah pemotretan tergantung pasa beberapa
hal. Pertama, ISO Film yang digunakan. Makin tinggi ISO film yang
digunakan, makin peka film terhadap cahaya. Atinya makin sedikit cahaya
yang dibutuhkan. Kedua, suasana di tempat pemotretan. Terang gelapnya
tempat pemotretan akan membedakan jumlah cahaya yang tersedia.
E. Ruang Tajam (depth of field)
Ruang tajam adlaha ruang di depan kamera. Obyek yang berada
didalamnya mempunyai ketajama yang layak pada foto yang terekam.
Panjang ruang tajam ditentukan oleh berbagai factor, sedangkan lebar fan
tingginya dibatasi oleh format film, sperti yang tampak di lubang kamera.
Factor yang paling mempengaruhi ruang tajam adalah bukaan diafragma
dan panjang focus lensanya.
F. Memilih bukaan diafragma
Bukaan diafragma kecil dapat dipilih untuk memperoleh ruang tajam
yang besar, pada kondisi cahaya yang cukup terang dan kecepatan rana
yang tingi. Sebaliknya, bukaan diafragma yang besar dapat dipilih untuk
memperoleh ruang tajam yang sempit, pada kondisi cahaya yang kurang
terang dan kecepatan rana yang rendah.
Pemilihan diafragma dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kepekaan film dan utnk apa foto itu diambil. Foto pemandangan dengan
tujuan untk menonjolkan terekamnya semua objek dengan jelas,
ememrlukan ruang tajam yang lebih besar. Lain halnya jika fotografer
ingin menenjolkan objek dengan latas belakang yang kabur, diperlukan
ruang tajam yang sempit.
G. Memilih Kecepatan Rana
Memilih kecapatan rana adalah suatu langkah yang harus dilakukan
saat memotret. Secara umum kecepatan rana diabgi menjadi 3, yakni
kecepatan tinggi, lambat dan sangat lambat. Kecepatan sangat lambat
digunkaan untk memotret objek yang waktunya dapat ditentukan oleh
pemotret.
Kecepatan lambat dan kecepatan tinggi memiliki fungsi dan
kegunaan yang berbeda pula. Kecepatan lambat akan memberikan kesan
gerak pada beberapa bagian gambar. Kesan yang timbuk dari gambar
tersebut adalah suasana dinamis yang memberikan warna tersendiri.
Kecepatan tinggi dipakai untuk menghindari kesan gerak sama sekali
atu istilahnya popular dikenal dengan pembekuan gerakan. Biasanya,
pembekuan gerakan dilakukan untku memotrert adengan adegan bergerak
seperti peristiwa olahraga.
H. Memotret dengan Lampu Kilat
Memotret adalah kegiatan merekam sebuah imaji ke dalam film
dengan perantaraan cahaya yang ada. Pada saat cahaya alami tidak
mencukupi untuk mencahayai film, pemotret harus menggunkaan atau
membuat cahaya buatan agar hasil pemotretan tetap berkualitas.
Alat yang digunkaan untuk menghasilkan cahaya buatan disebut
lampu kilat. Lampu ini menyala secepat kilat atau dalam bilangan
sepersekian detik. Selain lampu kilat, lampu studio dengan derjat warna
yang tepat dapat digunakana apaula untk menghasilkan cahaya buatan.
Memotret degan bantuan lampu kilat berhubuangan dengan jarak.
Maksudnya adkah kekuatan lampu kilat akan semakin melemah seiring
dengan bertambahnya jarak pemotretan.
Untuk mengetahui diafragma yang harus di pakai pada suatu
pemotretan dapat di gunakan rumus sederhana sebagai berikut .
GN
= f (diafragma)
Jarak Pemotretan

Keterangan :
GN = Kekuatan daya pancar lampu kilat
(Kekuatan daya pancar lampu kilat dapat dilijat pada
tipe lampu kilat atau buku petunjuknya

Setiap lampu kilat selalu disertai dengankekuatan daya pancar yang


dmilikinya. Kekuatan lampu kilat dijelaskan dalam suatu pedoman yang
disebut guide number. Makin kuat suatu lampu kilat makin besar GN-
nya.GN selalu tertulis dalam satuan, misalnya 36/ISO 100. Satuan didepan
menunjukan jarak, meter atau feet, sedangkan satuan di belakang
menunjukan ISO.
Kecepatan Rana yang dipilih untuk pemakaian lampu kilat tergantu
pada sinkronisasi kamera yang digunakan. Sinkronisasi adalah keceaptan
rana pada kamera yang dianjurkan untk dapat memotret menggunkan
lampu kilat. Biasanya kecepatan sinkronisasi pada kebanyakan kamera
adalah 1/125 detik.
Pemotret dapat memilih kecepatan yang lebih rendah daripada
kecepatan sinkron sebuah kamera. Kondisi ini dilakukan agar latar
belakang foto tidak terlalu gelap, misalnya memotret orang dengan latar
belakang senja. Dengan kecepatan lampat (1/15detik) akan membuat
suasana langit masih bisa terekam film, sementara lampu kilat hanya
menerangi obyek utamanya saja.
Jika anda tidak mengetahui kecepatan sinkron kamera yang
digunakan kecepatan 1/60 detik bisa dianggap aman.
Pada kamera elektronik modern, kecepatan sinkronisasi langsung
diatur oleh kamera dengan lampu kilat yang sudah terpasang dan
dirancang khuss, yang dikenal dengan lampu dedikasi. Lampu dedikasi
adalah lampu kilat otomatis yang dipakai pada kamera dengan fasilitas
otomatis, sesuai degnan lampu kilat tersebut.
BAB V

WIRAUSAHA FOTOGRAFI

A. Spesialisasi Fotografi
Fotografi merupakan bidang yang sangat luas. Pesatnya perkembangan
fotografi mengakibtkan semakin banyaknya aspek kehidupan manusia
oleh dunia yang satu ini. Berikut ini uraian singkat mengenai bidang
spesialisasi fotografi yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
1. Foto jurnalistik ( photo journalism )
Fotografi dengan speialisasi khusus unutk mencari dan menampilkan
foto yang bernilai berita;
2. Fotografi pernikahan (Wedding photography(
Fotografi yang menghususkan mengabadikan momen pernikahan;
3. Fotografi Arsitekture (Architectural photography)
Fotografi yang menghususkan pada objek arsotektur dengan
pendekaatan documenter, seni dan komersial;
4. Fashion photography
Secara teknis, fotografer fashion dituntut memiliki kemampuan
komposisi gambar serta mampu memadukan busana dan modelnya
menjadisuatu gambar yang harmoni, menarik dan senantiasa segar
dalam setiap pemotretan.
5. Fotografi Ilmiah (scientific photography)
Forografi ilmiah mencakup keperluan khusus yang berkaitan dengan
aspek ilmiah
6. Fotografi udara (Aerial Photography)
Fotografi udara banyak digunakan untuk keperluan survey, pemetaan
dan penggunaan tata ruan atau pertanian.
7. Fotografi komersial
Fotografi komersial bertujuan agar orang yang melihat produk tersebut
tertarik untuk mencoba dan memebelinya
8. Fine art photography
Photography ini memandang fotografi sebagai media untuk
mengekspresikan karya seni.
B. Bisnis Stok Foto
Tanpa disadari, foto dan fotografi menjadi hal yang sangat akrab
dengan kehidupan manusia. Akibatnya, banyak kalangan masyarakat yang
mencoba berbisnis didunia fotografi. JIka dilihat dari penghasilan yang
diperoleh, bisnis ini memang cukup menggiurakan.
C. Konsep Dasar Fotografer Professional
1. Analisis
Dilakukan untuk mencapai hasil akhir yang hendak dicapai
2. Survey
Agar pelaksanaan pemotretan berjalan efektif dan efisien, pendataan
lokasi pemotretan, cek dan re check terhadap lokasi dan posisi terbaik
sesuai dengan tujuan pemotretan harus disiapkan dengan sebaik
mungkin
3. Operasional
Seluruh langkah teknis yang dilakukan dilapangan harus berdasarkan
pada rencana kerja dan survey yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai