oleh
Prof. Dr. H. Setya Yuwana Sudikan
Sastra Lisan
Ciri lainnya yaitu tidak diketahui siapa pengarangnya dan karena itu
menjadi milik masyarakat, bercorak puitis, teratur, dan berulang-ulang, tidak
mementingkan fakta dan kebenaran, lebih menekankan pada aspek khayalan atau
fantasi yang tidak diterima oleh masyarakat modern, tetapi sastra lisan memiliki
fungsi penting di dalam masyarakat, terdiri atas berbagai versi, serta menggunakan
gaya bahasa lisan sehari-hari mengandung dialek, dan kadang-kadang diucapkan
tidak lengkap, papar Setya Yuwana.
Tradisi lisan atau sastra lisan, tambahnya, dapat dijadikan alternatif sumber
belajar, materi ajar, atau media pembelajaran pendidikan karakter bangsa.
Eksistensi tradisi lisan, yang hidup segan mati tak mau perlu direvitalisasi untuk
pelestarian dan pengembangannya.
Dalam tradisi lisan, tersimpan kearifan lokal yang memiliki fungsi sosial
bagi masyarakat pendukungnya. Kearifan lokal tersebut memiliki kontribusi yang
berarti bagi pendidikan karakter bangsa bagi anak didik di sekolah, dari fase bayi
sampai fase dewasa.
Nilai dan kearifan lokal masyarakat Makassar dan Bugis, berkenaan dengan
sistem politik dan pemeritahan dikaji oleh Ahimsa-Putra (2012) melaluli mitos To
Manurung.
1. Dalam suatu politik perlunya hubungan timbal balik antara pemimpin dan
yang dipimpin.
2. Dalam resiprositas ini pemimpin seyogyanya tidak membebani atau
menyulitkan yang mereka yang mereka yang dipimpin.
3. Akan memudahkan tercapainya kebersamaan dan menyelesaikan berbagai
macam masalah.
4. Penyelesaian masalah sebaiknya didasarkan pada kepentingan pihak yang
dipimpin.
5. Sistem perwakilan diperlukan dalam sistem perwakilan dan sistem
pemerintahan.