FOTOGRAFI
C. Pokok-pokok Materi
1. Pengertian dan sejarah fotografi.
2. Menggunakan Kamera
3. Dasar-dasar Fotografi.
4. Metering
5. Komposisi.
6. White Balance.
7. Depth of Field (DOF)
8. Fotografi Makro
9. Fotografi Landscape.
D. Uraian Materi
1. Pengertian Dan Sejarah Fotografi
a. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata
Yunani yaitu "Fotos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.). Fotografi adalah
melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari
suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut
pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini
adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan
pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium
yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan
menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium
pembiasan yang disebut lensa.
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan
gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat
ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas
cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma
(Aperture), dan kecepatan rana (Shutter speed). Kombinasi antara ISO,
Diafragma & Speed disebut sebagai pencahayaan (exposure). Di era fotografi
digital di mana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula
digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
b. Sejarah Fotografi
1) 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama
dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu
foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.
2) 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang
pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
3) 1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
4) 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
5) 1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang
disebut Tabotype.
6) 1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium
thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
7) 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
8) 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera
yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya
dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian
terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi
penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
9) 1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
10) 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color
photography.
11) 1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
12) 1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada
kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah
sensitometri.
13) 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic
dari seekor kuda yang berlari.
14) 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
15) 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang
pertama.
16) 1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
17) 1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion
pictures).
18) 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
19) 1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
20) 1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
21) 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
22) 1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah
citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos
digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua
dimulai sejak 1922.
23) 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi
berwarna yang pertama.
24) 1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
25) 1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan
komersial, ditemukan.
26) 1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
27) 1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi
phototelegraphic melalui gelombang radio.
28) 1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe
photography.
29) 1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
30) 1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and
Trees dibuat oleh Disney.
31) 1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah
digunakan.
32) 1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang
pertama.
33) 1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang
pertama.
34) 1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
35) 1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi
warna positif/negatif.
36) 1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
37) 1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
38) 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
39) 1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk
pemerintah Amerika Serikat.
40) 1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
41) 1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk
Polaroid.
42) 1952 – Era 3-D film dimulai.
43) 1954 – Leica M diperkenalkan.
44) 1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLR nya yang pertama.
45) 1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell
Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National
Institute of Standards and Technology, NIST).
46) 1959 – Nikon F diperkenalkan.
47) 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
48) 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
49) 1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
50) 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang
terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
51) 1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer
untuk CCD color image sensor.
52) 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel
yang pertama.
53) 2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk
Agfa terhenti.
54) 2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang
terbesar saat itu.
55) 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film
instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
56) 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.
2. Menggunakan Kamera
Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk
selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor (CCD dan CMOS) yang
hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus
diolah menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak
yang daat membaca media simpan digital tersebut. Kecerahan dan ukuran yang
dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual.
b. Jenis-jenis Kamera
Saat ini kamera dapat dikelompokkan menjadi kamera analog dan
kamera digital. Kamera analog mengambil gambar dari cahaya yang ditangkap
lensa, kemudian menyimpan hasilnya pada negative film. Pada kamera digital
terdapat sensor penangkap gambar CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS
(Complementary Metal Oxide) lebih dari jutaan pixel (picture element). Sensor
tersebut adalah suatu chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin
banyak jumlah pixel pada sensor, maka gambar yang dihasilkan akan semakin
detail.
Sensor yang banyak dipakai oleh produsen berupa semikonduktor
dengan nama CCD (charged-couple device semiconductor) dan CMOS
(complementary metal-oxide semiconductor). Kualitas maupun ukuran dari
sensor ini salah satu dari faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari gambar
yang akan dihasilkan. Media penyimpanan data digital gambar pada kamera
digital terpisah dengan media penangkap cahaya. Media penyimpanannya biasa
disebut memori memiliki berbagai macam jenis bergantung dari produsen
pembuat kamera. Media penyimpan yang umum digunakan adalah tipe-tipe
Compact Flash(CF), Secure Digital(SD), Multi Media Card (MMC), Memory Stick
(MS) dan XD.
Saat ini telah banyak beredar kamera digital dari banyak produsen
kamera, dengan kemampuan baik dari jumlah pixel, kapasitas memori, dan fitur-
fitur tambahan lainnya. Secara umum kamera dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain:
1) Kamera Pocket
Kamera pocket disebut juga kamera saku, karena bentuknya yang kecil dan
mudah dibawa ke mana-mana serta sangat praktis dan mudah
menggunakannya karena tidak perlu menyetel apa-apa dan yang penting
adalah fotonya pasti jadi karena semuanya sudah diatur oleh kamera. Jadi
dalam hal ini sang fotografer tidak perlu ikut campur masalah teknis kamera,
pokoknya bidik dan jepret (point and shoot). Namun pada saat ini kamera
pocket telah cukup berkembang dengan berbagai macam fasilitas seperti
lensa zoom.
2) Kamera SLR
Kamera SLR (Single Lens Reflex atau Cermin Lensa Tunggal), disebut SLR
karena cara kerja kamera ini karena pembidikannya dipantulkan melalui
prisma dan cermin lalu diteruskan pada lensa utama sehingga tidak terjadi
efek paralaks (perbedaan bidikan dan hasil gambar yang ditangkap kamera)
seperti yang terjadi pada kamera jenis range finder. Dengan kamera jenis ini,
fotografer harus menentukan kecepatan shutter speed (kecepatan rana),
aperture (bukaan diafragma) serta fokus, maka di sini fotografer adalah si
penentu kualitas foto, apakah jadi kabur tidak karuan atau lebih indah dari
aslinya. Dengan kamera SLR sang fotografer dapat berkreasi sebebas-
bebasnya dengan membuat efek-efek tertentu dengan cara membuat
kombinasi yang berbeda antara shutter speed dan aperture. Selain itu,
kamera SLR sangat banyak asesorisnya seperti berbagai jenis lensa, filter
dan lain-lain. Dengan berkembangnya teknologi di bidang fotografi, maka
saat ini kamera SLR juga memliliki kemampuan yang serba otomatis yang
menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan, seperti fokus otomatis,
kecepatan rana otomatis, dan bukaan diafragma otomatis, Namun selain
dapat disetel otomatis, kamera tersebut dapat disetel manual. Kamera jenis
SLR paling banyak digunakan oleh amatir maupun profesional, selain karena
kemampuannya, menggunakan kamera jenis ini menurut mereka lebih
menantang (mungkin maksudnya lebih ruwet karena harus menyetel ini dan
itu.
Kamera ini cara kerjanya mirip dengan SLR namun dengan ukuran film yang
digunakan lebih besar yaitu 120 mm. Dengan ukuran film tersebut maka
pembesaran yang dihasilkan akan lebih baik dari pada menggunakan film 35
mm. Kamera ini biasanya digunakan pada pemotretan Still Life (benda tidak
bergerak), model, atau pun untuk keperluan keperluan bisnis seperti iklan
dan majalah yang membutuhkan hasil gambar yang besar.
5) Kamera Large Format
Biasa disebut juga View Kamera, kamera jenis ini menggunakan film yang
lebih besar, yaitu ukuran 4x5 inci atau 8x10 inci. Jika menginginkan hasil
cetak ukuran yang sangat besar dengan kualitas yang sangat bagus
biasanya menggunakan kamera ini. Kamera ini biasanya hanya digunakan
untuk pemotretan yang lebih khusus seperti foto udara dan foto arsitektur
dari jarak dekat tanpa menimbulkan distorsi (minimal).
Gambar 2. 6. Kamera Large Format
6) Kamera Instan
Kelebihan dari kamera ini adalah kecepatannya dalam menghasilkan
gambar. Dengan kamera ini kita tidak perlu repot-repot melakukan proses
cuci cetak film, sebab beberapa detik setelah selesai pengambilan gambar,
maka hasilnya akan langsung jadi. Namun di samping kelebihan yang
dimiliki, kamera inipun memiliki kekurangan. Karena film yang digunakan
adalah film instan, yang tentunya tidak memiliki klise, maka hasil pemotretan
tidak memungkinkan untuk dicetak ulang.
c. Aksesoris Kamera
Aksesoris Kamera terdiri dari antara lain: lensa, tripod, remote control,
filter, dan lain-lain.
1) Lensa.
Lensa adalah ujung tombak dari pada sebuah kamera. Bagus dan tidaknya
sebuah gambar hasil pemotretan sangat tergantung dari kualitas sebuah
lensa. Ketajaman detail, kontras, dan kualitas warna sangat dipengaruhi oleh
kualitas lensa. Dalam hal ini lensa adalah faktor yang paling penting dalam
menghasilkan kualitas foto. Pada saat ini dengan bermacam-macam jenis
kamera, terutama kamera SLR, maka jenis lensa pun sangat beragam dan
jumlah maupun produsennya sangat banyak. Lensa tidak hanya diproduksi
oleh pembuat kamera tapi banyak juga produsen yang khusus hanya
memproduksi lensa.
a) Lensa Standar
Dinamakan lensa standar karena lensa ini memiliki fokus yang sesuai
dengan pandangan mata manusia. Sudut pandang lensa ini sama
dengan sudut pandang mata manusia, Jadi tidak menjauhkan obyek
maupun mendekatkan objek. Fokus pada lensa standar adalah 50 mm.
Lensa sudut lebar disebut dengan Wide Angle Lens. Dengan lensa ini
kita dapat menangkap obyek lebih banyak. Hal ini dikarenakan sudut
lensa ini lebih lebar, sesuai dengan namanya Wide Angle Lens yaitu
Lensa Sudut Lebar. Dengan menggunakan lensa ini maka obyek
menjadi lebih jauh dan mengecil. Fokus pada lensa ini adalah 17 mm,
20mm, 24mm, 28mm dan 35mm.
c) Lensa Mata Ikan
Lensa mata ikan dinamakan juga Fish Eye Lens. Mengapa dinamakan
demikian? karena sesuai dengan bentuk dari lensa ini yang memiliki
permukaan yang sangat cembung seperti mata ikan koki yang melotot.
Lensa ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai Lensa Sudut Lebar
namun karena dia memiliki sudut yang sangat lebar dan memiliki titik
fokus yang begitu pendek yaitu 14 mm, 15 mm atau 16 mm dan
bentuknya yang melotot seperti mata ikan maka dinamakan Lensa Mata
Ikan atau Fish Eye Lens.
d) Lensa Tele
Lensa yang paling digemari oleh paparazi karena dengan menggunakan
lensa ini. Fotografer dapat menangkap dan mendekatkan jarak obyek.
Dengan menggunakan lensa tele, obyek yang jauh dapat terlihat lebih
dekat, maka paparazipun dapat tersenyum senang karena berhasil
memotret sang artis dari jarak yang jauh tanpa harus mendekatinya
dengan resiko babak belur dihajar bodyguardnya, atau motret singa
yang sedang kelaparan dari jarak yang aman. Bayangkan jika harus
motret singa dari jarak 2 meter karena hanya menggunakan lensa
standar.
2) Tripod
Tripod atau bisa disebut juga kaki tiga, adalah sebuah alat yang berfungsi
untuk menahan getaran pada kamera, biasannya digunakan untuk
kecepatan rana yang lambat dan sangat lambat. Misalnya saat hendak
memotret keindahan kota di malam hari dengan kecepatan 1 detik atau
memotret obyek dengan cahaya yang sangat kurang tanpa mengunakan
lampu tambahan seperti blitz dengan kecepatan di bawah 1/10 detik.
Dengan menggunakan Tripod maka kamera terhindar dari
guncangan/goyangan yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti goyang
karena getaran tangan atau goyang karena tarikan nafas, fotopun akan tetap
tajam dan indah walau menggunakan speed yang lambat.
Selain tripod, monopod memiliki fungsi yang hampir sama dengan tripod,
namun hanya memiliki satu kaki jadi kita masih harus tetap memegangnya.
Monopod hanya menghindari getaran secara vertikal.
Gambar 2. 13. Tripod dan Monopod
3) Filter
Filter dipasang di bagian depan lensa, dibuat dari kaca bermutu tinggi.
Dalam dunia fotografi filter ada berbagai macam jenisnya, mulai dari yang
hanya berfungsi memperindah gambar, sampai dengan yang dapat
memberikan efek-efek khusus pada foto. Salah satu filter yang dianjurkan
untuk selalu dipasang pada kamera adalah type A1 Skylight atau UV. Di
samping dapat melindungi lensa dari goresan, karena filter ini sifatnya yang
netral dan tidak merubah warna aslinya. Selain kedua jenis filter di atas,
masih banyak jenis filter yang digunakan, misalnya Polarizing, yang efeknya
membuat warna langit menjadi lebih pekat dan warna permukaan air menjadi
lebih bening. Diffusion atau disebut juga Soft Focus memberikan efek yang
lembut pada foto. Filter ini biasa digunakan pada saat pengambilan closeup.
Ada juga filter Cross Screen yang memberikan efek bintang pada lampu dan
masih banyak lagi.
4) Blitz
Flash atau Lampu Kilat atau orang biasanya menyebutnya Blitz, adalah
sebuah alat yang dapat memberikan cahaya buatan. Digunakan pada saat
memotret pada kondisi kurang cahaya, seperti di dalam ruangan, di tempat
yang gelap, malam hari, dan sebagainya. Ukuran kekuatan lampu kilat
disebut GN (Guide Number). Semakin besar nilai GN maka semakin kuat
juga lampu kilat menerangi obyek, dalam pengertian semakin besar GN
maka jangkauan lampu kilat ini akan semakin jauh, dan biasanya semakin
besar pula fisik lampu kilat tersebut.
Setiap lampu kilat berbeda-beda kemampuannya tergantung dari tipe dan
GN yang dimiliki. Namun yang pasti adalah efek lampu kilat ini ditentukan
pula oleh besarnya bukaan diafragma dan kecepatan film. Jadi semakin
besar bukaan diafragma, maka akan semakin jauh daya jangkau sebuah
blitz, begitu juga dengan kecepatan film, semakin besar ASA film maka daya
jangkau blitz akan semakin jauh.
Selain digunakan ditempat-tempat yang gelap atau cahaya yang kurang,
blitz dapat juga digunakan pada tempat tempat yang terang dengan tujuan
tertentu. Misalnya untuk memotret obyek yang mendapat penyinaran oleh
matahari dari sebelah kiri, maka di sebelah kanan obyek akan menampilkan
bayangan hitam yang sangat kuat, maka dengan menggunakan blitz akan
melembutkan atau mengurangi efek bayangan yang terlalu gelap yang
ditimbulkan oleh cahaya matahari yang sangat kuat tersebut. Teknik ini biasa
disebut dengan Fill in.
(Auto), yaitu mode yang hanya perlu untuk mengarahkan kamera dan
mengambil gambar (point and shoot). Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Nyalakan kamera dengan menggeser switch ke posisi ON.
Gambar 2. 16. Menyalakan kamera
e. Fitur Kamera
1) Resolusi Kamera
Kamera digital saat ini sudah memiliki sensor penangkap gambar
(CCD/CMOS) lebih dari jutaan piksel. Semakin banyak piksel yang bisa
ditangkap akan semakin detail gambar yang dihasilkan. Untuk ukuran kartu
pos, Anda cukup membeli kamera digital kelas 1 Megapixel. Kamera ini juga
masih mencukupi untuk keperluan gambar di website. Untuk gambar yang
jauh lebih detail maka diperlukan CCD dengan kemampuan 2 Megapixel ke
atas. Untuk kelas profesional, kini sudah tersedia kapasitas 50 Megapixel
dengan hasil luar biasa yakni kamera merk Hasselblad H3D II dengan
sensor Kodak, seharga 450 juta rupiah.
Berikut ini adalah panduan media simpan yang ideal untuk berbagai resolusi
kamera digital:
a) Resolusi 1.3 Megapixel; dengan 8 MB memori minimal mempunyai 23-
105 jumlah maksimal foto, dengan 16MB memori ideal mempunyai 45-
120 jumlah maksimal foto.
b) Resolusi 2.0 Megapixel; dengan 8 MB memori minimal mempunyai 14-
90 jumlah maksimal foto, dengan 16 MB memori ideal mempunyai 27-
200 jumlah maksimal foto.
c) Resolusi 3.0 Megapixel; dengan 16 MB memori minimal mempunyai 8-
80 jumlah maksimal foto, dengan 32 MB memori ideal mempunyai 15-
170 jumlah maksimal foto.
d) Resolusi 4.0 Megapixel; dengan 16 MB memori minimal mempunyai 12-
120 jumlah maksimal foto, dengan 32 MB memori ideal mempunyai 24-
250 jumlah maksimal foto. (* Perkiraan rata-rata jumlah foto; besarnya
jumlah foto maksimal tergantung resolusi mode yang bisa dipilih pada
kamera digital, semakin tinggi resolusi semakin besar file tiap gambar
yang dihasilkan sehingga semakin sedikit gambar yang bisa disimpan).
2) Movie Recording
Selain kemampuan menangkap objek diam, kamera digital juga sering
dilengkapi fitur Movie Recording/Capture untuk menangkap objek bergerak
layaknya camcorder. Tetapi karena keterbatasan media simpan, maka objek
bergerak ini hanya bisa disimpan dalam hitungan puluhan detik. Semakin
besar media simpan, semakin lama objek bergerak dapat disimpan.
3) Zoom
Fungsi zoom ialah memperbesar gambar sehingga Anda tidak perlu
mendekati objek untuk memperoleh ukuran yang diinginkan. Kamera digital
biasanya dilengkapi dengan zoom melalui proses digital yang biasa disebut
Digital Zoom yang dikombinasikan dengan zoom melalui optik atau lensa
yang disebut Optical Zoom. Perpaduan keduanya menghasilkan zoom yang
berlipat.
4) Image Stabilizer/steady shoot
Tiap merk kamera menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fitur yang
satu ini. Ada image stabilizer, vibrate reduction, anti-shake, steady shot,
optical image stabilizer (OIS), vibrate compensation, dan lain-lain. Itu semua
fungsinya sama, yaitu untuk menstabilkan goncangan tangan kita. Sering
terjadi salah kaprah di dalam pengertian tentang fitur yang satu ini. Salah
kaprah yang sering terjadi adalah tertukarnya pengertian antara shutter
speed dengan image stabilizer. Ketika kita memfoto anak-anak yang sedang
berlari-lari, kalau kita ingin agar anak yang kita foto itu tetap terlihat tajam
(tidak blur), kita harus menggunakan shutter speed yang cepat, dan tidak
ada hubungannya dengan image stabilizer. Shutter speed yang cepat
berguna untuk membekukan "objek" yang kita foto, sedangkan image
stabilizer berguna untuk menstabilkan goncangan dari "subjek" yang
memfoto. Jadi, image stabilizer ini akan berguna ketika tangan kita sulit
untuk tidak bergerak ketika melakukan pengambilan foto atau tangan kita
tremor, melakukan pemotretan dengan shutter speed yang rendah (indoor,
malam hari, efek-efek cahaya bergerak, foto air terjun, dan sebagainya),
melakukan foto-foto dengan lensa tele (jarak jauh) misalnya 200 mm, serta
melakukan foto-foto makro (jarak yang sangat dekat).
Cara kerja fitur ini adalah dengan menempatkan sensor pada lensa atau
pada sensor (masing-masing produsen berbeda-beda). Sensor ini berfungsi
untuk mendeteksi gerakan lensa atau kamera. Misalnya, pada image
stabilizer yang diletakkan di lensa, ketika kamera kita bergerak ke atas,
sensor ini akan menggerakkan lensanya ke bawah, ketika kamera kita
bergerak ke kiri, sensor ini akan menggerakkan lensanya ke kanan, dan
demikian seterusnya sehingga gambar yang kita buat akan selalu
diusahakan stabil dan bebas goncangan.
Pada istilah-istilah seperti double anti-blur, 4x image stabilization, dual IS,
dan sebagainya maksudnya adalah bahwa mereka menggunakan image
stabilizer betulan dan sekaligus image stabilizer tipuan. Sehingga dengan
istilah-istilah itu produk mereka akan terlihat lebih mampu menahan
goncangan. Untungnya paling tidak sampai saat ini, masih belum ada yang
menggunakan istilah double atau dual yang ternyata isinya tidak ada image
stabilizer asli sama sekali. Mungkin pada perkembangannya nanti akan
didapati kasus seperti ini. Jadi kita harus hati-hati, kalau melihat ada fitur
seperti ini, harus dibaca dulu buku manualnya atau cari tahu dari internet
atau dari teman yang sudah tahu, apakah image stabilizernya asli
menstabilkan gerakan pada lensa atau pada kamera, atau hanya menaikkan
ISO saja
3. Dasar-dasar Fotografi
Fotografi adalah melukis dengan cahaya. Jadi esensi dari fotografi adalah
cahaya. Kamera tidak akan merekam apapun untuk menjadikan sebuah foto
tanpa cahaya. Oleh karena itu, dasar dari sebuah fotografi adalah bagaimana
seoptimal mungkin kita menyeting tingkat pencahayaan (exposure) yang masuk
ke kamera kita, sehingga memperoleh pencahayaan yang pas, tidak kelebihan
cahaya (Over Exposure) atau kekurangan cahaya (Under Exposure).
Pada dasarnya, ada tiga pengaturan kamera yang mempengaruhi tingkat
exposure kamera yaitu Shuter Speed, Aperture dan ISO. Ketiga pengaturan
dasar tersebut sering dinamakan TRIANGLE FOTOGRAFI atau SEGITIGA
FOTOGRAFI. Ketiganya harus bersinergi secara pas agar menghasilkan kualitas
gambar yang terbaik atau sesuai keinginan kita. Ketiga pengaturan tersebut
adalah:
b. Aperture (Diafragma)
Aperture adalah ukuran besar kecilnya bukaan lensa. Lensa berfungsi
memasukkan dan meneruskan cahaya ke sensor atau film. Ukuran besar
kecilnya diatur melalui diafragma. Pada kamera umumnya tertera 1,8 ; 2,8; 3,5 ;
4; 5,6 ; 7,1 dst. angka angka tersebut dikenal sebagai f-number atau biasa
disebut aperture (bukaan): f/1.8 ; f/2,8; f/3,5 ; f/4; f/5,6 ; f/7,1 dan seterusnya.
Semakin besar bukaan lensa semakin kecil f-numbernya sebaliknya semakin
kecil bukaan semakin besar f-number nya jadi f/4 lebih kecil bukaannya daripada
f/1,8.
Cara kerja aperture mirip pupil pada mata manusia, semakin besar
bukaan berarti semakin banyak cahaya yang masuk, semakin kecil bukaan maka
semakin sedikit cahaya yang masuk. Aperture sangat berhubungan dengan
ruang tajam atau depth of field. Semakin besar bukaan lensa maka semakin tipis
DOF nya, hal ini mengakibatkan efek blur di belakang obyek atau fokus sehingga
bagus untuk FOTOGRAFI MAKRO. Sebaliknya semakin kecil bukaan lensa
maka semakin lebar DOF nya, hal ini mengakibatkan gambar tetap tajam mulai
dari obyek terdekat hingga background foto yang terjauh dari obyek. Bukaan
kecil sering digunakan untuk FOTOGRAFI LANDSCAPE.
4. Metering
Fotografi tidak bisa lepas dari cahaya dan metering. Metering sendiri
adalah proses mengukur seberapa terang objek foto supaya kamera bisa
mendapatkan exposure yang tepat (tidak over dan tidak under). Mata manusia
punya kemampuan beradaptasi pada berbagai tingkat intensitas cahaya
sehingga meski berada di tempat terang atau temaram, mata kita masih mampu
memberikan eksposur yang normal. Selain itu, mata manusia pun punya
jangkauan dinamis (dynamic range) yang luar biasa baik, kita bisa melihat benda
yang punya perbedaan terang gelap yang sangat lebar. Saat memotret, kita
dihadapkan pada kenyataan kalau kamera, tak peduli seberapa pun canggihnya,
tidak mampu menangkap segala keindahan yang bisa dilihat oleh mata.
Kedua foto di atas adalah contoh bagaimana sebuah bidang foto dengan
perbedaan terang gelap yang ekstrim. Bagi kamera, kondisi foto di atas ini
menyulitkan. Pertama, perbedaan terang gelap seperti ini sulit direproduksi
seperti asilnya karena jauh melampaui kemampuan dynamic range dari sebuah
sensor kamera, bahkan kamera film sekalipun. Kedua, metering kamera atau
sang fotografer akan dihadapkan pada dua pilihan: menyelamatkan detail di
daerah terang (highlight) atau menyelamatkan detail di daerah gelap (shadow).
Tidak ada pilihan yang enak. Mengejar highlight artinya area lain akan jadi gelap,
sedang mengejar shadow akan merusak highlight sehingga wash-out/blown/
detilnya hilang (lihat bagian jendela pada foto di atas sebelah kanan).
Gambar 2. 22. Foto yang dynamic range-nya baik
1) Matrix metering
Metering ini menekankan pada bagian tengah foto, dengan asumsi bahwa
POI sebuah foto biasanya berada di tengah. Perhatikan gambar di atas.
Apa yang dilakukan oleh sistem metering ini adalah melakukan analisa dan
mengambil nilai rata-rata dari kondisi pencahayaan yang terjadi pada bidang
tengah foto. Bagaimana pun nilai yang dihasilkan adalah nilai rata-rata,
maka akan selalu terjadi ketidak-sesuaian antara kondisi sebenarnya dan
kondisi yang dihasilkan. Sebagai contoh, seorang model yang berada
dipantai dengan langit yang mendominasi sebagian besar bagian tengah
foto, maka saat kalkulasi dilakukan maka yang paling dominan adalah nilai
cahaya langit, maka hasil akhirnya akan lebih cenderung untuk
mendapatkan exposure langit dan bukan model itu sendiri.
Pada kondisi pencahayaan normal, artinya kondisi hightligh dan shadow
yang tidak terlalu kontras, maka biasanya sistem metering ini bisa
diandalkan. Kompensasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi
sebenarnya, seperti pada kasus hitam dan putih di atas.
3) Spot metering
5. Komposisi
a. Simpel (Simplicity)
Pada forum-forum kritik foto, sering kita dengar komentar-komentar
seperti ini: “simple tapi menarik…”, atau “backgroundnya terlalu ramai sehingga
POI kurang menonjol…” dan lain-lain. Tujuan komposisi ini adalah memberikan
penonjolan pada objek utama foto (point of interest – POI)agar langsung terlihat
secara utuh tanpa gangguan elemen-elemen lain yang tidak diperlukan. Karena
itu saat melihat sebuah objek yang hendak difoto, pastikan benar bahwa elemen-
elemen yang masuk ke dalam frame kamera adalah elemen-elemen yang benar-
bener diperlukan. Cobalah zoom lebih dekat atau cari sudut pandang lain jikalau
hal itu terjadi.
b. Rule of Third
Panduan komposisi rule of third mungkin yang paling populer dan paling
sering diterapkan. Pada prinsipnya panduan ini adalah menempatkan objek
utama tidak pada tengah frame tetapi pada salah satu dari 1/3 bagian sisi pojok
foto, lihat grafik berikut.
d. Kurva
Komposisi objek membentuk baris kurva baik S,V atau garis garis
lengkung sejajar.
e. Diagonal
Obyek menyerupai bentuk diagonal
6. White Balance
Sebuah benda berwarna putih akan tetap tampak putih di mata kita walau
disinari cahaya kekuningan. Itu terjadi karena mata kita melakukan adaptasi, juga
nalar kita membantu memberi tahu bahwa benda yang kita lihat berwarna putih.
Namun, kalau benda berwarna putih itu disinari cahaya kekuningan lalu difoto,
benda itu akan tampak berwarna kekuningan pada fotonya, tidak putih lagi. Hal
itu terjadi karena kamera tidaklah berpikir. Dia hanya merekam apa adanya.
Kalau putih akan dia rekam putih, dan kalau merah akan dia rekam merah.
Kamera tidak peduli dari mana warna itu datang: apakah warna asli ataukah
warna akibat cahaya yang datang.
Atas dasar inilah, dalam dunia fotografi digital dikenal adanya
penyesuaian pada warna putih ini, yang dikenal dengan istilah white balance
atau biasa disingkat WB. Penyesuaian ini dilakukan agar benda berwarna putih
akan terekam putih dengan cahaya berwarna apa pun. Keaslian warna sangat
penting pada foto-foto yang membutuhkan akurasi warna seperti foto kain,
lukisan, dan benda komersial lain.
Alasan mengapa warna putih yang dipilih sebagai dasar koreksi adalah
karena hanya warna ini yang absolut pada perubahan. Diberikan cahaya kuning
dia akan jadi kuning dan seterusnya. Sedangkan warna lain, kalau diberi warna
kuning, akan berubah jadi warna baru yang sangat tidak terukur. Masalah terukur
ini jadi penting karena kita perlu tolok ukur asli untuk mengoreksi agar warna bisa
kembali ke aslinya. Hanya warna putih yang akurat. Tak ada putih muda, putih
tua, putih kekuningan, atau putih kehijauan.
White balance adalah aspek penting dalam dunia fotografi dan
berpengaruh pada hasil akhir foto. Alasan kenapa kita perlu memahami white
balance adalah karena kita ingin warna foto kita seakurat mungkin. Jadi, white
balance berpengaruh terhadap warna foto.
Agar lebih jelas silahkan lihat contoh foto di bawah ini:
Ketiga foto di atas adalah foto yang identik, bahkan ketiganya berasal
hanya dari satu foto. Saya hanya mengubah setting white balance-nya dan
hasilnya: ketiganya sangat berbeda warnanya. Foto A tampak sangat kebiruan,
foto B terlihat cukup normal dan foto C terlihat kekuning-kuningan.
Perhatikan warna cahaya lampu neon dan lampu bohlam, beda bukan? itu
karena masing-masing neon dan bohlam memiliki ”temperatur warna“ yang
berbeda. Cahaya yang kekuningan (bohlam) disebut hangat sementara cahaya
yang kebiruan (neon) disebut dingin.
Alasan kenapa kamera memerlukan setting white balance adalah karena
kita memotret dalam kondisi pencahayaan yang berubah-rubah. Mata telanjang
kita adalah alat yang super canggih dan mampu beradaptasi (menyeimbangkan)
terhadap perubahan warna cahaya, jadi kertas putih di mana pun akan tampak
putih bagi kita. Namun kamera tidaklah secanggih mata, karena itu kertas putih
belum tentu terlihat putih bagi kamera dalam warna pencahayaan yang berbeda.
Jadi tujuan setting white balance adalah memerintahkan kamera agar
mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat
putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau, atau dengan kata lain agar
kamera merekam warna objek secara akurat dalam kondisi pencahayaan apa
pun.
7. Depth of Field (DOF)
Setelah kita bahas exposure dan metering, maka saat ini kita akan bahas
tentang depth of field (DOF). Bahasan ini mempunyai kaitan dengan aperture
dan exposure, karena bukaan diafragma akan mempengaruhi DOF sekaligus
mempengaruhi exposure secara keseluruhan. Tidak semua objek di depan
kamera kita terlihat jelas apabila kita foto. Hal ini tergantung benda tersebut ada
di daerah fokus apa tidak, sehingga kita perlu memutar ring focus baik secara
manual atau auto untuk menjadikan obyek tersebut terlihat jelas atau tajam.
Daerah tajam atau daerah fokus inilah yang disebut Depth Of Field (DOF). Dof
ada yang tipis dan ada yang tebal hal ini dipengaruhi oleh 3 hal:
b. Makhluk Hidup
Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba-laba, dan lain-lain.
Semua kamera DSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro
dengan menggunakan lensa yang berbeda-beda, dan biasanya jarak antara
fokus lensa ke objeknya akan berbeda tergantung jenis lensa yang digunakan.
Untuk lensa khusus makro biasanya jarak objek ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi
apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita
dapatkan titik focus biasanya lebih dari 1 meter dari objek.
Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up,filter
Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang ditempelkan
di depan lensa, maka jarak antara objek dan lensa akan semakin dekat untuk
mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan
extension tube yang dipasang di antara lensa dan bodi kamera.
Pembagian fotografi makro menggunakan kamera DSLR umum:
a. Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda “bunga
tulip” (bisa untuk foto makro).
b. Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter.
Untuk lebih jelasnya maka lensa-lensa di bawah ini adalah yang biasa
dipergunakan untuk fotografi makro:
a. Lensa Makro Normal : 50mm.
b. Lensa Makro Mid tele : 90-105mm.
c. Lensa Makro Tele : 150-180mm.
Ekstrem:
a. Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik di depan lensa
dengan tambahan sebuah adapter khusus.
b. Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up di depan lensa.
c. Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox.
d. Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di
lekatkan di depan lensa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:
a. Lighting (Pencahayaan)
Lighting sangat diperlukan untuk menambah efek dramatis pada hasil foto
yang diinginkan. Jika nkita hanya mengandalkan lighting seadanya dari
cahaya matahari (natural ligting) maka hasil foto kita menjadi flat dan tidak
menarik
b. Depth Of Field (DoF)
DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto
akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan objek yang akan kita abadikan.
Karena semakin dekat jarak antara titik fokus kamera dengan objek maka
akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita kontrol dengan mengatur
bukaan diafragma dari lensanya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto
kupu-kupu yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari
warna sayapnya menjadi blur.
Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara
lensa dengan objeknya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di
set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).
Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3
variabel tersebut. Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relatif
sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape).
c. Fokus
Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda
mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda
yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan.
Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi
tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam
mengikuti objek yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah
dibutuhkan dalam hal ini. Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokus yang
baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus.
d. Komposisi
Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah
sulit, karena objek yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil,
kadangkala seluruh objek tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.
Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi
yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali
dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang
mendukung objek (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.
e. Lokasi
Di dalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash,
ring flash, atau bahkan lampu studio.
Di luar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available
lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi
hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.
f. Tripod atau handheld
Di saat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan
kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik
antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter
speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah, maka
penggunaan tripod/monopod sangatlah dibutuhkan agar hasil fotonya tidak
menjadi blur.
Untuk jelasnya apabila shutter speed kita di bawah/lebih rendah/kecil dari
1/FL(focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah
tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100 mm, maka apabila
shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai
tripod/monopod agar/objek momen yang akan kita abadikan tidak menjadi
blur.
Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro
terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik. Monopod lebih fleksibel
terutama dalam pengambilan foto makro serangga.
g. Mood dan kesabaran
Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan
dilukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan
tertuang di kanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya.
Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam
memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu-kupu/lebah yang
sedang sibuk menghisap madu di bunga. Ingatlah, fokus, exposure dan
komposisi dari objek yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti
yang akan kita abadikan sesuai dengan moodnya.
h. Moment dan keberuntungan
Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari
waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya
pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.
Kadang kala faktor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer
dengan objeknya. Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan objek
baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya.
Karena kunci dari fotografi makro adalah terus berlatih dan terus berusaha
semaksimal mungkin.
9. Fotografi Landscape
Fotografi Landscape (LS) merupakan cabang fotografi yang mengeksplor
keindahan alam. Fotografi ini sangat digemari oleh mereka yang suka traveling.
Fotografi ini juga banyak digunakan untuk keperluan pariwisata, perumahan, dan
percetakan. Komposisi sangat diperlukan dalam fotografi ini diantaranya yang
sering dipergunakan adalah rule of third dan komposisi kurva. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam Fotografi Landscape antara lain:
b. Perhatikan Horizon
Jika kita berhadapan dengan suatu pemandangan, hampir dapat
dipastikan kita akan melihat garis horizontal yang membentang dan membelah
gambar menjadi dua bagian. Ini disebut garis horizon alam Fotografi Landscape,
jika salah satu bagian lebih menarik. Berilah porsi 2/3 dari frame. Dan yang
kurang menarik beri sisanya yaitu 1/3. Memang tidak mutlak, tetapi bila POI
berada pada bagian yang 2/3 maka kesannya akan lebih kuat.
c. Pertimbangkan langit
f. Gunakan Tripod
Mungkin sejak zaman digital orang sering melupakan tripod. Buat apa
tripod, kalau ISO tinggi sudah bagus hasilnya. Lensa sudah ada yang dengan
stabilizer. Tripod hukumnya wajib bagi landscaper. Untuk exposure di atas satu
detik, tripod is highly recomended.
i. Golden hour
Cahaya dari samping akan menunjukan sebuah dimensi dan tekstur yang
kuat untuk sebuah objek. Dalam fotografi landscape, cahaya dari samping
muncul saat pagi hari dan sore hari. Pada waktu ini, warna-warni terlihat sangat
bagus dan landscape terlihat sangat hidup. Dinamakan golden hour karena
warna-warni pada waktu ini adalah merah-kuning-seperti-emas. Jadi,
memotretlah pada waktu ini.
Gambar 2. 38. Golden hour
E. Rangkuman
1. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya,
tidak ada foto yang bisa dibuat.
2. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan
sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang
telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan
menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium
pembiasan yang disebut lensa.
3. Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk
selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor (CCD dan CMOS) yang
hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan
digital.
4. Secara umum kamera dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara
lain:
a. Kamera Pocket
b. Kamera SLR
c. Kamera Range Finder
d. Kamera Medium Format
e. Kamera Large Format
f. Kamera Instan
5. Aksesoris Kamera terdiri dari antara lain: lensa, tripod, remote control, filter,
dan lain-lain.
6. Fitur kamera: Resolusi Kamera, Movie Recording, Zoom, dan Image
Stabilizer/steady shoot.
7. Pada dasarnya ada tiga pengaturan kamera yang mempengaruhi tingkat
eksposure kamera yaitu, Shuter Speed, Aperture, dan ISO. Ketiga
pengaturan dasar tersebut sering dinamakan TRIANGLE FOTOGRAFI atau
SEGITIGA FOTOGRAFI.
8. Bagi para profesional, sebelum memotret mereka selalu mengukur cahaya
dengan alat khusus bernama Light Meter. Alat ini berupa sensor yang peka
cahaya dan bisa menghitung berapa nilai shutter dan aperture untuk
berbagai suasana, baik terang atau gelap. Cahaya yang diukur tentu sama
dengan cahaya yang mengenai obyek (dinamakan incident light) dan
menjadi patokan seberapa terang cahaya sekitar di saat itu. Itulah yang
dinamakan metering menurut para profesional.
9. Komposisi pada fotografi terdiri dari: Simple (Simplicity), Rule of Third,
Golden Mean/Golden Section, Kurva, dan diagonal.
10. Tujuan pengaturan white balance adalah memerintahkan kamera agar
mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat
putih, merah terlihat merah dan hijau terlihat hijau, atau dengan kata lain
agar kamera merekam warna obyek secara akurat dalam kondisi
pencahayaan apapun.
11. Daerah tajam atau daerah fokus yang disebut Depth Of Field (Dof). Dof ada
yang tipis dan ada yang tebal hal ini dipengaruhi oleh 3 hal: Besar kecilnya
Diafragma, Jarak Obyek dengan Kamera, dan Panjang Focal Length
(Panjang Lensa).
12. Esensi dari fotografi Makro adalah meminimalkan daerah fokus (DOF), hal
ini dimaksudkan agar dengan membuat daerah fokus setipis mungkin, obyek
yang kita kehendaki menjadi lebih detail tanpa terganggu pemandangan lain
yang tidak kita perlukan.
13. Fotografi Landscape (LS) merupakan cabang fotografi yang mengeksplor
keindahan alam.
F. Tugas
1. Buatlah sebuah karya fotografi makro dengan memperhatikan unsur-unsur
fotografi yang telah anda pelajari pada kegiatan belajar ini !
2. Buatlah sebuah karya fotografi landscape dengan memperhatikan unsur-
unsur fotografi yang telah anda pelajari pada kegiatan belajar ini !
G. Tes Formatif
1. Jelaskan istilah umum dari fotografi !
2. Siapakah yang pertama membuat foto Heliografi ? Kapan?
3. Jelaskan prinsip kerja kamera !
4. Sebutkan jenis-jenis kamera !
5. Sebutkan jenis-jenis aksesoris kamera !
6. Sebutkan fitur-fitur kamera !
7. Sebutkan unsur-unsur Triangle Fotografi !
8. Kondisi apa saja yang berpotensi mengganggu metering kamera?
9. Secara umum sebuah kamera saat ini paling tidak telah dilengkapi oleh 3
buah jenis metering, sebutkan !
10. Sebutkan unsur-unsur komposisi fotografi !