Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Fotografi

Pada dasarnya, fotografi merupakan karya seni. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar mélaiui cahaya pada film
atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan
cahaya Dalam hal ini, tampak adanya persamaan an tara fotografi dan seni lukis. Perbedaannya
terletak pada media yang digunakan oleh ke dua teknik tersebut. Seni lukis menggunakan
kuas, cat, dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk
menghasilkan suatu karya. Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta.
Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan
kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh
cahaya.

Andreas Feininger (1955) menyatakan bahwa kamera hanyalah alat untuk meng
hasilkan sebuah karya seni. Nilai lebihnya tergantung pada "tangan" yang mengoperasi kan
alat tersebut. Jika kamera dianalogikan sebagai piano, setiap anak pasti mampu mem bunyikan
piano, tetapi bukan memainkan se buah lagu. Begitu pula dengan kamera. Setiap orang pasti
mampu menjepretkan kamera dan merekam obyek untuk difoto, tetapi tidak semua orang
dapat menghasilkan karya seni fotografi yang mengesankan.

B. Perkembangan Teknologi Fotografi

Ilmu fotografi sudah muncul sejak zaman dahulu. Buktinya, manusia prasejarah selalu
berkeinginan untuk mengabadikan setiap peristiwa yang dialaminya. Peristiwa demi peristiwa
didokumentasikan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan menggambarkan peristiwa-
peristiwa tersebut pada dinding gua, kulit kayu, atau kulit binatang melalui teknik melukis
sampai teknik fotografi yang sangat sederhana.

Teknik fotografi sederhana mulai terungkap sekitar abad ke-10. Saat i itu, ilmuwan
Arab bernama Alhazen menjelaskan cara melihat gerhana matahari menggunakan ruangan
gelap. Ruangan tersebut dilengkapi dengan sebuah lubang kecil (pinhole) yang menghadap ke
arah matahari Untuk pertama kalinya, prinsip kerja Alhazen berhasil ditemukan oleh Reinerus
Gemma-Frisius (1554), seorang ahli fisika dan matematika dari Belanda.

Ternyata, penjelasan Alhazen ini diterapkan pada prinsip kerja kamera obscura.
Kamera obscura adalah kamera pertama yang menggebrak dunia fotografi. Bagian utama
kamera ini adalah sebuah kamera gelap tertutup yang hanya memiliki lubang kecil (pinhole)
cahaya hanya masuk melalui lubang kecil tersebut. Jika kamera dihadapkan pada benda yang
diterangi cahaya, pada dinding kamera yang berhadapan dengan lubang akan terbentuk
gambar proyeksi terbalik dari benda tersebut. Prinsip kerja inilah yang terjadi ketika melihat
gerhana matahari.

Prinsip kerja kamera obscura masih sangat sederhana Ilmu fotografi terus berkembang
untuk menciptakan hal-hal terbaru. Sampai akhirnya muncul kamera berbentuk kotak yang
memiliki lubang kecil berpenutup di bagian depannya Bagian belakang kamera merupakan
tempat film Sama halnya dengan kamera obscura, lubang kecil berfungsi untuk memasukkan
cahaya Cahaya inilah yang akan mencahayai film. Untuk mempersingkat waktu pencahayaan
dan meningkatkan kualitas foto yang dihasilkan, di bagian depan lubang dipasang lensa yang
masih memper tahankan penutup manualnya

Perkembangan selanjutnya, kamera dilengkapi dengan diafragma dan rana. Diafragma


adalah lubang tempat masuknya cahaya, sedangkan rana adalah tiral yang menggantikan
fungsi penutup manual di bagian depan lensa. Besar-kecilnya lubang diafragma serta lamanya
rana untuk membuka dan menutup dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya
diafragma dan rana, ketepatan pencahayaan dapat diatur untuk memperoleh hasil pemotretan
yang berkualitas.

Teknologi kamera terus berkembang. Pada bulan Juni 1888, Eastman mulai
memproduksi kamera kotak (box camera) dengan merek Kodak. Kamera berseri Kodak nomor
1 ini menawarkan kepraktisan yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan kecepatan tunggal
1/25 detik dan lensa fokus tetap (fixed-focus lens), kamera ini mampu merekam semua objek
dengan jelas, pada jarak lebih dari 8 kaki. Dengan munculnya kamera ini, semakin banyak
orang yang tertarik pada dunia fotografi.

Selain kamera, film yang digunakan dalam pemotretan mengalami perkembangan


tersendiri. Untuk pertama kalinya, film negatif muncul pada tahun 1604. Pada saat itu, Anglo
Sala seorang ilmuwan dari Italia melakukan percobaan terhadap campuran perak yang
dicahayai dengan sinar matahari. Beliau menemukan adanya perubahan warna dengan
bereaksinya campuran perak dan sinar matahari.

Lebih dari seabad kemudian, John Henrich Schulze, seorang profesor ilmu kedokteran
University of Adolf Jerman berhasil membuat gambar negatif. Kekurangannya, gambar yang
terbentuk tidak mampu bertahan lama. Masalah yang dihadapi adalah belum adanya metoda
untuk menghentikan proses perubahan warna karena pengaruh cahaya.

Pada tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox menerangkan proses pencetakan
gambar yang dikenal sebagai sistem negatif-positif Percobaan pertamanya menghasilkan
gambar negatif dengan meletakkan objek pada kertas peka cahaya dan menjemurnya di
bawah sinar matahari. Kertas peka cahaya ini berasal dari kertas tulis yang dicelupkan dalam
campuran garam dan air. Setelah kering, celupan kertas dilapisi dengan perak nitrat.

Selanjutnya, Talbot mempelajari cara memperlambat pemudaran gambar. Beliau


menyatakan bahwa konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin
rendahnya kepekaan kertas. Talbot mencelupkan kertas peka sensitif yang telah dicahayai ke
dalam larutan garam pekat. Hasilnya diperoleh gambar negatif yang permanen.

Melalui kegigihan George Eastman, dunia fotografi mengalami perkembangan yang


lebih pesat. Beliau menciptakan rol film yang memberikan banyak kemudahan dan sangat
praktis. Sampai akhirnya, Eastman's American Film memproduksi rol kertas tipis yang dilapisi
emulsi gelatin. Dalam perkembangannya, emulsi dipisahkan dari kertas yang tidak tembus
cahaya sehingga dihasilkan film negatif yang siap untuk dicahayai. Film baru ini menggoncang
dunia fotografi, sekaligus memungkinkan terciptanya kamera yang praktis, tidak berat, dan
tidak mahal.

Pada tahun 1996, lima perusahaan film dan kamera, seperti Kodak, Fuji, Nikon.
Minolta, dan Canon telah memprakarsai dan memper kenalkan sistem film baru yang dikenal
dengan advanced photo system (APS) Sistem ini diharapkan mampu memberikan kemudahan
dan kenyamanan yang lebih tinggi daripada format film yang sangat populer saat ini (format
film 35 mm). Pada format film 35 mm yang belum digunakan terdapat bagian "lidah" yang
menjulur keluar. Hal seperti ini tidak ditemukan pada sistem APS. Selongsong sistem APS
merupakan tempat penyimpanan film yang sangat praktis. Penyimpanan film dalam
selongsong sangat menguntungkan karena film akan terlindung dari debu atau risiko tergores
Selain itu, di bagian samping selongsong film terdapat tanda khusus yang menunjukkan
beberapa kondisi film, seperti:

 film yang belum terpakai,


 film yang terpakai sesebagian
 film yang terpakai seluruhnya tapi belum diproses, atau
 film yang telah diproses.

Kelebihan lainnya adalah lapisan magnetis transparan di bidang film yang tidak
beremulsi. Lapisan ini dapat menyimpan data, seperti tanggal pemotretan dan persiapan data
tambahan. Walaupun demikian, ternyata sistem APS masih memiliki kekurangan. Film ini
menuntut kamera baru dengan teknologi yang lebih canggih. Kamera yang ada di pasaran tidak
bisa digunakan untuk sistem ini.

Saat ini, dunia fotografi telah memasuki babak baru, yaitu babak digital. Berbeda
dengan babak konvensional, fotografi digital tidak lagi memerlukan film, kamar gelap, dan
berbagal zat kimia untuk mencuci film dan mencetak foto. Dalam hal ini, kamera digital
menggunakan chip yang disebut charge couple device (CCD) untuk merekam gambar
Walaupun demikian, definisi dasar yang menyatakan bahwa fotografi adalah teknik "melukis
dengan cahaya belum tergese. Fotografi digital tetap diciptakan melalui proses kreativitas
manusia dengan bantuan kamera Hukum-hukum fotografi yang menyangkut masalah pencaha
yaan, bukaan diafragma, dan ruang tajam, tidak mengalami perubahan.

Menurut Marvyn J. Rosen (1993), fotografi digital memiliki beberapa keunggulan.

 Hasil pemotretan dapat dilihat lebih cepat. Dengan dukungan per alatan elektronik,
karya foto dapat digunakan untuk pameran (dis play), penerbitan, dan pengiriman foto
jarak jauh (melalui e-mail) dalam waktu yang relatif singkat.
 Relatif lebih murah karena tidak menggunakan film (bebas biaya cuci cetak).
 Mudah dalam pengoperasiannya
 Lebih mudah diproses. Dukungan komputerisasi dapat memberikan efek khusus,
seperti penyesuaian kontras foto dan koreksi warna.
 Hasil yang permanen (tahan lama). Foto digital tidak akan mengalami perubahan, baik
warna maupun ketajaman gambarnya. Berbeda dengan karya foto konvensional yang
dapat berubah warna (rusak) jika melewati masa kadaluarsa.
 Ramah lingkungan. Fotografi digital tidak menggunakan bahan kimia yang dapat
merusak lingkungan.

Ditinjau dari aspek teknis dan sistem, fotografi digital masih memiliki beberapa
kekurangan. Pada aspek teknis, masalah resolusi atau ke halusan gambar hasil foto digital
belum setara dengan hasil foto kon vensional Walaupun dapat diatasi, kamera dengan resolusi
tinggi harganya sangat mahal. Pada aspek sistem, diperlukannya peralatan penunjang seperti
komputer, mesin pencetak (printer), modern, dan telepon. Kondisi tersebut belum tentu
dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.

C. Fotografi dan Kehidupan Manusia

Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi telah menyebar
ke seluruh dunia dan merambah beragam. bidang kehidupan Kini, hampir dapat dipastikan
berbagai sisi kehidupan manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana untuk
memenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan untuk dokumentasi pribadi dan keluarga, foto
jurnalistik, juga kebutuhan yang bersifat formal sampai komersial sekalipun.

Merebaknya penggunaan fotografi dalam kehidupan manusia mengakibatkan


munculnya penerapan fotografi yang dispesialisasikan untuk bidang tertentu, misalnya
fotografi jurnalistik, pernikahan, arsitektur, dan ilmiah. Dalam hal ini, seorang fotografer
dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keahlian bidang yang bersangkutan, selain
pengetahuan fotografi itu sendiri. Sebagai contoh, seseorang yang ingin mengkhususkan diri
pada pemotretan kehidupan laut, selain penguasaan fotografi, ia pun harus mengetahui dan
menguasal kehidupan di bawah air dan mampu melakukan penyelaman.

Untuk menjadi seorang fotografer yang andal dibutuhkan waktu dan pengalaman yang
cukup lama. Keberhasilan akan tercapai jika Anda terus belajar, bertanya, dan berlatih. Dengan
cara ini, keahlian fotografi akan terus bertambah dan Anda akan semakin mahir untuk
menciptakan karya seni yang mengesankan.

juga banyak membahas mengenai pengertian fotografi

Anda mungkin juga menyukai