Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Fotografi untuk mahasiswa/i Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Gunadarma ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Modul praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum
fotografi yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Teknologi Fotografi dan Dokumentasi
pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma. Modul Praktikum ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa/i dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan baik,
terarah serta terencana. Setiap Bab pada modul berisi tujuan pelaksanaan praktikum, target, serta
metode pelaksanaan pemberian materi, selain itu terdapat teori singkat dan latihan soal untuk
memperdalam pemahaman mahasiswa/i mengenai materi yang dibahas.
Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan Modul Praktikum Fotografi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyusun
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
Fotografi adalah sebuah kegiatan atau proses menghasilkan suatu seni gambar/foto melalui
media cahaya dengan alat yang disebut kamera dengan maksud dan tujuan tertentu. Memang
benar, kebanyakan jika anda mencari pengertian fotografi jawabannya hampir sama semua yaitu
proses melukis dengan menggunakan media cahaya. Tetapi yang paling utama adalah bagaimana
cara mendalami seni fotografi tersebut. Seni yang paling utama dalam fotografi adalah komposisi,
dengan komposisi yang baik maka foto yang dihasilkan akan mempunyai makna dan cerita yang
bisa disampaikan.
Untuk menghasilkan sebuah hasil karya yang bagus atau menarik ada beberapa faktor, faktor
yang paling utama adalah faktor pencahayaan, tanpa cahaya atau pencahayaan yang baik akan
terlalu sulit untuk menghasilkan hasil karya yang bagus, untuk itu dibutuhkan faktor yang kedua.
Faktor kedua adalah fotografer, foktor ini juga penting, karena tanpa fotografer proses fotografi
tidak akan terjadi. Disini fotografer akan dituntut dan di uji seni atau kreatifitas nya untuk
menghasilkan subuah foto yang bagus atau menarik. Faktor yang ketiga adalah kamera, tanpa
kamera proses fotografi pun tidak terjadi. Kamera adalah alat pokok pada kegiatan fotografi.
Faktor yang terakhir adalah faktor pendukungm seperti lensa cadangan, alat bantu cahaya
( lampu flash kamera), reflektor, tripod, dan lain-lainnya.
SEJARAH KAMERA
Kamera memiliki sejarah tersendiri. Sejarah Perkembangan kamera digital berawal dari jaman
dahulu.
1. OBSCURA
Kamera Obscura adalah awal dari kecanggihan masa kini dalam dunia
fotografi yang ditemukan oleh seorang muslim bernama Al-Haitam atau
sering disebut Alhazen. Peradaban dunia telah banyak berubah melalui
kamera.
3. DRY PLATES
5. KAMERA ANALOG
Kamera analog mulai muncul pada tahun 1981 dari Sony Mavica
(Magnetic Video Camera). Ini adalah kamera analog, yang mencatat
sinyal pixel terus menerus, sebagai mesin rekaman video. Sebuah
kamera analog terkenal diproduksi pada tahun yang sama adalah
Nikon QV-1000C, dirancang sebagai kamera pers dan tidak
ditawarkan untuk dijual kepada pengguna umum, yang dijual hanya
7. KAMERA MIRRORLESS
Kualitas hasil foto sebuah kamera justru paling dipengaruhi oleh seberapa besar ukuran
sensornya. Pada saat kamera masih berbentuk analog (menggunakan film atau istilah lainnya
mungkin klise), kamera akan memproyeksikan cahaya yang ditangkap oleh lensa ke film. Pada
kamera digital (maksudnya kamera yang tidak menggunakan film), fungsi film digantikan oleh
alat yang disebut sensor. Sensor kamera inilah yang akan mempengaruhi seberapa baik gambar
atau foto yang dihasilkan. Secara umum, semakin besar ukuran sensor sebuah kamera, maka
akan semakin baik hasil pengambilan gambarnya.
Kamera jenis ini sebenarnya bukan merupakan kamera jenis baru, karena pada jaman teknologi
film sudah banyak perusahaan yang memproduksinya. Tetapi saat ini kamera medium format
versi digital juga masih diproduksi meski hanya beberapa perusahaan saja, utamanya yang cukup
populer adalah PhaseOne, Pentax, dan Hasselblad. Pada Kamera Medium Format khususnya
teknologi film mempergunakan film berukuran 4,5X6, 6X6, 6X7, 6X8, 6X9, dan juga tersedia
jenis panorama kamera yang memiliki format hingga 6X17. Ukuran sensor gambar kamera
medium format pada umumnya bisa mencapai 1.7X lebih besar dari kamera DSLR full frame
yakni berkisar 33 x 44 mm. Semakin besarnya ukuran sensor sebuah kamera akan berdampak
pada bagusnya kualitas foto yang dihasilkan.
Kualitas hasil foto yang menjadi andalan Medium Format adalah berasal dari ukurannya. Untuk
dicetak dengan ukuran besar sangat sempurna, tidak akan pecah atau kekurangan pixel. Itulah
mengapa kamera medium format jarang digunakan oleh umum, dan kebanyakan kamera ini
dipakai fotografer professional untuk tujuan komersial seperti reproduksi foto untuk kebutuhan
pembuatan iklan di poster, baliho, billboard, dan lain sebagainya.
3 Tombol Shooting Mode : Tombol ini berfungsi untuk pengaturan proses pemotretan,di
dalamnya banyak pilihan mode pemotretan *contoh nikon (M/A/S/P) untuk canon (M/AV/TV/P)
5 Scroll Diafragma : Scroll berfungi untuk merubah setingan diafragma sebuah lensa *lensa
automatic.
6 Tombol AF/Motor pada body : Tombol ini berfungsi untuk mengatur motor fokus lensa yang
terdapat pada body kamera,bisa di seting AF atau Manual Fokus.
7 Tombol pengunci lensa : Tombol ini berfungsi sebagai pengait lensa dan body kamera.Untuk
melepas lensa dari body,cukup tekan tombol tersebut dan putar lensa sesuai arah *nikon putar
lensa ke arah kiri *canon putar lensa ke arah kanan.
8 Tombol BKT (Bracketing) : Tombol untuk mengatur variasi eksposure dalam sekali
pemotretan.
9 Tombol Lampu Kilat : Tombol untuk memunculkan lampu flash yang terdapat pada body
kamera.
13 Tempat kartu memory : Di sini tempat untuk memasangkan sebuah kartu memory yang
berfungsi untuk menyimpan data file foto kita pada kamera.
14 Tombol AF Selector Lock : Tombol ini berfungsi untuk mengunci titik fokus pada kamera
agar tidak berpindah tempat.
15 Tombol Info : Tombol untuk memperlihatkan semua informasi pemotretan yang tampil pada
lcd kamera.
16 Tombol AE-L / AF-L : Tombol Auto Exposure Lock(AE-L) berfungsi untuk mengunci
setingan eksposure, Tombol Auto Focus Lock (AF-L) berfungsi untuk mengunci titik fokus yang
telah di tentukan.
17 View Finder : View Finder berfungsi untuk melihat objek yang kita incar melalu lensa
kamera.
18 Tombol Delete : Tombol ini berfungsi untuk mengapus sebuah data file foto yang tersimpan
pada kartu memory.
19 Tombol Preview Display : Tombol ini berfungsi untuk menampilkan hasil foto yang pada
layar kamera.
21 Tombol Lock : Tombol untuk mengunci sebuah foto yang tersimpat pada kamera.Foto yang
telah di Lock tidak akan mungkin terhapus dengan kata lain tersimpan selamanya *asal tidak di
format kartu memory nya.
22 Tombol Zoom Out : Tombol ini berfungsi untuk membuat tampilan foto pada layar kamera
lebih kecil.
23 Tombol Zoom In : Tombol ini berfungi untuk memperbesar tampilan foto pada layar kamera.
24 LCD Kamera : LCD adalah layar kamera,yang dapat menampilkan segala informasi,setingan
kamera dan display foto.
BAB II
Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka sehingga cahaya mengenai sensor.
Jadi, shutter speed bisa diibaratkan lamanya kita membuka keran untuk mengisi air. Semakin lama
keran dibuka, maka akan semakin banyak air yang mengisi ember. Shutter speed diukur dalam satuan
waktu, dan kamera DSLR rata-rata dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30
detik. Karena shutter speed yang digunakan kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan), maka
biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja (shutter speed 1/100 detik akan
tertulis 100) di viewfinder. Satuan „detik‟ biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed
2 detik akan tertulis sebagai2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan, misalnya 0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali satu stop adalah 2x, misalnya
shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang daripada shutter speed 1/200 jika scene dan settingan
yang lain tetap sama. EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih brightness
yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV sering disebut juga 1 stop, istilah
warisan dari jaman kamera film dulu.
3. Iso /Asa
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera bergerak selama cahaya mengenai
sensor, sehingga foto menjadi blur, sebagian atau sepenuhnya. Aperture yang besar (angka aperture
yang kecil) akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga benda-benda yang
berjarak tidak terlalu jauh dari jarak fokus pun akan mulai blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin
membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas. ISO
yang tinggi berarti sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.
4. Over/Under Exposure
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua warna yang muncul mempunyai nada
sama dengan yang diharapkan sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat
over saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna yang terjadi lebih
hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over terjadi akibat pencahayaan yang berlebihan pada
saat pemotretan.
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua warna yang muncul mempunyai nada
sama dengan yang diharapkan sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat
over saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna yang terjadi lebih
Untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada lensa
kamera bisa membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya bukaan diafragma
dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan besar dan f-number
yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara karakteristik optik lensa, bukaan besar akan
membuat foto yang DOFnya sempit (background bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF
lebar (background tajam).
Sebagai contoh :
jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi setengah
intensitas cahaya yang masuk ke kamera.
Perhatikan kalau kamera modern umumnya memberi keleluasaan untuk merubah diafragma di
skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga 1/3 f-
stop sehingga bisa didapat banyak sekali variasi eksposure yang bisa didapat dari mengatur nilai
diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang memiliki
rentang 1/3 stop.
Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi diafrgama, dengan
sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di 1/125 detik dan ISO 100). Tujuannya
untuk melihat bagaimana efek dari merubah bukaan diafragma terhadap eksposure foto yang
dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan
kelipatan 1-stop.
Dari contoh di
samping tampak pada
3 stops diatas referensi
normal, foto tampak
amat terang (over)
yang ditandai dengan
banyaknya area yang
wash-out (highlight-
clipping). Demikian
juga pada 3 stops
dibawah referensi
normal, foto tampak
amat gelap (under).
Light Meter adalah pengukur cahaya yang terdapat dalam kamera DSLR, belakangan ini
beberapa kamera compact / pocket juga sudah mengadopsi light meter. Light Meter pada kamera
akan terlihat pada ruag bidik (view finder) dan beberapa kamera yang telah memiliki teknologi
live view juga dapat terlihat pada layar LCD kamera. Light Meter ini mempunyai peranan yang
sangat penting, pemotret tidaklah perlu menebak-nebak pengaturan speed dan diafragma.
5. Depth of Field
Depth of field – DOF, adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus dalam foto. Depth of Field
(DOF) yang lebar berarti sebagian besar obyek foto (dari obyek terdekat dari kamera sampai
obyek terjauh) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DOF yang sempit (shallow) berarti
hanya bagian obyek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur/ tidak fokus.
Misal: Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan kecepatan1/125 detik, maka
kalau kita akan mengubah bukaan diafragma dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita rendahkan
menjadi 1/60 detik. Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4,
kecepatannya harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi 1/1000 detik.
6. Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar,
elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari
aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan
perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi, foto akan
tampak lebih menarik dan enak dipandang dengan pengaturan letak dan perbandaingan objek-
a. Rule of Thirds
b. Sudut Pemotretan
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut
pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu jika kita mendapatkan
satu moment dan ingin mendapatkan hasil yang terbaik, jangan pernah takut untuk memotret dari
berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah
dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.
7. Teknik Pencahayaan
1. Buatlah gambar dengan tiga jenis exposure dengan objek yang sama!
2. Buatlah gambar dengan konsep Depth of Field!
3. Buatlah gambar dengan menggunakan konsep komposisi yang dipadukan dengan teknik
pencahayaan!
FOTOGRAFI JURNALISTIK
Foto jurnalistik adalah foto yang menyampaikan informasi kepada publik. Satu foto jurnalistik—
biasa disebut foto tunggal (single photo)—menyampaikan informasi yang sangat terbatas; lebih
banyak foto ditampilkan lebih banyak pula informasi yang bisa disampaikan. Foto jurnalistik
identik dengan pers atau profesi kewartawanan, yaitu mencari, mengumpulkan,mengolah dan
menyebarkan berita melalui media massa. Jadi fotografer melakukan kegiatan mencari,
mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media
massa. Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode EDFAT (Entire, Details, Frame, Angle,
Time) untuk menciptakan foto esai yang baik.
Pengertian foto jurnalistik adalah informasi atau karya foto dari berbagai peristiwa yang
disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya dengan tempo dan waktu yang cepat. Foto
jurnalistik biasanya didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut
dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan
pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jadi intinya bahwa semua gambar yang
disajikan dalam bentuk foto dan berita yang dimuat dimedia baik cetak maupun online itu
dinamakan foto jurnalistik.
Tugas seorang foto jurnalis, tidak hanya memotret belaka. Ada tiga pekerjaan pokok yang harus
dilakukan oleh seorang foto jurnalis yaitu; Memotret, Menulis, Memilih dan Menyimpan.
Sehingga tidak heran jika naluri seorang foto jurnalis sangat tajam, ketika membaca berbagai
macam persoalan yang dihadapi.
Sebuah karya foto bisa dikatakan memiliki nilai jurnalistik jika memenuhi syarat jurnalistik yaitu
memenuhi kreteria 5 W dan I H (What, Who, Why, When, Where dan How). “What” atau apa
yaitu peristiwa apa yang sedang terjadi. “Who” Siapa yang menjadi objek dalam peristiwa
tersebut. “Why” kenapa, latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa. “When” yaitu
kapan peristiwa itu terjadi. “Where” adalah tempat dimana suatu peristiwa itu terjadi. dan “How”
yaitu seperti apa proses terjadinya suatu peristiwa itu dan bagaimana penyelesaiannya. Berikut
beberapa kategori foto jurnalistik :
1. Teknis ; dalam fotografi jurnalistik, semua kejadian terjadi dengan cepat. Elemen teknis
fotografi dalam jurnalistik sebaiknya di-auto-kan supaya tidak kehilangan moment.
Elemen teknis adalah satu-satunya elemen yang dapat diotomatiskan.
2. Posisi ; sudah jelas ya apakah posisi kita menguntungkan untuk mendapatkan objek yang
baik atau tidak.
Dari klasifikasi foto secara mendasar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu foto seni dan foto
guna. Dari foto guna sendiri terdiri dari foto dokumentasi dan foto informasi (jurnalistik).
Foto juga dapat diklasifikasikan berdasarkan apa yang dipotret seperti Fashion, Produk, dan yang
lainnya. Kemudian dimana moment tersebut dipotret, seperti street foto, under water, indoor dan
yang linnya. Kemudian bagaimana moment tersebut dipotret seperti speed foto, slow speed, infra
red dan lainnya. Untuk dunia jurnalistik sendiri produksi foto terbagi kedalam empat fungsi :
Pembuatan foto jurnalistik sendiri dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama adalah foto aman
dimana seorang fotografer setidaknya harus mempunyai sebuah foto yang mewakili berita tanpa
mementingkan unsur estetik atau yang lain. Kedua adalah foto bagus, yaitu foto yang tidak hanya
menggambarkan informasi yang akan diberitakan, namun foto yang dibuat juga terdapat unsur-
unsur penting dalam fotografi. Ketiga adalah foto klise. Foto ini disebut klise karena sudah
terlalu sering digunakan untuk mewakili sebuah peristiwa, seperti dalam bencana alam, perang,
atau yang lainnya.
Foto Klise
Terakhir dalam fotografi ada dua jenis foto yang dipublikasikan, yaitu foto indah dan foto
menarik. Foto indah adalah foto yang apabila orang melihat maka dia akan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menikmati dengan memandangi foto tersebut. Kemudian foto
menarik adalah foto yang mudah menarik perhatian seseorang karena seringkali foto ini
memancing komentar dari orang yang melihat.
1. Buatlah foto yang tergolong ke dalam Hard News, Soft News, Ilustratif, dan Potrait!
2. Buatlah foto yang tergolong ke dalam jenis foto Aman, Bagus, dan foto Klise!
3. Buatlah konsep sebuah foto yang nantinya bisa diproduksi dan bisa dipublikasi di media
massa!
Jenis fotografi ini mulai dikenal pada sekitar abad je-19, yang jauh sebelumnya pada
sekitar abad ke-15 banyak diterapkan oleh para pelukis. Dalam fotografi still-life ini hampir
seluruh objek yang akan difoto adalah benda mati yang ditata sedemikian rupa menjadi bentuk
visual yang menarik. Objek-objek pemotretan ni sangat sering dan banyak ditemui diberbagai
tempat disekililing kita.
Fotografi still-life dapat didefinisikan dengan ‘alam benda” atau “hidup sunyi”, tetapi pada
zaman sekarang ini definisi tidak berlaku lagi karena sekarang ini banyak modifikasi pada
fotografi still-life nampak menjadi hingar bingar yang penuh dengan permainan warna dan
macam-macam objek didalamnya, seperti portrait, landscape, bahkan foto produk, interiur
sampai makanan juga merupakan bagian foto dari still-life.
Dalam pengambilan gambar fotografi still-life terdapat dua cara yang bisa dilakukan, pertama
bisa dilakukan dengan cara wajar (candid), dimana objek tidak dirancang melainkan dibiarkan
apa adanya dengan sumber cahaya juga apa adanya, tetapi yang perlu diperhatikan adalah
komposisi dan sudut pandang yang menarik.
Cara kedua fotografi still-life dirancang dan diatur sedemikian rupa, mulai dari mengatur objek,
cahaya, dimensi, karakter dan komposisi, sehingga hasilnya akan menarik sesuai dengan
kehendak fotografer.
Foto still-life bisa menceritakan sesuatu dari objek karena fotografi sebagai bahasa visual dengan
perbendaharaan sendiri seperti tekstur, bentuk, garis dan warna. Pemilihan bahasa visual dan
penyusunannya tergantung pada selera sang fotografer sehingga apa yang ingin dikomunikasikan
bisa tersampaikan melalui karya sebuah foto.
Lokasi pembuatan foto still-life pun dapat dilakukan didalam atau diluar luar ruangan. Diluar
ruangan dapat menggunakan cahaya natural yaitu matahari. Sedangkan, didalam ruangan dapat
menggunakan cahaya buatan atau biasa yang disebut cahaya artifisial.
Konsep dalam fotografi still-life biasanya tergantung pada apa yang ingin dikomunikasi dalam
foto tersebut. Dalam perkembangannya, foto still-life seringkali dikombinasikan dengan elemen-
elemen penunjang seperti properti pendukung. Elemen-elemen penunjang tersebut dapat berupa
unsur manusia ataupun benda mati lainnya seperti miniatur mobil dan sebagainya.
Hal yang lain yang harus diperhatikan selain membuat konsep yang tepat adalah pengusaan
terhadap alat dan kemampuan teknis dalam diri seorang fotografer. Jadi apabila dipadupadankan
antara konsep atau ide, pengusaan alat dan kemampuan diri dari fotografernya maka akan
menghasilkan suatu karya foto yang mempunyai nilai tinggi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa objeknya merupakan benda mati atau sesuatu yang
tidak bisa bergerak sendiri dan pada umumnya berukuran kecil. Fotografi still life adalah
manisfestasi jargon fotografi dari to-make-pictures. Karena seorang fotografer harus bisa
membuat foto. Fotografi still life membuat seorang fotografer berusaha bagaimana menciptakan,
membuat foto dan membuatnya tampak lebih hidup. Jangan pernah takut dan ragu untuk
mencoba membuat gambar still life.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dari sisi teknik foto atau kamera dalam pengambilan foto
still life:
a) Komposisi dan angle
Memilih aksesoris yang membuat makanan tersebut tampak lebih menarik, misalnya sendok
yang berwarna-warni.
b) Lighting
Cahaya yang secara tidak langsung datang ke makanan melalui celah jendela misalnya, akan
menambah keindahan dari makanan tersebut. Kita hanya perlu mengatur posisi makanan agar
cahaya yang menghampirinya menjadi indah.
c) Background
Cari background atau latar yang bagus dan menarik dan yang pasti kontras dengan foto makanan
tersebut.
d) White Balance
Mengatur white balance yang sesuai dengan foto makanan yang kita potret. Kalau foto makanan
kita lebih berwarna terang, sebaiknya menggunakan tone warm.
e) Tripod
Tripod juga diperlukan dalam mengambil gambar makanan yang akan kita potret, tetapi harus
menyesuaikan situasi tempat dan kondisi. Misal kita ingin memotret makanan jalanan yang
Fotografi iklan harus memiliki konsep dan desain yang matang karena foto merupakan
bagian terpenting dalam sebuah pemotretan. Konsep tersebut harus mengandung 5w + 1 H
(what,who,when,why,where + how). Fotografi iklan dapat bersifat:
1. Hard selling: Menjual produk secara langsung
2. Soft selling: Menjual produk tetapi kita tidak dapat melihatnya secara langsung, biasanya yang
dijual adalah sebuah pencitraan di dunia fotografi komersial, mulai dari still life, table top,
background table, product shot dan pack shot semuanya mempunyai satu kesamaan. Fotografi
iklan ditujukan untuk memvisualisasikan komoditas (bisa berupa produk secara nyata maupun
tidak) guna memenuhi tuntutan klien dalam mengiklankan bentuk usahanya
Peran seorang fotografer dalam hal pembuatan foto iklan adalah membuat foto iklan
tersebut dengan aspek teknis dan estetika yang dimiliki sehingga foto tersebut menjadi foto yang
2. Buatlah sebuah foto dengan tema art still life dengan teknik lain yang sudah pernah
diajarkan dalam teori pencahayaan!
MODELING PHOTOGRAPHY
Secara hemat, definisi Modeling Photography adalah membuat karya foto yang harus melibatkan
model. Modeling Photography atau fotografi model sering disamakan dengan fotografi portrait,
padahal keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan yang mendasar antara fotografi model dan
fotografi portrait adalah fotografi portrait fokus pada ekspresi karakter pada model atau karakter
manusia pada subjek yang difoto. Sedangkan secara teknis fotografi model dan fotografi portrait
seluruhnya hampir sama yaitu ekspresi dan gerakan tubuh serta pencahayaan, latarbelakang atau
background, dsb.
Dalam memotret model, minimal harus munguasai unsur-unsur teknis fotografi seperti
komposisi dengan menggunakan teori Rule of Third dan pencahayaan dengan menggunakan teori
segitiga exposure. Selain daripada itu, fotografer pun harus bisa mengarahkan pose dan ekspresi
sang model. Kemampuan dan ketrampilan pada sang model dalam mengeluarkan ekspresi dan
dalam berpose menjadi unsur yang mutlak dan tidak bisa terpisahkan dari berhasilnya sebuah
karya foto model. Dalam memunculkan sebuah ekspresi dan mood pada sang model diperlukan
kedekatan emosional dan berkomunikasi yang baik antara fotografer dan model.
1. Konsep. Konsep merupakan hal yang mendasar dalam membuat foto apapun. Dalam hal
ini konsep diperlukan agar si model bisa menyesuaikan kostum, make up sesuai dengan
tujuan fotografer.
2. Komposisi. Gunakan teori Rule of Third atau menempatkan subjek pada 1/3 bagian dari
frame.
3. Pencahayaan. Cahaya sangat berperan penting dalam menonjolkan ekspresi pada sang
model.
4. Latar belakang atau background. Perhatikan lokasi sekeliling model, apabila ada sesuatu
yang mengganggu maka sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu, apabila tidak
memungkinkan untuk disingkirkan maka pilihlah lokasi atau sudut atau angle yang lain.
Perhatikan juga warna pada model dan latarbelakang sehingga menonjolkan akan
harmonisasi warna yang indah.
1. Board Lighting
Pada teknik ini Lampu utama diposisikan untuk menerangi (Brighter) sisi wajah yang
menghadap kamera. Digunakan untuk tujuan mengkoreksi jenis cahaya, dengan teknik ini akan
memunculkan kontur wajah yang kuat. Pencahayaan dengan teknik ini menerangi wajah dari sisi
wajah, bagian terluas dari wajah dari hidung ke telinga dari sudut kamera. pencahayaan ini
merupakan yang terbaik bagi wajah kurus.
FOTOGRAFI PRODUK
Foto produk adalah salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya Anda
menjual produk Anda. Foto produk yang baik selain harus menggambarkan suatu produk dengan
jelas, juga harus fungsional. Apalagi jika Anda berjualan menggunakan toko online, dimana
pembeli tidak bisa melihat produk Anda secara langsung dan Anda tidak ada disana untuk
menjelaskannya. Disinilah foto produk yang baik dapat membantu menyelesaikan
masalah tersebut.
Yang dimaksud dengan kamera berkualitas bukanlah kamera SLR yang harganya selangit.
Dengan 1 unit kamera digital yang cukup canggih, kita bisa mulai mengambil foto-foto produk
secara detail. Pastikan bahwa kamera tersebut memiliki kemampuan lensa minimal 50 mm untuk
memotret detail produk yang kecil seperti detail motif baju atau detail perhiasan. Selain
memanfaatkan kamera digital, kita juga bisa menggunakan kamera smartphone yang resolusinya
lumayan besar. Menggunakan iPhone 5 atau smartphone Android lainnya bisa menjadi salah satu
alternatif bila kita belum memiliki kamera digital.
Bila sedang memiliki budget lebih, tak ada salahnya bila kita mengalokasikan budget tersebut
untuk membeli seperangkat alat pencahayaan yang terdiri dari tripod, diffuser box dan lampu.
Disamping memanfaatkan perangkat pencahayaan canggih, kita tentu bisa memanfaatkan alam
untuk membangun build in yang memuaskan. Namun saat memanfaatkan pencahayaan alami,
kita tentu memperhatikan waktu pengambilan foto karena biasanya letak matahari selalu
berubah-ubah tergantung waktu.
4. Menggunakan Tripod
Mengambil banyak foto dalam waktu yang lama tentu bisa membuat tangan kita menjadi pegal
dan tidak fokus saat mengabadikan obyek foto. Hasilnya, foto jadi tampak buram dan kurang
menarik. Untuk mengatasi hal ini, kita bisa menggunakan tripod untuk membantu meletakkan
kamera sehingga foto-foto yang dihasilkan akan tampak seragam dan lebih menarik.
Background foto akan menjadi bagian dari obyek foto yang kita abadikan. Background foto yang
warnanya cerah dan bersih akan membuat obyek foto jadi tampak lebih menarik. Untuk
menyiasati hal ini, kita bisa menggunakan gulungan kertas karton yang digelar di meja dan salah
satu sisinya dijepit dengan penjepit kertas pada ketinggian kurang lebih 1 meter dari permukaan
meja. Dengan begitu, kita akan jadi lebih leluasa untuk mengabadikan foto obyek yang kita
inginkan. Background putih adalah salah satu background paling netral dan akan membuat obyek
foto tampak lebih detail.
Saat mulai mengambil foto, usahakan untuk tidak mengarahkan pencahayaan yang bisa
mengakibatkan jatuhnya bayangan pada permukaan obyek foto. Hal ini malah akan membuat
produk tampak kusam dan kurang menarik. Jadi, usahakan untuk mengarahkan pencahayaan
untuk mengatur letak jatuhnya bayangan.
Seringkali pembeli ingin mengetahui seberapa besar barang yang akan mereka beli. Sedetail
apapaun spesifikasi dimensi produk yang Kita berikan dalam deskripsi tidak akan cukup untuk
memberikan acuan yang sebenarnya. Seberapa besar Tablet PC 7 inchi yang Kita jual? Sulit
menjawabnya bukan? Kita dapat menggunakan objek yang universal dan meletakkannya
secara berdampingan dengan produk Kita. Misalnya uang koin atau CD. Karena ukuran CD akan
selalu sama dimanapun Kita berada di dunia. Jika produk Kita cukup besar carilah objek yang
mengimbangi. Jika produk Kita adalah aksesoris seperti jam tangan, maka ada baiknya
Kita menampilkan foto seseorang sedang mengenakan jam tersebut. Intinya adalah memudahkan
pembeli Kita mengetahui gambaran dimensi produk Kita.
Jika Kita tidak memiliki kamera saku atau kotak cahaya, Kita bisa saja menggunakan kamera
yang ada pada telepon genggam Kita. Jika hasilnya terlihat biasa saja Kita dapat memperindah
foto Kita dengan aplikasi penambah efek foto yang kini banyak tersedia secara gratis di internet.
Jika Kita pengguna Android atau iPhone, Kita tentunya tidak asing dengan
aplikasi seperti Instagram. Aplikasi ini dapat membuat foto Kita menjadi terlihat klasik/ vintage
dengan efek-efek yang ada didalam aplikasi tersebut. Jika Kita tidak bisa mengakses Instagram,
Kita dapat menggunakan aplikasi lain seperti Pixlr-O-Matic.
Akan lebih baik jika Kita memiliki album foto atau galeri sendiri untuk setiap produk Kita. Satu
sudut foto tidak akan pernah cukup. Semakin detail Kita menggambarkan produk yang Kita jual,
akan semakin yakin pembeli Kita untuk bertransaksi dengan Kita.
Jika produk Kita adalah produk seken atau produk bekas, fotolah bagian-bagian yang sudah
mengalami penurunan nilai dalam produk Kita. Misalnya mobil yang lecet, laptop yang sudut
layarnya sudah mati, atau Blackberry yang keyboard-nya sudah memudar. Foto dan tuliskan
kekurangannya pada bagian deskripsi. Dengan secara jujur memberitahukan kekurangan produk
Kita, integritas Kita akan terjaga dan pembeli Kita tidak akan komplain karena
menemukan produknya tidak mulus lagi setelah Ia menerima produk tersebut.
Kadangkala kita mungkin merasa bahwa foto produk yang sudah kita kerjakan tampak sangat
detail dan sempurna. Padahal kita juga harus mengetahui pendapat orang lain mengenai hasil
foto tersebut. Cobalah untuk meminta pendapat dari 1 atau 2 orang yang sedang berada di dekat
kita ketika sedang melakukan proses pemotretan. Bila sekiranya foto yang dihasilkan kurang
berkualitas, kita bisa segera mengulang sesi pemotretan kembali di waktu tersebut.