Anda di halaman 1dari 20

Notulen Webinar BKKMTKI Sabtu 6 Juni 2020

Pemateri : Bapak Ahmad Anharullah, S.T., M.T. (praktisi EPCC dan


pengolahan limbah PT. Barata Indonesia

- Pada unilever air limbah domestic digunakan sebagai air umpan boiler
- Unilever salah satu perusahaan yang mendapat proper emas di Indonesia
- P1 : bagaimana terkait kendala di pengolahan limbah pati onggok di Klaten yang sulit
menjadi metan karena adanya penggunaan pemutih ?

Iya memang benar ada penggunaan pemutih pada proses pengolahan limbah pati.
Pada saat itu terjadi pending karena COD yang awalnya dibutuhkan untuk menjadi
gas metan atau biogas sebesar 9000 ppm ternyata Ketika aktualisasi tersisa 4500 ppm
dan Di tahun 2016 terjadi penurunan produksi. Ide yang ingin diterapkan sudah sangat
bagus dimana limbah dari penduduk sekitar di satu wilayah dikumpulkan dan
dijadikan biogas yang nantinya akan menghasilkan gas untuk disalurkan Kembali
kepada masyarakat.
- P2 : bagaimana cara mengumpulkan limbah sisa praktikum kimia, apakah
dikumpulkan persifatnya (asam dan basa) atau ad acara lain?

Berdasarkan pengalaman pribadi, untuk jenis limbah asam dan basa harus dipisah
karena jika dicampur akan terjadi reaksi. Dan pada umumnya dalam kegiatan
praktikum sering menggunakan reagen atau sejenisnya yang mungkin termasuk
kedalam zat berbahaya. Untuk limbah kimia sebaiknya dipahami MSDS nya, lalu
dikemas sendiri dan dikirim ke pihak ketiga untuk penanganan lebih lanjut.
- P3 : untuk pengolahan limbah laboratorium lingkungan khususnya pada sisa reagen
dan limbah cucian alat yang mengandung reagen, adakah rekoendasi IPAL yang
sederhana untuk mengolah limbah tersebut? Dan bagaimana efektivitas penggunaan
fitoremidiasi? Apabila pernah mereview sistem IPAL tersebut bisakah sedikit
diberikan gambaran dimensi, kapasitas, dan jenis tanaman yang digunakan?

Tidak direkomendasikan dalam pengolahan terkait limbah yang mengandung reagen


karena tidak diketahui senyawa yang terkandung didalamnya serta apa saja dampak
yang dapat ditimbulkan sehingga lebih disarankan untuk digolongkan dalam jenis
limbah B3. Jika ditinjau dari segi kuantitas seperti di rumah sakit tipe C, limbah yang
dihasilkan dari tempat tersebut selambat-lambatnya 2-3 bulan akan diambil oleh truk
pengangkut limbah B3. Untuk mengolah limbah B3 setidaknya harus memiliki 5 izin
yaitu izin penampungan seperti di rumah sakit dan pabrik, izin pengangkutan seperti
mobil yang digunakan untuk memindahkan limbah dari satu tempat ke tempat lain
harus tersertifikasi, izin pengolahan, izin pemanfaatan jika memang limbah tersebut
dapat dimanfaatkan Kembali contohnya perusahaan yang mengolah oli bekas yang
tergolong sebagai limbah B3 untuk menjadi solar haruslah memiliki izin pemanfaatan.
Dan terakhir izin pemusnahan jika limbah tersebut ternyata tidak dapat dimanfaatkan.
Maka dari itu limbah reagen dan sejenisnya tidak diolah karena ada regulasinya.
- Secara umum, limbah dapat diidentifikasi dengan memahami karakteristik dari limbah
tersebut sehingga akan mempermudah dalam penanganan, pengelolaan dan
mentreatment.
- Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999, limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan. Limbah dapat bersumber dari domestik seperti rumah tangga dan industri
seperti pabrik atau gabungan dari keduanya.
- Penting sekali bagi setiap insan engineer untuk memahami regulasi, dengan
memahami regulasi diharapkan tepat dalam pengelolaan limbah.
- Sludge pada flow diagram regulasi terkait limbah merupakan hasil campuran dari
pasir dan tanah seperti limbah oli bekas yang terdapat campuran tanah dan minyak
sehingga perlu pemisahan atau hasil filtrasi yang menggunakan anion dan kation, dan
hal-hal tersebut mengacu pada Permen LH No. 02 Tahun 2008.
- Terkait limbah B3 regulasi yang digunakan adalah PP No. 18 Tahun 1999, PP No. 85
Tahun 1999 dan PP No. 101 Tahun 2014, sedangkan untuk emisi regulasi yang
mengaturnya terdiri dari PP No. 41 Tahun 1999, Permen LH No. 13 Tahun 2009 dan
Pergub Jatim No. 10 Tahun 2009. Dan terakhir tentang effluent pada water treatment
mengacu pada regulasi PP No. 82 Tahun 2001 dan Permen LH No. 19 Tahun 2010.
- Secara umum, jenis-jenis limbah dibedakan berdasarkan karakteristiknya terdiri dari
limbah padat, cair, gas dan B3. Berdasarkan sumbernya, limbah terdiri dari limbah
domestik tidak hanya rumah tangga tetapi bisa dari perkantolan, hotel, dsb, limbah
industri, atau gabungan. Dan berdasarkan sifatnya limbah dibedakan menjadi limbah
organik, anorganik atau campuran.
- Limbah anorganik cenderung digolongkan menjadi limbah B3 karena sering
mengandung senyawa logam seperti merkuri sehingga tidak bisa diuraikan secara
kimiawi berbeda halnya dengan limbah organik yang dapat diolah salah satunya
dengan cara dekomposisi.
- Secara garis besar, sektor yang berkontribusi dalam menghasilkan limbah dibagi
menjadi dua yaitu domestik seperti rumah tangga, perkantoran, apartemen/hunian,
rumah sakit, restoran, UKM, fasilitas umum dan TPA, serta limbah dari industri
contohnya pabrik, pengisian bahan bakar, bengkel, Kawasan industri,
bandara/Pelabuhan, pengeboran/pertambangan, dan manufacture
- Di dalam boiler atau steam generation terdiri dari boiler, conveying system untuk
bahan bakar, dan ada sistem turbin generator. Steam pada boiler bertekanan tinggi
digunakan sebagai penggerak turbin generator. Boiler pasti memiliki pembuangan
karena untuk menjaga kualitas alat tersebut membutuhkan chemical treatment yang
nantinya akan menghasilkan limbah.
- Secara keseluruhan, limbah industry gula hanya berupa air bahkan dapat dikatakan
tidak menghasilkan limbah karena untuk ampas yang dihasilkan dapat digunakan
sebagai bahan bakar boiler, lalu untuk tetes (gula yang tidak jadi) dapat menjadi
bahan baku etanol. Dan pada pabrik etanol menggunakan fermentor yang
mengandung gas CO2, gas C02 tersebut saat ini sudah bisa diubah fasenya menjadi
liquid.
- P4 : apa yang dimaksud oxygen scafanger pada boiler?

oxygen scafanger adalah penangkap oksigen, jadi oksigen jumlahnya dibatasi pada
boiler untuk mencegah terjadinya korosi. Selain itu fungsi oxygen scafanger adalah
untuk mencegah volume oksigen berkembang akibat perubahan tekanan secara tiba-
tiba. Senyawa yang digunakan pun beragam tergantung tekanan dari boiler. Untuk
boiler bertekanan rendah menggunakan senyawa hidrasin. Sedangkan untuk boiler
bertekanan tinggi menggunakan hidroquinon. Hidroquinon biasa ditemukan pada
kosmetik.
- Cara untuk mengelola limbah dari masing-masing sektor terdiri dari 3 langkah yaitu:
1. Klasifikasi
a. Memisahkan limbah berdasarkan wujud dan sifatnya
b. Memahami cara menangani masing-masing limbah
c. Menyediakan unit/penampungan untuk masing-masing limbah
2. Pengolahan
a. Ijin lingkungan. Untuk lingkungan yang yang kecil menggunakan UKL UPL
dan untuk lingkungan besar bisa menggunakan AMDAL
b. Mentreatment hingga memenuhi baku mutu lingkungan
c. Prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace)
3. Limbah B3
a. Membuat TPS B3
b. Ijin penampungan sementara limbah B3
c. Mengirim ke pihak pemusnahan limbah B3
- Gambaran tempat penyimpanan sementara limbah B3 yaitu
1. Terlindung dari hujan dan sinar matahari
2. Bangunan mempunyai sistem ventilasi
3. Bagian luar bangunan diberi papan nama
4. Bagian luar diberi simbol LB3
5. Penyimpanan sistem blok/sel
6. Dipisahkan gang/tanggul
7. Tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis
8. Kemasan limbah B3 diberi alas/pallet
- Catatan terkait tempat penyimpanan sementara limbah B3
1. Simbol mengacu ke Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995
2. TPS B3 sekitar 30-90 hari
3. Ijin penampungan sementara/ijin lingkungan
- Proses pengolahan IPAL sebagai contoh perhotelan dimana limbah domestic
dihasilkan dari dapur, toilet dan laundry. Limbah tersebut kemudian dilakukan
equalisasi yang berfungsi untuk menyamakan sifat fisika dan kimia kemudian dari
limbah tersebut dipisahkan minyak dan lemak karena dapat menimbulkan bubbling.
Bubbling ini membuat aerasi tidak berjalan baik. Lalu tahap selanjutnya adalah
oksidasi yang berfungsi untuk menguraikan organik dan anorganik menggunakan
lumpur aktif. Lumpur aktif adalah lumpur yang mengandung banyak mikroorganisme.
- Kebutuhan lumpur aktif :
1. Didalam 1 L sampel, MLSS sekitar 70%. MLSS terdiri dari bakteri baik dalam
kondisi hidup atau mati atau senyawa pengotor lainnya (kontaminan).
2. Dari MLSS (mixed-liquor suspended solids) ini, 50% MLVSS (mixed liquor
volatile suspended solid) (<50% dianggap mikroba tidak sehat) atau 35% sampel.
Volatile tersebut merepresentasikan mikroba yang hidup.
3. F/M (food per microorganism) = 0,2-0,5. F = food = COD , M = mikroorganisme
4. Jika M = 0,35, maka F = 0,07-0,175 L
5. Maka jika COD input 400 ppm, dengan volume limbah 15000 L/hari = 4,2 L/s. F
= 0,04% x 4,2 L = 1,68 mL
6. Kebutuhan M (mikroba) = 1,68/0,2 = 8,4 mL. dan membutuhkan lumpur aktif 8,4
mL/0,35 = 24 mL/detik
- Setelah proses oksidasi, dilanjutkan dengan aerasi. Pada proses ini mikroba sudah
mulai mati dan terdapat sisa-sisa proses biologis
- Kesalahan yang umum di dalam mengoperasikan IPAL
1. Limbah domestic
a. Limbah domestic bercampur dengan limbah kimia
b. Limbah domestic bercampur air hujan
c. Flow bercampur tanah
d. Flow yang masuk ke IPAL terlalu tinggi. Terjadi peningkatan kapasitas yang
mungkin tidak pernah diperhitungkan sebelumnya, seharusnya di desain
sekitar 20-40% lebih tinggi.
2. Equalisasi
a. Kalibrasi pH tidak dilakukan secara berkala. Berfungsi untuk mengetahui
kecenderungan kenaikan limbah.
b. Operating pH mengikuti kebutuhan pH coagulant dan activated sludge
c. Pengaduk mati
3. Sedimentasi
a. Retention time kurang dari 1 jam
b. Coagulant yang dipakai tidak effective. Perlu diketahui bahwa koagulan
memiliki pH operasi agar proses dapat berjalan secara optimum.
c. Surface area tidak cukup
d. Terdapat banyak bubble
e. Blowdown tidak dilakukan berkala, ± 10%
f. Contoh coagulan : alum dan ferric chloride
4. Activated sludge
a. Start aerator salah, diffuser/distributor rusak. Pada saat dinyalakan tidak boleh
langsung full perlu dilakukan secara perlahan agar tidak terjadi kerusakan
pada alat. Jumlah bubble yang sedikit menjadi indicator bahwa proses tersebut
berjalan efektif karena surface area yang dihasilkan pun tinggi
b. pH tidak sesuai untuk activated sludge. Jika pH yang digunakan terlalu asam
dapat membunuh mikroorganisme
c. sedimentasi tidak bekerja dengan baik, MLSS tinggi namun MLVSS rendah
d. F/M tidak sesuai (0,2-0,6)
e. DO dibawah 2 ppm. DO (dissolved oxygen) yang normal berjumlah 6-9 ppm
Ketika sudah berada di waste water treatment jumlah tersebut turun menjadi 2
ppm, angka tersebut masih dianggap cukup. DO juga tidak boleh diukur pada
saat malam hari karena angkanya pasti tinggi yang diakibatkan oleh suhu
lingkungan yang rendah.
f. MLVSS terlalu rendah, maka harus ditambah nutrient
g. Standard nutrient BOD/N = 20 : 1 BOP/P = 100 : 1
h. Blowdown activate sludge 5-10%
5. Aeration
a. Start aerator salah, diffuser/distributor rusak
b. DO dibawah 4 ppm
c. Bak kontrol bisa ditambah Chlorinasi
d. Dosis Cl 5-20 ppm, dengan excess 0,2-0,5 ppm di siang hari
- P5 : dibagian oil catcher Ketika minyak dan lemak dipisahkan dapat menimbulkan
bubbling, apakah ada senyawa lain sehingga menimbulkan bubbling dan mungkin
bisa disebutkan salah satu contohnya?

Untuk oil termasuk jenis lipid. Posisi oil yang selalu berada diatas karena tidak dapat
larut menyebabkan kontak dengan udara sehingga menimbulkan bubbling. Jika
konsentrasi oil tersebut mencapai 5 ppm dapat menimbulkan masalah. Rekomendasi
untuk masalah tersebut adalah dengan memisahkan oil tersebut sehingga dapat
menurunkan nilai COD.
- Dampak kesalahan operasional
a. Biaya extra
1. Boros coagulant
2. Baku mutu tidak tercapai
3. Boros thickening
4. Operator lebih banyak
5. Harus merecycle limbah
6. Teguran DLH
7. Dampak sosial (bau, sungai, limbah)
8. Depresiasi peralatan tinggi
9. Extra cost
b. Biaya operasional
1. pH adjuster
2. coagulant
3. nutrient
4. thickening
5. listrik
6. chemical analisis
7. gaji operator
- dampak yang ditimbulkan oleh adanya COVID-19 diantara lain:
1. kondisi ekonomi (menurunkan investasi, menurunnya pertumbuhan ekonomi,
krisis ekonomi)
2. menurunnya kegiatan industry/produksi (turunnya limbah dan polusi)
3. menurunnya aktivitas export dan import
4. demand tinggi, namun supply rendah
5. airborne covid berdampak pada kualitas udara
- di tengah kondisi pandemic COVID-19 diharapkan lebih peka terhadap permasalahan
limbah terutama di lingkungan sekitar Anda salah satunya dengan cara
mengoptimalkan manfaat dari limbah tersebut
- potensi sumber limbah dan jenis limbah sekitar kita (tabel)
- setiap sumber limbah atau potensi sumber limbah dipahami senyawa yang terkandung
didalamnya
- dengan memahami jenis dan sifat limbah, akan mempermudah memilih teknologi
pengolahan yang digunakan
- teknologi tersebut diuraikan dalam bentuk flow diagram (PFD & PID) dan uraian
proses dengan memperhatikan unit operasi serta termodinamika dan reaksi kimia
- setelah melakukan pengolahan dan trial, intuisi sebagai mahasiswa akan terasah dan
dapat ditunjang literasi
- kesabaran dan ketekunan menjadi kunci keberhasilan eksekusi
- jika tiap mahasiswa di tiap daerah memiliki ide optimalisasi limbah akan
menghasilkan proceeding acuan awal BKKMTKI
- selanjutnya akan diusahakan untuk menggaet dan berkomunikasi dengan dinas terkait
maupun investor agar terealisasi dalam skala besar
- ide atau gagasan yang telah muncul untuk menyelesaikan permasalahan terkait limbah
di lingkungan sekitar juga harus disertai dengan literatur

Pemateri : M. Nizamudin , S.T., MM (Kepala Sub Bidang Limbah B3 Dinas


Lingkungan Hidup Jawa Timur

Pengelolaan limbah B3 medis masa pandemi covid-19 tahun 2020, mengacu pada:
Permen LHK RI No. P.56/Menlhk-Setjen/2015
- Definisi :
Limbah : sisa hasil usah dan atau kegiatan
Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia yang rentan
- B3 (bahan berbahaya dan beracun) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrsi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, Kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain
- Berdasarkan PP No. 101, B3 dibagi menjadi berdampak langsung atau tidak langsung
dan diberi kode A atau B.
- Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung B3
- Limbah patologis adalah limbah berupa buangan selama operasi, otopsi, dan/atau
prosedur medis lainnya termasuk jaringan, organ, bagian tubuh, cairan tubuh dan/atau
specimen beserta kemasannya. Sehingga limbah patologis selain dihasilkan di
fasyankes, tetapi juga dapat dihasilkan di laboratorium klinik
- Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker.
- Prinsip pengelolaan limbah B3 dimulai dari limbah dihasilkan hingga penimbunan.
Skala prioritas dari prinsip tersebut seperti piramida terbalik dimulai dari bagian
paling bawah yaitu menimbun, mengolah, merecover, mendaur ulang, menggunakan
ulang, pengurangan hingga paling atas yaitu menghindarkan.
- Latar belakang
a. Adanya penumpukan limbah B3 medis di TPS limbah B3 fasilitas pelayanan
Kesehatan (fasyankes) sebagai dampak terbatasnya pengolah akhir limbah B3
medis
b. Terbatasnya fasyankes yang memiliki incinerator dan autoclave yang telah
mengantongi izin
c. Terjadinya pandemic COVID-19 yang menghasilkan limbah infeksius
- Landasan hukum pengelolaan limbah infeksius :
a. UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
b. PP No 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah B3
c. PP No 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan
d. PermenLH No 18 tahun 2009 tentang tata cara perizinan pengelolaan limbah B3
e. PermenLH No.05 tahun 2012 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki AMDAL
f. Kepdal 01 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan
pengumpulan limbah B3
g. Kepdal 03 tahun 1995 tentang peryaratan teknis pengolahan limbah B3
h. PermenLHK No.56 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis
pengelolaan limbah B3 dari fasyankes (masih dalam tahap revisi)
- Jenis limbah fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terdiri dari
a. Limbah medis
Adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pengobatan/ Tindakan lain di rumah
sakit atau pelayanan Kesehatan lainnya. Limbah ini mengandung
mikroorganisme/ bibit penyakit. Bila pengolahan tidak benar, dapat menularkan
penyalit kepada pasien lain, masyarakat atau tenaga Kesehatan.
b. Limbah non medis
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan non medis seperti kegiatan dapur, toilet
kantor, dll.
- Jenis limbah B3 fasyankes: limbah dengan karakteristik infeksius, benda tajam,
patologis, bahan kimia kadaluawarsa, tumpahan atau sisa kemasan, radioaktif,
farmasi, sitotoksik, peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi, dan
tabung gas atau container bertekanan
- Pengelolaan limbah B3 fasyankes antara lain
a. Pengurangan dan pemilahan limbah B3
b. Penyimpanan limbah B3
c. Pengangkutan limbah B3
d. Pengolahan limbah B3
e. Penguburan limbah B3
f. Penimbunan limbah B3
- Pengurangan dan pemilahan limbah B3
 Menghindari penggunaan material B3
 Tata Kelola yang baik terhadap bahan yang berpotensi menimbulkan
gangguan Kesehatan/lingkungan
 Tata Kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan farmasi untuk
menghindari penumpukan dan kadaluwarsa
 Perawatan berkala pada peralatan
 Pemilahan sesuai jenis, kelompok, karakteristik LB3
 Mewadahi sesuai kelompok LB3
- Penyimpanan limbah B3
 Penyimpanan limbah B3 dilakukan penghasil dalam TPS limbah B3
 Warna kemasan/wadah sesuai dengan limbahnya seperti merah untuk limbah
radioaktif, kuning untuk limbah infectious dan patologis, ungu untuk limbah
sitotoksik, dan coklat untuk bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan atau sisa
kemasan
 Kemasan diberikan simbol dan label
- Waktu penyimpanan limbah B3
 Infeksius, tajam, dan patologis
1. 2 hari (penyimpanan dengan temperature > 0 C)
2. 90 hari (penyimpanan dengan temperature ≤ 0 C)
 Bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, radioaktif, farmasi,
sitotoksik, peralatan medis yang memiliki logam berat tinggi, tabung gas
1. 90 hari (untuk limbah B3 dihasilkan ≥ 50 kg/hari)
2. 180 hari (untuk limbah B3 dihasilkan ≤ 50 kg/hari)
 Apabila penghasil tidak melakukan penyimpanan LB3, waktu
penyimpanannya 2 hari
- Pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh penghasil yang memiliki ijin pengangkutan
serta oleh transporter yang memiliki ijin pengangkutan
- Kendaraan pengangkutan limbah B3
1. Kendaraan bermotor roda 4 (sesuai peraturan perundang-undangan tentang LLAJ)
2. Kendaraan bermotor roda 3
 Milik sendiri atau milik negara
 Memenuhi spesifikasi teknis (lebar ≤ 120 cm dan tinggi ≤ 90 cm)
 Bak kendaraan dan wadah dilengkapi dengan simbol yang sesuai
 Kapasitas daya angkut sesuai peraturan perundang-undangan tentang LLAJ
- Yang menerbitkan ijin untuk kendaraan pengangkutan limbah B3 adalah dari tingkat
kabupaten dan tingkat provinsi
- Pengangkutan LB3 kendaraan bermotor roda 3
1. Mendapat persetujuan pengangkutan LB3 yang diterbitkan oleh kepala instansi
lingkungan.
 Provinsi jika pengangkutan dilakukan lintas kabupaten/kota
 Kabupaten/kota jika pengangkutan dilakukan dalam wilayah
kabupaten/kota
2. Syarat permohonan ijin pengangkutan LB3 kendaraan bermotor roda 3
 Permohonan tertulis
 Identitas pemohon
 Nama, karakteristik dan jumlah LB3 yang akan diangkut
 Personel yang telah mengikuti pelatihan LB3
 Dokumen alat angkut
 Kerjasama dengan pengolah
- Ijin pengangkutan LB3 kendaraan bermotor roda 3 memuat
1. Identitas pemohon yang melakukan pengangkutan LB3
2. No registrasi, noka dan nosin alat pengangkut
3. Nama, sumber, karakteristik, dan jumlah LB3 yang akan diangkut
4. Tujuan pengangkutan LB3
5. Kode manifest LB3
 K(3)-N-A-0000001
 P(3)-L-A-0000001
6. Masa berlaku ijin (5 tahun)
- Pengelolaan limbah B3
1. Pengolahan limbah B3 secara thermal
 Oleh penghasil yang memiliki ijin pengelolaan LB3
 Oleh pengolah LB3 yang memiliki ijin pengelolaan LB3 (hanya dengan
incinerator)
2. Pengolahan secara thermal meliputi
 Autoklaf type alir grafitasi/type vacuum
 Gelombang mikro
 Iradiasi frekuensi radio
 Incinerator
3. Pengolah limbah B3 yang melakukan pengolahan secara thermal wajib memiliki
Kerjasama dengan penghasil
- Syarat pengolahan thermal dengan autoklaf
1. Autoklaf type alir grafitasi
 121 C tekanan 15 psi selama 60 menit
 135 C tekanan 31 psi selama 45 menit
 149 C tekanan 52 psi selama 30 menit
2. Autoklaf type vakum
 121 C tekanan 15 psi selama 45 menit
 135 C tekanan 31 psi selama 30 menit
- Autoclave dilarang dipergunakan untuk jenis LB3 seperti patologis, bahan kimia
kadaluwarsa, tumpahan atau sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik. Autoclave
hanya digunakan untuk limbah infeksius
- Gelombang mikro dilarang dipergunakan untuk jenis limbah B3 seperti patologis,
bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan atau sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik,
peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
- Gelombang irradiasi dilarang dipergunakan untuk jenis limbah B3 seperti patologis,
bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan atau sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik
- Syarat pengolahan thermal dengan insenerator oleh penghasil
1. Efisiensi pembakaran 99,95%
2. Temperature pada ruang bakar utama minimal 800 C
3. Temperataur pada ruang bakar kedua minimal 1000 C
4. Memiliki alat pengendali limbah udara
5. Ketinggian cerobong 14 m dari permukaan tanah/1,5 kali bangunan tertinggi
6. Sampling hole pada range 8 De-2 De dan fasilitasnya
- Pada saat di ruang bakar utama akan dihasilkan gas, gas tersebut kemudian akan
hancur pada pembakaran kedua dengan suhu 1000 C
- Syarat pengolahan thermal dengan insenerator oleh pengolah
1. Efisiensi pembakaran 99,99%
2. Efisiensi penghancuran POHCs 99,99%
3. Efisiensi penghancuran PCB, senyawa furan dan senyawa dioksin 99,9999%
4. Temperature pada ruang bakar utama minimal 800 C
5. Temperature pada ruang bakar kedua minimal 1000 C
6. Memiliki alat pengendali limbah udara
7. Ketinggian cerobong 24 m dari permukaan tanah/1,5 kali bangunan tertinggi
8. Sampling hole pada range 8 De-2 De dan fasilitasnya
- Insenerator dilarang dipergunakan untuk LB3 radioaktif, LB3 dengan karakteristik
mudah meledak, serta LB3 merkuri
- Penguburan limbah B3 oleh penghasil untuk LB3 patologis dan tajam (disarankan
untuk dikelola oleh pihak ketiga)
- Penimbunan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil LB3 dapat berupa fly ash
incinerator dan bottom ash incinerator
- Sebelum dilakukan penimbunan wajib dilakukan upaya berupa enkapsulasi dan
inertisasi
- Penjaminan perlindungan personel meliputi penyediaan antara lain
1. Alat pelindung diri
2. Fasilitas hygiene perorangan
3. Imunisasi
4. Prosedur operasional standar pengolahan limbah B3
5. Pemriksaan medis khusus secara rutin
6. Pemberian makanan tambahan
- Penanganan limbah B3 infeksius berkaitan dengan COVID-19
1. Surat edaran Menteri No. SE.02/MenLH/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang
pengelolaan limbah B3 infeksius (LB3) dan sampah rumah tangga dari
penanganan corona virus disease (COVID-19) tanggal 24 maret 2020
2. Surat Dirjen pengelolaan sampah, limbah dan limbah B3
No.S194/PSLB3/PKPLB3/PLB.2/4/2020 tentang pelaksanaan pengelolaan limbah
B3 medis dari kegiatan penanganan COVID-19 tanggal 20 April
3. Surat kepala dinas LH Jatim kepada RS yang menangani COVID-19
No.660/9695/111.3/2020 tentang permintaan data pengelolaan limbah medis
penanganan COVID-19
4. Di jawa timur telah ada 26 unit incinerator yang telah berizin yang dimiliki oleh
RS
- Penanganan limbah B3 medis selama masa pandemi COVID-19 di jawa timur
1. Limbah medis COVID-19 dimusnahkan di incinerator (RS yang memiliki izin
incinerator dan pihak pengolah limbah B3 yang memiliki izin incinerator dan
pengumpulan)
2. Untuk RS yang tidak memiliki incinerator telah bekerja sama mengirimkan
limbah medis COVID-19 dengan pihak pengolah limbah B3 berizin
- Penanganan limbah B3 infeksius berkaitan dengan covid-19
- Penanganan LB3 infeksius dari fasyenkes
a. Melakukan penyimpanan limbah infeksius dalam kemasan tertutup paling lama 2
hari sejak dihasilkan
b. Mengangkut dan atau memusnahkan pada pengolahan LB3 (fasilitas insenerator
dengan suhu minimal 800C, autoclave yang dilengkapi dengan pencacahan)
c. Residu dari hasil pembakaran atau pencacahan hasil autoclave dikemas dan
dilekati simbol beracun dan label limbah B3 yang selanjutnya disimpan di
TPSLB3 untuk selanjutnya diserahkan kepada pengelola limbah B3
- Penanganan LB3 infeksius dari odp rumah tangga
a. Mengumpulkan limbah infeksius berupa limbah APD antar lain berupa masker,
sarung tangan dan baju pelindung diri
b. Mengemas sendiri dengan wadah tertutup
c. Mengangkut dan memusnahkan pada pengolahan limbah B3
d. Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah
infeksius yang bersumber dari masyarakat
 Limbah APD dikemas tersendiri dengan menggunakan wadah tertutup
yang bertuliskan limbah infeksius
 Petugas dari dinas yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup,
kebersihan dan Kesehatan melakukan pengambilan dari setiap sumber
untuk diangkut ke lokasi pengumpulan yang telah ditentukan sebelum
diserahkan ke pengolah limbah B3
- Permasalahan pengelolaan LB3 medis selama masa pandemic COVID-19
1. Beberapa RS telah memiliki insenerator tetapi belum berizin dan masih dalam
proses perizinan/perpanjangan
2. Terdapat RS yang limbah medis khusus covid-19 masih tercampur dengan limbah
medis baisa
3. Pengolah dan pengumpul limbah medis di jawa timur jumlah terbatas
4. Transpoerter sering melakukan pengambilan limbah medis tidak tepat waktu
karena timbulan yang dihasilkan belum memenuhi jumlah ekonomis untuk
diambil
5. Limbah medis dari rumah tangga (pasien ODP dan PDP yang isolasi mandiri)
tercampur dengan sampah rumah tangga biasa karena belum ada fasilitas khusus
tempat pembuangan limbah medis COVID-19 dari rumah tangga
- P1 : untuk limbah medis seperti APD protocol pengelolaan limbahnya bagaimana?

Limbah medis berupa APD digolongkan sebagai limbah infeksius, maka penangannya
haruslah sesuai dengan jenis limbah tersebut. Limbah harus dikemas didalam bungkus
warna kuning kemudian disimpan di penyimpanan limbah B3, harus di bawa ke
pengelola akhir dalam waktu 2 hari. Untuk dinas terkait harus menyediakan tempat
khusus untuk limbah yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga
- P2 : bagaimana penggolongan prioritas dari perlakuan limbah medis?

Di rs atau fasyankes tentu sudah ada tempat penyimpanan limbah B3, untuk limbah
B3 yang dihasilkan dari fasyankes yang bukan tergolong sebagai limbah infeksius
ataupun limbah jaringan (tidak dibungkus dengan plastic warna kuning) diperlakukan
menurut jenis, karakteristik dan jumlah dari limbah itu sendiri. Jika jumlah limbah B3
non infeksius dan non jaringan kurang dari 50 kg/hari tentunya akan ditempatkan
dengan golongan limbah yang dapat disimpan lebih lama walaupun TPS nya tidak
terpisah. Kemudian untuk limbah B3 medis (limbah yang terinfeksi COVID-19),
ketika RS sudah melakukan pemilahan terhadap limbah tersebut maka limbah tersebut
wajib diolah dalam jangka waktu 2x24 jam sesuai dengan protocol kesehatan. Namun
jika limbah tersebut tergolong sebagai limbah B3 medis dan jaringan umum dan
memiliki alat pendingin (cold storage) maka diizinkan untuk disimpan selama 90 hari
sejak dihasilkan.
- P3 : apakah jarum bekas mahasiswa praktek di lab dan sudah dihancurkan dengan
destroyer needle, tetap dikategorikan sebagai limbah B3 dan bagimana
pengelolaannya?

Jika jarum tersebut berasal dari laboratorium Kesehatan maka diawal akan
dikategorikan sebagai limbah infeksius, tetapi jika jarum tersebut berasal dari
laboratorium selain Kesehatan meskipun telah dihancurkan oleh alat destroyer needle
tetap digolongkan sebagai limbah B3.
- P4 : mengapa warna untuk limbah infeksius dan limbah patologis dalam warna yang
sama? Apakah proses untuk mengolah limbah tersebut sama atau limbah tersebut bila
dicampur tidak masalah?

Limbah infeksius dan limbah patologis memiliki warna yang sama karena consensus.
- P5 : terkait limbah medis untuk saat ini karena semakin banyaknya pasien COVID-19
maka jumlah limbah medis yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan banyaknya
pasien COVID-19. Bagaimana pengelolaan limbah medis COVID-19 dan apakah
sudah ada peraturan resmi terkait hal tersebut?

Limbah medis COVID-19 tidak dibuang. Bagi rumah sakit yang telah memiliki
incinerator maka limbah medis COVID-19 akan diolah sendiri oleh rumah sakit
tersebut. Bagi rumah sakit yang belum memiliki incinerator ataupun belum berizin
maka harus bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengolah limbah medis COVID-
19. Peraturan resmi terkait limbah medis COVID-19 menggunakan Permen No.56, PP
101, serta surat edaran dari Menteri dan dirjen pengelolaan limbah B3.
- P6 : saat ini jika ada tetangga yang sakit dengan gejala COVID-19. Apa yang harus
dilakukan dengan limbah rumah tangganya yang ada kemungkinan terkontaminasi
COVID-19?

Tentunya pihak-pihak terkait sudah harus menyediakan tempat-tempat untuk


penampungan sementara limbah terseebut, kemudian dari dinas Kesehatan atau dinas
dinas kebersihan atau dinas limgkungan hidup kabupaten/kota akan mengirimkan
limbah yang sudah terkumpul kepada pihak ketiga yang telah mengantongi izin.
- P7 : kita mengetahui bahwa beberapa RS sudah ada yang menjadi rujukan khusus
terkait penanganan COVID-19. Lalu apakah dari RS lain bisa mengajukan menjadi
tempat rujukan juga? Mengingat akan berbahaya apabila jumlah korban lebih
dominan disbanding jumlah rumah sakitnya.

Biasanya rumah sakit yang menjadi rujukan. Informasinya bisa dilihat di COVID-19
Jatim terkait rumah sakit yang menjadi rujukan.
Notulen Webinar BKKMTKI Minggu 7 Juni 2020

Pemateri : Angga Megantoro, S.T.

- Pemerintah melalu KLHK sudah memprediksi terkait adanya peningkatan jumlah


limbah yang dihasilkan. Estimasi peningkatan sekitar 30% dari sebelum terjadinya
pandemic
- Fasilitas atau teknologi pengelolaan limbah infeksius yang digunakan untuk
mengelola limbah infeksius adalah incinerator dan autoclave
- Pengelolaan limbah: rangkaiannya dimulai dari limbah suau kegiatan seperti B3 yang
dihasilkan dari fasyankes dengan limbah B3 jenis infeksius, kewajiban penghasil
harus bisa mengelola limbah yang telah dihasilkan dengan syarat pengelolaan yang
diijinkan dengan menggunakan incinerator (proses pembakaran). Apabila fasyankes
tidak memiliki alat incinerator dan tidak mampu untuk mengelola limbahnya maka
diwajibkan untuk menyerahan limbah B3 ke pihak ketiga salah satunya PT. Arah
Environmental Indonesia. Hal utama yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah
pengangkutan dengan standar yang telah diatur oleh pemerintah, dari pihak
pengangkut akan dibawa ke pengolah.
- Pengolahan termasuk ke rangkaian pengelolaan limbah. Fasilitas yg digunakan adalah
incinerator. Alat tersebut memerlukan ijin. Selain itu ada alat autoclave, autoclave
merupakan mesin pencacah untuk sterilisasi limbah B3 infeksius.
- Profil PT Arah Environmental Indonesia
1. Visi
Memberikan layanan terintegrasi yang aman dan nyaman bagi pelanggan
2. Misi
 Perijinan lengkap
 Pengelolaan yang aman bagi pelanggan, petugas dan lingkungan
 Komitmen atas jadwal pengangkutan
 Pelatihan untuk pelanggan
 Melakukan protocol Kesehatan dalam melakukan pengelolaan
3. Profil singkat
 Berdiri sejak 2008
 Beroperasi di 6 (enam) wilayah
 Melayani 3700+ pelanggan
 Armada 35+
 Fasilitas pengolahan (incinerator)
- Alur pengelolaan limbah B3 medis. Ada 2 sumber dari fasyankes dan rumah tangga.
Tingkat berbahaya dan resiko pencemaran ke lingkungan antara 2 sumber tersebut
sama tingginya. Adapun berikut alurnya:
1. Pemilahan, pengemasan dan penyimpanan di TPS penghasil. TPS (tempat
penyimpanaan sementara) adalah tempat untuk menyimpan limbah sebelum
diserahkan ke pihak ketiga
2. Penimbangan, serah terima (manifest/festronik, bukti pengambilan limbah).
Penimbangan tersebut perlu disaksikan kedua belah pihak antara penghasil dengan
pengangkut (pihak ketiga). Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
karena penghasil juga perlu melaporkan ke regulator (Dinas lingkungan hidup
untuk skala provinsi dan kementerian lingkungan hidup untuk skala nasional)
3. Pengangkutan limbah. Dengan armada yang telah mengantongi ijin dan perlu
lisensi khusus serta perlu mendapatkan ijin dari pemerintah (Kementrian
perhubungan)
4. Security check dan penimbangan. Hal tersebut berfungsi untuk memastikan
limbah yang diangkut merupakan limbah yang dihasilkan oleh penghasil yang
terkait serta untuk mencegah terjadinya kebocoran limbah
5. Dokumen serah terima dan proses pembongkaran denga surat ijin bongkar yang
telah dikeluarkan oleh pihak ketiga
6. Persiapan untuk pembakaran
7. Pengolah limbah (pihak ketiga) juga menghasilkan produk berupa residu atau abu.
8. Abu atau residu tersebut harus dikelola ke pihak lainnya dengan cara penimbunan
untuk dijadikan sanitary landfill. Abu tersebut masuk ke jenis limbah B3.
- Mengapa memilih PT Arah Environmental Indonesia
1. Aman
a. Perijinan lengkap
 Mencakup transportasi, pengumpulan dan pengolahan
 Mengelola lebih dari 90 jenis limbah
b. Fasilitas pengolahan
 Fasilitas insinerasi di Polokarto, Jawa Tengah
 Kapasitas 28 ton per hari
 SOP sesuai standar KLHK/Internasional
c. Lokasi limbah termonitor melalui GPS dan CCTV
 Pemantauan lokasi dan kegiatan truk dan aktifitas pintu lewat GPS dan
door camera
 Pemantauan kegiatan operasional oleh kantor pusat

2. Nyaman
a. Pengangkutan terjadwal
 99% pengangkutan sesuai jadwal
 Penjadwalan dengan aplikasi smart scheduling & routing
b. Pelatihan
 Tata cara penanganan limbah
 Pelaporan festronik dan simple
c. SDM unggul
 Pengembangan SDM yang berkesinambungan
 SDM tersertifikasi (B3, safety driving, HSE/K3, ISO/OHSAS, dan
lainnya) oleh organisasi terkait
- Kenapa perlu dilakukan monitoring terhadap limbah karena kebocoran yang terjadi
pada limbah akan berdampak sangat besar terutama bagi lingkungan
- Pelatihan bertujuan untuk mempertajam pengetahunan terkait penanganan limbah
sesuai dengan peraturan
- Pelaporan secara berkala khususnya untuk limbah medis sangat penting agar
pemerintah mudah dalam memantau data limbah yang ada di setiap daerahnya
- Layanan penanganan limbah medis COVID-19 di pelanggan dimulai dari pelabelan
dan memastikan kemasan sesuai kemudian mengangkut limbah dari TPS penghasil
dan dilakukan penimbangan. Limbah medis tersebut kemudian diangkut yang
dilanjutkan dengan proses desinfeksi
- Prinsip dasar pengemasan limbah B3 medis sesuai P.56/MENLHKSetjen/2015,
khusus untuk limbah COVID-19 selain peraturan tersebut juga ada tambahan berupa
peaturan untuk memastikan tidak adanya limbah yang tercecer, dan melengkapi
operator dengan menggunakan APD lengkap.
- Sebelum adanya pandemi COVID-19, standar operasional limbah sebelum dibongkar
harus melewati proses desinfeksi atau sterilisasi, meskipun semua operator sudah
dilengkapi dengan APD lengkap
- Fasilitas pengolahan
1. Terletak di Polokarto, Sukoharjo dan berdiri di lahan seluas 1,1 hektar
2. Memiliki 3 unit incinerator
- Protap sterilisasi keluar masuk area plant. Diberlakukan sebelum adanya pandemi.
1. Karyawan/tamu berhenti di pos security
2. Mencuci tangan dengan sabun
3. Menggunakan handsanitizer
4. Pengecekan suhu tubuh
5. Disinfection chamber
- APD yang digunakan diwajibkan bagi seluruh karyawan untuk memastikan area
tersebut steril
- Disinfeksi armada dan limbah B3 klinis infeksius dilakukan sebelum proses
pembongkaran limbah
- Pengelolaan limbah B3 (insenerasi). Proses yang baru diijinkan di Indonesia adalah
dengan metode insenasi. Sebelum dibongkar dan diolah harus disinfeksi terlebih
dahulu kemudian ditimbang dan dicatat untuk seluruh limbah yang akan diolah.
Double verifikasi dilakukan oleh PT Arah Environmental Indonesia berupa
penimbangan jumlah limbah, hal tersebut merupakan kewajiban bagi pengolah untuk
melaporkan jumlah limbah yang telah diterima dan diolah. Selain itu, abu yang
dihasilkan juga harus dicatat agar dapat memastikan neraca dan logbooknya seimbang
- Insenerasi adalah proses pembakaran yang terukur bedanya dengan pembakaran pada
umumnya adalah penggunaan inserator harus terukur dan emisinya harus memenuhi
standar baku mutu. Pada alat insenerator harus dilengkapi dengan air pollution control
yang berfungsi untuk mengendalikan polusi agar dapat memastikan emisi yang
dibuang tidak mencemari lingkungan dan tidak mengandung zat polutan.
- Untuk air di lingkungan sekitar PT Arah Environmental Indonesia akan diuji setiap
bulan untuk memastikan biota perairan tersebut bebas dari pencemaran
- Suhu operasional yang digunakan pada insenerator harus diatas 800 C agar dapat
memastikan bakteri dan virus bisa musnah
- Metode alternative penanganan limbah medis menggunakan hybride autoclave
metamizer. Untuk sementara alat autoclave baru dalam tahap uji coba di beberapa
rumah sakit.
- Keuntungan dari metode penanganan limbah dengan autoclave
1. Secara simultan mencacah dan mensterilisasi limbah
2. Tidak menghasilkan emisi gas berbahaya
3. Mereduksi volume limbah sampai dengan 90%
4. Emisi gas rumah kaca sangat kecil
- Hybride autoclave metamizer dibuat dan dipatenkan di Australia. Alat tersebut juga
telah terpasang di beberapa negara seperti Jepang, Rusia, Sri Lanka dan Australia
serta telah mengantongi penghargaan ACHS awarded Cairns Hospital the 2005
“Quality Improvement Award for Clinical and Sharps Waste management”. Di
Indonesia, alat tersebut juga telah terdaftar sebagai tekonologi ramah lingkungan di
KLHK No. 093/TRL/Reg-1/KLHK
- Secara Teknik dan metode proses, autoclave tidak menggunakan api sehingga potensi
cemaran akan lebih terkontrol
- P1 : apakah limbah B3 infeksius tidak bisa digunakan Kembali? Dan tentang
menanggapi kelangkaan APD salah satunya baju hazmat, apakah baju hazmat tersebut
dapat di sterilisasi? Jika iya, menggunakan sistem apakah yang baik untuk sterilisasi
baju hazmat dan apakah sistem tersebut sudah layak dan cocok diterapkan di
Indonesia?

Limbah B3 infeksius adalah limbah dari sisa kegitan yang berasal dari fasyankes yang
mana jenis limbah infeksius tidak bisa digunakan Kembali. Ada beberapa golongan
yang tercantum pada permen no. 56 yang bisa digunakan Kembali adalah limbah yang
bukan termasuk jenis infeksius. Secara standar baju hazmat untuk penanganan pasien
COVID-19 hanya sekali pakai namun bisa juga tergantung dari bahan penyusun baju
hazmat tersebut karena ada beberapa produsen yang merancang baju hazmat yang
bisa dicuci hingga 40 kali. Sebenarnya baju hazmat dapat di desain sedemikian
mungkin agar bisa digunakan berulang kali dengan jangka waktu tertentu. Untuk
sterilisasi baju hazmat bisa menggunakan pendekatan virologi dengan cara mencuci
menggunakan detergen dan dipanaskan. Namun akan lebih baik jika menggunakan
metode standar lainnya, tetapi untuk saat ini tidak memungkinkan untuk digunakan.
- P2 : pemilahan limbah cair di penghasil PP 101 tahun 2014, dikelompokkan per
kategorinya atau per kode limbahnya? Karena selama ini kami mengumpulkannya
hanya berupa asam atau basa saja, kira-kira bisa diterima atau tidak oleh PT Arah
Environmental Indonesia

Penghasil adalah pihak yang paling tau tentang karakteristik limbah yang dihasilkan.
Penghasil memiliki hak mutlak untuk mengklasifikasikan limbah yg dihasilkan karena
yg paling tahu terkait karakteristik limbah tersebut. Maka dari itu untuk bisa diterima
di PT Arah Environmental Indonesia perlu diketahui terlebih dahulu jenis limbah,
jenis kegiatan yang menghasilkan limbah tersebut serta bahan yang terkandung di
dalam limbah karena tidak semua limbah bisa diolah oleh PT Arah Environmental
Indonesia.
- P3 : sebenarnya berapa hari maksimal pengangkutan limbah B3 dari penghasil ke PT
Arah Environmental Indonesia? Bagaimana air limbah hasil dari ppu wet scrubber PT
Arah Environmental Indonesia? Apa saja jenis limbah B3 medis yang tidak boleh
masuk ke dalam incinerator? Karena sering ditemukan ampul, vial tidak terbakar
habis

Setelah limbah dihasilkan dan disimpan di TPS maksimal 2x24 jam untuk diolah.
Namun, PT Arah sebagai pengolah memiliki fasilitas tanggap darurat berupa cold
storage atau river container yang digunakan Ketika jumlah limbah yang masuk
banyak sedangkan kapasitas yang tersedia tidak cukup maka bisa diantrikan. Limbah
yang disimpan di dalam cold storage berada pada suhu dibawah 0 C.
- P4: bagaimana pengelolaan emisi dari insenerator oleh PT. Arah Environmental
Indonesia? Bagaimana prosedur bagi pelanggan dari skala rumah tangga yang akan
membuang limbah infeksiusnya ke PT Arah Environmental Indonesia, kalaupun harus
dilakukan secara komunal berapa jumlah minimalnya agar bisa diterima?

Untuk emisi berkaitan dengan air pollution control. Incinerator sendiri terdiri dari 2
chamber (ruang bakar 1 dan ruang bakar 2). Pada ruang bakar 1, material limbahnya
terbakar dan menghasilkan gas. Ketika gas yang dihasilkan tidak bagus atau terjadi
pirolisa terlalu banyak maka diperlukan pembakaran pada ruang bakar 2 untuk
membakar gas tersebut. Dengan waktu tinggal minimal 2 detik pada ruang bakar 2
diharapkan kandungan dari gas yang ditimbulkan dari proses pembakaran di ruang
bakar 1 sudah bisa terdestruksi di ruang bakar 2. Apabila kandungan berbahaya dari
gas tidak bisa hilang pada proses pembakaran di ruang bakar 2 maka akan ada proses
lanjutan berupa pengikatan (scrubber) agar particular atau fly ash jelaga yang
mungkin akan terlepas bisa tertangkap oleh air. Karena hal tersebut berkaitan dengan
pengujian emisi setiap tiga bulan. Ambien lingkungan diukur selama 24 jam nonstop.
Untuk ambien udara lingkungan di luar lokasi kegiatan diukur 30 hari jadi hasil
pengukuran tersebut sudah mewakili apakah kegiatan PT Arah Environmental
Indonesia dapat berpotensi mencemari lingkungan atau tidak. Dari pemerintah
setempat sudah memiliki gugus petugas COVID-19 untuk mengkoordinir di wilayah
zona isolasi agar dapat diketahui limbah yang mungkin terinfeksi COVID-19. Terkait
Kerjasama, kuantitas dari limbah berada di dinas lingkungan hidup dan kemudian dari
pihak dinas lingkungan hidup akan menghubungi PT Arah Environmental Indonesia.
Jadi alur limbah COVID-19 yang berasal dari rumah tangga dimulai dari pemerintah
desa setempat bisa menghubungi Dinas Lingkungan Hidup dan akan dilanjutkan ke
PT Arah Environmental Indonesia. Tetapi bisa juga prosedur tersebut tanpa melalui
Dinas Lingkungan Hidup
- P5 : apakah lokasi PT Arah Environmental Indonesia berada di sekitar Kawasan
rumah warga atau tidak? Mengingat limbah yang diolah berbahaya sehingga dapat
menimbulkan kekhawatiran juga bagi masyarakat sekitar dan apakah ada peraturan
tersendiri mengenai tata letak bangunan industry yang bergerak dalam pengolahan
limbah ini?

Lokasi kegiatan PT Arah Environmental Indonesia berada jauh dari pemukiman


warga karena menyesuaikan dengan AMDAL (Analisa mengenai dampak
lingkungan). Polemic terkait lingkungan pasti akan selalu ada namun dari pihak PT
Arah Environmental Indonesia tentu akan bertanggung jawab karena hal tersebut
termasuk janji PT Arah Environmental Indonesia yang tertulis di AMDAL. Janji
tersebut juga sudah disepakati oleh berbagai pihak diantaranya dari warga, regulator
serta PT Arah Environmental Indonesia itu sendiri karena rapat pemutusan AMDAL
juga dihadiri oleh perwakilan warga
- P6: berdasarkan sumbernya, limbah B3 banyak klasifikasinya. Untuk melakukan
insenerasi apakah diklasifikasikan sendiri untuk melakukan insenerasi atau langsung
di lakukan insenerasi tanpa melihat klasifikasinya?
Informasi terkait karakteristik limbah didapat dari penghasil karena dokumen untuk
menyatakan jenis limbah yang dihasilkan berasal dari penghasil. Secara izin, PT Arah
Environmental Indonesia tidak bisa mengolah jenis limbah yang memiliki
karakteristik eksplosif dan radioaktif karena jenis limbah tersebut dapat
membahayakan operator, mesin dan lingkungan. Untuk perlakuan terhadap limbah
selain jenis eksplosif dan radioaktif, hal pertama yang perlu diketahui adalah
karakteristik limbah sehingga bisa mengolah dengan baik dan benar sesuai metode
yang ada serta tidak membahayakan baik bagi operator, mesin maupun lingkungan.
Operator mesin dan lingkungan.
- P7 : bagaimana pengelolaan air limbah dari wet scrubber? Apakah dibuang ke
lingkungan? Baku mutu airnya merujuk pada peraturan apa?

Limbah tersebut tidak dibuang ke lingkungan. 3 unit mesin yang dimiliki PT Arah
Environmental Indonesia bekerja secara close system jadi wet scrubber digunakan
secara berulang. Namun wet scrubber juga memiliki titik jenuh sehingga air limbah
tersebut tidak langsung dibuang ke lingkungan tetapi melewati proses WWTP (waste
water treatment process). Dari air scrubber diumpankan Kembali untuk proses
scrubbing sampai air tersebut jenuh, Ketika air tersebut sudah jenuh barulah diproses
di WWTP setelah dinyatakan aman dan diuji barulah air tersebut bisa dibuang ke
lingkungan. Baku mutu air yang dijadikan patokan adalah Perda No. 5 tahun 2012
Jawa tengah. Di peraturan tersebut untuk industry lain-lain terdapat 32 parameter
untuk standar baku mutu air.
- P8 : Apakah insinerator yang digunakan PT. Arah Environmental Indonesia
menggunakan supply oksigen sebagai oksidator limbah agar mudah terbakar? Lalu
apakah oksigen yang digunakan menggunakan oksigen murni atau menggunakan
udara sebagai syarat pembakaran?

Jadi yang digunakan pada pembakaran bukan oksigen murni karena jika akses
oksigen tidak bagus. Proses pengayakan oksigen akan mempengaruhi pada saat proses
sampling uji emisi karena adanya pembatasan yaitu maksimal 10% untuk bisa
menyatakan pembakaran tersebut sempurna. Cara untuk mengetahui apakah oksigen
yang akan digunakan telah cukup dan tidak berlebih salah satunya dengan sampling
setiap tiga bulan tetapi secara daily basis dapat dilihat dari visualisasi asap yang
keluar dari cerobong. Indicator untuk menentukan oksigen berlebih sangat banyak
diantaranya suhu cerobong, suhu di ruang bakar 2, suhu diantara jalur elbow dari
cyclon ke scrubber, dll.
- P9 : Banyak sekali pihak pengangkut menunggu penuh limbah B3 dari penghasil,
sehingga sangat menyulitkan penghasil dengan kaitannya masa simpan LB3, apakah
PT. Arah Environmental Indonesia tepat waktu dalam penjemputan limbah B3 yang
dihasilkan oleh penghasil? Apakah bisa mengelola limbah oli PCB dari travo listrik
dan merkuri?

Seperti yang sudah disampaikan bahwa PT Arah Environmental Indonesia


menggunakan smart scheduling jadi tidak menunggu sampai limbah penuh baru
diangkut. Bahkan di produk terbaru bagi pelanggan yang belum memiliki river
container, maka dari pihak PT Arah Environmental Indonesia sudah menyiapkan
untuk membantu proses pengadaannya sehingga memudahkan bagi pelanggan yang
tidak menghasilkan limbah dalam jumlah yang banyak. Jadwal pengangkutan juga
tergantung dari kontrak yang telah disepakati di awal. Dan secara teknis, kendala
hampir selalu ada karena jumlah limbah yang fluktuatif maka penumpukan limbah
pasti akan selalu terjadi. Namun pihak PT Arah Environmental Indonesia
mengupayakan untuk bisa melakukan pelayanan yang terbaik. Untuk oli PCB, PT
Arah Environmental Indonesia belum pernah menerima limbah tersebut dan dari jenis
limbah tersebut tidak bisa dikelola oleh PT Arah Environmental Indonesia. Maka dari
itu untuk jenis limbah oli PCB, PT Arah Environmental Indonesia hanya bisa
mengangkut saja. Untuk limbah merkuri menjadi permasalahan bagi semua pihak,
- P10 : Ketika pengangkut mengambil dari penghasil, maka berapa maksimal hari yang
dibutuhkan untuk sampai ke penerima atau pengolah? Di permen No. 56 mengolah
limbah B3 seperti botol infus, sprite, dll tanpa perlu ijin, dengan menyediakan bak
seperti bak kamar mandi atau ember lalu limbah tersebut dicelup kedalamnya maka
limbah B3 tadi sudah bisa digolongkang sebagai limbah non B3, kenapa PT Arah
Environmental Indonesia tidak meniru metode tersebut?

Untuk waktu yang dibutuhkan untuk dibawa ke pengolah maksimal 2x24 jam. Tapi
Ketika terjadi keterlambatan penerimaan limbah oleh pengolah, akan dilacak terlebih
dahulu karena PT Arah Environmental Indonesia memiliki 3 positioning (pengangkut,
pengumpul, pengolah) jadi apabila limbah melalui titik pengumpulan, maka ada
waktu tunggu antara pengumpulan ke pengolah. Jadi keterlambatan atau
ketidaksesuaian waktu pengangkutan dan penerimaan limbah dikarenakan limbah
tersebut tidak langsung diterima oleh pengolah namun melalui pengumpul terlebih
dahulu. Sementara permen No.56 dikeluarkan hanya untuk meng-cover di bagian
penghasil saja. Sehingga tidak ada dasar hukum untuk PT Arah Environmetal
Indonesia dalam melakukan metode pencelupan seperti yang telah disebutkan.
Metode tersebut hanya bisa digunakan oleh penghasil limbah tersebut.
- P11 : Ketika PT Arah Environmental Indonesia mengurus ijin sebagai pengolah saja,
tentu perlu melalui tahapan yang banyak dan tidak murah seperti biaya uji, dll.
Namun di sisi lain terdapat kegiatan pengolahan yang dapat dilakukan dengan mudah
dan tanpa perlu ijin, apakah tidak merasa ada nya ketidakadilan? padahal dalam UU
no. 32 pasal 59 menyatakan untuk mengolah limbah harus memiliki ijin

PT Arah Environmental Indonesia memposisikan diri dalam pengelolaan. Dalam


kasus tersebut, secara manusiawi pasti merasa hal tersebut tidak adil. Namun PT Arah
Environmental Indonesia mengembalikan lagi ke pemangku peraturan karena pastinya
untuk membuat sebuah peraturan perlu pertimbangan banyak hal. Problematika
tersebut tidak hanya dirasakan oleh para pengusaha jasa saja tetapi termasuk
permasalahan negara.
- P12 : apakah PT Arah Environmental Indonesia pernah melakukan “kencing di
jalan”? karena biasanya pihak ketiga sering melakukan hal tersebut terutama untuk
limbah cair. Dan apakah TPS yang dimiliki PT Arah Environmental Indonesia sudah
cukup rapi?

PT Arah Environmental Indonesia memastikan sistem monitoring dengan GPS tracker


yang telah terinstal di setiap armada yang terhubung dengan sistem KLHK, hal
tersebut menjadi upaya untuk meminimalisir kejadian “kencing di jalan”. Untuk TPS,
PT Arah Environmental Indonesia sudah melakukan perijinan sesuai dengan alur. PT
Arah Environmental Indonesia melakukan verifikasi secara mendetail sehingga
kejadian yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dapat diminimalisir. PT
Arah Environmental Indonesia juga pernah dapat teguran karena salah menempatkan
jenis limbah pada TPS yang bukan tempatnya.

*P = Pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai